(Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi
Oleh
Eriska Meidayanti 1005927
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Kabupaten Bandung Barat)
Oleh Eriska Meidayanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Eriska Meidayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Struktur Organisasi Skripsi... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Orientasi Pekerjaan ... 13
B. Perubahan Orientasi Pekerjaan ... 14
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perubahan Orientasi Pekerjaan ... 15
D. Lahan ... 20
E. Alih Fungsi Lahan ... 24
F. Faktor-Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan ... 27
G. Dampak Alih Fungsi Lahan ... 29
H. Daerah Pinggiran Kota ... 35
I. Pendidikan Dan Perubahan Sosial ... 35
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
C. Metode Penelitian ... 43
D. Definisi Operasional ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Proses Pemengembangan Instrumen ... 46
G. Teknik Pengumpulan Data ... 51
H. Tahap-Tahap Penelitian ... 56
I. Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61
B Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
C Pembahasan Hasil Penelitian ... 86
D Implikasi Terhadap Pendidikan Sosiologi ... 116
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 124
A Simpulan ... 124
B Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan ... 5
Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih ... 6
Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih ... 7
Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010 ... 8
Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012 ... 9
Tabel 2.1 Pola Konversi Lahan ... 26
Tabel 4.1 Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan di Desa Padaasih ... 74
Tabel 4.2 Dampak-Dampak Alih Fungsi Lahan di Desa Padaasih ... 79
Tabel 4.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Orientasi Pekerjaan... 82
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan ... 6
Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010 ... 8
Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012 ... 9
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK Pembimbing Skripsi ... 134
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 140
Lampiran 3 Laporan Kemajuan Skripsi ... 145
Lampiran 4 Kisi-Kisi Dan Instrumen Penelitian ... 148
Lampiran 5 Profil Desa Padaasih ... 155
Lampiran 6 Catatan Lapangan ... 183
Lampiran 7 Matriks Analisis Data ... 234
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Eriska Meidayanti (2014). Supervisor I: Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.
Supervisor II: Siti Komariah, M.Si., Ph.D. The Orientation Change of Employment as Impact Of Land Transfer Function (Case Study in Cisarua Padaasih Village West Bandung Regency).
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian
diunggulkan sebagai penguat perekonomian Indonesia. Sebagian besar wilayah
Indonesia memiliki kondisi tanah yang subur. Hal inilah yang menjadikan
masyarakat berusaha untuk mengolah tanah dengan melakukan kegiatan
pertanian.
Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang penyerapan tenaga kerja
dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di
Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional masih menumpukan harapan
kepada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai
peranan penting dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Walaupun
perhatian pemerintah terhadap sektor ini masih dianggap kurang karena tidak
adanya kebijakan pemerintah yang secara langsung berdampak positif terhadap
para petani.
Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (2013), sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan berdasarkan atas dasar harga berlaku, pada
tahun 2010, 2011 dan 2012 menyumbang masing-masing sebesar Rp.985,5 triliun,
Rp.1091,4 triliun dan Rp.1190,4 triliun. Jika berdasarkan harga konstan, pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan pada tahun 2010, 2011, dan 2012
menyumbang masing-masing Rp.304,8 triliun, Rp.315 triliun dan Rp.327,6 triliun.
Sumbangan sektor pertanian ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih
memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan di Indonesia.
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Dewasa ini, sektor pertanian banyak menghadapi kendala, salah satunya
adalah masalah semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian
yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian yang saat ini terus mengalami peningkatan.
Menurut Harsono (1995, hlm.13) “alih fungsi lahan merupakan kegiatan
perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya.”
Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan
pembangunan telah mempengaruhi penggunaan tanah secara terus menerus.
Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi lahan pertanian juga
terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah yang
lebih besar.
Menurut publikasi Pikiran Rakyat (dalam Sudiana, 2012, hlm.2), pada
tahun 2005 masih tersedia lahan pertanian seluas 25 juta hektar, namun terus
menyusut hingga tahun 2010 tersisa 13,2 juta hektar yang terdiri atas lahan basah
7,7 juta hektar dan lahan kering 5,5 juta hektar. Penyusutan atau konversi lahan
pertanian sangat intensif terjadi di pulau Jawa, yang mencapai 79,3% atau 10,02
juta hektar, berhubung lebih dari 60% penduduk tinggal di Jawa sedangkan
luasnya tidak lebih dari 7% dari daratan Indonesia. Tingkat konversi tertinggi
terjadi di Jawa Barat.
Alih fungsi lahan pertanian produktif sulit dihindari, seiring dengan
tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan industri,
infrastruktur dan pemukiman. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010),
pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan
laju pertumbuhan 1,49%. sp2010.bps.go.id/
Meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri,
perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat.
Sementara ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Lahan pertanian sangat bermanfaat baik dari aspek ekonomi, sosial
maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat
adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan dampak negatif secara lingkungan
fisik, ekonomi dan sosial. Persoalan alih fungsi lahan dapat merugikan petani
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Para petani memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian, jika lahan pertanian
berkurang bahkan hilang, maka berkurang pula sarana produksi dan penghasilan
petani.
Alih fungsi lahan berarti menyusutnya sarana produksi petani yang
menyebabkan berkurang pula pendapatan petani sehingga petani mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan yang dianggap
tidak cukup dan lahan sebagai sarana produksi yang semakin berkurang
menyebabkan para petani meninggalkan bahkan kehilangan pekerjaan sebagai
petani. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya perubahan orientasi pekerjaan
pada para petani.
Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai pilihan seseorang atau
kecenderungan untuk memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Para petani yang sebelumnya sangat bergantung pada sektor pertanian
sebagai pekerjaannya kini banyak diantara mereka tidak bisa bertani kembali.
Ketika orientasi pekerjaan petani berubah karena adanya alih fungsi lahan,
masyarakat yang pada mulanya berkerja sebagai petani akan mengandalkan
pekerjaan pada sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian
masyarakat yang memiliki keahlian akan bekerja pada pekerjaan lain di luar
sektor pertanian seperti sektor industri atau jasa, sementara mereka yang tidak
memiliki keahlian lain akan menjadi pengangguran. Kemiskinan dan
pengangguran jika dibiarkan dapat memicu masalah sosial lain seperti kejahatan,
peperangan dan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Selain itu dampak sosial alih fungsi lahan juga dapat berupa masalah
kependudukan. Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan banyak penduduk
desa yang pergi ke kota karena di kota banyak didirikan pusat-pusat industri yang
dapat menyerap tenaga kerja, sementara pekerjaan di desa semakin berkurang
karena banyaknya sarana produksi pertanian yang beralih fungsi menjadi
pemukiman. Hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi yang menyebabkan
ledakan jumlah penduduk di kota. Jumlah penduduk yang besar di kota
menambah masalah baru terutama kepadatan penduduk dan akan berpengaruh
pula pada sanitasi lingkungan, pemukiman kumuh, kriminalitas dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian Rustandi (2009) di Kecamatan Cileunyi, diperoleh
informasi bahwa sebelum terjadi konversi lahan, khususnya pada tahun 1994
mata pencaharian pokok responden yang paling banyak adalah wiraswasta
51,39%, PNS 18,05%, petani penggarap dan pemilik 11.11%, petani buruh
14,17%, petani penyewa dan penggarap 14,17%, pedagang 7,8% dan belum
bekerja 8,33%. Setelah terjadi konversi lahan pada tahun 2008 mata pencaharian
pokok penduduk mengalami perubahan yaitu, wiraswasta 47,22%, PNS 22,22%,
petani buruh 12,5%, penggarap pemilik 9,72%, pedagang 6,95% dan jasa 1,39%.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok
sebagai petani (penggarap dan pemilik), petani (penyewa dan penggarap) dan
buruh tani mengalami penurunan.
Selanjutnya berdasarkan penelitian Komala (2011), dapat diketahui bahwa
terdapat perubahan luas kepemilikan lahan di Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak
Kabupaten Subang, perubahan fungsi lahan yang digunakan penduduk sebagai
lahan permukiman mereka sendiri, dan perubahan fungsi lahan diakibatkan oleh
pengalihfungsian lahan pertanian. Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ada
perubahan pada mata pencaharian penduduk, sebelum alih fungsi lahan pertanian
mata pencaharian yang mendominasi penduduk adalah petani sawah. Namun
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pencaharian mereka sebagai petani sawah mengalami perubahan, kebanyakan
dari mereka memilih menjadi petani kebun, petani tegalan, dan menjadi pedagang.
Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terus terjadi
secara tidak terkendali, hal ini dapat menjadi ancaman tidak hanya bagi petani,
lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tetapi hal ini bisa menjadi masalah
nasional dan mengancam ketahanan pangan.
Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Desa
Padaasih. Desa Padaasih letaknya berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan
dapat dikategorikan sebagai daerah pinggiran karena merupakan wilayah yang
terkena tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran
yang dapat menyebabkan perubahan secara fisik seperti perubahan tata guna lahan,
demografi, keseimbangan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi.
Meningkatnya pemukiman di daerah Desa Padaasih merupakan realisasi dari
meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Selain itu harga tanah
dan rumah di Desa Padaasih lebih rendah dibandingkan dengan harga tanah dan
rumah di Kota Cimahi menjadi alternatif untuk memilih pemukiman di kawasan
Desa Padaasih yang kemudian mendorong adanya alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan pemukiman.
Pada tahun 2010 Desa Padaasih memiliki luas desa 481.3 Ha dengan luas
lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian 382.85 Ha dan luas lahan
pemukiman 49 Ha, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa Padaasih Menurut Penggunaan
No. Wilayah Menurut Penggunaan Jumlah Ha Jumlah %
1. Pemukiman 49 Ha 10
2. Persawahan 167 Ha 35
3. Tegal/Ladang 215.85 Ha 45
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4. Lain-Lain 7.45 Ha 2
Jumlah 481.3 Ha 100
Sumber : Profil Desa Padaasih 2010
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan pertanian di Desa
Padaasih pada tahun 2010 adalah 80% dan lahan yang digunakan sebagai
pemukiman 10 % dari keseluruhan luas desa. Lahan ini berupa lahan pesawahan
dan tegalan atau ladang. Hal ini dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
Gambar 1.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan
Berdasarkan data daftar isian desa dan kelurahan tahun 2012 luas
pemukiman di desa Padaasih mengalami peningkatan. Untuk perbandingan yang
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Luas Pemukiman Desa Padaasih
Luas Pemukiman
2010 2012 Perubahan
49 Ha 51 Ha + 2 Ha
10%
35%
45% 8%
2%
Pemukiman
Persawahan
Tegal/Ladang
Hutan
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sumber: Profil Desa Padaasih Tahun 2010 dan Daftar Isian Potensi
Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012
Pada tahun 2010 tercatat luas pemukiman adalah 49 Ha, namun pada tahun
2012 luas pemukiman di desa Padaasih adalah 51 Ha. Jadi dalam kurun waktu dua
tahun terjadi pertambahan luas area pemukiman sebanyak 2 Ha yang seluruhnya
merupakan lahan pertanian baik sawah maupun ladang atau tegalan. Pertambahan
lahan pemukiman ini berasal dari lahan pertanian yang sebelumnya digarap oleh
warga. Mayoritas tanah yang beralih fungsi bukan merupakan tanah milik warga
Desa Padaasih itu sendiri, tetapi merupakan tanah milik orang luar Desa Padaasih,
sedangkan warga desa Padaasih hanya sebagai buruh tani dan bukan pemilik lahan.
Pembangunan di wilayah ini lebih banyak untuk perumahan. Banyak
kontraktor perumahan (developer) yang membangun perumahan karena wilayah
ini merupakan daerah pinggiran kota yang berbatasan dengan Kota Cimahi.
Berikut nama-nama perumahan yang dibangun di Desa Padaasih:
Tabel 1.3 Data Perumahan di Desa Padaasih
No. Nama Perumahan Luas / m2 Lokasi
1. Pesona Alam 30.000 RW 08
2. Taman Kayu Manis 7.000 RW 09
3. Padaasih Residence 20.000 RW 08
4. Pancanaka Orchid Hill 17.500 RW 11
5. Cimahi City View 10.500 RW 12
6. Bukit Parama Regency 20.000 RW 15
Sumber : Desa Padaasih 2013
Selain perumahan-perumahan di atas banyak pula lahan pertanian yang
digunakan sebagai perumahan yang dibangun oleh pemilik lahan secara pribadi
dan tidak dikelola oleh pengembang perumahan sehingga tidak memiliki izin
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pertanian sebanyak 105.000 m2 atau 10,5 Ha, dimana alih fungsi lahan seluas 2
Ha terjadi pada tahun 2010-2012 dan sisanya terjadi sebelum tahun 2010 yang
memiliki izin dan terdaftar di desa.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa Padaasih
menyebabkan meningkatnya luas lahan pemukiman dan perubahan orientasi
pekerjaan penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang memiliki pekerjaan di
sektor pertanian lebih dominan dibandingkan penduduk yang memiliki pekerjaan
di sektor non pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010
No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1. Buruh Swasta dan Migran 127 orang 186 orang 313 orang 8
2. Pegawai Negeri Sipil 54 orang 35 orang 89 orang 2
3. Pengusaha dan Pedagang 44 orang 6 orang 50 orang 1
4. Peternak 315 orang 3 orang 318 orang 9
5. Buruh Tani 1605 orang 612 orang 2217 orang 58
6. Petani 306 orang 15 orang 321 orang 9
7. Lain-Lain 103 orang 396 orang 499 orang 13
Jumlah 2.554 orang 1.253 orang 3.807 orang 100 Sumber : Profil Desa Padaasih 2010
Berdasarkan tabel di atas 67% atau 2.538 orang dari 3.807 orang penduduk
yang bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh
tani maupun petani. 33% sisanya memiliki pekerjaan di berbagai sektor selain dari
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2 Jenis Pekerjaan Penduduk 2010
Saat ini hanya 50% penduduk yang mempunyai pekerjaan di bidang
pertanian, sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian di bidang
perdagangan, buruh, wiraswasta, pegawai negeri dan penyedia jasa. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.5 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012
No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1. Buruh Swasta dan Migran 1570 orang 163 orang 1733 orang 34
2. Pegawai Negeri Sipil 69 orang 24 orang 93 orang 2
3. Pengusaha dan Pedagang 46 orang 1 orang 47 orang 1
4. Peternak 569 orang - 596 orang 11
5. Buruh Tani 1569 orang 226 orang 1795 orang 36
6. Petani 703 orang 3 orang 706 orang 14
7. Lain-Lain 36 orang 43 orang 79 orang 2
Jumlah 4.562 orang 460 orang 5.022 orang 100 Sumber : Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Padaasih Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas 50% atau 2.501 dari 5.022 orang penduduk
bekerja di Desa Padaasih bekerja pada sektor pertanian, baik menjadi buruh tani
8%
2% 1%
9%
58% 9%
13% Buruh Swasta Dan Migran
Pegawai Negeri Sipil
Pengusaha dan Pedagang
Peternak
Buruh Tani
Petani
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
maupun petani. 50% sisanya memiliki pekerjaan dalam berbagai sektor selain
sektor pertanian, lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Gambar 1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk 2012
Berubahnya orientasi pekerjaan yang disebabkan alih fungsi lahan menjadi
penting untuk diteliti karena perubahan orientasi kerja pada masyarakat Desa
Padaasih tidak hanya dapat berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif.
Alih fungsi lahan di desa Padaasih dapat menyebabkan perubahan sosial karena
adanya perubahan lingkungan fisik akibat alih fungsi lahan yang awalnya
digunakan sebagai lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan perubahan
yang terjadi pada masyarakat sebagai dampak alih fungsi lahan seperti misalnya
berubahnya orientasi pekerjaan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani
menjadi bekerja di sektor non pertanian.
Selain itu masalah sosial karena faktor ekonomi juga mengancam
masyarakat. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan masalah sosial seperti
kemiskinan, pengangguran, ledakan penduduk di perkotaan akibat urbanisasi,
kriminalitas dan sebagainya. Persoalan alih fungsi lahan tidak hanya menjadi
ancaman baik bagi petani, lingkungan fisik, ekonomi, maupun lingkungan sosial
di tempat tersebut, tetapi alih fungsi lahan dapat berpengaruh secara luas,
34%
2%
1% 11%
36% 14%
2%
Buruh Swasta dan Migran
Pegawai Negeri Sipil
Pengusaha dan Pedagang
Peternak
Buruh Tani
Petani
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
mempengaruhi ketahanan pangan dan dapat menjadi masalah nasional. Hal inilah
yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul
“Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, dapat di
identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Luas lahan pertanian semakin berkurang dan mengalami alih fungsi
menjadi lahan non pertanian.
2. Para petani kehilangan lahan garapannya yang berarti kehilangan
pekerjaan dan sumber penghasilan mereka
3. Alih fungsi lahan memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif
bagi lingkungan fisik, ekonomi dan sosial serta dapat menyebabkan
masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas
serta meningkatnya laju urbanisasi.
4. Berubahnya orientasi pekerjaan para petani yang lahan garapannya
mengalami alih fungsi.
C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi alih fungsi lahan pertanian
di Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya ?
2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan
penduduk ?
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Umum
Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan peneliti ingin
memaparkan dan memberikan informasi bagaimana dampak alih fungsi
lahan pertanian terhadap orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan
pedesaan yang bersangkutan.
2. Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di
Desa Padaasih dan dampak-dampak yang menyertainya.
b. Mengevaluasi dampak alih fungsi lahan terhadap orientasi pekerjaan
penduduk di Desa Padaasih.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan mengenai permasalahan dampak alih fungsi lahan terhadap
perubahan orientasi pekerjaan di Desa Padaasih khususnya dalam kajian
sosiologi.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
pemerintah maupun masyarakat mengenai dampak alih fungsi lahan terhadap
perubahan orientasi kerja di Desa Padaasih, sehingga dapat dilakukan upaya
untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi pada masyarakat Desa
Padaasih akibat adanya alih fungsi lahan pertanian. Manfaat praktis dari
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
a. Sebagai masukan bagi masyarakat setempat untuk menggunakan lahan
sesuai dengan fungsinya khususnya lahan pertanian.
b. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk menentukan kebijakan
dalam pembangunan kewilayahannya terkait dengan alih fungsi lahan
pertanian.
c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan
terhadap proses alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang subur dan
produktif.
d. Sebagai sumbangan pemikiran khususnya pada ilmu sosiologi.
F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai
dengan panduan karya tulis ilmiah (2013) yang telah ditentukan oleh Universitas
Pendidikan Indonesia, Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian
pustaka. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV
berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi
penelitian, deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan implikasi
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ORIENTASI PEKERJAAN
Setiap manusia memerlukan alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan
pekerjaan. Pekerjaan digunakan sebagai alat atau media untuk mencukupi
kebutuhan hidup seorang individu. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan
individu untuk memenuhi tugas-tugasnya dan mendapatkan imbalan atas apa yang
sudah dilakukan.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 803),
“orientasi adalah 1) peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar; 2) pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau
kecenderungan.” Sementara itu Cascio (dalam Sedarmayanti, 2010, hlm. 114)
mengemukakan bahwa “orientasi adalah pengakraban dan penyesuaian dengan
situasi atau lingkungan.”
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 554),
pekerjaan adalah 1) barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb); tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan: 2) pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah: 3) hal bekerjanya sesuatu.
Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai sikap, pandangan dan
kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan
dipengaruhi oleh realitas kondisi fisik dan sosial yang terjadi di lingkunganya.
Kondisi ini berupa keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki manusia, dan
kemajuan teknologi yang dimiliki penduduk pada suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu.
Pekerjaan tidak terlepas dari pendapatan dan tingkat kesejahteraan
masyarakat sebagai sumber pendapatan. Jumlah lahan yang terbatas sementara
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
lahan semakin sempit. Sempitnya lahan mengurangi sarana produksi petani
sebagai sumber pendapatan, hasil pertanian menjadi rendah yang menyebabkan
pendapatan petani juga semakin rendah. Dengan penghasilan yang rendah
sedangkan kebutuhan semakin naik, masyarakat melakukan perubahan orientasi
pekerjaan sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan
dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
B. PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN
Orientasi pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya
adalah lingkungan. Pekerjaan masyarakat di wilayah pedesaan pada umumnya
masih berorientasi pada sektor pertanian, hal ini dipengaruhi oleh kondisi alam di
pedesaan yang umumnya memiliki lahan yang subur dan dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani secara turun
temurun. Namun pada saat ini daerah pedesaan cenderung mengarah pada
perubahan orientasi pekerjaan dari sektor pertanian ke non pertanian. Pekerjaan di
luar sektor pertanian saat ini sudah mulai menjadi pekerjaan utama dan tumpuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini terjadi karena pesatnya
pembangunan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan perubahan kondisi alam di
pedesaan.
Perubahan lingkungan yang terjadi di pedesaan akibat adanya
pembangunan dan alih fungsi lahan dapat menyebabkan perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan sesuai dengan pendapat Adimiharji (dalam Mulyawan,
2006, hlm. 23) yang mengemukakan mengenai:
Dua teori tentang perubahan kebudayaan yaitu: environtmental
determinism dan environtmental posibilism. Determinis lingkungan
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Jadi kondisi lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan pola
kehidupan manusia, termasuk pekerjaan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Setiap kondisi fisik dan perubahan yang terjadi pada lingkungan
akan berpengaruh terhadap pekerjaan di suatu wilayah karena manusia melakukan
penyesuaian dalam menentukan pekerjaan dengan memperhatikan sumber daya
dan kondisi geografi wilayah tersebut. Demikian pula yang dilakukan masyarakat
pedesaan yang mengalami alih fungsi lahan. Mereka melakukan perubahan
orientasi pekerjaan sebagai upaya adaptasi dan memperoleh penghasilan untuk
dapat tetap memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan orientasi pekerjaan adalah
berubahnya sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu
pekerjaan. Perubahan orientasi pekerjaan dapat terjadi secara sukarela maupun
terpaksa karena adanya dorongan dari berbagai faktor.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERUBAHAN
ORIENTASI PEKERJAAN
Perubahan orientasi pekerjaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor
yang beragam. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan orientasi pekerjaan
adalah sebagai berikut:
1. Usia/Umur
Usia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi pekerjaan
seseorang, menurut Murniatmo (dalam Rolina 2013, hlm. 12) mengemukakan
bahwa “generasi muda merupakan kelompok yang paling dinamis, mudah berubah dan mudah menerima pembaharuan, baik yang positif maupun negatif”.
Orang yang berusia muda cenderung memiliki orientasi pekerjaan yang beragam.
Kondisi fisik yang masih kuat, semangat yang tinggi dan terbuka terhadap
pembaharuan menyebabkan generasi muda memiliki harapan dan keinginan untuk
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
tinggi. Generasi muda tidak terpaku dengan pekerjaan turun-temurun, mereka
bahkan memiliki keinginan untuk merubah nasib dan memiliki pekerjaan yang
lebih baik dari generasi tua. Sedangkan generasi tua cenderung tidak memiliki
pilihan pekerjaan yang beragam karena keterbatasan tenaga dan sikap yang
biasanya tertutup dengan perubahan. Sehingga biasanya generasi tua terpaku pada
pekerjaan turun-temurun yang telah diwariskan dari pendahulu mereka.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Secara kodrati
terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini menyangkut
kemampuan secara fisik dan mental yang dimiliki oleh laki-laki maupun
perempuan. Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa:
Laki-laki cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang lebih beragam dibanding wanita. Karena melihat tenaga yang mereka punya. Laki-laki dan wanita cenderung memiliki pemilihan mata pencaharian yang berbeda. Biasanya wanita lebih memilih jenis mata pencaharian yang lebih mengutamakan ketelitian.
Laki-laki dianggap memiliki kekuatan fisik yang lebih unggul dan
kemampuan yang lebih tinggi dalam bekerja karena memiliki tenaga yang lebih
besar. Sedangkan perempuan dianggap memiliki kemampuan fisik yang lebih
lemah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pekerjaan perempuan terbatas
pada pekerjaan yang menggunakan sedikit tenaga. Karena perbedaan ini laki-laki
dan perempuan memiliki orientasi pekerjaan yang berbeda, laki-laki biasanya
memilih pekerjaan yang membutuhkan tenaga, sedangkan perempuan mencari
pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang tidak terlalu besar dan lebih
mengutamakan ketelitian.
3. Pendidikan
Pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah :
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf
Pendidikan berpengaruh terhadap orientasi pekerjaan seseorang karena
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluang orang tersebut untuk
mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan dan kesejahteraan yang lebih tinggi
dan semakin besar kesempatan mereka untuk meninggalkan pekerjaan pada sektor
pertanian dan memiliki pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan.
4. Keterampilan
Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa “keterampilan merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian.”.
Keterampilan dapat menjadi modal seseorang sebagai keahlian untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan keterampilan yang dimiliki orang dapat
berupaya untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik atau menghasilkan lebih
banyak penghasilan bagi dirinya. Demikian halnya dengan para petani yang
terkena dampak alih fungsi lahan, karena sarana produksi yang berkurang dan
menyebabkan penghasilan berkurang. Jenis pekerjaan yang mereka pilih biasanya
sesuai dengan keterampilan yang mereka punya. Para petani yang memiliki
keterampilan di luar pertanian mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan
keterampilannya, sedangkan mereka yang tidak mempunyai keahlian bertahan
sebagai petani atau bahkan menjadi pengangguran.
5. Tingkat Pendapatan
Pendapatan erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan seseorang.
Abdullah (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 24) mengemukakan bahwa:
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Manusia yang memiliki pendapatan yang dianggap cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya akan bertahan menjalani pekerjaan tersebut.
Sedangkan orang yang memiliki pendapatan yang dianggap kecil dan tidak
mencukupi kebutuhan hidupnya, akan berupaya untuk merubah orientasi
pekerjaan untuk mencari pekerjaan lain yang menawarkan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik.
6. Luas kepemilikan lahan
Menurut Sayogyo (dalam Rolina, 2013, hlm. 15) luas lahan pertanian
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu “golongan petani kecil dengan luas lahan
< 0,5 ha, golongan petani menengah dengan luas lahan 0,5 - 1 ha, dan golongan
petani besar dengan luas > 1 ha.”
Selanjutnya menurut Tika (dalam Rolina 2013, hlm. 15-16) bahwa status
kepemilikan lahan dapat dikelompokkan menjadi lima golongan petani yaitu,
“petani pemilik, petani pemilik-penggarap, petani penggarap, penyewa dan buruh
tani.”
Adiwilaga (dalam Rolina 2013, hlm. 16) mengemukakan bahwa:
Pada umumnya keluarga petani sebagai unit ekonomi terus berusaha di bidang pertanian untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian keluarga tanahnya sempit atau tidak mempunyai tanah sama sekali untuk minimal memenuhi kebutuhan keluarga bekerja sebagai buruh tani atau petani penggarap di desanya atau di luar desanya... Jumlah tenaga kerja dalam keluarga petani terus bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian anggota keluarga berusaha apa saja yang bisa memberikan penghasilan. Dari mereka yang tetap berat dan merasa jenuh hingga sedikit merubah mata pencaharian mereka masuk kedalam kelompok pengrajin, pedagang kecil, buruh tani, serta usahawan kecil yang mengolah makanan dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa luas kepemilikan lahan memengaruhi
orientasi pekerjaan seseorang karena banyaknya pekerja pertanian tidak sebanding
dengan ketersediaan lahan sehingga menimbulkan persaingan dalam memperoleh
lahan. Ketika lahan garapan yang sempit dianggap sudah tidak dapat memenuhi
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
menjadi pengrajin, pedagang kecil dan pekerjaan pada sektor non pertanian
lainnya.
7. Perubahan lingkungan fisik
Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir biasanya memiliki pekerjaan sebagai
nelayan, masyarakat yang tinggal di daerah yang tanahnya subur biasanya
memiliki pekerjaan sebagai petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Krumboltz
(dalam Rielalaring, 2014):
Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Hal ini menjelaskan bahwa pemilihan pekerjaan dipengaruhi oleh kesempatan kerja, pengetahuan yang dimiliki manusia, kondisi alam, pendapatan dan kemampuan teknologi yang dimiliki penduduk yang mendiami suatu wilayah.
http://rielalaring.wordpress.com/2014/01/16/matriks-perbandingan-teori-pemilihan-karier/
Ketika terjadi perubahan pada lingkungan fisik, maka akan terjadi
perubahan orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan tersebut. Hal ini
disebabkan karena lingkungan fisik di sekitar masyarakat dianggap sudah tidak
mendukung atau tidak cocok lagi untuk dimanfaatkan sebagai lahan produksi
untuk suatu pekerjaan. Sehingga masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka
sebagai upaya mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
8. Teknologi
Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 22) mengemukakan
bahwa:
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
kemewahan hidupnya. Ilmu dan teknologi dapat dipandang sebagai kunci untuk membuka pintu kemajuan, kemakmuan dan kesejahteraan.
Kemajuan teknologi memengaruhi manusia dan lingkunganya termasuk
orientasi pekerjaan seseorang. Masyarakat yang tidak terpengaruh kemajuan
teknologi umumnya menggantungkan hidupnya pada alam. Mereka terbatas pada
pekerjaan turun-temurun yang sudah menjadi kebiasaan dari leluhur mereka.
Sebaliknya, manusia modern berusaha untuk menaklukan alam demi memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mereka terbuka pada pekerjaan-pekerjaan lain yang
dianggap lebih mudah, dan dapat mensejahterakan mereka.
9. Pertumbuhan penduduk
Tania (2011, hlm. 15) mengemukakan bahwa:
Pertumbuhan penduduk di pedesaan menyebabkan menurunnya rasio lahan terhadap penduduk. Karena sebagian besar penduduk masih menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penurunan rasio ini akan menyebabkan menurunnya rata-rata luas lahan pertanian per petani.
Selanjutnya menurut Soemarwoto (dalam Tania, 2011, hlm. 16):
Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian di suatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak. Karena itu penduduk berusaha mendapatkan pendapatan tambahan dengan membuka lahan baru atau pergi ke kota.
Hubungan antara pertumbuhan penduduk dan jumlah lahan adalah karena
semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula kebutuhan mereka
terhadap lahan sementara jumlah lahan relatif tetap. Kebutuhan manusia terhadap
lahan meliputi seluruh aspek dalam hidupnya, baik untuk pemukiman, fasilitas
sarana pekerjaan dan sebagainya. Tingginya kebutuhan terhadap lahan
menyebabkan berubahnya fungsi lahan, salah satunya berubahnya fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pemukiman. Sementara itu, mayoritas pekerjaan
masyarakat di pedesaan adalah sebagai petani, berkurangnya lahan artinya
berkurang juga sarana produksi, menyempitnya pekerjaan dan berkurang juga
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perubahan orientasi pekerjaan
masyarakat, karena secara langsung maupun tidak langsung faktor-faktor ini
berpengaruh terhadap cara pandang dan sikap individu terhadap suatu pekerjaan,
serta dipengaruhi oleh kondisi fisik di lingkungan dimana individu melakukan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
D. LAHAN
1. Pengertian Lahan
Lahan merupakan sumber daya yang penting bagi manusia, manusia
memanfaatkan lahan sebagai tempat hidup, tempat untuk mencari nafkah, dan
tempat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan mengolah dan
melakukan pembangunan. Hampir semua pembangunan fisik membutuhkan lahan
seperti sektor industri, sektor pertanian, perumahan, transportasi, kehutanan dan
pertambangan.
Mubyarto (1991, hlm. 89) mengatakan bahwa :
Dalam pertanian, terutama negara kita, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Masyarakat pertanian yang hidupnya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi merupakan korban utama dari adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, karena tidak dipungkiri dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman maka para petani dan buruh tani telah kehilangan sarana produksinya.
Bagi petani, lahan merupakan sumber daya yang vital, petani
menggantungkan tanah sebagai sarana produksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Jumlah lahan pertanian sangat berpengaruh bagi petani, ketika jumlah lahan
pertanian mengalami penyusutan karena pembangunan dan sebagainya, petani
merupakan korban utama karena petani kehilangan sarana produksi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 624)
“lahan adalah tanah terbuka; tanah garapan.” Selanjutnya menurut Jamulya dan
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
kesatuan dari sejumlah sumber daya alam yang tetap dan terbatas yang dapat
mengalami kerusakan atau penurunan produktifitas sumber daya alam tersebut.”
FAO (dalam Arsyad, 2012, hlm. 304), lahan (land) diartikan sebagai
“lingkungan fisik yang terdiri atas, iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap potensi penggunaan
lahan.”
Selanjutnya Bintarto (1983, hlm. 14) mengemukakan bahwa :
lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lahan adalah suatu
daerah di permukaan bumi sebagai lingkungan fisik dan kesatuan sumber daya
alam yang tetap, terbatas dan dapat mengalami kerusakan atau penurunan yang
digunakan sebagai tempat atau daerah untuk hidup, dimana penduduk
memanfaatkan lahan untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkan hidupnya. Makna lahan dan tanah adalah sama, yaitu sebagai
permukaan bumi yang digunakan manusia untuk segala macam kegiatan.
Pengertian lahan dan tanah adalah setara dan tidak perlu dipertentangkan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (2012, hlm. 304), “lahan
mengandung pengertian ruang atau tempat, yang sama dengan makna tanah, yaitu
tanah diperlakukan sebagai ruangan di permukaan bumi yang digunakan oleh
manusia untuk segala macam kegiatan.”
Selanjutnya menurut Arsyad (2012, hlm. 304-305) :
kata lahan dapat digunakan dalam artian tanah dan sebaliknya, atau dengan kata lain tanah dan lahan mengandung pengertian yang sama. Kedua istilah atau pengertian tersebut tidak perlu dipertentangkan. Kata tanah atau lahan digunakan dalam makna yang setara dengan land.
Lahan atau dapat juga disebut dengan tanah sebagai sumber daya terbatas
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dapat mengalami kerusakan atau penurunan kualitas. Lahan atau tanah dapat
mengalami kerusakan yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal, Riquir (dalam
Arsyad, 2012, hlm. 2), mengemukakan bahwa:
Kerusakan tanah dapat terjadi oleh, 1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran; 2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tumbuhan; 3) penjenuhan tanah oleh air (waterlogging); 4) erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan barang atau jasa.
Lahan sebagai sumberdaya yang terbatas dan tidak tetap, dapat mengalami
penurunan kualitas maupun jumlah yang diakibatkan oleh banyak faktor.
Pemanfaatan lahan dapat menyebabkan kualitas lahan menurun yang
menyebabkan berkurangnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Jumlah
lahan juga dapat berkurang karena adanya abrasi atau pengikisan daratan oleh air
laut.
2. Penggunaan Lahan
Manusia senantiasa menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemanfaatan lahan oleh manusia berupa upaya-upaya yang dilakukan manusia
pada lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Arsyad (2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa:
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan penyediaan air dan komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya.
Selanjutnya Dit. Land Use (dalam Arsyad, 2012, hlm. 305)
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dalam lahan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan
sebagainya.”
Pengelompokkan penggunaan lahan pada uraian di atas tidak
mempertimbangkan aspek lain dalam penggunaan lahan, seperti skala usaha atau
luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja,
orientasi pasar, dan sebagainya. Jika faktor-faktor seperti skala usaha atau luas
tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja,
orientasi pasar, dan sebagainya dimasukkan, tipe pengunaan lahan menurut
Arsyad (2012, hlm. 305-306) adalah sebagai berikut:
a. Ladang;
b. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, tidak intensif; c. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, intensif;
d. Sawah gogo rancah (sawah yang pada saat penanaman berupa lahan kering, kemudian tergenangi air setelah cukup hujan);
e. Sawah tadah hujan (tidak beririgasi, air untuk menggenangi tanah berasal dari curah hujan);
f. Sawah beririgasi, satu kali setahun, tidak intensif; g. Sawah beririgasi, dua kali setahun, intensif;
h. Perkebunan rakyat (karet, kopi, atau coklat, jeruk), tidak intensif; i. Perkebunan rakyat, intensif;
j. Perkebunan besar, tidak intensif; k. Perkebunan besar, intensif; l. Hutan produksi, alami;
m. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya; n. Padang pengembalaan, tidak intensif;
o. Padang pengembalaan, intensif; p. Hutan Lindung;
q. Cagar Alam.
Jadi penggunaan lahan merupakan upaya intervensi manusia untuk
memanfaatkan lahan demi memenuhi kebutuhanya. Penggunaan lahan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian
dan penggunaan lahan bukan pertanian.
3. Sifat-sifat Lahan
Arsyad (2012, hlm. 306) mengemukakan bahwa sifat-sifat lahan (Land
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
diperkirakan seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah
hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi, dan sebagainya.”
Selanjutnya menurut Karlen et al (dalam Arsyad, 2012, hlm. 306), “sifat
atau perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan tersebut
disebut kualitas tanah (land quality).”
Dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat lahan adalah keadaan unsur lahan
yang dapat diukur atau diperkirakan yang menentukan pertumbuhan
tanaman/tumbuhan.
E. ALIH FUNGSI LAHAN
Alih fungsi lahan pertanian bukanlah masalah baru. Sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun dan meningkatnya
pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan. Sedangkan jumlah
lahan terbatas sehingga mendorong adanya perubahan fungsi lahan.
Harsono (1995, hlm. 13) mengemukakan bahwa:
alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainya. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah jauh lebih besar.
Selanjutnya Sumaryanto (tt, hlm. 4) mengemukakan bahwa:
Sebagian lahan sawah yang terkonversi itu beralih fungsi menjadi lahan pertanian lahan kering dan sebagian lainnya beralih fungsi ke penggunaan non pertanian untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, pengembangan industri, jasa dan sebagainya.
Sihaloho, Dharmawan dan Rusli (2007, hlm. 262-264) dari hasil
penelitiannya yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, mengemukakan
faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan berdasarkan faktor-faktor pokok konversi,
pelaku, pemanfaat dan prosesnya, konversi dapat dibedakan menjadi tujuh
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 1. Konversi Gradual-Berpola Sporadis
Pola konversi ini diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak/kurang produktif (bermanfaat secara ekonomi) dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi;
2. Konversi Sistematik Berpola „enclave’
Konversi sistematik berpola „enclave’ yang dimaksud adalah
sehamparan tanah yang terkonversi secara serentak;
3. Konversi Lahan sebagai Respon Atas Pertumbuhan Penduduk
(Population growth driven land conversion)
Pertumbuhan penduduk baik secara alami (natural) maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar. Kebutuhan tempat tinggal akibat pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan terkonversi. Konversi yang diakibatkan oleh faktor penggerak utama pertumbuhan penduduk disebut dengan konversi adaptasi demografi;
4. Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem
driven land conversion)
Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan adalah dua faktor utama penggerak melakukan konversi lahan;
5. Konversi “Tanpa Beban”
Satu faktor penggerak utama dari pola konversi tanpa beban adalah keinginan untuk mengubah nasib hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin ke luar dari kampung atau kelurahan. Pola konversi tanpa beban ini lebih pada warga yang menjual tanahnya sekaligus ke luar dari sektor pertanian ke non-pertanian;
6. Konversi Adaptasi Agraris
Pola konversi adaptasi agraris terjadi karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari warga. Dikatakan berpola adaptasi agraris jika warga yang memiliki tanah yang relatif kurang produktif (kelas 2-5) ingin meningkatkan hasil pertaniannya dengan cara menjual tanah yang kurang produktif dan membeli tanah yang relatif lebih bagus (kelas 1-2), paling tidak ada perubahan kualitas;
7. Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola
Konversi multi bentuk ini merupakan konversi yang diakibatkan berbagai faktor. Namun, secara khusus faktor yang dimaksud adalah faktor peruntukkan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan. Termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi.
Faktor penggerak utama dari ketujuh tipologi tersebut di atas dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Pola Konversi Lahan
Pola Konversi Lahan Faktor Penggerak Utama
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Konversi Gradual-Berpola
Sporadis
Lahan tidak produktif lagi (bermanfaat) dan keterdesakan ekonomi
Konversi Sistematik Berpola
„enclave’ Tawaran keinginan alih fungsi lahan pihak pemodal dan Konversi Lahan sebagai
Respon Atas Pertumbuhan Penduduk (Population growth
driven land conversion)
Kebutuhan tempat tinggal dan pertambahan penduduk baik karena pertambahan penduduk alami maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar
Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem
driven land conversion)
Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan
Konversi “Tanpa Beban” Keinginan untuk berubah dan ingin
ke luar dari kampung dan atau kelurahan
Konversi Adaptasi Agraris Keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah
Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola
Semua faktor termasuk kebutuhan pihak tertentu
Jadi alih fungsi lahan dapat dilakukan berdasarkan dorongan atau motif
yang berbeda dengan tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Setiap kegiatan alih fungi lahan memiliki peruntukkan yang berbeda
sesuai dengan tujuan dari adanya alih fungsi lahan seperti untuk pemukiman,
pertanian, fasilitas umum dan sebagainya.
Perubahan alih fungsi lahan dapat diikuti dengan membandingkan peta tata
guna lahan dari beberapa tahun. Berdasarkan informasi yang didapat dari peta tata
guna lahan tersebut dapat diketahui pertambahan jumlah desa, pertambahan luas
daerah pemukiman dan berkurangnya daerah pertanian dan hutan sebagai akibat
meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap lahan.
Manuwoto (dalam Sudiana, 2012, hlm. 20) mengemukakan pendapatnya
bahwa “perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor, diantaranya faktor sosial, atau kependudukan, pembangunan, ekonomi, penggunaan jenis
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya alih
fungsi lahan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun
2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,49%. Peningkatan jumlah penduduk dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, menurut Lembaga Demografi FEUI (2007, hlm. 113) “migrasi
merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang memengaruhi pertumbuhan
penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian.”
Selanjutnya Koentjaraningrat (2004, hlm. 377) mengemukakan bahwa :
Memang negara Indonesia, merupakan salah satu di antara sejumlah negara di dunia yang jumlah penduduknya itu paling besar. ... Laju kenaikan penduduk di Indonesia adalah salah satu di antara yang paling cepat di dunia.
Jumlah penduduk yang meningkat secara pesat berbanding lurus dengan
kebutuhannya terhadap lahan baik untuk kebutuhan infrastruktur seperti
perumahan, jalan, industri, perkantoran dan bangunan lain menyebabkan
kebutuhan akan lahan meningkat. Sementara itu lahan merupakan sumber daya
yang terbatas dimana jumlah lahan adalah tetap bahkan cenderung berkurang
karena abrasi sehingga menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan.
F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI LAHAN
Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari
suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas
lahan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehingga menyebabkan berkurangnya
luas lahan yang lain. Penggunaan lahan oleh masyarakat berubah dari waktu ke
waktu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan
tersebut.
Soemarwoto (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 20-21) mengemukakan
bahwa:
Eriska Meidayanti, 2014
Perubahan Orientasi Pekerjaan Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
penduduk yang besar akan lahan ini diperbesar oleh bertambah luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya pemukiman, jalan dan pabrik.
Menurut Sihaloho (dalam Agustin, 2014, hlm. 3) faktor-faktor yang
memengaruhi konversi lahan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Faktor pada aras makro: meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervesi pemerintahan dan marginalisasi ekonomi;
2. Faktor pada aras mikro: meliputi pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga), strategi bertahan hidup rumah tangga (tindakan ekonomi rumah tangga).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan hidup
merupakan faktor yang memengaruhi terjadinya konversi atau alih fungsi lahan.
Selanjutnya Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 21-22)
mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi perubahan penggunaan lahan
yaitu:
1. Faktor Alamiah
Penggunaan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor alamiah di wilayah tersebut. Manusia mengolah lahan dengan komposisi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, baik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi, maupun morfologi suatu wilayah. Dari beberapa faktor alamiah di atas akan dibahas di bawah ini:
a. Faktor Iklim
Pola dan persebaran tanaman akan dipengaruhi oleh beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan kelembaban udara. Manusia dalam membudidayakan tanaman produksinya, cenderung memilih daerah yang cocok untuk tanaman agar tumbuh optimal.
b. Faktor Geologi dan Tanah
Kondisi