• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Dalam Ilmu Dakwah

Disusun Oleh : Ihda Sa’diyah NPM. 1341030029

Jurusan : Manajemen Dakwah

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(2)

OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Dalam Ilmu Dakwah

Disusun Oleh : Ihda Sa’diyah NPM.1341030029

Jurusan : Manajemen Dakwah

Pembimbing I : Drs. Kholidi M. Pd. I

Pembimbing II : Dr. Tomtowi Jauhari S. Ag, M.M

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(3)

ABSTRAK

OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

Oleh Ihda Sa’diyah

Pada aktivitas dakwah, Penggerakan merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan, karena dari penggerakan semua rencana dakwah akan terealisir, dimana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Pada hal ini, peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah yang dilakukan.. Pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan, mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya. Kampoeng Nasyid hadir sebagai komunitas yang fokus terhadap pengembangan nasyid di Lampung dan Indonesia yang berupaya menjadi wadah perkumpulan bagi insan penggiat dan pencinta nasyid serta berusaha menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi SDM yang dapat membawa pada kemajuan nasyid sebagai seni musik Islami, Demi terwujudnya visi Kampoeng Nasyid yaitu “

Memasyarakatkan Nasyid, Menasyidkan Masyarakat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagimana optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalamnya.

Untuk memperoleh jawaban, penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan bersifat deskriptif yaitu mengelompokkan data sesuai dengan katagorinya serta menguraikan seluruh konsep yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Jumlah populasi yaitu 40 orang. Untuk memudahkan penelitian, penulis menggunakan sampel sebagai objek penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga menghasilkan sampel sebagai 10 orang untuk diteliti. Adapun alat pengumpul data berupa wawancara, observasi partisipan, serta hasil dokumentasi yang diperoleh, barulah di analisis oleh penulis sehingga memunculkan gambaran tentang optimalisasi fungsi penggerakan pada Kampoeng Nasyid.

(4)

melakukan berbagai gerakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan Kampoeng Nasyid sehingga dapat tercapai dan berjalan secara optimal.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dianalisis penulis, menghasilkan kesimpulan bahwa fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid berjalan cukup optimal melalui pemberian motivasi oleh pemimpin, pemberian bimbingan, menjalin hubungan kekeluargaan antar anggota dan pemimpin, menyelenggarakan komunikasi dengan memanfaatkan media sosial yang ada seperti Facebook, whatshap, line dan lain-lain, serta pengembangan dan peningkatan pelaksana berupa pengembangan bakat dan kemampuan anggota melalui kegiatan-kegiatan positif yang mengarah pada pencapaian tujuan secara optimal. Hal tersebut didukung oleh pencapaian hasil dan tujuan yang diperoleh Kampoeng Nasyid pada pelaksanaan fungsi penggerakan.

(5)

Alamat: Jl. Let Kol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Tlp. (0721) 703531 Fax. 780422

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH

PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG

BANDAR LAMPUNG

Nama : Ihda Sa’diyah NPM : 1341030029

Jurusan : Manajemen Dakwah

Fakultas : Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Menyetujui,

Untuk dimunaqosahkan dan dipertahaankan dalam siding munaqosah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Kholidi M.Pd.I Tontowi Jauhari S. Ag, M.M NIP.195212141971051001 NIP.197009141997031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

(6)

Alamat: Jl. Let Kol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Tlp. (0721) 703531 Fax. 780422

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA

KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG, di susun oleh :

Ihda Sa’diyah, NPM: 1341030029, Jurusan Manajemen Dakwah, Telah Diujikan

Dalam Ujian Munaqasah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Pada Hari/Tanggal:

TIM DEWAN PEMBAHAS

Ketua Sidang : ………... (...)

Sekretaris : ……… (...)

Pembahas Utama : ……… (...)

Pembimbing I : ……….(...)

Dekan

(7)

MOTTO                           

Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada

kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah : 105)

                     

Artinya : Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.

(QS. Al-kahfi : 2)1

1

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua Orang tua yang amat kucinta dan kusayangi, Ayahanda Khusosi Afandi

AZ, dan Ibunda Siti Hamidah

2. Adikku tersayang Ananda Muhammad Haikal Fuaidi, dan Dafa Alfan Fawaid

3. Keluarga baruku Komunitas Kampoeng Nasyid Tanjung Karang Bandar

Lampung

4. Seseorang yang masih berada dalam rahasia-Nya, yang senantiasa kusemogakan

disetiap sujud dan do’aku

5. Almamater tercinta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ihda Sa’diyah. Merupakan putri pertama dari tiga bersaudara

pasangan Bapak Khusosi Afandi Az dan Ibu Siti Hamidah yang lahir di Gisting Bawah, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 31 Desember 1995.

Pada tahap awal pendidikannya, penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Roudlotul Atfal Landbaw, Gisting pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pada pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus dan lulus pada tahun 2007, lalu melanjutkan pada tingkat

pendidikan menengah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla’ul Anwar Gisting,

Tanggamus dan lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikan

menengah atas di Madrasah Aliyah (MA) Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus hingga

tahun 2013, lalu penulis melanjutkan pendidikan pada program SI IAIN Raden Intan Lampung jurusan Manajemen Dakwah Pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menjadi zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini yang berjudul “ OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID, PENENENGAHAN RAYA, TANJUNG

KARANG, BANDAR LAMPUNG”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari perhatian serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khomsahrial Romli, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Ibu Hj. Suslina Sanjaya, M.Ag., serta Bapak M. Husaini M.T, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Managemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Kholidi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik I dan Dr. Tontowi Jauhari S. Ag, M.M yang telah sabar memberikan saran, arahan, masukan serta dorongan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

(11)

5. Ayahanda Khusosi Afandi AZ dan Ibunda Siti Hamidah yang tiada henti memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

6. Rekan-rekan seperjuanganku Manajemen Dakwah angkatan 2013, Kelompok KKN 46 Sritejokencono yang memberi semangat dan berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Komunitas Kampoeng Nasyid yang telah memberikan data, informasi dan dokumentasi kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terlibat dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga Allah membalas perbuatan baik dan segala bantuan dengan pahala yang besar bagi mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat membuat skripsi lebih baik selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, Mei 2017

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian... 10

G. Metode Penelitian... 11

BAB II OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH ... 22

A. Optimalisasi ... 22

B. Fungsi Penggerakan Dakwah ... 23

1. Pengertian Fungsi Penggerakan ... 23

2. Sasaran Daan Tujuann Penggerakan ... 24

3. Manfaat Dan Pentingnya Penggerakan Dakwah ... 25

4. Prinsip Dan Kegiatan-Kegiatan Penggerakan ... 26

5. Langkah-Langkah Penggerakan Dakwah ... 27

BAB III KAMPOENG NASYID BANDAR LAMPUNG DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH ... 39

A. Profil Kampoeng Nasyid ... 39

1. Sejarah berdirinya Kampoeng Nasyid ... 39

2. Visi, Misi, Tujuan Kampoeng Nasyid ... 42

a. Visi ... 42

b. Misi... 42

(13)

3. Struktur Organisasi Kampoeng Nasyid ... 43

4. Program Kegiatan Kampoeng Nasyid ... 47

B. Optimalisasi Fungsi Penggerakan Dakwah Pada Kampoeng Nasyid 52 BAB IV OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 85

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar nama sampel penelitian

2. Pedoman Interview

3. Pedoman Observasi Partisipan

4. Pedoman Dokumentasi

5. Surat Keputusan Judul dan Penunjukan Pembimbing Skripsi

6. Surat Rekomendasi Kesatuan Bangsa dan Politik

7. Surat pernyataan survey penelitian

8. Daftar Nama Anggota Kampoeng Nasyid

9. Daftar Gambar

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul “OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN

DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID, TANJUNG KARANG, BANDAR

LAMPUNG”. Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan maksud, penyusun akan

menjelaskan dan menguraikan batasan-batasan istilah yang ada pada judul skripsi ini

:

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, optimalisasi adalah suatu

tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain,

sistem, atau keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya sempurna, fungsional, atau

lebih efektif.1Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau

maksimal.

Optimalisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan sesuatu

yang sudah ada, atau merancang dan membuat sesuatu agar dilaksanakan secara

efektif dan efisien.2

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, yang dimaksud optimalisasi

adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan suatu kegiatan yang

direncanakan agar mencapai hasil maksimal.

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), 1994, h. 800 2

(17)

Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong

dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan serta bergerak untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan dan merasa berkepentingan serta bersatu-padu

dengan rencana dan usaha organisasinya.3 Penggerakan merupakan proses pemberian

motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa , sehingga mereka mampu

bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan

ekonomis. Motivasi secara implisit berarti bahwa pimpinan organisasi di tengah

bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, intruksi, nasihat, dan koreksi jika

diperlukan.

Rosyad Shaleh menyebutkan 5 macam langkah-langkah penggerakan dakwah, adalah sebagai berikut :

1. Memberikan motivasi 2. Melakukan bimbingan 3. Menjalin hubungan

4. Penyelenggaraan komunikasi

5. Pengembangan dan peningkatan pelaksana.4

Pada aktivitas dakwah, Penggerakan merupakan inti dari manajemen

dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan, karena dari

penggerakan semua rencana dakwah akan terealisir, dimana fungsi manajemen akan

bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah.5 Peranan pemimpin sangat

menentukan keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, karena

3

Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) 4

Abd. Rosyad S, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), cet-3, 1993, h. 112 5

(18)

pemimpin dituntut untuk memberi motivasi, bimbingan, mengoordinasikan serta

menciptakan suasana sejuk dalam membentuk kepercayaan diri yang akhirnya dapat

mengoptimalkan semua anggotanya.

Kampoeng Nasyid yang beralamat di Jalan Samratulagi No. 25,

Penengahan Raya, Tanjung Karang, Bandar Lampung merupakan sebuah komunitas

yang menjadi wadah bagi para penggiat nasyid untuk bersinergi bersama dalam

menyampaikan pesan dakwah melalui nasyid. Kehadiran Kampoeng Nasyid sebagai

upaya pelestarian seni musik Islami yang semakin meredup sehingga dapat kembali

berjaya dan dapat berkembang lebih luas dengan penggerakan yang dilakukan.

Dalam pelaksanaan pada tahap pengembangan perlu adanya kerjasama yang baik

antara pemimpin dan anggota agar dapat menciptakan suasana yang dapat

menghantarkan komunitas pada tujuan, hal tersebut dilakukan pemimpin dengan cara

menggerakan anggotanya melalui motivasi, bimbingan, arahan serta komunikasi

yang dilakukan agar pelaksanaan kegiatan nasyid dapat terus berkembang.

Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan optimalisasi fungsi

penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid adalah seluruh kemampuan pemimpin

Kampoeng Nasyid dalam memberikan motivasi, bimbingan, penyelenggaraan

komunikasi, menjalin hubungan dan melakukan pengembangan kepada anggotanya,

sehingga anggota mampu mendukung dan melaksanakan tugas secara ikhlas demi

(19)

B. Alasan Memilih Judul

Adapun Alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Penggerakan merupakan salah satu fungsi manajemen yang

fundamental dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dimana fungsi penggerakan

menjadi bukti nyata pelaksanaan suatu kegiatan dari sebuah perencanaan,

baik tidaknya manajemen suatu organisasi dapat dilihat dari penggerakan

yang ada didalamnya.

2. Kampoeng Nasyid merupakan salah satu komunitas yang aktif bergerak

dalam bidang penyampaian dakwah melalui berbagai kegiatan keagamaan

yang di kemas dalam suatu seni dengan fokus tujuan pada pengembangan

nasyid dan menjadi komunitas yang dapat menggerakkan pecinta nasyid

untuk bergabung, berkarya dan bersinergi mensyiarkan nasyid di Lampung.

3. Mengingat masalah yang dibahas pada karya Ilmiah ini berhubungan dangan

materi dalam mata kuliah Manajemen dakwah yaitu fungsi manajemen

dakwah berupa fungsi penggerakan dakwah, sehingga penulis merasa mampu

(20)

C. Latar belakang masalah

Islam adalah agama dakwah 6 yaitu agama yang mengajak dan

memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan agama Islam

kepada seluruh manusia. Maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan

berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya.7 Implikasi dari Islam

sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah,

karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan

masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk

dan coraknya.8

Kegiatan dakwah tidak hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) ,

tetapi juga sisi pelakunya (Da’i) dan pesertanya (Mad’u), selain itu dakwah tidak

hanya berada di tempat-tempat konvensional seperti masjid, pesantren dan majelis

ta’lim. Kini dakwah sudah masuk ke radio, televisi, melalui media internet dan

menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Fenomena tersebut

merupakan perkembangan yang menggembirakan sebagai motivasi elemen dakwah

sekaligus tantangan bagi praktisi dakwah untuk tetap tampil dinamis, selalu

meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih

profesional. Ungkapan professional itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari hal yang

terkait dengan apa yang dinamakan manajemen. Chester J. Barnard mengemukakan;

6

Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987, h. 11 7

Didin Hafiduddin, Dakwah aktual, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), h. 766 8

(21)

Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari

administrasi dan manajemen.9

Pendapat G.R Terry dalam bukunya Principles of Management, adalah “ Management is a disninct process of planning, organizing, actuating, and

controlling, perform to determine and accomplish stated objectives by the use of

human being anf other resources”. 10Definisi tersebut memberikan gambaran bahwa

manajemen merupakan suatu proses yang dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya

lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Keempat komponen dalam pengertian tersebut di artikan sebagai fungsi

manajemen.

Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan kegiatan yang

berangkai, bertahap, berkelanjutan, dan saling mendukung satu sama lain. Pembagian

fungsi- fungsi manajemen ini tujuannya adalah : agar urutan pembahasan lebih

tersusun secara sistematis, lebih mudah dipahami dan menjadi pedoman pelaksanaan

proses manajemen dari manajer.11 Jika dikaitkan dengan aktivitas dakwah, maka

organisasi atau lembaga dakwah yang menggunakan prinsip-prinsip tersebut akan

mencapai hasil yang maksimal, karena secara elementer organisasi tidak bekerja atau

di gerakkan sendiri, tetapi ada orang yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut,

9

Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Yogyakarta : BPFE UGM, 1978), h. 2 10

G.R. Terry, Principles of Management, ( Georgetown : Richard D. Irwing Inc. 6 th Edition, 1972) h. 4

11

(22)

dengan demikian sebuah organisasi atau lembaga dakwah membutuhkan manajemen

untuk mengatur, menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tujuan-tujuannya.

Dari fungsi-fungsi tersebut penulis memfokuskan pada pembahasan fungsi

penggerakan (Actuating). Pada kegiatan dakwah, fungsi penggerakan diartikan

sebagai At-tawjih, yaitu pemberian motivasi kepada para bawahan sedemikian rupa,

sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi

dengan efisien dan ekonomis. Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang

manajer/ pemimpin dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian,

sehingga anggotanya mampu mendukung dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai

tujuan. Peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah

yang dilakukan pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan,

mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah

kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya.

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dapat menggunakan

berbagai media dakwah. Salah satu media dalam mengembangkan ajaran Islam

adalah kesenian dan kebudayaan. Kesenian menjadi salah satu faktor pendukung

yang memiliki peranan untuk menyebarluaskan suatu agama dan kepercayaan.

Kesenian yang didalamnya terkandung nilai-nilai Islam itulah yang di sebut dengan

kesenian Islam. Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang Islam, tidak harus

(23)

abstrak tentang akidah.12 Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari

sisi pandangan Islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju

pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.13

Dari berbagai macam kesenian Islam yang berkembang, salah satu

kesenian islam yang menjadi media dakwah yaitu Nasyid. Nayid adalah seni musik

Islami (handasah al- shawat) yang mendendangkan syair syair Qur’an dan irama-irama yang syahdu, berisikan ajaran-ajaran dan penuh ajaran Islam yang banyak

mengandung muatan dakwah dan bimbingan melalui seni musik atau seni suara yang

indah. Seni nasyid dapat berbentuk doa-doa agama yang dinyanyikan dengan suara

lembut sehingga menggembirakan hati dan menggoyangkan perasaan.14

Berdakwah menggunakan media kesenian termasuk seni musik

merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, sebab dakwah dengan media

musik selain bermakna sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, juga dalam rangka membangun intuisi umat.15

Kampoeng Nasyid merupakan komunitas pembinaan dan pengembangan

nasyid di Lampung yang menaungi grup dan solois nasyid. Kampoeng Nasyid telah

berhasil mencetak grup nasyidhingga tingkat Nasional. Kampoeng Nasyid berupaya

memasyarakatkan nasyid dalam berbagai event seperti konser, Talk show, Program

12

M. Quraisy shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Tematik Atas Perbagai Persoalan Umat 2, (Bandung: Mizan, 1996), h. 524

13

Muhammad Qutbh, Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah, h. 119 ( dikutip dalam Quraish Shihab, Wawasan Alqur’an, Bandung : PT Mizan Pustaka, 1996) h. 524

14

Yusuf al- Qordhowi, Waktu dalam Kehidupan Muslim, (Jakarta : Firdaus, 1998), h. 117 15

(24)

TV, PHBI hingga mengisi acara resepsi atau walimah. Dalam pelaksanaan kegiatan

di Kampoeng Nasyid juga terdapat beberapa bidang pengembangan diantaranya :

Bidang Pengembangan Minat dan Bakat, Bidang Administrasi dan Kepustakaan,

Bidang Program Komunikasi dan Informasi, Bidang Humas, dan Pengembangan

Usaha Mandiri.

Demi mencapai visi Kampoeng Nasyid yaitu “Memasyarakatkan Nasyid

dan Menasyidkan Masyarakat”16

, Adhi S. Mendoza sebagai pemimpin Kampoeng

Nasyid berupaya memperkenalkan nasyid kepada seluruh anggota serta pemahaman

nasyid tentang tujuan, fungsi, dan manfaatnya, sehingga anggota mengerti tujuan dari

komunitas Kampoeng Nasyid ini. Dari nasyid inilah diharapkan dapat menginspirasi

masyarakat agar lebih mencintai musik Islami. Hal ini yang memacu pemimpin

bersama anggota Kampoeng Nasyid untuk lebih bersinergi dalam pengembangan

Nasyid melalui karya dan prestasi yang di hasilkan sehingga menimbulkan keinginan

untuk bergerak.

Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan visi misi yang telah

direncankan jika tidak ada bukti yang nyata pada sebuah tindakan, melihat

bagaimana persaingan dan maraknya berbagai seni modern yang lebih banyak

disukai dan digemari oleh masyarakat daripada seni-seni Islam, oleh karena itu

pemimpin kampoeng Nasyid selalu memotivasi anggotanya untuk lebih bersinergi

dalam upaya pengembangan nasyid di Indonesia pada umumnya dan di Lampung

16 Kampoeng Nasyid Entertainment (On

(25)

khususnya.

Berbagai gerakan yang telah dilakukan Kampoeng Nayid, dampak yang

timbul berdasarkan opini masyarakat yang di tampung oleh pemimpin Kampoeng

Nasyid bernilai positif, Kampoeng Nasyid mampu merubah persepsi masyarakat

yang sebelumnya kaku, namun dengan berbagai kegiatannya masyarakat dapat

menilai bahwa nasyid dapat tampil dengan modern, dan menyejukkan hati,

karenanya masyarakat kini banyak mendapatkan alternatif hiburan Islami sekaligus

menjadi syiar kebaikan bagi mereka yang menggunakan jasa Kampoeng Nasyid.17

Dari latar belakang tersebut, Penulis memfokuskan pada pembahasan

bagaimana Kampoeng Nasyid mengoptimalkan fungsi penggerakan guna mencapai

tingkat yang lebih baik.

D. Rumusan masalah

Bagaimana optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng

Nasyid, Tanjung karang, Bandar Lampung?

E. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi fungsi penggerakan

dakwah pada Kampoeng Nasyid, Tanjung Karang, Bandar Lampung.

F. Kegunaan penelitian

Teoritis : Untuk mengetahui optimalisasi penggerakan dakwah melalui

pemberian motivasi, bimbingan, menjalin hubungan,

17

(26)

penyelenggaraan komunikasi oleh pemimpin kepada anggotanya

pada Kampoeng Nasyid

Praktis : Untuk mengetahui secara langsung penggerakan yang dilakukan

oleh pemimpin untuk mengoptimalkan penggerakan dakwah seluruh

anggota Kampoeng Nasyid

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian a) Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Secara terminologi

menurut Baydan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.18Pendekatan kualitatif menjadi

cara kerja penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman data demi

mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian.

Merencanakan penelitian dengan pendekatan kualitatif sesungguhnya

membawa peneliti pada rencana kerja penelitian yang bersifat deskriptif, naratif

melalui uraian kata, alamiah, holistik, kontekstual, mendalam, subjektif, dengan

logika induktif dan berbagai ciri kerja lainnya pada penelitian kualitatif.19

Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamaiah. Obyek yang alamiah

18

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Posdakarya,2013), h. 4

19

(27)

adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.20

Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

dengan tujuan mengungkap data-data yang di uraikan oleh sumber data dan

partisipan untuk mengetahui proses optimalisasi penggerakan dakwah pada

Kampoeng Nasyid yang secara alamiah untuk memperoleh hasil yang

berkualitas dari penelitian yang dilakukan.

b) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang artinya

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.21 Deskriptif

adalah cara kerja yang sifatnya menggambarkan, melukiskan berbagai kondisi,

situasi, atau berbagai variabel yang diamati.22 Penelitian deskriptif berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang

tengah berlangsung.

Dengan demikian, penelitian yang menggunakan jenis deskriptif

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk melukiskan, menggambarkan, atau

memaparkan keadaan objek yang diteliti apa adanya tentang penggerakan yang

20

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 15 21

Muhammad Musa, Metedologi Penelitian,(Jakarta: Fajar Agung, 1998), h. 8 22

[image:27.612.135.527.256.537.2]
(28)

dilakukan pada Kampoeng Nasyid, disesuaikan dengan situasi dan kondisi

ketika penelitian tersebut dilakukan, dengan metode ini seorang peneliti hanya

perlu menggambarkan realitas objek yang diteliti secara baik, utuh, jelas, sesuai

dengan fakta yang tampak.23

2. Populasi dan Sampel a) Populasi

Dalam sebuah penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan

seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menajdi sasaran penelitian atau

merupakan keseluruhan dari objek penelitian.24 populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.25

Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dibedakan

menjadi populasi homogen ( keseluruhan individu yang menjadi anggota

populasi memiliki sifat yang relatif sama anatara satu dan yang lainnya), dan

populasi heterogen ( keseluruhan individu anggota populasi relatif mempunyai

sifat-sifat individu yang berbeda, sehingga membedakan antara anggota populasi

satu dengan lainnya).

Populasi homogen memudahkan penarikan sampel dan semakin

homogen populasi maka memungkinkan penggunaan sampel penelitian yang

23

Ibid.

24

Juliansyah Noor, Metode Penelitian, ( Jakarta : Prenadamedia Group, 2011), h. 147 25

(29)

kecil. Sebaliknya, jika populasi heterogen, maka kecendrungan menggunakan

sampel penelitian yang besar. Dengan kata lain, semakin kompleks, derajat

keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitiannya.26

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota nasyid,

baik solo maupun grup yang berada dalam naungan Kampoeng Nasyid dengan

kualitas dan karakteristik yang memiliki sifat bermacam-macam atau heterogen

(usia, jenis kelamin, pekerjaan, kemampuan) yaitu berjumlah : 40 Orang

b) Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang

menjadi sumber data sebenarnya dari suatu penelitian, dengan kata lain sampel

adalah sebagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi.27 Sampel

juga dapat diartikan sebagai sebagian populasi yang karakteristiknya hendak

diteliti.28

Penentuan prosedur sampling yang akan digunakan pada dasarnya

sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel, sampling

merupakan perwakilan dari jumlah keseluruhan objek yang berpeluang menjadi

sumber data.29 Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel dalam penelitian

ini adalah Purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

26

Juliansyah Noor, Loc. Cit.

27

Ibid, h. 114. 28

Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. Pertama, Ed. Pertama, h. 81.

29

(30)

pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.30 Peneliti menggunakan

purposive sampling untuk memilih responden secara subyektif dengan

menentukan sampel berdasarkan katagorisasi atau karakteristik umum yang

ditemukan sendiri oleh peneliti.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menetapkan kriteria atau

ciri–ciri dari populasi yang akan di jadikan sampel sebagai berikut : 1. Merupakan anggota aktif di Kampoeng Nasyid

2. Anggota nasyid yang intensitas penggerakannya lebih banyak dilakukan oleh

pemimpin

Dari kriteria tersebut, maka akan di dapatkan sampel sebanyak 10 orang

dengan rincian sebagai berikut : 1 orang CEO Kampoeng Nasyid, 9 orang

anggota umum meliputi 4 orang perwakilan dari grup , 3 orang Solois, 1 orang

Mulei Hijab Lampung, 1 orang Daiyah Pilihan Lampung

3. Metode pengumpulan data

Dalam sebuah penelitian, selain diperlukan metode yang tepat, juga perlu

memilih teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Agar data yang diperoleh

dapat di buktikan keabsahannya. Adapun metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

30Ibid

(31)

a. Metode interview

Metode interview adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya

kepada responden.31 Menurut Sutrisna Hadi, metode interview merupakan tanya

jawab secara lisan antara dua orang atau lebih berhadap hadapan secara fisik,

yang satu dapat melihat satu sama lain dapat mendengarkan tanpa bantuan alat

lain.32

Kemudian jenis interview yang digunakan menggunakan metode interview

bebas terpimpin, yaitu wawancara dilakukan dengan membawa sederetan

pertanyaan lengkap dan terperinci, juga bebas menanyakan apa saja dan

pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh

responden.33

Data yang di cari merupakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan

fungsi penggerakan yang dilaksanakan pada Kampoeng Nasyid, meliputi cara

pemberian motivasi, bimbingan, penyelenggaraan komunikasi, menjalin

hubungan serta pengembangan dan peningkatan pelaksana.

Dalam hal ini, penulis akan melakukan intrerview bebas terpimpin kepada

10 orang yang telah menjadi sampel dalam penelitian ini untuk mendapatkan

jawaban apadanya sesuai dengan kenyataannya.

31

Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metode penelitian survai, ( Jakarta LP3S, 1989) h. 192

32

Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch II,Jilid I, (Yokyakarta; Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.192.

33

(32)

b. Metode observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena social dan gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan.34 Observasi juga merupakan alat pengumpulan data

dengan menggunakan pengamatan atau mengindrakan langsung terhadap suatu

benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.35 Sedangkan metode observasi yang

digunakan adalah observasi partisipan yaitu peniliti ikut andil dalam kegiatan

yang dilakukan oleh Kampoeng Nasyid.

Dengan metode ini penulis berharap mendapatkan jawaban dari

permasalahan tentang optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng

Nasyid melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalamnya, selain itu

observasi partisipan ini juga digunakan sebagai control terhadap hasil interview.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.36

Dengan adanya dokumentasi penulis dapat mengumpulkan data yang diperoleh

dan di padu padankan sehingga menghasilkan jawaban atas rumusan masalah

dalam skripsi ini. Namun ketika menggunakan metode dokumentasi ini, Peneliti

juga harus hati-hati dalam memilih dokumen yang hendak dijadikan sumber

34

P. Joko Subagiyo, Metode Penelitian dalam teori dan praktek, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997) h. 63

35

Sunapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003), h. 52

36

(33)

penelitian karena tulisan serinngkali tidak sistematis (dokumen pribadi), tidak

akurat, ditulis dalam masa dan untuk tujuan tertentu sehingga perlu

rekonstruksi. dokumentasi juga berarti keterampilan dalam menemukan,

menangani dan merinci bibliografi (sumber-sumber) dan merawat

catatan-catatan yang mengklarifikasinya.37

4. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian adalah kegiatan yang terkait dengan upaya

memahami, menjelaskan, menafsirkan dan mencari hubungan diantara

data-data yang diperoleh. Setelah data-data terkumpul sesuai kebutuhan baik data-data dari

interview, observasi dan dokumentasi, kemudian data-data tersebut diolah

sebagai laporan. Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya data

tersebut dianalisa menguraikan hasil penelitian secara rinci apa adanya.

Analisis data kualitatif adalah suatu proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar,

hingga proses penafsiran. Dengan demikian akan terlihat kesesuaian ideal

dalam teori dan kenyataan di lapangan (penelitian) selanjutnya dengan

diketahui adanya perbedaan-perbedaan tersebut dijadikan landasan dalam

melakukan analisa.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengkajian dengan simpulan yang

telah diambil dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini

37

(34)

dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis yang melahirkan

simpulan yang dapat dipercaya.38

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang seperti telah dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karna telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih abstrak sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis

atau teori.39

H. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan oleh penulis dari berbagai

sumber kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang menjadi tinjauan pustaka

sebagai perbandingan sekaligus untuk menghindari plagiarisme dalam penyusunan

skripsi ini, Adapun tinjauan pustaka pada skripsi ini adalah :

Skripsi yang berjudul “Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu Gema Senandung

Vikri Nasyid (Analisis Wacana Album Gradasi Cinta)´Oleh Rani Okta Febriza,

Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi jurusan Komunakasi Penyiaran Islam di

38

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisi Data Kualitatif, (Jakarta: UI-Press.1992), Cet. 1, h. 16

39

[image:34.612.112.528.265.533.2]
(35)

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2014. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam lirik lagu GSV

Nasyid dan tanggapan masyarakat pecinta GSV Nasyid terhadap lagu-lagunya dalam

Album Gradasi Cinta. GSV Nasyid merupakan salah satu Grup Nasyid pada

Komunitas Kampoeng Nasyid yang sedang diteliti oleh penulis, Dari judul skripsi

tersebut jelas tampak perbedaan yang dapat dilihat namun dengan objek penelitian

(36)

BAB II

OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH

A. Fungsi Penggerakan Dakwah

1. Pengertiaan Fungsi Penggerakan Dakwah

Fungsi manajemen menurut G.R Terry meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengontrolan

(controlling). Penggerakan (Actuating) secara literatur berarti menggerakkan

atau mulai tindakan untuk melaksanakan secara fisik hasil perencanaan

(planning) dan organisasi (organizing) maka perlu diadakan tindakan

kegiatan yaitu actuating (penggerakan) = pelaksanaan. Penggerakan

merupakan bagian yang sangat penting dalam manajemen sebab tanpa

actuating maka perencanaan dan organisasi (planning and organizing) tidak

dapat diorealisasikan dalam kenyataan. Penggerakan (Actuating) adalah

suatu fungsi pembimbing dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang

agar kelompok itu suka dan mau bekerja.1

Actuating atau disebut gerakan aksi, mencakup kegiatan yang dilakukan

manajer untuk mengawasi dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh

unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.2

Untuk dapat melaksanakan penggerakan haruslah mempunyai

1

Jawahir Tanthawi, Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983), h. 74.

2

(37)

keahlian menggerakkan orang lain agar mau bekerja baik sendiri maupun

bersama-sama dengan penuh kesadaran dan keikhlasan untuk menyelesaikan

tugasnya supaya tujuan tercapainya sesuai dengan rencana yang telah

dibuat sebelumnya. Karena manajemen adalah kegiatan pencapaian

tujuan bersama ataupun melalui usaha-usaha orang lain, maka jelaslah bahwa

penggerakan (actuating) adalah merupakan bagian yang paling penting dalam

proses manajemen.

Syekh Mahmud Hawari menyebutkan penggerakan (actuating) dengan

At-Tawjih yaitu : pimpinan selalu memberikan jalan, petunjuk atau ilmu

pengetahuan, serta memperingatkan terhadap anggota, atau karyawan guna

mencapai tujuan yang sebenarnya.3

Dalam kegiatan dakwah, penggerakan dakwah merupakan inti dari

manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah

dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini , pimpinan menggerakkan semua

elemen untuk melakukan semua aktivitas dakwah yang telah direncanakan.

Penggerakan dakwah merupakan salah satu dari fungsi manajemen, yaitu

seluruh proses pemberian motivasi kerja para bawahan sedemikian rupa,

sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan

organisasi dengan efisien dan ekonomis.4

3

Jawahir Tanthawi, Op. Cit, h. 75. 4

(38)

2. Sasaran dan Tujuan Penggerakan dakwah

Sasaran daripada penggerakan untuk mendapatkan ketaatan disiplin,

kepatuhan dan kesediaan dari orang-orang lain untuk menyelesaikan tugas

yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman

yang diberikan. Tujuan daripada penggerakan adalah supaya manajemen

berhasil secara efektif dan efisien.

Seorang pemimpin harus mampu bersikap obyektif dalam menghadapi

persoalan organisasi melalui pengamatan, obyektif dalam menghadapi

perbedaan dan persamaan karakter anggotanya, baik individu maupun kelompok

manusia. Pemimpin mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadap

lingkungan dan adanya kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara

harmonis.5

3. Manfaat dan Pentingnya Penggerakan dakwah

Dalam keterangan terdahulu sudah diketahui bahwa penggerakan

(actuating) merupakan bagian yang sangat penting daripada proses manajemen

yang teratur, apabila tidak ada orang-orang yang melaksanakan perencanaan

secara sistematis sebagaimana yang telah diorganisasi maka belum bias

menghasilkan sesuatu. Betapa pentingnya actuating dalam proses manajemen,

inti daripada manajemen adalah penggerakan (actuating) dan inti daripada

menggerakkan adalah memimpin . siapa yang dapat menggerakkan orang yang

5

(39)

ada dibawah kekuasaannya, berarti ia dapat menjalankan manajemen.

Penggerakan menjadi sangat penting, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

:

1) Penggerakan (actuating) adalah usaha untuk menggerakkan

manajemen.

2) Manusia adalah unsur yang pertama dan utama dalam kegiatan

manajemen.

3) Perencanaan berhasil karena manusia menyatukan dan

menghimpun kegiatan-kegiatan bersama yang tepat.

4) Organisasi menjadi efektif apabila manusia menggunakannya untuk

bekerja sama secara baik dan tertib.

5) Pengawasan akan efektif karena digunakan untuk membantu

manusia dalam mencapai tujuannya.

6) Manajemen akan berhasil apabila menggerakkan orang-orang atau

manusia yang kompeten dengan tepat.

4. Prinsip dan Kegiatan-kegiatan Penggerakan

Kegiatan penggerakan (actuating) biasanya akan memperoleh hasil

yang maksimal apabila memperhatikan faktor- faktor di bawah ini :

1) Memperlakukan manusia dengan sebaik-baiknya.

2) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.

(40)

4) Menghargai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

5) Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.

6) Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.

7) Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Menurut Mr. S. Prajudi Atmosudiro, agar penggerakan (actuating) berhasil dengan baik perlu aktivitas-aktivitas atau fungsi penggerakan sebagaimana tersebut dibawah ini dijalankan sebaik mungkin. Adapun fungsi-fungsi penggerakan (actuating) itu adalah :

1) Komunikasi 2) Human Relations 3) Leadership

4) Pengembangan Eksekutif

5) Pengembangan Rasa Tanggung Jawab 6) Pemberian Komando

7) Mengadakan Pengamatan

8) Pemeliharaan Moral dan Disiplin.6

5. Langkah-Langkah Penggerakan dakwah

Pengerakan (Actuating) adalah membuat semua kelompok agar mau

bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah mencapai tujuan sesuai

dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.7

Didalam Al-qur’an telah memberikan pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan, atau memberikan peringatan dalam bentuk

penggerakan ini. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang terdapat

dalam surat Al-kahfi ayat 2 :

6

Ismail Masya, Manajemen, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), h. 113-116.

7

(41)



















Artinya : “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang

sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa

mereka akan mendapat pembalasan yang baik”8

.

Menurut Rosyad Shaleh menyebutkan 5 macam langkah-langkah penggerakan dakwah, adalah sebagai berikut :

1. Memberikan motivasi 2. Melakukan bimbingan 3. Menjalin hubungan

4. Penyelenggaraan komunikasi

5. Pengembangan dan peningkatan pelaksana.9

Penggerakan merupakan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah

ditetapkan pada fungsi-fungsi penggerakan dan harus adanya kerjasama dan

keharmonisan hubungan antara pemegang fungsi dan tanggung jawab antara satu

dan yang lain dengan menggunakan alat yang sudah dikelompokkan dalam

sebuah organisasi.

a. Pemberian Motivasi

Istilah motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang

berarti “mengerakkan” (to move).10 Motivasi adalah proses menjelaskan

8

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA), h. 443

9

Abd. Rosyad S, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), cet-3, 1993, h. 112 10

(42)

intensitas, arah, ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga

elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah dan ketekunan.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan

seberapa giat seseorang mau berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak akan

menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan

dengan arah yang menguntungkan organisasi, sebaliknya elemen terakhir yaitu

ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama orang dapat

mempertahankan usahanya.12

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja

bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan

dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi/perusahaan.13

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan

memelihara prilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi

seorang manajer , karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan

melalui orang lain.14 Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, manajer sebagai

pemimpin dalam mengendalikan serta mengarahkan seluruh aktivitas dakwah

yang dilakukan bersama dengan bawahan dan anggotanya untuk mencapai tujuan

dakwah.

11

Mitchell, T. R, Research in Organizational Behaviour, (Greenwich, CT : JAI Press, 1997), h. 60

12

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. Perilaku organisasi Buku 1, ( Jakarta : Salemba Empat, 2008), h. 222-232

13

Malayu S.P Hasibuan, Organisasi Dan Motivasi, ( Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2010), Cet-7, h..92

14

(43)

Persoalan inti motivasi adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana

dakwah secara tulus dan ikhlas bersedia melaksanakan segala tugas dakwah yang

diserahkan kepada mereka. Proses motivasi dalam penggerakan adalah :

1) Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan

Diikutsertakannya para pelaksana dalam proses pengambilan keputusan yang

menjadi hak dan wewenang pimpinan dakwah merupakan dorongan penting

yang dapat menambah besarnya semangat yang disebabkan karena mereka

merasa bahwa dirinya adalah orang penting dan diperlukan dalam organisasi.

2) Pemberian informasi yang lengkap

Pemberian informasi yang lengkap kepada segenap pelaksana mengenai

segala persoalan yang menyangkut kehidupan organisasi dakwah akan

mendatangkan keuntungan bagi usaha dakwah para pelaksana yang

mempunyai pengetahuan lengkap tentang seluk-beluk kehidupan

organisasinya, akan lebih bertanggung jawab serta memiliki kemantapan dan

kepastian dalam melakukan tugasnya.

3) Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan yang telah diberikan

Penghargaan atau pujian yang diberikan oleh pimpinan kepada anggotanya

yang telah berhasil melakukan tugas tertentu, hal ini dapat meningkatkan

semangat kerja dan berusaha mempertahankan prestasinya.15

Dalam melakukan motivasi, metode yang digunakan dalam memberi

motivasi adalah :

15

(44)

a) Metode langsung ( direct motivation), adalah motivasi yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu bawahan untuk memenuhi

kebtuhan dan kepuasannya, misalnya memberi pujian, penghargaan,

bonus, piagam dan lain sebagainya.

b) Motivasi tidak langsung (indirect motivation), adalah motivasi yang

diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjang kelancaran tugas, sehingga anggota betah dan bersemangat

melakukan tugasnya.16

b. Melakukan bimbingan

Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu

para Da’i dalam melaksanakan perannya, serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah :

1) Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya.

Ini yang mendasar dari sebuah bimbingan, dimana diharapkan para

pemimpin dakwah memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai

perkembangan pribadi serta kemajuan para anggotanya.

2) Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat

membantu, yaitu dengan memberikan saran mengenai strategi dakwah

yang diiringi dengan alternatif-alternatif tugas dakwah dengan membagi

pengetahuan.

3) Memberikan sebuah dorongan, ini bisa berbentuk dengan

16

(45)

mengikutsertakan kedalam program pelatihan-pelatihan yang relevan.

4) Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah

untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan

yang penting dalam rangka perbaikan efektivitas unit organisasi.17

Dan perlu diperhatikan juga bahwa seorang pemimpin yang berhasil dalam

membimbing bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya

memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain.18

c. Menjalin Hubungan

Hubungan antar anggota dalam sebuah organisasi merupakan aspek penting

untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bersifat non-materi ( kejiwaan,

spiritual). Jika kebutuhan spiritual ini dapat terpenuhi, akan mendorong dan

memotivasi anggota untuk bekerja lebih optimal. Mereka melakukan semua

dengan penuh keihlasan dan semangat saling membantu satu sama lain.

Pemikiran manajemen modern mengakui adanya hubungan kemanusiaan

dalam proses produksi awal abad-20 , dimana manusia merupakan salah satu

faktor produksi. Akan tetapi tidak mengindahkan sisi kejiwaan mereka.

Dalam pandangan Islam, manusia dipandang sebagai makhluk mulia yang

memiliki kehormatan dan berbeda dengan mahkluk lain. Islam mendorong

umatnya untuk memperlakukan manusia dengan baik, membina hubungan dengan

17

M. Munir, Wahyu Ilahi, Op. Cit, h. 152 18

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual,

(46)

semangat kekeluargaan dan saling tolong menolong. Allah berfirman dalam

QS. Al-Maidah : 2 yang berbunyi :

…….









Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.20

d. Menyelenggarakan komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata communis yang

berarti adanya kesamaan makna dan pemahaman diantara orang yang sedang

berkomunikasi. Secara terminologis, pengertian komunikasi dapat dirumuskan

sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Secara paradigmatik, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,

atau prilaku, baik secara lisan maupun tak langsung melalui media.21

Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan

cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi.Dari

sudut pandang ini komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai

19

Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 118-119

20

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA, 1989), h. 156

21

(47)

relevansi terluas dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi, atau

masyarakat.

Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakikatnya dapat

dibedakan menjadi dimensi vertical, horizontal luar organisasi. Dimensi vertical

adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan sebaliknya.

Komunikasi horizontal adalah penerimaan atau pengiriman berita atau informasi

yang dilakukan antarpejabat yang mempunyai kedudukan yang sama, sedangkan

dimensi luar organisasi adalah dimensi komunikasi yang timbul sebagai akibat

dari suatu organisasi yang tidak bias hidup sendirian, ia merupakan bagian dari

lingkungannya.22

a. Unsur – unsur komunikasi

1) Komunikator (pemberi = giver) adalah orang yang menyampaikan pesan

komunikasi itu.

2) Pesan, yaitu informasi, perintah, laporan, berita dan lain – lainnya yang

disampaikan itu.

3) Saluran (simbolis = channel) yaitu orang yang menerima pesan

komunikasi tersebut.

4) Komunikan (penerima = receiver) yaitu orang yang menerima

komunikasi tersebut.

5) Feedback (action), adalah reaksi yang ditimbulkan oleh komunikasi itu.

22

(48)

b. Tipe – tipe Komunikasi

1) Komunikasi formal (formal communication) adalah komunikasi dalam

organisasi formal, pesannya instruktif dan evaluatif yang dilakukan

mengikuti rangkaian hierarki formal organisasi serta hubungannya dengan

tugas – tugas dan tanggung jawab.

2) Komunikasi informal adalah komunikasi dalam organisasi informal atau

formal. Pesan komunikasinya berfungsi informatif dan evaluatif, jadi tidak

berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab.23

Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka

membentuk saling pengertian (mutual understanding) melalui kegiatan komunikasi

yang terencana dan substansi isinya terdesain, minimal terjadi proses penyebarluasan

dimensi-dimensi pada setiap orang.24 Komunikasi dalam organisasi akan efektif

apabila terjadi pemahaman yang sama dan pihak lain terangsang untuk berfikir atau

melakukan sesuatu, sehingga, komunikasi akan efektif apabila seseorang mempunyai

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.25

Menurut R. Kreitner terdapat empat hambatan yang sering terjadi dalam

komunikasi, yaitu :

1) Hambatan proses, ini terjadi karena komunikasi yang berlangsung melalui

beberapa tahap yang merupakan sebuah proses yang disebabkan faktor

23Loc. Cit

, http//anwarahedeniel.wordpress..com 24

Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h. 2 25

(49)

pemberi, hambatan ungkapan bahasa, hambatan sarana, hambatan

memahami ungkapan, serta hambatan umpan balik.

2) Hambatan fisik, ini bisa terjadi karna faktor jarak, dan media yang tidak

memadai.

3) Hambatan sematik, hambatan ini biasanya timbul karena salah memahami

atau mengartikan kata-kata yang digunakan.

4) Hambatan psiko-sosial, hambatan yang dilatarbelakangi oleh sigat

heterogen dari masing-masing yang disebabkan oleh latar belakang,

persepsi, nilai-nilai, kecenderungan, kebutuhan serta harapan yang beda.26

e. Pengembangan dan pelaksana Peningkatan

Pengembangan atau peningkatan pelaksana mempunyai arti penting dalam

proses dakwah, sebab dengan adanya usaha mengembangkan para pelaksana dakwah

meliputi kesadaran, keamampuan, dan keterampilan penggerak dakwah itu

ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman, maka proses

penyelenggaraan dakwah diharapkan berjalan efektif dan efisien.27

Rasulullah SAW selalu mendorong umatnya untuk selalu meningkatkan

kualitas, cara kerja, dan sarana hidup, serta memaksimalkan potensi sumberdaya alam

semaksimal mungkin.

26

M. Munir, Wahyu Ilahi, Op. Cit, h. 165 27

(50)

Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Jaatsiyah : 13 :













Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.28

Dakwah Islam masa kini, terlebih di masa depan memerlukan para

pendukung yang memiliki iman dan kesadaran yang tinggi, juga harus memiliki

keterampilan yang cukup.

Nilai estetika di dalam filosofi ajaran Islam bersumber dari Allah, tujuan

kesenian di dalam konsepsi ajaran Islam adalah sama dengan tujuan hidup seorang

muslim, yakni pencaharian kebahagiaan material dan spiritual di dunia akhirat, serta

keindahan karya seni tersebut menjadi rahmat bagi semesta alam.29

Ada beberapa usaha dalam mengembangkan sumber daya pelaksana

dakwah berkaitan dengan peningkatan kualitas yang meliputi pola fikir, wawasan dan

keterampilan :

1) Peningkatan wawasan intelektual dan kreatifitas pelaksana dakwah

dalam keterampilan dan keilmuan yang relevan.

2) Pemimpin dakwah harus memiliki wktu yang cukup untuk

28

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA, 1989), h. 816

29

(51)

melakukan perencanaan dan pelatihan.

3) Menyediakan resources, bantuan logistic, serta prasarana yang

dibutuhkan anggota.

4) Membuat kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargau

individu-individu yang ingin berkembang.

Dari berbagai cara tersebut, yang terpenting adalah seorang pemimpin

dakwah harus menjadi teladan yang selalu kreatif, inovatif dan berusaha untuk

menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan kemudian dibuktikan secara actual

dalam memompin organisasi dakwah.

Peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah dapat dilakukan

setelah diadakan penelitian terhadap jalannya proses dakwah secara menyeluruh

setelah suatu usaha selesai dilaksankan30, sehingga pada tahap selanjutnya ada

evaluasi dan penilaian terhadap hasil kerja yang telah dilaksanakan.

B. Optimalisasi Fungsi penggerakan dakwah

Dalam istilah manajemen, optimalisasi adalah pencapaian dan efektivitas

tujuan organisasi.31Efisiensi menunjukkan keseimbangan input dan output sedangkan

efektivitas menunjukkan pencapaian tujuan tepat sasaran.32

Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, optimalisasi dilakukan dengan

meningkatkan aktivitas organisasi dengan membuat inovasi baru, kreativitas dan

hal-hal positif yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk

30

Abd. Rosyad Shaleh, Op. Cit, h.150 31

Soekarno.K, Dasar-dasar manajemen, (Jakarta : Miswar) 1986, h. 18 32

(52)

memotivasi seluruh komponen organisasi agar lebih giat dalam menjalankan aktivitas

organisasi menuju tingkat yang lebih baik. Dalam penyelenggaraan organisasi,

,pemimpin senantiasa menggerakkan anggotanya dengan mengarahkan untuk

mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal.

Peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah

yang dilakukan. Pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan,

mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah

kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya.

Gambar

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih abstrak sehingga setelah
GAMBARAN UMUM OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH
Gambar 3.1 Kegiatan Pengembangan dan peningkatan pelaksana pada Kampoeng Nasyid

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh data pada tindakan di siklus II dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi untuk kemudian dibuat kesimpulan. Pada akhir siklus II dibuat kesimpulan, dengan

Dari data diatas menjelaskan bahwa penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan penerimaan pajak menjadi sumber yang berperan penting dalam

Hasil penelitian ini adalah: Keterlaksanaan Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sekota Bandar Lampung Tahun 2016 1) Fungsi Instruksi telah berjalan

Dari hasil wawancara kepada responden yang bernama Siti Supriati ia mengatakan sudah cukup baik dalam memberikan pelayanan, fasilitas yang tersedia sudah cukup

memberikan contoh yang positif dengan dinas-dinas lainnya. Oleh karena itu implementasi fungsi manajemen dalam suatu Dinas. akan berjalan dengan optimal apabila didukung dengan

Hasil analisis data diperoleh bahwa Pleasure-displeasure (X1) yang merupakan kegembiraan atau kepuasan konsumen terhadap stimulus berpengaruh secara nyata terhadap niat

Untuk mempermudah kinerja dalam pemrosesan pengolahan data-data pasien khususnya rawat inap pada Rumah Bersalin XAVERIUS, penulis membuat suatu sistem baru dengan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penelitian menghasilkan LKS berbasis penemuan terbimbing pada materi Fungsi