• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa dan budaya dalam arsitektur rumah limasan di kecamatan Paron, kabupaten Ngawi (kajian etnolinguistik) depan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa dan budaya dalam arsitektur rumah limasan di kecamatan Paron, kabupaten Ngawi (kajian etnolinguistik) depan 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

BAHASA DAN BUDAYA DALAM ARSITEKTUR

RUMAH

LIMASAN

DI KECAMATAN PARON,

KABUPATEN NGAWI

(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

ARI MARGIYATI C0111004

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Hidup adalah perjuangan, segala sesuatu yang kita inginkan harus kita

perjuangkan, dan yakinlah apa yang kita perjuangkan tidak akan pernah sia-sia

(Ari Margiyati).

Berdo‟a, berusaha, restu dan ridho orang tua adalah kunci pokok kesuksesan (Ari

Margiyati).

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk orang-orang terkasih yaitu:

Orang tuaku (Bapak Suwardi dan Ibu Kayati) yang senantiasa menyayangiku,

menjagaku, melindungiku, mendukungku dalam setiap langkah yang aku tempuh

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata‟ala atas limpahan rahmat,

taufiq, dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi

yang berjudul Bahasa dan Budaya dalam Arsitektur Rumah Limasan di

Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Kajian Etnolinguistik)

disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Program Studi Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberi

kesempatan dan membantu menyempurnakan penulisan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini dengan

penuh penghargaan dan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya yang telah memberikan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Supana, M. Hum., selaku Kepala Program Studi Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

kesempatan dan ilmunya dalam menyusun skripsi ini.

3. Dr. Wakit Abdullah, M. Hum, selaku pembimbing pertama yang telah

berkenan membimbing dan mendengarkan segala permasalahan penelitian

(8)

4. Drs. Sujono, M. Hum, selaku pembimbing kedua yang telah berkenan

membimbing dan mendengar segala permasalahan penelitian denganpenuh

kesabaran.

5. Drs. Sri Supiyarno, M. A, ketua Bidang Linguistik sekaligus pembimbing

kedua yang telah membimbing dengan penuh kesabaran.

6. Drs. Waridi Hendrosaputro, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang

telah membimbing penulis selama studi di Jurusan Sastra Jawa dengan

penuh perhatian dan kesabaran.

7. Kepala dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya maupun

perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

kemudahan dalam pelayanan selama penulisan skripsi ini.

8. Semua informan yang telah berkenan memberikan informasi sehingga

mempermudah penulis dalam memperoleh data.

9. Kedua saudaraku Cahyo Kuncoro dan Betty Gustina Laskunari Siregar

yang selalu menemaniku dan mendukungku.

10.Teman-teman Sastra Jawa angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan

dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan kasih sayang

kalian.

11.Teman-temanku tercinta Novita Setyaningrum, Nastiti Puji Rahayu, Putri

Nurani Istiqgriya yang telah bersama-sama berjuang ketika susah dan

senang.

12.Teman-teman Linguistik Sastra Jawa 2011 yang telah memberikan

bantuan dalam penyusunan skripsi dan lainnya. Terima kasih atas

(9)

ix

13.Teman-teman KKN Tunggur “Manhattan Familly”. Terimakasih atas

kesan selama 1,5 bulan di Tunggur menghabiskan waktu bersama,

berjuang bersama untuk terus berusaha bertahan dan bersenang-senang

bersama selama 1,5 bulan.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih ata

bantuan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan ilmu. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai

pihak diharapkan sebagai upaya perbaikan penelitian ini.

Surakarta, Juni 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xiii

(11)

xi

8. Makna ... 16

9. Etnolinguistik ... 18

a. Etnolinguistik Kaitannya dengan Mikrolinguistik dan Makrolinguistik ... 18

b. Etnolinguistik Kaitannya dengan Pola-pikir Masyarakat ... 19

10.Deskripsi Kecamatan Paron ... 19

F. Data dan Sumber Data ... 20

b. Teknik Pustaka/Teknik Studi Dokumenter ... 27

7. Metode Analisis Data ... 28

8. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 31

H. Sistematika Penulisan ... 32

BAB II ANALISIS DATA A. Bentuk Bahasa Berupa Istilah Arsitektur Rumah Limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi ... 33

(12)

2. Bahasa berupa istilah arsitektur rumah limasan

bentuk polimorfemis ... 42

B. Makna Leksikal dan Kultural yang Terangkum dalam Bahasa

pada Arsitektur Rumah Limasan di Kecamatan Paron ... 57

1. Makna leksikal yang terangkum dalam bahasa dan budaya pada

arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron ... 57

2. Makna kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya pada

arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron ... 82

C. Tata Letak Fisik Bahasa berupa Istilah Arsitektur Rumah Limasan

di Kecamatan Paron ... 104

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ... 129

B. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

A. Lambang

1. Lambang Fonetis

[D] : dibaca seperti kata jedhing[jǝDIŋ] „kamar mandi‟

[T] : dibaca seperti kata senthong[sǝnTᴐŋ] „sentong‟

[ɛ] : dibaca seperti kata emper[ɛmpɛr] „teras‟

[e] : dibaca seperti kata cendela[cǝndela] „jendela‟

[ǝ] : dibaca seperti kata singgetan[siŋgǝtan] „pembatas‟

[ᴐ] : dibaca seperti kata kori [kᴐri] „pintu‟

[ŋ] : dibaca seperti kata lawang [lawaŋ] „pintu‟

[I] : dibaca seperti kata jedhing [jǝDIŋ] „kamar mandi‟

[Ʊ] : dibaca seperti kata dudur [dudƱr] „dudur‟

[Ɂ] : dibaca seperti kata usuk [usƱɁ] „usuk‟

2. Lambang Lain

: Proses penggabungan

[...] : Tanda fonetis dari istilah-istilah arsitektur rumah

limasaan

+ : Menyatakan proses morfologis

→ : Menyatakan hasil proses morfologis

“...” : Menyatakan kutipan

„...‟ : mengapit terjemahan

(14)

B. SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik

Dkk : dan kawan-kawan

Dsb : dan sebagainya

Dst : dan seterusnya

Km : kilometer

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Glosarium ... 136

2. Foto Arsitektur Rumah Limasan ... 137

3. Data Informan ... 150

4. Daftar Pertanyaan ... 152

(16)

ABSTRAK

Ari Margiyati, C0111004, 2015, “Bahasa dan Budaya dalam Arsitektur Rumah Limasan di Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi” Skripsi: Program Studi Sastra Jawa untuk Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret”.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimanakah hubungan bentuk bahasa dan budaya dalam arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi? (2) Bagaimanakah makna leksikal dan kultural yang terangkum dalam hubungan bahasa dan budaya pada arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi? (3) Bagaimanakah hubungan bahasa dan budaya terkait tata letak fisik arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi?

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan hubungan bahasa dan budaya dalam arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi (2) Mendeskripsikan makna leksikal dan kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya pada arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi (3) Mendeskripsikan hubungan bahasa dan budaya terkait tata letak fisik arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Lokasi penelitian di Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Sumber data primer yaitu informan terpilih yang memenuhi kriteria. Sumber data sekunder berasal dari buku-buku, catatan penting dan kamus.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan yaitu: (1) Bentuk istilah pada arsitektur rumah limasan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi berupa bentuk monomorfemis, dan polimorfemis, (2) Makna leksikal yang berasal dari buku-buku, catatan penting dan kamus, sedangkan makna kultural yang terdapat pada istilah arsitektur rumah limasan sesuai dengan budaya masyarakat Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, (3) Tata letak fisik istilah arsitektur rumah limasan

dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bagian atas pada rumah limasan yang horisontal, bagian atas pada rumah limasan yang vertikal, bagian tengah pada rumah limasan yang horisontal, bagian tengah pada rumah limasan yang vertikal, bagian bawah pada rumah limasan yang horisontal, bagian bawah pada rumah

limasan yang vertikal, bagian ruang pada rumah limasan.

(17)

xvii SARIPATHI

Ari Margiyati, C0111004, 2015, “Basa lan Budaya ing Arsitektur Omah Limasan

wonten ing Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi” Skripsi: Program Sastra Jawa untuk

Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta.

Babagan ingkang dipunrêmbag ing panalitén punika: (1) Kados pundi gandhéng cénéngipun wujud basa saha budaya wontên ing arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron, Kabupatén Ngawi? (2) Kados pundi makna leksikal saha makna kultural ingkang kamot wontên ing basa saha budaya wontên ing arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi? (3) Kados pundi gandhéng cénéngipun basa saha budaya sambêtipun kaliyan manggénipun

arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi?

Ancasipun panalitén inggih punika: (1) Ngandharakên gandhéng cénéngipun basa saha budaya wontên ing arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi (2) Ngandharakên makna leksikal saha makna kultural

ingkang kamot wontên ing basa saha budaya wontên ing arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi (3) Ngandharakên gandhéng cénéngipun basa saha budaya ingkang sambêtipun kaliyan manggénipun arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi.

Sipat panalitén punika deskriptif kualitatif. Data panalitén punika awujud

data primer saha data sekunder. Panggénan panalitén wontên ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi. Sumbêr data primer yaiku informan ingkang sampun kapilih èwadènè data sekunder saking buku-buku, catêtan saha kamus.

Saking asil analisis data sagêt kapêndhêt tigang bab inggih punika: (1)

Wujud istilah arsitektur griya limasan ing Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi awujud monomorfemis, saha polimorfemis, (2) Makna leksilkal ing salêbêting

arsitektur griya limasan asalipun saking buku-buku, catêtan ingkang wigatos saha kamus èwadènè makna kultural ing salêbêting arsitektur griya limasan jumbuh kaliyan kabudayan masyarakat Kêcamatan Paron Kabupatén Ngawi, (3) Manggénipun istilah arsitektur griya limasan dipunpèrang dados pitu inggih punika: bagean inggil ingkang horisontal, bagean inggil ingkang vertikal, sisih tengah ingkang horisontal, sisih tengah ingkang vertikal, sisih ngandhap ingkang

horisontal, sisih ngandhap ingkang vertikal, sisih ruang ing griya limasan.

(18)

ABSTRACT

Ari Margiyati, C0111004, 2015, “Language and culture in architecture of limasan house in Paron Sub-disctrict, Ngawi Disctrict” Thesis: Local Letters Department of Culture Science Fakulty of Surakarta Sebelas Maret University.

The problems discussed in this research are: (1) What is the relationship of language and culture in the form of home architecture limasan in Disctrict of Paron, Ngawi (2) How are lexical and cultural meaning are summarized in the language and culture at home architecture limasan in the District of Paron, Ngawi? (3) What is the relationship of language and culture related to the layout of the house architecture limasan in the Disctrict of Paron, Ngawi?

The purpose of the research are: (1) To describe the related of language and culture in the architecture the house of limasan in Disctrict of Paron, Ngawi (2) To describe the lexical and cultural meaning are summarized in the language and culture at home architecture limasan in Disctrict of Paron, Ngawi (3) To describe the relationship of language and associated culture architectural layout of the house limasan in the Disctrict of Paron, Ngawi.

The nature of the research is descriptive qualitative. The data of this research are primary and secondary. The location of the reserch is in Disctrict of Paron, Ngawi. The source of primary data is from the informants, while the secondary data are from the textbooks, important note, and dictionary.

The conclusion drawn based on the analysis are: (1) The from of the term in architecture of limasan house in Disctrict of Paron, Ngawi are mono-morphemic, poly-mono-morphemic, and phrase, (2) Determinants of lexical meaning of the architecture of limasan house in Disctrict of Paron, Ngawi is the dictionary meaning, textbooks and important note, while the cultural meaning of the term in accordance with the culture disctrict of Paron, Ngawi, (3) Location of the term of architecture of limasan house divide as seven (1) Part of above in architecture of

limasan house which horizontal (2) Part of above in architecture of limasan house which vertical (3) Part of middle in architecture of limasan house which horisontal (4) Part of middle in architecture of limasan house which vertical (5) Part of under in architecture of limasan house which horizontal (6) Part of under in architecture of limasan house which vertical (7) Part of space in architecture of

limasan house.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan di Indonesia memiliki bentuk yang beragam terkait dengan ide

atau gagasan manusia terdahulu yang kemudian dituangkan dalam bentuk cipta

karya. Selanjutnya terdapat banyak peninggalan benda-benda hasil budaya yang

berupa bangunan (artifact) yang telah dibuat oleh nenek moyang terdahulu

sebagai peninggalan benda bersejarah. Benda-benda peninggalan tersebut salah

satunya berupa rumah khas Jawa.

Rumah sebagai wadah tempat hunian bagi pemiliknya dibangun tidak hanya

dengan pertimbangan aspek fungsional-praktis, melainkan teramu dari berbagai

aspek dan dimensi totalitas hidup manusia. Meliputi aspek dimensi sosial,

kultural, spiritual, estetis, dan lain-lain yang dikontruksikan sedemikian rupa

dengan fungsi fisik dan nonfisiknya menjadi seni bangun yang mengagumkan.

Hal ini dipengaruhi sifat manusia yang ingin selalu berkembang, sehingga rumah

dapat memiliki berbagai fungsi seperti fungsi sosial, kultural, spiritual, ekonomis

bagi penghuninya. Di lain pihak rumah dapat berfungsi sebagai wadah sosialisasi

para anggotanya dalam belajar memahami dan menghayati kebudayaan dengan

cara belajar sambil bekerja (Triyanto, 2001: 5). Rumah sebagai tempat hunian

pada perkembangannya mengalami banyak perubahan sesuai dengan kebutuhan

bagi penghuninya, sehingga rumah dapat dikatakan merupakan bagian kebutuhan

hidup yang utama setelah sandang dan pangan. Rumah dapat pula dipergunakan

Referensi

Dokumen terkait

Pernikahan seperti ini biasa dilakukan apabila terdapat seorang wanita hamil diluar nikah, maka wanita tersebut wajib dinikahkan baik dengan laki-laki yang

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI..

Pecking order theory predicts that there is positive relationship of firm size, firm age, sales growth, dividend payment, and cash flow from operations to cash

H1: Real earnings management has negative impact on firm’s future operating

Madaniyah Gunung Silanu Kabupaten Jeneponto adalah berkategori tinggi (75,50%), dan 3) agar minat belajar peserta didik meningkat 1 maka nilai rata-rata penerapan

Manusia memiliki akal, maka fungsikan akal itu untuk berfikir jernih demi 

[r]

Semenjak terjadinya hijrah nabi bersama para sahabat tanggal 16 Rabiul Awwal (tanggal 8 Juni 622 M) hingga tahun ke-6 Hijrah atau 628 M, umat Islam belum sempat menengok tempat