• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat Lokal di Desa Sanur Kota Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat Lokal di Desa Sanur Kota Denpasar."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

GDE BAGUS BRAHMA PUTRA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

TESIS

ANALISIS DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA

TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL

DI DESA SANUR KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

GDE BAGUS BRAHMA PUTRA NIM 1491061012

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 13 MEI 2016

Mengetahui Pembimbing I

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. NIP. 195202181980031002

a.n. Pembimbing II Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP. 196112051986031004

Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP. 196112051986031004

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

(4)

iv

Tesis Ini Telah Disetujui Pada

Tanggal 13 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No : 1504/UN14.4/HK/2016, Tanggal 11 April 2016

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

Sekretaris : Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.

Anggota :

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gde Bagus Brahma Putra

NIM : 1491061012

Program Studi : Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana

Judul Tesis : Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat Lokal Di Desa Sanur Kota Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

Denpasar, Mei 2016

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., sebagai pembimbing I dan Dr. I Nyoman

Madiun, M.Sc., sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran khususnya dalam

penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menjadi mahasiswa Magister Kajian Pariwisata pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. selaku Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan dorongan dan kemudahan pada penulis dalam proses

menyelesaikan studi S2 di Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana.

4. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada anggota dewan penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Dr. Made

(7)

vii

yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

5. Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga

tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Era Sartika, Nenek, Ayu, Mega, Awik serta seluruh saudara dan kerabat yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk

lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh sampel penelitian di lokasi penelitian yang telah bersedia

memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, baik perorangan maupun kelembagaan yang telah membantu penulis

dalam melakukan penelitian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

(8)

viii ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA

TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DI

DESA SANUR KOTA DENPASAR

Dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi adalah salah satu dampak yang paling nyata terlihat dan seringkali dijadikan tolok ukur dalam melihat perkembangan pariwisata. Hal yang sangat diharapkan dari perkembangan pariwisata adalah peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha. Penguasaan aset ekonomi oleh masyarakat lokal juga menunjukkan bahwa rata - rata masyarakat memiliki aset berupa lahan, baik untuk tempat tinggal maupun usaha. Adanya perkembangan pariwisata membuat perubahan dalam masyarakat lokal Desa Sanur, terutama dalam aspek ekonomi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data kualitatif dihimpun melalui wawancara terstruktur dan wawancara secara mendalam, serta penarikan sampel dengan Rumus Slovin. Analisis data di lapangan menggunakan Model Miles and Huberman. Tahapan dalam analisis ini adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal Desa Sanur adalah 1) Mendorong masyarakat lokal untuk dapat menjadi pelaku dan pekerja di sektor industri pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung serta menciptakan peluang - peluang ekonomi sehingga bisa meningkatkan pendapatan; pola kepemilikan dan penguasaan lahan oleh masyarakat lokal tercermin dalam usaha – usaha masyarakat yang berhubungan dengan penyediaan sarana prasarana pendukung pariwisata; cara produksi barang, cara produksi jasa, cara distribusi barang dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata semakin mutakhir; 2) Keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata pada dasarnya berorientasi pada distribusi keuntungan dalam pembangunan pariwisata; 3) Implikasi dari dampak aspek ekonomi pariwisata terbukti mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan dalam aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.

(9)

ix ABSTRACT

IMPACT ANALYSIS OF TOURISM DEVELOPMENT ON ECONOMIC ASPECTS OF LOCAL COMMUNITIES IN SANUR VILLAGE

DENPASAR CITY

The impact of tourism development on the economic aspect is one of the most noticeable impact visible and often used as benchmarks to see the development of tourism. It is highly expected from tourism development is the increase in people's income, increase employment and business opportunities. Mastery of economic assets by the local people also showed that the average aspects of the development of local communities Sanur Village is 1) Encouraging local people to be able to be actors and workers in the tourism industry, both directly and indirectly and creates an economic opportunity that can increase revenue; patterns of ownership and control of land by local communities is reflected in the business community relating to the provision of supporting infrastructure of tourism; method of production of goods, means of production services, how the distribution of goods from the local community for the benefit of the tourism industry increasingly sophisticated; 2) The involvement of local communities in the tourism industry is basically oriented on the distribution of profits in tourism development; 3) The implications of the impact of the economic aspects of tourism proven to support sustainable tourism development in the economic, social, cultural and environmental.

(10)

x

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

(11)

xi

3.4 Instrumen Penelitian ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... ... 37

3.6 Teknik Pengambilan Sampel ... ... 38

3.7 Teknik Analisis Data ... ... 41

BAB IV PERKEMBANGAN PARIWISATA DESA SANUR DAN KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN 4.1 Perkembangan Pariwisata Desa Sanur ... 44

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 50

BAB V DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DESA SANUR 5.1 Cara Produksi dan Distribusi Barang dari Masyarakat Lokal Untuk Industri Pariwisata………. ... 53

5.2 Cara Produksi Jasa dari Masyarakat Lokal untuk Industri Pariwisata ... 72

BAB VI KETERLIBATAN MASYARAKAT LOKAL DI BIDANG INDUSTRI PARIWISATA DESA SANUR 6.1 Latar Belakang Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Perkembangan Pariwisata ... 83

6.2 Masyarakat Lokal Menjadi Pemilik Sarana Pendukung Pariwisata ... 97

BAB VII IMPLIKASI DAMPAK EKONOMI PARIWISATA TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI DESA SANUR 7.1 Masyarakat Lokal Mendapatkan Manfaat Ekonomi ... 102

7.2 Peran Masyarakat dalam Sosial Budaya dan Lingkungan… 104 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan……… 108

8.2 Saran ………. 110

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Model Penelitian ... ... 32

3.1 Peta Lokasi Desa Sanur ... 35

6.1 Foto Tourist Information ... 62

7.1 Foto Foto Kantor Kursus Diving ... 84

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 41 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Wilayah

(14)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Nomor Grafik Halaman

5.1 Trend Pendapatan Per Kapita Penduduk Desa

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1 Pedoman Wawancara Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Aspek Ekonomi Pada Masyarakat Lokal di Desa Sanur

Kota Denpasar ... ... 116 2 Rekapitulasi Ringkasan Pernyataan Sampel

Penelitian Mengenai Dampak

Perkembangan Pariwisata terhadap Aspek

Ekonomi Masyarakat Lokal ... 119 3 Rekapitulasi Keterlibatan Sampel Penelitian dalam

Perkembangan Pariwisata Desa Sanur

(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kepariwisataan Desa Sanur digambarkan oleh Picard (1992) sebagai sebuah kondisi yang penuh dengan kedamaian dan bernuansa masa lalu. Desa Sanur juga dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti, karena

pertambahan penduduknya berasal dari kedekatannya dengan wilayah Denpasar. Namun, kondisi sekarang telah menunjukkan hal yang berlawanan dengan

pendapat tersebut. Meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian, padatnya volume lalu lintas serta bertambahnya sarana pariwisata tidak bisa disandingkan dengan nuansa masa lalu.

Keadaan tersebut juga tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk mewujudkan Desa Sanur sebagai kawasan strategis pariwisata. Selain itu,

Desa Sanur juga diklaim sebagai jantung perekonomian Kota Denpasar. Posisi yang strategis juga menjadi faktor pesatnya perkembangan Desa Sanur. Membentangnya jalur yang menghubungkan antara Kabupaten Gianyar, Kuta, dan

Nusa Dua merupakan salah satu keunggulan tersendiri.

Perkembangan pariwisata memang selalu membawa dampak positif dan

negatif. Diungkapkan oleh Ashrama (2006) bahwa mungkin saja bisa terjadi hal – hal yang dapat memengaruhi perkembangan pariwisata itu sendiri. Dampak yang

(17)

Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar ke salah satu wilayah yang memiliki destinasi pariwisata, menuntut dibutuhkannya sarana akomodasi penginapan

yang lebih banyak juga. Akibatnya, harga lahan menjadi mahal karena diperebutkan untuk membangun hotel, resort atau restoran. Selanjutnya juga terjadi kapitalisasi

lingkungan berupa privatisasi pantai, sehingga nelayan tidak bisa melaut untuk mencari ikan. Pitana (2011) juga menyatakan bahwa perkembangan pariwisata menyisakan berbagai permasalahan, salah satunya adalah mengenai manfaat ekonomi

pariwisata untuk masyarakat lokal.

Perkembangan pariwisata di Desa Sanur tidak terlepas dari pembangunan

hotel pertama di Desa Sanur, yaitu Segara Beach Hotel pada tahun 1956. Hotel ini kira – kira sepuluh tahun lebih awal berdiri jika dibandingkan dengan Hotel Grand Bali Beach. Desa Sanur saat ini merupakan wilayah yang memiliki kondisi maju

akibat adanya perkembangan pariwisata. Darma Putra (2012) mengungkapkan bahwa peran Segara Beach Hotel bukan hanya melayani kebutuhan para wisatawan akan

akomodasi yang memadai, tetapi juga membawa Sanur menjadi kawasan wisata yang tumbuh pesat di tahun – tahun berikutnya.

Desa Sanur memenuhi komponen – komponen yang meliputi attraction,

accessibility, amenities dan ancillary. Seperti apa yang dituturkan oleh Wirawan (2015) komponen attraction yang dimiliki meliputi daya tarik wisata alam, atraksi

buatan manusia dan atraksi festival. Accessibility yang dimiliki berupa pantai yang terbuka sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum. Komponen amenities yang

(18)

pariwisata. Secara kelembagaan (ancillary) Desa Sanur memiliki kelembagaan dalam mendukung pariwisata, yang terdiri dari pemerintah, komunitas masyarakat dan

Yayasan Pembangunan Sanur.

Ikon pariwisata di wilayah Desa Sanur yang terkenal adalah Hotel Grand Bali

Beach yang sekarang telah berganti nama menjadi Inna Grand Bali Beach. Hotel ini mulai dibuka pada tahun 1966 dengan pelayanan yang memiliki standar internasional. Bali Beach telah menjadi saksi bisu perkembangan pariwisata di Desa Sanur dari

masa berdirinya hingga saat ini. Dalam benak para wisatawan antara Inna Grand Bali Beach dan Desa Sanur akan selalu menjadi satu kesatuan.

Salah satu keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah ketenagakerjaan. Foster (1995) berpendapat bahwa pariwisata dapat menyediakan pekerjaan bagi para karyawan hotel, pengemudi taksi, pemandu wisata,

pekerja konstruksi, penghibur, karyawan restoran dan pekerja dalam bidang transportasi lainnya. Hal ini berarti pariwisata juga dapat menghasilkan pendapatan

yang menguntungkan penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian. Salah satu contoh nyata bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Desa Sanur meningkat adalah munculnya homestay milik masyarakat lokal. Kondisi tersebut

sejalan dengan pendapat Pendit (2001) yang mengungkapkan bahwa tipikal homestay telah berkembang sejak tahun 1960-an di beberapa kantong – kantong wisata

termasuk Sanur. Jika dibandingkan dengan keadaan saat ini, pendapat tersebut menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan aktivitas secara alamiah dalam aktivitas

(19)

Sanur Village Festival (SVF) yang terselenggara untuk kesepuluh kalinya juga mencerminkan perkembangan pariwisata di Desa Sanur. Acara ini telah berhasil

menjadi ajang pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat setempat. Solidaritas masyarakat Sanur juga tercermin disini dalam hal mendukung promosi

pariwisata Desa Sanur baik secara langsung, maupun tidak langsung. Hal yang paling strategis adalah bahwa ajang Sanur Village Festival mampu memposisikan Desa Sanur di dalam kalender kegiatan pariwisata kelas dunia.

Sebelum Desa Sanur berkembang seperti saat ini, kehidupan masyarakatnya sebagian besar adalah petani dan nelayan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari

masyarakat melaut untuk mencari ikan, rumput laut, batu karang, menyewakan perahu dan sebagainya. Saat ini perahu – perahu yang ada tidak saja digunakan untuk melaut mencari ikan. Kelompok nelayan yang ada sudah terbagi menjadi dua, yaitu

untuk melayani wisatawan yang datang dan untuk mencari ikan.

Masyarakat lokal yang sebelumnya berprofesi sebagai petani atau menggarap

sawah dan tegalan kini cenderung menyewakan lahan yang mereka miliki untuk sarana pariwisata seperti hotel, restoran, villa dan sejenisnya. Alih fungsi lahan ini juga membawa perubahan pekerjaan sebagian masyarakat lokal di Desa Sanur.

Mereka lebih memilih bekerja dan membuka peluang usaha di sektor pariwisata yang dianggap lebih menjanjikan saat ini.

Interaksi masyarakat lokal Desa Sanur dengan penduduk pendatang terbilang baik, walaupun para penduduk pendatang cenderung datang dan menetap untuk

(20)

pendatang terlihat bersaing dalam meningkatkan kualitas perekonomian kehidupan mereka yang digantungkan pada sektor pariwisata. Kondisi ini semata – mata

menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat lokal untuk menjadi pegawai perhotelan dan sejenisnya perlahan telah beralih ke sektor usaha yang menjadi

pelengkap industri pariwisata setempat.

Pendapatan riil Kepala Keluarga di Desa Sanur pada tahun 2009 sebesar Rp.2.200.000,-. Jumlah ini relatif mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari – hari. Sumber pendapatan tersebut berasal dari beberapa sektor seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri kecil dan kerajinan rumah

tangga, sektor perdagangan, dan sektor jasa lainnya (Profil Desa/Kelurahan, 2012). Penguasaan aset ekonomi oleh masyarakat lokal seiring perkembangan pariwisata menimbulkan dugaan bahwa rata - rata masyarakat lokal memiliki aset berupa lahan,

baik untuk tempat tinggal maupun usaha.

Organisasi ekonomi yang dikelola langsung oleh masyarakat juga turut serta

berperan dalam menopang perekonomian masyarakat lokal. Salah satunya adalah Koperasi Simpan Pinjam yang menjadi sarana masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Selain itu, aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

saat ini juga sudah mulai beragam. Masyarakat lokal mulai mengembangkan industri rumah tangga berupa penyediaan makanan dan seni kerajinan.

Selain itu, perkembangan pariwisata juga mendorong perbaikan pasar - pasar tradisional melalui program revitalisasi pasar. Mengingat pasar tradisional merupakan

(21)

untuk menarik minat wisatawan asing untuk datang berkunjung ke pasar tradisonal. Pasar Sindhu dan Pasar Intaran adalah pasar yang telah direvitalisasi tahun 2012 lalu.

Pembangunan beberapa hotel baru, villa, restoran dan fasilitas pariwisata lainnya selama lima tahun terakhir disinyalir berdampak terhadap masyarakat lokal

Desa Sanur. Salah satunya adalah peralihan pekerjaan masyarakat dari sektor non pariwisata ke sektor pariwisata. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Ardana (2007) yang mengemukakan bahwa perubahan merupakan suatu gejala yang pasti dialami

oleh setiap masyarakat. Ada yang berubah secara cepat akibat adanya perkembangan pariwisata, ataupun sebaliknya.

Peran masyarakat lokal dalam mengontrol perkembangan pariwisata dalam lima tahun belakangan juga terlihat. Negosiasi mengenai penggunaan tenaga kerja oleh hotel – hotel yang baru dibangun dilakukan melalui kelian banjar. Penekanan

dalam hal ini adalah mengenai penggunaan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja. Tetapi belum diketahui secara pasti apakah upaya ini sudah benar – benar terealisasi

atau belum.

Masyarakat lokal Desa Sanur pada dasarnya telah memiliki modal sosial dalam menghadapi perkembangan pariwisata. Bentuk modal sosial tersebut berupa

nilai, institusi dan mekanisme. Nilai yang dianut masyarakat lokal Desa Sanur bahwa mereka adalah menyame braya. Nilai ini mendorong masyarakat untuk bersama –

(22)

Perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Sanur sudah tentu membawa berbagai macam dampak pariwisata. Pitana (2005) juga menyatakan perkembangan

pariwisata dalam arti luas mencakup masalah penyediaan informasi, transportasi, akomodasi serta pelayanan lainnya bagi para wisatawan. Masyarakat lokal Desa

Sanur cenderung memandang bahwa kehadiran pariwisata ini mampu meningkatkan kualitas hidup mereka dan bersifat positif. Hal yang menjadi permasalahan adalah apakah kondisi tersebut sudah mencakup perluasan kesempatan kerja dan berusaha.

Beberapa hal yang patut diselidiki juga adalah apakah perkembangan pariwisata dalam lima tahun terakhir ini dibarengi dengan peningkatan pendapatan

penduduk, pola pemilikan dan penguasaan lahan yang memang di dominasi masyarakat lokal. Perkembangan pariwisata seharusnya juga menjadikan bertambahnya ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian. Semua hal tersebut

adalah permasalahan penting yang harus diteliti.

Perkembangan pariwisata di Desa Sanur juga diharapkan mendukung

pembangunan pariwisata berkelanjutan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pariwisata berkelanjutan adalah terpeliharanya kondisi perekonomian masyarakat, terpeliharanya keadaan sosial dan budaya serta jaminan aman terhadap kelangsungan

lingkungan hidup di masa yang akan datang. Kondisi tersebut juga harus ditelusuri secara lebih lanjut.

Perkembangan pariwisata yang lebih mendasarkan pada prinsip ekonomi akan menyebabkan komersialisasi terhadap budaya. Sejalan dengan itu Yoeti (1994)

(23)

tamahan penduduk, kepribadian, demi memperoleh hasil yang memuaskan. Jika hal ini tidak dikendalikan, maka dalam jangka panjang akan berpotensi merusak tatanan

sosial dan budaya masyarakat lokal Desa Sanur. Berkembangnya pariwisata sebagai suatu industri di Desa Sanur juga disinyalir mendorong perubahan terhadap kebiasaan

masyarakat setempat.

Pembangunan prasarana dan sarana pariwisata selain berifat positif juga tidak jarang mendatangkan kerugian. Kerugian tersebut bisa berupa pencemaran

lingkungan oleh limbah – limbah hotel yang dibuang ke pantai secara diam – diam. Mertha (2006) mengungkapkan bahwa pemanfaatan pantai untuk kepentingan sosial,

ekonomi, agama dan budaya seringkali menimbulkan masalah jika tidak ada keselarasan dalam mengakomodasi segala kepentingan. Hal ini juga penting ditelusuri karena kelestarian lingkungan hidup merupakan bagian dari pembangunan

pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur.

Banyak masyarakat lokal telah berpaling kepada perkembangan pariwisata

untuk memberikan pembangunan ekonomi, sosial dan keseluruhan masyarakat (Aref dan Redzuan, 2008). Sejalan dengan pendapat tersebut, maka aspek ekonomi pada masyarakat lokal Desa Sanur kemungkinan akan terus berkembang secara dinamis

seiring dengan perkembangan pariwisata. Perkembangan itu akan berlangsung sejalan dengan perkembangan zaman yang didukung oleh karakteristik dari masyarakat itu

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

pokok permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi

masyarakat lokal Desa Sanur ?

2) Bagaimanakah keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata Desa Sanur ?

3) Bagaimanakah implikasi dampak ekonomi pariwisata terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini sangat penting karena perekonomian Bali berbasis pada industri pariwisata, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembangunan Bali secara

keseluruhan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan khusus dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek

(25)

2) Untuk mengetahui keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata Desa Sanur. Hal ini diteliti dari penelusuran siapa menjadi

pemilik apa, siapa yang memiliki tambahan aset selama lima tahun terakhir, siapa yang mengalami peralihan pekerjaan dari sektor non

pariwisata ke sektor pariwisata;

3) Untuk mengetahui apakah dampak aspek ekonomi pariwisata terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur. Jika semakin

banyak masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara ekonomi yang meliputi perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan

pendapatan penduduk, pemilikan dan penguasaan lahan serta sumber daya milik bersama oleh masyarakat lokal dan semakin tersedianya prasarana dan sarana perekonomian maka perkembangan pariwisata

mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sebaliknya, jika semakin sedikit masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara

ekonomi, maka perkembangan pariwisata tidak mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil pemikiran dan pengembangan kajian kepariwisataan pada

(26)

perkembangan pariwisata terhadap pengembangan ilmu pariwisata dan teori pariwisata berkelanjutan. Teori ini mencakup keberlanjutan aspek ekonomi, sosial

budaya dan lingkungan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian secara praktis bagi pemecahan masalah di masyarakat, antara lain :

1) Memberikan gambaran dan informasi mengenai dampak perkembangan

pariwisata terhadap perubahan aspek ekonomi pada masyarakat lokal di Desa Sanur.

2) Membantu pihak – pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, pihak aparat desa, kecamatan dan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Desa Sanur.

(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang kepariwisataan khususnya mengenai dampak perkembangan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Faizun (2009), Prayogi (2011), Limbong dan

Soetomo (2014),Rahman dan Muktialie (2014) serta Wirawan (2015). Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

sepanjang penulis ketahui, serta sebagai bahan pembanding dan pemberi inspirasi dalam penulisan penelitian ini.

Penelitian oleh Faizun (2009) dengan judul ‘Dampak Perkembangan Kawasan

Wisata Pantai Kartini Terhadap Masyarakat Setempat di Kabupaten Jepara’ dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Kartini yang merupakan kawasan wisata di Kelurahan

Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Selain sebagai kawasan wisata, Pantai Kartini dihuni oleh masyarakat pesisir yang kondisi ekonomi, sosial, lingkungan fisik dan fungsi permukimannya mengalami perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan dampak dari perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini terhadap masyarakat setempat di Kabupaten Jepara. Instrumen utama yang digunakan dalam

(28)

dengan analisis deskriptif kuantitatif. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 62 kepala rumah tanggga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

perkembangan kawasan wisata Pantai Kartini terbukti timbul dampak baik positif maupun negatif. Perkembangan kawasan pariwisata Pantai Kartini berdampak positif

terhadap perubahan kondisi ekonomi masyarakat setempat, dijelaskan oleh munculnya 32,3% kesempatan kerja baru sektor pariwisata seperti: industri dan penjual souvenir dari limbah laut, penarik perahu wisata, dan usaha penginapan.

Tingkat pendapatan masyarakat tinggi, yaitu sebesar 53,2% berasal dari pendapatan pariwisata. Peningkatan harga lahan, karena kepemilikan lahan merupakan hak milik

sebesar 96,8% dan harga lahan tinggi sebesar 24,2%.

Demikian pula dampak negatif pariwisata terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat. Masyarakat pesisir yang awalnya tergantung dari perikanan laut, berubah

menjadi memiliki ketergantungan tinggi pada pariwisata, yaitu sebesar 69,1%. Penelitian ini juga menemukan bahwa telah terjadi kesenjangan sosial antara sektor

perikanan dan pariwisata, perikanan hanya 9,7% sedangkan pariwisata 17,7% cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak berdampak negatif terhadap migrasi, karena dari pendatang 25,8% hanya 9,7% yang bekerja sektor pariwisata. Adapun

dampak terhadap perubahan lingkungan fisik juga positif dijelaskan dari jalan lingkungan baik menggunakan pavingblock lebar 1 M, seluruh sistem pengairan

menggunakan air bersih dari PDAM, tidak terjadi genangan dan memiliki tempat sampah di luar rumah. Perubahan fungsi permukiman dipengaruhi oleh faktor - faktor

(29)

pendapatan pariwisata, dan pekerjaan sektor pariwisata. Penelitian ini memberikan inspirasi untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai dampak perkembangan

pariwisata terhadap perubahan ekonomi yang terjadi di tingkat desa yang juga memiliki pantai sebagai daya tarik wisata utama. Penelilitian oleh Faizun memiliki

persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama - sama meneliti mengenai dampak perkembangan pariwisata terhadap perekonomian masyarakat. Perbedaan yang mendasar adalah pada metode analisis data, penelitian oleh Faizun mengunakan

analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Prayogi (2011) dengan judul ‘Dampak

Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran’. Penelitian ini meneliti mengenai dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli yang dilihat dari lingkungan fisik, kehidupan sosial

budaya masyarakat, serta perekonomian masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah melalui observasi, wawancara mendalam dan studi

kepustakaan serta selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran memberikan dampak positif terhadap lingkungan fisik. Hasil tersebut

diperkuat dengan adanya kegiatan pelestarian pohon dan pembuatan aturan adat untuk melestarikan hutan bambu.

Selain dampak positif, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya perkembangan pariwisata seperti penumpukan sampah dan pemasangan

(30)

terhadap sosial dan budaya dalam penelitian ini juga menunjukkan hal positif dan negatif. Hal positif yang menjadi temuan penelitian adalah timbulnya upaya

pelestarian potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Hal tersebut diperkuat dengan pengadaan pelatihan tari oleh masyarakat setempat di Balai Desa

setempat. Hal negatif akibat perkembangan pariwisata terhadap sosial budaya yang menjadi temuan penelitian ini adalah berubahnya orientasi masyarakat menuju individu yang individualistis. Kondisi tersebut terjadi karena masyarakat semata –

mata hanya mengejar pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga yang bersumber dari pariwisata. Untuk perekonomian masyarakat, dampak yang ditimbulkan akibat

perkembangan pariwisata adalah timbulnya kesempatan membuka usaha yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Adapun dampak negatif terhadap perekonomian yang ditimbulkan akibat perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran adalah munculnya

ketimpangan pendapatan masyarakat. Penelitian oleh Prayogi memiliki konsep penelitian yang sejalan dengan apa yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu sama –

sama meneliti dampak perkembangan pariwisata terhadap lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi. Namun, hal mendasar yang menjadi perbedaan adalah dalam penelitian ini meneliti tentang dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal

yang diakibatkan oleh adanya perkembangan pariwisata di Desa Sanur. Pemilihan aspek ekonomi dalam penelitian dilakukan karena aspek ekonomi adalah hal yang

paling sering dijadikan tolok ukur dalam perkembangan pariwisata. Secara keseluruhan penelitian oleh Prayogi memberikan inspirasi untuk meneliti dampak

(31)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Limbong dan Soetomo (2014), berjudul

“Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Lingkungan Taman Nasional

Karimunjawa” yang bertujuan untuk melihat dampak positif dan negatif

perkembangan pariwisata terhadap lingkungan di darat dan perairan laut Taman

Nasional Karimunjawa. Penelitian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan Model Concurrent. Pengumpulan data menggunakan metode random sampling dengan penyebaran pedoman wawancara ke para wisatawan serta

purposive sampling kepada individu yang telah dipilih. Hasil penelitian oleh Limbong dan Soetomo ini adalah 1) perubahan seiring terbentuknya zonasi Taman

Nasional dapat memajukan perekonomian pada sektor pariwisata dan mendukung pengembangan jenis – jenis satwa alami, 2) adanya pembangunan akomodasi baru di Kecamatan Karimunjawa dapat mengembangkan sektor perekonomian seiring

banyaknya investor yang datang, 3) peningkatan aktivitas wisatawan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Penelitian ini mengandung makna penting

tentang pengembangan aspek ekonomi di daerah pesisir pantai yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Sejalan dengan kondisi Pantai Sanur yang harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat lokal, pemerintah dan para

stakeholder dalam menopang aspek ekonomi yang berkelanjutan. Penemuan penting

dalam penelitian Limbong dan Soetomo adalah bahwa perkembangan pariwisata

(32)

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rahman dan Muktialie (2014) dengan

judul ‘Pengaruh Aktivitas Pariwisata Pantai Taplau Kota Padang Terhadap Ekonomi,

Sosial Masyarakat dan Lingkungan’. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dampak aktivitas pariwisata Pantai Taplau Kota Padang terhadap ekonomi,

sosial masyarakat dan lingkungan sepanjang pantai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pariwisata menimbulkan konsekuensi logis berupa pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada peningkatan penadapatan masyarakat,

sedangkan sosial dan lingkungan cenderung menghasilkan pengaruh yang negatif. Penelitian dari Rahman dan Muktialie ini memberikan bayangan mengenai

bagaimana perkembangan pariwisata dapat membawa dampak yang nyata terhadap masyarakat, terutama yang langsung bersentuhan dengan perkembangan pariwisata. Persamaan mendasar penelitian oleh Rahman dan Muktialie dengan penelitian ini

adalah mencari suatu konsekuensi logis berupa dampak negatif dan positif yang terbawa oleh perkembangan pariwisata terhadap masyarakat.

Penelitian oleh Wirawan (2015) yang berjudul ‘Pariwisata Bersepeda Dalam

Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan Di Sanur’ meneliti mengenai tiga hal. Hal tersebut mengenai potensi yang dimiliki Destinasi Pariwisata Sanur dalam

mengembangkan wisata bersepeda, manfaat dari pariwisata bersepeda terhadap Destinasi Pariwisata Sanur dan bagaimana perencanaan pariwisata bersepeda di

Destinasi Pariwisata Sanur mendukung pariwisata berkelanjutan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan statistik

(33)

memiliki potensi untuk mendukung kegiatan pariwisata bersepeda berdasarkan empat komponen, yaitu attractions, accessibility, ancillary, dan amenities. Pengaruh

signifikan ada di masyarakat terutama penyewa sepeda karena berhubungan langsung dengan wisatawan. Dari segi perencanaan, adanya legalitas jalur sepeda dalam

Peraturan Wali Kota Denpasar menjadi katalis yang baik dalam pengembangan pariwisata bersepeda. Wirawan juga menuturkan bahwa untuk masa mendatang diperlukan sebuah perencanaan yang baik meliputi perencanaan fisik, perencanaan

kebijakan, dan perencanaan kebijakan untuk mendukung pariwisata bersepeda di Sanur. Penelitian ini sama – sama mengambil lokasi di Sanur. Terlihat bahwa ada

pengaruh signifikan dari masyarakat selaku pihak yang menyewakan sepeda, sehingga memberikan inspirasi untuk meneliti peran masyarakat dalam perkembangan pariwisata di Desa Sanur.

2.2 Konsep

2.2.1 Perkembangan Pariwisata

Perkembangan adalah suatu proses berubahnya suatu wilayah, keadaan maupun suatu sistem. Perkembangan pariwisata bisa dilihat sebagai perkembangan

suatu sistem. Perkembangan pariwisata sebagai suatu sistem menurut Sunaryo (2013) adalah sebuah sinergi keterkaitan usaha dan kegiatan yang membentuk suatu sistem

(34)

Sunaryo juga memberikan sebuah ilustrasi untuk menggambarkan pola keterkaitan kegiatan yang terjadi, baik keterkaitan usaha maupun kegiatan ke depan

maupun ke belakang, sebagai berikut :

1. Seorang wisatawan sebelum mengunjungi suatu destinasi pasti akan

membutuhkan informasi mengenai destinasi yang dikunjungi. Dalam tahap ini sub-sistem usaha dan kegiatan informasi yang terkait dengan promosi dan pemasaran destinasi pariwisata akan berkembang.

2. Calon wisatawan akan membutuhkan agen perjalanan (travel agent) dan paling tidak moda transportasi yang akan digunakan, sehingga industri

perjalanan akan ikut berkembang.

3. Pada saat wisatawan sampai di destinasi, wisatawan akan membutuhkan fasilitas untuk menginap (akomodasi) serta makan dan minum, sehingga

industri perhotelan dan usaha restoran juga akan menjadi berkembang. 4. Tahapan seterusnya sampai dengan berkembangnya industri jasa

pemanduan, transportasi lokal, kegiatan seni pertunjukan yang akan dikunjungi, industri rumah tangga dan perdagangan cindera mata, jasa parkir dan sebagainya, semua akan ikut berkembang menyertai kegiatan

kepariwisataan itu sendiri.

Ilustrasi tersebut berarti bahwa keseluruhan rangkaian kegiatan dan usaha yang

tercipta saling memiliki hubungan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan pariwisata juga ditunjukkan dengan keterkaitan usaha dan

(35)

sektor usaha pariwisata yang ada dibelakangnya. Sektor usaha pariwisata yang ada didepan seperti rencana aktivitas wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi,

kebutuhan informasi destinasi yang tersedia, ketersediaan jaringan moda transportasi yang akan digunakan dan ketersediaan agen perjalanan yang akan mengaturnya.

Sektor usaha tersebut akan mendongkrak sektor usaha pariwisata yang ada dibelakangnya, seperti kebutuhan sarana akomodasi, ketersediaan makanan dan minuman, kebutuhan produk atraksi dan daya tarik yang akan dilihat, ketersediaan

transportasi lokal, kebutuhan jasa pemanduan yang akan digunakan, ketersediaan fasilitas belanja bagi wisatawan, sampai dengan ketersediaan cinderamata yang akan

dibawa pulang yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan destinasi pariwisata.

Keterkaitan dari berbagai aktivitas dalam industri pariwisata secara lebih

nyata dapat dilihat dalam interaksi antara komponen produk dan komponen pasar. Komponen produk merupakan wujud dari sisi penawaran sedangkan komponen pasar

merupakan wujud dari sisi permintaan. Perkembangan pariwisata dalam penelitian ini dilihat dari perubahan yang terjadi dari salah satu komponen tersebut yang ada dalam wilayah Desa Sanur, yaitu komponen produk.

Komponen produk bisa dilihat dalam wujud penawaran dalam sebuah destinasi wisata, seperti daya tarik wisata yang berbasis utama pada alam (pantai),

akomodasi, aksesibilitas, transportasi, fasilitas umum, fasilitas pendukung pariwisata dan masyarakat selaku tuan rumah dari suatu destinasi. Hal – hal yang diperhatikan

(36)

atau hilang, semakin dikenal atau ditinggalkan, serta bertambah atau berkurangnya bagian, fungsi, atau sifat dari wilayah desa tersebut.

2.2.2 Aspek Ekonomi

Koentjaraningrat (2009) berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang

disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia, antara lain adalah Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Religi dan Kesenian. Selanjutnya,

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa tiap – tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga akan menjelma ke dalam wujud – wujud kebudayaan, yaitu berupa sistem

budaya, sistem sosial dan berupa unsur kebudayaan fisik.

Sebagaimana manusia yang berinteraksi dan membentuk suatu masyarakat, pastinya akan melakukan suatu tindakan yang berpola. Kondisi ini dapat dilihat

dalam wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial. Sistem sosial ini menurut Koentjaraningrat terdiri dari aktivitas – aktivitas manusia yang berinteraksi,

berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun selalu menurut pola – pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia – manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial

(37)

Dengan demikian sistem ekonomi atau yang disebutkan oleh Koentjaraningrat sebagai sistem mata pencaharian hidup dalam urutan unsur kebudayaan, mempunyai

wujud secara konseptual, namun sistem ekonomi juga memiliki wujud berupa tindakan dan interaksi berpola. Sejalan dengan Koentjaraningrat, Damsar (2002)

mengungkapkan hal senada yaitu mengenai cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi jasa - jasa dan barang – barang langka. Damsar menggunakan pendekatan

sosiologis yang mendorong pemahaman dan penjelasan dari kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-55/MENLH/11/1995 Tanggal 13 Nopember 1995 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional mengamanatkan bahwa komponen sosial yang penting

ditelaah dalam aspek ekonomi antara lain : a) kesempatan kerja dan berusaha; b) tingkat pendapatan penduduk; c) pola pemilikan dan penguasaan lahan dan

sumberdaya alam termasuk sumber daya alam milik bersama; dan d) prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan, perbankan, pusat pertokoan).

Memadukan konsep dari para ahli tersebut serta mengingat amanat Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-55/MENLH/11/1995 Tanggal 13 Nopember 1995 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional, maka

(38)

a. Cara produksi barang dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata,

b. Cara produksi jasa dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata,

c. Cara distribusi barang yang dihasilkan oleh masyarakat lokal sehingga sampai ke wisatawan (konsumen),

Pemilihan cara - cara tersebut karena Desa Sanur merupakan daerah penerima

wisatawan. Sebagai daerah penerima wisatawan, sebagian besar masyarakat Desa Sanur juga berkecimpung dalam bidang industri pariwisata baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ketiga cara tersebut akan berujung pada aspek – aspek ekonomi yang telah diamanatkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-55/MENLH/11/1995. Cara – cara tersebut idealnya semakin

mutakhir seiring dengan berjalannya waktu. Pemutakhiran cara – cara yang dilakukan oleh masyarakat lokal Desa Sanur diukur dari tahun dasar rentang waktu penelitian

yaitu tahun 2010, kemudian dirunut kedepan hingga tahun 2014 yang menjadi tahun akhir di rentang waktu penelitian.

2.2.3 Masyarakat Lokal Desa Sanur

Masyarakat merupakan istilah yang paling lazim digunakan untuk menyebutkan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan maupun kehidupan sehari –

(39)

mengemukakan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh

suatu rasa identitas bersama.

Sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat, bisa dikatakan warga yang tinggal

dan berinteraksi di wilayah Desa Sanur adalah sebuah masyarakat. Masyarakat yang ada di Desa Sanur telah memiliki ikatan yang membentuk pola kesatuan manusia dan memiliki tingkah laku yang khas. Tingkah laku yang khas tersebut adalah mengenai

segala faktor kehidupannya dalam suatu batas kesatuan. Salah satu batas kesatuan yang lazim ditemukan di Desa Sanur adalah banjar yang memiliki adat istiadat

masing – masing.

Mendukung pendapat tersebut, Madiun (2010) mengemukakan masyarakat lokal sebagai seluruh masyarakat yang dari sejak lama telah berinteraksi sesuai

dengan sistem adat istiadat yang berlaku dan bersifat berkesinambungan. Jadi, yang dimaksud masyarakat lokal Desa Sanur dalam penelitian ini adalah warga yang

tinggal dan melakukan interaksi serta merupakan warga asli Desa Sanur, bukan warga yang berasal dari luar atau wilayah lain. Mereka juga harus terlibat dalam kegiatan banjar dan segala ketentuan dari adat istiadatnya masing – masing.

Untuk keperluan penelitian pada saat di lapangan, masyarakat lokal yang dijadikan sampel penelitian adalah masyarakat lokal yang berperan selaku Kepala

Keluarga. Dalam penelitian ini Kepala Keluarga yang dijadikan sampel penelitian tidak ditentukan batasan umurnya, namun sampel bersangkutan harus sudah menjadi

(40)

sampel penelitian ini adalah mereka yang memiliki pekerjaan atau berkecimpung secara langsung di bidang industri pariwisata yang ada di Desa Sanur.

2.2.4 Keterlibatan Masyarakat

Pada masa lalu keterlibatan pengelolaan sumber daya oleh masyarakat lokal

dalam industri pariwisata hampir selalu terlewatkan. Fenomena termaginalkannya masyarakat lokal guna memperoleh manfaat dari industri pariwisata yang ada disuatu wilayah sering terjadi. Sunaryo (2013) memaparkan bahwa keterlibatan masyarakat

dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif, yaitu pada proses pengambilan keputusan dan berkaitan dengan distribusi keuntungan yang diterima masyarakat dari

pembangunan pariwisata.

Ariati (2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pariwisata, yaitu masyarakat lokal akan paham

akan sejarah bagaimana suatu wilayah beradaptasi terhadap perubahan, masyarakat lah yang paling awal merasakan dampak pariwisata dan yang terakhir masyarakat

diharapkan menjadi bagian integral dari produk pariwisata tersebut. Pendapat tersebut didukung juga oleh apa yang dikemukakan oleh Madiun (2010), bahwa bagi masyarakat lokal melibatkan diri secara langsung dalam pengelolaan usaha pariwisata

merupakan pengalaman baru yang penuh tantangan.

Keterlibatan masyarakat dalam perkembangan parwisata juga dikemukakan

oleh Guterres (2014) yang mengemukakan bahwa masyarakat sebagai salah satu

stakeholders harus terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan

(41)

masyarakat dilihat dari perubahan kepemilikan aset, tambahan aset dan peralihan pekerjaan yang mendukung bidang industri pariwisata oleh masyarakat lokal selama

rentang waktu penelitian. Hal tersebut diteliti dari penelusuran siapa menjadi pemilik apa, siapa yang memiliki tambahan aset selama lima tahun terakhir, siapa yang

mengalami peralihan pekerjaan dari sektor non pariwisata ke sektor pariwisata.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Dampak Pariwisata

Teori dampak pariwisata adalah teori yang menyatakan tentang pengaruh atau

akibat dari adanya perkembangan pariwisata. Suatu wilayah yang memiliki destinasi pariwisata tentu akan mempunyai beberapa dampak salah satunya adalah dampak dalam aspek ekonomi. Foster (2000) menyatakan bahwa keuntungan pariwisata

secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi karyawan hotel, pengemudi taksi, pemandu wisata,

pekerja konstruksi, karyawan restoran dan pekerja lainnya.

Foster juga lebih lanjut mengungkapkan bahwa di samping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga menghasilkan pendapatan yang menguntungkan

penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian. Mill (2000) juga mengungkapkan hal yang senada, bahwa pariwisata dapat memberikan keuntungan

bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah serta dapat meningkatkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi. Memadukan teori dari pakar tersebut, dapat

(42)

ekonomi masyarakat. Teori Dampak Pariwisata dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan dalam menganalisis permasalahan mengenai dampak perkembangan

pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal di Desa Sanur.

2.3.2 Teori Sistem

Teori sistem dari Sztompka (2010) mengemukakan bahwa perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial, lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka

waktu berlainan. Selanjutnya, Sztompka juga membedakan perubahan sosial menjadi beberapa jenis tergantung dari sudut pengamatan meliputi sudut aspek, fragmen atau

dimensi sistem sosialnya. Hal ini disebabkan oleh keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen sebagai berikut :

a) Unsur – unsur pokok. Misalnya jumlah dan jenis individu serta tindakan mereka.

b) Hubungan antar unsur. Misalnya ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antar individu dan integrasi.

c) Berfungsinya unsur – unsur di dalam sistem. Misalnya peran pekerjaan

yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk menyelesaikan ketertiban sosial.

d) Pemeliharaan batas. Misalnya kriteria untuk menetukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok,

(43)

e) Subsistem. Misalnya jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat dibedakan.

f) Lingkungan. Misalnya keadaan alam atau lokasi geopolitik.

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian,

harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri – ciri sistem sosial yang kompleks. Jika dipisahkan menjadi komponen dan

dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan berikut :

a) Perubahan komposisi (misalnya migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, bubarnya suatu kelompok, demobilisasi gerakan sosial)

b) Perubahan struktur (misalnya terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerjasama atau

hubungan kompetitif)

c) Perubahan fungsi (misalnya spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang di

indoktrinasikan oleh sekolah atau universitas)

d) Perubahan batas (misalnya penggabungan beberapa kelompok atau satu

(44)

e) Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan

kehidupan pribadi oleh pemerintah toaliter)

f) Perubahan lingkungan (misalnya kerusakan ekologi, gempa bumi,

munculnya wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar internasional) Dalam penelitian ini peran Teori Sistem adalah untuk mendukung Teori Dampak Pariwisata dalam menjawab permasalahan mengenai dampak pariwisata

terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal di Desa Sanur. Teori Sistem lebih melihat perbedaan yang terjadi di waktu yang berbeda dalam jangka waktu penelitian.

2.3.3 Teori Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya pariwisata secara efisien dengan memperhitungkan kebutuhan sekarang dan kebutuhan di masa yang

akan datang. Yoeti (2008) mengemukakan sedikitnya ada empat prinsip yang perlu dipegang agar mencapai sasaran, yaitu : pertama, semua yang terlibat dalam

perencanaan dan pengembangan pariwisata, harus menjaga keseimbangan ekologi dan terjadinya kerusakan lingkungan harus dihindari; kedua, pengembangan pariwisata sebagai suatu industri harus selalu dapat mempertahankan nilai – nilai

sosial yang hidup dalam masyarakat dengan jalan meningkatkan kewaspadaan terhadap tingkah laku orang asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa;

Ketiga, pengembangan pariwisata sebagai suatu industri hendaknya dapat

melibatkan rakyat banyak, khususnya penduduk lokal mendapat kesempatan ikut

(45)

pengembangan pariwisata sebagai suatu industri hendaknya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan

kerja, pemerataan pendapatan, penerimaan pajak, pendapatan nasional, dan sekaligus dapat memperkuat neraca pembayaran Negara.

Secara lebih lanjut Yoeti menguraikan tentang pariwisata berkelanjutan yang juga bisa digambarkan sebagai pertemuan antara kebutuhan wisatawan dan daerah tujuan wisata dalam usaha menyelamatkan dan memberi peluang untuk lebih menarik

lagi di waktu yang akan datang. Hal ini merupakan suatu pertimbangan agar semua sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi, sosial, keindahan

dan memelihara integritas keanekaragaman budaya. Untuk mencapai semua itu, harus ada perubahan sikap dan kemauan keras agar apa yang ada sekarang tidak habis tanpa memperhatikan pariwisata yang akan datang.

Dalam penelitian ini Teori Pariwisata Berkelanjutan digunakan untuk melihat jika semakin banyak masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara

ekonomi, maka perkembangan pariwisata di Desa Sanur mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sebaliknya, jika semakin sedikit masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara ekonomi, maka perkembangan pariwisata di Desa

Sanur tidak mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.

2.3 Model Penelitian

Perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Sanur perlahan telah melebur

(46)

perubahan dalam berbagai aspek dalam masyarakat, salah satunya adalah terhadap aspek ekonomi. Dampak ekonomi akibat perkembangan pariwisata secara langsung

juga memberikan dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal.

Untuk mengatahui apakah perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa

Sanur telah membawa dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal, maka dilakukan analisis terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal. Teknik analisis terhadap aspek ekonomi tersebut menggunakan Model Miles and Huberman yang

didukung dengan metode penelitian campuran. Metode ini juga didukung oleh teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Setelah hasil analisis didapatkan, maka akan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersumber dari pembahasan penelitian. Dari kesimpulan yang didapatkan, maka akan diajukan beberapa saran untuk dijadikan dasar dalam

penelitian selanjutnya, pengambilan kebijakan serta kepentingan ilmiah lainnya. Gambar 2.1 berikut ini adalah model penelitian Analisis Dampak Perkembangan

(47)

Keterangan :

: interaksi

: proses selanjutnya

Desa Sanur

Perkembangan Pariwisata Kondisi Ekonomi Masyarakat Lokal

Metode Penelitian

(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pertama, menetapkan metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif yang dimaksud adalah dilakukan pada saat analisis data dan pengumpulan data yang didapatkan melalui proses penelitian. Dalam penelitian

ini, analisis data mengunakan model Miles and Huberman. Data – data kualitatif dihimpun melalui wawancara terstruktur dan wawancara secara mendalam.

Wawancara mendalam dilakukan untuk mendukung data yang didapatkan melalui pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan sampel untuk mendapatkan data kualitatif berupa pendapat – pendapat yang akan menjawab rumusan masalah

penelitian. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin. Selanjutnya pada saat di lapangan peneliti bertindak selaku instrumen kunci. Artinya,

pada saat penelitian ini berlangsung, peneliti turun ke lokasi penelitian dengan didukung oleh instrumen penelitian yang telah ditentukan.

Kedua, penentuan lokasi penelitian sebagai objek dari penelitian

dilaksanakan. Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar. Ketiga, menetapkan jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan

(49)

dihasilkan dari penyebaran pedoman wawancara di lokasi penelitian. Pedoman wawancara diberikan kepada Kepala Keluarga yang merupakan penduduk asli Desa

Sanur yang telah dihitung secara proporsional di masing – masing wilayah Desa Sanur. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Kantor Lurah Sanur, Kantor

Desa Sanur Kaja dan Kantor Desa Sanur Kauh.

Keempat, menentukan instrumen penelitian, instrumen penelitian digunakan sebagai alat pendukung dalam proses penelitian. Penelitian ini menggunakan

pedoman wawancara yang merupakan alat bantu penting dalam mengumpulkan data. Selain itu, alat bantu lain yang digunakan adalah kamera, buku catatan kecil dan alat

tulis. Kelima, menentukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah teknik Triangulasi (gabungan), meliputi : melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi.

Keenam, menentukan proses analisis data. Analisis data di lapangan dalam penelitian ini adalah Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2014). Model Miles and Huberman menerangkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Tahapan dalam analisis ini adalah reduksi data (data reduction),

(50)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa Sanur, Kecamatan

Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Beberapa pertimbangan yang mendasari terpilihnya lokasi ini adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan pariwisata di Desa Sanur selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan hal yang positif, terbukti dengan munculnya beberapa hotel berbintang dan fasilitas penunjang

pariwisata lainnya,

2) Pendapatan riil kepala keluarga yang merupakan masyarakat lokal Desa Sanur

berdasarkan pengamatan awal dalam proses penelitian mengalami peningkatan,

3) Keterlibatan masyarakat lokal secara keseluruhan disinyalir berorientasi

kepada keuntungan dari industri pariwisata yang berkembang.

(51)

www.google.com Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Sanur, Kota Denpasar 3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

1) Data Kualitatif, yaitu berupa data yang tidak dapat diwujudkan dalam

bentuk angka, namun berupa penjelasan tentang uraian tentang fenomena tertentu yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam

penelitian ini yang termasuk dalam data kualitatif adalah jawaban Kepala Keluarga yang menjadi sampel penelitian atas pedoman wawancara yang diberikan.

2) Data Kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka yang mendukung data kualitatif dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang termasuk

(52)

3.3.2 Sumber Data

1) Data primer, adalah data yang dihasilkan sendiri oleh peneliti. Sumber

data primer ini dihasilkan dari hasil penyebaran pedoman wawancara. Data ini berupa jawaban Kepala Keluarga yang menjadi sampel

penelitian atas pedoman wawancara yang diberikan.

2) Data sekunder, adalah data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain. Data ini meliputi data yang bersumber dari Kantor

Lurah Sanur, Kantor Desa Sanur Kauh dan Kantor Desa Sanur Kaja.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dan beberapa alat bantu yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan data penelitian. Pedoman

wawancara merupakan salah satu alat bantu penting dalam proses pengumpulan data. Dalam pedoman wawancara berisi sejumlah pernyataan yang disajikan berdasarkan

konsep penelitian. Selain pedoman wawancara, alat bantu lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, buku catatan kecil serta alat tulis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah teknik

triangulasi. Teknik ini merupakan penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data,

(53)

berbagai sumber data. Dalam penelitian teknik ini menggabungkan observasi partisipatif, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam serta dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak, seperti penjelasan berikut ini : 1) Observasi Partisipatif

Dalam penelitian ini, observasi partisipatif dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat setempat serta berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari – hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang terlihat.

2) Wawancara Terstruktur dan Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menyiapkan alat bantu

penelitian berupa pedoman wawancara yang berisi pertanyaan – pertanyaan tertulis. Selanjutnya wawancara secara mendalam dilakukan untuk mendukung jawaban – jawaban yang didapatkan dari wawancara terstruktur

sebelumnya. 3) Dokumentasi

(54)

melakukan wawancara kepada informan atau sumber data. Alat – alat lain yang mendukung adalah buku catatan dan kamera.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sebelum dilakukan penentuan sampel, sebelumnya telah diketahui bahwa jumlah populasi adalah sebesar 5587 Kepala

Keluarga. Penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1) Kepala keluarga yang merupakan masyarakat lokal dan bertempat tinggal di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan. Usia dari Kepala Keluarga tidak ditentukan, asalkan sudah menjadi kepala keluarga sebelum tahun 2010.

2) Mengikuti perkembangan desa sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 atau tidak pernah tinggal ke luar wilayah Desa Sanur.

3) Memiliki pekerjaan atau usaha pokok yang berhubungan dengan bidang industri pariwisata di Desa Sanur.

Ukuran sampel yang diambil menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut : n = . . . .. . . (1) N

(55)

Keterangan :

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10 %) (Umar, 2004). Berdasarkan Rumus Slovin tersebut didapat sampel sebanyak :

n =

n = 98

Jumlah sampel dibulatkan ke atas mejadi 100 sampel. Alasan dilakukan

pembulatan keatas agar sampel penelitian termasuk pada rentang sampel besar. Berdasarkan perhitungan Rumus Slovin tersebut, ukuran sampel ditentukan sebanyak

100 Kepala Keluarga (KK). Selanjutnya di masing – masing desa/kelurahan akan dilakukan pengambilan sampel secara proporsional sebagai berikut :

1) Jumlah sampel untuk Desa Sanur Kaja : 5587

1 + 5587(0,1)2

= 98,24

Jml KK Desa Sanur Kaja Total KK Desa Sanur

X n

1704 5587

(56)

2) Jumlah sampel untuk Desa Sanur Kauh :

3) Jumlah sampel untuk Kelurahan Sanur :

Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah masing – masing sampel

penelitian di masing – masing wilayah Desa Sanur. Seperti yang disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian (KK)

No Nama Desa/Kelurahan Populasi Jumlah Sampel

1 Desa Sanur Kaja 1704 30

2 Desa Sanur Kauh 1987 36

3 Kelurahan Sanur 1896 34

Total 5587 100

Jml KK Desa Sanur Kauh Total KK Desa Sanur

X n

1987 5587

X 100 = 35,56 = 36

Jml KK Kelurahan Sanur Total KK Desa Sanur

X n

1896 5587

(57)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilapangan/lokasi penelitian yang digunakan adalah

analisis data Model Miles and Huberman. Model Miles and Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2014). Aktivitas dalam model ini antara lain :

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah pada temuan, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan

perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta

Gambar

Gambar 2.1  Model Penelitian
Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Sanur, Kota Denpasar
Tabel 3.1  Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian (KK)
Tabel 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut: 1,) Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala Sekolah Dasar Negeri di kecamatan

Akibat dari tidak adanya acuan dalam pelaksanaan pekerjaan banyak membuat organisasi tidak berfungsi dengan baik, hal ini dikarenakan para karyawan bingung

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi responden sebelum diberikan pengaruh terapi musik suara alam terhadap kualitas tidur pasien mayoritas pasien

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi bibit kakao, diameter batang bibit kakao, jumlah daun bibit kakao, total luas daun bibit kakao, bobot basah tajuk bibit kakao,

PERHATIAN: memori atau papan sistem, Anda harus melepaskan Untuk menghindari kerusakan modul kabel daya komputer sebelum mencoba mengatur ulang dudukan, memasang, atau

De asemenea, nici afirma ia potrivit c reia decorul nurat ar dep i cantitativ, în faza Cucuteni B, toate celelalte ornamente de pe ceramica de tip C (Bem, 2007, p. 60), nu

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi siswa sedangkan pengamatan terhadap peneliti sebagai guru dibantu