• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Higiene Sanitasi Terhadap Kejadian Stunted pada Balita Usia 7-24 Bulan di Desa Hargorejo Kulon Progo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Higiene Sanitasi Terhadap Kejadian Stunted pada Balita Usia 7-24 Bulan di Desa Hargorejo Kulon Progo."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE

SANITASI TERHADAP KEJADIAN

STUNTED

PADA BALITA

USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

HERNI OKTAVIANA

J 310 141 026

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI

TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN

DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

Herni Oktaviana J310141026

Pembimbing : 1. Dwi Sarbini, SST., M.Kes

2. Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email : hernioktaviana@yahoo.com

ABSTRAK

Stunted merupakan keterlambatan pertumbuhan linear. Masalah stunted

terkait dengan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak di bawah dua tahun (baduta). Faktor yang mempengaruhi antara lain pengetahuan gizi dan perilaku higiene sanitasi ibu. Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi asupan makan anak, sementara perilaku higiene sanitasi ibu berkaitan dengan kejadian infeksi pada anak. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan perilaku higiene sanitasi terhadap kejadian stunted pada balita usia 7-24 bulan di Desa Hargorejo Kulon Progo. Penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional dengan jumlah responden 47 orang yang diperoleh dengan teknik systematic random sampling. Data pengetahuan gizi dan perilaku higiene sanitasi didapatkan melalui teknik wawancara menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji statistic Pearson. Sebagian besar pengetahuan gizi ibu adalah baik (61,7%) dan sebagian besar perilaku higiene sanitasi ibu juga baik (80,9%). Jumlah balita yang stunted sebesar 46,8%. Ibu yang berpengetahuan gizi kurang memiliki balita stunted lebih rendah (44,4%) dibanding ibu yang berpengetahuan gizi baik (48,3%). Ibu yang berperilaku higiene sanitasi sedang memiliki balita stunted lebih rendah (44,4%) dibanding ibu yang berperilaku higiene sanitasi baik (47,4%). Berdasarkan uji korelasi

Pearson diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunted (ρ=0,238) dan ada hubungan antara perilaku higiene sanitasi ibu dengan kejadian stunted (ρ=0,017). Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunted dan ada hubungan antara perilaku higiene sanitasi ibu dengan kejadian stunted.

(6)

2 ABSTRACT

Stunted is a linear growth delay. Stunted often related to the nutrition and the health in condition during pregnancy, lactation, a newborn and children under two. Among mothers are two of the factors which can cause stunted, lack

of nutrition knowledge and bad higiene sanitation behavior. Mothers’ knowledge about nutrition would affect food intake of children, while mothers’ higiene

sanitation behavior relate to incidence infection in children. To determine the

relationship of mothers’ knowledge about nutrition and higiene sanitation

behavior with the incidence of stunted in toddlers age 7-24 months in Hargorejo Village, Kulon Progo Regency, Special Region of Yogyakarta. Observational research with cross-sectional design using 47 respondents who were obtained by

the systematic random sampling technique. Mothers’ knowledge of nutrition and

higiene sanitation behavior data were obtained through the interview using a questionnaire. To analyze the data, Pearson statistical test was used. Most of

mothers’ knowledge about nutrition was categorized as good (61,7%) and most of mothers’ behavior on higiene sanitation was categorized as good (80,9%),

while 46,8% of the respondent were stunted. Mother with low knowledge about nutrition have lower stunted toddler (44,4%) compared to that of with good knowledge about nutrition (48,3%). Mother with middle higiene sanitation behavior have lower stunted toddler (44,4%) compared to that of with good higiene sanitation (47,4%). Based on the Pearson statistical test, if there is a

relationship between mothers’ higiene sanitation behavior with the incidence of stunted (ρ=0,017) and there is no relationship between mothers’ knowledge

about nutrition with the incidence of stunted (ρ = 0,238). There is a relationship

between mothers’ higiene sanitation behavior with the incidence of stunted and there is no relationship between mothers’ knowledge about nutrition with the

incidence of stunted.

Keywords : knowledge, nutrition, behavior, higiene sanitation, stunted,

toddler

PENDAHULUAN

Pada usia balita pertumbuhan anak sangat pesat sehingga memerlukan asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan balita. Apabila asupan zat gizi tidak memenuhi kebutuhan balita maka dapat berakibat kurang gizi (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Kurang gizi sangat

berpengaruh terhadap

perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Anak yang

stunted mempunyai resiko penurunan Intelligence Quotient (IQ) sebesar 10-15 poin (BAPPENAS, 2011).

(7)

3 Salah satu faktor yang

mempengaruhi stunted adalah pengetahuan gizi ibu yang kurang. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi

yang kurang memiliki

kecenderungan untuk memberikan makanan kepada anaknya tanpa memandang kandungan gizi, mutu dan keanekaragaman makanan. Kecenderungan ini menyebabkan asupan gizi anak kurang terpenuhi, sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak yang dapat menjadi manifestasi kejadian stunted

(Suhardjo, 2003).

Faktor lain yang mempengaruhi stunted yaitu perilaku higiene sanitasi makanan yang kurang baik. Balita yang mengkonsumsi makanan dengan higiene sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi biasanya disertai gangguan seperti pengurangan nafsu makan dan muntah-muntah sehingga asupan makan balita kurang terpenuhi. Kondisi ini dapat menurunkan keadaan gizi balita dan berimplikasi buruk terhadap kemajuan pertumbuhan anak (stunted) (MCA, 2014).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi stunted di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup tinggi yaitu berkisar antara 25-30% (Balitbangkes, 2013). Berdasarkan hasil laporan di Puskesmas Kokap I, Kabupaten Kulon Progo, prevalensi stunted di Desa Hargorejo pada tahun 2014 sebesar 41,12% pada kelompok umur 7-24 bulan. Prevalensi ini masih tinggi dibandingkan target pemerintah terhadap kejadian

stunted yakni sebesar 32%.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan

cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2015 dengan lokasi penelitian di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia 7-24 bulan.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

systematic random sampling. Kriteria inklusi yaitu ibu balita bersedia menjadi responden, balita sehat fisik, balita tidak mempunyai penyakit infeksi dan penyakit bawaan dan balita yang tidak diasuh ibunya. Kriteria eksklusi yaitu ibu balita menyatakan mengundurkan diri. Jumlah sampel penelitian ini adalah 47 sampel.

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, pengetahuan gizi ibu, perilaku higiene sanitasi ibu dan panjang badan balita. Data sekunder meliputi jumlah balita dan gambaran umum Desa Hargorejo.

Data pengetahuan gizi ibu diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dengan kategori baik kurang jika <80% dan

baik jika ≥80%. Data perilaku higiene

sanitasi ibu juga diperoleh dengan wawancara dengan kuesioner dengan kategori kurang <26, sedang 26-62 dan baik >62. Data panjang badan diperoleh dengan pengukuran antropometri dibandingkan dengan indeks PB/U. antropometri PB/U dikategorikan stunted jika nilai score <-2 SD dan normal jika nilai

z-score ≥2 SD.

Pengolahan dan analisis data menggunakan software

(8)

4 higiene sanitasi ibu terhadap

kejadian stunted menggunakan uji korelasi Pearson.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Hargorejo berada di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini memiliki luas 1.543,45 Ha dengan kondisi gerografis berupa

pegunungan di kawasan Bukit Menoreh. Desa ini berada di wilayah kerja Puskesmas Kokap I. Kasus balita stunted di puskesmas ini sebesar 28,57% pada tahun 2014, sementara target puskesmas adalah kurang dari 20%, sehingga kasus ini masuk perencanaan program gizi pada tahun 2015.

1. Analisis Univariat a. Karakteristik balita

Distribusi karakteristik balita dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Balita

Variabel Frekuensi Persentase ( % )

Jenis Kelamin : Laki-laki diketahui bahwa sebagian besar balita berjenis kelamin perempuan

(55,3%). Berdasarkan usia, distribusi balita yang berusia 7-11 bulan dan 12-24 bulan hampir sama.

b. Karakteristik ibu

Distribusi karakteristik ibu balita dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.

Distribusi Karakteristik Ibu

Variabel Frekuensi Persentase ( % )

(9)

5 Berdasarkan Tabel 2,

sebagian besar ibu berusia >29 tahun, distribusi golongan ini hampir sama dengan golongan usia 21-29 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa

sebagian besar ibu berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) (44,7%), dan berdasarkan pekerjaan ibu,sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (55,3%).

c. Distribusi pengetahuan gizi, perilaku higiene sanitasi dan kejadian stunted

Distribusi pengetahuan gizi, perilaku higiene sanitasi dan kejadian stunted dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Distribusi Ibu Menurut Pengetahuan Gizi

Variabel Jumlah Persentase (%)

Pengetahuan Gizi Kurang

Baik

18 29

38,3 61,7 Perilaku Higiene Sanitasi

Sedang Baik

9 38

19,1 80,9

Kejadian Stunted

Stunted

Normal

22 25

46,8 53,2

Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar ibu berpengetahuan gizi yang baik (61,7%). Hasil

pengetahuan gizi ibu dapat dilihat secara deskriptif pada Tabel 4.

Tabel 4.

Statistik Deskriptif Berdasarkan Pengetahuan Gizi

Statistik Deskriptif Skor Pengetahuan Gizi (%)

Mean

Standar Deviasi Nilai Minimal Nilai Maksimal

79,88 12,38 54,55 95,45

Berdasarkan Tabel 4, rata-rata skor pengetahuan gizi ibu adalah 79,88%, nilai ini mendekati 80% sehingga bisa dikatakan bahwa ibu memiliki pengetahuan gizi yang baik. Nilai minimal dari skor pengetahuan gizi ibu adalah 54,55% yang berarti pengetahuannya kurang, sedangkan nilai maksimal dari skor pengetahuan gizi ibu adalah 95,45% yang berarti pengetahuan ibu baik.

(10)

6 cukup tinggi yaitu SMA sehingga

terdapat kemungkinan apabila pendidikan juga turut mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu yang baik.

Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar ibu memiliki perilaku higiene sanitasi yang baik (80,9%). Hasil perilaku higiene sanitasi ibu dapat dilihat secara deskriptif pada Tabel 5.

Tabel 5.

Statistik Deskriptif Berdasarkan Perilaku Higiene Sanitasi

Statistik Deskriptif Skor

Perilaku Higiene Sanitasi

Mean

Standar Deviasi Nilai Minimal Nilai Maksimal

71,12 11,42 43,02 86,50

Rata-rata skor perilaku higiene sanitasi ibu sebesar 71,12, yang berarti bahwa ibu memiliki perilaku yang baik. Nilai minimal skor perilaku higiene sanitasi ibu adalah 43,02 yang berarti perilaku ibu termasuk dalam kategori sedang, sedangkan nilai maksimal perilaku ibu adalah 86,50 yang berarti perilaku ibu dikategorikan baik.

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2007). Sebagian besar ibu menamatkan pendidikannya sampai jenjang SMA, terdapat

kemungkinan jika pengetahuan para ibu cukup baik dan juga mudah memahami informasi yang diperoleh, Informasi-informasi tersebut mereka terapkan di dalam kehidupan sehari-hari dalam wujud perilaku sehingga menjadi kebiasaan.

Berdasarkan Tabel 3, distribusi balita yang stunted dan normal hampir sama. Hasil z-score

indeks PB/U sebagai indikator penentuan kejadian stunted dapat dilihat secara deskriptif pada Tabel 6.

Tabel 6.

Statistik Deskriptif Z-score Berdasarkan Indeks PB/U

Statistik Deskriptif Nilai PB/U

Mean

Standar Deviasi Nilai Minimal Nilai Maksimal

-1.58 1.29 -4,30 1.20

Rata-rata z-score balita adalah -1,58 yang berarti status gizi balita dalam kategori normal. Nilai minimal z-score adalah -4,30 yang berarti balita termasuk dalam

(11)

7 2. Analisis Bivariat

a. Hubungan kejadian stunted denganpengetahuan gizi

Distribusi kejadian stunted berdasarkan pengetahuan gizi ibu balita dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.

Distribusi Kejadian Stunted Berdasarkan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Gizi

Status Gizi Total

ρ

Stunted Normal

n (%)

n (%) n (%)

Kurang 8 44,4 10 55,6 18 100

0,238*

Baik 14 48,3 15 51,7 29 100

*Uji Korelasi Pearson

Berdasarkan data pada Tabel 7, balita stunted yang ibunya berpengetahuan kurang sebesar 44,4%, sedangkan balita stunted

yang ibunya berpengetahuan baik sebesar 48,3%. Balita stunted yang ibunya berpengetahuan kurang memiliki kecenderungan sama dengan balita stunted yang ibunya berpengetahuan baik. Hasil analisa statistik didapatkan nilai ρ sebesar 0,238 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kejadian stunted balita dengan pengetahuan gizi ibu.

Tidak adanya hubungan antara kejadian stunted dengan pengetahuan gizi ibu kemungkinan karena meskipun sebagian besar ibu tahu tentang gizi, namun belum tentu menerapkannya dalam sehari-hari, sehingga kondisi pangan keluarga, khususnya anak, belum

terpenuhi dengan baik. Pengetahuan gizi bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi

stunted. Faktor langsung yang mempengaruhi stunted adalah asupan makan dan kejadian infeksi (BAPPENAS, 2011).

Tidak adanya hubungan antara kejadian stunted balita dengan pengetahuan gizi ibu ini sejalan dengan penelitian dari Agustina (2015) mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan

stunted pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunted pada balita. Proporsi kejadian stunted lebih banyak ditemukan pada balita yang memiliki ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang.

b. Hubungan perilaku higiene sanitasi dengan kejadian stunted

Distribusi kejadian stunted berdasarkan pengetahuan gizi ibu balita dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Distribusi Kejadian Stunted dengan Perilaku Higiene Sanitasi Perilaku

Higiene Sanitasi

Status Gizi Total

ρ

Stunted Normal

n (%)

n (%) n (%)

Sedang 4 44,4 5 55,6 9 100

0,017*

Baik 18 47,4 20 52,6 38 100

(12)

8 Berdasarkan data pada

Tabel 8 dapat dilihat balita stunted

yang ibunya berperilaku sedang sebesar 44,4%, hampir sama dengan balita stunted yang ibunya berperilaku baik yaitu sebesar 47,4%, jadi balita stunted yang ibunya berperilaku sedang memiliki kecenderungan yang sama dengan balita stunted yang ibunya berperilaku kurang. Hasil analisa statistika menunjukkan nilai ρ=0,017 (<0,05), sehingga terdapat hubungan antara kejadian stunted

dengan perilaku higiene sanitasi ibu. Higiene sanitasi makanan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi anak. Anak yang mengkonsumsi makanan dengan kebersihan yang kurang baik dapat menimbulkan penyakit infeksiyang biasanya disertai dengan pengurangan nafsu makan dan muntah-muntah. Kondisi ini dapat menurunkan keadaan gizi balita dan berimplikasi buruk terhadap kemajuan pertumbuhan anak, yang dapat bermanifestasi menjadi

stunted (MCA, 2014).

Penelitian sejalan yang dilakukan Renyoet et al (2010) mengenai hubungan praktik pemberian makan dan higiene dan sanitasi dengan kejadian stunted

anak usia 6-23 bulan. Hasil

penelitian tersebut didapatkan nilai ρ

sebesar 0,001 dan 0,000, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara praktik pemberian makan dan higiene dan sanitasi dengan kejadian stunted.

Penelitian yang sejalan juga dilakukan Astari et al (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sanitasi pangan terhadap kejadian stunted pada balita. Praktek-praktek sanitasi pangan yang diteliti meliputi kebersihan ibu sebelum memasak, kebersihan bahan mentah makanan

sebelum dimasak, mencuci buah-buahan yang akan diberikan dengan air masak dan memanaskan kembali bahan makanan yang telah lama (>2 jam) ketika akan diberikan lagi kepada anak.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 61,7%.

2. Sebagian besar ibu memiliki perilaku yang baik yaitu sebanyak 80,9%.

3. Distribusi balita stunted dan balita normal hampir sama yaitu 46,8% dan 53,2%.

4. Tidak ada hubungan antara kejadian stunted dengan

pengetahuan gizi (ρ=0,238).

5. Ada hubungan antara kejadian

stunted dengan perilaku higiene

sanitasi (ρ=0,017).

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. 2015. Faktor-faktor Risiko Kejadian Stunted pada Balita (24-59 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial Palembang Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Diakses dari

Hubungan Karakteristik Keluarga, Pola Pengasuhan dan Kejadian Stunted Anak Usia 6-12 Bulan. Media Gizi dan Keluarga. 29(2) : 40-46.

Diakses dari

(13)

9 Balitbangkes. 2013. Riset Kesehatan

Dasar 2013. Kemenkes. Jakarta : 252-253.

BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. BAPPENAS. Jakarta: 10. Diakses dari http://www.bappenas.go.id/i

d/berita-dan-siaran- pers/kegiatan- utama/rencana-aksi- nasional-pangan-dan-gizi-2011-2015/ pada tanggal 24 September 2015.

Direktorat Jendral Bina Gizi. 2013.

Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan. Kemenko Kesra. Jakarta : 10. Diakses dari http://kgm.bappenas.go.id/d ocument/datadokumen/41_ DataDokumen.pdf pada tanggal 18 Oktober 2015. Juliyanti, W., Meriwati., Wahyu, T.

2013. Hubungan

Pengetahuan Ibu. Asupan Protein dan Asupan Zink dengan Stunting (Pendek) pada Batita Usia 12-36 bulan.

MCA. 2014. Gambaran Umum Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Mencegah Stunting. Diakses dari

http://mca-

indonesia.go.id/wp-content/uploads/2013/12/Bu ku-Gambaran-Umum-ok.pdf pada tanggal 6 Maret 2015.

Mubarak, WI. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Renyoet, BS., Hadju, V., Rochmiwati, NS. Hubungan Pola Asuh dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar. Diakses dari repository.unhas.ac.id/bitstr eam/handle/123456789/551 3/Jurnal.pdf pada tanggal 30 Oktober 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Changes to syllabus • The information on the front cover and page 40 regarding regulation has been updated.. This qualification is regulated in England as a Cambridge

Hasil validasi multimedia video pembuatan fly zipper closing pada pantalon pria oleh ahli materi diperoleh nilai presentase kelayakan sebesar 88.97%, validasi oleh ahli

(internasional, nasional, wilayah, lokal PT) serta pelaksanaan dan kendala yang dihadapi. Sejak berdirinya Program Studi Magister Agribisnis pada tahun 2014, maka

Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjsl kronis biasanya mencakup hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan.. natrium dari

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakaian informasi yang terperinci

ini. Ada beberapa agenda yang perlu diselesaikan kaum Muslimin pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, supaya Islam mampu bersaing dengan dunia

Sebagian besar dari mereka adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah yang tidak diperhatikan oleh perusahaan asuransi karena dianggap kurang

Untuk moment ulang tahun, kado yang cocok dibeli adalah tas, dompet, sepatu, baju dan celana.. Khusus untuk sepatu, baju, dan celana, kamu harus tau dulu ukuran