• Tidak ada hasil yang ditemukan

120 ahmad tajuddin nur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "120 ahmad tajuddin nur"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Model Pembelajaran GI-GI (

Group Investigation-Guided Inquiry

)

Dalam Pembelajaran Fluida Dinamis di SMA (Studi Pada

Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa)

AHMADTAJUDDINNUR, INDRAWATI, RIF ATIDINAHANDAYANI

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Jember. Jl. Kalimantan 37 Jember E-mail: ahmadtajuddinnur99@gmail.com

TEL: 0331-330224; FAX: 0331-337422

ABSTRAK: Artikel ini melaporkan hasil penelitian eksperimen model pembelajaran GI-GI

(Group Investigation-Guided Inquiry) dalam pembelajaran fluida di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) dalam pembelajaran fluida dinamis dan untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fluida dinamis.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian post-test only control group. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pakusari semester genap tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan sampel penelitian adalah kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen. Data keterampilan proses sains siswa diperoleh melalui kegiatan observasi dan dokumentasi. Data hasil belajar fisika siswa diperoleh melalui post-test dan dianalisis menggunakan independent sample t-test dengan bantuan SPSS untuk menguji hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, skor rata-rata keterampilan proses sains siswa sebesar 90,6 dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Hasil analisis independent sample t-test terhadap hasil belajar fisika siswa menunjukkan nilai ttest = 6.917 lebih besar dari ttabel= 1.6715 dengan taraf signifikansi 5 % maka H0ditolak dan Haditerima. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran fluida dinamis di SMA.

Kata Kunci:Model Pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry), Fluida Dinamis, Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Fisika adalah ilmu eksperimental yang ditujukan untuk mempelajari semua gejala alam. Young dan Freedman (2012:1) menyatakan bahwa physicists observe the phenomena of nature and try to find patterns that relate these phenomena so that a physicist has to learn to ask appropriate questions, design experiments to try to answer the questions, and draw appropriate conclusions from the results to develop a physical theory. Hal ini menunjukkan bahwa hakikat fisika terdiri atas proses dan produk. Indrawati dan Sutarto (2013:59) menyatakan bahwa fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejalanya, yang terdiri atas proses dan produk. Proses ilmiah harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk fisika seperti yang dilakukan oleh para fisikawan dalam menemukan suatu pengetahuan fisika. Dengan demikian, pembelajaran fisika harus diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kemendikbud, 2012:4). Siswa melakukan kegiatan penemuan sebagaimana fisikawan bekerja. Pembelajaran fisika menekankan pada scientific approach sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas pembelajaran fisika.

(2)

pembelajaran bersifat teacher centered learning, penggunaan contoh abstrak untuk menjelaskan materi, dan memberikan sedikit kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran (Astra el al, 2015). Rendahnya kualitas pembelajaran fisika menyebabkan keterampilan proses sains siswa rendah karena siswa kurang diberi kesempatan untuk menemukan konsep fisika sendiri sebagaimana cara kerja fisikawan. Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2010:144), keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip maupun teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Pembelajaran fisika selama ini hanya berpusat pada guru sehingga keterampilan proses sains siswa kurang dilatih. Siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa memahami darimana informasi tersebut didapat dan siswa hanya berkutat dengan rumus tanpa mengetahui makna fisis dari konsep yang diajarkan. Jika hal ini yang terjadi maka siswa cenderung kehilangan esensi dari apa yang telah dipelajari setelah pembelajaran berakhir karena pembelajaran fisika dinilai kurang berkesan. Esensi yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu siswa mengerti konsep yang diajarkan selama proses pembelajaran dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Nisa et al, 2014). Sebagai dampak dari lemahnya penerimaan konsep tersebut, siswa berasumsi bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sangat sulit dan banyak rumus sehingga membuat siswa tidak menyukai fisika. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan hasil belajar fisika relatif rendah.

Pernyataan di atas didukung oleh hasil observasi di salah satu SMA di Kabupaten Jember selama KK-MT Pos Daya 2015, didapat fakta bahwa hasil belajar fisika siswa masih rendah. Hal ini diketahui dari hanya sekitar 10% siswa yang menuntaskan hasil belajarnya dengan KKM sebesar 75. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar fisika adalah rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Hal ini ditunjukkan oleh kegiatan siswa selama pembelajaran fisika cenderung pasif. Kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru, yaitu guru menyampaikan sejumlah materi pembelajaran melalui ceramah-ceramahnya. Proses pembelajaran fisika masih bersifat pasif dan menghafal konsep-konsep fisika dan contoh-contoh soal yang hanya mendorong siswa menguasai materi pembelajaran dengan target dapat menjawab semua soal ujian. Pembelajaran fisika selama ini masih belum menuntun siswa untuk menemukan konsep fisika sendiri secara aktif melalui kegiatan penemuan. Selain itu, siswa jarang melakukan kegiatan eksperimen sehingga keterampilan proses sains yang terdiri dari mengamati, memprediksi, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan relatif masih rendah karena keterampilan proses sains tidak diajarkan secara mendalam. Dalam situasi seperti ini sulit mengharapkan siswa memahami konsep fisika secara mendalam dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena pembelajaran fisika yang kurang bermakna. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat aktif dalam menemukan konsep dari fenomena yang ada di lingkungan dengan bimbingan guru (Rizal, 2014).

(3)

Model GI-GI merupakan perpaduan model Group Investigation dan model Guided Inquiry. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Indrawati. Model GI-GI sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran fisika. Model GI-GI memenuhi hakikat fisika sebagai proses dan produk. Perpaduan antara model group investigasi dan inkuiri terbimbing (model GI-GI) diharapkan siswa dapat menemukan pengetahuan atau informasi baru dan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan proses, serta karakternya melalui investigasi di lingkungannya bersama-sama dengan kelompoknya dan diperkuat dengan bimbingan dari guru (Indrawati, 2015). Model GI-GI melatih keterampilan proses sains siswa karena siswa melakukan kegiatan mengamati, memprediksi, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan suatu fenomena fisika. Model GI-GI dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa karena dengan cara berkelompok, siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan temannya dan gurunya untuk berdiskusi, bertukar pendapat, dan memecahkan masalah melalui investigasi. Kegiatan bimbingan oleh guru perlu dilakukan agar konsep fisika yang ditemukan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian eksperimen model GI-GI ini adalah fluida dinamis. Materi tersebut merupakan materi wajib yang terdapat dalam kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan diberikan kepada siswa kelas XI semester genap. Penelitian eksperimen ini dirasa perlu karena materi fluida dinamis yang sulit dimengerti oleh siswa dan membutuhkan pemahaman lebih mendalam pada aplikasinya seperti penerapan persamaan kontinuitas pada pembuluh darah dan penerapan prinsip Bernoulli pada cerobong asap. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep fluida dinamis melalui pembelajaran yang melibatkan langsung siswa dalam kegiatan penemuan. Kegiatan pembelajaran ini berpusat pada siswa dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran melalui kemampuan menemukan pengetahuan sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan post-test only control group design. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan IPA SMA Negeri 1 Pakusari tahun ajaran 2015/2016 yang tersebar dalam empat kelas. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara cluster random sampling dengan cara undian setelah uji homogenitas dilakukan. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran fluida dinamis dengan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) dan kelas kontrol tetap dengan pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah tersebut.

Metode pengumpulan data keterampilan proses sains siswa adalah dokumentasi dan observasi. Skor keterampilan proses sains siswa yang diperoleh siswa dicocokkan dengan Tabel 1 untuk mengetahui kriteria keterampilan proses yang dicapai siswa. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui kegiatan post-test dalam ranah kognitif. Pengaruh adanya perlakuan model GI-GI terhadap hasil belajar siswa dianalisis dengan uji normalitas dan independent sample t-test. Jika skor hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

Tabel 1. Kriteria Keterampilan Proses Sains Siswa Skor Keterampilan Proses Sains Kriteria

75 < skor 100 Sangat baik 55 < skor 75 Baik 40 < skor 55 Cukup baik

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini didasarkan pada dua tujuan utama, yaitu mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran menggunakan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) di kelas eksperimen dan mengakaji pengaruh model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA. Materi yang pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah fluida dinamis.

Nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen yang terdiri dari merumuskan hipotesis, mengenali variabel, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan mengolah data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan yang didapat dari kegiatan observasi dan dokumentasi selama proses pembelajaran fluida dinamis dengan menggunakan model GI-GI berlangsung sebesar 90,6. Apabila dikonsultasikan dengan kriteria keterampilan proses sains, maka rata-rata keterampilan proses sains dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiratana et al (2013) menjelaskan bahwa keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model Group Investigation lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model konvensional. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyudi et al (2013) menyatakan bahwa keterampilan proses sains siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) tergolong cukup baik. Skor keterampilan proses sains siswa dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor Keterampilan Proses Sains Siswa

No Indikator Keterampilan Proses

Sains Skor rata-rata Kriteria

1 Merumuskan hipotesis 83,3 Sangat baik 2 Mengenali variable 90,2 Sangat baik 3 Melakukan eksperimen 100 Sangat baik 4 Mengumpulkan dan mengolah data 76,9 Sangat baik 5 Menyimpulkan 96,6 Sangat baik 6 Mengkomunikasikan 96,6 Sangat baik

Pada indikator merumuskan hipotesis diharapkan siswa mampu merumuskan hipotesis sebelum melakukan eksperimen/percobaan yang sesuai dengan fenomena fisika dalam tema pembelajaran yang dipelajari dalam pembelajaran fluida dinamis. Siswa dapat mengaitkan fenomena fisika ke dalam hipotesis atas permasalahan yang ada. Guru sebagai fasilitator juga dapat memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk merumuskan hipotesis tersebut. Sedangkan untuk aspek mengenali variabel, siswa unggul dalam menentukan variabel-variabel manipulasi tetapi beberapa siswa kurang mampu dalam menentukan variabel kontrol. Untuk indikator melakukan ekseperimen, siswa sangat aktif dalam melakukan percobaan/eksperimen sesuai langkah-langkah pada LKS. Indikator mengumpulkan dan mengolah data secara umum siswa dapat menerangkan hasil percobaan/eksperimen dalam bentuk kalimat dengan urutan yang tepat. Untuk indikator menyimpulkan, siswa sangat baik dalam menyimpulkan hasil percobaan/eksperimen sesuai dengan teori. Sedangkan indikator terakhir yaitu mengkomunikasikan secara keseluruhan siswa sangat aktif dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya sesuai dengan teori yang berlaku. Kelompok lain terlihat sangat aktif mengajukan pertanyaan dan memberikan sanggahan apabila terdapat kesalahan terhadap hasil penemuan kelompok presentasi.

(5)

siswa melakukan eksperimen/percobaan yang bertujuan untuk membuktikan sendiri kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan hasil percobaan. Menurut Suprahitiningrum (2013:285), metode eksperimen membuat siswa lebih percaya atas kebenaran suatu teori berdasarkan percobaan. Karena siswa melakukan kegiatan bimbingan dengan guru dan kegiatan eksperimen/percobaan, keterampilan proses sains siswa berupa indikator mengkomunikasikan sangat baik karena hasil kegiatan penemuan berupa konsep dan prinsip fisika yang ditemukan sudah tepat. Siswa dapat memecahkan permasalahan fisika di dalam tema pembelajaran sesuai dengan konsep dan prinsip fisika yang berlaku.

Model pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada scientific approach dan salah satu tujuannya adalah mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Fase-fase model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) yang terdiri dari membangun konsep, bimbingan, menguji hipotesis, dan mengkomunikasikan dan menilai hasil melatih siswa untuk memiliki keterampilan proses sains yang baik dalam pembelajaran. Saat fase membangun konsep, siswa diajak untuk merumuskan hipotesis dan merancang rancangan penelitian. Sedangkan pada fase bimbingan, siswa dilatih untuk mengkomunikasikan hipotesis kepada guru. Pada fase menguji hipotesis, siswa melakukan sebuah eksperimen/percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan bersama kelompoknya sehingga siswa dilatih bagaimana merumuskan hipotesis, mengenali variabel, mengumpulkan dan mengolah data, dan menyimpulkan yang baik. Pada fase terakhir, yaitu mengkomunikasikan dan menilai hasil, siswa dilatih untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada kelompok lain sehingga indikator mengkomunikasikan dikembangkan selama fase ini. Siswa akan terampil dalam keterampilan proses sains apabila dilatih terus-menerus dan terdapat sebuah model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses tersebut (Trianto, 2014:49).

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan ilmiah yang melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial yang diperlukan untuk memperoleh dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip dalam IPA khususnya fisika (Rustaman, 2005:86). Keterampilan kognitif dilibatkan pada semua fase model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry). Salah satunya adalah saat siswa membangun konsep melalui kegiatan merumuskan hipotesis (fase membangun konsep) dan menganalisis hasil percobaan/eksperimen (fase menguji hipotesis). Keterampilan manual dikembangkan selama fase menguji hipotesis karena siswa melakukan sebuah percobaan/eksperimen untuk memecahkan fenomena-fenomena fisika yang terdapat dalam tema pembelajaran. Saat fase bimbingan dan mengkomunikasikan dan menilai hasil berlangsung, keterampilan sosial dikembangkan karena siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya tentang hipotesis dan hasil penemuannya melalui kegiatan investigasi bersama kelompoknya kepada guru dan kelompok lain. Karena fase-fase model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) melatih keterampilan-keterampilan tersebut, siswa yang diajarkan dengan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) memiliki keterampilan proses sains yang baik.

Hasil belajar ranah kognitif siswa dapat dilihat dari nilai post-test siswa dan skor rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dijelaskan pada Gambar 1. Nilai

post testtersebut digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar ranah kognitif kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan analisis

(6)

dengan model yang biasa guru gunakan. Hal ini juga sesuai hasil penelitian oleh Khotimah et al (2015) menunjukkan bahwa model Guided Inquiry berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.

Gambar 1. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hasil belajar yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam pembelajaran fluida dinamis disebabkan oleh proses pembelajaran yang berbeda diantara dua kelas tersebut. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) diajak secara aktif untuk membangun sendiri konsep, prinsip, dan hukum fisika melalui kegiatan investigasi bersama kelompoknya yang berbasis scientific processsehingga pemahaman konsep, prinsip, dan hukum fisika siswa kelas eksperimen lebih baik. Dengan menemukan sendiri dipikirkan dapat membuat pemahaman mahasiswa menjadi bagus dan tahan lama (Indrawati et al, 2013). Proses pembelajaran model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) menghubungkan konsep, prinsip, dan hukum fisika fisika dengan fenomena-fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran lebih bermakna. Dalam pelaksanaannya, kegiatan penemuan yang diperkuat kegiatan bimbingan (Guiding) lebih bermakna karena dengan bimbingan guru siswa lebih terarah dalam menemukan konsep, prinsip, dan hukum fisika sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Perbedaan hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh tahapan pembelajaran yang berbeda antara model pembelajaran GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) dengan model pembelajaran yang biasa guru gunakan. Dale (dalam Yamin, 2008:89) dalam kerucut pengalaman Dale (Dale s Cone of Experience) menyatakan hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Dalam proses pembelajaran model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry), siswa melakukan eksperimen/percobaan, melakukan kegiatan diskusi, kegiatan bimbingan (Guiding) dengan guru, dan mempresentasikan hasil penemuannya kepada kelompok lain sehingga pemahaman konsep, prinsip, dan hukum fisika yang dipelajari bisa mencapai 90%. Sedangkan siswa kelas kontrol hanya menerima konsep melalui kegiatan ceramah dan demontrasi yang dilakukan oleh guru sehingga tingkat pemahaman konsep, prinsip, dan hukum fisika hanya mencapai 30%. Karena tingkat pemahaman materi siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

(7)

menggunakan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry). Siswa harus membangun pengetahuan mereka sendiri secara aktif melalui kegiatan penemuan sehingga siswa mempunyai pemahaman materi fulida dinamis yang bagus. Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui kegiatan penemuan akan sangat dipahami dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain (Bektiarso, 2015:61). Siswa yang belajar dalam pembelajaran fluida dinamis menggunakan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) memiliki keterampilan proses sains yang sangat baik. Siswa dapat menguasai metode-metode ilmiah atau keterampilan proses sains yang sangat berguna dalam kehidupan melalui kegiatan penemuan (Bektiarso, 2015:61).

Keberhasilan pembelajaran menggunakan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) sangat tergantung pada keaktifan siswa dalam membangun sendiri konsep, prinsip, dan hukum fisika melalui kegiatan investigasi/kegiatan penemuan bersama kelompoknya. Siswa harus mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Keberhasilan membangun kemampuan komunikasi dan sosial yang baik dengan anggota kelompok lainnya sangat berpengaruh positif terhadap keberhasilan penelitian ini sehingga siswa bisa bekerja sama yang baik dengan anggota kelompok lainnya saat melakukan kegiatan investigasi. Kelompok investigasi hanya akan berhasil dengan memastikan bahwa semua anggota telah memahami materinya, sehingga anggota kelompok akan termotivasi untuk saling mengajar anggota kelompok lain yang belum memahami materi (Bacon, 2008:82). Slavin (dalam Huda, 2014:292) menyatakan pentingnya tujuan kelompok adalah untuk memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal.

Kendala dalam penelitian ini adalah suasana kelas kurang kondusif ketika fase bimbingan (Guiding). Saat fase bimbingan, guru akan membimbing masing-masing mengenai hipotesis yang dirumuskan siswa secara bergantian. Ketika guru membimbing sebuah kelompok, maka kelompok lain harus menunggu. Setelah selesai melakukan kegiatan bimbingan, kelompok tersebut harus melakukan revisi terhadap hipotesis yang dirumuskan berdasarkan hasil bimbingan dengan guru. Siswa harus melakukan pengembangan topik dan tema pembelajaran setelah selesai melakukan kegiatan bimbingan. Beberapa siswa banyak kehilangan fokus terhadap pembelajaran dan tidak melakukan revisi karena topik dan tema pembelajaran yang disediakan guru kurang luas. Guru harus merancang sebuah topik yang cakupannya luas, sehingga siswa dapat membagi topik tersebut menjadi subtopik dan subtopik ini merupakan sebuah hasil pengembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa (Bacon, 2008:216).

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran fluida dinamis. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan hasil belajar siswa kelas kontrol, dan hasil belajar siswa kelas eksperimen tersebut lebih baik dari hasil belajar siswa kelas kontrol. Keterampilan proses sains siswa selama mengikuti pembelajaran fluida dinamis menggunakan model GI-GI (Group Investigation-Guided Inquiry) termasuk dalam kriteria sangat baik.

DAFTAR RUJUKAN

Astra, M., Wahyuni, C., Nasbey, H., 2015. Improvement of Learning Process and Learning Outcomes in Physics Learning by Using Collaborative Learning Model of Group Investigation at High School.Journal of Education and Practice. vol. 11, 75. Bacon, A., 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Terjemahan). Nusa

(8)

Bektiarso, S., 2015. Strategi Pembelajaran.Laksbang Pressindo.

Indrawati, 2015. Model GI-GI: Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis SCL dan Scientific Approach untuk Pembelajaran Perkuliahan Strategi Belajar Mengajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains 2015 UNESA.

Indrawati, Sutarto. 2013.Strategi Belajar Mengajar Sains. Jember University Press. Kemendikbud. 2012. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Pusat

Kurikulum Balitbang.

Khotimah, L. N. R., Partono, 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Fisika.

Huda, M., 2014.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar

Nisa , C., Suliyanah, 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Mengintegrasikan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kamal. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika vol. 03, 30.

Rizal, M., 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Sains vol. 2, 159.

Rustaman, 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi.Universitas Pendidikan Indonesia. Suprahatiningrum, J., 2013.Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Starategi, dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Bumi Aksara.

Young, H. D., Freedman, R. A., 2012. University Physics With Modern Physics 13th Edition. Addison-Wesley.

Yamin, M., 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik.Gaung Persada Press.

Wardoyo, S. M., 2013. Pembelajaran Kontruktivisme: Teori Dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Alfabhet.

Wahyudi, L. E., Supardi, I., 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Kalor untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar di SMAN 1 Sumenep. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika 2:62 65. Widowati, S., Susanto, H., Yulianto, A., 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terhadap Motivasi Belajar. Unnes Physics Education Journalvol. 2 (2).

Gambar

Tabel 2. Skor Keterampilan Proses Sains Siswa
Gambar 1. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Referensi

Dokumen terkait

1) Para Pemegang Kas pada satuan kerja tidak mengikuti ketentuan dalam mempertanggungjawabkan uang daerah yang dikelolanya dan cenderung ada itikad kurang baik dengan tidak

Peran guru sangat diperlukan dalam upaya perkembangan potensi anak usia 5-6 tahun dan memberikan peluang bagi tumbuh kembang bakat dan kreatifitas anak tersebut

Sasaran pertama adalah terwujudnya atraksi wisata yang bersaing sesuai dengan etika dan kesejahteraan satwa. Program yang menunjang keberhasilan sasaran tersebut

Sistem pendeteksi dini bahaya banjir ini berhasil melakukan monitoring dan sesuai dengan hasil yang diinginkan yaitu berupa output LED yang menyala menyesuaikan dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini, juga kepada

Proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan hasil diagnosa jenis leukemia dengan menggunakan 14 variabel input , yaitu usia, jenis kelamin, systole ,

Selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Telkom Indonesia yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Praktikan ditempatkan di unit Asset Management

Terdapat hubungan yang positif mutu produk dan pelayanan secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen dalam pembelian mobil merk Suzuki di kota Tegal dengan koefisien