vi
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ABSTRAK
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dalam perjanjian dikenal adanya perjanjian sales order. Sales dalam arti sederhana adalah Penjualan, sedangkan sales order adalah suatu perjanjian dengan syarat-syarat yang dicantumkan pada dokumen sales order. Perjanjian sales order merupakan perjanjian tidak bernama yang diatur dalam undang-undang. Permasalahan yang muncul adalah terjadinya pembatalan perjanjian sales order secara sepihak oleh pembeli.
Penulisan karya ilmiah ini berbentuk Legal Memorandum secara garis besar berisi: Pemaparan mengenai kasus posisi, permasalahan hukum, dan pemeriksaan dokumen. Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen, kemudian tinjauan teoretik, dan selanjutnya memberikan pendapat hukum atas kasus yang terjadi, pada akhirnya memberikan kesimpulan dan rekomendasi.
Hasil penelitian dari Legal Memorandum yang penulis dapatkan antara lain adalah, bahwa pengaturan sales order di Indonesia tunduk pada, Pasal 1338 KUHPerdata mengenai asas kebebasan berkontrak dan Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian. Dimana sales order merupakan suatu pra perjanjian. TanggungJawab masing-masing pihak terkait adanya pembatalan perjanjian sales order secara sepihak oleh pembeli adalah, bahwa pihak penjual bertanggungjawab untuk melaksanakan prestasinya yaitu mengirimkan mobil. Jika pembeli telah melaksanakan kewajibannya untuk membayar pelunasan sebagaimana telah diperjanjikan. Dalam kasus ini pihak pembeli adalah pihak yang membatalkan perjanjian.Oleh karena itu, pembeli harus menerima semua konsekuensi dalam pembatalan perjanjian sales order sebagaimana tercantum dalam ketentuan perjanjian sales order. Perlindungan hukum bagi penjual atas pembatalan sepihak oleh pihak pembeli adalah, ketentuan hukum yang melindungi penjual atas pembatalan sepihak terdapat dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu, Pasal 1243, Pasal 1266, Pasal 1267 tentang Pembatalan, Pasal 1320, Pasal 1338 dan Pasal 1464 KUHPerdata tentang uang panjar tidak dapat dikembalikan. Sedangkan ketentuan hukum yang melindungi pembeli terdapat dalam Pasal 4 huruf (h) juncto Pasal 7 huruf (f) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembatalan perjanjian.
vii
LEGAL REVIEW AGAINST THE CANCELLATION OF AGREEMENT BY THE BUYER RELATED DOCUMENTS “SALES
ORDER” BASED ON INDONESIAN REGULATIONS ABSTRACT
Agreement is an event where two people or two parties mutually promised to pledge implement matter. In agreement known there is a deal of sales order. Sales in the simple sense is sales, while sales order is an agreement with the terms of which are listed in the document of “sales order”. Sales order agreement is agreement that is not regulated in the law. The problems that arise is the cancellation of sales order agreement by the buyer.
The writing of this scientific shaped Legal Memorandum in outline contains: An examination of cases position, legal issue, and examination of documents. After the examination of documents, next step is to review theoretic, and give a legal opinion on cases occur, eventually provide the conclusions and recommendations.
The research results of Legal Memorandum which writers get is, that the law regulation of sales order in Indonesia are subject to, Article 1338 KUHPerdata Regarding the principle of freedom of contract and Article 1320 KUHPerdata about the terms of legitimate agreement. Where the sales order is a pre-agreement. Responsibilities of each party related to the cancellation of the agreement on sales order by the buyer is, that the seller is responsible to carry out his achievements are sending a car. If the buyer has carried out its obligation to pay the settlement as already agreed. In this case the buyer is the party to cancel the agreement. Therefore, the buyer must accept all the consequences within sales order cancellation agreement as contained in the provisions of the sales order agreement. The legal provisions that protect the seller on the cancellation of agreement by the buyer is, Article 1243, Article 1266, Article 1267 about the cancellation, Article 1320, Article 1338 and Article 1464 KUHPerdata about down payment money is not refundable. While the legal provisions that protect the buyer contained in Article 4 letter (h) juncto Article 7 letter (f) of Act No. 8 year 1999 on Consumer Protection against cancellation of the agreement.
xi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN………...iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI...iv
MEMORANDUM HUKUM………...……….………...v
ABSTRAK………….………...………...vi
ABSTRACT………...………..………..vii
KATA PENGANTAR………..viii
DAFTAR ISI………...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Kasus Posisi………...2
B. Permasalahan Hukum………...……….8
BAB II PEMERIKSAAN DOKUMEN A. Sales Order memuat tentang……….9
xii
B. Pengertian Perjanjian Secara Umum………...13
C. Asas-asas Perjanjian………16
D. Teori-Teori Terjadinya Perjanjian………...20
E. Jenis-Jenis Perjanjian………...23
F. Dasar-dasar penting yang mendasar hukum perjanjian di Indonesia………..26
G. Perlindungan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen………..………...29
H. Pengertian Wanprestasi………...32
I. Bentuk-Bentuk Wanprestasi………....33
J. Pembatalan Karena Adanya Wanprestasi………....33
K. Pembatalan Perjanjian Secara Sepihak………....34
BAB IV PENDAPAT HUKUM A. Fakta-Fakta Hukum……….38
B. Analisa Hukum………....41
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………...54
B. Rekomendasi………...56
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PERBAIKAN UJIAN AKHIR
1
KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM
Manusia lahir sebagai makhluk sosial, didalam memenuhi
kebutuhannya seringkali harus berhubungan dengan manusia lainnya.
Hubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya seringkali
menimbulkan perbedaan kepentingan. Salah satu cara manusia untuk
memenuhi kebutuhannya adalah melakukan perjanjian. Kasus dibawah ini
bermula pada adanya pemesanan barang yaitu mobil oleh Tuan B kepada
PT.X.
Permasalahan yang muncul dalam kasus ini adalah terjadinya
pembatalan perjanjian sales order secara sepihak oleh pihak pembeli.
Pengkajian hukum ini bertujuan untuk mengetahui peraturan hukum serta
undang-undang yang mengatur mengenai hukum perjanjian yang berkaitan
dengan “sales order“ dan tanggung jawab antar para pihak mengenai
pembatalan perjanjian sales order.
Adapun kasus posisi mengenai pembatalan secara sepihak oleh Tuan
2
A. Kasus Posisi
Pada tanggal 06 Agustus 2014 PT.X menyelenggarakan sebuah
program promo DP mobil murah. Bertepatan dengan adanya promo
tersebut, maka PT.X mewajibkan para sales untuk mengejar target
dalam setiap bulan, para sales diwajibkan mengikuti pameran yang
sudah dijadwalkan oleh PT.X. Kemudian di hari yang sama sales
menerima telepon dari pembeli yang bernama Tuan B untuk
berkonsultasi mengenai produk-produk mobil dari PT.X dan
program paket down payment (DP) murah yang sedang diadakan
oleh PT.X, Tuan B memutuskan untuk membeli dan memilih salah
satu unit mobil yaitu Xenia Type X Deluxe warna hitam dengan DP
Rp. 18.000.000,- (delapan belas juta rupiah) dan angsuran sebesar
Rp. 3.365.000,- (tiga juta tiga ratus enam puluh lima ribu rupiah)
melalui pembayaran kredit selama 5 (lima) tahun.
Setelah menerima semua persyaratan dan penjelasan akhirnya
Tuan B memutuskan akan mendatangi kantor PT.X pada tanggal 07
Agustus 2014, perihal memberikan sebuah tanda jadi pemesanan
mobil Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) untuk memesan satu unit
mobil Xenia Type X deluxe warna hitam. Dalam ketentuan sebuah
pemesanan mobil baru yang dibuat oleh PT.X ialah sebagai berikut:
Ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
1. Pesanan baru diterima setelah pelunasan uang muka atau unit.
2. Harga kendaraan tidak mengikat, tergantung pada saat
penyerahan kendaraan.
3. Bila pemesanan dibatalkan, maka uang muka yang telah
dibayarkan menjadi hak PT.X
4. Sales Order dan tanda terima sementara bukan merupakan bukti
pembayaran dan Tuan B diminta untuk mengambil kwitansi resmi
dari PT.X
5. Minimal tanda jadi untuk mobil penumpang Rp. 5.000.000,- (lima
juta rupiah) dan sedangkan mobil komersil Rp.3.000.000,- (tiga
juta rupiah).
6. Setiap pembayaran wajib dikonfirmasikan kepada pihak
perusahaan.
Saat itu pada tanggal 07 Agustus 2014, Tuan B
menandatangani surat tanda jadi pemesanan mobil baru, sebelum
menandatangani surat pemesanan tersebut, Tuan B diwajibkan
membaca seluruh ketentuan dari PT.X. Setelah menandatangani
pemesanan tersebut maka Tuan B diberikan waktu dan jatuh tempo
serta pelunasan DP yang kurang lebih 2 (dua) minggu semenjak tanda
jadi berlangsung, peraturan ini sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh PT.X, dalam pelunasan DP harus segera dilunasi
4
jatuh tempo yang diberikan oleh PT.X Tuan B tidak memberikan
informasi apapun, perihal pernyataan yang akan menghubungi sales
untuk melunasi pembayaran DP secara penuh terhadap mobil type
Xenia Type X Deluxe.
Oleh karena, jatuh tempo yang sudah melebihi dari batas waktu
yang ditentukan oleh PT.X, maka dari itu pihak PT.X memerintahkan
agar sales (selaku sales dari Marketing Tuan B) untuk segera
menghubungi Tuan B perihal membicarakan kepastian tentang
pelunasan pembayaran DP secara penuh.
Tuan B menyatakan ia akan menunda pelunasan dari
pembelian mobil tersebut karena ada beberapa hal yang masih perlu
diselesaikan sehingga keuangannya tidak mencukupi untuk
melunaskan pembayaran DP secara penuh.
Pihak PT.X mengatakan apabila Tuan B (pembeli) menunda
pelunasan pada bulan Agustus, maka paket promo DP murah ini tidak
mengikat dengan paket DP di bulan depan. Oleh sebab itu, Tuan B
tidak menyetujui ketentuan yang dibuat oleh PT.X sehingga Tuan B
mengatakan ia hanya menunda pelunasan pada bulan ini disebabkan
oleh sesuatu hal tetapi Tuan B tetap menginginkan DP yang sama
pada bulan depan agar Tuan B tetap dapat melanjutkan pemesanan
Tetapi, Tuan B (pembeli) tidak menyanggupi permintaan dari
PT.X. Sehingga Sales memberitahukan kepada Tuan B bahwa semua
yang ada dalam ketentuan surat tanda jadi pemesanan kendaraan
mobil sudah menjadi aturan PT.X dan sales sudah menjelaskan
ketentuan-ketentuan sebelum Tuan B menandatangani surat tanda jadi
pemesanan kendaraan mobil tersebut. Oleh karena itu, tanda jadi yang
Tuan B berikan pada tanggal 07 Agustus 2014 tidak dapat mengikat
DP yang ada pada bulan September, dikarenakan setiap bulan
mendapat kenaikan DP dan kenaikan bunga yang berbeda setiap
bulan.
Tetapi, Tuan B (pembeli) tidak menerima semua ketentuan dari
PT.X sehingga pada tanggal 22 agustus 2014 Tuan B memutuskan
untuk membatalkan pemesanan mobil dan tanda jadi sebuah 1 (satu)
unit Mobil Xenia bewarna hitam secara sepihak tanpa melihat
ketentuan yang sudah disepakati bersama dari awal tanda jadi yang
diberikan oleh PT.X (penjual).
Dalam ketentuan surat tanda jadi pemesanan mobil apabila
terjadi pembatalan secara sepihak maka uang muka yang telah
dibayarkan menjadi hak PT.X dan tidak dapat dikembalikan. Tetapi,
oleh adanya kebijakan dari pihak perusahaan, maka uang tanda jadi
yang Tuan B berikan sebagai tanda jadi awal pemesanan kendaraan
6
Tuan B yakni ½ x Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)= Rp. 2.500.000,-
(dua setengah juta rupiah).
Bahwa Tuan B selaku pembeli merasa berhak meminta
kembali seluruh uang tanda jadi. Maka PT.X menjelaskan kembali
apabila Tuan B sudah menandatangani surat ketentuan dan semua hal
yang ada dalam ketentuan PT.X harus ditaati sepenuhnya.
Bahwa dari semua perihal penjelasan dan ketentuan tersebut
Tuan B tetap menyatakan bahwa PT.X telah mengambil setengah
uang tanda jadi. Hingga PT.X menghimbau agar Tuan B (pembeli)
mendatangani kantor PT.X (penjual) perihal menyelesaikan
kesalahpahaman dengan baik sesuai ketentuan yang sudah disepakati
bersama sejak awal pemesanan kendaraan mobil oleh Tuan B dan
PT.X. Namun, Tuan B tetap tidak dapat menerima semua ketentuan
yang ada dan tidak ingin mendatangani kantor PT.X dengan alasan
tetap menginginkan uang tanda jadi yang diberikan kepada PT.X
dikembalikan sepenuhnya tanpa melihat dari ketentuan tersebut. Tuan
B mengatakan ingin melaporkan semua permasalahan kasus kepada
pihak yang berwajib apabila uang tanda jadi tidak dikembalikan
secara penuh.
Bahwa PT.X mempersilahkan kepada Tuan B agar melaporkan
kepada pihak yang berwajib. Karena PT.X sudah mempunyai
resiko dan tanggungjawab setiap konsumen yang membatalkan
pemesanan mobil secara sepihak.
Bahwa pada akhirnya Tuan B menyatakan pada pihak PT.X
menyetujui segala ketentuan yang telah disepakati bersama dari awal
tanda jadi pemesanan kendaraan mobil tersebut dan menerima
sebagian uang tanda jadi yang telah Tuan B berikan kepada PT.X
dikembalikan setengah dari tanda jadi awal. Oleh karena itu PT.X
memberitahukan agar Tuan B mendatangi kantor PT.X untuk
mengambil sisa pembatalan uang tanda jadi tersebut secara tunai.
Tetapi, walaupun Tuan B sudah menyetujui segala peraturan
dan ketentuan dari PT.X, diluar dari pernyataan Tuan B tetap tidak
bisa menerima segala aturan yang ada pada PT.X yang masih
memegang sebagian uang dari tanda jadi pemesanan kendaraan
mobil. Setelah Tuan B mendapatkan setengah uang tanda jadi, Tuan
B tetap masih menghubungi sales agar bisa membantu Tuan B dalam
mendapatkan sisa dari uang tanda jadi tersebut dikarenakan selaku
sales berkewajiban untuk membantu konsumen dalam mendapatkan
sebagian uangnya kembali.
Bahwa hal ini membuat sales merasa tertekan dengan atas
semua kejadian tersebut, sehingga sales menjelaskan kembali kepada
Tuan B itu semua sudah menjadi resiko bapak (Tuan B) karena sudah
8
perusahaan sesuai dari ketentuan perjanjian tersebut dan sales tidak
menangani pengembalian uang karena dari pihak perusahaan sudah
memberikan kebijakan diluar dari ketentuan. Dalam kasus ini, Tuan B
(pembeli) menuntut tanggung jawab kepada sales agar
mengembalikan setengah dari tanda jadi yang sudah Tuan B terima
dari PT.X. tetapi setelah mendapat penjelasan dari PT.X akhirnya,
Tuan B tidak bisa menuntut hak atas uang tanda jadi tersebut, karena
sudah terdapat dalam perjanjian baku, dapat dikatakan sales hanya
menjalankan tugas dan aturan serta mematuhi segala aturan dan
ketentuan yang diberikan oleh PT.X.
Berdasarkan uraian kasus diatas, penulis melakukan sebuah
penelitian dalam bentuk Legal Memorandum yang berjudul (Tinjauan
Yuridis Terhadap Pembatalan Sepihak Oleh Pembeli Terkait
Dokumen “Sales Order” Berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia).
B. Permasalahan Hukum
1. Apakah peraturan perundang-undangan di Indonesia
mengakomodir pengaturan mengenai sales order ?
2. Bagaimana tanggung jawab masing-masing pihak atas
pembatalan perjanjian sales order secara sepihak oleh pembeli ?
3. Bagaimana perlindungan hukum bagi penjual atas pembatalan
54
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengakomodir
pengaturan mengenai sales order di Indonesia yaitu, terdapat
dalam Pasal 1338 KUHPerdata mengenai asas kebebasan
berkontrak yang menyebutkan bahwa setiap perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pembuatnya dan
mengikat para pihak. Sales order merupakan sebagai pra perjanjian
yang merupakan perjanjian tidak bernama dan termasuk dalam
perjanjian bersyarat, yang digunakan pada perjanjian yang telah
ditentukan dalam ketentuan sales order. Secara sah adalah dilihat
berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan
setiap perjanjian harus memenuhi yaitu: kesepakatan mereka yang
mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
suatu pokok persoalan tertentu dan, suatu sebab yang tidak
terlarang.
2. Tanggung jawab masing-masing pihak atas pembatalan sepihak
oleh pembeli adalah pihak penjual bertanggungjawab untuk
55
pembeli telah melaksanakan tanggungjawabuntuk membayar pelunasan
yang telah ditentukan oleh para pihak. Sedangkan tanggungjawab pembeli
adalah wajib memenuhi prestasinya yaitu: pihak pembeli wajib
melaksanakan prestasinya yaitu, melunasi seluruh uang muka (DP). Jika
terjadi pembatalan, penjual tidak bertanggung jawab dalam pengembalian
uang tanda jadi dan pihak pembeli tidak dapat menuntut pengembalian
seperti yang diatur dalam ketentuan sales order dan ketentuan pembatalan
diatur dalam Pasal 1464, Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata.
3. Perlindungan hukum bagi penjual atas pembatalan sepihak oleh pihak
konsumen yaitu, pihak penjual telah dilindungi oleh ketentuan dalam sales
order yang secara sah disepakati bersama oleh pihak penjual dan pembeli
tentang hal pembatalan sepihak, jika terjadi pembatalan oleh pembeli maka
penjual tidak diwajibkan untuk mengembalikan uang tanda jadi,
sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan sales order. Ketentuan
hukum yang melindungi penjual atas pembatalan sepihak terdapat dalam
kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu Pasal 1243, Pasal 1266, Pasal
1267, Pasal 1338, Pasal 1320 dan Pasal 1464 KUHPerdata. Sebaliknya
pihak pembeli dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen
yaitu, terdapat dalam Pasal 4 huruf (h) juncto Pasal 7 huruf (f)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap
pembatalan perjanjian, jika pembeli sudah memenuhi prestasinya maka
Konsumen, tetapi dalam kasus ini pembeli belum memenuhi prestasinya
dan tanggung jawab yang harus ditaati oleh pihak pembeli adalah
mengikuti segala aturan yang ditentukan oleh pihak PT.X yang terdapat
dalam ketentuan sales order.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas adapun, saran atau rekomendasi yang
dipergunakan sebagai bahan masukkan antara lain:
1. Pembeli diharapkan lebih teliti membaca dan mengerti mengenai
syarat-syarat yang diajukan oleh pihak perusahaan sebelum menandatangani
suatu perjanjian, dan mengetahui hak dan kewajibannya ketika suatu
perjanjian dibatalkan atau tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak
2. Pembeli diharapkan dapat mematuhi ketentuan baku perusahaan yang
telah disepakati sehingga dapat mencegah terjadinya pembatalan sepihak
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990.
Djaja S. Meiliana, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum
Perikatan, Bandung: Nuansa Aulia, 2007.
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.
Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002.
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku ketiga,
Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan 1, 2015.
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2001.
Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian, Bandung: Alumni, 1986.
P.N.H Simanjutak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan,
2009.
A. Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Yogyakarta: Liberty, 1985.
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Citra Aditya Bhakti, 1987.
, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni,
1989.
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, 1979.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Jakarta; Sumur Bandung, 1981.
B. Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BurgerlijkWetboek).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen.
C. Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi 3 - cetakan 1, Jakarta: Balai Pustaka,
2001.
D. RujukanElektronik:
Alannurfitra, “Wanprestasi Dalam Perjanjian”,
(https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/02/05/wanprestasi-dalam-perjanjian/), 05 Februari 2012.
“Pengertian Sales dan Departemen Marketing Serta Tugas dan Fungsi Sales”, 2012,
(http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-sales-dan-departemen.html),
“Sales order Pesanan Penjualan”,
(http://deluxeaccounting.com/download/accurate4tutorial/Sales%20Order.pdf),