• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED : Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED : Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

di Kota Bandung)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

ELINE YANTY PUTRI NASUTION 1201586

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

di Kota Bandung)

Oleh :

Eline Yanty Putri Nasution

S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

©Eline Yanty Putri Nasution

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataw sebagian,

(3)

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)

Oleh:

Eline Yanty Putri Nasution 1201586

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP. 195802011984031001

Pembimbing II,

Dr. Stanley Dewanto, M.Pd. NIP. 19520311198011000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kemampuan Berpikir Kreatuf ... 14

B. Disposisi Berpikir Kreatif ... 21

C. Pendekatan Open-Ended ... 23

D. Pembelajaran Konvensional ... 28

E. Kemampuan Awal Matematis ... 32

F. Hasil Penelitian Relevan ... 33

G. Kerangka Berpikir ... 34

H. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

(5)

vii

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

C. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Data ... 54

G. Prosedur Penelitian ... 61

H. Jadwal Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 68

2. Disposisi Berpikir Kreatif... 93

3. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 102

4. Lembar Observasi ... 103

5. Wawancara ... 104

B. Pembahasan ... 105

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 105

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111

3. Kemampuan Awal Matematis ... 114

4. Peningkatan Disposisi Berpikir Kreatif... 115

5. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 116

6. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Implikasi ... 121

(6)

viii

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 127

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jabaran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 19

Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 20

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 37

Tabel 3.2 Disain Penelitian Faktorial 3 x 2... 37

Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian... 38

Tabel 3.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematis... 39

Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi... 41

Tabel 3.6 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif………... 41

Tabel 3.7 Klasifikasi Validitas Tes………... 42

Tabel 3.8 Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 43

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas………... 44

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 45

Tabel 3.11 Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif... 46

Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran... 47

Tabel 3.13 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif... 47

Tabel 3.14 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif... 48

(7)

ix

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.16 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 51

Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 52

Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 66

Tabel 4.1 Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 68

Tabel 4.2 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 69

Tabel 4.3 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 75

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes... 76

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Pretes ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Postes ... 78

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 79

Tabel 4.10 Hasil Uji-t Skor N-Gain ... 80

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 81

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM... 82

Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 83

Tabel 4.14 Hasil Uji Post Hoc Shceffe ... 85

Tabel 4.15 Data Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 91

Tabel 4.16 Data Kategori Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 92

Tabel 4.17 Data Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 93

Tabel 4.18 Data Disposisi Berpikir Kreatif Siswa... 94

(8)

x

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Awal ... 97

Tabel 4.21 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Skala Awal ... 98

Tabel 4.22 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Akhir... 98

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 99

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 100

Tabel 4.25 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor N-Gain ... 101

Tabel 4.26 Hasil Uji Korelasi Bivariate Spearman’s rho ... 103

Tabel 4.27 Materi Ajar dan Alokasi Waktu Penelitian ... 106

Tabel 4.28 Pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

(9)

xi

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rangkaian Proses Belajar ... 15

Gambar 2.2 Model Kegiatan Matematika ... 27

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 64

Gambar 4.1 Rata-Rata Pretes dan Postes ... 69

Gambar 4.2 Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Gambar 4.3 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Rendah ... 71

Gambar 4.4 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Sedang ... 72

Gambar 4.5 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Tinggi ... 73

Gambar 4.6 Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 74

Gambar 4.7 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan KAM ... 90

Gambar 4.8 Rata-Rata Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif ... 95

(10)

xii

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ... 109

Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol ... 110

Gambar 4.12 Contoh Kesilapan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 112

DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 127

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 128

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 251

Lampiran A.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 267

Lampiran A.5 Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 287

Lampiran A.6 Observasi ... 292

Lampiran A.7 Wawancara... 294

LAMPIRAN B HASIL ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN ... 295

Lampiran B.1 Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 296

Lampiran B.2 Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 297

Lampiran B.3 Data Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 301

Lampiran B.4 Hasil Analisi Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 303

(11)

xiii

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran B. 6 Lembar Validasi Naskah Pedoman Wawancara ... 307

LAMPIRAN C DATA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF... 308

Lampiran C.1 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Eksperimen ... 309

Lampiran C.2 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Kontrol ... 310

Lampiran C. 3Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 311

Lampiran C.4 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 312

Lampiran C.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes dan N-Gain , Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 313

LAMPIRAN D DATA SKALA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF ... 319

Lampiran D.1 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 320

Lampiran D.2 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 321

Lampiran D.3 Data Transformasi Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 322

Lampiran D.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 323

LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN ... 326

Lampiran E.1 Dokumentasi Penelitian ... 331

Lampiran E.2 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 332

Lampiran E.3 Surat Penelitian ... 333

(12)

xiv

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

(13)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Eline Yanty Putri Nasution: Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir

(2014) Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Dari populasi, dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran

konvensional, sedangkan pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non-tes terdiri atas skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa Software, yaitu

Microsoft Excel 2007, Anates Ver. 4, Stat 97 dan SPSS Ver.20. Pengolahan data

peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur pada taraf signifikansi 5% (�= 0,05) yang dilanjtkan dengan uji Post

Hoc LSD. Pengolahan data peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dilakukan

dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dan disposisi berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM); (3) Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

(Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang,

dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa; (5) Terdapat hubungan (asosiasi) yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.

(14)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Salah satu contoh

kegiatan berpikir adalah pada saat individu berusaha mencari cara dalam

memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan. Berpikir adalah suatu

kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak terhadap suatu informasi yang dapat

menimbulkan berkembangnya ide ataupun konsep. Menurut psikologi Gestalt,

berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita

amati dengan alat indera kita. Kemudian menurut Plato, berpikir adalah berbicara

di dalam hati. Jadi, seseorang dapat berpikir, tetapi tidak dapat diamati secara

langsung.

Pandangan terhadap proses berpikir dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu

filsafat dan psikologi. Bidang filsafat memandang otak manusia sebagai tempat

muncul dan tumbuhnya nalar. Sementara bidang psikologi lebih fokus kepada

mekanisme berpikir bagaimana ide-ide bisa dihasilkan otak manusia. Dengan kata

lain, bidang filsafat lebih menekankan pada berpikir kritis, sedangkan bidang

psikologi lebih menekankan pada berpikir kreatif (Suryadi, 2012). Berpikir

merupakan aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau

menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari pemahaman.

Salah satu jenis berpikir adalah berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Suryadi (2012: 11) yaitu berpikir meliputi dua aspek utama yakni

kritis dan kreatif. Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap diri

individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan

dikembangkan sehingga dapat menciptakan ataupun menghasilkan suatu produk

yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Gagasan maupun ide-ide tersebut

(15)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berpikir kreatif memiliki dua komponen yaitu kemampuan dan disposisi.

Semiawan (Wardani, 2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif

adalah kemampuan untuk menyusun ide baru dan mengaplikasikannya dalam

menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan

antara dua buah ide yang belum jelas. Menurut Sumarmo (2013: 201), indikator

kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility),

keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).

Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu.

Apabila kebiasaan berpikir yang kreatif berlangsung secara berkelanjutan, maka

secara akumulatif akan tumbuh suatu disposisi (disposition) terhadap berpikir

kreatif. Sumarmo (2013: 77) menyatakan bahwa disposisi berpikir kreatif

merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat bagi

siswa untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif. Masih berasal dari

sumber yang sama, adapun indikator disposisi berpikir kreatif yaitu: (1) terbuka,

fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2)

bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai

fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai

pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan

stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu

tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang

luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada

tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap

situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan

daripada masa lalu.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh

siswa. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, salah satu tujuan

pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang kreatif. Selain itu, pentingnya kemampuan berpikir kreatif tampak

pada Taksonomi Bloom. Pada mulanya Taksonomi Bloom tidak mencakup kreasi,

(16)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini disebabkan karena sebelum berkreasi terhadap sesuatu maka terlebih

dahulu harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan

mengevaluasi, serta memperbaharui.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga tampak pada perubahan

kurikulum di Indonesia. Dunia pemdidikan di Indonesia sekarang ini sedang

menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang salah satunya bertujuan

untuk menekankan kemampuan berpikir kreatif sebagai upaya dalam menghadapi

tantangan di masa depan.

Selanjutnya, Wahyudin (2011: 4) menyatakan bahwa salah satu tujuan

pendidikan matematika di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan siswa

hingga menjadi manusia mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. Kemudian

menurut Value Content Schwartz & Sagie (dalam Wahyudin), nilai motivasional

dalam pembelajaran matematika harus mengintegrasikan adanya pengarahan diri

kepada eksplorasi, kreatif, dan rasa ingin tahu yang meliputi ketelitian, ketekunan,

kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah dan kreativitas.

Selanjutnya Sumarmo (2013: 376) menyatakan bahwa kemampuan dan

disposisi berpikir kreatif adalah kemampuan dan disposisi esensial yang perlu

dimiliki oleh dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika karena

kemampuan dan disposisi tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan

pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah dan diperlukan

untuk menghadapi suasana bersaing yang semakin ketat. Badan Standar Nasional

Pendidikan, BSNP (Sumarmo, 2013) menyatakan bahwa pengajaran matematika

harus berpusat kepada pengembangan kemampuan kemampuan berpikir tingkat

tinggi matematis yaitu kreativitas matematik.

Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif siswa di Indonesia masih jauh berada di bawah negara-negara lain.

Hal ini berdasarkan kepada hasil penelitian PISA yang menunjukkan bahwa

siswa Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah diantara negara-negara

lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa kesulitan dalam menyelesaikan

(17)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rock Concert

For a rock concert a rectangular field of size 100 m by 50 m was reserved for the audience. The concert was completely sold out and the field was full with all the fans standing. Which one of the following is likely to be the best estimate of the total number of people attending the concert?

A. 2000 B. 5000 C. 20 000 D. 50 000 E. 100 000

Pada uji coba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan

jawaban 20.000. Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk

menyelesaikan soal ini sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus

matematika yang sulit karena utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi

dan kreativitas. Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa

sukses dalam menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam

memperkirakan berapa banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk

tiap meter persegi. Di sinilah kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan

yang disebabkan mereka kurang terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi.

Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang

dalam hal kelenturan (flexibility) dan elaborasi (elaboration).

A pizzeria serves two round pizzas of the same thickness in different sizes. The smaller one has a diameter of 30 cm and costs 30 zeds. The larger one has a diameter of 40 cm and costs 40 zeds. Which pizza is better value for money? Show your reasoning.

Dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes, hanya 11% yang

menjawab benar. Oleh karena itu soal ini dinilai sebagai salah satu soal yang

tergolong sulit. Pada soal ini, untuk menyimpulkan pizza mana yang lebih murah

dibutuhkan kreativitas agar diperoleh data (bilangan) yang mudah untuk

dibandingkan sehingga kesimpulan dapat diambil dengan mudah. Dalam hal ini

kreativitas tersebut terjadi dalam bentuk ide mencari luas pizza untuk setiap harga

1 zed pada pizza yang besar dan kecil (zed adalah jenis atau nama mata uang di

suatu negara). Hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih

(18)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu pembelajaran dengan tujuan

untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi berpikir kreatif siswa.

Salah satunya adalah pendekatan Open-Ended. Menurut Sumarmo (2013: 343)

harapan suasana pembelajaran matematika yang mendorong berkembangnya

kemampuan berpikir kreatif siswa adalah melalui pembiasaan dan teladan guru

dalam melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikan tugas matematika secara

kreatif dan lentur menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari beragam cara

dalam memecahkan masalah, mendorong pengembangan daya berpikir matematik

secara kolaboratif dan membelajarkan siswa untuk bertanya bukan menjawab,

keterkaitan antar konsep dan berpikir multi perspektif. Masih berasal dari sumber

yang sama, Sumarmo (2013: 310) menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir dan disposisi matematik pendekatan yang

diawali dengan penyajian masalah yang open-ended.

Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan

kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu

permasalahan. Pendekatan Ended menyajikan masalah yang bersifat

Open-Ended, yaitu masalah yang dikonstruksi sedemikian sehingga memiliki variasi

baik proses ataupun cara penyelesaian yang menuju kepada solusi dari

permasalahan tersebut. Menurut Shimada (1997: 1) pada pendekatan Open-Ended,

guru memberikan suatu situasi ataupun permasalahan kepada siswa yang proses

penyelesaiannya ataupun solusinya tidak ditentukan dalam satu cara. Untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut tentu saja dibutuhkan kreativitas siswa

sehingga pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan

disposisi berpikir kreatif siswa.

Selanjutnya, diketahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Ada siswa yang tergolong pada kemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Heterogenitas kemampuan siswa ini juga menjadi salah satu penyebab

perbedaan kemampuan berpikir siswa khususnya dalam berpikir kreatif. Oleh

sebab itu, kemampuan awal matematis (KAM) siswa juga harus menjadi perhatian

(19)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penting untuk penguasaan konsep baru matematika sehingga informasi yang

diperoleh melalui kemampuan awal siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui

peningkatan dan interaksinya dengan pendekatan pembelajaran terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa. Analisis terhadap interaksi tersebut dilakukan

untuk mengetahui keberartian penerapan pembelajaran kepada masing-masing

kategori kemampuan awal matematis siswa. Dapat diduga bahwa siswa

berkemampuan tinggi memiliki kemampuan belajar yang lebih stabil meskipun

pendekatan pembelajaran yang digunakan bervariasi. Sedangkan bagi siswa

berkemampuan rendah, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristiknya dapat membantu meningkatkan kemampuan matematisnya.

Hal ini tentu saja terkait dengan efektivitas proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Implementasi metode pembelajaran yang tepat diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penjelasan

sebelumnya, pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan

dan disposisi berpikir kreatif siswa pada berbagai level kemampuan siswa yaitu

tinggi, sedang dan rendah.

Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah

Geometri. Geometri adalah cabang matematika yang berkaitan dengan bentuk,

ukuran, komposisi dan proporsi suatu benda beserta sifat-sifatnya dan

hubungannya satu sama lain. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa Geometri

merupakan cabang matematika yang telah diakrabi oleh manusia sejak lahir

dikarenakan geometri ada dimana-mana; di setiap tempat dan hampir di setiap

objek visual.

Di sekolah, geometri tidak diajarkan secara khusus tetapi berada dalam

satu kesatuan pembelajaran Matematika. Pada KTSP 2006, materi geometri

tertuang dalam beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

membahas tentang bentuk, ukuran dan posisi suatu objek baik pada dimensi 2

maupun dimensi 3. Materi-materi yang berkaitan dengan Geometri tersebut

tentunya membutuhkan daya pikir dan daya visualisasi tingkat tinggi. Oleh sebab

(20)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Geometri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2011: 3.28), kenyataannya di

lapangan tidak sepenuhnya terjadi sesuai dengan yang diharapkan, ada gejala

bahawa geometri tidak banyak diminati oleh siswa. Geometri sering dianggap

materi yang sulit untuk dipahami, sulit untuk mengerjakannya dan juga

membosankan. Menurut Petrou dan Golding (2011: 20), siswa SMP tidak

sepenuhnya memahami konsep geometri. Selain itu, Ojose (2011:96) menyatakan

bahwa siswa memiliki keahlian minimum dalam geometri. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Salman (2009: 30) yang menyatakan bahwa dari 12 topik

matematika, geometri merupakan topik yang paling sulit bagi siswa.

Sementara itu, Geometri merupakan materi yang penting karena sangat

berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Geometri merupakan materi yang

termasuk ke dalam Ujian Nasional baik tingkat SMP maupun SMA. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmo (2013: 317) yang menyatakan: “Geometry was an important content in elementary school mathematics curriculum.” yang berarti bahwa geometri adalah pelajaran yang sangat penting di dalam kurikulum

matematika sekolah menengah. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa belajar

Geometri adalah hal yang krusial. Geometri merupakan materi yang perlu

mendapat perhatian baik isi materi maupun pengajarannya. Geometri

berhubungan satu sama lain mulai dari yang peling sederhana sampai yang rumit.

Ada berbagai konsep dan prosedur matematik yang dijelaskan dengan

menggunakan aturan-aturan geometri, konsep-konsep geometri dan bentuk-bentuk

geometri. Selanjutnya Turmudi (2012: 147) menyatakan bahwa sistem geometri

an tilikan ruang merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan sistem bilangan

dan cara berpikir numerik, sebagai pondasi untuk pengenalan lebih lanjut tentang

matematika dasar dan matematika tinggi dan juga digunakan dalam berbagai

bidang terapan (aplikasi). Oleh karena itu pembelajaran Geometri pada tingkat

dasar khususnya sekolah menengah sangatlah penting untuk menunjang materi

geometri pada tingkat yang lebih tinggi lagi.

Salah satu materi Geometri pada jenjang SMP adalah Bangun Ruang Sisi

(21)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan volume bangun ruang. Siswa hanya terpaku menggunakan rumus dan belum

memahami konsep luas permukaan sehingga siswa kesulitan mencari luas

permukaan suatu benda yang terdiri atas beberapa jenis bangun ruang. Selanjutnya

dalam hal mencari volume, siswa masih kesulitan mencari volume prisma dan

limas. Cara untuk mencari volume baik prisma maupun limas adalah berbeda

ditinjau dari jenisnya. Kita ketahui bahwa ada banyak jenis limas berdasarkan

bentuk alasnya, yaitu limas segitiga, limas segiempat, limas segilima, limas

segienam dan sebagainya. Bahkan limas segitiga pun terdiri dari beberapa jenis

jika ditinjau dari jenis segitiga pada alas limas, begitu juga dengan prisma. Hal ini

tentu saja menuntut kreativitas siswa dalam bermatematika, khususnya dalam

memodifikasi, memanipulasi dan bermain dengan aljabar dalam menyelesaikan

persoalan yang terkait dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar

sehingga timbul kesulitan belajar. Namun kenyataannya, siswa masih belum

memiliki kreativitas yang tinggi dan masih belum terbiasa untuk berpikir kreatif.

Hal ini didukung oleh hasil observasi awal penulis di SMP Negeri 5

Bandung pada tanggal 5 November 2013. Siswa masih terbiasa dengan pola

berpikir konvergen melalui hafalan, ataupun latihan pengulangan contoh-contoh

sehingga terpaku pada satu jawaban benar (solusi tunggal) melalui cara-cara rutin

ataupun prosedural. Siswa yang berpikir prosedural mengikuti alur penyelesaian

masalah matematika berdasarkan alur penyelesaian yang dicontohkan oleh guru.

Banyak siswa yang kesulitan dalam mencari gagasan ataupun ide dalam

menyelesaikan permasalahan matematika. Padahal suatu permasalahan

matematika tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu cara melainkan dengan

banyak cara. Permasalahan matematika juga tidak selalu memiliki solusi tunggal

yang diperoleh dari cara yang prosedural. Kemampuan berpikir siswa yang

konvergen mengindikasikan bahwa kreativitas siswa masih rendah.

Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yang meliputi

kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen penting untuk mencermati

permasalahan matematika dari segala perspektif, dan mengkonstruksi segala

(22)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pegangan dalam pembelajaran, yaitu bukan belajar menemukan satu jawaban

benar (solusi tunggal) yang menjadi tujuan setiap pemecahan masalah, tetapi

bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan jawaban yang mungkin beserta

segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya kenapa jawaban tersebut benar

dan masuk akal sehingga dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah dunia

nyata lainnya yang biasanya jauh lebih kompleks dan tak terduga.

Kreativitas siswa dapat muncul dan berkembang melalui kemampuan

berpikir yang divergen yaitu dapat menyelesaikan permasalahan matematika

melalui cara-cara non prosedural dengan melihat sisi lain dari permasalahan

matematika tersebut. Siswa yang berpikir divergen dapat memberikan banyak ide

dan gagasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika hingga

permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan bahkan

memiliki lebih dari satu solusi.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kreatif

lebih berfokus kepada kreativitas siswa yang dimunculkan melalui pendekatan

Open-Ended tanpa mempertimbangkan dan memprediksi segala respon siswa

yang mungkin (Rosita, 2012; Hartanto, 2008). Penelitian lain membahas tentang

peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kombinasi antara

pendekatan Open-Ended dengan strategi dan model pembelajaran lain sehingga

terjadi keraguan apakah pendekatan Open-Ended atau strategi dan model

pembelajaran tersebut atau bahkan keduanya yang menyebabkan peningkatan

kemampuan berpikir kreatif (Aguspinal, 2011; Kosasih, 2012). Penelitian lainnya

lebih berfokus kepada pemberian tugas-tugas non-rutin yang bersifat Open-Ended

untuk meningkatkan kreativitas siswa (William, 2002; Wardani, 2009; Yuniawati,

2001).

Penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada peningkatan

kemampuan berpikir kreatif saja tanpa mempertimbangkan segi afektifnya, yaitu

disposisi berpikir kreatif. Sementara penelitian ini berfokus kepada penerapan

pendekatan Open-Ended untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi

(23)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cara memprediksi semua respon siswa yang mungkin, lalu kemudian membuat

antisipasi terhadap seluruh kemungkinan respon siswa tersebut. Penelitian ini juga

murni menerapkan pendekatan Open-Ended, tanpa ada kombinasi dengan strategi

ataupun model pembelajaran manapun untuk memastikan efektivitas pendekatan

tersebut, sehingga sifat “terbuka” pada pendekatan ini tidak hanya terletak pada

soal-soal non-rutin saja, tetapi juga pada situasi pembelajaran. Situasi yang

terbuka, soal-soal yang terbuka dan kegiatan pembelajaran yang terbuka dikemas

semenarik mungkin sehingga diyakini dapat meningkatkan baik kemampuan

maupun disposisi berpikir kreatif siswa.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa

melalui Pendekatan Open-Ended.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan

pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran

konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara

siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal

matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah)?

3. Apakah peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan

pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran

konvensional?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan

konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan

(24)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif

dengan disposisi berpikir kreatif siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini

adalah untuk menelaah:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan

pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran

konvensional.

2. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang mendapat

pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang

dan rendah).

3. Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan

Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis

siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir

kreatif siswa.

5. Hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi

berpikir kreatif siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meningkatkan

kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan pendekatan

Open-Ended.

2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan pendekatan

(25)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

khususnya dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan Open-Ended.

4. Bagi peneliti, sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dan disposisi

berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dikemukakan

definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif spesifik yang

digunakan saat siswa sedang menunjukkan perilaku berpikir kreatif yang

meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality)

dan elaborasi (elaboration).

2. Disposisi berpikir kreatif adalah merupakan keinginan, kesadaran,

kecenderungan dan dedikasi yang kuat dalam berpikir yang menggunakan

perilaku kreatif yang meliputi (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap

perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan

pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan

inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan

tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6)

percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal

yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani

mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10)

tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi

lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada

masa lalu.

3. Pembelajaran konvensional adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional

dan telah lama dilaksanakan oleh para guru serta paling sering digunakan di

(26)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerangkan materi, memberikan contoh soal disertai dengan tanya jawab,

memberikan soal latihan kepada siswa, lalu kemudian memberikan tugas

ataupun pekerjaan rumah.

4. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi

keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan dimana kegiatan siswa harus terbuka,

kegiatan matematis adalah ragam berpikir, dan kegiatan siswa dan kegiatan

matematis merupakan satu kesatuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Open-Ended meliputi menyajikan masalah,

mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respon siswa

serta menyimpulkan.

5. Kemampuan awal matematis adalah tingkat kemampuan matematis yang telah

dimiliki oleh siswa sebelum pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan yang merupakan prasyarat

(prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa telah

mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal matematis

siswa terdiri atas kategori tinggi, sedang dan rendah yang diperoleh

berdasarkan pertimbangan guru, nilai ulangan atau melalui tes awal,

wawancara (interview) atau melalui cara-cara lain yang cukup sederhana

seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi

(27)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain

kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam

menentukan subyek penelitian, yaitu peneliti tidak membentuk kelas baru

berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Menurut Creswell (2012 : 242) desain

kelompok kontrol tidak ekuivalen (non equivalent control-group design) adalah

disain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak

kemudian kedua kelompok sama-sama diberikan pretes dan postes, tetapi hanya

kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan. Ruseffendi (2005: 52)

menyatakan bahwa pada kuasi ekperimen, subyek tidak dikelompokkan secara

acak tetapi peneliti menerima keadaan subyek seadanya.

Tujuan penelitian ini adalah menguji pendekatan Open-Ended terhadap

kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Disain penelitian ini

diilustrasikan sebagai berikut:

O X O O O

Keterangan:

O : Pretes / Postes Kemampuan Berpikir Kreatif

X : Pendekatan Open-Ended

- - - : Subyek tidak dikelompokkan secara acak

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Open-Ended.

Variabel terikatnya adalah kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa.

Variabel pengontrol dalam penelitian ini adalah kelompok siswa berkemampuan

(28)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas-kelas sampel tersebut tidak dibentuk dengan cara

menempatkan subyek-subyek secara acak, tetapi menggunakan kelas-kelas yang

sudah ada. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan

mengunakan pendekatan Open-Ended dan pada kelas kontrol dilaksanakan

pembelajaran konvensional. Kategori kemampuan awal matematis (KAM)

diperoleh dari data nilai ulangan harian siswa pada semester sebeblumnya. Data

tersebut diranking dan dikelompokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan

rendah. Adapun keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Variabel yang Diukur Kemampuan Berpikir Kreatif (KB)

PK : Pembelajaran matematika secara konvensional

PO : Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended

Untuk melihat implementasi pendekatan Open-Ended terhadap

kemampuan dan disposisi berpikir kreatif berdasarkan kemampuan awal

matematis siswa, masing-masing siswa dikelompokkan ke dalam kategori tinggi,

sedang dan rendah sehingga penelitian ini mengunakan desain faktorial 3 x 2

seperti tabel berikut:

Tabel 3.2

Disain Penelitian Faktorial 3 x 2

Kelas

(29)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tinggi ET KT

Sedang ES KS

Rendah ER KR

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 tahun pelajaran 2013/2014.

Populasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII adalah siswa

yang paling efektif untuk diteliti dibandingkan dengan siswa kelas VII dan IX.

Siswa kelas VII di beberapa sekolah sudah mengimplementasikan Kurikulum

2013 yang masih penuh dengan pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Selain itu,

siswa kelas VII baru mengenal lingkungan dan iklim belajar di sekolah menengah

sehingga masih berada pada masa transisi dalam hal mengenal lingkungan dan

suasana belajar yang baru serta adanya masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah

menengah. Siswa kelas IX kurang efektif digunakan sebagai sampel sebab akan

menghadapi Ujian Nasional.

Dari populasi dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII

C sebagai kelas Kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas Eksperimen. Pada kelas

kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Pada eksperimen

dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab

peneliti sendiri yang menentukan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu. Berikut ini disajikan jabaran subyek penelitian:

Tabel 3.3

Jabaran Subyek Penelitian

Kelas Jumlah Keterangan

VIII C 30 Eksperimen

VIII D 31 Kontrol

(30)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Hasil perhitungan terhadap data KAM siswa, pada kelas eksperimen

diperoleh = 66,35 dan SB = 10,27 sehingga kriteria pengelompokan siswa

adalah sebagai berikut:

KAM 66,35 + 10,27 = 76,62 : Siswa Kelompok Tinggi

56,08 = 66,35 - 10,27 KAM < 66,35 + 10,27 = 76,62: Siswa Kelompok Sedang

KAM < 66,35 - 10,27 = 56,08 : Siswa Kelompk Rendah

Pada kelas kontrol diperoleh = 71,35 dan SB = 7,41 sehingga kriteria

pengelompokan siswa adalah sebagai berikut:

KAM 71,35 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Tinggi

63,94 = 71,35 - 7,41 KAM < 71,35 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Sedang

KAM < 71,35 + 7,41 = 63,94 : Siswa Kelompk Rendah

Banyaknya siswa yang berada pada kategori kemampuan awal tinggi,

sedang dan rendah disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Sebaran Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kategori KAM Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Tinggi 6 6

Sedang 19 18

Rendah 6 6

Jumlah 31 30

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri atas

instrument tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir

(31)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Pemilihan

instrumen ini adalah berdasarkan Triangulasi Data yang bertujuan untuk

memastikan keabsahan data. Teknik non-tes digunakan untuk mengumpulkan data

yang terkait dengan disposisi berpikir kreatif. Angket digunakan untuk

mengumpulkan data yang terkait dengan sikap siswa terhadap matematika. Untuk

mengumpulkan data berupa aktivitas guru pada saat proses belajar-mengajar

berlangsung, maka digunakan lembar observasi. Kemudian untuk mengetahui

informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa

terhadap matematika, penulis menggunakan teknik wawancara.

Pengumpulan data non tes dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif

dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data berupa angka-angka. Data

tersebut berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman

audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara terkait

disposisi berpikir kreatif siswa.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif ini berbentuk soal uraian yang diberikan

kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung (pretes dan postes)

dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik. Pemilihan

tes berbentuk uraian bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berpikir kreatif

siswa secara menyeluruh terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi

datar pada kedua kelas sampel.

Data tes terdiri pretes dan postes yang terlebih dahulu diperiksa validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal lalu kemudian diujicobakan

kepada siswa sehingga diperoleh data berupa jawaban-jawaban siswa terhadap

soal uraian tersebut dengan teknik penilaian berdasarkan pedoman penskoran

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya dilihat gain dari data yang

diperoleh, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui data hasil

(32)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Hake (1999: 11), untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kreatif digunakan gain ternormalisasi (Normalized Gain) dengan rumus :

= ℎ −

Kemudian, gain ternormalisasi tersebut dikategorikan berdasarkan tabel

berikut:

Tabel 3.5

Kategori Gain Ternormalisasi

Skor Kategori

NG < 0,30 Rendah

0,30 NG < 0,70 Sedang

NG 0,70 Tinggi

Kemudian dilakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa

mengenai konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar dengan cara melihat

persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus:

� � � = × 100%

Kategori kemampuan berpikir kreatif (Suherman dan Kusumah, 2012)

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif

Skor Kategori

90 % SB 100% Sangat Baik

75% B < 90 % Baik

55 % C < 75% Cukup

40% K < 55% Kurang

(33)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, persentase pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa

dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% Pencapaian =

� . 100%

Keterangan:

= rata-rata

SMI = Skor Maksimal Ideal

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tes kemampuan berpikir kreatif

terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran soal agar diperoleh kualitas instrumen yang baik.

1. Validitas

Suatu instrument dikatakan valid (absah atau sahih) jika mampu mengukur

apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2008:72), teknik yang digunakan

untuk menghitung validitas tes yang telah diujicobakan adalah teknik korelasi

product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal

dengan Spearman Brown. Hal ini dikarenakan ujicoba dilaksanakan satu kali

(single test).

r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

x = Skor butir

y = Skor total butir

N = Jumlah responden

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi

(34)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7

Klasifikasi Validitas Tes

Nilai rxy Interpretasi

0,80 <rxy ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <rxy ≤ 0,80 Validitas Tinggi 0,40 <rxy ≤ 0,60 Validitas Cukup 0,20 <rxy ≤ 0,40 Validitas Rendah

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah

Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga didapat kemungkinan

interpretasi:

(i) Jika rhit ≤ rkritis , maka korelasi tidak signifikan

(ii) Jika rhit > rkritis , maka korelasi signifikan

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software

Anates sehingga hasil uji validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 3.8

Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No Butir Soal Korelasi Signifikansi Interpretasi

1 0.725 Signifikan Validitas Tinggi

2 0.684 Signifikan Validitas Tinggi

3 0.842 Signifikan Validitas Tinggi

4 0.696 Signifikan Validitas Tinggi

5 0.712 Signifikan Validitas Tinggi

Berdasarkan Tabel tersebut, tampak bahwa soal-soal Tes Kemampuan

Berpikir Kreatif sudah valid. Artinya, kelima soal tersebut sudah dapat dikatakan

layak untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Seluruh butir soal

(35)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan instrumen

tersebut bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang

berbeda, waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif

sama. Jika suatu instrumen reliable, maka hasil dari dua kali atau lebih evaluasi

dengan dua atau lebih alat evaluasi yang senilai (ekivalen) pada masing-masing

tes akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan bai jika salah satunya memiliki

reliabilitas yang tinggi. Penentuan keandalan butir tes berkenaan dengan masalah

dari pengaruh eror yang tidak sistematik dalam suatu pengukuran. Keandalan

suatu tes dinyatakan sebagai derajat atau tingkat suatu tes dan skornya

dipengaruhi faktor non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik,

makin tinggi keandalannya (Dewanto, 2004).

Instrumen yang reliable belum tentu valid, akan tetapi sebaliknya bila

suatu instrumen valid makan sudah pasti reliable. Dengan kata lain tingginya

reliabilitas suatu instrumen merupakan syarat perlu bagi validnya instrumen itu.

Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian digunakan

rumus KR-20 (Arikunto, 2008), yaitu:



Sebagai patokan menginterpretasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria

menurut Guilford (Suherman, 2003) dapat dilihat pada tabel berikut:

(36)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh

0,80. Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif termasuk dalam kategori

tinggi, artinya tingkat ketepatan dan konsistensi soal-soal tes yang digunakan

dalam instrumen sudah layak untuk mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif

siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Arikunto (2009) bahwa suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Menetukan daya pembeda masing-masing butir soal

diperoleh dengan rumus dari Arikunto (2008: 213) sebagai berikut:

)

JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas

JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah

JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas

(37)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengartikan daya pembeda soal maka digunakan klasifikasi daya

pembeda soal dari Arikunto (2008:218) sebagai berikut :

Tabel 3.10

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Koefisien Korelasi Interpretasi

D = 0,00 Sangat Jelek

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software

Anates sehingga hasil uji daya pembeda tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 3.11

Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif

No. Nomor Butir t DP(%) Interpretasi

1 1 6.13 62.17 Baik

2 2 5.75 46.38 Baik

3 3 1... 84.21 Sangat Baik

4 4 1... 49.34 Baik

5 5 7.76 61.51 Baik

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ada empat butir soal dengan daya

pembedanya baik, yaitu soal nomor 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan untuk soal nomor 3

memiliki daya pembeda sangat baik. Artinya soal tersebut sudah dapat

benar-benar membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan

berkemampuan rendah. Selengkapnya ada pada lampiran.

4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Untuk menghitung tingkat kesukaran masing-masing item tes digunakan

(38)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

)

JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas

JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah

JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas

SMI = Skor Maksimal Ideal

Untuk mengartikan taraf kesukaran item digunakan kriteria dari Arikunto

(2008:210) dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.12

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software

Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 3.13

Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif

Nomor Butir Tingkat Kesukaran(%) Tafsiran

1 64.97 Sedang

2 74.84 Mudah

3 56.25 Sedang

4 29.93 Sukar

(39)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 3 dan 5

merupakan butir soal kemampuan berpikir kreatif dengan kategori sedang. Soal

lainnya yaitu soal nomor 2 merupakan kategori mudah. Sedangkan satu soal

lainnya yaitu soal nomor 4 merupakan soal dengan kategori sulit. Selengkapnya

ada pada lampiran.

Secara umum, adapun rekapitulasi analisis hasil uji coba instrumen tes

berpikir kreatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif

Nomor

Soal Validitas Reliabilitas

Daya

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh butir

soal tes kemampuan berpikir kreatif tersebut sudah memenuhi syarat dan layak

untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.

b. Skala Disposisi Berpikir Kreatif

Skala disposisi berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui bagaimana

disposisi berpikir kreatif siswa terhadap konsep luas dan volume bangun ruang

sisi datar. Skala disposisi berpikir kreatif diberikan kepada siswa baik di kelas

kontrol maupun kelas eksperimen setelah pretes dan postes. Terlebih dahulu

dilakukan analisis ketepatan butir skala disposisi berpikir kreatif siswa kemudian

(40)

Eline Yanty Putri Nasution, 2014

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman’s rho melalui Software

SPSS 20. Perihal kesesuaian indikator disposisi berpikir kreatif dan tata bahasa

(keterbacaan) setiap butir skala disposisi berpikir kreatif dikonsultasikan kepada

kedua dosen pembimbing dan kepada siswa.

Aspek-aspek disposisi berpikir kreatif yang diukur pada skala disposisi

berpikir kreatif ini meliputi: (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan

pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan

perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki

gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah

terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan

mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak,

kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko,

memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah

bosan, tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; (12) lebih

berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.

Skala disposisi berpikir kreatif ini menggunakan skala dengan empat

pilihan, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), jarang (J) dan tidak pernah (TP).

Kelima pilihan ini digunakan dengan alasan agar tidak terjadi kebingungan pada

siswa sehingga bias terhadap hasil jawaban siswa terhadap skala disposisi berpikir

kreatif dapat dihindari.

Karena data skala disposisi berpikir kreatif berbentuk data ordinal, data

tersebut terlebih dahulu harus dikonversi menjadi data interval. Transformasi data

dilakukan dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval).

Jawaban responden yang diukur dengan pemberian nilai numerikal dengan skor

1,2,3,4, dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran

ordinal. Nilai numerikal tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui

proses transformasi ditempatkan ke dalam interval. Langkah-langkah transformasi

data dari ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:

a. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap pilihan jawaban

Gambar

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian
Tabel 3.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.10 Rataan Skor Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Mahasiswa .... 4.11 Analisis Varians Gain Kemampuan Berpikir

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Penelitian tentang ”Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)” telah

The teachers believed it is because the authentic reading materials provide news or information that students have previous knowledge, or students have interest related to the

Hasil Penelitian Penerapan Hasil Belajar Kursus Menjahit Level 1 Ditinjau Dari Kompetensi Dasar Menggunakan Mesin Jahit Manual ... Hasil Penelitian Penerapan Hasil Belajar

Nilai keseragaman fitoplankton di perairan pulau Bauluang tergolong tinggi (E&gt;0,75), kecuali di stasiun 2 yang memiliki nilai relatif rendah, tetapi secara keseluruhan

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Semakin tinggi