OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Dalam Ilmu Dakwah
Disusun Oleh : Ihda Sa’diyah NPM. 1341030029
Jurusan : Manajemen Dakwah
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Dalam Ilmu Dakwah
Disusun Oleh : Ihda Sa’diyah NPM.1341030029
Jurusan : Manajemen Dakwah
Pembimbing I : Drs. Kholidi M. Pd. I
Pembimbing II : Dr. Tomtowi Jauhari S. Ag, M.M
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ABSTRAK
OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG
Oleh Ihda Sa’diyah
Pada aktivitas dakwah, Penggerakan merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan, karena dari penggerakan semua rencana dakwah akan terealisir, dimana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Pada hal ini, peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah yang dilakukan.. Pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan, mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya. Kampoeng Nasyid hadir sebagai komunitas yang fokus terhadap pengembangan nasyid di Lampung dan Indonesia yang berupaya menjadi wadah perkumpulan bagi insan penggiat dan pencinta nasyid serta berusaha menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi SDM yang dapat membawa pada kemajuan nasyid sebagai seni musik Islami, Demi terwujudnya visi Kampoeng Nasyid yaitu “
Memasyarakatkan Nasyid, Menasyidkan Masyarakat”.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagimana optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalamnya.
Untuk memperoleh jawaban, penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan bersifat deskriptif yaitu mengelompokkan data sesuai dengan katagorinya serta menguraikan seluruh konsep yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Jumlah populasi yaitu 40 orang. Untuk memudahkan penelitian, penulis menggunakan sampel sebagai objek penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga menghasilkan sampel sebagai 10 orang untuk diteliti. Adapun alat pengumpul data berupa wawancara, observasi partisipan, serta hasil dokumentasi yang diperoleh, barulah di analisis oleh penulis sehingga memunculkan gambaran tentang optimalisasi fungsi penggerakan pada Kampoeng Nasyid.
melakukan berbagai gerakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan Kampoeng Nasyid sehingga dapat tercapai dan berjalan secara optimal.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dianalisis penulis, menghasilkan kesimpulan bahwa fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid berjalan cukup optimal melalui pemberian motivasi oleh pemimpin, pemberian bimbingan, menjalin hubungan kekeluargaan antar anggota dan pemimpin, menyelenggarakan komunikasi dengan memanfaatkan media sosial yang ada seperti Facebook, whatshap, line dan lain-lain, serta pengembangan dan peningkatan pelaksana berupa pengembangan bakat dan kemampuan anggota melalui kegiatan-kegiatan positif yang mengarah pada pencapaian tujuan secara optimal. Hal tersebut didukung oleh pencapaian hasil dan tujuan yang diperoleh Kampoeng Nasyid pada pelaksanaan fungsi penggerakan.
Alamat: Jl. Let Kol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Tlp. (0721) 703531 Fax. 780422
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul : OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH
PADA KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG
BANDAR LAMPUNG
Nama : Ihda Sa’diyah NPM : 1341030029
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas : Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Menyetujui,
Untuk dimunaqosahkan dan dipertahaankan dalam siding munaqosah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Kholidi M.Pd.I Tontowi Jauhari S. Ag, M.M NIP.195212141971051001 NIP.197009141997031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
Alamat: Jl. Let Kol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Tlp. (0721) 703531 Fax. 780422
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA
KAMPOENG NASYID TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG, di susun oleh :
Ihda Sa’diyah, NPM: 1341030029, Jurusan Manajemen Dakwah, Telah Diujikan
Dalam Ujian Munaqasah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Pada Hari/Tanggal:
TIM DEWAN PEMBAHAS
Ketua Sidang : ………... (...)
Sekretaris : ……… (...)
Pembahas Utama : ……… (...)
Pembimbing I : ……….(...)
Dekan
MOTTO
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah : 105)
Artinya : Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.
(QS. Al-kahfi : 2)1
1
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua Orang tua yang amat kucinta dan kusayangi, Ayahanda Khusosi Afandi
AZ, dan Ibunda Siti Hamidah
2. Adikku tersayang Ananda Muhammad Haikal Fuaidi, dan Dafa Alfan Fawaid
3. Keluarga baruku Komunitas Kampoeng Nasyid Tanjung Karang Bandar
Lampung
4. Seseorang yang masih berada dalam rahasia-Nya, yang senantiasa kusemogakan
disetiap sujud dan do’aku
5. Almamater tercinta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ihda Sa’diyah. Merupakan putri pertama dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Khusosi Afandi Az dan Ibu Siti Hamidah yang lahir di Gisting Bawah, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 31 Desember 1995.
Pada tahap awal pendidikannya, penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Roudlotul Atfal Landbaw, Gisting pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pada pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus dan lulus pada tahun 2007, lalu melanjutkan pada tingkat
pendidikan menengah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla’ul Anwar Gisting,
Tanggamus dan lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di Madrasah Aliyah (MA) Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus hingga
tahun 2013, lalu penulis melanjutkan pendidikan pada program SI IAIN Raden Intan Lampung jurusan Manajemen Dakwah Pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menjadi zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini yang berjudul “ OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID, PENENENGAHAN RAYA, TANJUNG
KARANG, BANDAR LAMPUNG”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari perhatian serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Khomsahrial Romli, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
2. Ibu Hj. Suslina Sanjaya, M.Ag., serta Bapak M. Husaini M.T, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Managemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Kholidi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik I dan Dr. Tontowi Jauhari S. Ag, M.M yang telah sabar memberikan saran, arahan, masukan serta dorongan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5. Ayahanda Khusosi Afandi AZ dan Ibunda Siti Hamidah yang tiada henti memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
6. Rekan-rekan seperjuanganku Manajemen Dakwah angkatan 2013, Kelompok KKN 46 Sritejokencono yang memberi semangat dan berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Komunitas Kampoeng Nasyid yang telah memberikan data, informasi dan dokumentasi kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terlibat dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga Allah membalas perbuatan baik dan segala bantuan dengan pahala yang besar bagi mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat membuat skripsi lebih baik selanjutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandar Lampung, Mei 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Penegasan Judul ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 3
C. Latar Belakang Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Penelitian... 10
G. Metode Penelitian... 11
BAB II OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH ... 22
A. Optimalisasi ... 22
B. Fungsi Penggerakan Dakwah ... 23
1. Pengertian Fungsi Penggerakan ... 23
2. Sasaran Daan Tujuann Penggerakan ... 24
3. Manfaat Dan Pentingnya Penggerakan Dakwah ... 25
4. Prinsip Dan Kegiatan-Kegiatan Penggerakan ... 26
5. Langkah-Langkah Penggerakan Dakwah ... 27
BAB III KAMPOENG NASYID BANDAR LAMPUNG DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH ... 39
A. Profil Kampoeng Nasyid ... 39
1. Sejarah berdirinya Kampoeng Nasyid ... 39
2. Visi, Misi, Tujuan Kampoeng Nasyid ... 42
a. Visi ... 42
b. Misi... 42
3. Struktur Organisasi Kampoeng Nasyid ... 43
4. Program Kegiatan Kampoeng Nasyid ... 47
B. Optimalisasi Fungsi Penggerakan Dakwah Pada Kampoeng Nasyid 52 BAB IV OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... 85
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar nama sampel penelitian
2. Pedoman Interview
3. Pedoman Observasi Partisipan
4. Pedoman Dokumentasi
5. Surat Keputusan Judul dan Penunjukan Pembimbing Skripsi
6. Surat Rekomendasi Kesatuan Bangsa dan Politik
7. Surat pernyataan survey penelitian
8. Daftar Nama Anggota Kampoeng Nasyid
9. Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN
DAKWAH PADA KAMPOENG NASYID, TANJUNG KARANG, BANDAR
LAMPUNG”. Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan maksud, penyusun akan
menjelaskan dan menguraikan batasan-batasan istilah yang ada pada judul skripsi ini
:
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, optimalisasi adalah suatu
tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain,
sistem, atau keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya sempurna, fungsional, atau
lebih efektif.1Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau
maksimal.
Optimalisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan sesuatu
yang sudah ada, atau merancang dan membuat sesuatu agar dilaksanakan secara
efektif dan efisien.2
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, yang dimaksud optimalisasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan suatu kegiatan yang
direncanakan agar mencapai hasil maksimal.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), 1994, h. 800 2
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong
dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan serta bergerak untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan merasa berkepentingan serta bersatu-padu
dengan rencana dan usaha organisasinya.3 Penggerakan merupakan proses pemberian
motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa , sehingga mereka mampu
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. Motivasi secara implisit berarti bahwa pimpinan organisasi di tengah
bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, intruksi, nasihat, dan koreksi jika
diperlukan.
Rosyad Shaleh menyebutkan 5 macam langkah-langkah penggerakan dakwah, adalah sebagai berikut :
1. Memberikan motivasi 2. Melakukan bimbingan 3. Menjalin hubungan
4. Penyelenggaraan komunikasi
5. Pengembangan dan peningkatan pelaksana.4
Pada aktivitas dakwah, Penggerakan merupakan inti dari manajemen
dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan, karena dari
penggerakan semua rencana dakwah akan terealisir, dimana fungsi manajemen akan
bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah.5 Peranan pemimpin sangat
menentukan keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, karena
3
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) 4
Abd. Rosyad S, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), cet-3, 1993, h. 112 5
pemimpin dituntut untuk memberi motivasi, bimbingan, mengoordinasikan serta
menciptakan suasana sejuk dalam membentuk kepercayaan diri yang akhirnya dapat
mengoptimalkan semua anggotanya.
Kampoeng Nasyid yang beralamat di Jalan Samratulagi No. 25,
Penengahan Raya, Tanjung Karang, Bandar Lampung merupakan sebuah komunitas
yang menjadi wadah bagi para penggiat nasyid untuk bersinergi bersama dalam
menyampaikan pesan dakwah melalui nasyid. Kehadiran Kampoeng Nasyid sebagai
upaya pelestarian seni musik Islami yang semakin meredup sehingga dapat kembali
berjaya dan dapat berkembang lebih luas dengan penggerakan yang dilakukan.
Dalam pelaksanaan pada tahap pengembangan perlu adanya kerjasama yang baik
antara pemimpin dan anggota agar dapat menciptakan suasana yang dapat
menghantarkan komunitas pada tujuan, hal tersebut dilakukan pemimpin dengan cara
menggerakan anggotanya melalui motivasi, bimbingan, arahan serta komunikasi
yang dilakukan agar pelaksanaan kegiatan nasyid dapat terus berkembang.
Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan optimalisasi fungsi
penggerakan dakwah pada Kampoeng Nasyid adalah seluruh kemampuan pemimpin
Kampoeng Nasyid dalam memberikan motivasi, bimbingan, penyelenggaraan
komunikasi, menjalin hubungan dan melakukan pengembangan kepada anggotanya,
sehingga anggota mampu mendukung dan melaksanakan tugas secara ikhlas demi
B. Alasan Memilih Judul
Adapun Alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Penggerakan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
fundamental dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dimana fungsi penggerakan
menjadi bukti nyata pelaksanaan suatu kegiatan dari sebuah perencanaan,
baik tidaknya manajemen suatu organisasi dapat dilihat dari penggerakan
yang ada didalamnya.
2. Kampoeng Nasyid merupakan salah satu komunitas yang aktif bergerak
dalam bidang penyampaian dakwah melalui berbagai kegiatan keagamaan
yang di kemas dalam suatu seni dengan fokus tujuan pada pengembangan
nasyid dan menjadi komunitas yang dapat menggerakkan pecinta nasyid
untuk bergabung, berkarya dan bersinergi mensyiarkan nasyid di Lampung.
3. Mengingat masalah yang dibahas pada karya Ilmiah ini berhubungan dangan
materi dalam mata kuliah Manajemen dakwah yaitu fungsi manajemen
dakwah berupa fungsi penggerakan dakwah, sehingga penulis merasa mampu
C. Latar belakang masalah
Islam adalah agama dakwah 6 yaitu agama yang mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan agama Islam
kepada seluruh manusia. Maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan
berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya.7 Implikasi dari Islam
sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah,
karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan
masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk
dan coraknya.8
Kegiatan dakwah tidak hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) ,
tetapi juga sisi pelakunya (Da’i) dan pesertanya (Mad’u), selain itu dakwah tidak
hanya berada di tempat-tempat konvensional seperti masjid, pesantren dan majelis
ta’lim. Kini dakwah sudah masuk ke radio, televisi, melalui media internet dan
menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Fenomena tersebut
merupakan perkembangan yang menggembirakan sebagai motivasi elemen dakwah
sekaligus tantangan bagi praktisi dakwah untuk tetap tampil dinamis, selalu
meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih
profesional. Ungkapan professional itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari hal yang
terkait dengan apa yang dinamakan manajemen. Chester J. Barnard mengemukakan;
6
Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987, h. 11 7
Didin Hafiduddin, Dakwah aktual, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), h. 766 8
Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari
administrasi dan manajemen.9
Pendapat G.R Terry dalam bukunya Principles of Management, adalah “ Management is a disninct process of planning, organizing, actuating, and
controlling, perform to determine and accomplish stated objectives by the use of
human being anf other resources”. 10Definisi tersebut memberikan gambaran bahwa
manajemen merupakan suatu proses yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya
lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Keempat komponen dalam pengertian tersebut di artikan sebagai fungsi
manajemen.
Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan kegiatan yang
berangkai, bertahap, berkelanjutan, dan saling mendukung satu sama lain. Pembagian
fungsi- fungsi manajemen ini tujuannya adalah : agar urutan pembahasan lebih
tersusun secara sistematis, lebih mudah dipahami dan menjadi pedoman pelaksanaan
proses manajemen dari manajer.11 Jika dikaitkan dengan aktivitas dakwah, maka
organisasi atau lembaga dakwah yang menggunakan prinsip-prinsip tersebut akan
mencapai hasil yang maksimal, karena secara elementer organisasi tidak bekerja atau
di gerakkan sendiri, tetapi ada orang yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut,
9
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Yogyakarta : BPFE UGM, 1978), h. 2 10
G.R. Terry, Principles of Management, ( Georgetown : Richard D. Irwing Inc. 6 th Edition, 1972) h. 4
11
dengan demikian sebuah organisasi atau lembaga dakwah membutuhkan manajemen
untuk mengatur, menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tujuan-tujuannya.
Dari fungsi-fungsi tersebut penulis memfokuskan pada pembahasan fungsi
penggerakan (Actuating). Pada kegiatan dakwah, fungsi penggerakan diartikan
sebagai At-tawjih, yaitu pemberian motivasi kepada para bawahan sedemikian rupa,
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis. Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang
manajer/ pemimpin dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian,
sehingga anggotanya mampu mendukung dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai
tujuan. Peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah
yang dilakukan pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan,
mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah
kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya.
Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dapat menggunakan
berbagai media dakwah. Salah satu media dalam mengembangkan ajaran Islam
adalah kesenian dan kebudayaan. Kesenian menjadi salah satu faktor pendukung
yang memiliki peranan untuk menyebarluaskan suatu agama dan kepercayaan.
Kesenian yang didalamnya terkandung nilai-nilai Islam itulah yang di sebut dengan
kesenian Islam. Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang Islam, tidak harus
abstrak tentang akidah.12 Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari
sisi pandangan Islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju
pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.13
Dari berbagai macam kesenian Islam yang berkembang, salah satu
kesenian islam yang menjadi media dakwah yaitu Nasyid. Nayid adalah seni musik
Islami (handasah al- shawat) yang mendendangkan syair syair Qur’an dan irama-irama yang syahdu, berisikan ajaran-ajaran dan penuh ajaran Islam yang banyak
mengandung muatan dakwah dan bimbingan melalui seni musik atau seni suara yang
indah. Seni nasyid dapat berbentuk doa-doa agama yang dinyanyikan dengan suara
lembut sehingga menggembirakan hati dan menggoyangkan perasaan.14
Berdakwah menggunakan media kesenian termasuk seni musik
merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, sebab dakwah dengan media
musik selain bermakna sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, juga dalam rangka membangun intuisi umat.15
Kampoeng Nasyid merupakan komunitas pembinaan dan pengembangan
nasyid di Lampung yang menaungi grup dan solois nasyid. Kampoeng Nasyid telah
berhasil mencetak grup nasyidhingga tingkat Nasional. Kampoeng Nasyid berupaya
memasyarakatkan nasyid dalam berbagai event seperti konser, Talk show, Program
12
M. Quraisy shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Tematik Atas Perbagai Persoalan Umat 2, (Bandung: Mizan, 1996), h. 524
13
Muhammad Qutbh, Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah, h. 119 ( dikutip dalam Quraish Shihab, Wawasan Alqur’an, Bandung : PT Mizan Pustaka, 1996) h. 524
14
Yusuf al- Qordhowi, Waktu dalam Kehidupan Muslim, (Jakarta : Firdaus, 1998), h. 117 15
TV, PHBI hingga mengisi acara resepsi atau walimah. Dalam pelaksanaan kegiatan
di Kampoeng Nasyid juga terdapat beberapa bidang pengembangan diantaranya :
Bidang Pengembangan Minat dan Bakat, Bidang Administrasi dan Kepustakaan,
Bidang Program Komunikasi dan Informasi, Bidang Humas, dan Pengembangan
Usaha Mandiri.
Demi mencapai visi Kampoeng Nasyid yaitu “Memasyarakatkan Nasyid
dan Menasyidkan Masyarakat”16
, Adhi S. Mendoza sebagai pemimpin Kampoeng
Nasyid berupaya memperkenalkan nasyid kepada seluruh anggota serta pemahaman
nasyid tentang tujuan, fungsi, dan manfaatnya, sehingga anggota mengerti tujuan dari
komunitas Kampoeng Nasyid ini. Dari nasyid inilah diharapkan dapat menginspirasi
masyarakat agar lebih mencintai musik Islami. Hal ini yang memacu pemimpin
bersama anggota Kampoeng Nasyid untuk lebih bersinergi dalam pengembangan
Nasyid melalui karya dan prestasi yang di hasilkan sehingga menimbulkan keinginan
untuk bergerak.
Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan visi misi yang telah
direncankan jika tidak ada bukti yang nyata pada sebuah tindakan, melihat
bagaimana persaingan dan maraknya berbagai seni modern yang lebih banyak
disukai dan digemari oleh masyarakat daripada seni-seni Islam, oleh karena itu
pemimpin kampoeng Nasyid selalu memotivasi anggotanya untuk lebih bersinergi
dalam upaya pengembangan nasyid di Indonesia pada umumnya dan di Lampung
16 Kampoeng Nasyid Entertainment “ (On
khususnya.
Berbagai gerakan yang telah dilakukan Kampoeng Nayid, dampak yang
timbul berdasarkan opini masyarakat yang di tampung oleh pemimpin Kampoeng
Nasyid bernilai positif, Kampoeng Nasyid mampu merubah persepsi masyarakat
yang sebelumnya kaku, namun dengan berbagai kegiatannya masyarakat dapat
menilai bahwa nasyid dapat tampil dengan modern, dan menyejukkan hati,
karenanya masyarakat kini banyak mendapatkan alternatif hiburan Islami sekaligus
menjadi syiar kebaikan bagi mereka yang menggunakan jasa Kampoeng Nasyid.17
Dari latar belakang tersebut, Penulis memfokuskan pada pembahasan
bagaimana Kampoeng Nasyid mengoptimalkan fungsi penggerakan guna mencapai
tingkat yang lebih baik.
D. Rumusan masalah
Bagaimana optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng
Nasyid, Tanjung karang, Bandar Lampung?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi fungsi penggerakan
dakwah pada Kampoeng Nasyid, Tanjung Karang, Bandar Lampung.
F. Kegunaan penelitian
Teoritis : Untuk mengetahui optimalisasi penggerakan dakwah melalui
pemberian motivasi, bimbingan, menjalin hubungan,
17
penyelenggaraan komunikasi oleh pemimpin kepada anggotanya
pada Kampoeng Nasyid
Praktis : Untuk mengetahui secara langsung penggerakan yang dilakukan
oleh pemimpin untuk mengoptimalkan penggerakan dakwah seluruh
anggota Kampoeng Nasyid
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian a) Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Secara terminologi
menurut Baydan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.18Pendekatan kualitatif menjadi
cara kerja penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman data demi
mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian.
Merencanakan penelitian dengan pendekatan kualitatif sesungguhnya
membawa peneliti pada rencana kerja penelitian yang bersifat deskriptif, naratif
melalui uraian kata, alamiah, holistik, kontekstual, mendalam, subjektif, dengan
logika induktif dan berbagai ciri kerja lainnya pada penelitian kualitatif.19
Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamaiah. Obyek yang alamiah
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Posdakarya,2013), h. 4
19
adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.20
Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dengan tujuan mengungkap data-data yang di uraikan oleh sumber data dan
partisipan untuk mengetahui proses optimalisasi penggerakan dakwah pada
Kampoeng Nasyid yang secara alamiah untuk memperoleh hasil yang
berkualitas dari penelitian yang dilakukan.
b) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang artinya
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.21 Deskriptif
adalah cara kerja yang sifatnya menggambarkan, melukiskan berbagai kondisi,
situasi, atau berbagai variabel yang diamati.22 Penelitian deskriptif berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung.
Dengan demikian, penelitian yang menggunakan jenis deskriptif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk melukiskan, menggambarkan, atau
memaparkan keadaan objek yang diteliti apa adanya tentang penggerakan yang
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 15 21
Muhammad Musa, Metedologi Penelitian,(Jakarta: Fajar Agung, 1998), h. 8 22
[image:27.612.135.527.256.537.2]dilakukan pada Kampoeng Nasyid, disesuaikan dengan situasi dan kondisi
ketika penelitian tersebut dilakukan, dengan metode ini seorang peneliti hanya
perlu menggambarkan realitas objek yang diteliti secara baik, utuh, jelas, sesuai
dengan fakta yang tampak.23
2. Populasi dan Sampel a) Populasi
Dalam sebuah penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan
seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menajdi sasaran penelitian atau
merupakan keseluruhan dari objek penelitian.24 populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.25
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dibedakan
menjadi populasi homogen ( keseluruhan individu yang menjadi anggota
populasi memiliki sifat yang relatif sama anatara satu dan yang lainnya), dan
populasi heterogen ( keseluruhan individu anggota populasi relatif mempunyai
sifat-sifat individu yang berbeda, sehingga membedakan antara anggota populasi
satu dengan lainnya).
Populasi homogen memudahkan penarikan sampel dan semakin
homogen populasi maka memungkinkan penggunaan sampel penelitian yang
23
Ibid.
24
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, ( Jakarta : Prenadamedia Group, 2011), h. 147 25
kecil. Sebaliknya, jika populasi heterogen, maka kecendrungan menggunakan
sampel penelitian yang besar. Dengan kata lain, semakin kompleks, derajat
keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitiannya.26
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota nasyid,
baik solo maupun grup yang berada dalam naungan Kampoeng Nasyid dengan
kualitas dan karakteristik yang memiliki sifat bermacam-macam atau heterogen
(usia, jenis kelamin, pekerjaan, kemampuan) yaitu berjumlah : 40 Orang
b) Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dari suatu penelitian, dengan kata lain sampel
adalah sebagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi.27 Sampel
juga dapat diartikan sebagai sebagian populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti.28
Penentuan prosedur sampling yang akan digunakan pada dasarnya
sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel, sampling
merupakan perwakilan dari jumlah keseluruhan objek yang berpeluang menjadi
sumber data.29 Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel dalam penelitian
ini adalah Purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
26
Juliansyah Noor, Loc. Cit.
27
Ibid, h. 114. 28
Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. Pertama, Ed. Pertama, h. 81.
29
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.30 Peneliti menggunakan
purposive sampling untuk memilih responden secara subyektif dengan
menentukan sampel berdasarkan katagorisasi atau karakteristik umum yang
ditemukan sendiri oleh peneliti.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menetapkan kriteria atau
ciri–ciri dari populasi yang akan di jadikan sampel sebagai berikut : 1. Merupakan anggota aktif di Kampoeng Nasyid
2. Anggota nasyid yang intensitas penggerakannya lebih banyak dilakukan oleh
pemimpin
Dari kriteria tersebut, maka akan di dapatkan sampel sebanyak 10 orang
dengan rincian sebagai berikut : 1 orang CEO Kampoeng Nasyid, 9 orang
anggota umum meliputi 4 orang perwakilan dari grup , 3 orang Solois, 1 orang
Mulei Hijab Lampung, 1 orang Daiyah Pilihan Lampung
3. Metode pengumpulan data
Dalam sebuah penelitian, selain diperlukan metode yang tepat, juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Agar data yang diperoleh
dapat di buktikan keabsahannya. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
30Ibid
a. Metode interview
Metode interview adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya
kepada responden.31 Menurut Sutrisna Hadi, metode interview merupakan tanya
jawab secara lisan antara dua orang atau lebih berhadap hadapan secara fisik,
yang satu dapat melihat satu sama lain dapat mendengarkan tanpa bantuan alat
lain.32
Kemudian jenis interview yang digunakan menggunakan metode interview
bebas terpimpin, yaitu wawancara dilakukan dengan membawa sederetan
pertanyaan lengkap dan terperinci, juga bebas menanyakan apa saja dan
pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh
responden.33
Data yang di cari merupakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi penggerakan yang dilaksanakan pada Kampoeng Nasyid, meliputi cara
pemberian motivasi, bimbingan, penyelenggaraan komunikasi, menjalin
hubungan serta pengembangan dan peningkatan pelaksana.
Dalam hal ini, penulis akan melakukan intrerview bebas terpimpin kepada
10 orang yang telah menjadi sampel dalam penelitian ini untuk mendapatkan
jawaban apadanya sesuai dengan kenyataannya.
31
Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metode penelitian survai, ( Jakarta LP3S, 1989) h. 192
32
Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch II,Jilid I, (Yokyakarta; Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.192.
33
b. Metode observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena social dan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan.34 Observasi juga merupakan alat pengumpulan data
dengan menggunakan pengamatan atau mengindrakan langsung terhadap suatu
benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.35 Sedangkan metode observasi yang
digunakan adalah observasi partisipan yaitu peniliti ikut andil dalam kegiatan
yang dilakukan oleh Kampoeng Nasyid.
Dengan metode ini penulis berharap mendapatkan jawaban dari
permasalahan tentang optimalisasi fungsi penggerakan dakwah pada Kampoeng
Nasyid melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalamnya, selain itu
observasi partisipan ini juga digunakan sebagai control terhadap hasil interview.
c. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.36
Dengan adanya dokumentasi penulis dapat mengumpulkan data yang diperoleh
dan di padu padankan sehingga menghasilkan jawaban atas rumusan masalah
dalam skripsi ini. Namun ketika menggunakan metode dokumentasi ini, Peneliti
juga harus hati-hati dalam memilih dokumen yang hendak dijadikan sumber
34
P. Joko Subagiyo, Metode Penelitian dalam teori dan praktek, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997) h. 63
35
Sunapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003), h. 52
36
penelitian karena tulisan serinngkali tidak sistematis (dokumen pribadi), tidak
akurat, ditulis dalam masa dan untuk tujuan tertentu sehingga perlu
rekonstruksi. dokumentasi juga berarti keterampilan dalam menemukan,
menangani dan merinci bibliografi (sumber-sumber) dan merawat
catatan-catatan yang mengklarifikasinya.37
4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian adalah kegiatan yang terkait dengan upaya
memahami, menjelaskan, menafsirkan dan mencari hubungan diantara
data-data yang diperoleh. Setelah data-data terkumpul sesuai kebutuhan baik data-data dari
interview, observasi dan dokumentasi, kemudian data-data tersebut diolah
sebagai laporan. Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya data
tersebut dianalisa menguraikan hasil penelitian secara rinci apa adanya.
Analisis data kualitatif adalah suatu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar,
hingga proses penafsiran. Dengan demikian akan terlihat kesesuaian ideal
dalam teori dan kenyataan di lapangan (penelitian) selanjutnya dengan
diketahui adanya perbedaan-perbedaan tersebut dijadikan landasan dalam
melakukan analisa.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengkajian dengan simpulan yang
telah diambil dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini
37
dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis yang melahirkan
simpulan yang dapat dipercaya.38
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang seperti telah dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karna telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih abstrak sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori.39
H. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan oleh penulis dari berbagai
sumber kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang menjadi tinjauan pustaka
sebagai perbandingan sekaligus untuk menghindari plagiarisme dalam penyusunan
skripsi ini, Adapun tinjauan pustaka pada skripsi ini adalah :
Skripsi yang berjudul “Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu Gema Senandung
Vikri Nasyid (Analisis Wacana Album Gradasi Cinta)´Oleh Rani Okta Febriza,
Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi jurusan Komunakasi Penyiaran Islam di
38
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisi Data Kualitatif, (Jakarta: UI-Press.1992), Cet. 1, h. 16
39
[image:34.612.112.528.265.533.2]Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2014. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam lirik lagu GSV
Nasyid dan tanggapan masyarakat pecinta GSV Nasyid terhadap lagu-lagunya dalam
Album Gradasi Cinta. GSV Nasyid merupakan salah satu Grup Nasyid pada
Komunitas Kampoeng Nasyid yang sedang diteliti oleh penulis, Dari judul skripsi
tersebut jelas tampak perbedaan yang dapat dilihat namun dengan objek penelitian
BAB II
OPTIMALISASI FUNGSI PENGGERAKAN DAKWAH
A. Fungsi Penggerakan Dakwah
1. Pengertiaan Fungsi Penggerakan Dakwah
Fungsi manajemen menurut G.R Terry meliputi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengontrolan
(controlling). Penggerakan (Actuating) secara literatur berarti menggerakkan
atau mulai tindakan untuk melaksanakan secara fisik hasil perencanaan
(planning) dan organisasi (organizing) maka perlu diadakan tindakan
kegiatan yaitu actuating (penggerakan) = pelaksanaan. Penggerakan
merupakan bagian yang sangat penting dalam manajemen sebab tanpa
actuating maka perencanaan dan organisasi (planning and organizing) tidak
dapat diorealisasikan dalam kenyataan. Penggerakan (Actuating) adalah
suatu fungsi pembimbing dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang
agar kelompok itu suka dan mau bekerja.1
Actuating atau disebut gerakan aksi, mencakup kegiatan yang dilakukan
manajer untuk mengawasi dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh
unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.2
Untuk dapat melaksanakan penggerakan haruslah mempunyai
1
Jawahir Tanthawi, Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983), h. 74.
2
keahlian menggerakkan orang lain agar mau bekerja baik sendiri maupun
bersama-sama dengan penuh kesadaran dan keikhlasan untuk menyelesaikan
tugasnya supaya tujuan tercapainya sesuai dengan rencana yang telah
dibuat sebelumnya. Karena manajemen adalah kegiatan pencapaian
tujuan bersama ataupun melalui usaha-usaha orang lain, maka jelaslah bahwa
penggerakan (actuating) adalah merupakan bagian yang paling penting dalam
proses manajemen.
Syekh Mahmud Hawari menyebutkan penggerakan (actuating) dengan
At-Tawjih yaitu : pimpinan selalu memberikan jalan, petunjuk atau ilmu
pengetahuan, serta memperingatkan terhadap anggota, atau karyawan guna
mencapai tujuan yang sebenarnya.3
Dalam kegiatan dakwah, penggerakan dakwah merupakan inti dari
manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah
dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini , pimpinan menggerakkan semua
elemen untuk melakukan semua aktivitas dakwah yang telah direncanakan.
Penggerakan dakwah merupakan salah satu dari fungsi manajemen, yaitu
seluruh proses pemberian motivasi kerja para bawahan sedemikian rupa,
sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis.4
3
Jawahir Tanthawi, Op. Cit, h. 75. 4
2. Sasaran dan Tujuan Penggerakan dakwah
Sasaran daripada penggerakan untuk mendapatkan ketaatan disiplin,
kepatuhan dan kesediaan dari orang-orang lain untuk menyelesaikan tugas
yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman
yang diberikan. Tujuan daripada penggerakan adalah supaya manajemen
berhasil secara efektif dan efisien.
Seorang pemimpin harus mampu bersikap obyektif dalam menghadapi
persoalan organisasi melalui pengamatan, obyektif dalam menghadapi
perbedaan dan persamaan karakter anggotanya, baik individu maupun kelompok
manusia. Pemimpin mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadap
lingkungan dan adanya kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara
harmonis.5
3. Manfaat dan Pentingnya Penggerakan dakwah
Dalam keterangan terdahulu sudah diketahui bahwa penggerakan
(actuating) merupakan bagian yang sangat penting daripada proses manajemen
yang teratur, apabila tidak ada orang-orang yang melaksanakan perencanaan
secara sistematis sebagaimana yang telah diorganisasi maka belum bias
menghasilkan sesuatu. Betapa pentingnya actuating dalam proses manajemen,
inti daripada manajemen adalah penggerakan (actuating) dan inti daripada
menggerakkan adalah memimpin . siapa yang dapat menggerakkan orang yang
5
ada dibawah kekuasaannya, berarti ia dapat menjalankan manajemen.
Penggerakan menjadi sangat penting, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
:
1) Penggerakan (actuating) adalah usaha untuk menggerakkan
manajemen.
2) Manusia adalah unsur yang pertama dan utama dalam kegiatan
manajemen.
3) Perencanaan berhasil karena manusia menyatukan dan
menghimpun kegiatan-kegiatan bersama yang tepat.
4) Organisasi menjadi efektif apabila manusia menggunakannya untuk
bekerja sama secara baik dan tertib.
5) Pengawasan akan efektif karena digunakan untuk membantu
manusia dalam mencapai tujuannya.
6) Manajemen akan berhasil apabila menggerakkan orang-orang atau
manusia yang kompeten dengan tepat.
4. Prinsip dan Kegiatan-kegiatan Penggerakan
Kegiatan penggerakan (actuating) biasanya akan memperoleh hasil
yang maksimal apabila memperhatikan faktor- faktor di bawah ini :
1) Memperlakukan manusia dengan sebaik-baiknya.
2) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
4) Menghargai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
5) Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
6) Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
7) Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
Menurut Mr. S. Prajudi Atmosudiro, agar penggerakan (actuating) berhasil dengan baik perlu aktivitas-aktivitas atau fungsi penggerakan sebagaimana tersebut dibawah ini dijalankan sebaik mungkin. Adapun fungsi-fungsi penggerakan (actuating) itu adalah :
1) Komunikasi 2) Human Relations 3) Leadership
4) Pengembangan Eksekutif
5) Pengembangan Rasa Tanggung Jawab 6) Pemberian Komando
7) Mengadakan Pengamatan
8) Pemeliharaan Moral dan Disiplin.6
5. Langkah-Langkah Penggerakan dakwah
Pengerakan (Actuating) adalah membuat semua kelompok agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah mencapai tujuan sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.7
Didalam Al-qur’an telah memberikan pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan, atau memberikan peringatan dalam bentuk
penggerakan ini. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang terdapat
dalam surat Al-kahfi ayat 2 :
6
Ismail Masya, Manajemen, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), h. 113-116.
7
Artinya : “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik”8
.
Menurut Rosyad Shaleh menyebutkan 5 macam langkah-langkah penggerakan dakwah, adalah sebagai berikut :
1. Memberikan motivasi 2. Melakukan bimbingan 3. Menjalin hubungan
4. Penyelenggaraan komunikasi
5. Pengembangan dan peningkatan pelaksana.9
Penggerakan merupakan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah
ditetapkan pada fungsi-fungsi penggerakan dan harus adanya kerjasama dan
keharmonisan hubungan antara pemegang fungsi dan tanggung jawab antara satu
dan yang lain dengan menggunakan alat yang sudah dikelompokkan dalam
sebuah organisasi.
a. Pemberian Motivasi
Istilah motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang
berarti “mengerakkan” (to move).10 Motivasi adalah proses menjelaskan
8
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA), h. 443
9
Abd. Rosyad S, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), cet-3, 1993, h. 112 10
intensitas, arah, ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga
elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah dan ketekunan.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan
seberapa giat seseorang mau berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak akan
menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan
dengan arah yang menguntungkan organisasi, sebaliknya elemen terakhir yaitu
ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama orang dapat
mempertahankan usahanya.12
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan
dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi/perusahaan.13
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan
memelihara prilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi
seorang manajer , karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan
melalui orang lain.14 Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, manajer sebagai
pemimpin dalam mengendalikan serta mengarahkan seluruh aktivitas dakwah
yang dilakukan bersama dengan bawahan dan anggotanya untuk mencapai tujuan
dakwah.
11
Mitchell, T. R, Research in Organizational Behaviour, (Greenwich, CT : JAI Press, 1997), h. 60
12
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. Perilaku organisasi Buku 1, ( Jakarta : Salemba Empat, 2008), h. 222-232
13
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi Dan Motivasi, ( Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2010), Cet-7, h..92
14
Persoalan inti motivasi adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana
dakwah secara tulus dan ikhlas bersedia melaksanakan segala tugas dakwah yang
diserahkan kepada mereka. Proses motivasi dalam penggerakan adalah :
1) Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan
Diikutsertakannya para pelaksana dalam proses pengambilan keputusan yang
menjadi hak dan wewenang pimpinan dakwah merupakan dorongan penting
yang dapat menambah besarnya semangat yang disebabkan karena mereka
merasa bahwa dirinya adalah orang penting dan diperlukan dalam organisasi.
2) Pemberian informasi yang lengkap
Pemberian informasi yang lengkap kepada segenap pelaksana mengenai
segala persoalan yang menyangkut kehidupan organisasi dakwah akan
mendatangkan keuntungan bagi usaha dakwah para pelaksana yang
mempunyai pengetahuan lengkap tentang seluk-beluk kehidupan
organisasinya, akan lebih bertanggung jawab serta memiliki kemantapan dan
kepastian dalam melakukan tugasnya.
3) Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan yang telah diberikan
Penghargaan atau pujian yang diberikan oleh pimpinan kepada anggotanya
yang telah berhasil melakukan tugas tertentu, hal ini dapat meningkatkan
semangat kerja dan berusaha mempertahankan prestasinya.15
Dalam melakukan motivasi, metode yang digunakan dalam memberi
motivasi adalah :
15
a) Metode langsung ( direct motivation), adalah motivasi yang diberikan
secara langsung kepada setiap individu bawahan untuk memenuhi
kebtuhan dan kepuasannya, misalnya memberi pujian, penghargaan,
bonus, piagam dan lain sebagainya.
b) Motivasi tidak langsung (indirect motivation), adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang kelancaran tugas, sehingga anggota betah dan bersemangat
melakukan tugasnya.16
b. Melakukan bimbingan
Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu
para Da’i dalam melaksanakan perannya, serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah :
1) Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya.
Ini yang mendasar dari sebuah bimbingan, dimana diharapkan para
pemimpin dakwah memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai
perkembangan pribadi serta kemajuan para anggotanya.
2) Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat
membantu, yaitu dengan memberikan saran mengenai strategi dakwah
yang diiringi dengan alternatif-alternatif tugas dakwah dengan membagi
pengetahuan.
3) Memberikan sebuah dorongan, ini bisa berbentuk dengan
16
mengikutsertakan kedalam program pelatihan-pelatihan yang relevan.
4) Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah
untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan
yang penting dalam rangka perbaikan efektivitas unit organisasi.17
Dan perlu diperhatikan juga bahwa seorang pemimpin yang berhasil dalam
membimbing bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya
memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain.18
c. Menjalin Hubungan
Hubungan antar anggota dalam sebuah organisasi merupakan aspek penting
untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bersifat non-materi ( kejiwaan,
spiritual). Jika kebutuhan spiritual ini dapat terpenuhi, akan mendorong dan
memotivasi anggota untuk bekerja lebih optimal. Mereka melakukan semua
dengan penuh keihlasan dan semangat saling membantu satu sama lain.
Pemikiran manajemen modern mengakui adanya hubungan kemanusiaan
dalam proses produksi awal abad-20 , dimana manusia merupakan salah satu
faktor produksi. Akan tetapi tidak mengindahkan sisi kejiwaan mereka.
Dalam pandangan Islam, manusia dipandang sebagai makhluk mulia yang
memiliki kehormatan dan berbeda dengan mahkluk lain. Islam mendorong
umatnya untuk memperlakukan manusia dengan baik, membina hubungan dengan
17
M. Munir, Wahyu Ilahi, Op. Cit, h. 152 18
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual,
semangat kekeluargaan dan saling tolong menolong. Allah berfirman dalam
QS. Al-Maidah : 2 yang berbunyi :
…….
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.20
d. Menyelenggarakan komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata communis yang
berarti adanya kesamaan makna dan pemahaman diantara orang yang sedang
berkomunikasi. Secara terminologis, pengertian komunikasi dapat dirumuskan
sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Secara paradigmatik, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau prilaku, baik secara lisan maupun tak langsung melalui media.21
Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan
cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi.Dari
sudut pandang ini komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai
19
Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 118-119
20
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA, 1989), h. 156
21
relevansi terluas dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi, atau
masyarakat.
Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakikatnya dapat
dibedakan menjadi dimensi vertical, horizontal luar organisasi. Dimensi vertical
adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan sebaliknya.
Komunikasi horizontal adalah penerimaan atau pengiriman berita atau informasi
yang dilakukan antarpejabat yang mempunyai kedudukan yang sama, sedangkan
dimensi luar organisasi adalah dimensi komunikasi yang timbul sebagai akibat
dari suatu organisasi yang tidak bias hidup sendirian, ia merupakan bagian dari
lingkungannya.22
a. Unsur – unsur komunikasi
1) Komunikator (pemberi = giver) adalah orang yang menyampaikan pesan
komunikasi itu.
2) Pesan, yaitu informasi, perintah, laporan, berita dan lain – lainnya yang
disampaikan itu.
3) Saluran (simbolis = channel) yaitu orang yang menerima pesan
komunikasi tersebut.
4) Komunikan (penerima = receiver) yaitu orang yang menerima
komunikasi tersebut.
5) Feedback (action), adalah reaksi yang ditimbulkan oleh komunikasi itu.
22
b. Tipe – tipe Komunikasi
1) Komunikasi formal (formal communication) adalah komunikasi dalam
organisasi formal, pesannya instruktif dan evaluatif yang dilakukan
mengikuti rangkaian hierarki formal organisasi serta hubungannya dengan
tugas – tugas dan tanggung jawab.
2) Komunikasi informal adalah komunikasi dalam organisasi informal atau
formal. Pesan komunikasinya berfungsi informatif dan evaluatif, jadi tidak
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab.23
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka
membentuk saling pengertian (mutual understanding) melalui kegiatan komunikasi
yang terencana dan substansi isinya terdesain, minimal terjadi proses penyebarluasan
dimensi-dimensi pada setiap orang.24 Komunikasi dalam organisasi akan efektif
apabila terjadi pemahaman yang sama dan pihak lain terangsang untuk berfikir atau
melakukan sesuatu, sehingga, komunikasi akan efektif apabila seseorang mempunyai
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.25
Menurut R. Kreitner terdapat empat hambatan yang sering terjadi dalam
komunikasi, yaitu :
1) Hambatan proses, ini terjadi karena komunikasi yang berlangsung melalui
beberapa tahap yang merupakan sebuah proses yang disebabkan faktor
23Loc. Cit
, http//anwarahedeniel.wordpress..com 24
Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h. 2 25
pemberi, hambatan ungkapan bahasa, hambatan sarana, hambatan
memahami ungkapan, serta hambatan umpan balik.
2) Hambatan fisik, ini bisa terjadi karna faktor jarak, dan media yang tidak
memadai.
3) Hambatan sematik, hambatan ini biasanya timbul karena salah memahami
atau mengartikan kata-kata yang digunakan.
4) Hambatan psiko-sosial, hambatan yang dilatarbelakangi oleh sigat
heterogen dari masing-masing yang disebabkan oleh latar belakang,
persepsi, nilai-nilai, kecenderungan, kebutuhan serta harapan yang beda.26
e. Pengembangan dan pelaksana Peningkatan
Pengembangan atau peningkatan pelaksana mempunyai arti penting dalam
proses dakwah, sebab dengan adanya usaha mengembangkan para pelaksana dakwah
meliputi kesadaran, keamampuan, dan keterampilan penggerak dakwah itu
ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman, maka proses
penyelenggaraan dakwah diharapkan berjalan efektif dan efisien.27
Rasulullah SAW selalu mendorong umatnya untuk selalu meningkatkan
kualitas, cara kerja, dan sarana hidup, serta memaksimalkan potensi sumberdaya alam
semaksimal mungkin.
26
M. Munir, Wahyu Ilahi, Op. Cit, h. 165 27
Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Jaatsiyah : 13 :
Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.28
Dakwah Islam masa kini, terlebih di masa depan memerlukan para
pendukung yang memiliki iman dan kesadaran yang tinggi, juga harus memiliki
keterampilan yang cukup.
Nilai estetika di dalam filosofi ajaran Islam bersumber dari Allah, tujuan
kesenian di dalam konsepsi ajaran Islam adalah sama dengan tujuan hidup seorang
muslim, yakni pencaharian kebahagiaan material dan spiritual di dunia akhirat, serta
keindahan karya seni tersebut menjadi rahmat bagi semesta alam.29
Ada beberapa usaha dalam mengembangkan sumber daya pelaksana
dakwah berkaitan dengan peningkatan kualitas yang meliputi pola fikir, wawasan dan
keterampilan :
1) Peningkatan wawasan intelektual dan kreatifitas pelaksana dakwah
dalam keterampilan dan keilmuan yang relevan.
2) Pemimpin dakwah harus memiliki wktu yang cukup untuk
28
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : CV. TOHA PUTRA, 1989), h. 816
29
melakukan perencanaan dan pelatihan.
3) Menyediakan resources, bantuan logistic, serta prasarana yang
dibutuhkan anggota.
4) Membuat kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargau
individu-individu yang ingin berkembang.
Dari berbagai cara tersebut, yang terpenting adalah seorang pemimpin
dakwah harus menjadi teladan yang selalu kreatif, inovatif dan berusaha untuk
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan kemudian dibuktikan secara actual
dalam memompin organisasi dakwah.
Peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah dapat dilakukan
setelah diadakan penelitian terhadap jalannya proses dakwah secara menyeluruh
setelah suatu usaha selesai dilaksankan30, sehingga pada tahap selanjutnya ada
evaluasi dan penilaian terhadap hasil kerja yang telah dilaksanakan.
B. Optimalisasi Fungsi penggerakan dakwah
Dalam istilah manajemen, optimalisasi adalah pencapaian dan efektivitas
tujuan organisasi.31Efisiensi menunjukkan keseimbangan input dan output sedangkan
efektivitas menunjukkan pencapaian tujuan tepat sasaran.32
Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, optimalisasi dilakukan dengan
meningkatkan aktivitas organisasi dengan membuat inovasi baru, kreativitas dan
hal-hal positif yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk
30
Abd. Rosyad Shaleh, Op. Cit, h.150 31
Soekarno.K, Dasar-dasar manajemen, (Jakarta : Miswar) 1986, h. 18 32
memotivasi seluruh komponen organisasi agar lebih giat dalam menjalankan aktivitas
organisasi menuju tingkat yang lebih baik. Dalam penyelenggaraan organisasi,
,pemimpin senantiasa menggerakkan anggotanya dengan mengarahkan untuk
mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal.
Peran pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan dakwah
yang dilakukan. Pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan,
mengkoordinasi serta menciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah
kepercayaan diri untuk mengoptimalkan semua anggotanya.