USULAN PENELITIAN
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh:
Reiza Rahamdhi 0812010015/ FE /EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
Yang Diajukan
Reiza Rahamdhi 0812010015/ FE /EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dra.Ec. Suhartuti, MM Tanggal: ………..
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
Dr. Muhadjir Anwar,MM
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Reiza Rahamdhi 0812010015 / FE /EM
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Diajukan Oleh:
Reiza Rahamdhi 0812010015/ FE /EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
SUPRA X SERIES ( 125 CC ) DI SURABAYA
Yang Diajukan
Reiza Rahamdhi 0812010015/ FE /EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra.Ec. Suhartuti, MM Tanggal: ………..
Mengetahui
Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi
SUPRA X SERIES ( 125 CC ) DI SURABAYA
Yang diajukan
Reiza Rahamdhi 0812010015 / FE /EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh:
Pembimbing Utama
Dra.Ec. Suhartuti, MM Tanggal: ………..
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. R. A. Suwaedi, MS
Disusun oleh:
Reiza Rahamdhi 0812010015/ FE /EM
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal : 3 Mei 2013
Tim Penguji : Pembimbing Utama Ketua
Dra.Ec. Suhartuti, MM Dr a.Ec. Suhar tuti, MM
Sekretaris
Dr. Muhadjir Anwar, MM
Anggota
Dra.Ec. Nuruni Ika KW, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”J awa Timur
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS MINAT BELI SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X SERIES ( 125 CC ) DI SURABAYA”
Skripsi ini disususn sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan selesainnya penulisan skripsi ini, penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis guna mendukung penyelesaian skripsi ini. Maka kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhomat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Dra. Ec. Suhartuti, MM selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
baik secara moril maupun materil.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Mei 2013
DAFTAR ISI ... iii
2.2.1. Pengertian Ekuitas Merek... 7
2.3. Kesadaran Merek (Brand Awareness) ... 9
2.3.1.Pengertian Kesadaran Merek (Brand Awareness) ... 9
2.3.2. Kesadaran Merek Dalam Sebuah Tingkatan... 10
2.4. Kesan Kualitas (Perceived Quality) ... 11
2.4.1. Pengertian Kesan Kualitas ... 11
2.4.2. Kesan Kualitas Menghasilkan Nilai... ... 12
2.5. Asosiasi Merek (Brand Associations)... 14
2.5.1. Pengertian Asosiasi Merek ... 14
2.5.2 Asosiasi Merek Menciptakan Nilai ... 16
2.9. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli Konsumen . 19
2.10. Kerangka Konseptual ... 21
2.11. Hipotesis... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 22
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 22
3.2. Pengukuran Variabel... 25
3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 48
4.1.1. Sejarah Honda Surabaya (PT, HD MOTOR 99) .... 48
4.2.Deskriptif Hasil Penelitian... .... 50
4.3.2 Average Variance Extracted ... 59
4.3.3 Composite Reliability ... 60
4.3.4 Result For Outer Weights ... 61
4.3.5 Inner Model (Pengujian Model Struktural) ... 62
4.3.6 Uji Outlier ... 63
4.4 Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA KUISIONER
LAMPIRAN
di Surabaya 2009-2011 ... 3
Tabel 1.2. Market Share Honda Supra X Series 125 (125 cc) di Jawa Timur 2010-2012 ... 3
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Variabel Ekuitas Merek ( Kesadaran Merek X1 ) ... 51
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Variabel Ekuitas Merek ( Kesan Kualitas X2 ) ... 53
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Variabel Ekuitas Merek ( Asosiasi Merek X3 ) ... 55
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Variabel Minat Beli ... 56
Tabel 4.7. Outer Loading ... 58
Tabel 4.8. Average Variance Extracted ... 59
Tabel 4.9. Reabilitas Data ... 60
Tabel 4.10. Data Results For Outer ... 61
Tabel 4.11. R-Square ... 62
Table 4.12. Result For Inner Weights ... 63
Gambar 3.1. Langkah-langkah PLS ... 32
Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur PLS ... 35
Gambar 3.3. Gambar Pengukuran Model PLS ... 47
Gambar 4.1. Logo Honda ………. 48
Reiza Rahamdhi
Abstr aksi
Perkembangan pesat industri otomotif di Indonesia membuat tingkat persaingannya menjadi ketat, khususnya pada industri sepeda motor. Hal ini terlihat dari semakin beraneka ragamnya merek dan jenis sepeda motor di Indonesia. Banyaknya produk yang memiliki kesamaan bentuk, kegunaan dan fitur-fitur lain membuat konsumen kesulitan untuk membedakan produk. Hal ini menjadikan perusahaan-perusahaan otomotif saling berlomba untuk menghasilkan sepeda motor yang mampu memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera konsumen serta menawarkan harga yang bisa dijangkau oleh konsumen pada umunya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui analisis minat beli sepeda motor.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekuitas merek (X) dan minat beli (Y). Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang calon pembeli sepeda motor yang berada di Surabaya yang berjumlah 108 orang. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah didapatkan kesimpulan bahwa Ekuitas Merek berpengaruh Non Signifikan (Negatif) terhadap Minat Beli Konsumen.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Lata r Belakang Masalah
Perkembangan pesat industri otomotif di Indonesia membuat tingkat persaingannya menjadi ketat, khususnya pada industri sepeda motor. Para perusahaan otomoif sepeda motor terus melakukan inovasi terhadap produknya. Hal ini terlihat dari semakin beraneka ragamnya merek dan jenis sepeda motor di Indonesia. Akibatnya konsumen semakin selektif dalam memilih produk yang akan dibeli. Faktor yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk yaitu faktor nilai atau manfaat yang akan diperoleh konsumen dari suatu produk. Selain itu, konsumen juga mempertimbangkan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh produk tersebut.
Banyaknya produk yang memiliki kesamaan bentuk, kegunaan dan fitur-fitur lain membuat konsumen kesulitan untuk membedakan produk. Inovasi produk terus dilakukan oleh perusahaan otomotif sepeda motor untuk menarik perhatian konsumen dan tentu saja agar konsumen bersedia membeli produk yang dihasilkan.
Seiring dengan perkembangan perekonomian dan teknologi yang maju, sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang dibutuhkan masyarakat luas. Keanekaragaman bentuk sepeda motor yang tersedia saat ini membuat konsumen memiliki pilihan yang luas. Hal ini menjadikan perusahaan-perusahaan otomotif saling berlomba untuk menghasilkan sepeda motor yang mampu memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera konsumen serta menawarkan harga yang bisa dijangkau oleh konsumen pada umunya.
Saat ini segmen sepeda motor yang sedang kurang diminati adalah segmen sepeda motor bebek. Karena segmen sepeda motor bebek adalah sepeda motor dengan harga di atas Rp. 10 juta berkapasitas dua penumpang dengan kapasitas mesin lebih dari 100 cc. Sepeda motor segmen bebek sedang kurang diminati konsumen karena sepeda motor bebek kurang praktis bergerak di tengah lalu lintas yang padat. Sepeda motor segmen bebek di Indonesia dalam beberapa tahun ini sangat padat oleh berbagai merek pabrikan dunia. Sehingga kini di segmen sepeda motor bebek terdapat beragam varian seperti Honda Supra X , Yamaha Jupiter, dan Suzuki Shogun.
Tabel 1.1
DATA PENJ UALAN SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X SERIES (125 cc) DI SURABAYA TAHUN 2009-2011
TAHUN UNIT 2009 1.132 2010 1.003
2011 811
Sumber: HD Motor 99
Tabel 1.2
MARKET SHARE HONDA SUPRA X SERIES (125 CC) DI J AWA TIMUR
TAHUN HONDA YAMAHA LAIN-LAIN 2010 52 % 39 % 9 % 2011 62 % 29 % 9 % 2012 66 % 24 % 10 % Sumber : HD Motor 99
kembali menurun sebesar 811 unit ditahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) kurang diminati konsumen.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa meskipun market share Honda Supra X Series (125 cc) meningkat setiap tahunnya. Tetapi dengan adanya penurunan penjualan yang di alami oleh Honda Supra X Series (125 cc) sepanjang tahun 2009 hingga 2011. Mengindikasikan bahwa minat beli konsumen atau ketertarikan konsumen terhadap Honda Supra X Series (125 cc) mengalami penurunan. Kurangnya minat beli dari konsumen terhadap Honda Supra X Series (125 cc), kemungkinan di sebabkan adanya permasalahan pada ekuitas merek yang rendah.
Dalam hal ini, penjualan sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) yang turun mengindikasikan kekuatan merek (brand equity) Honda melemah. Karena semakin banyaknya konsumen yang berpindah dari sepeda motor bebek ke sepeda motor matic. Hal ini jelas merupakan ancaman bagi Honda Supra X Series (125 cc) dalam dominasinya di segmen sepeda motor bebek. Data ini bersumber dari PT. HD MOTOR 99 (Sumber : PT. HD MOTOR 99).
Berdasarkan penelitian terdahulu maka, dapat di simpulkan bahwa minat beli konsumen sangat berpengaruh terhadap ekuitas merek. latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan pada elemen-elemen ekuitas merek, yaitu kesadaran merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek. (Aaker ,1991). Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul :
“
ANALISIS MINAT1.2.
Rumusa n Masa lahMerujuk pada pendahuluan, dapat ditarik beberapa rumusan masalah penelitian, antara lain:
• Apakah variabel Ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen ?
1.3.
Tujuan dan Manfa at Penelitian1.3.1.
Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) di Surabaya.
1.3.2
Ma nfa at PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan dan strategi pemasaran yang berkaitan dengan minat beli, kesadaran merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek.
2. Sebagai bahan referensi dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
Sebagai bahan acuan perbandingan dalam penelitian ini peneliti mempunyai acuan yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian tahun 2007 oleh Sri Wahjuni dan I Gede Cahyadi dengan judul:
Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda. Kesamaan
penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada kesamaan memandang konsep ekuitas merek sebagai sekumpulan asset yang menambah atau mengurangi nilai dari barang dan jasa bagi pelanggan dan perusahaan serta pada cara pembagian elemen ekuitas merek. Penelitian tersebut diatas kemudian menjadi salah satu dasar penelitian ini, penelitian ini menggunakan Produk Sepeda Motor Honda Supra X Series (125 cc) dan teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah menggunakan analisis PL S (Partial Least Square). Dimana Variabel dependen yang digunakan penelitian yang terdahulu adalah keputusan pembelian namun dalam penelitian ini adalah minat beli konsumen.
2. Penelitian tahun 2009 oleh Yuni Kristanto dan Seto Dwi Wicaksono dengan judul: Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli
adalah terletak pada variabel dependent yang dimana peneliti menggunakan minat beli konsumen. Karena minat beli konsumen sangat berpengaruh terhadap ekuitas merek yang dimana minat beli konsumen berpengaruh positif. Perbedaan dalam penelitian ini adalah peneliti terdahulu menggunakan Independent harga dan kualitas pelayanan sedangkan dalam penelitian ini menggunakan ekuitas merek.
2.2 Ekuita s Merek
2.2.1. Penger tian Ekuitas Mer ek
Merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang bernilai. Ekuitas merek menjadi sangat penting bagi pemasar dikarenakan ekuitas merek dapat meningkatkan preferensi konsumen terhadap sebuah merek. Menurut Kotler dan Keller (2007:334) ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara kosumen berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Menurut Humdiana (2007) ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan Cahyadi, 2007). Seperangkat aset yang dimiliki oleh merek tersebut terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty).
Menurut (Dur ianto,2004:4) dijelaskan cara mengelola ekuitas merek (brand equity) meliputi elemen-elemen ekuitas merek yaitu :
a. Kesadaran merek (brand awareness), dapat dikelola dengan cara meningkatkan secara terus manfaat produk terhadap konsumen.
b. Kesan kualitas (Perceived quality), dapat dikelola dengan cara menerapkan strategi differensiasi, strategi harga, melibatkan kelompok kosumen yang sama dan menjaga kualitas produk sehingga sesuai harapan konsumen. c. Asosiasi merek (brand association), dapat dikelola dengan cara menciptakan
perasaan dan perilaku positif terhadap merek secara terus menerus.
d. Loyalitas merek (brand loyalty), dapat dikelola dengan cara menciptakan tingkat pembeli kembali, menciptakan daya tarik kepada kosumen (perhatikan dan melibatkan konsumen serta pelayanan secara terus menerus), memberikan respon terhadap pesaing yang mengancam serta berusaha untuk mengoptimalkan biaya pemasaran.
2.3. Kesadar an Mer ek (Brand Awareness) 2.3.1. Penger tian Kesada ran Mer ek
Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker , 1997). Dan merupakan kekuatan keberadaan sebuah merek dalam pikiran pelanggan. Kekuatan tersebut dilihat dari kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Kesadaran merek dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan oleh perusahaan, menciptakan familiary pelanggan pada merek dan menunjukkan komitmen kepada pelanggan. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat mengenal suatu merek sampai pada tingkat dimana merek menjadi dominant brand recalled, merek sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi identitas katagori produk.
Saat pengambilan keputusan pembelian konsumen dilakukan, kesadaran merek memegang peran penting. Merek menjadi bagian dari consideration set sehingga memungkinkan preferensi pelanggan untuk memilih produk tersebut. Pelanggan cenderung membeli merek yang sudah dikenal dan beranggapan merek yang sudah dikenal kemungkinan bisa diandalkan dan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan (Astuti da n Cahyadi,2007:147).
a. Kemampuan pelanggan mengenali logo.
b. Kemampuan pelanggan mengingat salah satu iklan yang ditayangkan di televisi.
c. Kemampuan pelanggan mengingat model varian produk.
2.3.2 Kesadar an Mer ek Dalam Sebuah Tingkatan
Aaker (1997) menyatakan bahwa ada empat tingkatan kesadaran merek, mulai dari kesadaran merek tingkat terendah sampai tingkat tertinggi sebagai berikut:
1. Unaware Of Brand (Tidak Menyadari Merek)
Unaware Of Brand yaitu tingkat dimana calon konsumen tidak menyadari
kehadiran suatu merek.
2. Brand Recognition (Pengenalan Merek)
Brand Recognition merupakan tingkat dimana ingatan konsumen terhadap
suatu merek akan muncul jika konsumen diberi bantuan agar dapat kembali mengingat merek tersebut. Tingkat ini merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek.
3. Brand Recall (Pengingatan Kembali Merek)
Brand Recall merupakan tingkat dimana konsumen dapat mengingat kembali
4. Top Of Mind (Puncak Pikiran)
Top Of Mind adalah tingkatan dimana suatu merek menjadi merek yang
disebutkan pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dalam tingkatan ini, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
Kesadaran merek akan sangat berpengaruh terhadap ekuitas merek. Selain itu kesadaran merek akan mempengaruhi persepsi dan tingkah laku seorang konsumen. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.
2.4. Kesa n Kualitas (Perceived Quality) 2.4.1. Penger tian Kesan Kua lita s
Menurut Aaker (2004) kesan kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkannya. Sedangkan Astuti dan Cahyadi (2007) menyatakan bahwa kesan kualitas merupakan perspepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya. Kesan kualitas juga merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Dur ianto, dkk, 2004).
kualitas dari atribut yang dimiliki oleh produk tersebut. Menur ut Astuti dan Cahyadi (2007) indicator yang mempengaruhi di dalam pembentukan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian antara lain :
a . Persepsi pela nggan ter hadap kenyamana n pr oduk
Mencerminkan pada saat konsumen mengkonsumsi suatu produk konsumen merasakan suatu kenyamanan (minimnya resiko bagi konsumen).
b. Persepsi pela nggan ter hadap tampilan pr oduk
Mencerminkan tampilan suatu produk yang unik yang bisa menarik minat konsumen.
c. Persepsi pela nggan ter hadap keha ndalan pr oduk
Mencerminkan konsentrasi kinerja yang dihasilkan dari satu pembeli ke pembeli berikutnya.
d. Persepsi pela nggan ter hadap ketahanan pr oduk Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
2.4.2. Kesa n Kualitas Menghasilkan Nila i
Kesan kualitas mempunyai peran yang penting dalam membangun suatu merek, dalam bayangan konteks kesan kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting pembelian suatu merek yang akan dibeli.
1. Alasan Untuk Membeli
Karena terkait dengan keputusan-keputusan pembelian, maka persepsi kualitas mampu menefektifkan semua elemen program pemasaran. Apabila persepsi kualitas tinggi, kemungkinan besar periklanan dan promosi yang dilakukan akan efektif.
2. Difer ensiasi atau posisi
Suatu karakteristik yang penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas, apakah merek tersebut merupakan merek terbaik atau sama baiknya dengan merek lain.
3. Har ga optimum
Penentuan harga optimum yang tepat dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas merek tersebut.
4. Minat salur a n distr ibusi
Pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran lainnya lebih menyukai untuk memasarkan produk yang disukai oleh konsumen, dan konsumen lebih menyukai produk dengan persepsi kualitas yang baik.
5. Per luasan mer ek
2.5. Asosiasi Merek (Brand Associations) 2.5.1. Penger tian Assosia si Mer ek
Nilai yang mendasari merek sering didasarkan spesifik yang berkaitan dengan produk. Menurut Aaker (1997:160) asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan sebuah merek. Dan dapat dirangkai sehingga membentuk sebuah citra merek didalam pikiran pelanggan. Citra merek suatu produk tersebut akan sangat penting, terutama jika citra tersebut positif. Citra merek suatu produk akan lebih kuat apabila didukung oleh pengalaman dalam menggunakannya. Penggunaan suatu produk akan menimbulkan perasaan yang berkaitan dengan produk tersebut, yang diungkapkan kedalam asosiasi. Asosiasi merek sangat penting untuk membedakan atau memisahkan suatu merek dengan merek lain.
Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh asosiasi yang kuat. Suatu brand positioning mencerminkan bagaimana orang bisa memandang suatu merek, positioning dan positioning strategy dapat juga digunakan untuk merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha dipersepsikan. Nilai mendasarkan sebuah merek seringkali merupakan makna merek tersebut bagi khalayak.
a. Inovasi desain model dan teknologi
Mencerminkan suatu produk dengan desain model yang berinovasi dan dengan menggunakan suatu alat teknologi yang canggih pada produk tersebut.
b. Pr oduk yang ter kenal mereknya
Mencerminkan seberapa jauhnya suatu produk tersebut bisa dikenal/ terkenal dibenak konsumen.
c. Pr oduk yang diprodusir oleh suatu per usahaan yang kredibilita snya tinggi.
Menurut Keller (dala m palupi, 2002) asosiasi merek ini memiliki beberapa type, yaitu :
1. Atribut (Atributes), yaitu asosiasi yang dikaitkan dengan atribut-atribut dari merek tersebut baik yang berhubungan langsung terhadap produknya (product related atributes), ataupun yang tidak berhubungan langsung terhadap produknya. (non product related atribues) yang meliputi price,
user imagery, usage imagery, feelings, experiences, dan brand personality.
2. Manfaat (Benefits), merupakan asosiasi suatu merek yang dikaitkan dengan manfaat dari merek tersebut, baik itu manfaat secara fungsional (fucntional
benefit), manfaat secara simbolik (symbolic benefit), dan pengalaman yang
3. Perilaku (Attitudes), adalah asosiasi yang dikaitkan dengan motivasi diri sendiri yang merupakan bentuk perilaku yang bersumber dari bentuk-bentuk
punishmment, reward, learning, dan knowledge.
2.5.2. Asosiasi Merek Menciptaka n Nilai
Menurut Aaker et a l (1997: 162), nilai yang mendasari merek sering kali merupakan sekumpulan asosiasinya dengan kata lain merupakan makna merek bagi khalayak. Macam-macam asosiasi yang menciptakan nilai buat perusahaan dan para pelanggan adalah :
1. Memba ntu proses/ penyusunan infor masi
Asosiasi-asosiasi bisa membantu mengikhtiarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan dan bisa jadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan.
2. Differ ensiasi/ posisi
Suatu asosiasi memberikan landasan yang penting bagi usaha membedakan.
3. Alasan untuk membeli
4. Mencipta kan sikap/ per asaan positif
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang gilirannya mencapai merek yang bersangkutan.
5. Landasan untuk per lua sa n
Suatu asosiasi menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru.
2.6. Aset Mer ek Lainnya (Other Brand Asset)
2.7. Per ilaku Konsumen
2.7.1. Penger tian Per ilaku Konsumen
Ada beberapa definisi perilaku konsumen. Menurut Engel et a l (1995) didalam simamor a (2004), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan.
Kotler dan Ar mstr ong (2001) mengertikan perilaku pembelian konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu atau rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal.
2.7.2. Per ilaku Minat Beli Konsumen
Banyak model yang dikembangkan oleh para ahli tenaga perilaku konsumen. Namun, semuanya mengarah pada prinsip yang sama bahwa perilaku konsumen melibatkan input, proses, dan output. Hanya masing-masing ahli mempunyai perbedaan pendapat dalam merangkai ketiga komponen tersebut. Kotler didalam Simamora (2004) menjelaskan bahwa keputusan seseorang atas merek katagori produk, tempat untuk didatangi, waktu pembelian dan jumlah pembelian, merupakan hasil dari rangsangan (stimuli) yang berasal dari luar dirinya, yang diolah dalam diri sendiri konsumen.
2.8. Minat Beli
Adapun pengertian menurut Howar d (1994: 41) minat beli adalah pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Jelasnya bahwa daya tarik sangat berperan dalam usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena didalam minat terkandung unsur dan perhatian sehingga kemauan yang dipaksa tersebut merupakan kemauan yang disertai rasa senang.
Indikator minat beli menurut Fer dinand (2006:242) adalah sebagai berikut :
1. Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk 2. Keinginan segera membeli atau memiliki sautu produk
3. Keinginan Preferensial : Preferensial dimana produk tertentu inilah yang di inginkan seseorang bersedia mengabaikan pilihan yang lain.
2.9. Pengar uh Ekuita s Merek Ter hadap Mina t Beli Konsumen
Sedangkan menurut Howar d (1994) minat adalah bentuk dari efek perilaku konsumen membangun suatu merek dan kepercayaan dalam pertimbangan tentang kualitas dan kepercayaan yang rendah di duga bisa mempunyai efek yang negative. Oleh karena itu hubungan dengan merek yang kuat menyakinkan konsumen untuk membeli.
2.10. Kera ngka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.11. Hipotesis
Sesuai dengan rumusan masalah dari landasan teori maka hipotesis yang diangkat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
v Ekuitas Merek (X) berpengaruh positif terhadap minat beli (Y) sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc ).
Kesadar an Mer ek (X1)
Kesan Kua litas (X2)
Asosiasi Mer ek (X3)
Ekuitas Merek (X)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Oper a sional dan Pengukur an Var ia bel
3.1.1. Definisi Oper a sional Var iabel
Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ekuitas Mer ek (X)
Ekuitas merek adalah seperangkat aset yang dimiliki perusahaan yang
berkaitan dengan merek, nama dan simbol yang dapat menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan produk kepada perusahaan atau para
pelanggannya. Dimensi ekuitas merek menurut Aaker (1997) adalah:
1. Kesa dar an Mer ek (X1)
Menurut penerimaan merek dalam pikiran (ingatan) pelanggan yang
ditunjukkan dari mengenali kembali sebuah merek indicator dari kesadaran
merek menurut Wahjuni (2007:151) adalah :
X1.1. Kemampuan pelanggan mengenali logo kendaraan bermotor
(sepeda motor) merek Honda Supra X Series (125 cc).
X.1.2. Kemampuan pelanggan mengingat salah satu iklan kendaraan
bermotor (sepeda motor) Honda Supra X Series (125 cc) yang di
X.1.3. Kemampuan pelanggan mengingat model varian kendaraan
bermotor (sepeda motor) Honda Supra X Series (125 cc).
2. Kesa n Kualitas (X2)
Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk. Indikator dari persepsi kualitas menurut Astuti dan Cahyadi
(2007:151) :
X2.1. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan sepeda motor Honda
Supra X Series (125 cc) : mencerminkan pada saat konsumen
menggunakan sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) dengan
nyaman.
X2.2. Persepsi pelanggan terhadap tampilan sepeda motor Honda Supra X
Series (125 cc) : mencerminkan tampilan sepeda motor Honda
Supra X Series (125 cc) yang sangat unik dan dinamis yang bisa
menarik minat konsumen.
X2.3. Persepsi pelanggan terhadap keandalan Sepeda Motor Honda Supra
X Series (125 cc) : mencerminkan bagaimana kinerja yang
dihasilkan motor dari semua pembeli.
3. Asosia si Mer ek (X3)
Merupakan kumpulan keterkaitan sebuah merek pada saat konsumen
mengingat sebuah merek. Indikator dari asosiasi merek menurut wahjuni
X3.1. Inovasi desain dan teknologi sepeda motor Honda Supra X Series
(125 cc) : mencerminkan Honda Supra X Series (125 cc) mampu
membuat desain model yang berfariasi dan menggunakan teknologi
yang canggih.
X3.2. Produk yang terkenal mereknya : mencerminkan seberapa jauh
Honda Supra X Series (125 cc) terkenal di benak konsumen.
X3.3. Produk yang diproduksi oleh perusahaan yang kredibilitasnya tinggi
: mencerminkan Honda Supra X Series (125 cc) diproduksi oleh
Astra Honda Motor(AHM) yang sudah lama diakui kridibilitasnya
oleh konsumen.
Mina t Beli (Y)
Pikiran seseorang yang mengandung niat membeli produk tertentu.
Indikator dari minat beli menurut Fer dinand Agusty (2006:242) sebagai
berikut :
Y1.1. Intensitas pencarian informasi : mencerminkan seseorang yang secara
intens mencari informasi mengenai sepeda motor Honda Supra X
Series (125 cc).
Y1.2. Keinginan segera membeli : mencerminkan seseorang yang
berkeinginan segera membeli sepeda motor Honda Supra X Series
Y1.3. Keinginan preferensial : mencerminkan dimana sepeda motor Honda
Supra X Series (125 cc) yang diinginkan seseorang untuk di beli dan
mengabaikan pihak lain.
3.2. Pengukur an Var iabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan penelitian ini menggunakan
Skala Interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval merupakan skala
yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data lain yang lain dan
mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukuran sikap
menggunakan Skala Likert. Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala ini
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Analisis ini dilakukan dengan
meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu
konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 5,
dengan gambar sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Keterangan :
Sangat Tidak Setuju (STS) = u Tidak Setuju (TS) = v Netral (N) = w
Setuju (S) = x Sangat Setuju (SS) = y
3.3. Tek nik Penentuan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah merupakan sekumpulan orang atau objek dan individu
maupun kelompok yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan
membentuk dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua orang calon pembeli sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) yang
berada di Surabaya.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi
obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling yaitu accidental sampling non probabilitas yang menyesuaikan diri
dengan kretaria atau ciri-ciri karakteristik dan populasi, yaitu dengan criteria
antara lain :
1. Minimum orang yang berusia 20 tahun keatas.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari
Fer dinand (2002:48), yaitu :
1. 100-200 sampel untuk teknik maksimum likelihood estimation
2. Tergolong pada jumlah parameter yan diestimasi pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung jumlah indikator dikali 5-10 bila terdapat indicator besarnya
sampel adalah 100-200
4. Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang berniat membeli
sepeda motor Honda Supra X Series (125 cc) dan melihat iklan kendaraan
bermotor (sepeda motor) dalam merek Honda Supra X Series (125cc) di
Surabaya dengan jumlah sampel 12 indikator x 9 = 108 responden.
3.4. Tek nik Pengumpulan Data
3.4.1. J enis Data
Data Pr imer
Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dan jawaban responden, seperti penyebaran
kuesioner.
Data Sekunder
Data yang dari majalah-majalah yang berhubungan dengan fenomena sepeda
3.4.2. Sumber Data
a. Data penelitian ini diperoleh melalui jawaban responden malalui kuisioner,
yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b. Diperoleh dari majalah dan internet.
3.4.3. Pengumpula n data
a. Kuisioner
Merupakan daftar pertanyaan yang dimana untuk memperoleh data berupa
jawaban dan responden.
b. Wawancar a
Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
konsumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan
mencatat kegiatan yang ada.
3.5. Tek nik Analisis Data da n Pengujia n Hipotesis
3.5.1. Tek nik Analisis
pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian proposisi. Selain PLS, metode lain yang dapat digunakan adalah SEM (Structur Equation Modelling) tetapi dengan jumlah sample yang besar.
SEM berbasis covariance based, adapun perbedaan antara covariance
based SEM dengan component based PLS adalah dalam penggunaan model
persamaan struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5) . Pada situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian adanya
indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan
prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah
PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008). Sedangkan SEM kurang cocok untuk tujuan prediksi karena indikatornya bersifat refleksif, sehingga perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui perubahan nilai dari variabel laten, sehingga pelaksanaan prediksi sulit dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode PLS.
3.5.1.2. Car a Ker ja PLS
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan
Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model
estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight.
Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside
approximation weight relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari
0,01.
3.5.1.3. Model Spesifikasi PLS
PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).
3.5.1.4. La ngka h-Langkah PLS
Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan software adalah seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1. Langkah-langkah Analisis PLS
(1). Langka h Per tama : Mera nca ng Model Str uktur al (inner model)
Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. Pada SEM perancangan model adalah berbasis teori, akan tetapi pada PLS bisa berupa: (a) Teori, kalau sudah ada
(b) Hasil penelitian empiris
(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain
(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain sebagainya (e) Rasional.
Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.
(2). Langka h Kedua : Mera nca ng Model Pengukur a n (outer model)
Di sisi lain, pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif. Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif. Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah.
Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.
(3). Langka h Ketiga : Mengkonstr uksi diagra m J a lur
Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur untuk PLS
(4). Langka h Keempa t: Konver si diagram J alur ke dalam Sistem Per samaan a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan
indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
x = Λxξ + εx
y = Λyη + εy
Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang
variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy
dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.
Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: ξ = ΠξXi + δx
η = ΠηYi + δy
Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.
Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut: Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)
x1 = λx1ξ1 + δ1
x2 = λx2ξ1 + δ2
x3 = λx3ξ1 + δ3
Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif) ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4
Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif) y1 = λy1η1 + ε1
Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif) y3 = λy3η2 + ε3
y4 = λy4η2 + ε4
b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar
variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dari model.
Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini: η = βη + Γξ + ζ
Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained
variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan
antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj
Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah koefisien
koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah variabel inner residual.
Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem persamaan sebagai berikut:
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1
η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2
c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model
memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation dalam algoritma PLS:
ξb = Σkb wkb xkb
ηi = Σki wki xki
Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk
estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi
PLS.
(5). Langka h Kelima: Estimasi
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :.
1. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.
2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya. 3. Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk
indikator dan variabel laten.
Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan aproksimasi inside variabel laten.
Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path
weighting. Skema weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang
digunakan oleh Wold. Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah model struktural tidak diperhitungkan. Skema
dengan variabel laten tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component (komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten yang ingin kita estimasi.
Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena
inside
outside
systematic part accounted
(6). Langka h Keenam: Goodness of Fit
outer model
convergent discriminant validity composite
realibility outer model
substantive content
relative weight weight
Stone-Geisser Q Square test
bootstrapping
a ). Outer Model
Outer model
try out
Convergent validity
loading
Discriminant validity
cross loading cross loading
cross loading
square
root of average variance extracted
m
R path analysis
(7). Langka h Ketujuh: Pengujian Hipotesis
outer model
inner model
distribution free
t-test p-value ≤
outter model
inner model
3. Asumsi PLS
inner model
4. Sample Size
resampling Bootestrapping
1)
₁ ₁
₁ ₂
₁ ₃
₂ ₁
₂ ₂
₂ ₃
₃ ₁
₃ ₂
₃ ₃
BAB IV
ANALISIS DAN PE MBAHASAN
4.1. Ga mbar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Sejara h Honda Sur a baya ( PT.HD MOTOR 99)
Honda (Logo Perusahaan gambar 4.1) yang didirikan pada tahun 1948 merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif, dimana Honda senantiasa mempersembahkan berbagai produk inovatif yang memberikan arti pada masing-masing individu dan kehidupan di suatu masyarakat. Honda menghormati masyarak dan perbedaan yang ada pada diri mereka masing-masing, yang mana hal ini kemudian mengarahkan Honda untuk selalu berusaha mengembangkan diri semata-mata demi kepuasan masyarkat di seluruh dunia.
Gambar 4.1. Logo Honda
jaringan penjualan lokal. Honda telah membagi sistem operasi sehingga banyak produk Honda yang tidak hanya dibuat, tetapi dikembangkan di beberapa tempat nantinya. Hasilnya adalah sebanyak 124 fasilitas pabrik di 28 negara di luar jepang untuk melayani kebutuhan sekitar 17 juta pelanggan setiap tahunnya.
Latar belakang yang mendasari didirikannya Honda Surabaya ( PT.HD MOTOR 99 ), adalah :
1. Honda Surabaya ( PT. HD MOTOR 99 ) ingin berkontribusi dalam pembangunan nasional, dengan menyediakan kendaraan roda dua yang terbaik untuk kemudahan aktifitas customer.
2. Honda Surabaya ( PT. HD MOTOR 99 ) berupaya untuk membantu dalam menyediakan lapangan pekerjaan.
3. Honda Surabaya ( PT. HD MOTOR 99 ) berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga nantinya dapat menimbulkan kepuasan pelanggan.
4.2. Deskr iptif Ha sil Penelitian
4.2.1. Analisis Kara kter istik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.
a . J enis Klamin
Dari 108 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 80 74%
2 Wanita 28 26%
108 100% Sumber : Data kuesioner diolah
b. Usia
Dari 108 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%) Sumber : Data kuesioner diolah
Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa para pengguna sepeda motor Honda Supra X Series ( 125 cc ) di Surabaya adalah kalangan yang berusia dewasa, hal ini lebih dikarenakan pengguna Honda Supra X Series ( 125 cc ) adalah orang yang berusia antara 26-31 thn yaitu sebanyak 57% (Eman, 2004).
4.2.2. Deskr ipsi Var iabel Ek uitas Merek(X).
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Variabel Ekuitas Merek (Kesadara n Merek(X1)).
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor 1 2 3 4 5
1
Kemampuan mengenali logo kendaran Honda Supra X Series (125 cc)
0 0 11 49 48 108
0% 0% 10% 45% 45% 100%
2
Kemampuan mengingat iklan Honda Supra X Series (125 cc) di televisi
0 0 12 49 47 108 0% 0% 11% 45% 44% 100%
3
Kemampuan mengingat model varian Honda Supra X Series (125 cc)
0 1 16 43 48 108 0% 1% 15% 39% 45% 100%
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari Kesadaran Merek, yaitu Kemampuan Mengenali Logo Honda Supra X Series ( 125 cc ), mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah resonden 48 atau 45%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 48 atau sebanyak 45% dan yang menjawab netral sebanyak 11 responden atau 10%.
b. Indikator kedua dari Kesadaran Merek, yaitu Kemampuan mengingat iklan Honda Supra X Series ( 125 cc ) di televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah resonden 47 atau 44%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 atau sebanyak 44% dan yang menjawab netral sebanyak 12 responden atau 11%.
Sangat setuju sebanyak 48 responden atau 45%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 43 atau sebanyak 39%, dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden atau 1%.
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Kesan Kualitas (Kesan Kua litas(X2)).
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor 1 2 3 4 5
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
yang menjawab setuju sebanyak 46 atau sebanyak 43% dan yang menjawab netral sebanyak 12 responden atau 11%.
b. Indikator kedua dari Kesan Kualitas, yaitu Persepsi terhadap tampilan sepeda motor Honda Supra X Series ( 125 cc ), mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 47 responden atau 44%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah resonden 44 atau 40%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 responden atau 44%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 44 atau sebanyak 40% dan yang menjawab netral sebanyak 17 responden atau 16%.
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Dimensi Asosiasi Merek (Asosiasi Mer ek(X3)).
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
1 2 3 4 5
2 Produk yang terkenal
mereknya
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari Asosiasi Merek, yaitu inovasi disain dan teknologi
sepeda motor Honda Supra X Series ( 125 cc ), mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 45%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah resonden 42 atau 38%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 48 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 42 atau sebanyak 38% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden atau 1%.
responden atau 45%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 48 atau sebanyak 45% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden atau 1%.
c. Indikator ketiga dari Asosiasi Merek, yaitu produk yang kredibilitasnya tinggi, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 53 responden atau 49%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah resonden 36 atau 33%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 53 responden atau 49%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 36 atau sebanyak 33% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 responden atau 2%.
4.2.3. Deskr ipsi Var iabel Minat Beli(Y).
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Variabel Minat Beli (Y).
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor 1 2 3 4 5
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
mendapatkan sebanyak 44 responden atau 41%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab setuju dan sangat setuju masing-masing sebanyak 44 responden atau 41% dan yang menjawab netral sebanyak 20 responden atau 18%.
b. Indikator kedua dari Minat Beli, yaitu keinginan segera membeli, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 54 responden atau 50%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah resonden 33 atau 31%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 54 responden atau 50%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 atau sebanyak 31% dan yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 19%.
4.3. Deskr ipsi Hasil Ana lisis dan Uji Hipotesis 4.3.1 Pengujian Model (Outer Model)
Outer Model merupakan model menspesifikasi hubungan antara variable laten dengan
indikator-indikatornya atau bisa dikatakan bahwa Outer Model mendefinisikan bagaimana setiap indicator berhubungan dengan variable latennya (Ghazali, 2008: 22). Berikut di bawah ini adalah output berupa nilai Outer Loading dari tiap variable:
4.3.1.1 Outer Loading (Model Pengukur an dan Va lidita s) Tabel 4.7 Outer Loading
EKUITAS MEREK 0.349035 0.250252 0.437612 0.437612 0.797590
Kesadaran Merek ->
EKUITAS MEREK 0.109863 0.179486 0.403471 0.403471 0.272295
Kesan Kualitas ->
EKUITAS MEREK 0.938661 0.436889 0.618465 0.618465 1.517727
Y1 <- MINAT BELI 0.906399 0.501465 0.577333 0.577333 1.569975
Y2 <- MINAT BELI 0.289277 0.284443 0.401522 0.401522 0.720452
Y3 <- MINAT BELI -0.623612 -0.231009 0.598169 0.598169 1.042535
Sumber : Lampiran
disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih besar dari 1,96 maka korelasinya disebut tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabel Minat Beli. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik.
4.3.2 Aver age Var iance Extr acted (AVE) Tabel 4.8 Average Var iance Extr acted
Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel) Minat Beli memiliki nilai lebih kecil dari 0,5, sehingga validitasnya rendah.
4.3.3 Composite Reliability
Tabel 4.9 Reliabilitas Data
Composite Reliabilit y
EKUITAS M EREK
M INAT BELI 0.160963
Sumber : Lampiran
Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability, konstruk reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten dalam mengukur variabel latennya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk (variabel) Minat Beli memiliki nilai composite reliability lebih kecil dari 0,7. Sehingga
reliabelitasnya rendah. Untuk variabel dengan indikator/dimensi Formatif yaitu Ekuitas Merek tidak memerlukan ukuran validitas dan reliabilitas.
Variabel dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat convergen
validity dan composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator/dimensi
ke variabel , maka cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight masing-masing indikator dan nilai signifikansinya.
4.3.4 Results For Outer Weights
Tabel 4.10 Data Results For Outer
EKUITAS MEREK 0.345960 0.223350 0.451311 0.451311 0.766567
Kesadaran Merek -> EKUITAS MEREK
-0.011554 0.120213 0.422807 0.422807 0.027328
Kesan Kualitas ->
EKUITAS MEREK 0.938056 0.418504 0.625598 0.625598 2.499456
Y1 <- MINAT BELI 0.755629 0.412677 0.486177 0.486177 1.554226
Y2 <- MINAT BELI 0.165091 0.205322 0.376110 0.376110 0.438943
Y3 <- MINAT BELI -0.428700 -0.129004 0.491773 0.491773 0.871744
Sumber : Lampiran
4.3.5 Inner Model (Pengujian Model Str uktur a l)
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-Square yang merupakan uji goodness-fit model. Pengujian inner model dapat dilihat dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Nilai R2 menjelaskan seberapa besar variabel eksogen (independen/bebas) pada model mampu menerangkan variabel endogen (dependen/terikat).
Tabel 4.11 R-Squar e
R-square
EKUITAS M EREK
M INAT BELI 0.046335
Sumber : Lampiran
Selanjutnya dapat dilihat koefisien path pada inner model. r esults for inner weights
Tabel 4.12 Result For Inner Weights
-0.215256 -0.150588 0.269603 0.269603 0.798419
Sumber : Lampiran
Ekuitas Merek berpengaruh terhadap Minat Beli dengan koefisien path sebesar- 0,2152, tidak dapat diterima dimana nilai T-Statistic = 0,7984 lebih kecil dari nilai Z α = 0,05 (5%) = 1,96 , maka Non Signifikan (Negatif)
4.3.6 Uji Outlier
Tabel 4.13 Uji Outlier
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 24.8679 85.8400 54.5000 12.24051 108
Std. Predicted Value -2.421 2.560 .000 1.000 108
Standard Error of Predicted
Value 6.419 15.822 10.480 1.698 108
Adjusted Predicted Value 21.2835 85.3750 54.3034 13.09086 108
Residual -58.29660 61.77133 .00000 28.83002 108
Std. Residual -1.905 2.019 .000 .942 108
Stud. Residual -2.092 2.155 .003 1.004 108
Deleted Residual -70.28286 70.41080 .19657 32.79495 108
Stud. Deleted Residual -2.131 2.199 .003 1.010 108 Berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut. Hal diatas dapat diperjelas dengan gambar berikut ini:
4.4. Pemba hasan
Ekuitas Merek berpengaruh terhadap Minat Beli. Hal ini dapat di artikan hipotesis yang menyatakan “Ekuitas Merek berpengaruh positif terhadap Minat Beli sepeda motor Honda Supra X Series ( 125 cc) Di Surabaya” tidak diterima.
Sebuah merek memiliki aset dan liabilitas merek yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada
perusahaan atau para pelanggan perusahaan yang biasa disebut Ekuitas merek (Aaker, 2003:15). Sedemikian pentingnya peran ekuitas merek sebagai
landasan dalam menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk, sehingga sering kali ekuitas merek memperoleh pengkajian yang mendalam. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu.( Durianto 2001: 3).
kembali, bagaimana pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan jasa yang diperolehnya, serta perilaku lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk dan jasa yang telah dirasakan. (Lupiyoadi ; 2001 : 160) dalam Susanti (2009).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa :
Ekuitas merek tidak mampu meningkatkan minat beli, alasannya karena ekuitas merek tidak berpengaruh positif terhadap minat beli. Karena berdasarkan hasil jawaban, dimensi kesan kualitas lebih dominan di dalam mempengaruhi minat beli. Terutama dalam hal kenyamanan pada saat mengendarai sepeda motor Honda Supra X Series ( 125 cc ).
5.2. Sara n
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Perusahaan Honda
puas meningkat, maka akan semakin banyak pelanggan yang berminat unuk membeli.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Merek, Cetakan Pertama : Jakarta, Penerbit Mitra Utama.
_____________, 1991, Managing Brand Equity : Capitalizing on the value of Brand
Name, New York, The Free Press
Astuti, Sri Wahyuni dan I Gede Cahyadi, 2007, Pengaruh Elemen Ekuitas Merek
Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan di Surabaya Atas Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Honda, Jurnal Majalah Ekonomi tahun XVII, No. 2 ,
agustus 2007.
Durianto, Darmadi, 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas Merek, Jakarta. P.T Gramedia Pustaka Utama
Ferdinand, Augusty. 2006. Metodologi Penelitian Manajemen, Semarang. Fakultas Ekonomi UNDIP
________________. 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian
Manajemen, Penerbit BP Undip. Semarang
Hair, J.F. et, 1998, Multivariate Data Analysis. Fifth Edition, Pretince-Hall International, Inc, New Jersey
Tabachnick B.G, 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher