• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum bagi Pihak Ketiga Akibat Misleading Information Dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum bagi Pihak Ketiga Akibat Misleading Information Dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Ni Made Ayu Geana Sari Dewi

1287072

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (UUPM) mengamanatkan perlindungan bagi pihak ketiga di pasar modal melalui penerapan prinsip keterbukaan oleh emiten atau perusahaan publik. Salah satu upaya penerapan prinsip keterbukaan di pasar modal adalah dengan adanya kewajiban emiten atau perusahaan publik untuk membuat Prospektus sebelum melakukan Penawaran Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 78 UUPM jo Peraturan Bapepam No.IX.C.2 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum. Pembuatan prospektus harus mencantumkan klausul yang melepaskan OJK dari tanggungjawab hukum apabila terdapat informasi yang tidak benar di dalam prospektus. Dalam pelaksanaannya situasi demikian justru menjadi celah bagi emiten atau perusahaan publik untuk membuat prospektus yang tidak memberikan informasi yang tepat sehingga mengakibatkan Misleading Information dan kerugian bagi pihak ketiga.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu mengkaji suatu penelitian yang objeknya adalah norma, kaidah dan aturan hukum untuk dikaji kualitasnya, dengan menggunakan pendekatan pada asas-asas hukum, ajaran, dan doktrin hukum yang mengacu pada pendapat para ahli. Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, bahan kepustakaan, buku-buku, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis permasalahan mengenai pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan terjadi karena emiten atau perusahaan publik berusaha untuk menampilkan kondisi perusahaan sebaik mungkin dengan mengelabui pihak ketiga agar pihak ketiga membeli efek yang ditawarkannya, selain itu lemahnya pengawasan tehadap Prospektus emiten oleh OJK mengakibatkan celah bagi emiten untuk melakukan Misleading Information dalam Prospektus yang merugikan pihak ketiga.

Upaya perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak ketiga yang dirugikan akibat Misleading Information dalam Prospektus dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan dalam UUPM adalah dengan menegakkan prinsip keterbukaan dalam Prospektus Penawaran Umum emiten, sosialisasi mekanisme pengaduan dan pelaporan pelanggaran UUPM oleh OJK dan penegakan sanksi hukum atas pelanggaran Misleading Information dalam Prospektus, serta dengan menghapuskan klausula eksemsi yang melepaskan tanggung jawab OJK atas pengawasan Prospektus di Pasar Modal.

(2)

Ni Made Ayu Sari Dewi Geana 1287072

ABSTRACT

Law Number 8 of 1995 Concerning Capital Market (Capital Market Law) mandates protection for third parties in the capital market through the application of the principle of transparency by issuers or public companies. One effort to apply the principle of transparency in the capital market is the presence of the issuer or obligation to make a public company before the public offering prospectus as provided for in Article 78 of Capital Market Law Bapepam jo No.IX.C.2 About Guidelines Regarding the Form and Content of Prospectus Offering General. Making the prospectus must include a clause that releases the FSA from legal liability if there is incorrect information in the prospectus. In the execution of such a situation become as issuers or public companies to make the prospectus that does not provide proper information resulting Misleading Information and losses for third parties. This study uses normative juridical research method that examines an object of research is the norm, rule and the rule of law to be studied quality, using the approach on legal principles, doctrines, and legal doctrine that refers to the opinion of the experts. Data used by the author in this research is secondary data in the form of primary legal materials, namely Law No. 8 of 1995 Concerning Capital Market Law No. 21 Year 2011 on the Financial Services Authority, library materials, books, and so on. Based on the results of research conducted by the authors problem concerning the violation of the principle of transparency occurs because the issuers or public companies are trying to show the condition of the company as possible to trick a third party that a third party offers to buy securities, in addition to the weak supervision by the FSA tehadap Prospectus issuers resulting gap for issuers to conduct Misleading Information in the Prospectus that harm third parties.

Efforts legal protection can be given to third parties harmed by Misleading Information in the Prospectus linked to the principle of transparency in the Capital Market Law is to uphold the principle of openness in the public offering prospectus issuers, socialization complaint mechanisms and reporting violations of the Capital Market Law by the FSA and enforcement of legal sanctions for violations of Misleading Information in the Prospectus, as well as to eliminate clauses that release eksemsi FSA responsibility for the supervision of the Capital MarketProspectus.

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN REVISI………. iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN………... iv

ABSTRAK……….………….... v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI………... vii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 12

C. Tujuan Penelitian……… 13

D. Kegunaan Penelitian………... 13

E. Kerangka Penelitian……… 14

F. Metode Penelitian………... 21

G. Sistematika Penulisan………. 25

BAB II TRANSAKSI EFEK DI PASAR MODAL……… 70

A. Pasar Modal sebagai Tempat Transaksi Efek di Indonesia…………. 28

B. Pihak-Pihak dalam Pasar Modal……….. 42

C. Mekanisme Go Public dan Pencatatan di Bursa Efek Indonesia……. 57

(4)

C. Penanganan Tindak Pidana yang Terjadi di Pasar Modal…………... 108

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK KETIGA AKIBAT

MISLEADING INFORMATION DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP

KETERBUKAAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1995 TENTANG PASAR MODAL JO UNDANG-UNDANG NOMOR 21

TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA

KEUANGAN………... 125

A. Keterkaitan antara Prospektus dan Prinsip Keterbukaan dalam

rangka Penawaran Umum yang Membuka Peluang Investasi bagi

Pihak Ketiga di Pasar Modal………... 125

B. Sanksi hukum yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

terhadap pelanggaran misleading information pada prospektus di

Pasar Modal………. 146

C. Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak ketiga yang

dirugikan akibat misleading Information dalam prospektus

dihubungkan dengan prinsip keterbukaan dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal ………... 185

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 202

A. KESIMPULAN………... 202

B. SARAN 209

DAFTAR PUSTAKA………..……. 210

LAMPIRAN……….…… 216

(5)

LAMPIRAN II

SIARAN PERS OJK TAHUN 2013………

LAMPIRAN III

SIARAN PERS BAPEPAM TAHUN 2000 DAN 2002………..

LAMPIRAN IV

PERATURAN NOMOR IX.C.2 MENGENAI BENTUK DAN ISI

PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM………...

LAMPIRAN V

(6)

A. Latar Belakang

Negara merupakan wadah bagi suatu bangsa untuk mewujudkan cita-cita

dan tujuan bangsanya. Hakikat Negara berkaitan erat dengan tujuan dari

negaranya1. Tujuan Negara Republik Indonesia termuat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke-4 yang merupakan dasar

konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu salah satunya "Memajukan

Kesejahteraan Umum”. Adanya tujuan negara tersebut memberikan hak

kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memperoleh jaminan

kesejahteraan yang wajib dipenuhi oleh negaranya. Berdasarkan hal tersebut

dapat dikatakan bahwa negara adalah wadah bagi masyarakat untuk mencapai

kesejahteraan.

Upaya untuk mewujudkan tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan

umum tersebut dilaksanakan melalui pembangunan nasional. Pembangunan

nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang

meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembangunan

nasional diwujudkan oleh Pemerintah dengan cara mengupayakan

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang kondusif guna mendorong

pemerataan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. 

              

(7)

Universitas Kristen Maranatha

Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional memerlukan pembiayaan

yang sangat besar, menuntut partisipasi aktif dari pelaku usaha dan

masyarakat. Dukungan terhadap pembangunan ekonomi nasional tersebut

membutuhkan pengaturan mekanisme yang memungkinkan masyarakat dapat

berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara ikut menyertakan modal.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengambil kebijakan dengan membuka

pasar modal melalui Bursa Efek Indonesia.

Pasar modal dalam ekonomi suatu negara adalah suatu kebutuhan guna

mewujudkan pembangunan ekonomi nasional. Pasar modal yang berwujud

dengan adanya bursa efek, memainkan peran penting dan telah menjadi suatu

kebutuhan karena di sanalah ekonomi menunjukkan aktivitasnya2. Pasar modal menjadi petunjuk bagaimana usahawan dan investor berinteraksi

dalam kegiatan ekonomi. Pasar modal dapat pula menjadi alat ukur bagi

perkembangan perekonomian di tanah air dan cerminan tingkat kepercayaan

investor domestik maupun internasional terhadap perangkat hukum dan

kinerja pemerintah dalam dunia perekonomian.

Mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap perekonomian

Indonesia dan adanya permasalahan hukum yang dapat terjadi di pasar modal

maka diperlukan perangkat hukum yang tegas dan jelas untuk mengaturnya.

Saat ini Indonesia memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur tentang

pasar modal, yaitu Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal (selanjutnya disebut UUPM).

              

(8)

Pasar modal dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang

usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan

obligasi atau efek-efek pada umumnya3. Pasar Modal berdasarkan Pasal 1 angka 13 UUPM diberi pengertian :

“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal

adalah sebuah tempat yang memperdagangkan efek yang diterbitkan oleh

perusahaan publik yang melibatkan lembaga dan profesi yang terkait dengan

efek. Melalui pasar modal, perusahaan dapat mengembangkan instrumen

keuangan, mendiversifikasi resiko, dan memobilisasi dana masyarakat

sehingga dapat tercipta pengalokasian sumber dana secara efisien dan dapat

melahirkan budaya fairness melalui keterbukaan yang pada akhirnya akan

menciptakan mekanisme pasar yang bebas dan ekonomi yang sehat dari suatu

negara4.

Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk

utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar

modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi

lainnya ( misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan

              

3 Najib A. Gisymar.“Insider Trading dalam Transaksi Efek”. Bandung : Citra Aditya Bakti,1999, hlm.10 

(9)

Universitas Kristen Maranatha

demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan

jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pengaturan pasar modal melalui UUPM mengamanatkan adanya

prinsip-prinsip utama dalam menjalankan kegiatan di pasar modal. Prinsip tersebut

antara lain: keterbukaan informasi, profesionalitas dan tanggungjawab para

pelaku pasar modal, pasar yang tertib dan modern, efisiensi, kewajaran, serta

perlindungan investor. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan di pasar modal

haruslah dilakukan dengan mengutamakan perlindungan bagi kepentingan

investor atau pemodal (selanjutnya disebut sebagai pihak ketiga). Investor

adalah masyarakat baik perorangan atau lembaga yang membeli saham atau

obligasi yang diterbitkan oleh emiten5.

Perlindungan bagi investor di pasar modal diwujudkan melalui penerapan

prinsip keterbukaan. UUPM mengamanatkan adanya prinsip keterbukaan (full

disclosure) yang harus dilakukan dalam menjalankan segala bentuk kegiatan

di pasar modal atau bursa efek oleh setiap pihak. Pasal 1 angka 25 UUPM

mengartikan prinsip keterbukaan sebagai pedoman umum yang mensyaratkan

emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang

ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat

seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat

berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau

harga dari efek tersebut.

              

(10)

Prinsip keterbukaan ini merupakan suatu bentuk perlindungan kepada

investor atau pemodal. Dari segi substansial, prinsip keterbukaan

memampukan publik untuk mendapatkan akses informasi penting yang

berkaitan dengan perusahaan. Suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien

apabila semua pemodal memperoleh informasi dalam waktu bersamaan

disertai kualitas informasi yang sama ( equal treatment ) dalam mengakses

informasi6.

Secara yuridis, prinsip keterbukaan ini merupakan jaminan bagi hak

publik khususnya pihak ketiga untuk terus mendapatkan akses penting

dengan sanksi untuk hambatan atau kelalaian yang dilakukan perusahaan.

Emiten dituntut untuk mengungkapkan informasi mengenai keadaan

bisnisnya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum dari harta kekayaan,

persoalan hukum yang dihadapi perusahaan dan manajemen.

UUPM melalui prinsip keterbukaan telah mengakomodasi prinsip-prinsip

Good Corporate Governance (GCG) yaitu untuk melindungi kepentingan

pemegang saham publik atau investor dari adanya kegiatan emiten yang dapat

merugikan transaksinya. Amanat dari adanya prinsip keterbukaan dapat

dilihat pada Pasal 86 Ayat (1) UUPM yang menyebutkan emiten, perusahaan

publik, atau pihak lain yang terkait wajib menyampaikan informasi yang

penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada

waktu yang tepat kepada masyarakat dalam bentuk laporan berkala dan

laporan peristiwa penting.

(11)

Universitas Kristen Maranatha

Informasi material yang disampaikan oleh emiten harus lengkap dan

akurat. Lengkap berarti informasi yang diberikan utuh, tidak ada yang

tertinggal, disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan data yang

benar akan fakta material. Akurat berarti informasi yang disampaikan

mengandung kebenaran dan ketepatan, sehingga tidak menimbulkan

gambaran palsu akan kondisi perusahaan7, jika tidak memenuhi syarat, maka informasi tersebut dikatakan sebagai informasi yang tidak benar atau

menyesatkan.

Prinsip keterbukaan yang diamanatkan oleh UUPM diwujudkan melalui

kewajiban emiten atau perusahaan publik untuk membuat Prospektus pada

saat sebelum go public dan sesudah go public. Perusahaan publik atau emiten

yang akan melakukan penawaran umum sebelum go public wajib

melaksanakan pernyataan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan

(selanjutnya disebut OJK) dengan meyertakan kelengkapan dokumen dan

prospektus yang berisi informasi sebenarnya.

OJK mewajibkan emiten yang akan melakukan penawaran umum untuk

membuat prospektus yang berisi informasi mengenai keadaan emiten.

Ketentuan mengenai prospektus ini diatur dalam Pasal 78 UUPM yang diatur

lebih lanjut dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-51/PM/1996 tanggal

17 Januari 1996 Peraturan No.IX.C.2 mengenai Pedoman Mengenai Bentuk

dan Isi Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum. Berdasarkan Pasal 1

Angka 26 UUPM menyebutkan :

(12)

“Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan

penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek”.

Prospektus juga didefinisikan sebagai suatu dokumen resmi yang dibuat

oleh perusahaan, agennya atau penerbit sekuritas yang berisi informasi dan

penjelasan ringkas namun padat mengenai berbagai hal, antara lain:

1. Status, struktur permodalan, kegiatan perusahaan serta hal lain

yang berkaitan dengan perusahaan.

2. Keterangan tentang sekuritas yang diterbitkan.

Dokumen tersebut dimaksudkan agar investor atau masyarakat umum

mengetahui keadaan perusahaan yang bersangkutan sebelum mengambil

keputusan untuk melakukan investasi8. Pernyataan pendaftaran yang dibuat oleh emiten wajib disampaikan dan dilaporkan kepada OJK. OJK selaku

ujung tombak dalam melakukan law enforcement di Pasar Modal memiliki

kewajiban untuk memperhatikan kelengkapan seluruh dokumen termasuk

prospektus yang diserahkan oleh emiten. Hal tersebut dapat kita lihat pada

ketentuan Pasal 75 Ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa :

“Bapepam wajib memperhatikan kelengkapan, kecukupan, objektivitas, kemudahan untuk dimengerti, dan kejelasan dokumen Pernyataan Pendaftaran untuk memastikan bahwa Pernyataan Pendaftaran memenuhi prinsip keterbukaan”.

Namun ketentuan Pasal tersebut dibatasi dengan adanya ketentuan dalam

Pasal 75 Ayat (2) UUPM yang menyebutkan bahwa OJK dalam

memperhatikan kelengkapan dokumen dan prospektus sebagaimana

disebutkan diatas tidak memberikan penilaian dan keunggulan atas

              

(13)

Universitas Kristen Maranatha

kelemahan suatu efek. Hal tersebut mengakibatkan pembuatan prospektus

harus mencantumkan klausul yang melepaskan OJK dari tanggungjawab

hukum apabila terdapat informasi yang tidak benar di dalam prospektus.

Pasal 1 Huruf l Peraturan Bapepam No.IX.C.2 mengenai Pedoman Mengenai

Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum menyebutkan

bahwa di dalam prospektus harus memuat pernyataan yang menggunakan

huruf kapital sebagaimana diatur dalam ketentuan tersebut yang berbunyi :

“BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELAWAN HUKUM”

Emiten dan Perusahaan Publik bertanggungjawab sepenuhnya apabila

terdapat informasi yang menyesatkan di dalam prospektus yang dibuatnya.

Dengan demikian diharapkan emiten dan perusahaan publik sangat

berhati-hati dalam mengungkap fakta materiil terkait kondisi perusahaannya.

Namun dalam pelaksanaannya situasi demikian justru menjadi celah bagi

emiten atau perusahaan publik untuk membuat prospektus yang tidak

memberikan informasi yang tepat terkait dengan fakta material perusahaan

guna menarik pihak ketiga untuk membeli efek yang ditawarkannya. Hal ini

dapat dilihat dari adanya pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan yang

dilakukan oleh emiten dan perusahaan publik di pasar modal, yang

mengakibatkan Misleading Information bagi pihak ketiga.

Pemberian informasi yang menyesatkan (Misleading Information)

(14)

material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang

dibuat menyesatkan tentang keadaan yang terjadi, dengan tujuan

menguntungkan atau menghindarkan untuk diri sendiri atau pihak lain

ataupun untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Tindakan Misleading Information yang dilakukan oleh emiten dan

perusahaan publik di pasar modal dapat dilihat dari beberapa kasus yang

pernah terjadi di Indonesia. Beberapa kasus yang berkaitan dengan

prospektus yang menyesatkan antara lain kasus yang dilakukan PT Bakrie

Finance Corporation Tbk, dimana PT Bakrie Finance Corporation Tbk

terlambat menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan 1999. Selain itu,

penggunaan dana hasil Penawaran Umum Terbatas III pada tahun 1998

sebesar Rp.475.746.987.000,00 (empat ratus tujuh puluh lima miliar tujuh

ratus empat puluh enam juta sembilan ratus delapan puluh tujuh rupiah) yang

diinvestasikan dalam wesel tagih PT Putra Surya Perkasa Intiutama dan PT

Putra Swadana Perkasa tidak sejalan dengan rencana penggunaan dana hasil

PUT III sebagaimana diungkapkan dalam prospektus.

Hal yang sama dilakukan PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.

Kasus ini terjadi pada tahun 2002 dimana PT. Pembangunan Graha Lestari

Indah Tbk tidak membuat laporan tahunan pada tahun 2000, dengan alasan

bahwa pada saat yang bersamaan PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk

sedang membuat prospektus sehingga informasi laporan tahunan hanya

dimuat didalam prospektus. PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk

(15)

Universitas Kristen Maranatha

membuat laporan tahunan terlebih dahulu sehingga prospektus yang

dibuatnya tidak memiliki keakuratan data dan dasar pertimbangan.

Selain dua kasus diatas, kasus lainnya terjadi pada tahun 2011 yang

melibatkan PT Media Nusantara Citra Tbk. Pihak ketiga selaku pemegang

saham dari PT Media Nusantara Citra Tbk yaitu Abdul Malik Jan

mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan

dasar gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang objeknya adalah

prospektus yang dikeluarkan oleh PT Media Nusantara Citra Tbk saat emiten

tersebut melakukan Penawaran Umum Perdana atas saham miliknya pada

tahun 20079.

Pihak ketiga selaku penggugat yang merupakan pemegang saham merasa

dirugikan dengan jatuhnya harga saham setelah proses Penawaran Umum

Perdana yang didaftarkan di Bursa Efek Indonesia dan diperdagangkan di

lantai bursa. Setelah dilakukan analisa oleh penggugat, ditemukan hasil

bahwa prospektus yang dikeluarkan oleh PT Media Nusantara Citra Tbk

adalah prospektus yang menyesatkan karena tidak memuat informasi material

yang sebenarnya.

Prospektus PT Media Nusantara Citra Tbk tidak memuat fakta material

adanya sengketa kepemilikan saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia

yang mana sengketa tersebut telah dipublikasikan di media massa nasional

pada bulan Maret 2005 serta sudah diketahui persis oleh jajaran direksi dan

komisaris PT Media Nusantara Citra Tbk. Penyesatan informasi dilakukan

              

(16)

dengan tidak menyebutkan sengketa tersebut dalam prospektus, dan pada

halaman 150 dan 151 prospektus tersebut dengan berani menyatakan bahwa

PT Media Nusantara Citra Tbk memiliki penyertaan yang sah pada PT Cipta

Televisi Pendidikan Indonesia10.

Kerugian yang dialami pihak ketiga muncul dari adanya penurunan harga

saham dimana sejak dilaksanakannya Penawaran Umum pada tahun 2007,

sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi investor. Harga perdana

adalah Rp.900,00 (sembilan ratus rupiah), tiga tahun pasca Penawaran Umum

harga saham terus mengalami penurunan sampai di level Rp.800,00 (delapan

ratus rupiah) dengan return minus sebesar 14 % (empat belas persen)11. Beberapa kasus Misleading Information dalam prospektus yang

dilakukan oleh emiten dan perusahaan publik tersebut memperlihatkan

lemahnya penegakan hukum terhadap pengawasan prospektus yang diberikan

kepada pihak ketiga sebagai bahan pertimbangan pihak ketiga untuk

melakukan transaksi di pasar modal. Akibat yang ditimbulkan dari adanya

Misleading Information dalam prospektus adalah penyesatan informasi

kepada pihak ketiga sehingga pihak ketiga dalam mengambil keputusan

transaksi tidak didasari oleh data yang akurat yang mana pada akhirnya

menimbulkan kerugian dalam jumlah besar bagi pihak ketiga dan hilangnya

kepercayaan pihak ketiga di Pasar Modal.

Hilangnya kepercayaan pihak ketiga di Pasar Modal mengakibatkan

menurunnya tingkat transaksi di bursa efek yang sangat mempengaruhi harga

               10 Ibid hlm.16  

(17)

Universitas Kristen Maranatha

indeks saham gabungan, pihak ketiga melepaskan sahamnya di pasar, dan

pada akhirnya akan meruntuhkan kredibilitas pasar modal nasional. Dengan

demikian, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan hukum di atas

dengan judul “Perlindungan Hukum bagi Pihak Ketiga akibat Misleading

Information dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaaan dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”.

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah keterkaitan antara prospektus dan prinsip keterbukaan dalam

rangka penawaran umum yang membuka peluang investasi bagi pihak

ketiga di pasar modal ?

2. Bagaimanakah sanksi hukum yang diberikan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) terhadap pelanggaran misleading information pada

prospektus di Pasar Modal ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak

ketiga yang dirugikan akibat Misleading Information dalam prospektus

dihubungkan dengan prinsip keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor

(18)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji dan membahas keterkaitan antara prospektus dan prinsip

keterbukaan dalam rangka penawaran umum yang membuka peluang

investasi bagi pihak ketiga di pasar modal;

2. Mengkaji dan membahas sanksi hukum yang diberikan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) terhadap pelanggaran misleading information pada

prospektus di Pasar Modal; dan

3. Mengkaji dan membahas perlindungan yang dapat diberikan kepada

pihak ketiga yang dirugikan akibat misleading information dalam

prospektus dihubungkan dengan prinsip keterbukaan dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu hukum,

khususnya dalam ruang lingkup hukum pasar modal.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Otoritas Jasa Keuangan

Sebagai masukan kepada Otoritas Jasa Keuangan agar lebih

meningkatkan penegakan hukum di bidang pasar modal khususnya

terkait dengan penipuan melalui prospektus yang dilakukan emiten

(19)

Universitas Kristen Maranatha

merugikan pihak ketiga; dan

b. Bagi Pihak Ketiga

Sebagai masukan kepada pihak ketiga untuk lebih berhati-hati dalam

mengambil keputusan investasi khusunya dalam mempelajari

prospektus perusahaan.

E. Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

1945) dalam perubahan ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November

2001 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum, diamanatkan

dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Negara hukum dimaksud adalah negara

yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan

keadilan serta tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan12. Di negara hukum tidak ada warga negara yang berada diatas hukum, dan

karenanya semua warga negara harus patuh pada hukum13. Persamaan dimuka hukum (equality before the law) merupakan salah satu asas negara

hukum dalam tradisi Eropa Continental yang lazim menggunakan istilah

Rechsstaat, yang kemudian diakui sebagai nilai-nilai yang universal.

Pandangan tentang negara hukum menurut Immanuel Kant adalah : 14

“Negara itu adalah suatu keharusan adanya, karena negara harus menjamin terlaksananya kepentingan umum di dalam hukum. Artinya negara harus               

12Sekretaris Jendral MPR RI. “Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal dan ayat)”. Jakarta : MPR RI,2010,hlm.46

13 Ibid hlm. 47

(20)

menjamin setiap warga negara bebas di dalam lingkungan hukum. Jadi bebas bukanlah berarti dapat berbuat semau-maunya, atau sewenang-wenang. Tetapi segala perbuatannya itu meskipun bebas harus sesuai dengan, atau menurut apa yang telah diatur dalam undang-undang, namun tetap menurut kemauan rakyat, karena undang-undang itu adalah merupakan penjelmaan dari pada kemauan umum”.

Dalam teorinya tersebut Immanuel Kant memberikan empat prinsip yang

menjadi ciri negara hukum yaitu15 :

a. “pengakuan dan jaminan atas hak-hak asasi manusia;

b. pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi manusia; c. pemerintahan berdasarkan hukum; dan

d. pengadilan untuk menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia”.

Berdasarkan prinsip negara hukum tersebut dapat dikatakan bahwa

nilai-nilai persamaan dan keadilan sangat erat terkait dengan proses penegakan

hukum, yang tidak lain merupakan instrument tataran praktis dalam konsep

negara hukum. Penegakan hukum harus sesuai dengan rasa keadilan

masyarakat dengan tetap memperhatikan kepastian hukum pada setiap

individu warga negara merupakan ekspresi nilai-nilai demokratik dalam suatu

negara demokratis. Adanya keterkaitan antara nilai-nilai penunjang

demokrasi dan elemen-elemen negara hukum merupakan bentuk ideal negara

hukum yang melindungi hak-hak warga negara dalam satu istilah negara

hukum yang demokratis16.

Negara hukum memerlukan sistem hukum yang menjadi penentu

keberhasilan penegakan hukum dalam era demokrasi. Salah satu tokoh dunia

              

15 Prayoga Bestari. “14 Pandangan Immanuel Kant Tentang Negara”. 2014, (http://potrethukum.com/24/14-pandangan-Imanuel-Kant-Tentang-Negara), diunduh pada 17 April 2014.

(21)

Universitas Kristen Maranatha

yang memperkenalkan konsep sistem hukum adalah Lawrence Meir

Friedman. Dalam teorinya, Friedman mengatakan bahwa dalam sebuah

sistem hukum terdapat tiga komponen penting yang saling mempengaruhi,

yaitu struktur (structure), substansi (substance), dan budaya hukum (legal

culture). Dari teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Substansi (substance), hal ini berkaitan erat dengan norma, ketentuan

atau aturan-aturan hukum (perundang-undangan) yang dibuat dan

digunakan untuk mengatur perilaku manusia;

2. Struktur (structure), suatu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem

hukum dengan berbagai macam fungsinya dalam rangka mendukung

teraktualisasinya hukum;

3. Budaya hukum (legal culture), menyangkut dengan nilai-nilai yang

hidup didalam masyarakat, sikap, pola perilaku para warga masyarakat

dan faktor-faktor non-teknis yang merupakan pengikat sistem hukum.

Ketiga komponen sistem hukum tersebut harus saling mendukung

terciptanya harmonisasi untuk menegakkan hukum khususnya di Indonesia.

Penegakan hukum pasar modal di Indonesia saat ini telah didukung dengan

adanya substansi yang mengatur seluruh kegiatan di pasar modal. Ketentuan

substansi tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal (UUPM).

Melalui UUPM ditentukan bahwa lembaga yang berwenang untuk

mengawasi seluruh kegiatan di pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar

(22)

telah dialihkan kepada lembaga lain yaitu Otoritas Jasa Keuangan sejak

diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan

Penegakan hukum di pasar modal dalam pengaturan UUPM dan

pengawasan OJK dimaksudkan untuk mewujudkan budaya hukum yang

tertib, efektif, efisien, berdasarkan peraturan perundang-undangan serta

memberikan keadilan bagi setiap pihak yang terkait di dalam pasar modal.

Terbentuknya suatu sistem hukum yang baik diharapkan mampu

mewujudkan tujuan hukum. R. Soebekti mengemukakan bahwa:

“tujuan hukum adalah hukum itu mengabdi kepada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan keadilan dan ketertiban”.

Keadilan sebagai tujuan hukum dapat dipandang dari teori keadilan yang

diungkapkan oleh Aristoteles bahwa hukum mempunyai tugas yang suci yaitu

memberi kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Setiap pihak di pasar

modal berhak memperoleh keadilan tidak terkecuali pihak ketiga selaku

investor di pasar modal. Keadilan bagi pihak ketiga diwujudkan dengan

memberikan hak bagi pihak ketiga untuk mendapatkan keterbukaan informasi

yang akurat dan tepat sebagai bentuk perlindungan terhadap pihak ketiga.

UUPM menjamin adanya perlindungan keadilan bagi pihak ketiga melalui

Prinsip Keterbukaan (full disclosure) yang harus dilakukan dalam

menjalankan segala bentuk kegiatan di pasar modal atau bursa efek oleh

(23)

Universitas Kristen Maranatha

Terkait dengan prinsip keadilan untuk mewujudkan perlindungan bagi

pihak ketiga di pasar modal, apabila terjadi suatu keadaan yang merugikan

bagi pihak ketiga, secara hukum perlu dilihat terlebih dahulu teori

tanggungjawab hukum yang dapat diberikan guna menjamin perlindungan

bagi pihak ketiga yang dirugikan. Seseorang secara hukum dikatakan

bertanggungjawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa ia dapat

dikenakan sanksi dalam suatu perbuatan yang berlawanan.

Menurut Kranenburg dan Vetig mengenai pertanggungjawaban pejabat,

dikenal dua teori yang melandasinya yaitu17 :

1. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian

terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pihak yang karena tindakannya

itu telah menimbulkan kerugian. Beban tanggungjawab ditujukan kepada

manusia sebagai pribadi;

2. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian

terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang

bersangkutan. Menurut teori ini tanggungjawab dibebankan kepada

jabatan.

Hans Kelsen mengatakan, tanggungjawab mutlak yaitu suatu perbuatan

menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang

dan ada suatu hubungan antara perbuatan dengan akibatnya. Tiada hubungan

antara keadaan jiwa si pelaku dengan akibat dari perbuatannya18.

              

17 Ridwan H.R.”Hukum Administrasi Negara”. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.356 18 Lihat Hans Kelsen dalam Jimly Assidiqie dan M.Ali Syafaat. “Teori Hans Kelsen Tentang

(24)

Austin memberikan konsep bahwa pertanggungjawaban hukum adalah

sama dengan kewajiban hukum. Bahwa suatu kewajiban hukum adalah19 :

“diwajibkan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, atau ditempatkan dibawah kewajiban atau keharusan melakukan atau tidak melakukan, adalah menjadi dapat dimintai pertanggungjawaban untuk suatu sanksi dalam hal tidak mematuhi suatu perintah”

Pertanggungjawaban hukum akibat kerugian yang dialami pihak ketiga

tidak dapat dibebankan kepada OJK sebagai lembaga pengawas pasar modal.

OJK dalam memperhatikan kelengkapan dokumen dan prospektus dalam

rangka penawaran umum tidak memberikan penilaian dan keunggulan atas

kelemahan suatu efek. Hal tersebut mengakibatkan pembuatan prospektus

harus mencantumkan klausul yang melepaskan OJK dari tanggungjawab

hukum apabila terdapat informasi yang tidak benar di dalam prospektus.

Dengan demikian, pertanggungjawaban hukum akibat kerugian yang dialami

pihak ketiga di pasar modal sepenuhnya dibebankan kepada emiten dan

perusahaan publik yang bersangkutan.

Pemberian sanksi sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum dalam

suatu sistem hukum sangat bergantung pada penegakan hukum itu sendiri

karena hukum dikatakan sebagai sebagai alat kontrol sosial. Roscoe Pound

mengatakan bahwa “law as a tool of social engeneering” yang artinya bahwa

hukum adalah alat perubahan sosial. Hukum sebagai sarana atau alat untuk

mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun

dalam hidup masyarakat.

              

(25)

Universitas Kristen Maranatha

Johannes Ibrahim dan Lindawati P. Sewu mengemukakan bahwa hukum

menjadi sarana kontrol sosial serta memberikan patokan dalam kehidupan

masyarakat. Hukum diciptakan untuk menjamin keadilan dan kepastian, serta

diharapkan dapat menjamin ketentraman warga masyarakat dalam

mewujudkan tujuan-tujuan hidupnya20. Dengan demikian, hukum sebagai sarana kontrol sosial untuk menjamin keadilan dan kepastian hukum

diwujudkan dengan adanya penegakan hukum.

Penegakan hukum (law enforcement), merupakan suatu istilah yang

mempunyai keragaman dalam difinisi. Menurut Satjipto Rahardjo,

penegakan hukum adalah :

“suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum, yaitu pikiran-pikiran dari badan-badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dan ditetapkan dalam peraturan-peraturan hukum yang kemudian menjadi kenyataan”.

Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu mempunyai arti luas

dan arti sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan

semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam arti sempit,

penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan

hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum

berjalan sebagaimana seharusnya.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,

yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup

makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, menegakan hukum itu

mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan

              

(26)

formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi,

dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan

peraturan yang formal dan tertulis saja21.

Penegakan hukum pasar modal menjadi penting untuk mengontrol

jalannya kegiatan di pasar modal sesuai dengan UUPM. OJK sebagai

lembaga yang diberikan kewenangan untuk menegakkan hukum pasar modal

memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepastian hukum dan

keadilan bagi para pihak di pasar modal dalam hal ini khususnya kepada

pihak ketiga. Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan yang merugikan

pihak ketiga, oleh OJK akan diberikan sanksi administratif, dan/atau sanksi

perdata. Pemberian sanksi tersebut dimaksudkan untuk menjamin

terwujudnya perlindungan bagi pihak ketiga.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif

dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari bahan

hukum primer, sekunder, dan tersier. Penelitian yuridis normatif yakni

penelitian untuk mengetahui bagaimana hukum positifnya mengenai suatu

hal, peristiwa atau masalah tertentu22. Berkaitan dengan metode tersebut, dilakukan pengkajian secara logis terhadap prinsip dan ketentuan hukum

yang berkaitan dengan perlindungan terhadap pihak ketiga (investor pemodal)

di pasar modal dengan memperhatikan penerapan prinsip keterbukaan yang

              

21 John Rawls.“A Theory of Justice, Massachusetts : The Belknap press of Harvard University Press Cambridge”.England,1971, hlm.235

(27)

Universitas Kristen Maranatha

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal. Penyusunan tugas akhir ini menggunakan sifat, pendekatan, jenis

data, teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini dilakukan secara

deskriptif analitis yaitu penelitian yang menggambarkan peristiwa yang

sedang diteliti dan kemudian menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta

berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier23. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini,

penulis akan mencoba menggambarkan situasi dan kondisi perlindungan

hukum bagi pihak ketiga berdasarkan prinsip keterbukaan yang

diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

Pasar Modal, selanjutnya dianalisis menggunakan bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier.

2. Pendekatan Penelitian

Penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

konseptual dan pendekatan perundang-undangan (statue approach)24. Pendekatan konseptual dilakukan dengan menganalisis berdasarkan

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin, pengertian-pengertian

              

23 Soerjono Soekanto.“Pengantar Penelitian Hukum”. Jakarta : Grafindo, 2006, hlm.10

(28)

hukum, dan asas-asas hukum mengenai prinsip keterbukaan, informasi

publikasi, dan perlindungan bagi pihak ketiga. Pendekatan

perundang-undangan digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur

mengenai ketentuan-ketentuan hukum mengenai mekanisme pelaksanaan

dari prinsip keterbukaan di Pasar Modal.

3. Jenis Data

Sumber data dari penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan

data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari

sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.

Sumber sekunder meliputi pembahasan tentang materi original25. 4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

a Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan. Studi

kepustakaan dilakukan untuk mencari teori-teori, pendapat-pendapat

yang berkenaan dengan permasalahan mengenai adanya publikasi

informasi yang tidak akurat di dalam prospektus terkait informasi

perusahaan yang listing di Bursa Efek. Berkenaan dengan metode

yuridis normatif yang digunakan dalam tugas akhir ini maka penulis

melakukan penelitian dengan memakai studi kepustakaan yang

merupakan data sekunder yang berasal dari literatur, dengan

bahan-bahan hukum sebagai berikut :

              

(29)

Universitas Kristen Maranatha

1) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya

mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan data sekunder,

bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terutama

adalah buku teks, yang berisi mengenai prinsip dasar ilmu

hukum mengenai pasar modal, serta pandangan-pandangan

para ahli mengenai hukum pasar modal di Indonesia. Penulis

akan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku

ilmiah, baik hasil karya kalangan umum, kalangan lainnya

yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan.

2) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang

memberikan informasi mengenai bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, misalnya kamus bahasa, kamus

hukum, majalah, serta media massa.

b Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu pengolahan, analisis, dan konstruksi data

yang diperoleh dari studi literatur atau dokumen. Teknik analisis

terhadap data yang ada menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

dengan melakukan penemuan konsep-konsep yang terkandung di

dalam bahan-bahan hukum dengan cara memberikan interpretasi

terhadap bahan-bahan hukum tersebut, mengelompokkan

(30)

hubungan diantara peraturan, serta menjelaskan dan menguraikan

hubungan di antara peraturan perundang-undangan, kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga memberikan hasil

yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, secara garis besar

metode penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan kombinasi di antara

pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual dan teknik

pengumpulan data dengan studi kepustakaan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini sistematika penyajian yang disusun oleh peneliti

diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar

belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : TRANSAKSI EFEK DI PASAR MODAL

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori dalam

hukum Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan (full

disclosure) dalam UUPM, menguraikan pihak-pihak yang

(31)

Universitas Kristen Maranatha

mekanisme Go Public dan Pencatatan di Bursa Efek

Indonesia.

BAB III :INFORMASI MENYESATKAN (MISLEADING

INFORMATION) DI PASAR MODAL

Dalam bab ini penulis akan menguraikan unsur-unsur dari

misleading information yang diatur dalam UUPM

dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan (full disclosure)

serta mengkaji kewenangan OJK selaku lembaga

pengawas pasar modal.

BAB IV : ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK

KETIGA AKIBAT MISLEADING INFORMATION

DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP KETERBUKAAN

DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1995 TENTANG PASAR MODAL JO

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN

Dalam bab ini penulis akan menganalisis jawaban dari

identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam BAB I

berdasarkan data-data yang akurat serta riset yang telah

(32)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menulis pokok-pokok

kesimpulan dari semua permasalahan dan pembahasan

yang dituangkan dalam penulisan ini, serta memberikan

(33)

202 

Universitas Kristen Maranatha

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan :

1. Keterkaitan antara Prospektus dan Prinsip Keterbukaan dalam rangka

Penawaran Umum yang membuka peluang investasi bagi pihak ketiga di

Pasar Modal adalah:

a. Prospektus sebagai informasi pertama bagi pihak ketiga dalam hal

pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal

Pasal 78 UUPM jo Peraturan Bapepam No.IX.C.2 Tentang

Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka

Penawaran Umum telah mengamanatkan adanya kewajiban bagi

Emiten yang akan melakukan penawaran umum untuk membuat

prospektus yang berisi informasi mengenai keadaan emiten.

Mengingat bahwa Prospektus merupakan informasi pertama yang

digunakan oleh pihak ketiga dalam menilai kualitas suatu efek yang

ditawarkan kepadanya maka prospektus tersebut haruslah memuat

informasi yang benar terkait fakta material dan kondisi perusahaan.

Keterbukaan di dalam prospektus menyangkut informasi,

peristiwa, kejadian, atau fakta mengenai emiten yang bersifat penting,

relevan, dan material. Apabila emiten atau perusahaan publik tidak

(34)

mengakibatkan Misleading Information dan kerugian bagi pihak

ketiga.

b. Prinsip Keterbukaan dalam Penawaran Umum yang memberikan daya

tarik bagi pihak ketiga untuk berinvestasi di Pasar Modal

Secara yuridis, prinsip keterbukaan (full disclosure) informasi

merupakan jaminan bagi hak publik khususnya pihak ketiga untuk

terus mendapatkan informasi perusahan dan akses penting dengan

sanksi untuk hambatan atau kelalaian yang dilakukan perusahaan.

Pasal 1 Angka 25 UUPM telah mengamanatkan adanya keterbukaan

informasi melalui prinsip keterbukaan di Pasar Modal.

Dalam rangka Penawaran Umum setiap emiten diwajibkan

membuat suatu prospektus yang memuat seluruh informasi

perusahaan tanpa ada yang ditutupi. Prospektus merupakan informasi

pertama yang digunakan oleh pihak ketiga untuk menilai kualitas efek

yang ditawarkan oleh emiten atau perusahaan publik sehingga

keterbukaan informasi dalam prospektus merupakan daya tarik bagi

pihak ketiga untuk membeli efek yang ditawarkan oleh emiten dalam

prospektusnya.

2. Sanksi hukum yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap

pelanggaran Misleading Information pada Prospektus di Pasar Modal

dapat berupa sanksi administratif, sanksi perdata, dan/atau sanksi pidana.

(35)

Universitas Kristen Maranatha 1) peringatan tertulis;

2) denda (kewajiban membayar sejumlah uang tertentu);

3) pembatasan kegiatan usaha;

4) pencabutan kegiatan usaha;

5) pembatalan persetujuan; dan

6) pembatalah pendaftaran.

Pasal 103 Ayat (3) UUPM menyatakan bahwa sanksi

administratif diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995

jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995. Besarnya jumlah

sanksi denda adalah :

1) “denda Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

2) denda Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

3) denda maksimal Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk orang perorangan; dan

4) denda maksimal Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk pihak yang bukan orang perorangan”.

b. Sanksi perdata yang dapat dijatuhkan oleh OJK berupa :

1) terhadap gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dapat

dikenakan ganti kerugian sebagaimana diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) terhadap gugatan wanprestasi dapat dikenakan denda

sejumlah kerugian yang diderita oleh pihak yang merasa

(36)

3) terhadap gugatan yang didasari pelanggaran

Undang-Undang Perseroan Terbatas dapat dikenakan sanksi ganti

kerugian dan/atau denda sebagaimana diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :

Pasal 103 sampai dengan Pasal 110 UUPM mengancam setiap

pihak yang terbukti melakukan tindak pidana di bidang Pasar Modal

diancam hukuman pidana bervariasi antara satu sampai sepuluh tahun.

Apabila dilihat dari beratnya ancaman hukumannya, maka kedalam

golongan tindak pidana di Pasar Modal ada 4 (empat) kategori, yaitu

sebagai berikut:

1) “kejahatan dengan ancaman hukuman maksimal 10 (sepuluh) tahun penjara dan denda maksimum Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah);

2) kejahatan dengan ancaman hukuman maksimal 5 (lima) tahun penjara dan denda maksimal Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

3) kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara maksimal 3 (tiga) tahun dan denda maksimal Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan

4) pelanggaran yang diancam dengan hukuman kurungan maksimal 1 (satu) tahun dan denda dengan maksimal Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

3. Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak ketiga yang

dirugikan akibat Misleading Information dalam Prospektus dihubungkan

dengan Prinsip Keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

(37)

Universitas Kristen Maranatha

a. Penegakan Prinsip Keterbukaan (Full Disclosure) dalam

Pembuatan Prospektus Penawaran Umum oleh Emiten di Pasar

Modal

Dalam upaya mencapai tujuan dari prinsip keterbukaan untuk

perlindungan terhadap investor hanya dapat terpenuhi sepanjang

informasi yang disampaikan kepada investor mengandung

kelengkapan data baik data keuangan emiten, informasi mengenai

manajemen perusahaan emiten, dan informasi lainnya yang

mengandung fakta material. Penyampaian informasi yang lengkap

dan akurat serta berdasarkan ketepatan waktu kepada investor

akan dapat menghindarkan investor dari segala bentuk kejahatn di

Pasar Modal khususnya dari informasi menyesatkan (Misleading

Information).

b. Sosialisasi Mekanisme Pengaduan dan Pelaporan Kasus

Pelanggaran UUPM oleh OJK dan Penegakan Sanksi Hukum atas

Pelanggaran Misleading Information dalam Prospektus

Ketentuan yang mengatur mengenai pengaduan pihak

ketiga dan pemberian fasilitas penyelesaian pengaduan oleh OJK

diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

(38)

Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan.

Adanya lembaga pengaduan tersebut dirasa belum efektif

mengingat masih banyak pihak ketiga yang tidak mengetahui

adanya lembaga tersebut maupun mekanisme penyelesaian

sengketa di Pasar Modal. Adapun langkah besar yang harus

difasilitasi oleh Pemerintah adalah mengefektifkan lembaga

pengaduan masyarakat khusus di bawah OJK yang bertugas

menerima pengaduan masyarakat investor dan pelaporan atas

kasus yang terjadi di Pasar Modal yang dapat dihubungi atau

dikunjungi oleh pihak ketiga dengan mudah sekaligus

mensosialisasikan mekanisme pengaduan dan pelaporan kasus

pelanggaran UUPM oleh OJK.

Di sisi lain, dengan adanya pengaturan sanksi yang lebih

rinci dan tegas diharapkan dapat membantu untuk mencegah

terjadinya pelanggaran atas prinsip keterbukaan dalam suatu

penawaran umum ataupun setelah masa penawaran umum.

Bentuk sanksi ini dibuat dalam suatu Keputusan Ketua OJK yang

dapat dilakukan revisi secara terus menerus sesuai dengan

perkembangan tingkat kejahatan yang terjadi di Pasar Modal

untuk perbaikan sebagai suatu bentuk perlindungan bagi pihak

(39)

Universitas Kristen Maranatha

c. Klausula OJK berkaitan dengan Perlindungan Hukum bagi Pihak

Ketiga akibat Misleading Information di dalam Prospektus

Pasal 75 UUPM jo Pasal 1 Huruf l Peraturan Bapepam

No.IX.C.2 mengenai Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi

Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum menyebutkan

bahwa di dalam prospektus harus memuat pernyataan yang

melepaskan OJK dari adanya tanggung jawab hukum apabila

terjadi Misleading Information dalam Prospektus emiten.

Klausula yang membebaskan OJK dari tanggung jawab

hukum tersebut dapat dikategorikan sebagai klausula eksemsi.

Adanya klausula eksemsi yang melepaskan OJK dari tanggung

jawab hukum menyebabkan perlindungan terhadap pihak ketiga

menjadi tidak maksimal, disisi lain peningkatan kinerja OJK

menjadi sangat lamban karena tidak adanya dorongan untuk

bertanggung jawab atas suatu peristiwa hukum yang

sesungguhnya melibatkan peran OJK di dalamnya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis terhadap permasalahan yang telah

diuraikan di atas dapat dibagi sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi pengembangan

ilmu hukum, khususnya dalam ruang lingkup hukum pasar modal. Adanya

(40)

menjadi bahan kajian pustaka bagi para akademik untuk membuat

terobosan hukum yang berguna bagi kepentingan masyarakat khususnya

pihak ketiga di Pasar Modal;

2. Bagi Pelaku Usaha/Bisnis

Pelaku Usaha/Bisnis dalam hal ini Emiten atau Perusahaan Publik

diharapkan dapat mematuhi seluruh ketentuan yang telah diatur dalam

UUPM khususnya dalam rangka pembuatan Prospektus sebelum

Penawaran Umum yaitu emiten wajib melaksanakan prinsip keterbukaan

yang diamanatkan UUPM dengan membuat prospektus yang

sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi perusahaan agar pihak ketiga

mendapatkan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat sesuai dengan

fakta material perusahaan;

3. Bagi Pemerintah

a Pemerintah selaku pembuat undang-undang (legislator) diharapkan

meninjau kembali klausula eksemsi yang melepaskan OJK dari

tanggung jawab hukum apabila terjadi Misleading Information di

dalam pemuatan prospektus dalam rangka Penawaran Umum.

Pemerintah diharapkan untuk menghapus ketentuan yang

melepaskan tanggung jawab OJK tersebut guna meningkatkan

perlindungan terhadap pihak ketiga dan sekaligus meningkatkan

kinerja OJK melalui adanya tanggung jawab hukum yang sama

(41)

Universitas Kristen Maranatha terjadi pelanggaran di Pasar Modal yang melibatkan OJK di

dalamnya.

b Pemerintah khususnya lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

diharapkan untuk semakin aktif dalam mensosialisasikan

mekanisme pengaduan dan pelaporan bagi pihak ketiga yang

merasa dirugikan akibat adanya pelanggaran UUPM yang terjadi di

Pasar Modal hal ini mengingat OJK merupakan lembaga yang

berwenang melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran UUPM

di Pasar modal. Selain itu, dalam rangka menjaga kepercayaan

pihak ketiga untuk terus bertransaksi di Pasar Modal Indonesia

maka OJK perlu mempermudah akses bagi pihak ketiga dalam

melakukan pengaduan dan/atau pelaporan; dan

c Pemerintah bersama-sama dengan OJK diharapkan lebih

meningkatkan sanksi-sanksi hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pihak-pihak yang melanggar ketentuan UUPM dengan

tujuan agar para pihak tersebut tidak melakukan pelanggaran yang

merugikan pihak ketiga sekaligus sebagai bentuk perlindungan

untuk memberikan keadilan bagi pihak ketiga yang dirugikan

selaku investor di Pasar Modal.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat khususnya pihak ketiga selaku investor di Pasar Modal

diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam menilai kualitas efek yang

(42)

dibuat sebelum Penawaran Umum. Kehati-hatian pihak ketiga dalam

menilai efek yang ditawarkan oleh emiten tersebut dapat dilakukan dengan

meneliti terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan melalui laporan

keuangan perusahaan yang listing di Bursa Efek dengan mengakses Icamel

Indonesia melalui website www.icamel.go.id dan/atau dengan mengikuti

perkembangan perusahaan publik melalui berita di media massa dan media

(43)

Andi Hamzah, “Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan

Internasional”, Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Arbi Sanit, “Perwakilan Politik di Indonesia”, Rajawali, Jakarta, 1985

Asril Sitompul, “ Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya”, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2004

Bursa Efek Indonesia, “Panduan Go Public”, PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2014

Faizal Hafied, “Kendala Penegakan Hukum Kasus Insider Trading di Indonesia :

Solusi Aplikatif bagi Penegakan Hukum di Masa Mendatang”, FH UI, Depok,

2006

Freddy R. Saragih, “Prosedur dan Tata Cara Penerbitan instrument Utang di

Indonesia”, Newsletter, Jakarta, 2000

Hamud M.Balfas,“Hukum Pasar Modal Indonesia”, Tatanusa, Jakarta, 2006

Hans Kelsen, “General Theory of Law and State”, Russel & Russel, New York, 1961

Irsan Nasarudin dan Indrasurya, “Aspek hukum Pasar Modal Indonesia”, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2008

Johannes Ibrahim dan Lindawati P.Sewu, “Hukum Bisnis Dalam Prespektif Manusia

Modern”, Refika Aditama, Bandung, 2004

John Rawls,“A Theory of Justice, Massachusetts : The Belknap press of Harvard

(44)

Bandung, 2008, hlm. 127.

Najib A.Gisymar,“Insider Trading dalam Transaksi Efek”, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1999

Nindyo Pramono, “Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal di

Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997

Normin S. Pakpahan, “Kamus Hukum Ekonomi Edisi Pertama”, Elips, Jakarta. 1997

Marzuki Usman, “Pengetahuan Dasar Pasar Modal”, Institut Bankir Indonesia,

Jakarta, 1997

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”

Prenada Media, Jakarta, 2004

Muhhammad Asrun, “Krisis Peradilan Mahkamah Agung dibawah Soeharto”,

ELSAM, Jakarta, 2004

Munir Fuady, “Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum)”, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1996

Ridwan H.R,”Hukum Administrasi Negara”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006

Sekretaris Jendral MPR RI, “Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 (Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal dan ayat)”,

(45)

Subekti,“Hukum Perjanjian”, Intermasa, Jakarta, 2008

Sumantoro, “Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia”, Ghalia Indonesia, Jakarta,

1990

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti,“Hukum Pasar Modal Indonesia”, Sinar Grafika,

Jakarta, 2009

Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin,“Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan

Tanya Jawab”, Salemba 4, Jakarta, 2009

Ulber Silalahi, “Metode Penelitian Sosial”, Refika Aditama, Bandung, 2009

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Bapepam No.IX.C.2 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi

Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum.

Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan Nomor : 29/PDT.G/2011/PN.JKT.PST”,

(46)

Atmoejo. “eksonerasi”. (http://ojomta.blogspot.com/2010/09/eksonerasi.html)

diunduh pada 25 Juni 2015.

Bapepam,“Kasus Tahun 2000”,

(http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Agustus2000/PR_31_8_2000.pdf)

diunduh pada Senin 2 Desember 2014.

Budi Satria. “Pelanggaran Prinsip Keterbukaan ditangani oleh OJK”.

(http://www.infobanknews.com/2015/08/ojk-catat-19-emiten-lakukan-pelanggaran/) diunduh pada hari Jumat, 25 juni 2015

Hendro Wibowo. “Proses Go Public dan Mekanisme Pencatatan Saham BEI”,

(http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/proses-go-public-dan-mekanisme.html), diunduh pada hari Selasa, 17 Juni 2008.

Prayoga Bestari, “14 Pandangan Immanuel Kant Tentang

Negara”.,2014,(http://potrethukum.com/24/14-pandangan-Imanuel-Kant-Tentang-Negara),13 April 2015.

Wahyu Bram. “Jenis-Jenis transaksi yang dilarang dalam Pasar Modal”,

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perlindungan hukum terhadap anak akibat pembatalan perkawinan orangtuanya adalah karena status anak tetap anak sah sekalipun perkawinan kedua orang tuanya

PERLINDUNGAN PADA PASIEN DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.. DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin menganalisa bagaimana syarat-syarat dan prosedur serta perlindungan hukum bagi anak angkat dan orang tua angkat tersebut

Sifat Penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan dan meneliti bagaimana perlindungan konsumen yang melakukan transaksi jual beli online melalui facebook

Tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak ketiga mengakibatkan kerugian pada nasabah yang bersangkutan, diantaranya adalah nasabah yang bersangkutan tidak mendapatkan haknya

bahwa untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka diperlukan peran serta pihak ketiga untuk memberikan sumbangan secara sukarela baik dalam bentuk uang atau

Jangka Waktu Pengecualian Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan

Sumbangan Pihak Ketiga kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut sumbangan adalah Pemberian Pihak Ketiga yang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan