• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Jepang Melalui JICA Terhadap Pemberian Bantuan Proyek Denpasar Sewerage Development Project di Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepentingan Jepang Melalui JICA Terhadap Pemberian Bantuan Proyek Denpasar Sewerage Development Project di Bali."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul “Kepentingan Jepang Melalui JICA Terhadap Pemberian Bantuan DSDP di

Bali”

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika., Sp., PD., KEMD., selaku Rektor Universitas Udayana atas motivasi, saran serta arahan yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana.

2. Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana atas motivasi dan arahan yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana.

3. Idin Fasisaka, S.IP., MA. selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan motivasi, saran, dan masukan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Hubungan Internasional.

4. Ni Wayan Rainy Priadarsini, S.SS.,M.Hub.Int., selaku Pembimbing I yang selalu menghasut penulis untuk terus berpikir dan melampaui diri.

5. A.A Bagus Surya Widya Nugraha,S.IP.,M.Si selaku Pembimbing II penulis atas bimbingan, inspirasi perjuangan, serta motivasi yang diberikan kepada penulis untuk terus menempa diri selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(4)

iv

selama menempuh pendidikan di Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

7. Staf dosen di Program Studi Hubungan Internasional atas motivasi, serta bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

8. Ibunda tercinta, selaku seorang ibu sekaligus ayah yang tak henti-hentinya berkata, “Hanya dengan pendidikan hidupmu dapat berubah, Nak”.

9. Kawan-kawan Hubungan Internasional angkatan 2011 yang selalu menginspirasi, terutama Kyka, Pang, Wulan, dan Francine

10. Puteri, Yana, Endos, Someone, dan semua orang berharga dihidup saya

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan lebih lanjut.

(5)

v

Kata Pengantar

Pertama-tama perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkatnya yang berlimpah sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini secara baik. Kemudian orang tua saya yang tidak berhenti menyemangati, mencintai, mendoakan, dan mendorong saya untuk menyelesaikan studi ini, terutama skripsi ini. Tanpa mereka, mungkin skripsi ini tidak ada sampai saat ini. Tentunya saya tidak lupa untuk mencantumkan nama pembimbing saya, Ibu Rainy dan Bapak Surya karena beliau sudah mengorbankan banyak waktu untuk membimbing saya. Saya menganggap skripsi ini tidak akan mendapatkan hasil maksimal apabila tidak melalui bimbingan dari Ibu dan Bapak pembimbing. Tak lupa saya berterima kasih sebesar-besarnya untuk keluarga besar Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Udayana atas bimbingannya selama 5 tahun yang bermakna dan tentunya berkesan.

Terima kasih juga untuk support yang tidak pernah berhenti dari saudara saya, Glenda dan Ata, dan teman teman terbaik saya: (Urutan tidak menentukan siapa yang terbaik ya..) Kyka, Wulan, Toto, Francine, Sunari Pang, Yana, Mirah dan You-Know-Who (I know, but you‟ll be the only one). Sekali lagi kalau bukan karena cinta mereka, saya mungkin merasa skripsi ini hanya sebuah tugas akhir biasa tanpa kesan bermakna dibalik pembuatannya. Juga untuk dua anjing saya, Pippa dan Downy, terima kasih untuk teman tidurnya.

(6)

vi

(7)

vii

2.2.2 Kepentingan Nasional ... 18

2.2.3 Motif Bantuan Internasional (Foreign Aid) ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

(8)

viii

4.1.4 Realisasi Proyek DSDP oleh Pemerintah dan JICA .... 48

4.2 Analisa Temuan ... 53

4.2.1 Tercapainya Tujuan Pemberian Bantuan ODA Jepang 54 4.2.2 Peningkatan Mutu Kesehatan Warga Jepang di Bali ... 56

(9)

ix Daftar Tabel

TABEL 4.1 HUBUNGAN CAS DAN PRIORITAS KERJASAMA JICA……. 44

TABEL 4.2 TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN KE BALI ………46

TABEL 4.3 RINCIAN PELAKSANAAN PROYEK DSDP ………...50

TABEL 4.4 DAFTAR PERUSAHAAN JEPANG YANG TURUT DALAM PROYEK DSDP ………..63

TABEL 4.5 PERINGKAT PEMBERI BANTUAN TERBESAR

(10)

x Daftar Bagan

BAGAN 4.1 BENTUK DAN PENYALURAN BANTUAN ODA ……….32

BAGAN 4.2 SIKLUS PERMINTAAN BANTUAN KEPADA JEPANG………34

BAGAN 4.3 PENYALURAN BANTUAN ODA MELALUI JICA BARU ……37

(11)

xi Abstrak

Penelitian ini didasarkan adanya kepentingan Jepang melalui JICA (Japan Internation Cooperation Agency) terhadap pemberian bantuan pinjaman dana kepada Indonesia dalam proyek DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) di Bali. Proyek DSDP merupakan proyek sanitasi pertama di Indonesia, yang penelitiannya dilakukan oleh JICA dan bantuan pinjaman dananya diberikan oleh Jepang. Adanya proyek yang besar ini dapat dikatakan sebagai salah satu cara Jepang untuk mewujudkan kepentingannya di Indonesia. Berbagai dasar menyebabkan terealisasinya penelitian ini, beberapa diantaranya ialah adanya perbedaan sikap Indonesia terhadap dua negara eks colonial yakni Jepang dan Belanda dalam hal pemberian bantuan, juga desakan JICA yang dianggap sangat persuasif yang menyebabkan kecurigaan bahwa adanya tujuan yang lebih besar dibalik terealisasinya proyek ini. Tujuan dari penelitian ini tentunya, penelitian ini mampu memperlihatkan kepentingan Jepang melalui langkah langkah strategis JICA secara jelas dalam realisasi dari proyek ini.

Penelitian ini menggunakan 3 konsep dalam membantu penulis menganalisis lebih dalam, pertama konsep bantuan internasional, kedua merupakan konsep kepentingan nasional, dan yang terakhir merupakan motif bantuan internasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data, dilakukan observasi terhadap beberapa penelitian dan literatur terkait serta wawancara dengan orang orang yang berkecimpung didalam proyek ini. Hal tersebut guna mengetahui lebih dalam maksud dan kepentingan Jepang dalam proyek ini.

Setelah adanya penelitian yang komprehensif, maka diketahui ada 4 inti dari kepentingan yang ingin dicapai Jepang. Pertama adalah tercapainya tujuan dalam pemberian bantuan ODA Jepang. Kedua, meningkatnya mutu kesehatan warga Jepang yang berlibur ke Bali maupun yang tinggal di Bali. Ketiga, pelatihan tenaga ahli muda Jepang. Terakhir ialah Jepang mendapatkan keuntungan ekonomi dari realisasi proyek DSDP ini.

Melalui penelitian ini, diharapkan pembaca nantinya mampu menganalisis kepentingan-kepentingan negara pemberi bantuan khususnya negara pemberi bantuan ke Indonesia. Sehingga analisa tersebut mampu menentukan apakah sebuah bantuan layak untuk diterima dan mampu sepenuhnya membantu Indonesia atau hanya sebagai media bagi negara pemberi bantuan untuk memperoleh keuntungan dari negara penerima bantuan.

(12)

xii Abstract

This study was made after an issue about Japan‟s interests through JICA (Japan International Cooperation Agency) with the loan aid to Indonesia in DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) Project Bali, Indonesia. DSDP is the first sanitation project in Indonesia that the research was conducted by JICA and the loan aid was given from Japan. This mega project could say as one of many ways to accomplish Japan's interest in Indonesia. Many reasons make this research happen, some of them are the difference of Indonesia‟s respond to both of the ex-colonial country, Netherland and Japan, through the aid project and also JICA persuasive approach that becoming suspicious if there is a bigger reason behind this realization of this project. The goals of this study is to show the reader about Japan‟s interest clearly by the realization of this project.

This study is using 3 concepts, first concept is International aid, second is National interest, and lastly is International aid‟s motive. This study is using the qualitative method. In collecting data, writer did some observation through some research and connected literature, also, writer did some interviews with people who competent and work in this field to know more about the purposes and interests of Japan through this project.

After a comprehensive research, the result of this study is that there are 4 points of interest that Japan want to pursue. First, accomplishing the goal of ODA Japan. Second, increasing the health quality of Japanese who stay in or take vacation in Bali. Third, giving training to the junior expertise of Japan. Lastly, reaching the economic interest from the realization of this project.

Finally this study will be expected to help reader to analize the aid donor state‟s interests, especially the Japan that gives aid to Indonesia. The analysis of this study be able to give more analysis to any kinds of interest that brought by the donor. Then every country could cogitate if the aid is fully help their country or just a carrier of donor‟s interest.

(13)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Jepang dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki hubungan kerjasama yang erat. Kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Jepang merupakan kerjasama di berbagai sektor, beberapa sektor kerjasama antara lain dari kerjasama politik dan kerjasama ekonomi. Kerjasama ekonomi merupakan kerjasama yang paling signifikan, karena relasi Jepang dan Indonesia sering kali disebut relasi bisnis, yang dapat pula dikatakan kerjasama ekonomi, karena kerjasama ekonomi merupakan kerjasama yang melibatkan adanya transfer uang dan keuntungan diantara kedua belah pihak. Pemberian bantuan merupakan salah satu bentuk dari development cooperation yang merupakan salah satu bentuk dari kerja sama ekonomi (Whittemore, n.a). Jepang merupakan negara yang aktif dalam pemberian bantuan terhadap Indonesia. Pemberian bantuan dianggap sebagai suatu langkah yang baik bagi negara penerima bantuan. Namun tanpa disadari, aktivitas bantuan itu juga menyimpan maksud tertentu dari pemberi bantuan. Dalam hal ini, secara normatif tentu penerima bantuan akan memperoleh keuntungan tanpa melihat motif yang dibawa oleh pemberi bantuan itu sendiri.

Jepang melalui state agency atau agensi pemerintah Jepang yakni JICA (Japan International Cooperation Agency) melakukan pemberian bantuan dalam

(14)

infrastruktur di Indonesia. Proyek DSDP telah dicanangkan sejak 1991 dan tahap realisasi dimulai pada tahun 2004. DSDP sendiri merupakan proyek pengolahan limbah rumah tangga maupun industri menjadi air bersih. Selain itu, adanya proyek DSDP juga diyakini mampu mengatasi permasalahan sanitasi di Bali. Proyek DSDP dijalankan di dua kabupaten utama di Bali, yakni Denpasar dan Badung, sebagai kota pusat pariwisata dan pemerintahan di Bali (Suardana, 2011).

Realisasi dari kerjasama ini juga merupakan salah satu bagian dari adanya kebijakan luar negeri Jepang atau ODA (Official Development Assistance) yang mana ODA ini turut membantu dalam penyuksesan pembangunan yang ada di negara-negara berkembang yang merupakan sahabat Jepang (Akira & Shimomura, 1998). Melihat hubungan yang dimiliki oleh Jepang dan Indonesia tentunya menjadi sangat baik untuk dibahas mengingat sejarah yang dimiliki Indonesia di masa-masa era sebelum kemerdekaan. Jepang sendiri merupakan penjajah Indonesia pada era perang dunia ke II, dari tahun 1942-1945. Namun memang terjadi pergeseran pada saat pasca kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Posisi Jepang dalam kemiliteran telah diredam oleh pihak sekutu, sehingga Jepang tidak mampu lagi melakukan aktivitas militer dalam skala besar atau menjajah negara lain. Akibatnya, Jepang mulai melihat sektor lain dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain, diantaranya sosial, budaya, dan ekonomi (Moravcsik, 2010).

(15)

dari negara negara lain, termasuk Jepang dan Belanda, dua negara yang masuk dalam catatan kelam perjalanan sejarah Indonesia. Namun tidak seperti Jepang, hubungan Indonesia dan Belanda dalam transaksi bantuan kerap tidak berjalan mulus. IGGI (Intergovernmental Group on Indonesia) merupakan kelompok internasional yang didirikan Amerika pada tahun 1967 untuk menyalurkan dana Internasional kepada Indonesia. Pada tahun 1992 IGGI yang diketuai oleh Belanda, terancam akan ditolak dananya oleh Indonesia akibat dari kecaman yang dilakukan oleh Belanda atas tindakan Indonesia di Timor Leste (Leong, Benedict Ang Kheng. 1998). Sangat menarik melihat tak ada halangan yang signifikan bagi Jepang dalam memberikan bantuan ke Indonesia sampai saat ini apabila dibandingkan oleh Belanda sendiri.

Pemberian bantuan dari Jepang terhadap Indonesia dalam proyek DSDP merupakan salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan kedua negara ini yang dianggap sebagai respon dari adanya wacana tingginya pencemaran di Teluk Benoa. Hal ini direspon dan kemudian ditindak lanjuti oleh masterplan JICA. Selain itu, bersinggungan dengan diluncurkannya standar internasional baru oleh ISO (International Organization for Standardization) yang merupakan The World’s Largest Developer of Voluntary International Standards, ISO 14001

Environmental Management System pada tahun 1996, memaksa Indonesia untuk

melakukan perbaikan, terutama dalam hal sanitasi.

(16)

memberlakukan travel warning ke Indonesia akibat 2 warganya terserang diare yang mana hal tersebut merupakan dampak dari sanitasi yang buruk (DIGILB AMPL, 2008). Dengan berbagai pertimbangan antara lain, penjaminan kesehatan masyarakat Indonesia dan juga wisatawan, yang dalam hal ini pariwisata juga merupakan salah satu komoditi penting dalam perekonomian Indonesia, pemerintah saat itu memutuskan untuk Bali, khususnya Denpasar dan Badung sebagai dua wilayah yang pertama kali akan dibangun proyek sanitasi untuk pengolahan limbah. Proyek sanitasi ini mulai dilaksanakan dari tahun 2004 hingga 2008.

Peningkatan pendapatan melalui sektor pariwisata juga menjadi salah satu acuan dalam realisasi proyek DSDP ini. Studi yang dilakukan Ditjen Cipta Karya, DSDP dianggap sebagai penunjang sektor pariwisata di Bali dengan cara meningkatkan kualitas sanitasi, sehingga mampu mendongkrak pendapatan sektor pariwisata di Bali pada 2009 sebesar Rp 500 miliar dan dalam lima tahun kedepan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 706, 478 miliar. Berbeda dengan tidak adanya DSDP, pendapatan tersebut diperkirakan turun menjadi Rp 313, 9 9 miliar (DIGILIB AMPL, 2008).

(17)

perwujudan dari kepentingan Jepang itu sendiri, sehingga proyek ini dipilih sebagai bahan dalam melihat kepentingan Jepang di Indonesia yaitu di Bali melalui bantuan dalam perealisasian sebuah proyek infrastruktur.

Dalam artikel 3 pada JICA act, JICA menyebutkan bahwa Jepang melalui JICA berusaha untuk membantu sosio-ekonomi global dan memperbaiki stabilitas ekonomi suatu negara berkembang. JICA menambahkan, visi dari JICA sendiri ialah untuk membantu mengatasi agenda global dunia, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kapasitas pemerintah, dan mencapai human security (JICA, 2013). Tujuan dan visi misi yang diungkapkan oleh JICA masih terbilang normatif, yang tidak bisa juga dilupakan bahwa ada motif dibalik segala pemberian bantuan. Namun seperti yang diketahui, tindakan suatu negara, baik melakukan kerjasama maupun melakukan perang, tidak terlepas dari adanya kepentingan negara tersebut, tidak terkecuali Jepang. JICA melalui pinjaman lunak dari JBIC (Japan Bank International Coorporation) menggelontorkan dana bantuan berupa pinjaman lunak sebesar 70% dari total dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek DSDP ini dan dibalik segala bantuan yang digelontorkan Jepang untuk perbaikan lingkungan di Indonesia khususnya di Bali, Jepang tentu memiliki beberapa tujuan penting, yang mana tujuan itu mampu menyukseskan kepentingan nasional Jepang.

(18)

terungkap oleh publik secara umum, dimana publik secara umum hanya mengetahui realisasi proyek ini secara apa yang terlihat dari berjalannya proyek ini, tanpa mengetahui adanya kepentingan yang menjadi acuan dalam perealisasian proyek ini. Sehingga adanya penelitian ini nantinya diharapkan mampu membantu publik untuk mengetahui apa saja kepentingan Jepang yang signifikan melalui JICA dalam perealisasian proyek ini.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan dijawab berdasarkan rumusan masalah yang akan diangkat peneliti. Rumusan masalah ini penting untuk menjadi dasar atas penulisan penelitian ini. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diambil ialah:

Apa kepentingan Jepang dalam pemberian bantuan proyek DSDP di Indonesia?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti akan memberi batasan batasan untuk mempertajam penelitian ini. Peneliti akan fokus pada pemberian bantuan Jepang melalui JICA terhadap penyuksesan proyek DSDP di Bali dari tahun 1991-2012. Batas waktu penelitian ini merupakan dari masa perancangan hingga sampai selesainya proyek ini.

(19)

yakni politik, kemanusiaan, dan ekonomi ditambah dengan aspek diplomatis dan kesehatan dari Jepang kepada Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dibuatnya tulisan ini ialah untuk mendeskripsikan kepentingan dan motif Jepang dalam pemberian bantuan yang dilakukan oleh JICA sebagai state agency Jepang terhadap pelaksanaan proyek DSDP di Indonesia, khususnya di Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah yang pertama, penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi secara akademis dalam keilmuan Hubungan Internasional, khususnya dalam tema politik dalam bantuan luar negeri. Diharapkan tulisan ini mampu membangun wawasan pembaca terutama dalam hal melihat tindakan yang dilakukan oleh suatu negara yakni dalam pemberian bantuan kepada negara lain. Bahwa terdapat kepentingan yang dibawa negara tersebut yang mampu memberi keuntungan bagi negara pemberi bantuan dalam mencapai kepentingan nasionalnya.

1.6 Sistematika Penulisan

(20)

Dalam Bab I ini dijelaskan bagaimana latar belakang dari judul yang diangkat, serta melihat permasalahan yang akan dijawab di tulisan ini. Kemudian, penulis menyertakan tujuan dan manfaat dari tulisan ini. Diakhir Bab I penulis menyertakan sistematika penulisan untuk memudakan pembaca dalam memahami tulisan ini.

Pada Bab II ditulis kajian pustaka, yakni pembahasan terhadap penelitian terdahulu yang telah ada. Pada Bab II akan lebih menegaskan kebaruan atau novelty dari tulisan ini, bahwa tulisan ini layak untuk ditulis dan merupakan karya

orisinal penulis. Kemudian pada sub bab kajian pustaka juga akan melihat perbedaan tulisan ini dengan tulisan yang telah dibuat sebelumnya. Lalu, kerangka konseptual akan menjelaskan teori dan konsep yang dipakai penulis. Penulis menjadikan artikel A Political Theory of Foreign Aid oleh Morgenthau sebagai dasar dalam memahami penelitian ini dan 3 konsep yang akan dipakai penulis ialah bantuan internasional, kepentingan nasional, dan Foreign aid agency.

Pada Bab III masuk pada penjelasan tentang jenis penelitian dan akan dipaparkan sumber sumber data yang peneliti pakai. Kemudian unit analisis yang diangkat serta teknik-teknik dalam penentuan informan, pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data. Diakhir bab III, disampaikan pula keterbatasan peneliti dalam menulis penelitian ini.

(21)

dengan hasil temuan atau analisa data. Pada sub bab ini, penelitian ini menjawab permasalahan yang dipaparkan di Bab I, yakni apa saja yang menjadi kepentingan Jepang melalui JICA dalam realisasi proyek DSDP di Bali, tepatnya di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kepentingan Jepang akan diungkapkan melalui analisa temuan dari hal hal terkait.

(22)

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka, peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya yang memberikan kontribusi terhadap tema “kepentingan suatu negara dalam usaha pemberian bantuan”. Penelitian yang pertama adalah skripsi

yang ditulis oleh Adriana Reski Anwar pada tahun 2014 dalam kajian Hubungan Internasional Universitas Hasanudin Makassar yang Berjudul “Analisis Bantuan JICA pada Bidang Kesehatan di Sulawesi Selatan”. Penelitian ini mengkhususkan

bantuan JICA dalam lingkup kesehatan di Sulawesi Selatan, sebagai bentuk salah satu kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang.

(23)

Penelitian kedua diungkapkan dalam Jurnal karya Hanisa Nurliana Safitri yang berjudul “Kepentingan Amerika Serikat di Indonesia dibalik Pemberian

Bantuan Lingkungan untuk Mengatasi Masalah Perubahan Iklim” Universitas Brawijaya Malang, 2014. Dalam penelitian ini, Safitri menggambarkan bagaimana bentuk bantuan USAID yakni Agensi pemerintah Amerika Serikat dalam sektor lingkungan, khususnya di sektor kehutanan, dalam rangka mengatasi masalah perubahan iklim yang menjadi agenda global. Pemberian bantuan ini berlangsung dari tahun 2010 hingga 2013 dan memfokuskan pada pengurangan emisi gas karbon dengan meningkatkan potensi hutan Indonesia.

Dalam hasil penelitian ini, Safitri melihat bahwa ada tujuan lain dibalik bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat, hal itu merupakan kepentingan ekonomi. Amerika Serikat ingin melindungi investasi miliknya yang berada di tanah Indonesia melalui perhatian yang diberikan dari pemberian bantuan tersebut. Kepentingan politik dari bantuan ini juga terlihat dari intervensi kebijakan papua dengan undang undang otonomi khusus. Selain itu, Amerika Serikat juga melalui proyek USAID-Indonesia Forest Climate and Support (IFACS) diharapkan dapat membantu citra Amerika Serikat sendiri setelah menolak dalam penanda tanganan Protokol Kyoto.

(24)

transaksi FA sejak tahun 1950an terutama memberikan bantuan kepada negara-negara di Asia. Namun seperti yang diketahui, Sejak tahun 1990-2000an, Cina mengalami peningkatan perekonomian yang sangat pesat yang menyebabkan permintaan atas raw materials dan energi juga mengalami peningkatan yang sangat besar (Brautingham, 2008).

FA merupakan salah satu upaya Cina dalam memperoleh raw materials secara lebih mudah. Export-Import Bank of China (Exim Bank) sebagai salah satu institusi pemerintah untuk memberikan bantuan luar negeri, sampai tahun 2009 diperkirakan telah mengeluarkan bantuan sebesar 257 miliar yuan kepada sekitar 50 negara di seluruh penjuru dunia melalui tiga macam bentuk bantuan, yaitu grants, zero-interest loan dan concessional loan (China Foreign Aid White Paper, n.d). Cina banyak memberikan bantuan kepada negara-negara penghasil

raw materials, seperti negara-negara di Afrika. Dalam kasus bantuan berupa

pinjaman, Cina menerapkan beberapa syarat seperti pengembalian pinjaman dengan menggunakan bahan mentah atau pelaksanaan proyek yang dibiayai oleh bantuan Cina harus dikerjakan oleh tenaga Cina dan bahan bakunya juga diimpor dari Cina. Dengan pemberian bantuan tersebut, terutama dalam bentuk pinjaman, Cina berharap bisa mendapatkan kemudahan untuk melakukan bisnis dengan negara-negara Afrika tersebut untuk menjamin ketersediaan bahan mentah melalui syarat-syarat bantuan yang diberikan sebelumnya

(25)

menjadikan penelitian ini berbeda ialah bagaimana Jepang sebagai suatu negara yang secara global bukan merupakan negara yang hegemonic, mampu mengedepankan kepentingan nasionalnya. Lain halnya dengan Amerika, seperti yang diungkapkan pada penelitian pertama, yang nyata-nyata merupakan negara yang memiliki power di politik global serta Cina, seperti yang diungkapkan pada penelitian ketiga, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Penelitian yang diangkat mengedepankan aspek lokal, yang artinya bantuan yang diberikan oleh Jepang secara khusus untuk Bali dalam bidang infrastruktur sanitasi di Indonesia, sedangkan dalam penelitian sebelumnya yang mengenai USAID dalam IFACS dan Cina di Afrika selatan merupakan penelitian dengan skala nasional. Kemudian, pada kajian pustaka pertama memang JICA memberikan bantuan dalam skala lokal, yakni kepada provinsi Sulawesi Selatan. Namun perlu diingat bahwa Bali merupakan salah satu arus lintas kunjungan orang Jepang terbesar di Indonesia. Bali juga merupakan kawasan pariwisata vital dan strategis bagi Indonesia. Dalam data BPS Pariwisata, dari total 9 juta Wisman yang datang ke indonesia pada tahun 2014, 3.766. 638 atau 30% dari total wisatawan Indonesia merupakan jumlah wisman yang datang ke Bali dengan wisman Jepang menduduki peringkat7 besar di Bali (BPS Bali, 2014).

(26)

sedangkan apa yang Jepang lakukan di Sulawesi Selatan dan USAID pada kasus IFACS merupakan bantuan putus atau hibah, yakni bukan berupa pinjaman.

Hal yang turut membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis ialah, lokasi pemberian bantuan, dan tambahan mengenai analisa kepentingan yang lebih tajam dibalik pemberian bantuan yakni mengungkapkan kepentingan tersembunyi, yakni dari segi ekonomi, dan bukan hanya memaparkan kepentingan yang sudah tertulis secara normatif dalam tujuan yang Jepang ungkapkan, dalam hal in dapat dikatakan dari aspek diplomatik dan kesehatan dalam terwujudnya proyek DSDP.

Adapun kontribusi yang berikan oleh kajian pustaka yang dipakai ialah acuan dalam penggunaan konsep kepentingan nasional dan bantuan luar negeri. Kemudian dari aspek pendalaman mengenai isi, dimana penelitian-penelitian tersebut mampu melihat kepentingan suatu negara dari beberapa aspek diantaranya ekonomi, diplomatis, dan kesehatan, yang nantinya akan membantu peneliti dalam menjawab rumusan masalah.

2.2 Kerangka Konseptual

(27)

tersebut, dijelaskan bahwa, negara melakukan suatu bantuan luar negeri didorong oleh adanya kepentingan ataupun tujuan dan bisa dikatakan sangat minim ditemukan adanya tujuan murni dalam suatu bantuan luar negeri (Morgenthau, 1968).

Dalam artikel tersebut terdapat enam tipe bantuan luar negeri menurut Morgenthau, yaitu: bantuan luar negeri kemanusiaan, bantuan luar negeri subsisten, bantuan luar negeri militer, bantuan luar negeri „penyuapan‟ (bribery), bantuan luar negeri prestise, dan bantuan untuk pembangunan ekonomi. Dari jenis yang berbeda, hanya bantuan kemanusiaan yang bersifat non politik. Dari keenam jenis bantuan ini, Morgenthau melihat beberapa kesamaan, yakni: transfer uang, barang dan jasa dari satu negara ke yang lain.

(28)

Morgenthau, bahwa ada kepentingan yang ingin dicapai dari banyaknya usaha yang dikeluarkan oleh Jepang untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Untuk memahami penelitian ini lebih lanjut, peneliti kemudian melihat ada 3 konsep yang dapat membantu dalam memahami penelitian ini.

2.2.1 Foreign Aid Agency

JICA merupakan agensi pemerintah resmi Jepang dalam pemberian bantuan yang diberikan ke Indonesia khususnya di Bali dalam proyek realisasi DSDP. Konsep Foreign Aid Agency merupakan konsep yang penting untuk menjelaskan posisi JICA dalam pemerintah Jepang. Dikutip dalam Jurnal Martens (2004)

foreign aid agencies can be defined by opposition to domestic income redistribution agencies...While domestic aid agencies redistribute income between donors and recipients who live in the same political constituency, foreign

aid agencies target recipients living outside the donor’ s constituency, usually in

developing countries

Dalam definisi diatas dapat dikatakan bahwa Foreign Aid Agencies merupakan oposisi dari Domestic Aid Agency yang hanya melakukan pemberian bantuan di bawah konstituen politik yang sama. Sedangkan Foreign Aid Agency merupakan hasil dari redistribusi pendapatan suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, ekonomi, kesehatan, dan sektor-sektor strategis lainnya di negara negara penerima donor. Penerima donor dari Foreign Aid Agencies merupakan negara-negara berkembang yang dirasa perlu untuk

(29)

menanggulangi bencana alam, konflik, dan kondisi darurat yang terjadi di negara penerima bantuan. Tipe kedua ialah development aid, yakni pemberian bantuan pada sektor-sektor strategis seperti, ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastrukstur, dan hal hal yang bersifat jangka panjang (Martens, 2004).

Hampir setiap negara maju memiliki Foreign Aid Agencies, contohnya Jepang dengan JICA, Amerika Serikat dengan USAID, dan Australia dengan AUSAID. Alokasi dana Foreign Aid Agencies dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat dikatakan bervariasi. Walaupun nilai yang digelontorkan untuk dana bantuan dapat dikatakan berjumlah besar, namun alokasi dana untuk Foreign Aid hanya bernilai kurang dari 5%, bahkan ada yang kurang dari 1% dari APBN mereka (Rutsch, 2015).

Pada beberapa literatur, fungsi secara keseluruhan dari Foreign Aid Agency dirasa belum mampu dalam membantu negara-negara berkembang secara

baik. Dalam tulisan Easterly (2003), Ia mengkritik bagaimana bantuan yang diberikan oleh negara-negara maju melalui Foreign Aid Agency menjadi sangat tidak efektif apabila tidak ada lingkungan pemerintahan yang dilengkapi dengan kebijakan ekonomi terstruktur. Dalam konteks ini, negara berkembang cenderung memilki nilai yang buruk dalam hal kapasitas implementasi kebijakan. Oleh karenanya, tidak banyak negara berkembang yang mampu lepas dari label „negara berkembang‟ meskipun bantuan yang masuk dianggap nilainya tidak sedikit.

(30)

...essential role is not to achieve publicly stated objectives but rather to maintain a global political economy of inequality

Klees menegaskan bahwa Foreign Aid Agency ada bukan untuk menyelesaikan permasalahan negara dunia ketiga maupun mencapai tujuan-tujuan normatif yang mereka sampaikan, namun Foreign Aid Agencies ada untuk mempertahankan ketimpangan ekonomi politik global. Dalam kontra diatas juga dapat diartikan bahwa, Foreign Aid yang dibawa oleh agensi pemerintah memiliki motif lain diluar motif normatif yang sudah tertulis secara publik.

Diluar dari segala kontra yang ada, perkembangan yang terjadi di negara dunia ketiga tidak mampu terlepas dari adanya andil Foreign Aid Agency. Foreign Aid Agency merupakan lembaga resmi langsung dari pemerintah yang merupakan

instrumen bagi pemerintah suatu negara dalam urusan pemberian bantuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, Foreign Aid Agency juga merupakan representasi negara, karena bekerja secara langsung dan berasal dari anggaran resmi negara, bukan swasta layaknya NGO (Non-Governmental Organization). Oleh karenanya segala tindakan yang dilakukan oleh Foreign Aid Agency merupakan tindakan resmi atas dari agenda negara yang mencerminkan tujuan tujuan negara.

2.2.2 Kepentingan Nasional

(31)

The fundamental objective and ultimate determinant that guides the decision makers of state in making foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized conception of those element that constitute the state smart vital needs.

Menurut penjelasan diatas, kepentingan nasional merupakan obyek yang sangat penting bagi pembuat keputusan dalam mengambil langkah kebijakan luar negeri. Definisi diatas cukup menegaskan betapa pentingnya konsep kepentingan nasional ini dalam melihat motif dari pembuatan kebijakan luar negeri, yang dalam konteks tulisan ini ialah pemberian bantuan luar negeri. Morgenthau menyebutkan bahwa perilaku negara dalam hubungan internasional dituntut oleh pengejaran kepentingan nasional, kepentingan nasional itu adalah memperoleh, mempertahankan atau memperbesar kekuatan negara (Masoed, 1989). Dalam hal ini, pasca perang dunia kedua dan perang dingin, ekonomi merupakan tolak ukur power suatu negara. Pasca perang dingin, memang konteks keamanan tradisional

telah memudar dan digantikan dengan konsep yang lebih kontemporer, salah satunya ekonomi. Hampir tiap kepentingan nasional suatu negara tidak jauh dari kepentingan ekonomi, hal ini tentu dapat mempertahankan maupun memperbesar kedudukan suatu negara ditengah area internasional.

(32)

Jepang kemudian memperkuat perekonomian negaranya dengan menciptakan inovasi teknologi dan memperkuat bargaining position dalam hubungan perdagangan internasional. Sehingga, kepentingan Jepang yang pada mulanya ingin menguasai dunia lewat kekuatan militer, telah bergeser menjadi menguasai dunia lewat kekuatan ekonomi (Ariansyah,2013). Hal ini kemudian menjadi alasan, mengapa Jepang lebih menekankan kerjasama ekonomi ketimbang bentuk kerjasama lainnya, yakni karena arah kepentingan Jepang yang condong kepada kepentingan ekonomi. Sehingga, pemberian bantuan yang termasuk dalam development cooperation merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kepentingan nasional Jepang.

2.2.3 Motif Bantuan Internasional (Foreign Aid)

Bantuan internasional atau Foreign Aid (FA) merupakan salah satu fenomena dalam kajian Hubungan Internasional kontemporer. Dikutip menurut Mutaqien (2014) mengenai definisi bantuan

Money or other aid made available to third world states to help them speed up economy development or meet humanitarian aids

(33)

negara atau organisasi yang memberikan bantuan, sebaliknya recipient adalah negara atau organisasi penerima.

Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa terjadinya bantuan internasional didasari pada suatu kenyataan, yakni adanya motif dibalik pemberian bantuan. Motif donor dalam memberikan bantuan dapat sangat bervariasi dan berubah secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut bergantung pada tujuan dan kepentingan pemberian bantuan.

Menurut Mutaqien (2014) secara sedehana motif donor dalam memberikan bantuan dapat dibagi menjadi tiga hal, yaitu:

1. Motif Politik, yaitu pemberian bantuan digunakan untuk mendapatkan

keuntungan berupa pengaruh secara politik;

2. Motif kemanusiaan, yaitu pemberian bantuan murni didasarkan pada adanya kepedulian dan rasa kemanusiaan dan

3. Motif Ekonomi, yaitu bantuan digunakan donor untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi baik pada saat itu ataupun dimasa yang akan datang (Future Economic Advantages)

(34)

1. Donor berharap negara penerima dapat menunjukkan rasa terimakasihnya dengan cara mendukung kepentingan dari negara donor, terutama dalam tata kelola dunia internasional.

2. Negara penerima dapat meningkatkan perdagangan dengan negara donor, dan sekali lagi untuk mendukung kepentingan donor akan sebuah produk

3. Negara donor peduli dengan negara penerima dan berharap negara tersebut dapat memberikan penghidupan yang layak kepada warganya.

Melalui asumsi di atas dapat dilihat bahwa motif sebuah negara donor dalam memberikan bantuan kepada negara penerima, hampir pasti digunakan untuk membantu negara donor tersebut mendapatkan kepentingannya, baik dalam kepentingan politik, keamanan nasional maupun ekonomi. Negara donor menggunakan berbagai syarat dan kondisi dalam paket bantuan yang diberikan agar dapat memaksa negara penerima dapat mendukung pemenuhan kepentingan dari negara donor tersebut.

Jepang sendiri disebutkan juga memiliki motif dalam pemberian bantuan, adapun M. Mossadeq Bahri (2004) dalam jurnal disertasinya yang berjudul “International Aid for Development? An Overview Japanese ODA to Indonesia.”

menyebutkan bahwa:

(35)

sehingga menguntungkan bagi pemerintah Jepang, untuk meningkatkan pendapatan per-kapita di Jepang yang berasal dari proyek-proyek bantuan asing dan untuk menegaskan pengaruh Jepang dan kepemimpinannya bagi masyarakat dunia.

Dari penjelasan diatas, terdapat konteks proyek bantuan asing, dimana Jepang ingin memperoleh keuntungan dari pemberian bantuan. Ada 5 yang disebutkan Bahri sebagai tujuan dalam pemberian bantuan:

1. Memacu proses rekonstruksi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Jepang

2. Membangun hubungan diplomatik

3. Mempertahankan sistem ekonomi, politik, dan sosial

4. Menstabilkan kebijakan pemerintah negara penerima bantuan untuk menguntungkan pemerintah Jepang

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu media baca ataupun sebagai bahan kajian bagi para kalangan akademisi maupun para pelaku usaha di bidang ekonomi yang

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mempengaruhi repons sosial maladaptif pada individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon

bencana alam dilaporkan terjadi di Februari Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi pada Februari 2012, dengan.. dari 47 kejadian bencana yang dilaporkan oleh

Selain tidak signifikan, investasi pemerintah juga mempunyai arah yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Artinya, apabila terjadi peningkatan terhadap

As a consumer, when you check out of your local convenience store, you may swipe your credit card through a point-of-sale device and your gas, coffee, and donut are paid.. But what

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastyawati, et.al (2017) dan Azizi (2018) yang menyatakan bahwa persuasi melalui kegiatan

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil temuandan analisis Dampak Pariwisata terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Lappa Laona High Land adalah:.. Kepada