GDE BAGUS BRAHMA PUTRA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
ii
TESIS
ANALISIS DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA
TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL
DI DESA SANUR KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
GDE BAGUS BRAHMA PUTRA NIM 1491061012
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 13 MEI 2016
Mengetahui Pembimbing I
Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. NIP. 195202181980031002
a.n. Pembimbing II Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP. 196112051986031004
Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP. 196112051986031004
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
iv
Tesis Ini Telah Disetujui Pada
Tanggal 13 Mei 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No : 1504/UN14.4/HK/2016, Tanggal 11 April 2016
Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.
Sekretaris : Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.
Anggota :
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Gde Bagus Brahma Putra
NIM : 1491061012
Program Studi : Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana
Judul Tesis : Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat Lokal Di Desa Sanur Kota Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, Mei 2016
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., sebagai pembimbing I dan Dr. I Nyoman
Madiun, M.Sc., sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran khususnya dalam
penyelesaian tesis ini.
2. Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk menjadi mahasiswa Magister Kajian Pariwisata pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. selaku Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan dorongan dan kemudahan pada penulis dalam proses
menyelesaikan studi S2 di Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana.
4. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada anggota dewan penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Dr. Made
vii
yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
5. Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga
tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Era Sartika, Nenek, Ayu, Mega, Awik serta seluruh saudara dan kerabat yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk
lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh sampel penelitian di lokasi penelitian yang telah bersedia
memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, baik perorangan maupun kelembagaan yang telah membantu penulis
dalam melakukan penelitian tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
viii ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA
TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DI
DESA SANUR KOTA DENPASAR
Dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi adalah salah satu dampak yang paling nyata terlihat dan seringkali dijadikan tolok ukur dalam melihat perkembangan pariwisata. Hal yang sangat diharapkan dari perkembangan pariwisata adalah peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha. Penguasaan aset ekonomi oleh masyarakat lokal juga menunjukkan bahwa rata - rata masyarakat memiliki aset berupa lahan, baik untuk tempat tinggal maupun usaha. Adanya perkembangan pariwisata membuat perubahan dalam masyarakat lokal Desa Sanur, terutama dalam aspek ekonomi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data kualitatif dihimpun melalui wawancara terstruktur dan wawancara secara mendalam, serta penarikan sampel dengan Rumus Slovin. Analisis data di lapangan menggunakan Model Miles and Huberman. Tahapan dalam analisis ini adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal Desa Sanur adalah 1) Mendorong masyarakat lokal untuk dapat menjadi pelaku dan pekerja di sektor industri pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung serta menciptakan peluang - peluang ekonomi sehingga bisa meningkatkan pendapatan; pola kepemilikan dan penguasaan lahan oleh masyarakat lokal tercermin dalam usaha – usaha masyarakat yang berhubungan dengan penyediaan sarana prasarana pendukung pariwisata; cara produksi barang, cara produksi jasa, cara distribusi barang dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata semakin mutakhir; 2) Keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata pada dasarnya berorientasi pada distribusi keuntungan dalam pembangunan pariwisata; 3) Implikasi dari dampak aspek ekonomi pariwisata terbukti mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan dalam aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.
ix ABSTRACT
IMPACT ANALYSIS OF TOURISM DEVELOPMENT ON ECONOMIC ASPECTS OF LOCAL COMMUNITIES IN SANUR VILLAGE
DENPASAR CITY
The impact of tourism development on the economic aspect is one of the most noticeable impact visible and often used as benchmarks to see the development of tourism. It is highly expected from tourism development is the increase in people's income, increase employment and business opportunities. Mastery of economic assets by the local people also showed that the average aspects of the development of local communities Sanur Village is 1) Encouraging local people to be able to be actors and workers in the tourism industry, both directly and indirectly and creates an economic opportunity that can increase revenue; patterns of ownership and control of land by local communities is reflected in the business community relating to the provision of supporting infrastructure of tourism; method of production of goods, means of production services, how the distribution of goods from the local community for the benefit of the tourism industry increasingly sophisticated; 2) The involvement of local communities in the tourism industry is basically oriented on the distribution of profits in tourism development; 3) The implications of the impact of the economic aspects of tourism proven to support sustainable tourism development in the economic, social, cultural and environmental.
x
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
UCAPAN TERIMA KASIH... vi
xi
3.4 Instrumen Penelitian ... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... ... 37
3.6 Teknik Pengambilan Sampel ... ... 38
3.7 Teknik Analisis Data ... ... 41
BAB IV PERKEMBANGAN PARIWISATA DESA SANUR DAN KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN 4.1 Perkembangan Pariwisata Desa Sanur ... 44
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 50
BAB V DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP ASPEK EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DESA SANUR 5.1 Cara Produksi dan Distribusi Barang dari Masyarakat Lokal Untuk Industri Pariwisata………. ... 53
5.2 Cara Produksi Jasa dari Masyarakat Lokal untuk Industri Pariwisata ... 72
BAB VI KETERLIBATAN MASYARAKAT LOKAL DI BIDANG INDUSTRI PARIWISATA DESA SANUR 6.1 Latar Belakang Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Perkembangan Pariwisata ... 83
6.2 Masyarakat Lokal Menjadi Pemilik Sarana Pendukung Pariwisata ... 97
BAB VII IMPLIKASI DAMPAK EKONOMI PARIWISATA TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI DESA SANUR 7.1 Masyarakat Lokal Mendapatkan Manfaat Ekonomi ... 102
7.2 Peran Masyarakat dalam Sosial Budaya dan Lingkungan… 104 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan……… 108
8.2 Saran ………. 110
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Model Penelitian ... ... 32
3.1 Peta Lokasi Desa Sanur ... 35
6.1 Foto Tourist Information ... 62
7.1 Foto Foto Kantor Kursus Diving ... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 41 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Wilayah
xiv
DAFTAR GRAFIK
Nomor Grafik Halaman
5.1 Trend Pendapatan Per Kapita Penduduk Desa
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
1 Pedoman Wawancara Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Aspek Ekonomi Pada Masyarakat Lokal di Desa Sanur
Kota Denpasar ... ... 116 2 Rekapitulasi Ringkasan Pernyataan Sampel
Penelitian Mengenai Dampak
Perkembangan Pariwisata terhadap Aspek
Ekonomi Masyarakat Lokal ... 119 3 Rekapitulasi Keterlibatan Sampel Penelitian dalam
Perkembangan Pariwisata Desa Sanur
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi kepariwisataan Desa Sanur digambarkan oleh Picard (1992) sebagai sebuah kondisi yang penuh dengan kedamaian dan bernuansa masa lalu. Desa Sanur juga dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti, karena
pertambahan penduduknya berasal dari kedekatannya dengan wilayah Denpasar. Namun, kondisi sekarang telah menunjukkan hal yang berlawanan dengan
pendapat tersebut. Meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian, padatnya volume lalu lintas serta bertambahnya sarana pariwisata tidak bisa disandingkan dengan nuansa masa lalu.
Keadaan tersebut juga tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk mewujudkan Desa Sanur sebagai kawasan strategis pariwisata. Selain itu,
Desa Sanur juga diklaim sebagai jantung perekonomian Kota Denpasar. Posisi yang strategis juga menjadi faktor pesatnya perkembangan Desa Sanur. Membentangnya jalur yang menghubungkan antara Kabupaten Gianyar, Kuta, dan
Nusa Dua merupakan salah satu keunggulan tersendiri.
Perkembangan pariwisata memang selalu membawa dampak positif dan
negatif. Diungkapkan oleh Ashrama (2006) bahwa mungkin saja bisa terjadi hal – hal yang dapat memengaruhi perkembangan pariwisata itu sendiri. Dampak yang
Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar ke salah satu wilayah yang memiliki destinasi pariwisata, menuntut dibutuhkannya sarana akomodasi penginapan
yang lebih banyak juga. Akibatnya, harga lahan menjadi mahal karena diperebutkan untuk membangun hotel, resort atau restoran. Selanjutnya juga terjadi kapitalisasi
lingkungan berupa privatisasi pantai, sehingga nelayan tidak bisa melaut untuk mencari ikan. Pitana (2011) juga menyatakan bahwa perkembangan pariwisata menyisakan berbagai permasalahan, salah satunya adalah mengenai manfaat ekonomi
pariwisata untuk masyarakat lokal.
Perkembangan pariwisata di Desa Sanur tidak terlepas dari pembangunan
hotel pertama di Desa Sanur, yaitu Segara Beach Hotel pada tahun 1956. Hotel ini kira – kira sepuluh tahun lebih awal berdiri jika dibandingkan dengan Hotel Grand Bali Beach. Desa Sanur saat ini merupakan wilayah yang memiliki kondisi maju
akibat adanya perkembangan pariwisata. Darma Putra (2012) mengungkapkan bahwa peran Segara Beach Hotel bukan hanya melayani kebutuhan para wisatawan akan
akomodasi yang memadai, tetapi juga membawa Sanur menjadi kawasan wisata yang tumbuh pesat di tahun – tahun berikutnya.
Desa Sanur memenuhi komponen – komponen yang meliputi attraction,
accessibility, amenities dan ancillary. Seperti apa yang dituturkan oleh Wirawan (2015) komponen attraction yang dimiliki meliputi daya tarik wisata alam, atraksi
buatan manusia dan atraksi festival. Accessibility yang dimiliki berupa pantai yang terbuka sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum. Komponen amenities yang
pariwisata. Secara kelembagaan (ancillary) Desa Sanur memiliki kelembagaan dalam mendukung pariwisata, yang terdiri dari pemerintah, komunitas masyarakat dan
Yayasan Pembangunan Sanur.
Ikon pariwisata di wilayah Desa Sanur yang terkenal adalah Hotel Grand Bali
Beach yang sekarang telah berganti nama menjadi Inna Grand Bali Beach. Hotel ini mulai dibuka pada tahun 1966 dengan pelayanan yang memiliki standar internasional. Bali Beach telah menjadi saksi bisu perkembangan pariwisata di Desa Sanur dari
masa berdirinya hingga saat ini. Dalam benak para wisatawan antara Inna Grand Bali Beach dan Desa Sanur akan selalu menjadi satu kesatuan.
Salah satu keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah ketenagakerjaan. Foster (1995) berpendapat bahwa pariwisata dapat menyediakan pekerjaan bagi para karyawan hotel, pengemudi taksi, pemandu wisata,
pekerja konstruksi, penghibur, karyawan restoran dan pekerja dalam bidang transportasi lainnya. Hal ini berarti pariwisata juga dapat menghasilkan pendapatan
yang menguntungkan penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian. Salah satu contoh nyata bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Desa Sanur meningkat adalah munculnya homestay milik masyarakat lokal. Kondisi tersebut
sejalan dengan pendapat Pendit (2001) yang mengungkapkan bahwa tipikal homestay telah berkembang sejak tahun 1960-an di beberapa kantong – kantong wisata
termasuk Sanur. Jika dibandingkan dengan keadaan saat ini, pendapat tersebut menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan aktivitas secara alamiah dalam aktivitas
Sanur Village Festival (SVF) yang terselenggara untuk kesepuluh kalinya juga mencerminkan perkembangan pariwisata di Desa Sanur. Acara ini telah berhasil
menjadi ajang pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat setempat. Solidaritas masyarakat Sanur juga tercermin disini dalam hal mendukung promosi
pariwisata Desa Sanur baik secara langsung, maupun tidak langsung. Hal yang paling strategis adalah bahwa ajang Sanur Village Festival mampu memposisikan Desa Sanur di dalam kalender kegiatan pariwisata kelas dunia.
Sebelum Desa Sanur berkembang seperti saat ini, kehidupan masyarakatnya sebagian besar adalah petani dan nelayan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
masyarakat melaut untuk mencari ikan, rumput laut, batu karang, menyewakan perahu dan sebagainya. Saat ini perahu – perahu yang ada tidak saja digunakan untuk melaut mencari ikan. Kelompok nelayan yang ada sudah terbagi menjadi dua, yaitu
untuk melayani wisatawan yang datang dan untuk mencari ikan.
Masyarakat lokal yang sebelumnya berprofesi sebagai petani atau menggarap
sawah dan tegalan kini cenderung menyewakan lahan yang mereka miliki untuk sarana pariwisata seperti hotel, restoran, villa dan sejenisnya. Alih fungsi lahan ini juga membawa perubahan pekerjaan sebagian masyarakat lokal di Desa Sanur.
Mereka lebih memilih bekerja dan membuka peluang usaha di sektor pariwisata yang dianggap lebih menjanjikan saat ini.
Interaksi masyarakat lokal Desa Sanur dengan penduduk pendatang terbilang baik, walaupun para penduduk pendatang cenderung datang dan menetap untuk
pendatang terlihat bersaing dalam meningkatkan kualitas perekonomian kehidupan mereka yang digantungkan pada sektor pariwisata. Kondisi ini semata – mata
menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat lokal untuk menjadi pegawai perhotelan dan sejenisnya perlahan telah beralih ke sektor usaha yang menjadi
pelengkap industri pariwisata setempat.
Pendapatan riil Kepala Keluarga di Desa Sanur pada tahun 2009 sebesar Rp.2.200.000,-. Jumlah ini relatif mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari – hari. Sumber pendapatan tersebut berasal dari beberapa sektor seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri kecil dan kerajinan rumah
tangga, sektor perdagangan, dan sektor jasa lainnya (Profil Desa/Kelurahan, 2012). Penguasaan aset ekonomi oleh masyarakat lokal seiring perkembangan pariwisata menimbulkan dugaan bahwa rata - rata masyarakat lokal memiliki aset berupa lahan,
baik untuk tempat tinggal maupun usaha.
Organisasi ekonomi yang dikelola langsung oleh masyarakat juga turut serta
berperan dalam menopang perekonomian masyarakat lokal. Salah satunya adalah Koperasi Simpan Pinjam yang menjadi sarana masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Selain itu, aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
saat ini juga sudah mulai beragam. Masyarakat lokal mulai mengembangkan industri rumah tangga berupa penyediaan makanan dan seni kerajinan.
Selain itu, perkembangan pariwisata juga mendorong perbaikan pasar - pasar tradisional melalui program revitalisasi pasar. Mengingat pasar tradisional merupakan
untuk menarik minat wisatawan asing untuk datang berkunjung ke pasar tradisonal. Pasar Sindhu dan Pasar Intaran adalah pasar yang telah direvitalisasi tahun 2012 lalu.
Pembangunan beberapa hotel baru, villa, restoran dan fasilitas pariwisata lainnya selama lima tahun terakhir disinyalir berdampak terhadap masyarakat lokal
Desa Sanur. Salah satunya adalah peralihan pekerjaan masyarakat dari sektor non pariwisata ke sektor pariwisata. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Ardana (2007) yang mengemukakan bahwa perubahan merupakan suatu gejala yang pasti dialami
oleh setiap masyarakat. Ada yang berubah secara cepat akibat adanya perkembangan pariwisata, ataupun sebaliknya.
Peran masyarakat lokal dalam mengontrol perkembangan pariwisata dalam lima tahun belakangan juga terlihat. Negosiasi mengenai penggunaan tenaga kerja oleh hotel – hotel yang baru dibangun dilakukan melalui kelian banjar. Penekanan
dalam hal ini adalah mengenai penggunaan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja. Tetapi belum diketahui secara pasti apakah upaya ini sudah benar – benar terealisasi
atau belum.
Masyarakat lokal Desa Sanur pada dasarnya telah memiliki modal sosial dalam menghadapi perkembangan pariwisata. Bentuk modal sosial tersebut berupa
nilai, institusi dan mekanisme. Nilai yang dianut masyarakat lokal Desa Sanur bahwa mereka adalah menyame braya. Nilai ini mendorong masyarakat untuk bersama –
Perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Sanur sudah tentu membawa berbagai macam dampak pariwisata. Pitana (2005) juga menyatakan perkembangan
pariwisata dalam arti luas mencakup masalah penyediaan informasi, transportasi, akomodasi serta pelayanan lainnya bagi para wisatawan. Masyarakat lokal Desa
Sanur cenderung memandang bahwa kehadiran pariwisata ini mampu meningkatkan kualitas hidup mereka dan bersifat positif. Hal yang menjadi permasalahan adalah apakah kondisi tersebut sudah mencakup perluasan kesempatan kerja dan berusaha.
Beberapa hal yang patut diselidiki juga adalah apakah perkembangan pariwisata dalam lima tahun terakhir ini dibarengi dengan peningkatan pendapatan
penduduk, pola pemilikan dan penguasaan lahan yang memang di dominasi masyarakat lokal. Perkembangan pariwisata seharusnya juga menjadikan bertambahnya ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian. Semua hal tersebut
adalah permasalahan penting yang harus diteliti.
Perkembangan pariwisata di Desa Sanur juga diharapkan mendukung
pembangunan pariwisata berkelanjutan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pariwisata berkelanjutan adalah terpeliharanya kondisi perekonomian masyarakat, terpeliharanya keadaan sosial dan budaya serta jaminan aman terhadap kelangsungan
lingkungan hidup di masa yang akan datang. Kondisi tersebut juga harus ditelusuri secara lebih lanjut.
Perkembangan pariwisata yang lebih mendasarkan pada prinsip ekonomi akan menyebabkan komersialisasi terhadap budaya. Sejalan dengan itu Yoeti (1994)
tamahan penduduk, kepribadian, demi memperoleh hasil yang memuaskan. Jika hal ini tidak dikendalikan, maka dalam jangka panjang akan berpotensi merusak tatanan
sosial dan budaya masyarakat lokal Desa Sanur. Berkembangnya pariwisata sebagai suatu industri di Desa Sanur juga disinyalir mendorong perubahan terhadap kebiasaan
masyarakat setempat.
Pembangunan prasarana dan sarana pariwisata selain berifat positif juga tidak jarang mendatangkan kerugian. Kerugian tersebut bisa berupa pencemaran
lingkungan oleh limbah – limbah hotel yang dibuang ke pantai secara diam – diam. Mertha (2006) mengungkapkan bahwa pemanfaatan pantai untuk kepentingan sosial,
ekonomi, agama dan budaya seringkali menimbulkan masalah jika tidak ada keselarasan dalam mengakomodasi segala kepentingan. Hal ini juga penting ditelusuri karena kelestarian lingkungan hidup merupakan bagian dari pembangunan
pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur.
Banyak masyarakat lokal telah berpaling kepada perkembangan pariwisata
untuk memberikan pembangunan ekonomi, sosial dan keseluruhan masyarakat (Aref dan Redzuan, 2008). Sejalan dengan pendapat tersebut, maka aspek ekonomi pada masyarakat lokal Desa Sanur kemungkinan akan terus berkembang secara dinamis
seiring dengan perkembangan pariwisata. Perkembangan itu akan berlangsung sejalan dengan perkembangan zaman yang didukung oleh karakteristik dari masyarakat itu
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut :
1) Bagaimanakah dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek ekonomi
masyarakat lokal Desa Sanur ?
2) Bagaimanakah keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata Desa Sanur ?
3) Bagaimanakah implikasi dampak ekonomi pariwisata terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini sangat penting karena perekonomian Bali berbasis pada industri pariwisata, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembangunan Bali secara
keseluruhan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan khusus dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dampak perkembangan pariwisata terhadap aspek
2) Untuk mengetahui keterlibatan masyarakat lokal di bidang industri pariwisata Desa Sanur. Hal ini diteliti dari penelusuran siapa menjadi
pemilik apa, siapa yang memiliki tambahan aset selama lima tahun terakhir, siapa yang mengalami peralihan pekerjaan dari sektor non
pariwisata ke sektor pariwisata;
3) Untuk mengetahui apakah dampak aspek ekonomi pariwisata terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Sanur. Jika semakin
banyak masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara ekonomi yang meliputi perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan
pendapatan penduduk, pemilikan dan penguasaan lahan serta sumber daya milik bersama oleh masyarakat lokal dan semakin tersedianya prasarana dan sarana perekonomian maka perkembangan pariwisata
mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sebaliknya, jika semakin sedikit masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara
ekonomi, maka perkembangan pariwisata tidak mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil pemikiran dan pengembangan kajian kepariwisataan pada
perkembangan pariwisata terhadap pengembangan ilmu pariwisata dan teori pariwisata berkelanjutan. Teori ini mencakup keberlanjutan aspek ekonomi, sosial
budaya dan lingkungan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian secara praktis bagi pemecahan masalah di masyarakat, antara lain :
1) Memberikan gambaran dan informasi mengenai dampak perkembangan
pariwisata terhadap perubahan aspek ekonomi pada masyarakat lokal di Desa Sanur.
2) Membantu pihak – pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, pihak aparat desa, kecamatan dan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Desa Sanur.
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang kepariwisataan khususnya mengenai dampak perkembangan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Faizun (2009), Prayogi (2011), Limbong dan
Soetomo (2014),Rahman dan Muktialie (2014) serta Wirawan (2015). Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
sepanjang penulis ketahui, serta sebagai bahan pembanding dan pemberi inspirasi dalam penulisan penelitian ini.
Penelitian oleh Faizun (2009) dengan judul ‘Dampak Perkembangan Kawasan
Wisata Pantai Kartini Terhadap Masyarakat Setempat di Kabupaten Jepara’ dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Kartini yang merupakan kawasan wisata di Kelurahan
Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Selain sebagai kawasan wisata, Pantai Kartini dihuni oleh masyarakat pesisir yang kondisi ekonomi, sosial, lingkungan fisik dan fungsi permukimannya mengalami perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan dampak dari perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini terhadap masyarakat setempat di Kabupaten Jepara. Instrumen utama yang digunakan dalam
dengan analisis deskriptif kuantitatif. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 62 kepala rumah tanggga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
perkembangan kawasan wisata Pantai Kartini terbukti timbul dampak baik positif maupun negatif. Perkembangan kawasan pariwisata Pantai Kartini berdampak positif
terhadap perubahan kondisi ekonomi masyarakat setempat, dijelaskan oleh munculnya 32,3% kesempatan kerja baru sektor pariwisata seperti: industri dan penjual souvenir dari limbah laut, penarik perahu wisata, dan usaha penginapan.
Tingkat pendapatan masyarakat tinggi, yaitu sebesar 53,2% berasal dari pendapatan pariwisata. Peningkatan harga lahan, karena kepemilikan lahan merupakan hak milik
sebesar 96,8% dan harga lahan tinggi sebesar 24,2%.
Demikian pula dampak negatif pariwisata terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat. Masyarakat pesisir yang awalnya tergantung dari perikanan laut, berubah
menjadi memiliki ketergantungan tinggi pada pariwisata, yaitu sebesar 69,1%. Penelitian ini juga menemukan bahwa telah terjadi kesenjangan sosial antara sektor
perikanan dan pariwisata, perikanan hanya 9,7% sedangkan pariwisata 17,7% cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak berdampak negatif terhadap migrasi, karena dari pendatang 25,8% hanya 9,7% yang bekerja sektor pariwisata. Adapun
dampak terhadap perubahan lingkungan fisik juga positif dijelaskan dari jalan lingkungan baik menggunakan pavingblock lebar 1 M, seluruh sistem pengairan
menggunakan air bersih dari PDAM, tidak terjadi genangan dan memiliki tempat sampah di luar rumah. Perubahan fungsi permukiman dipengaruhi oleh faktor - faktor
pendapatan pariwisata, dan pekerjaan sektor pariwisata. Penelitian ini memberikan inspirasi untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai dampak perkembangan
pariwisata terhadap perubahan ekonomi yang terjadi di tingkat desa yang juga memiliki pantai sebagai daya tarik wisata utama. Penelilitian oleh Faizun memiliki
persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama - sama meneliti mengenai dampak perkembangan pariwisata terhadap perekonomian masyarakat. Perbedaan yang mendasar adalah pada metode analisis data, penelitian oleh Faizun mengunakan
analisis deskriptif kualitatif.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Prayogi (2011) dengan judul ‘Dampak
Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran’. Penelitian ini meneliti mengenai dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli yang dilihat dari lingkungan fisik, kehidupan sosial
budaya masyarakat, serta perekonomian masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah melalui observasi, wawancara mendalam dan studi
kepustakaan serta selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran memberikan dampak positif terhadap lingkungan fisik. Hasil tersebut
diperkuat dengan adanya kegiatan pelestarian pohon dan pembuatan aturan adat untuk melestarikan hutan bambu.
Selain dampak positif, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya perkembangan pariwisata seperti penumpukan sampah dan pemasangan
terhadap sosial dan budaya dalam penelitian ini juga menunjukkan hal positif dan negatif. Hal positif yang menjadi temuan penelitian adalah timbulnya upaya
pelestarian potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Hal tersebut diperkuat dengan pengadaan pelatihan tari oleh masyarakat setempat di Balai Desa
setempat. Hal negatif akibat perkembangan pariwisata terhadap sosial budaya yang menjadi temuan penelitian ini adalah berubahnya orientasi masyarakat menuju individu yang individualistis. Kondisi tersebut terjadi karena masyarakat semata –
mata hanya mengejar pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga yang bersumber dari pariwisata. Untuk perekonomian masyarakat, dampak yang ditimbulkan akibat
perkembangan pariwisata adalah timbulnya kesempatan membuka usaha yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Adapun dampak negatif terhadap perekonomian yang ditimbulkan akibat perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran adalah munculnya
ketimpangan pendapatan masyarakat. Penelitian oleh Prayogi memiliki konsep penelitian yang sejalan dengan apa yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu sama –
sama meneliti dampak perkembangan pariwisata terhadap lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi. Namun, hal mendasar yang menjadi perbedaan adalah dalam penelitian ini meneliti tentang dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal
yang diakibatkan oleh adanya perkembangan pariwisata di Desa Sanur. Pemilihan aspek ekonomi dalam penelitian dilakukan karena aspek ekonomi adalah hal yang
paling sering dijadikan tolok ukur dalam perkembangan pariwisata. Secara keseluruhan penelitian oleh Prayogi memberikan inspirasi untuk meneliti dampak
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Limbong dan Soetomo (2014), berjudul
“Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Lingkungan Taman Nasional
Karimunjawa” yang bertujuan untuk melihat dampak positif dan negatif
perkembangan pariwisata terhadap lingkungan di darat dan perairan laut Taman
Nasional Karimunjawa. Penelitian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan Model Concurrent. Pengumpulan data menggunakan metode random sampling dengan penyebaran pedoman wawancara ke para wisatawan serta
purposive sampling kepada individu yang telah dipilih. Hasil penelitian oleh Limbong dan Soetomo ini adalah 1) perubahan seiring terbentuknya zonasi Taman
Nasional dapat memajukan perekonomian pada sektor pariwisata dan mendukung pengembangan jenis – jenis satwa alami, 2) adanya pembangunan akomodasi baru di Kecamatan Karimunjawa dapat mengembangkan sektor perekonomian seiring
banyaknya investor yang datang, 3) peningkatan aktivitas wisatawan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Penelitian ini mengandung makna penting
tentang pengembangan aspek ekonomi di daerah pesisir pantai yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Sejalan dengan kondisi Pantai Sanur yang harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat lokal, pemerintah dan para
stakeholder dalam menopang aspek ekonomi yang berkelanjutan. Penemuan penting
dalam penelitian Limbong dan Soetomo adalah bahwa perkembangan pariwisata
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rahman dan Muktialie (2014) dengan
judul ‘Pengaruh Aktivitas Pariwisata Pantai Taplau Kota Padang Terhadap Ekonomi,
Sosial Masyarakat dan Lingkungan’. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dampak aktivitas pariwisata Pantai Taplau Kota Padang terhadap ekonomi,
sosial masyarakat dan lingkungan sepanjang pantai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pariwisata menimbulkan konsekuensi logis berupa pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada peningkatan penadapatan masyarakat,
sedangkan sosial dan lingkungan cenderung menghasilkan pengaruh yang negatif. Penelitian dari Rahman dan Muktialie ini memberikan bayangan mengenai
bagaimana perkembangan pariwisata dapat membawa dampak yang nyata terhadap masyarakat, terutama yang langsung bersentuhan dengan perkembangan pariwisata. Persamaan mendasar penelitian oleh Rahman dan Muktialie dengan penelitian ini
adalah mencari suatu konsekuensi logis berupa dampak negatif dan positif yang terbawa oleh perkembangan pariwisata terhadap masyarakat.
Penelitian oleh Wirawan (2015) yang berjudul ‘Pariwisata Bersepeda Dalam
Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan Di Sanur’ meneliti mengenai tiga hal. Hal tersebut mengenai potensi yang dimiliki Destinasi Pariwisata Sanur dalam
mengembangkan wisata bersepeda, manfaat dari pariwisata bersepeda terhadap Destinasi Pariwisata Sanur dan bagaimana perencanaan pariwisata bersepeda di
Destinasi Pariwisata Sanur mendukung pariwisata berkelanjutan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan statistik
memiliki potensi untuk mendukung kegiatan pariwisata bersepeda berdasarkan empat komponen, yaitu attractions, accessibility, ancillary, dan amenities. Pengaruh
signifikan ada di masyarakat terutama penyewa sepeda karena berhubungan langsung dengan wisatawan. Dari segi perencanaan, adanya legalitas jalur sepeda dalam
Peraturan Wali Kota Denpasar menjadi katalis yang baik dalam pengembangan pariwisata bersepeda. Wirawan juga menuturkan bahwa untuk masa mendatang diperlukan sebuah perencanaan yang baik meliputi perencanaan fisik, perencanaan
kebijakan, dan perencanaan kebijakan untuk mendukung pariwisata bersepeda di Sanur. Penelitian ini sama – sama mengambil lokasi di Sanur. Terlihat bahwa ada
pengaruh signifikan dari masyarakat selaku pihak yang menyewakan sepeda, sehingga memberikan inspirasi untuk meneliti peran masyarakat dalam perkembangan pariwisata di Desa Sanur.
2.2 Konsep
2.2.1 Perkembangan Pariwisata
Perkembangan adalah suatu proses berubahnya suatu wilayah, keadaan maupun suatu sistem. Perkembangan pariwisata bisa dilihat sebagai perkembangan
suatu sistem. Perkembangan pariwisata sebagai suatu sistem menurut Sunaryo (2013) adalah sebuah sinergi keterkaitan usaha dan kegiatan yang membentuk suatu sistem
Sunaryo juga memberikan sebuah ilustrasi untuk menggambarkan pola keterkaitan kegiatan yang terjadi, baik keterkaitan usaha maupun kegiatan ke depan
maupun ke belakang, sebagai berikut :
1. Seorang wisatawan sebelum mengunjungi suatu destinasi pasti akan
membutuhkan informasi mengenai destinasi yang dikunjungi. Dalam tahap ini sub-sistem usaha dan kegiatan informasi yang terkait dengan promosi dan pemasaran destinasi pariwisata akan berkembang.
2. Calon wisatawan akan membutuhkan agen perjalanan (travel agent) dan paling tidak moda transportasi yang akan digunakan, sehingga industri
perjalanan akan ikut berkembang.
3. Pada saat wisatawan sampai di destinasi, wisatawan akan membutuhkan fasilitas untuk menginap (akomodasi) serta makan dan minum, sehingga
industri perhotelan dan usaha restoran juga akan menjadi berkembang. 4. Tahapan seterusnya sampai dengan berkembangnya industri jasa
pemanduan, transportasi lokal, kegiatan seni pertunjukan yang akan dikunjungi, industri rumah tangga dan perdagangan cindera mata, jasa parkir dan sebagainya, semua akan ikut berkembang menyertai kegiatan
kepariwisataan itu sendiri.
Ilustrasi tersebut berarti bahwa keseluruhan rangkaian kegiatan dan usaha yang
tercipta saling memiliki hubungan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan pariwisata juga ditunjukkan dengan keterkaitan usaha dan
sektor usaha pariwisata yang ada dibelakangnya. Sektor usaha pariwisata yang ada didepan seperti rencana aktivitas wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi,
kebutuhan informasi destinasi yang tersedia, ketersediaan jaringan moda transportasi yang akan digunakan dan ketersediaan agen perjalanan yang akan mengaturnya.
Sektor usaha tersebut akan mendongkrak sektor usaha pariwisata yang ada dibelakangnya, seperti kebutuhan sarana akomodasi, ketersediaan makanan dan minuman, kebutuhan produk atraksi dan daya tarik yang akan dilihat, ketersediaan
transportasi lokal, kebutuhan jasa pemanduan yang akan digunakan, ketersediaan fasilitas belanja bagi wisatawan, sampai dengan ketersediaan cinderamata yang akan
dibawa pulang yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan destinasi pariwisata.
Keterkaitan dari berbagai aktivitas dalam industri pariwisata secara lebih
nyata dapat dilihat dalam interaksi antara komponen produk dan komponen pasar. Komponen produk merupakan wujud dari sisi penawaran sedangkan komponen pasar
merupakan wujud dari sisi permintaan. Perkembangan pariwisata dalam penelitian ini dilihat dari perubahan yang terjadi dari salah satu komponen tersebut yang ada dalam wilayah Desa Sanur, yaitu komponen produk.
Komponen produk bisa dilihat dalam wujud penawaran dalam sebuah destinasi wisata, seperti daya tarik wisata yang berbasis utama pada alam (pantai),
akomodasi, aksesibilitas, transportasi, fasilitas umum, fasilitas pendukung pariwisata dan masyarakat selaku tuan rumah dari suatu destinasi. Hal – hal yang diperhatikan
atau hilang, semakin dikenal atau ditinggalkan, serta bertambah atau berkurangnya bagian, fungsi, atau sifat dari wilayah desa tersebut.
2.2.2 Aspek Ekonomi
Koentjaraningrat (2009) berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang
disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia, antara lain adalah Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Religi dan Kesenian. Selanjutnya,
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa tiap – tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga akan menjelma ke dalam wujud – wujud kebudayaan, yaitu berupa sistem
budaya, sistem sosial dan berupa unsur kebudayaan fisik.
Sebagaimana manusia yang berinteraksi dan membentuk suatu masyarakat, pastinya akan melakukan suatu tindakan yang berpola. Kondisi ini dapat dilihat
dalam wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial. Sistem sosial ini menurut Koentjaraningrat terdiri dari aktivitas – aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun selalu menurut pola – pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia – manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial
Dengan demikian sistem ekonomi atau yang disebutkan oleh Koentjaraningrat sebagai sistem mata pencaharian hidup dalam urutan unsur kebudayaan, mempunyai
wujud secara konseptual, namun sistem ekonomi juga memiliki wujud berupa tindakan dan interaksi berpola. Sejalan dengan Koentjaraningrat, Damsar (2002)
mengungkapkan hal senada yaitu mengenai cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi jasa - jasa dan barang – barang langka. Damsar menggunakan pendekatan
sosiologis yang mendorong pemahaman dan penjelasan dari kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-55/MENLH/11/1995 Tanggal 13 Nopember 1995 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional mengamanatkan bahwa komponen sosial yang penting
ditelaah dalam aspek ekonomi antara lain : a) kesempatan kerja dan berusaha; b) tingkat pendapatan penduduk; c) pola pemilikan dan penguasaan lahan dan
sumberdaya alam termasuk sumber daya alam milik bersama; dan d) prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan, perbankan, pusat pertokoan).
Memadukan konsep dari para ahli tersebut serta mengingat amanat Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-55/MENLH/11/1995 Tanggal 13 Nopember 1995 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional, maka
a. Cara produksi barang dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata,
b. Cara produksi jasa dari masyarakat lokal untuk kepentingan industri pariwisata,
c. Cara distribusi barang yang dihasilkan oleh masyarakat lokal sehingga sampai ke wisatawan (konsumen),
Pemilihan cara - cara tersebut karena Desa Sanur merupakan daerah penerima
wisatawan. Sebagai daerah penerima wisatawan, sebagian besar masyarakat Desa Sanur juga berkecimpung dalam bidang industri pariwisata baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ketiga cara tersebut akan berujung pada aspek – aspek ekonomi yang telah diamanatkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-55/MENLH/11/1995. Cara – cara tersebut idealnya semakin
mutakhir seiring dengan berjalannya waktu. Pemutakhiran cara – cara yang dilakukan oleh masyarakat lokal Desa Sanur diukur dari tahun dasar rentang waktu penelitian
yaitu tahun 2010, kemudian dirunut kedepan hingga tahun 2014 yang menjadi tahun akhir di rentang waktu penelitian.
2.2.3 Masyarakat Lokal Desa Sanur
Masyarakat merupakan istilah yang paling lazim digunakan untuk menyebutkan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan maupun kehidupan sehari –
mengemukakan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.
Sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat, bisa dikatakan warga yang tinggal
dan berinteraksi di wilayah Desa Sanur adalah sebuah masyarakat. Masyarakat yang ada di Desa Sanur telah memiliki ikatan yang membentuk pola kesatuan manusia dan memiliki tingkah laku yang khas. Tingkah laku yang khas tersebut adalah mengenai
segala faktor kehidupannya dalam suatu batas kesatuan. Salah satu batas kesatuan yang lazim ditemukan di Desa Sanur adalah banjar yang memiliki adat istiadat
masing – masing.
Mendukung pendapat tersebut, Madiun (2010) mengemukakan masyarakat lokal sebagai seluruh masyarakat yang dari sejak lama telah berinteraksi sesuai
dengan sistem adat istiadat yang berlaku dan bersifat berkesinambungan. Jadi, yang dimaksud masyarakat lokal Desa Sanur dalam penelitian ini adalah warga yang
tinggal dan melakukan interaksi serta merupakan warga asli Desa Sanur, bukan warga yang berasal dari luar atau wilayah lain. Mereka juga harus terlibat dalam kegiatan banjar dan segala ketentuan dari adat istiadatnya masing – masing.
Untuk keperluan penelitian pada saat di lapangan, masyarakat lokal yang dijadikan sampel penelitian adalah masyarakat lokal yang berperan selaku Kepala
Keluarga. Dalam penelitian ini Kepala Keluarga yang dijadikan sampel penelitian tidak ditentukan batasan umurnya, namun sampel bersangkutan harus sudah menjadi
sampel penelitian ini adalah mereka yang memiliki pekerjaan atau berkecimpung secara langsung di bidang industri pariwisata yang ada di Desa Sanur.
2.2.4 Keterlibatan Masyarakat
Pada masa lalu keterlibatan pengelolaan sumber daya oleh masyarakat lokal
dalam industri pariwisata hampir selalu terlewatkan. Fenomena termaginalkannya masyarakat lokal guna memperoleh manfaat dari industri pariwisata yang ada disuatu wilayah sering terjadi. Sunaryo (2013) memaparkan bahwa keterlibatan masyarakat
dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif, yaitu pada proses pengambilan keputusan dan berkaitan dengan distribusi keuntungan yang diterima masyarakat dari
pembangunan pariwisata.
Ariati (2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pariwisata, yaitu masyarakat lokal akan paham
akan sejarah bagaimana suatu wilayah beradaptasi terhadap perubahan, masyarakat lah yang paling awal merasakan dampak pariwisata dan yang terakhir masyarakat
diharapkan menjadi bagian integral dari produk pariwisata tersebut. Pendapat tersebut didukung juga oleh apa yang dikemukakan oleh Madiun (2010), bahwa bagi masyarakat lokal melibatkan diri secara langsung dalam pengelolaan usaha pariwisata
merupakan pengalaman baru yang penuh tantangan.
Keterlibatan masyarakat dalam perkembangan parwisata juga dikemukakan
oleh Guterres (2014) yang mengemukakan bahwa masyarakat sebagai salah satu
stakeholders harus terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan
masyarakat dilihat dari perubahan kepemilikan aset, tambahan aset dan peralihan pekerjaan yang mendukung bidang industri pariwisata oleh masyarakat lokal selama
rentang waktu penelitian. Hal tersebut diteliti dari penelusuran siapa menjadi pemilik apa, siapa yang memiliki tambahan aset selama lima tahun terakhir, siapa yang
mengalami peralihan pekerjaan dari sektor non pariwisata ke sektor pariwisata.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Dampak Pariwisata
Teori dampak pariwisata adalah teori yang menyatakan tentang pengaruh atau
akibat dari adanya perkembangan pariwisata. Suatu wilayah yang memiliki destinasi pariwisata tentu akan mempunyai beberapa dampak salah satunya adalah dampak dalam aspek ekonomi. Foster (2000) menyatakan bahwa keuntungan pariwisata
secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi karyawan hotel, pengemudi taksi, pemandu wisata,
pekerja konstruksi, karyawan restoran dan pekerja lainnya.
Foster juga lebih lanjut mengungkapkan bahwa di samping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga menghasilkan pendapatan yang menguntungkan
penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian. Mill (2000) juga mengungkapkan hal yang senada, bahwa pariwisata dapat memberikan keuntungan
bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah serta dapat meningkatkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi. Memadukan teori dari pakar tersebut, dapat
ekonomi masyarakat. Teori Dampak Pariwisata dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan dalam menganalisis permasalahan mengenai dampak perkembangan
pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal di Desa Sanur.
2.3.2 Teori Sistem
Teori sistem dari Sztompka (2010) mengemukakan bahwa perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial, lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka
waktu berlainan. Selanjutnya, Sztompka juga membedakan perubahan sosial menjadi beberapa jenis tergantung dari sudut pengamatan meliputi sudut aspek, fragmen atau
dimensi sistem sosialnya. Hal ini disebabkan oleh keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen sebagai berikut :
a) Unsur – unsur pokok. Misalnya jumlah dan jenis individu serta tindakan mereka.
b) Hubungan antar unsur. Misalnya ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antar individu dan integrasi.
c) Berfungsinya unsur – unsur di dalam sistem. Misalnya peran pekerjaan
yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk menyelesaikan ketertiban sosial.
d) Pemeliharaan batas. Misalnya kriteria untuk menetukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok,
e) Subsistem. Misalnya jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat dibedakan.
f) Lingkungan. Misalnya keadaan alam atau lokasi geopolitik.
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian,
harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri – ciri sistem sosial yang kompleks. Jika dipisahkan menjadi komponen dan
dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan berikut :
a) Perubahan komposisi (misalnya migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, bubarnya suatu kelompok, demobilisasi gerakan sosial)
b) Perubahan struktur (misalnya terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerjasama atau
hubungan kompetitif)
c) Perubahan fungsi (misalnya spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang di
indoktrinasikan oleh sekolah atau universitas)
d) Perubahan batas (misalnya penggabungan beberapa kelompok atau satu
e) Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan
kehidupan pribadi oleh pemerintah toaliter)
f) Perubahan lingkungan (misalnya kerusakan ekologi, gempa bumi,
munculnya wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar internasional) Dalam penelitian ini peran Teori Sistem adalah untuk mendukung Teori Dampak Pariwisata dalam menjawab permasalahan mengenai dampak pariwisata
terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal di Desa Sanur. Teori Sistem lebih melihat perbedaan yang terjadi di waktu yang berbeda dalam jangka waktu penelitian.
2.3.3 Teori Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya pariwisata secara efisien dengan memperhitungkan kebutuhan sekarang dan kebutuhan di masa yang
akan datang. Yoeti (2008) mengemukakan sedikitnya ada empat prinsip yang perlu dipegang agar mencapai sasaran, yaitu : pertama, semua yang terlibat dalam
perencanaan dan pengembangan pariwisata, harus menjaga keseimbangan ekologi dan terjadinya kerusakan lingkungan harus dihindari; kedua, pengembangan pariwisata sebagai suatu industri harus selalu dapat mempertahankan nilai – nilai
sosial yang hidup dalam masyarakat dengan jalan meningkatkan kewaspadaan terhadap tingkah laku orang asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa;
Ketiga, pengembangan pariwisata sebagai suatu industri hendaknya dapat
melibatkan rakyat banyak, khususnya penduduk lokal mendapat kesempatan ikut
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri hendaknya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan, penerimaan pajak, pendapatan nasional, dan sekaligus dapat memperkuat neraca pembayaran Negara.
Secara lebih lanjut Yoeti menguraikan tentang pariwisata berkelanjutan yang juga bisa digambarkan sebagai pertemuan antara kebutuhan wisatawan dan daerah tujuan wisata dalam usaha menyelamatkan dan memberi peluang untuk lebih menarik
lagi di waktu yang akan datang. Hal ini merupakan suatu pertimbangan agar semua sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi, sosial, keindahan
dan memelihara integritas keanekaragaman budaya. Untuk mencapai semua itu, harus ada perubahan sikap dan kemauan keras agar apa yang ada sekarang tidak habis tanpa memperhatikan pariwisata yang akan datang.
Dalam penelitian ini Teori Pariwisata Berkelanjutan digunakan untuk melihat jika semakin banyak masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara
ekonomi, maka perkembangan pariwisata di Desa Sanur mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sebaliknya, jika semakin sedikit masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan secara ekonomi, maka perkembangan pariwisata di Desa
Sanur tidak mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.
2.3 Model Penelitian
Perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Sanur perlahan telah melebur
perubahan dalam berbagai aspek dalam masyarakat, salah satunya adalah terhadap aspek ekonomi. Dampak ekonomi akibat perkembangan pariwisata secara langsung
juga memberikan dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal.
Untuk mengatahui apakah perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa
Sanur telah membawa dampak terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal, maka dilakukan analisis terhadap aspek ekonomi masyarakat lokal. Teknik analisis terhadap aspek ekonomi tersebut menggunakan Model Miles and Huberman yang
didukung dengan metode penelitian campuran. Metode ini juga didukung oleh teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Setelah hasil analisis didapatkan, maka akan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersumber dari pembahasan penelitian. Dari kesimpulan yang didapatkan, maka akan diajukan beberapa saran untuk dijadikan dasar dalam
penelitian selanjutnya, pengambilan kebijakan serta kepentingan ilmiah lainnya. Gambar 2.1 berikut ini adalah model penelitian Analisis Dampak Perkembangan
Keterangan :
: interaksi
: proses selanjutnya
Desa Sanur
Perkembangan Pariwisata Kondisi Ekonomi Masyarakat Lokal
Metode Penelitian
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Pertama, menetapkan metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif yang dimaksud adalah dilakukan pada saat analisis data dan pengumpulan data yang didapatkan melalui proses penelitian. Dalam penelitian
ini, analisis data mengunakan model Miles and Huberman. Data – data kualitatif dihimpun melalui wawancara terstruktur dan wawancara secara mendalam.
Wawancara mendalam dilakukan untuk mendukung data yang didapatkan melalui pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan sampel untuk mendapatkan data kualitatif berupa pendapat – pendapat yang akan menjawab rumusan masalah
penelitian. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin. Selanjutnya pada saat di lapangan peneliti bertindak selaku instrumen kunci. Artinya,
pada saat penelitian ini berlangsung, peneliti turun ke lokasi penelitian dengan didukung oleh instrumen penelitian yang telah ditentukan.
Kedua, penentuan lokasi penelitian sebagai objek dari penelitian
dilaksanakan. Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar. Ketiga, menetapkan jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan
dihasilkan dari penyebaran pedoman wawancara di lokasi penelitian. Pedoman wawancara diberikan kepada Kepala Keluarga yang merupakan penduduk asli Desa
Sanur yang telah dihitung secara proporsional di masing – masing wilayah Desa Sanur. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Kantor Lurah Sanur, Kantor
Desa Sanur Kaja dan Kantor Desa Sanur Kauh.
Keempat, menentukan instrumen penelitian, instrumen penelitian digunakan sebagai alat pendukung dalam proses penelitian. Penelitian ini menggunakan
pedoman wawancara yang merupakan alat bantu penting dalam mengumpulkan data. Selain itu, alat bantu lain yang digunakan adalah kamera, buku catatan kecil dan alat
tulis. Kelima, menentukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik Triangulasi (gabungan), meliputi : melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi.
Keenam, menentukan proses analisis data. Analisis data di lapangan dalam penelitian ini adalah Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2014). Model Miles and Huberman menerangkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Tahapan dalam analisis ini adalah reduksi data (data reduction),
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa Sanur, Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Beberapa pertimbangan yang mendasari terpilihnya lokasi ini adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan pariwisata di Desa Sanur selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan hal yang positif, terbukti dengan munculnya beberapa hotel berbintang dan fasilitas penunjang
pariwisata lainnya,
2) Pendapatan riil kepala keluarga yang merupakan masyarakat lokal Desa Sanur
berdasarkan pengamatan awal dalam proses penelitian mengalami peningkatan,
3) Keterlibatan masyarakat lokal secara keseluruhan disinyalir berorientasi
kepada keuntungan dari industri pariwisata yang berkembang.
www.google.com Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Sanur, Kota Denpasar 3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
1) Data Kualitatif, yaitu berupa data yang tidak dapat diwujudkan dalam
bentuk angka, namun berupa penjelasan tentang uraian tentang fenomena tertentu yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam
penelitian ini yang termasuk dalam data kualitatif adalah jawaban Kepala Keluarga yang menjadi sampel penelitian atas pedoman wawancara yang diberikan.
2) Data Kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka yang mendukung data kualitatif dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang termasuk
3.3.2 Sumber Data
1) Data primer, adalah data yang dihasilkan sendiri oleh peneliti. Sumber
data primer ini dihasilkan dari hasil penyebaran pedoman wawancara. Data ini berupa jawaban Kepala Keluarga yang menjadi sampel
penelitian atas pedoman wawancara yang diberikan.
2) Data sekunder, adalah data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain. Data ini meliputi data yang bersumber dari Kantor
Lurah Sanur, Kantor Desa Sanur Kauh dan Kantor Desa Sanur Kaja.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dan beberapa alat bantu yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan data penelitian. Pedoman
wawancara merupakan salah satu alat bantu penting dalam proses pengumpulan data. Dalam pedoman wawancara berisi sejumlah pernyataan yang disajikan berdasarkan
konsep penelitian. Selain pedoman wawancara, alat bantu lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, buku catatan kecil serta alat tulis.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah teknik
triangulasi. Teknik ini merupakan penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data,
berbagai sumber data. Dalam penelitian teknik ini menggabungkan observasi partisipatif, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam serta dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak, seperti penjelasan berikut ini : 1) Observasi Partisipatif
Dalam penelitian ini, observasi partisipatif dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat setempat serta berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari – hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang terlihat.
2) Wawancara Terstruktur dan Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menyiapkan alat bantu
penelitian berupa pedoman wawancara yang berisi pertanyaan – pertanyaan tertulis. Selanjutnya wawancara secara mendalam dilakukan untuk mendukung jawaban – jawaban yang didapatkan dari wawancara terstruktur
sebelumnya. 3) Dokumentasi
melakukan wawancara kepada informan atau sumber data. Alat – alat lain yang mendukung adalah buku catatan dan kamera.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sebelum dilakukan penentuan sampel, sebelumnya telah diketahui bahwa jumlah populasi adalah sebesar 5587 Kepala
Keluarga. Penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1) Kepala keluarga yang merupakan masyarakat lokal dan bertempat tinggal di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan. Usia dari Kepala Keluarga tidak ditentukan, asalkan sudah menjadi kepala keluarga sebelum tahun 2010.
2) Mengikuti perkembangan desa sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 atau tidak pernah tinggal ke luar wilayah Desa Sanur.
3) Memiliki pekerjaan atau usaha pokok yang berhubungan dengan bidang industri pariwisata di Desa Sanur.
Ukuran sampel yang diambil menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut : n = . . . .. . . (1) N
Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10 %) (Umar, 2004). Berdasarkan Rumus Slovin tersebut didapat sampel sebanyak :
n =
n = 98
Jumlah sampel dibulatkan ke atas mejadi 100 sampel. Alasan dilakukan
pembulatan keatas agar sampel penelitian termasuk pada rentang sampel besar. Berdasarkan perhitungan Rumus Slovin tersebut, ukuran sampel ditentukan sebanyak
100 Kepala Keluarga (KK). Selanjutnya di masing – masing desa/kelurahan akan dilakukan pengambilan sampel secara proporsional sebagai berikut :
1) Jumlah sampel untuk Desa Sanur Kaja : 5587
1 + 5587(0,1)2
= 98,24
Jml KK Desa Sanur Kaja Total KK Desa Sanur
X n
1704 5587
2) Jumlah sampel untuk Desa Sanur Kauh :
3) Jumlah sampel untuk Kelurahan Sanur :
Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah masing – masing sampel
penelitian di masing – masing wilayah Desa Sanur. Seperti yang disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian (KK)
No Nama Desa/Kelurahan Populasi Jumlah Sampel
1 Desa Sanur Kaja 1704 30
2 Desa Sanur Kauh 1987 36
3 Kelurahan Sanur 1896 34
Total 5587 100
Jml KK Desa Sanur Kauh Total KK Desa Sanur
X n
1987 5587
X 100 = 35,56 = 36
Jml KK Kelurahan Sanur Total KK Desa Sanur
X n
1896 5587
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilapangan/lokasi penelitian yang digunakan adalah
analisis data Model Miles and Huberman. Model Miles and Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2014). Aktivitas dalam model ini antara lain :
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah pada temuan, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta