di Kota Bandung)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
ELINE YANTY PUTRI NASUTION 1201586
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
di Kota Bandung)
Oleh :
Eline Yanty Putri Nasution
S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
©Eline Yanty Putri Nasution
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataw sebagian,
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)
Oleh:
Eline Yanty Putri Nasution 1201586
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP. 195802011984031001
Pembimbing II,
Dr. Stanley Dewanto, M.Pd. NIP. 19520311198011000
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Kemampuan Berpikir Kreatuf ... 14
B. Disposisi Berpikir Kreatif ... 21
C. Pendekatan Open-Ended ... 23
D. Pembelajaran Konvensional ... 28
E. Kemampuan Awal Matematis ... 32
F. Hasil Penelitian Relevan ... 33
G. Kerangka Berpikir ... 34
H. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
vii
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
C. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Analisis Data ... 54
G. Prosedur Penelitian ... 61
H. Jadwal Penelitian ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Hasil Penelitian ... 67
1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 68
2. Disposisi Berpikir Kreatif... 93
3. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 102
4. Lembar Observasi ... 103
5. Wawancara ... 104
B. Pembahasan ... 105
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 105
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111
3. Kemampuan Awal Matematis ... 114
4. Peningkatan Disposisi Berpikir Kreatif... 115
5. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 116
6. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Implikasi ... 121
viii
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN ... 127
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jabaran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 19
Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 20
Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 37
Tabel 3.2 Disain Penelitian Faktorial 3 x 2... 37
Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian... 38
Tabel 3.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematis... 39
Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi... 41
Tabel 3.6 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif………... 41
Tabel 3.7 Klasifikasi Validitas Tes………... 42
Tabel 3.8 Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 43
Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas………... 44
Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 45
Tabel 3.11 Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif... 46
Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran... 47
Tabel 3.13 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif... 47
Tabel 3.14 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif... 48
ix
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.16 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 51
Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 52
Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 66
Tabel 4.1 Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 68
Tabel 4.2 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 69
Tabel 4.3 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 75
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 76
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes... 76
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Pretes ... 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Postes ... 78
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 79
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 79
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Skor N-Gain ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 81
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM... 82
Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 83
Tabel 4.14 Hasil Uji Post Hoc Shceffe ... 85
Tabel 4.15 Data Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 91
Tabel 4.16 Data Kategori Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 92
Tabel 4.17 Data Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 93
Tabel 4.18 Data Disposisi Berpikir Kreatif Siswa... 94
x
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Awal ... 97
Tabel 4.21 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Skala Awal ... 98
Tabel 4.22 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Akhir... 98
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 99
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 100
Tabel 4.25 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor N-Gain ... 101
Tabel 4.26 Hasil Uji Korelasi Bivariate Spearman’s rho ... 103
Tabel 4.27 Materi Ajar dan Alokasi Waktu Penelitian ... 106
Tabel 4.28 Pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113
xi
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rangkaian Proses Belajar ... 15
Gambar 2.2 Model Kegiatan Matematika ... 27
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 64
Gambar 4.1 Rata-Rata Pretes dan Postes ... 69
Gambar 4.2 Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70
Gambar 4.3 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Rendah ... 71
Gambar 4.4 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Sedang ... 72
Gambar 4.5 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Tinggi ... 73
Gambar 4.6 Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 74
Gambar 4.7 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan KAM ... 90
Gambar 4.8 Rata-Rata Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif ... 95
xii
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ... 109
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol ... 110
Gambar 4.12 Contoh Kesilapan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 112
DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 127
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 128
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130
Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 251
Lampiran A.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 267
Lampiran A.5 Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 287
Lampiran A.6 Observasi ... 292
Lampiran A.7 Wawancara... 294
LAMPIRAN B HASIL ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN ... 295
Lampiran B.1 Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 296
Lampiran B.2 Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 297
Lampiran B.3 Data Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 301
Lampiran B.4 Hasil Analisi Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 303
xiii
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran B. 6 Lembar Validasi Naskah Pedoman Wawancara ... 307
LAMPIRAN C DATA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF... 308
Lampiran C.1 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Eksperimen ... 309
Lampiran C.2 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Kontrol ... 310
Lampiran C. 3Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 311
Lampiran C.4 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 312
Lampiran C.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes dan N-Gain , Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 313
LAMPIRAN D DATA SKALA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF ... 319
Lampiran D.1 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 320
Lampiran D.2 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 321
Lampiran D.3 Data Transformasi Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 322
Lampiran D.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 323
LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN ... 326
Lampiran E.1 Dokumentasi Penelitian ... 331
Lampiran E.2 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 332
Lampiran E.3 Surat Penelitian ... 333
xiv
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Eline Yanty Putri Nasution: Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir
(2014) Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Dari populasi, dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran
konvensional, sedangkan pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non-tes terdiri atas skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa Software, yaitu
Microsoft Excel 2007, Anates Ver. 4, Stat 97 dan SPSS Ver.20. Pengolahan data
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur pada taraf signifikansi 5% (�= 0,05) yang dilanjtkan dengan uji Post
Hoc LSD. Pengolahan data peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dilakukan
dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dan disposisi berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM); (3) Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran
(Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang,
dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa; (5) Terdapat hubungan (asosiasi) yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Salah satu contoh
kegiatan berpikir adalah pada saat individu berusaha mencari cara dalam
memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan. Berpikir adalah suatu
kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak terhadap suatu informasi yang dapat
menimbulkan berkembangnya ide ataupun konsep. Menurut psikologi Gestalt,
berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita
amati dengan alat indera kita. Kemudian menurut Plato, berpikir adalah berbicara
di dalam hati. Jadi, seseorang dapat berpikir, tetapi tidak dapat diamati secara
langsung.
Pandangan terhadap proses berpikir dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
filsafat dan psikologi. Bidang filsafat memandang otak manusia sebagai tempat
muncul dan tumbuhnya nalar. Sementara bidang psikologi lebih fokus kepada
mekanisme berpikir bagaimana ide-ide bisa dihasilkan otak manusia. Dengan kata
lain, bidang filsafat lebih menekankan pada berpikir kritis, sedangkan bidang
psikologi lebih menekankan pada berpikir kreatif (Suryadi, 2012). Berpikir
merupakan aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau
menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari pemahaman.
Salah satu jenis berpikir adalah berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suryadi (2012: 11) yaitu berpikir meliputi dua aspek utama yakni
kritis dan kreatif. Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap diri
individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan
dikembangkan sehingga dapat menciptakan ataupun menghasilkan suatu produk
yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Gagasan maupun ide-ide tersebut
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berpikir kreatif memiliki dua komponen yaitu kemampuan dan disposisi.
Semiawan (Wardani, 2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk menyusun ide baru dan mengaplikasikannya dalam
menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan
antara dua buah ide yang belum jelas. Menurut Sumarmo (2013: 201), indikator
kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility),
keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).
Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu.
Apabila kebiasaan berpikir yang kreatif berlangsung secara berkelanjutan, maka
secara akumulatif akan tumbuh suatu disposisi (disposition) terhadap berpikir
kreatif. Sumarmo (2013: 77) menyatakan bahwa disposisi berpikir kreatif
merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat bagi
siswa untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif. Masih berasal dari
sumber yang sama, adapun indikator disposisi berpikir kreatif yaitu: (1) terbuka,
fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2)
bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai
fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai
pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan
stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu
tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang
luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada
tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap
situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan
daripada masa lalu.
Berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh
siswa. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, salah satu tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang kreatif. Selain itu, pentingnya kemampuan berpikir kreatif tampak
pada Taksonomi Bloom. Pada mulanya Taksonomi Bloom tidak mencakup kreasi,
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini disebabkan karena sebelum berkreasi terhadap sesuatu maka terlebih
dahulu harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi, serta memperbaharui.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga tampak pada perubahan
kurikulum di Indonesia. Dunia pemdidikan di Indonesia sekarang ini sedang
menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang salah satunya bertujuan
untuk menekankan kemampuan berpikir kreatif sebagai upaya dalam menghadapi
tantangan di masa depan.
Selanjutnya, Wahyudin (2011: 4) menyatakan bahwa salah satu tujuan
pendidikan matematika di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan siswa
hingga menjadi manusia mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. Kemudian
menurut Value Content Schwartz & Sagie (dalam Wahyudin), nilai motivasional
dalam pembelajaran matematika harus mengintegrasikan adanya pengarahan diri
kepada eksplorasi, kreatif, dan rasa ingin tahu yang meliputi ketelitian, ketekunan,
kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah dan kreativitas.
Selanjutnya Sumarmo (2013: 376) menyatakan bahwa kemampuan dan
disposisi berpikir kreatif adalah kemampuan dan disposisi esensial yang perlu
dimiliki oleh dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika karena
kemampuan dan disposisi tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan
pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah dan diperlukan
untuk menghadapi suasana bersaing yang semakin ketat. Badan Standar Nasional
Pendidikan, BSNP (Sumarmo, 2013) menyatakan bahwa pengajaran matematika
harus berpusat kepada pengembangan kemampuan kemampuan berpikir tingkat
tinggi matematis yaitu kreativitas matematik.
Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa di Indonesia masih jauh berada di bawah negara-negara lain.
Hal ini berdasarkan kepada hasil penelitian PISA yang menunjukkan bahwa
siswa Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah diantara negara-negara
lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa kesulitan dalam menyelesaikan
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rock Concert
For a rock concert a rectangular field of size 100 m by 50 m was reserved for the audience. The concert was completely sold out and the field was full with all the fans standing. Which one of the following is likely to be the best estimate of the total number of people attending the concert?
A. 2000 B. 5000 C. 20 000 D. 50 000 E. 100 000
Pada uji coba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan
jawaban 20.000. Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk
menyelesaikan soal ini sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus
matematika yang sulit karena utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi
dan kreativitas. Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa
sukses dalam menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam
memperkirakan berapa banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk
tiap meter persegi. Di sinilah kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan
yang disebabkan mereka kurang terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi.
Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang
dalam hal kelenturan (flexibility) dan elaborasi (elaboration).
A pizzeria serves two round pizzas of the same thickness in different sizes. The smaller one has a diameter of 30 cm and costs 30 zeds. The larger one has a diameter of 40 cm and costs 40 zeds. Which pizza is better value for money? Show your reasoning.
Dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes, hanya 11% yang
menjawab benar. Oleh karena itu soal ini dinilai sebagai salah satu soal yang
tergolong sulit. Pada soal ini, untuk menyimpulkan pizza mana yang lebih murah
dibutuhkan kreativitas agar diperoleh data (bilangan) yang mudah untuk
dibandingkan sehingga kesimpulan dapat diambil dengan mudah. Dalam hal ini
kreativitas tersebut terjadi dalam bentuk ide mencari luas pizza untuk setiap harga
1 zed pada pizza yang besar dan kecil (zed adalah jenis atau nama mata uang di
suatu negara). Hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu pembelajaran dengan tujuan
untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi berpikir kreatif siswa.
Salah satunya adalah pendekatan Open-Ended. Menurut Sumarmo (2013: 343)
harapan suasana pembelajaran matematika yang mendorong berkembangnya
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah melalui pembiasaan dan teladan guru
dalam melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikan tugas matematika secara
kreatif dan lentur menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari beragam cara
dalam memecahkan masalah, mendorong pengembangan daya berpikir matematik
secara kolaboratif dan membelajarkan siswa untuk bertanya bukan menjawab,
keterkaitan antar konsep dan berpikir multi perspektif. Masih berasal dari sumber
yang sama, Sumarmo (2013: 310) menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan disposisi matematik pendekatan yang
diawali dengan penyajian masalah yang open-ended.
Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan
kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Pendekatan Ended menyajikan masalah yang bersifat
Open-Ended, yaitu masalah yang dikonstruksi sedemikian sehingga memiliki variasi
baik proses ataupun cara penyelesaian yang menuju kepada solusi dari
permasalahan tersebut. Menurut Shimada (1997: 1) pada pendekatan Open-Ended,
guru memberikan suatu situasi ataupun permasalahan kepada siswa yang proses
penyelesaiannya ataupun solusinya tidak ditentukan dalam satu cara. Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut tentu saja dibutuhkan kreativitas siswa
sehingga pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan
disposisi berpikir kreatif siswa.
Selanjutnya, diketahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Ada siswa yang tergolong pada kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Heterogenitas kemampuan siswa ini juga menjadi salah satu penyebab
perbedaan kemampuan berpikir siswa khususnya dalam berpikir kreatif. Oleh
sebab itu, kemampuan awal matematis (KAM) siswa juga harus menjadi perhatian
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penting untuk penguasaan konsep baru matematika sehingga informasi yang
diperoleh melalui kemampuan awal siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui
peningkatan dan interaksinya dengan pendekatan pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Analisis terhadap interaksi tersebut dilakukan
untuk mengetahui keberartian penerapan pembelajaran kepada masing-masing
kategori kemampuan awal matematis siswa. Dapat diduga bahwa siswa
berkemampuan tinggi memiliki kemampuan belajar yang lebih stabil meskipun
pendekatan pembelajaran yang digunakan bervariasi. Sedangkan bagi siswa
berkemampuan rendah, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristiknya dapat membantu meningkatkan kemampuan matematisnya.
Hal ini tentu saja terkait dengan efektivitas proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Implementasi metode pembelajaran yang tepat diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penjelasan
sebelumnya, pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan
dan disposisi berpikir kreatif siswa pada berbagai level kemampuan siswa yaitu
tinggi, sedang dan rendah.
Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah
Geometri. Geometri adalah cabang matematika yang berkaitan dengan bentuk,
ukuran, komposisi dan proporsi suatu benda beserta sifat-sifatnya dan
hubungannya satu sama lain. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa Geometri
merupakan cabang matematika yang telah diakrabi oleh manusia sejak lahir
dikarenakan geometri ada dimana-mana; di setiap tempat dan hampir di setiap
objek visual.
Di sekolah, geometri tidak diajarkan secara khusus tetapi berada dalam
satu kesatuan pembelajaran Matematika. Pada KTSP 2006, materi geometri
tertuang dalam beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
membahas tentang bentuk, ukuran dan posisi suatu objek baik pada dimensi 2
maupun dimensi 3. Materi-materi yang berkaitan dengan Geometri tersebut
tentunya membutuhkan daya pikir dan daya visualisasi tingkat tinggi. Oleh sebab
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Geometri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2011: 3.28), kenyataannya di
lapangan tidak sepenuhnya terjadi sesuai dengan yang diharapkan, ada gejala
bahawa geometri tidak banyak diminati oleh siswa. Geometri sering dianggap
materi yang sulit untuk dipahami, sulit untuk mengerjakannya dan juga
membosankan. Menurut Petrou dan Golding (2011: 20), siswa SMP tidak
sepenuhnya memahami konsep geometri. Selain itu, Ojose (2011:96) menyatakan
bahwa siswa memiliki keahlian minimum dalam geometri. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Salman (2009: 30) yang menyatakan bahwa dari 12 topik
matematika, geometri merupakan topik yang paling sulit bagi siswa.
Sementara itu, Geometri merupakan materi yang penting karena sangat
berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Geometri merupakan materi yang
termasuk ke dalam Ujian Nasional baik tingkat SMP maupun SMA. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmo (2013: 317) yang menyatakan: “Geometry was an important content in elementary school mathematics curriculum.” yang berarti bahwa geometri adalah pelajaran yang sangat penting di dalam kurikulum
matematika sekolah menengah. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa belajar
Geometri adalah hal yang krusial. Geometri merupakan materi yang perlu
mendapat perhatian baik isi materi maupun pengajarannya. Geometri
berhubungan satu sama lain mulai dari yang peling sederhana sampai yang rumit.
Ada berbagai konsep dan prosedur matematik yang dijelaskan dengan
menggunakan aturan-aturan geometri, konsep-konsep geometri dan bentuk-bentuk
geometri. Selanjutnya Turmudi (2012: 147) menyatakan bahwa sistem geometri
an tilikan ruang merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan sistem bilangan
dan cara berpikir numerik, sebagai pondasi untuk pengenalan lebih lanjut tentang
matematika dasar dan matematika tinggi dan juga digunakan dalam berbagai
bidang terapan (aplikasi). Oleh karena itu pembelajaran Geometri pada tingkat
dasar khususnya sekolah menengah sangatlah penting untuk menunjang materi
geometri pada tingkat yang lebih tinggi lagi.
Salah satu materi Geometri pada jenjang SMP adalah Bangun Ruang Sisi
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan volume bangun ruang. Siswa hanya terpaku menggunakan rumus dan belum
memahami konsep luas permukaan sehingga siswa kesulitan mencari luas
permukaan suatu benda yang terdiri atas beberapa jenis bangun ruang. Selanjutnya
dalam hal mencari volume, siswa masih kesulitan mencari volume prisma dan
limas. Cara untuk mencari volume baik prisma maupun limas adalah berbeda
ditinjau dari jenisnya. Kita ketahui bahwa ada banyak jenis limas berdasarkan
bentuk alasnya, yaitu limas segitiga, limas segiempat, limas segilima, limas
segienam dan sebagainya. Bahkan limas segitiga pun terdiri dari beberapa jenis
jika ditinjau dari jenis segitiga pada alas limas, begitu juga dengan prisma. Hal ini
tentu saja menuntut kreativitas siswa dalam bermatematika, khususnya dalam
memodifikasi, memanipulasi dan bermain dengan aljabar dalam menyelesaikan
persoalan yang terkait dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar
sehingga timbul kesulitan belajar. Namun kenyataannya, siswa masih belum
memiliki kreativitas yang tinggi dan masih belum terbiasa untuk berpikir kreatif.
Hal ini didukung oleh hasil observasi awal penulis di SMP Negeri 5
Bandung pada tanggal 5 November 2013. Siswa masih terbiasa dengan pola
berpikir konvergen melalui hafalan, ataupun latihan pengulangan contoh-contoh
sehingga terpaku pada satu jawaban benar (solusi tunggal) melalui cara-cara rutin
ataupun prosedural. Siswa yang berpikir prosedural mengikuti alur penyelesaian
masalah matematika berdasarkan alur penyelesaian yang dicontohkan oleh guru.
Banyak siswa yang kesulitan dalam mencari gagasan ataupun ide dalam
menyelesaikan permasalahan matematika. Padahal suatu permasalahan
matematika tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu cara melainkan dengan
banyak cara. Permasalahan matematika juga tidak selalu memiliki solusi tunggal
yang diperoleh dari cara yang prosedural. Kemampuan berpikir siswa yang
konvergen mengindikasikan bahwa kreativitas siswa masih rendah.
Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yang meliputi
kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen penting untuk mencermati
permasalahan matematika dari segala perspektif, dan mengkonstruksi segala
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pegangan dalam pembelajaran, yaitu bukan belajar menemukan satu jawaban
benar (solusi tunggal) yang menjadi tujuan setiap pemecahan masalah, tetapi
bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan jawaban yang mungkin beserta
segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya kenapa jawaban tersebut benar
dan masuk akal sehingga dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah dunia
nyata lainnya yang biasanya jauh lebih kompleks dan tak terduga.
Kreativitas siswa dapat muncul dan berkembang melalui kemampuan
berpikir yang divergen yaitu dapat menyelesaikan permasalahan matematika
melalui cara-cara non prosedural dengan melihat sisi lain dari permasalahan
matematika tersebut. Siswa yang berpikir divergen dapat memberikan banyak ide
dan gagasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika hingga
permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan bahkan
memiliki lebih dari satu solusi.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kreatif
lebih berfokus kepada kreativitas siswa yang dimunculkan melalui pendekatan
Open-Ended tanpa mempertimbangkan dan memprediksi segala respon siswa
yang mungkin (Rosita, 2012; Hartanto, 2008). Penelitian lain membahas tentang
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kombinasi antara
pendekatan Open-Ended dengan strategi dan model pembelajaran lain sehingga
terjadi keraguan apakah pendekatan Open-Ended atau strategi dan model
pembelajaran tersebut atau bahkan keduanya yang menyebabkan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif (Aguspinal, 2011; Kosasih, 2012). Penelitian lainnya
lebih berfokus kepada pemberian tugas-tugas non-rutin yang bersifat Open-Ended
untuk meningkatkan kreativitas siswa (William, 2002; Wardani, 2009; Yuniawati,
2001).
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada peningkatan
kemampuan berpikir kreatif saja tanpa mempertimbangkan segi afektifnya, yaitu
disposisi berpikir kreatif. Sementara penelitian ini berfokus kepada penerapan
pendekatan Open-Ended untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cara memprediksi semua respon siswa yang mungkin, lalu kemudian membuat
antisipasi terhadap seluruh kemungkinan respon siswa tersebut. Penelitian ini juga
murni menerapkan pendekatan Open-Ended, tanpa ada kombinasi dengan strategi
ataupun model pembelajaran manapun untuk memastikan efektivitas pendekatan
tersebut, sehingga sifat “terbuka” pada pendekatan ini tidak hanya terletak pada
soal-soal non-rutin saja, tetapi juga pada situasi pembelajaran. Situasi yang
terbuka, soal-soal yang terbuka dan kegiatan pembelajaran yang terbuka dikemas
semenarik mungkin sehingga diyakini dapat meningkatkan baik kemampuan
maupun disposisi berpikir kreatif siswa.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa
melalui Pendekatan Open-Ended.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah
sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran
konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara
siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal
matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah)?
3. Apakah peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran
konvensional?
4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan
konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif
dengan disposisi berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk menelaah:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran
konvensional.
2. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang mendapat
pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang
dan rendah).
3. Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan
Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
4. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis
siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
5. Hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi
berpikir kreatif siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meningkatkan
kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan pendekatan
Open-Ended.
2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan pendekatan
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan Open-Ended.
4. Bagi peneliti, sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dan disposisi
berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dikemukakan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif spesifik yang
digunakan saat siswa sedang menunjukkan perilaku berpikir kreatif yang
meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality)
dan elaborasi (elaboration).
2. Disposisi berpikir kreatif adalah merupakan keinginan, kesadaran,
kecenderungan dan dedikasi yang kuat dalam berpikir yang menggunakan
perilaku kreatif yang meliputi (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap
perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan
pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan
inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan
tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6)
percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal
yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani
mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10)
tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi
lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada
masa lalu.
3. Pembelajaran konvensional adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional
dan telah lama dilaksanakan oleh para guru serta paling sering digunakan di
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menerangkan materi, memberikan contoh soal disertai dengan tanya jawab,
memberikan soal latihan kepada siswa, lalu kemudian memberikan tugas
ataupun pekerjaan rumah.
4. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi
keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dimana kegiatan siswa harus terbuka,
kegiatan matematis adalah ragam berpikir, dan kegiatan siswa dan kegiatan
matematis merupakan satu kesatuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Open-Ended meliputi menyajikan masalah,
mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respon siswa
serta menyimpulkan.
5. Kemampuan awal matematis adalah tingkat kemampuan matematis yang telah
dimiliki oleh siswa sebelum pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang merupakan prasyarat
(prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa telah
mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal matematis
siswa terdiri atas kategori tinggi, sedang dan rendah yang diperoleh
berdasarkan pertimbangan guru, nilai ulangan atau melalui tes awal,
wawancara (interview) atau melalui cara-cara lain yang cukup sederhana
seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain
kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam
menentukan subyek penelitian, yaitu peneliti tidak membentuk kelas baru
berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Menurut Creswell (2012 : 242) desain
kelompok kontrol tidak ekuivalen (non equivalent control-group design) adalah
disain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak
kemudian kedua kelompok sama-sama diberikan pretes dan postes, tetapi hanya
kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan. Ruseffendi (2005: 52)
menyatakan bahwa pada kuasi ekperimen, subyek tidak dikelompokkan secara
acak tetapi peneliti menerima keadaan subyek seadanya.
Tujuan penelitian ini adalah menguji pendekatan Open-Ended terhadap
kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Disain penelitian ini
diilustrasikan sebagai berikut:
O X O O O
Keterangan:
O : Pretes / Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
X : Pendekatan Open-Ended
- - - : Subyek tidak dikelompokkan secara acak
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Open-Ended.
Variabel terikatnya adalah kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa.
Variabel pengontrol dalam penelitian ini adalah kelompok siswa berkemampuan
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas-kelas sampel tersebut tidak dibentuk dengan cara
menempatkan subyek-subyek secara acak, tetapi menggunakan kelas-kelas yang
sudah ada. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan
mengunakan pendekatan Open-Ended dan pada kelas kontrol dilaksanakan
pembelajaran konvensional. Kategori kemampuan awal matematis (KAM)
diperoleh dari data nilai ulangan harian siswa pada semester sebeblumnya. Data
tersebut diranking dan dikelompokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Adapun keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Variabel yang Diukur Kemampuan Berpikir Kreatif (KB)
PK : Pembelajaran matematika secara konvensional
PO : Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended
Untuk melihat implementasi pendekatan Open-Ended terhadap
kemampuan dan disposisi berpikir kreatif berdasarkan kemampuan awal
matematis siswa, masing-masing siswa dikelompokkan ke dalam kategori tinggi,
sedang dan rendah sehingga penelitian ini mengunakan desain faktorial 3 x 2
seperti tabel berikut:
Tabel 3.2
Disain Penelitian Faktorial 3 x 2
Kelas
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tinggi ET KT
Sedang ES KS
Rendah ER KR
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 tahun pelajaran 2013/2014.
Populasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII adalah siswa
yang paling efektif untuk diteliti dibandingkan dengan siswa kelas VII dan IX.
Siswa kelas VII di beberapa sekolah sudah mengimplementasikan Kurikulum
2013 yang masih penuh dengan pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Selain itu,
siswa kelas VII baru mengenal lingkungan dan iklim belajar di sekolah menengah
sehingga masih berada pada masa transisi dalam hal mengenal lingkungan dan
suasana belajar yang baru serta adanya masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah
menengah. Siswa kelas IX kurang efektif digunakan sebagai sampel sebab akan
menghadapi Ujian Nasional.
Dari populasi dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII
C sebagai kelas Kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas Eksperimen. Pada kelas
kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Pada eksperimen
dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.
Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab
peneliti sendiri yang menentukan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu. Berikut ini disajikan jabaran subyek penelitian:
Tabel 3.3
Jabaran Subyek Penelitian
Kelas Jumlah Keterangan
VIII C 30 Eksperimen
VIII D 31 Kontrol
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Hasil perhitungan terhadap data KAM siswa, pada kelas eksperimen
diperoleh = 66,35 dan SB = 10,27 sehingga kriteria pengelompokan siswa
adalah sebagai berikut:
KAM 66,35 + 10,27 = 76,62 : Siswa Kelompok Tinggi
56,08 = 66,35 - 10,27 KAM < 66,35 + 10,27 = 76,62: Siswa Kelompok Sedang
KAM < 66,35 - 10,27 = 56,08 : Siswa Kelompk Rendah
Pada kelas kontrol diperoleh = 71,35 dan SB = 7,41 sehingga kriteria
pengelompokan siswa adalah sebagai berikut:
KAM 71,35 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Tinggi
63,94 = 71,35 - 7,41 KAM < 71,35 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Sedang
KAM < 71,35 + 7,41 = 63,94 : Siswa Kelompk Rendah
Banyaknya siswa yang berada pada kategori kemampuan awal tinggi,
sedang dan rendah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Sebaran Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Kategori KAM Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Tinggi 6 6
Sedang 19 18
Rendah 6 6
Jumlah 31 30
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri atas
instrument tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Pemilihan
instrumen ini adalah berdasarkan Triangulasi Data yang bertujuan untuk
memastikan keabsahan data. Teknik non-tes digunakan untuk mengumpulkan data
yang terkait dengan disposisi berpikir kreatif. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data yang terkait dengan sikap siswa terhadap matematika. Untuk
mengumpulkan data berupa aktivitas guru pada saat proses belajar-mengajar
berlangsung, maka digunakan lembar observasi. Kemudian untuk mengetahui
informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa
terhadap matematika, penulis menggunakan teknik wawancara.
Pengumpulan data non tes dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif
dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data berupa angka-angka. Data
tersebut berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman
audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara terkait
disposisi berpikir kreatif siswa.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif ini berbentuk soal uraian yang diberikan
kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung (pretes dan postes)
dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik. Pemilihan
tes berbentuk uraian bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berpikir kreatif
siswa secara menyeluruh terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi
datar pada kedua kelas sampel.
Data tes terdiri pretes dan postes yang terlebih dahulu diperiksa validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal lalu kemudian diujicobakan
kepada siswa sehingga diperoleh data berupa jawaban-jawaban siswa terhadap
soal uraian tersebut dengan teknik penilaian berdasarkan pedoman penskoran
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya dilihat gain dari data yang
diperoleh, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui data hasil
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Hake (1999: 11), untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kreatif digunakan gain ternormalisasi (Normalized Gain) dengan rumus :
= ℎ −
−
Kemudian, gain ternormalisasi tersebut dikategorikan berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 3.5
Kategori Gain Ternormalisasi
Skor Kategori
NG < 0,30 Rendah
0,30 NG < 0,70 Sedang
NG 0,70 Tinggi
Kemudian dilakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
mengenai konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar dengan cara melihat
persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus:
� � � = × 100%
Kategori kemampuan berpikir kreatif (Suherman dan Kusumah, 2012)
dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif
Skor Kategori
90 % SB 100% Sangat Baik
75% B < 90 % Baik
55 % C < 75% Cukup
40% K < 55% Kurang
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, persentase pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa
dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Pencapaian =
� . 100%
Keterangan:
= rata-rata
SMI = Skor Maksimal Ideal
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tes kemampuan berpikir kreatif
terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran soal agar diperoleh kualitas instrumen yang baik.
1. Validitas
Suatu instrument dikatakan valid (absah atau sahih) jika mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2008:72), teknik yang digunakan
untuk menghitung validitas tes yang telah diujicobakan adalah teknik korelasi
product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal
dengan Spearman Brown. Hal ini dikarenakan ujicoba dilaksanakan satu kali
(single test).
r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x = Skor butir
y = Skor total butir
N = Jumlah responden
Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Klasifikasi Validitas Tes
Nilai rxy Interpretasi
0,80 <rxy ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <rxy ≤ 0,80 Validitas Tinggi 0,40 <rxy ≤ 0,60 Validitas Cukup 0,20 <rxy ≤ 0,40 Validitas Rendah
0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah
Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga didapat kemungkinan
interpretasi:
(i) Jika rhit ≤ rkritis , maka korelasi tidak signifikan
(ii) Jika rhit > rkritis , maka korelasi signifikan
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software
Anates sehingga hasil uji validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 3.8
Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No Butir Soal Korelasi Signifikansi Interpretasi
1 0.725 Signifikan Validitas Tinggi
2 0.684 Signifikan Validitas Tinggi
3 0.842 Signifikan Validitas Tinggi
4 0.696 Signifikan Validitas Tinggi
5 0.712 Signifikan Validitas Tinggi
Berdasarkan Tabel tersebut, tampak bahwa soal-soal Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif sudah valid. Artinya, kelima soal tersebut sudah dapat dikatakan
layak untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Seluruh butir soal
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan instrumen
tersebut bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang
berbeda, waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif
sama. Jika suatu instrumen reliable, maka hasil dari dua kali atau lebih evaluasi
dengan dua atau lebih alat evaluasi yang senilai (ekivalen) pada masing-masing
tes akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan bai jika salah satunya memiliki
reliabilitas yang tinggi. Penentuan keandalan butir tes berkenaan dengan masalah
dari pengaruh eror yang tidak sistematik dalam suatu pengukuran. Keandalan
suatu tes dinyatakan sebagai derajat atau tingkat suatu tes dan skornya
dipengaruhi faktor non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik,
makin tinggi keandalannya (Dewanto, 2004).
Instrumen yang reliable belum tentu valid, akan tetapi sebaliknya bila
suatu instrumen valid makan sudah pasti reliable. Dengan kata lain tingginya
reliabilitas suatu instrumen merupakan syarat perlu bagi validnya instrumen itu.
Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian digunakan
rumus KR-20 (Arikunto, 2008), yaitu:
Sebagai patokan menginterpretasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria
menurut Guilford (Suherman, 2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh
0,80. Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif termasuk dalam kategori
tinggi, artinya tingkat ketepatan dan konsistensi soal-soal tes yang digunakan
dalam instrumen sudah layak untuk mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif
siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Arikunto (2009) bahwa suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap.
3. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Menetukan daya pembeda masing-masing butir soal
diperoleh dengan rumus dari Arikunto (2008: 213) sebagai berikut:
)
JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas
JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah
JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengartikan daya pembeda soal maka digunakan klasifikasi daya
pembeda soal dari Arikunto (2008:218) sebagai berikut :
Tabel 3.10
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Koefisien Korelasi Interpretasi
D = 0,00 Sangat Jelek
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software
Anates sehingga hasil uji daya pembeda tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 3.11
Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif
No. Nomor Butir t DP(%) Interpretasi
1 1 6.13 62.17 Baik
2 2 5.75 46.38 Baik
3 3 1... 84.21 Sangat Baik
4 4 1... 49.34 Baik
5 5 7.76 61.51 Baik
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ada empat butir soal dengan daya
pembedanya baik, yaitu soal nomor 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan untuk soal nomor 3
memiliki daya pembeda sangat baik. Artinya soal tersebut sudah dapat
benar-benar membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
berkemampuan rendah. Selengkapnya ada pada lampiran.
4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Untuk menghitung tingkat kesukaran masing-masing item tes digunakan
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
)
JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas
JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah
JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas
SMI = Skor Maksimal Ideal
Untuk mengartikan taraf kesukaran item digunakan kriteria dari Arikunto
(2008:210) dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.12
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software
Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 3.13
Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif
Nomor Butir Tingkat Kesukaran(%) Tafsiran
1 64.97 Sedang
2 74.84 Mudah
3 56.25 Sedang
4 29.93 Sukar
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 3 dan 5
merupakan butir soal kemampuan berpikir kreatif dengan kategori sedang. Soal
lainnya yaitu soal nomor 2 merupakan kategori mudah. Sedangkan satu soal
lainnya yaitu soal nomor 4 merupakan soal dengan kategori sulit. Selengkapnya
ada pada lampiran.
Secara umum, adapun rekapitulasi analisis hasil uji coba instrumen tes
berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif
Nomor
Soal Validitas Reliabilitas
Daya
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh butir
soal tes kemampuan berpikir kreatif tersebut sudah memenuhi syarat dan layak
untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.
b. Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Skala disposisi berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui bagaimana
disposisi berpikir kreatif siswa terhadap konsep luas dan volume bangun ruang
sisi datar. Skala disposisi berpikir kreatif diberikan kepada siswa baik di kelas
kontrol maupun kelas eksperimen setelah pretes dan postes. Terlebih dahulu
dilakukan analisis ketepatan butir skala disposisi berpikir kreatif siswa kemudian
Eline Yanty Putri Nasution, 2014
Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman’s rho melalui Software
SPSS 20. Perihal kesesuaian indikator disposisi berpikir kreatif dan tata bahasa
(keterbacaan) setiap butir skala disposisi berpikir kreatif dikonsultasikan kepada
kedua dosen pembimbing dan kepada siswa.
Aspek-aspek disposisi berpikir kreatif yang diukur pada skala disposisi
berpikir kreatif ini meliputi: (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan
pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan
perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki
gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah
terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan
mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak,
kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko,
memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah
bosan, tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; (12) lebih
berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.
Skala disposisi berpikir kreatif ini menggunakan skala dengan empat
pilihan, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), jarang (J) dan tidak pernah (TP).
Kelima pilihan ini digunakan dengan alasan agar tidak terjadi kebingungan pada
siswa sehingga bias terhadap hasil jawaban siswa terhadap skala disposisi berpikir
kreatif dapat dihindari.
Karena data skala disposisi berpikir kreatif berbentuk data ordinal, data
tersebut terlebih dahulu harus dikonversi menjadi data interval. Transformasi data
dilakukan dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval).
Jawaban responden yang diukur dengan pemberian nilai numerikal dengan skor
1,2,3,4, dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran
ordinal. Nilai numerikal tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui
proses transformasi ditempatkan ke dalam interval. Langkah-langkah transformasi
data dari ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap pilihan jawaban