• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Eriska Meidayanti (2014). Pembimbing I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.

Pembimbing II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).

Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan kebutuhan infrastruktur yang menyebabkan kebutuhan lahan meningkat sehingga mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Penelitian ini dilakukan di Desa Padaasih yang merupakan sebuah desa yang mengalami alih fungsi lahan pertanian cukup tinggi sementara masyarakatnya mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di Desa Padaasih. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh 1) Lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi; 2) Pertumbuhan penduduk; 3) Faktor ekonomi; dan 4) Pemilik lahan pertanian yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi, lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan perumahan. Dampak positif alih fungsi lahan yaitu kemajuan pembangunan, masyarakat lebih kreatif dan mandiri dalam mencari pekerjaan, dan meningkatnya jumlah proyek bagi para kuli bangunan. Dampak negatif akibat adanya alih fungsi lahan berupa perubahan lingkungan fisik, yaitu berkurangnya lahan pertanian dan berkurangnya jumlah air. Dampak negatif berupa masalah sosial yang dialami warga Desa Padaasih yaitu meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta rasa tidak nyaman penduduk pribumi karena banyak pendatang. Kerugian lain yang dialami para penggarap adalah ganti rugi yang tidak sesuai, kerugian juga dialami pemerintahan desa berupa berkurangnya pendapatan asli desa. Setelah terjadi alih fungsi lahan pada umumnya masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dipilih masyarakat diantaranya kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga dan pegawai pabrik. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat lebih baik ketika alih fungsi lahan belum terjadi dan menjalani pekerjaan sebagai petani. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dalam mengendalikan alih fungsi lahan, agar pelaksananan kebijakan efektif harus diperkuat dengan pembuatan peraturan yang melarang penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dengan penegakan hukum yang tegas.

(2)

ABSTRACT

Eriska Meidayanti (2014). Supervisor I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. Supervisor II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. The Orientation Change of Employment as Impact Of Land Transfer Function (Case Study in Cisarua Padaasih Village West Bandung Regency).

Along with the high rate of population growth and rapid economic development, there is increased need for infrastructure that led to the need to encourage the increased land conversion of agricultural land into non-agricultural land. This research was conducted in Padaasih village which is a village that suffered agricultural land conversion is quite high while the majority of the people have jobs in agricultural sector. The purpose of this study was to determine the impact of conversion of agricultural land to the orientation of community work in the village Padaasih. This research was conducted through a qualitative approach with case study method. Data collection techniques in this study using observation, interviews, field notes, literature studies and documentation. The result showed that the causes of land conversion in the village of Padaasih caused by 1) Location Padaasih village bordering Cimahi; 2) The growth of the population 3) Economic factors; and 4) Owners of agricultural land who is not resident of the village Padaasih. after experiencing conversion, agricultural land converted to residential land. The positive impact of land conversion that development progress, more creative and self-suffecient community in finding a job, and a growing number of projects for the construction workers. Negative impact due to land conversion in the form of changes in the physical environment ie a reduction of agricultural land and reduced the amount of water. The negative impact of such social problems experienced by villagers Padaasih ie rising unemployment and poverty, as well as discomfort natives for many newcomers. Other lesses suffered by the tenants compensation is not appropriate, the loss experienced by the village administration in the form of reduced revenue village. After going over the land to the general public to change the orientation of their work. Selected works of society including construction workers, securitu guards, merchants, home industry worker, domestic helpers and factory workers. But not all victims of land conversion to change the orientation of the work, those people who remains as tenants by looking for other arable land with an area of more narrow. Welfare is perceived by the public better when land conversion has not occurred and undergo work as a farmer. Therefore we need a policy to control over the land, so that effective policies should be strenghtened with the creation of regulation that prohibit the use of agricultural land into non-agricultural land with strict law enforcement.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya

mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian

diunggulkan sebagai penguat perekonomian Indonesia. Sebagian besar wilayah

Indonesia memiliki kondisi tanah yang subur. Hal inilah yang menjadikan

masyarakat berusaha untuk mengolah tanah dengan melakukan kegiatan

pertanian.

Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang penyerapan tenaga kerja

dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di

Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional masih menumpukan harapan

kepada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai

peranan penting dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Walaupun

perhatian pemerintah terhadap sektor ini masih dianggap kurang karena tidak

adanya kebijakan pemerintah yang secara langsung berdampak positif terhadap

para petani.

Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (2013), sektor pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan berdasarkan atas dasar harga berlaku, pada

tahun 2010, 2011 dan 2012 menyumbang masing-masing sebesar Rp.985,5 triliun,

Rp.1091,4 triliun dan Rp.1190,4 triliun. Jika berdasarkan harga konstan, pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan pada tahun 2010, 2011, dan 2012

menyumbang masing-masing Rp.304,8 triliun, Rp.315 triliun dan Rp.327,6 triliun.

Sumbangan sektor pertanian ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih

memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan di Indonesia.

www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb13.pdf

Dewasa ini, sektor pertanian banyak menghadapi kendala, salah satunya

(4)

yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian yang saat ini terus mengalami peningkatan.

Menurut Harsono (1995, hlm.13) “alih fungsi lahan merupakan kegiatan

perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya.”

Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan

pembangunan telah mempengaruhi penggunaan tanah secara terus menerus.

Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi lahan pertanian juga

terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah yang

lebih besar.

Menurut publikasi Pikiran Rakyat (dalam Sudiana, 2012, hlm.2), pada

tahun 2005 masih tersedia lahan pertanian seluas 25 juta hektar, namun terus

menyusut hingga tahun 2010 tersisa 13,2 juta hektar yang terdiri atas lahan basah

7,7 juta hektar dan lahan kering 5,5 juta hektar. Penyusutan atau konversi lahan

pertanian sangat intensif terjadi di pulau Jawa, yang mencapai 79,3% atau 10,02

juta hektar, berhubung lebih dari 60% penduduk tinggal di Jawa sedangkan

luasnya tidak lebih dari 7% dari daratan Indonesia. Tingkat konversi tertinggi

terjadi di Jawa Barat.

Alih fungsi lahan pertanian produktif sulit dihindari, seiring dengan

tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan industri,

infrastruktur dan pemukiman. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010),

pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan

laju pertumbuhan 1,49%. sp2010.bps.go.id/

Meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri,

perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat.

Sementara ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam

pemanfaatan lahan.

Lahan pertanian sangat bermanfaat baik dari aspek ekonomi, sosial

maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat

adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan dampak negatif secara lingkungan

fisik, ekonomi dan sosial. Persoalan alih fungsi lahan dapat merugikan petani

(5)

ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian, jika lahan pertanian

berkurang bahkan hilang, maka berkurang pula sarana produksi dan penghasilan

petani.

Alih fungsi lahan berarti menyusutnya sarana produksi petani yang

menyebabkan berkurang pula pendapatan petani sehingga petani mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan yang dianggap

tidak cukup dan lahan sebagai sarana produksi yang semakin berkurang

menyebabkan para petani meninggalkan bahkan kehilangan pekerjaan sebagai

petani. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya perubahan orientasi pekerjaan

pada para petani.

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai pilihan seseorang atau

kecenderungan untuk memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Para petani yang sebelumnya sangat bergantung pada sektor pertanian

sebagai pekerjaannya kini banyak diantara mereka tidak bisa bertani kembali.

Ketika orientasi pekerjaan petani berubah karena adanya alih fungsi lahan,

masyarakat yang pada mulanya berkerja sebagai petani akan mengandalkan

pekerjaan pada sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian

masyarakat yang memiliki keahlian akan bekerja pada pekerjaan lain di luar

sektor pertanian seperti sektor industri atau jasa, sementara mereka yang tidak

memiliki keahlian lain akan menjadi pengangguran. Kemiskinan dan

pengangguran jika dibiarkan dapat memicu masalah sosial lain seperti kejahatan,

peperangan dan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat.

Selain itu dampak sosial alih fungsi lahan juga dapat berupa masalah

kependudukan. Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan banyak penduduk

desa yang pergi ke kota karena di kota banyak didirikan pusat-pusat industri yang

dapat menyerap tenaga kerja, sementara pekerjaan di desa semakin berkurang

karena banyaknya sarana produksi pertanian yang beralih fungsi menjadi

pemukiman. Hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi yang menyebabkan

ledakan jumlah penduduk di kota. Jumlah penduduk yang besar di kota

(6)

pula pada sanitasi lingkungan, pemukiman kumuh, kriminalitas dan lain

sebagainya.

Dalam penelitian Rustandi (2009) di Kecamatan Cileunyi, diperoleh

informasi bahwa sebelum terjadi konversi lahan, khususnya pada tahun 1994

mata pencaharian pokok responden yang paling banyak adalah wiraswasta

51,39%, PNS 18,05%, petani penggarap dan pemilik 11.11%, petani buruh

14,17%, petani penyewa dan penggarap 14,17%, pedagang 7,8% dan belum

bekerja 8,33%. Setelah terjadi konversi lahan pada tahun 2008 mata pencaharian

pokok penduduk mengalami perubahan yaitu, wiraswasta 47,22%, PNS 22,22%,

petani buruh 12,5%, penggarap pemilik 9,72%, pedagang 6,95% dan jasa 1,39%.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok

sebagai petani (penggarap dan pemilik), petani (penyewa dan penggarap) dan

buruh tani mengalami penurunan.

Selanjutnya berdasarkan penelitian Komala (2011), dapat diketahui bahwa

terdapat perubahan luas kepemilikan lahan di Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak

Kabupaten Subang, perubahan fungsi lahan yang digunakan penduduk sebagai

lahan permukiman mereka sendiri, dan perubahan fungsi lahan diakibatkan oleh

pengalihfungsian lahan pertanian. Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ada

perubahan pada mata pencaharian penduduk, sebelum alih fungsi lahan pertanian

mata pencaharian yang mendominasi penduduk adalah petani sawah. Namun

setelah adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman, mata

pencaharian mereka sebagai petani sawah mengalami perubahan, kebanyakan

dari mereka memilih menjadi petani kebun, petani tegalan, dan menjadi pedagang.

Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terus terjadi

secara tidak terkendali, hal ini dapat menjadi ancaman tidak hanya bagi petani,

lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tetapi hal ini bisa menjadi masalah

nasional dan mengancam ketahanan pangan.

Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Desa

Padaasih. Desa Padaasih letaknya berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan

dapat dikategorikan sebagai daerah pinggiran karena merupakan wilayah yang

(7)

permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran

yang dapat menyebabkan perubahan secara fisik seperti perubahan tata guna lahan,

demografi, keseimbangan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi.

Meningkatnya pemukiman di daerah Desa Padaasih merupakan realisasi dari

meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Selain itu harga tanah

dan rumah di Desa Padaasih lebih rendah dibandingkan dengan harga tanah dan

rumah di Kota Cimahi menjadi alternatif untuk memilih pemukiman di kawasan

Desa Padaasih yang kemudian mendorong adanya alih fungsi lahan pertanian

menjadi lahan pemukiman.

Pada tahun 2010 Desa Padaasih memiliki luas desa 481.3 Ha dengan luas

lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian 382.85 Ha dan luas lahan

pemukiman 49 Ha, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan

No. Wilayah Menurut Penggunaan Jumlah Ha Jumlah %

1. Pemukiman 49 Ha 10

2. Persawahan 167 Ha 35

3. Tegal/Ladang 215.85 Ha 45

4. Hutan 42.00 Ha 8

4. Lain-Lain 7.45 Ha 2

Jumlah 481.3 Ha 100

Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan pertanian di Desa

Padaasih pada tahun 2010 adalah 80% dan lahan yang digunakan sebagai

pemukiman 10 % dari keseluruhan luas desa. Lahan ini berupa lahan pesawahan

(8)

Gambar 1.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Berdasarkan data daftar isian desa dan kelurahan tahun 2012 luas

pemukiman di desa Padaasih mengalami peningkatan. Untuk perbandingan yang

[image:8.595.113.534.110.340.2]

lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih

Luas Pemukiman

2010 2012 Perubahan

49 Ha 51 Ha + 2 Ha

Sumber: Profil Desa Padaasih Tahun 2010 dan Daftar Isian Potensi

Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012

Pada tahun 2010 tercatat luas pemukiman adalah 49 Ha, namun pada tahun

2012 luas pemukiman di desa Padaasih adalah 51 Ha. Jadi dalam kurun waktu dua

tahun terjadi pertambahan luas area pemukiman sebanyak 2 Ha yang seluruhnya

merupakan lahan pertanian baik sawah maupun ladang atau tegalan. Pertambahan

lahan pemukiman ini berasal dari lahan pertanian yang sebelumnya digarap oleh

warga. Mayoritas tanah yang beralih fungsi bukan merupakan tanah milik warga

Desa Padaasih itu sendiri, tetapi merupakan tanah milik orang luar Desa Padaasih,

sedangkan warga desa Padaasih hanya sebagai buruh tani dan bukan pemilik lahan.

10%

35%

45% 8%

2%

Pemukiman

Persawahan

Tegal/Ladang

Hutan

(9)

Pembangunan di wilayah ini lebih banyak untuk perumahan. Banyak

kontraktor perumahan (developer) yang membangun perumahan karena wilayah

ini merupakan daerah pinggiran kota yang berbatasan dengan Kota Cimahi.

Berikut nama-nama perumahan yang dibangun di Desa Padaasih:

Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih

No. Nama Perumahan Luas / m2 Lokasi

1. Pesona Alam 30.000 RW 08

2. Taman Kayu Manis 7.000 RW 09

3. Padaasih Residence 20.000 RW 08

4. Pancanaka Orchid Hill 17.500 RW 11

5. Cimahi City View 10.500 RW 12

6. Bukit Parama Regency 20.000 RW 15

Sumber : Desa Padaasih 2013

Selain perumahan-perumahan di atas banyak pula lahan pertanian yang

digunakan sebagai perumahan yang dibangun oleh pemilik lahan secara pribadi

dan tidak dikelola oleh pengembang perumahan sehingga tidak memiliki izin

secara resmi. Jadi dapat disimpulkan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan

pertanian sebanyak 105.000 m2 atau 10,5 Ha, dimana alih fungsi lahan seluas 2

Ha terjadi pada tahun 2010-2012 dan sisanya terjadi sebelum tahun 2010 yang

memiliki izin dan terdaftar di desa.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa Padaasih

menyebabkan meningkatnya luas lahan pemukiman dan perubahan orientasi

pekerjaan penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang memiliki pekerjaan di

sektor pertanian lebih dominan dibandingkan penduduk yang memiliki pekerjaan

(10)
[image:10.595.127.548.132.332.2]

Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 127 orang 186 orang 313 orang 8

2. Pegawai Negeri Sipil 54 orang 35 orang 89 orang 2

3. Pengusaha dan Pedagang 44 orang 6 orang 50 orang 1

4. Peternak 315 orang 3 orang 318 orang 9

5. Buruh Tani 1605 orang 612 orang 2217 orang 58

6. Petani 306 orang 15 orang 321 orang 9

7. Lain-Lain 103 orang 396 orang 499 orang 13

Jumlah 2.554 orang 1.253 orang 3.807 orang 100

Sumber : Profil Desa Padaasih 2010

Berdasarkan tabel di atas 67% atau 2.538 orang dari 3.807 orang penduduk

yang bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh

tani maupun petani. 33% sisanya memiliki pekerjaan di berbagai sektor selain dari

sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010

Saat ini hanya 50% penduduk yang mempunyai pekerjaan di bidang

pertanian, sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian di bidang

perdagangan, buruh, wiraswasta, pegawai negeri dan penyedia jasa. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

8%

2%

1%

9%

58% 9%

13% Buruh Swasta Dan Migran

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha dan Pedagang

Peternak

Buruh Tani

Petani

[image:10.595.148.529.442.643.2]
(11)
[image:11.595.124.548.131.328.2]

Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1. Buruh Swasta dan Migran 1570 orang 163 orang 1733 orang 34

2. Pegawai Negeri Sipil 69 orang 24 orang 93 orang 2

3. Pengusaha dan Pedagang 46 orang 1 orang 47 orang 1

4. Peternak 569 orang - 596 orang 11

5. Buruh Tani 1569 orang 226 orang 1795 orang 36

6. Petani 703 orang 3 orang 706 orang 14

7. Lain-Lain 36 orang 43 orang 79 orang 2

Jumlah 4.562 orang 460 orang 5.022 orang 100

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas 50% atau 2.501 dari 5.022 orang penduduk

bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani

maupun petani. 50% sisanya memiliki pekerjaan dalam berbagai sektor selain

[image:11.595.114.529.439.644.2]

sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012

Berubahnya orientasi pekerjaan yang disebabkan alih fungsi lahan menjadi

penting untuk diteliti karena perubahan orientasi kerja pada masyarakat Desa

Padaasih tidak hanya dapat berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif.

34%

2%

1% 11%

36% 14%

2%

Buruh Swasta dan Migran

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha dan Pedagang

Peternak

Buruh Tani

Petani

(12)

Alih fungsi lahan di desa Padaasih dapat menyebabkan perubahan sosial karena

adanya perubahan lingkungan fisik akibat alih fungsi lahan yang awalnya

digunakan sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan perubahan

yang terjadi pada masyarakat sebagai dampak alih fungsi lahan seperti misalnya

berubahnya orientasi pekerjaan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani

menjadi bekerja di sektor non pertanian.

Selain itu masalah sosial karena faktor ekonomi juga mengancam

masyarakat. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan masalah sosial seperti

kemiskinan, pengangguran, ledakan penduduk di perkotaan akibat urbanisasi,

kriminalitas dan sebagainya. Persoalan alih fungsi lahan tidak hanya menjadi

ancaman baik bagi petani, lingkungan fisik, ekonomi, maupun lingkungan sosial

di tempat tersebut, tetapi alih fungsi lahan dapat berpengaruh secara luas,

mempengaruhi ketahanan pangan dan dapat menjadi masalah nasional. Hal inilah

yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, dapat di

identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Luas lahan pertanian semakin berkurang dan mengalami alih fungsi

menjadi lahan non pertanian.

2. Para petani kehilangan lahan garapannya yang berarti kehilangan

pekerjaan dan sumber penghasilan mereka

3. Alih fungsi lahan memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif

bagi lingkungan fisik, ekonomi dan sosial serta dapat menyebabkan

masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas

serta meningkatnya laju urbanisasi.

4. Berubahnya orientasi pekerjaan para petani yang lahan garapannya

(13)

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi alih fungsi lahan pertanian

di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya ?

2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan

penduduk ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Umum

Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan peneliti ingin

memaparkan dan memberikan informasi bagaimana dampak alih fungsi

lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan

pedesaan yang bersangkutan.

2. Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di

Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya.

b. Mengevaluasi dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan

penduduk di Desa Padaasih.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan mengenai permasalahan dampak alih fungsi lahan terhadap

perubahan orientasi pekerjaan di Desa Padaasih khususnya dalam kajian

(14)

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

pemerintah maupun masyarakat mengenai dampak alih fungsi lahan terhadap

perubahan orientasi kerja di Desa Padaasih, sehingga dapat dilakukan upaya

untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi pada masyarakat Desa

Padaasih akibat adanya alih fungsi lahan pertanian. Manfaat praktis dari

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai masukan bagi masyarakat setempat untuk menggunakan lahan

sesuai dengan fungsinya khususnya lahan pertanian.

b. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk menentukan kebijakan

dalam pembangunan kewilayahannya terkait dengan alih fungsi lahan

pertanian.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan

terhadap proses alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang subur dan

produktif.

d. Sebagai sumbangan pemikiran khususnya pada ilmu sosiologi.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai

dengan panduan karya tulis ilmiah (2013) yang telah ditentukan oleh Universitas

Pendidikan Indonesia, Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian

pustaka. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV

berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi

penelitian, deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan implikasi

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena Desa

Padaasih merupakan sebuah desa yang mengalami alih fungsi lahan pertanian

yang cukup tinggi sementara masyarakat Desa Padaasih mayoritas memiliki

pekerjaan di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Lahan yang

pada awalnya merupakan lahan pertanian mengalami alih fungsi menjadi lahan

nonpertanian, sehingga banyak petani penggarap dan buruh tani yang kehilangan

lahan garapan sekaligus kehilangan pekerjaan dan pendapatan mereka, hal ini

menyebabkan banyak masyarakat yang pada awalnya bekerja sebagai petani

merubah orientasi pekerjaan mereka menjadi pekerjaan di luar sektor pertanian

dan tidak lagi bekerja untuk mengolah lahan pertanian.

2. Subjek Penelitian

Nasution (2003, hlm. 32) mengemukakan bahwa, “dalam penelitian

kualitatif yang dijadikan subjek penelitian sebagai sumber informasi hanyalah

subjek yang dapat memberikan informasi.” Hal ini sesuai dengan pendapat

Moleong (2007, hlm. 165) bahwa “... pada penelitian kualitatif tidak ada sampel

acak tetapi sampel bertujuan”. Subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak

yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi

yang dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan

Desa Padaasih yang dapat memberikan informasi atas permasalahan yang peneliti

kaji. Adapun yang dijadikan subjek sebagai sumber informasi dalam penelitian

tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan adalah:

a. Tokoh dan aparatur Desa Padaasih yaitu, Aa Komara, Taufik dan Asep

Sulaeman.

(16)

c. Penggarap dan buruh tani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi yaitu,

Ade Suganda, Ujang, Dadang, Jaja, Uhin, Titin, Didin dan Acih.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif karena permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi

mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang perubahan orientasi

pekerjaan sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

Data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara mendalam (depth

interview), catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi

lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin

menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan

tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

adalah dengan mencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku

dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007, hlm. 4), “metodologi

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.”

Selanjutnya Kirk dan Miller dalam Moleong (2007, hlm. 4)

mendefinisikan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada

manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahannya.”

Jadi penelitian kualitatif menurut Moleong (2007, hlm. 6) adalah

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena ingin mengamati fenomena

atau peristiwa alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa

Padaasih dan dampaknya terhadap perubahan orientasi penduduk. Pendekatan

(17)

perubahan orientasi pekerjaan yang dialami masyarakat Desa Padaasih dan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan

angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang

perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan di

Desa Padaasih.

C. METODE PENELITIAN

Kartono (1990, hlm. 20) mengemukakan bahwa:

Metodologi penelitian berasal dari bahasa Yunani, yaitu Methodos (jalan sampai), meta hodos (jalan). Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Jadi metode penelitian adalah jalan atau cara berfikir dan berbuat yang telah disusun secara terencana untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus,

menurut Arikunto (2010, hlm. 185):

Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh

informasi yang mendalam tentang perubahan orientasi pekerjaan masyarakat

dalam kaitannya ilmu sosiologi mengenai perubahan sosial pada masyarakat

khususnya di Desa Padaasih.

Sesuai dengan hal tersebut diharapkan bahwa penelitian yang akan

dilakukan peneliti di Desa Padaasih dapat secara komprehensif untuk dapat

mengungkap fakta-fakta mengenai bagaimana perubahan orientasi pekerjaan

penduduk di Desa Padaasih, peneliti merupakan instrumen penting yang berusaha

mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik

pengumpulan data lainnya. Peneliti tidak hanya melakukan observasi secara

langsung dan wawancara dengan bertatap muka, akan tetapi mempelajari juga

(18)

terjadi alih fungsi lahan, kehidupan subjek setelah merubah orientasi pekerjaan

dan pandangan para tokoh masyarakat setempat. Hal tersebut dilakukan untuk

mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai bagaimana perubahan orientasi

pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di Desa Padaasih.

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Orientasi Pekerjaan

Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai sikap, pandangan dan

kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan yang

dimaksud pada penelitian ini adalah lapangan pekerjaan yang menjadi pilihan

petani penggarap atau pemilik lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan di

Desa Padaasih.

2. Lahan

Arsyad (2007, hlm. 207) menyatakan bahwa:

Lahan diartikan sebagai bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup lingkungan fisik.yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Lahan yang dimaksud di sini adalah lahan yang difungsikan sebagai lahan

pertanian.

3. Alih Fungsi Lahan

Harsono (1995, hlm. 13) mengemukakan:

Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas lahan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan yang lain.

Alih fungsi lahan yang dimaksud di sini adalah perubahan fungsi lahan

dari fungsinya sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman di Desa

Padaasih.

4. Dampak Alih Fungsi Lahan

Rusman dkk (1991, hlm. 2) menyatakan “dampak yaitu perubahan

(19)

tersebut berakibat pada penyempitan lahan pertanian.” Dalam hal ini dampak alih

fungsi lahan adalah sampai sejauh manakah penyempitan lahan pertanian tersebut

mempunyai dampak terhadap peruubahan orientasi pekerjaan pada masyarakat

Desa Padaasih.

5. Desa Padaasih

Desa Padaasih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Cisarua Kabupaten Bandung Barat yang memiliki luas wilayah 481.3 Ha dan

merupakan daerah pinggiran kota karena berbatasan dengan Kota Cimahi.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008, hlm.

222) bahwa “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuanya”.

Dalam penelitian tentang perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak

alih fungsi lahan, peneliti melakukan observasi dan wawancara secara mendalam,

untuk memahami dan menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam

ucapan dan perilaku informan. Peneliti sendiri adalah sebagai pembangun realitas

atas dasar pengamatan dan pengalaman di lapangan. Di samping orang-orang

yang menjadi subjek penelitian tersebut, latar, situasi dan kondisi keseharian

masyarakat Desa Padaasih juga dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini.

Selanjutnya Sugiyono (2008, hlm. 223) mengemukakan bahwa:

(20)

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri,

namun setelah fokus penelitian jelas, dapat dikembangkan intrumen penelitian

yang dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan dari

observasi dan wawancara.

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada kriteria baku mengenai berapa

jumlah informan yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti

berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak

menemukan informasi baru dalam penelitian. Dengan kata lain, peneliti berhenti

mewawancarai hingga mereka bertindak dan berfikir sebagai anggota kelompok

yang sedang diteliti.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti memulai melakukan wawancara

kepada informan yang sudah dikenal, dan dari mereka peneliti meminta rujukan

siapa lagi orang yang mempunyai pengalaman atau karekteristik serupa. Demikian

juga dengan informan selanjutnya. Jadi prosesnya seperti bola salju (snowball),

sampai peneliti memperoleh jumlah subjek yang memadai.

F. PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Proses pengembangan instrumen diantaranya adalah pengujian keabsahan

data dalam penelitian kualitatif, Moleong (2007, hlm. 324) mengemukakan

bahwa:

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confrimability).

Sugiyono (2008, hlm. 270) mengemukakan bahwa “uji keabsahan data

meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas).” Lebih jelas akan

(21)

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas dilakukan meningkatkan derajat kepercayaan dari

penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kuantitatif uji kredibilitas dapat

disebut dengan validitas internal. Moleong (2007, hlm. 324) mengemukakan

bahwa:

Kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru. Dengan begini berarti hubungan peneliti dan

narasumber semakin akrab, semakin mempercayai sehingga tidak ada

informasi yang disembunyikan lagi sehingga data yang diperoleh valid.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dan wawancara yang

berulang-ulang kepada sumber data. Pertemuan tidak hanya dilakukan satu

kali tetapi berkali-kali sehingga semakin akrab dan setiap pertemuan dapat

memperoleh data baru dan memperkuat data yang diperoleh sebelumnya.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan demikian maka kepastian data dan

urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Ketekunan

pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi

yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam

penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian secara terus-menerus

(22)

mengenai perubahan orientasi pekerjaan masyarakat sebagai dampak alih

fungsi lahan di Desa Padaasih.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Data yang

telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan (membercheck) dari sumber data

tersebut. Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang

diperoleh dari berbagai sumber baik data hasil wawancara, hasil observasi

dan data yang diperoleh dari dokumentasi.

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan teknik yang

berbeda tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan

atau yang berbeda untuk memastikan data mana yang benar. Triangulasi

teknik dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap data hasil

penelitian dengan berbagai teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh

dengan sebuah teknik dibandingkan dengan data yang diperoleh dari

teknik pengumpulan data lainnya.

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari ketika narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih

(23)

Untuk itu pengecekan kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain

dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya. Tujuan triangulasi adalah untuk mengecek

kebenaran data dengan membandingkan data dari berbagai sumber, data

yang diperoleh dengan berbagai teknik dan data yang diperoleh dari waktu

yang berbeda, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang akurat.

d. Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif

berarti peneliti mencari data berbeda bahkan bertentangan dengan data

yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi disini maksudnya adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya,

data hasil wawancara didukung oleh adanya rekaman wawancara, dan lain

sebagainya. Dalam penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan

perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen yang autentik, sehingga lebih

dipercaya.

f. Mengadakan membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Apabila data yang diberikan telah disepakati pemberi data berarti datanya

valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Dalam penelitian ini

membercheck dilakukan dengan cara melaporkan kembali hasil wawancara

kepada informan untuk mendapat tanggapan, tambahan bahkan koreksi

atas interpretasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap jawaban-jawaban

(24)

2. Pengujian Transferability

Pengujian keteralihan (transferability) dalam penelitian kuantitatif disebut

dengan validitas eksternal untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan pada situasi yang berbeda. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 276):

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakaian, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. peneliti sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.

Oleh karena itu peneliti dalam menulis laporan harus memberikan uraian

rinci, sistematis, jelas dan dapat dipercaya agar orang lain dapat memahami hasil

penelitian dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di lokasi dan situasi

yang berbeda.

3. Pengujian Dependability

Pengujian kebergantungan (dependability) dalam penelitian kuantitatif

disebut dengan reliabilitas. Suatu penelitian dikatakan reliabel jika dilakukan

beberapa kali pengulangan terhadap suatu penelitian dalam suatu kondisi yang

sama hasilnya sama. Sugiyono (2008, hlm. 277) mengemukakan bahwa :

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Peneliti harus bisa menunjukkan aktivitas lapangannya dengan

menunjukkan bagaimana peneliti menentukan masalah, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis data, uji keabsahan data hingga

membuat kesimpulan.

4. Pengujian Confirmability

Pengujian kepastian (confirmability) dalam penelitian kuantitatif disebut

dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila hasil

penelitian disepakati banyak orang. Uji konfirmability dan uji dependability dapat

dilakukan bersamaan karena keduanya memiliki kemiripan. Menurut Sugiyono

(25)

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Sesuatu yang dianggap objektif berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat

dipastikan. Sehingga apabila penelitian tersebut objectif maka hasil penelitian

tersebut dapat dipercaya.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang ditempuh peneliti untuk

mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dilaksankan sejak tanggal

21 Desember 2013 - 17 Juli 2014. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Kartono (1990, hlm. 157) mengemukakan bahwa “observasi ialah studi

yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam

dengan jalan pengamatan dan pencatatan.” Ada beberapa alasan mengapa dalam

penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang

diungkapkan Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007, hlm. 174) sebagai berikut

ini:

a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, mengenai kekeliruan data atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut adalah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi yang rumit.

(26)

Teknik pengumpulan data dengan observasi/pengamatan digunakan untuk

menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian perubahan orientasi

pekerjaan dan alih fungsi lahan di Desa Padaasih, untuk menjawab pertanyaan,

untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi. Observasi

dilaksanakan sejak 21 Desember 2013 – 10 Mei 2014, dalam observasi peneliti

mengamati:

a. Kondisi dan situasi lingkungan Desa Padaasih

b. Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan

c. Penggunaan lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan

d. Dampak positif dan negatif akibat adanya alih fungsi lahan

e. Para petani korban alih fungsi lahan

f. Orientasi pekerjaan penduduk setelah alih fungsi lahan

g. Perbandingan kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan

setelah terjadi alih fungsi lahan

2. Wawancara

Kartono (1990, hlm. 187) mengungkapkan “interview atau wawancara itu

adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang

duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.”

Wawacara mendalam ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih

mendalam mengenai permasalahan yang diangkat agar informasi dan data yang

diperoleh lebih akurat.

Menurut Kriyantono (dalam Ardianto, 2010, hlm. 178-179) wawancara

mendalam (intensive/depth interview) adalah

(27)

Pada wawancara mendalam, peneliti berhenti mewawancarai hingga ia bertindak dan berpikir sebagai anggota-anggota kelompok yang sedang diteliti atau jika peneliti merasa data yang terkumpul sudah jenuh (tidak ada sesuatu yang baru), ia bisa mengakhiri wawancara. Kedua, menyediakan latar belakang secara perinci (detailed back-ground) mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Ketiga, peneliti tidak hanya memperhatikan jawaban verbal informan, tetapi juga respons-respons nonverbal. Keempat, dilakukan pada waktu yang lama berkali-kali. Kelima, memungkinkan memberi pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lainya. Keenam, sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang

diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkunganya, untuk

menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti,

tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini wawancara

ditujukan kepada masyarakat yang menjadi subjek penelitian di Desa Padaasih.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur

karena sebelumnya peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan

diajukan kepada informan. Wawancara dilakukan sejak 3 Januari 2014 – 17 Juli

2014. Teknik wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan data sebagai

berikut:

a. Identitas subjek penelitian

b. Luas kepemilikan lahan dan status kepemilikan lahan

c. Luas lahan garapan

d. Lokasi lahan yang digarap

e. Luas lahan yang beralih fungsi

f. Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan

g. Penggunaan lahan pertanian setelah terjadi alih fungsi lahan

h. Dampak positif dan negatif akibat adanya alih fungsi lahan

i. Orientasi pekerjaan penduduk setelah alih fungsi lahan

j. Perbandingan kesejahteraan masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan

setelah terjadi alih fungsi lahan

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam

(28)

a. Tokoh dan aparatur Desa Padaasih yaitu, Aa Komara, Taufik dan Asep

Sulaeman.

b. Pemilik lahan pertanian yang mengalami alih fungsi yaitu, Nani.

c. Penggarap dan buruh tani yang lahan garapannya mengalami alih fungsi yaitu,

Ade Suganda, Ujang, Dadang, Jaja, Uhin, Titin, Didin dan Acih.

3. Catatan Lapangan

Moleong (2007, hlm. 208), mengemukakan bahwa “peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan.”

Pada waktu berada di lapangan membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau

tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan

seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok

inti pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram

dan lain-lain. Catatan itu baru dirubah ke dalam catatan yang lengkap dan

dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah. Proses itu dilakukan

setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak boleh

dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang

bersifat sementara.

Selanjutnya Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007, hlm. 209) catatan

lapangan adalah “catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian kualitatif.”

Catatan lapangan berisi deskripsi dari hasil observasi di lapangan

mengenai poin-poin yang diamati serta hasil dari wawancara dengan para

informan mengenai data yang diperlukan untuk keperluan penelitian. Selain itu

catatan lapangan berisi refleksi peneliti terhadap hasil observasi dan hasil

wawancara.

Jadi pembuatan catatan lapangan sangat dibutuhkan dalam penelitian

kualitatif karena dengan adanya catatan lapangan peneliti dapat meningkatkan

keabsahan data dan dapat menghindari kesalahan karena faktor lupa atau karena

(29)

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan

berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian. Studi literatur bertujuan untuk menunjang analisis

terhadap masalah yang diteliti dengan mempelajari prinsip, konsep maupun

pendapat para ahli untuk memperkuat asumsi-asumsi agar tidak keluar dari

konteks keilmuan.

Peneliti mencari buku-buku yang relevan dengan judul penelitian. Studi

literatur memuat paradigma, teori dan konsep yang akan memberikan

pemahaman dan pengetahuan yang luas bagi peneliti untuk mengkaji secara

mendalam permasalahan yang diteliti, sehingga masalah dalam penelitian ini

dapat diposisikan sesuai dengan teori-teori sehingga ada kejelasan dan relevansi

antara teori dengan masalah-masalah yang diteliti.

Literatur yang digunakan seperti buku-buku yang berhubungan dengan

penelitian kualitatif, penelitian sosial, alih fungsi lahan (konversi), perubahan

pekerjaan, dampak sosial pembangunan, perubahan sosial, sosiologi dan

sebagainya.

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif

yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat seperti yang diungkapkan

Moleong (2007, hlm. 161), yaitu: “...dokumen sebagai sumber data untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”. Sedangkan Arikunto (1998,

hlm. 236) menjelaskan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara

mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Jadi studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai sumber data seperti peta, dokumen atau data-data dari

instansi pemerintah. Penggunaan teknik ini adalah untuk mendapatkan data

dalam rangka menganalisis permasalahan yang sedang diteliti.

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(30)

b. Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan (PRODESKEL) Desa Padaasih

tahun 2012

c. Buku Register Surat Keterangan Kelahiran Desa Padaasih Tahun 2014

d. Buku Register Surat Keterangan Kematian Desa Padaasih Tahun 2014

e. Buku Mutasi Penduduk Tahun 2014

f. Peta Desa Padaasih

g. Peta lokasi perumahan

Selain itu pada penelitian ini menggunakan data hasil pemotretan pada

daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian agar didapat data yang akurat

dengan didukung oleh foto-foto hasil dokumentasi lapangan seperti:

a. Foto kondisi lokasi penelitian

b. Foto wawancara dengan informan

c. Foto lahan pertanian yang mengalami alih fungsi

d. Foto perumahan yang didirikan di lahan yang awalnya difungsikan sebagai

lahan pertanian.

H. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian yang pertama kali dilakukan adalah memilih

masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan

keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Setelah masalah,

lokasi dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang subjek yang diteliti.

Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang diteliti serta masalah yang

dirumuskan dianggap relevan dengan kondisi objektif di lapangan, selanjutnya

peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksankan penelitian, terlebih

dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk melaksanakan penelitian Kepada

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi sebagai pegantar untuk

mendapatkan surat izin penelitian dari Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan

(31)

b. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

(KESBANGLINMAS) Kabupaten Bandung Barat mengeluarkan surat izin

penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Kantor Dinas Pertanian

Perkebunan dan Kehutanan (DISTANBUDHUT) Kabupaten Bandung Barat,

Kepala Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten Bandung Barat, dan Kepala Kecamatan Cisarua.

c. Kepala Kecamatan Cisarua mengelarkan surat izin penelitian untuk

disampaikan kepada kepala Desa Padaasih.

d. Kepala Desa Padaasih mengijinkan untuk melaksanakan penelitian di

wilayahnya selama batas waktu yang ditentukan.

2. Tahap Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka peneliti mulai terjun ke lapangan

untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk

mengumpulkan data dari informan. Selain mengumpulkan hasil observasi dan

studi dokumentasi di lapangan peneliti juga memperoleh data melalui wawancara

dengan informan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

a. Menghubungi Kecamatan Cisarua untuk meminta izin melaksanakan

penelitian dan mencari informasi.

b. Mengubungi kepala Desa Padaasih untuk meminta izin melaksanakan

penelitian dan mencari informasi.

c. Mengadakan wawancara kepada kepala Desa Padaasih dan meminta data.

d. Menentukan informan yang akan diwawancara.

e. Menghubungi informan yang akan diwawancara.

f. Mengadakan wawancara dengan informan sesuai dengan kesepakatan

sebelumnya.

g. Membuat catatan hasil wawancara dan studi dokumentasi.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan informan, peneliti

menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan. Data yang

(32)

dukung oleh dokumen lainnya. Demikian seterusnya sampai peneliti memperoleh

data yang lengkap untuk mendukung penelitian ini.

I. ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab

rumusan masalah dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data hingga

data yang di dapatkan mencapai titik jenuh. Miles dan Huberman dalam Sugiyono

(2008, hlm. 246) menyatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh.”

Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam,

catatan lapangan, studi literatur dan studi dokumentasi yang dilakukan di Desa

Padaasih. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sebelum proses penelitian,

selama proses penelitian sekaligus proses pengumpulan data dan setelah

melakukan penelitian.

Analisis data kualitatif berdasarkan model Miles dan Haberman dalam

Sugiyono (2008, hlm. 246) terdiri atas tiga aktivitas yaitu, “data reduction, data

display dan conclusion drawing/ferification.” Ketiga rangkaian aktivitas teknik

analisis peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Data Reduction

Arikunto (2010, hlm. 29) menyatakan bahwa “reduksi data merupakan

proses penyelesaian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, dan

pentransformasian data.” Reduksi data dilakukan secara berkesinambungan mulai

dari awal pengumpulan data sampai selesai. Inti dari reduksi data adalah

menyiapkan dan mengolah data dalam rangka penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, dipilah-pilah, terinci

secara sistematis, kemudian memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian yaitu perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih fungsi lahan di

Desa Padaasih. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

(33)

terkumpul dan hasil catatan lapangan dengan cara merangkum,

mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Data Display

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan

menyusun atau menyajikan ke dalam matriks, tabel dan bentuk representasi visual

lainya yang sesuai dengan keadaan data. Arikunto (2010, hlm. 30) menyatakan

bahwa “penyajian data menemukan makna dari data, disusun secara sistematis,

supaya diperoleh sajian singkat dan efektif, artinya tidak ada makna ganda.”

Sugiyono (2008, hlm. 249) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada penelitian ini penyajian data menggunakan teks naratif mengenai

hasil penelitian di Desa Padaasih. Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan

data yang terperinci dan menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan

rumusan masalah sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data

selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil

penelitian yang diperoleh. Display data dalam penelitian ini dipergunakan untuk

menyusun informasi mengenai perubahan orientasi pekerjaan sebagai dampak alih

fungsi lahan di Desa Padaasih untuk menghasilkan suatu gambaran dan hasil

penelitian secara tersusun.

3. Conclusion Drawing/Ferification

Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang

dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh

dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan

terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengungkap permasalahan

di Desa Padaasih berkenaan dengan perubahan orientasi pekerjaan penduduknya

sebagai dampak dari adanya alih fungsi lahan.

Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data

lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah

(34)

keabsahanya melalui beberapa teknik uji keabsahan data meliputi uji, credibility

(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas)

dan confirmability (obyektivitas).

Kesimpulan diambil secara bertahap yaitu pertama berupa kesimpulan

sementara. Dengan bertambahnya data kemudian dilakukan verifikasi data yaitu

dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun

disajikan), setelah hal itu dilakukan, peneliti baru mengambil keputusan akhir.

Kesimpulan/verifikasi dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang

telah dilaksanakan sehingga dapat menyimpulkan apa yang terjadi dan bagaimana

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab alih fungsi lahan di Desa Padaasih disebabkan oleh faktor yang beragam yaitu,

lokasi Desa Padaasih yang berbatasan dengan Kota Cimahi, pertumbuhan

penduduk yang terus meningkat, faktor ekonomi, dan pemilik lahan pertanian

yang bukan merupakan warga Desa Padaasih. Setelah mengalami alih fungsi

lahan, lahan-lahan pertanian di Desa Padaasih beralih fungsi menjadi lahan

perumahan yang didirikan oleh pengembang perumahan atau developer. Alih

fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan di Desa Padaasih menimbulkan

dampak positif sekaligus dampak negatif secara fisik, ekonomi dan sosial yang

dirasakan oleh masyarakat Desa Padaasih.

Alih fungsi lahan menyebabkan terjadinya perubahan orientasi pekerjaan

masyarakat dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerjaan di sektor non

pertanian. Pekerjaan yang dipilih masyarakat beragam diantaranya bekerja sebagai

kuli bangunan, satpam, pedagang, pekerja home industry, pembantu rumah tangga

dan pegawai pabrik. Alasan masyarakat memilih pekerjaan baru di luar sektor

pertanian karena mereka tidak memiliki pilihan lain akibat dari keterbatasan usia

dan pendidikan. Namun tidak semua korban alih fungsi lahan mengubah orientasi

pekerjaannya, adapula masyarakat yang tetap bertahan sebagai penggarap dengan

mencari lahan garapan lain dengan luas yang lebih sempit. Alasan

mempertahankan pekerjaan sebagai petani karena tidak mempunyai keahlian lain

selain bertani, selain itu usia yang tidak lagi muda dan terbatasnya pendidikan

menjadi kendala untuk mendapatkan pekerjaan yang lain. Kesejahteraan

masyarakat sebelum terjadi alih fungsi lahan dan setelah terjadinya alih fungsi

(36)

menjalani pekerjaan sebagai petani karena penghasilan yang didapatkan lebih

besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV, peneliti

bermaksud memberikan rekomendasi dan saran yang dapat diajukan terkait

dengan hasil penelitian mengenai alih fungsi lahan di Desa Padaasih sebagai

berikut:

1. Bagi Masyarakat Desa Padaasih

a. Masyarakat Desa Padaasih agar lebih meningkatkan taraf pendidikan

masyarakat untuk kemajuan Desa Padaasih.

b. Masyarakat Desa Padaasih agar memanfaatkan uang ganti rugi untuk

membeli lahan baru atau digunakan sebagai modal usaha.

2. Bagi Pemilik Lahan

a. Pemilik lahan agar mempertimbangkan nasib para penggarap dan buruh

tani dalam menjual lahan pertanian.

b. Pemilik lahan agar menjual lahan pertaniannya untuk difungsikan sebagai

lahan pertanian lagi dan bukan untuk pemanfaatan non pertanian.

3. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah membuat kebijakan yang tegas dalam perencanaan tata ruang

kaitannya dengan penggunaan lahan yang disertai pendataan dan

pengawasan dalam implementasi kebijakan agar pelaksanaan di lapangan

dapat berjalan dengan efektif.

b. Pelaksanaan kebijakan publik mengenai pemanfaatan lahan pertanian

untuk kegiatan non pertanian harus diperkuat dengan pembuatan

perangkat hukum atau peraturan yang melarang penggunaan lahan

pertanian untuk kegiatan non pertanian dengan penegakan hukum yang

tegas.

c. Pemerintah agar memberi himbauan dan pengarahan kepada masyarakat

agar menggunakan uang ganti rugi untuk membeli lahan pertanian

(37)

sebagai pekerjaan baru masyarakat guna memenuhi kebutuhan hi

Gambar

Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan
Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih
Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih
Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Munculnya Masalah Sosial Yang Terjadi Di Wilayah Kabupaten Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan

Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang dilakukan oleh petani di Kampung Sorowajan memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi terhadap petani namun tidak merubah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Eriska Meidayanti 2014

Hal inilah yang menjadi faktor pendorong semakin meningkatnya laju alih fungsi lahan, dan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan alih fungsi lahan sawah

Berdasarkan hasil dari uji beda rata-rata dinyatakan alih fungsi lahan memiliki dampak negative terhadap perubahan produksi padi sawah di daerah penelitian berarti

Berdasarkan hasil penilitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dampak alih fungsi lahan sawah petani pemilik terhadap kehidupan rumah tangganya di

Penelitian ini bertujuan untuk 1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan alih fungsi lahan menjadi usaha budidaya ikan patin, 2 Mendiskripsikan dampak alih fungsi lahan..