• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan mahasiswa dalam menggunakan ooi, takusan dan ippai sebagai sinonim: penelitian deskriptif terhadap mahasiswa semester v jpbj upi tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesalahan mahasiswa dalam menggunakan ooi, takusan dan ippai sebagai sinonim: penelitian deskriptif terhadap mahasiswa semester v jpbj upi tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN OOI,

TAKUSAN DAN IPPAI SEBAGAI SINONIM

(Penelitian Deskriptif Terhadap Mahasiswa Semester V JPBJ UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh : Elis Ismawati

1002741

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA

DALAM MENGGUNAKAN

OOI,

TAKUSAN

DAN

IPPAI

SEBAGAI

SINONIM

(Penelitian Deskriptif Terhadap

Mahasiswa Semester V JPBJ UPI

Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Elis Ismawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Elis Ismawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ELIS ISMAWATI

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN OOI, TAKUSAN DAN IPPAI SEBAGAI SINONIM

(Penelitian Deskriptif Terhadap Mahasiswa Semester V JPBJ UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Susi Widianti, M.Pd., M.A NIP. 1973120320031221001

Pembimbing II

Juju Juangsih, M.Pd NIP. 197308302008122002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Bandung,

(4)

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN OOI, TAKUSAN DAN IPPAI SEBAGAI SINONIM

(Penelitian Deskriptif Terhadap Mahasiswa Semester V JPBJ UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

Elis Ismawati 1002741 ABSTRAK

Di dalam bahasa Jepang, terdapat banyak ruigigo diantaranya adalah ooi, takusan dan ippai. Bagi pembelajar bahasa Jepang, ruigigo merupakan salah satu hal yang sulit untuk dipelajari. Pada penelitian sebelumnya, hanya membahas mengenai perbedaan makna ooi, takusan dan ippai secara linguistik. Tetapi pada penelitian ini penulis akan membahas mengenai analisis kesalahan penggunaan ooi, takusan dan ippai sebagai sinonim yang terjadi pada pembelajar. Dengan judul “Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menggunakan Ooi, Takusan dan Ippai Sebagai Sinonim”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kesalahan mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa jepang UPI dalam menggunakan ooi, takusan dan ippai dan mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa serta faktor penyebab munculnya kesalahan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan mempergunakan ooi, takusan dan ippai.

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif. Untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara one shoot model, yaitu dengan satu kali pengambilan data. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 60 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dideskripsikan tingkat kesalahan mahasiswa dalam pemahaman konteks kalimat dan penggunaan ruigigo ooi, takusan dan ippai yang tepat dalam menunjukkan fungsinya masing-masing 52,60%. Kemudian dalam pemahaman penggunaan ruigigo ooi, takusan dan ippai pada sebuah pernyataan 47,17%. Dan untuk pemahaman makna dalam proses menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang sebanyak 64,17%. Jenis kesalahan paling banyak terjadi dalam pemahaman makna dalam proses menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang.

Kesimpulan secara umum setelah melihat hasil penelitian ini adalah masih kurang pahamnya sampel terhadap penggunaan ruigigo ooi, takusan dan ippai sehingga menyebabkan penyalahgunaan ruigigo ooi, takusan dan ippai.

(5)

ERROR ANALYSIS OF COLLEGE STUDENTS TO UTILIZING OOI, TAKUSAN AND IPPAI AS SYNONYMS

(Descriptive Research to 5th Semester College Student of Education of Japanese Language Department UPI Academic Year 2014/2015)

Elis Ismawati 1002741 ABSTRACT

In the Japanese language, there are so many ruigigo such as ooi, takusan and ippai. For Japanese language students, ruigigo is one of difficult thing to learned. In the before research, only explained about difference meaning between ooi, takusan and ippai as a grammar. But in this research, writer would explain about error analysis to utilizing ooi, takusan and ippai as synonyms that happen to error and the efforts made to overcome the difficulties of using ooi, takusan and ippai.

In this research using a descriptive survey method. For data collecting techniques was done by one-shoot models, which is with once data retrieval. Samples from this research are 5th semester college student of Education of Japanese Language Department UPI Academic Year 2014/2015 with 60 people.

Based on the research that has been done, can be described of error rate of college students in the understanding and use of sentence context ruigigo ooi, takusan and ippai right in pointing out their respective functions 52,60%. Later in the understanding of the use of ruigigo ooi, takusan and ippai in a statement 47,17%. And for the understanding of the meaning in the process of translating into Japanese as much as 64,17%. Most common types of errors in the understanding of the meaning in the process of translating into Japanese.

General conclusions after seeing the results of this research are still lacking of understanding sample to use ruigigo ooi, takusan and ippai causing abuse of ruigigo ooi, takusan and ippai.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah medium yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia dan sekaligus bersifat universal (Hamid, 1987 : 1). Dan esensi adanya bahasa adalah untuk menyampaikan informasi antara satu individu kepada individu yang lain. Agar informasi yang disampaikan itu dapat diterima dan dipahami dengan benar oleh lawan bicara, maka unsur-unsur dalam bahasa tersebut harus diperhatikan. Terutama saat kita berkomunikasi dalam bahasa asing.

(7)

Dalam bahasa Jepang, sinonim (ruigigo) adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bahasa lain, menjadi salah satu kesulitan dalam mempelajari bahasa ini. Kesalahan pada pembelajar umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, pola kalimat dan sebagainya (Sutedi, 2009:1). Maka, pemahaman kosakata dianggap salah satu faktor penting dari proses pembelajaran bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Dalam bahasa Jepang terdapat berbagai macam kelas kata antara lain: Dooshi (verba), i-keiyooshi i), na-keiyooshi (ajektiva-na), meishi (nomi(ajektiva-na), rentaishi (prenomi(ajektiva-na), fukushi (adverbia), kandooshi (interjeksi), setsuzokushi (konjungsi), jodooshi (verba bantu), joshi (partikel). Dan di dalam kelas kata tersebut memungkinkan adanya kosakata yang memiliki makna yang sama. Berkenaan dengan masalah tersebut, penulis mengangkat permasalahan tentang ooi (多 い), takusan (た く さ ん) dan ippai (い っ ぱ い).

Ketiga kata ini berasal dari kelas kata yang berbeda, ooi (多い) tergolong dalam

keiyooshi atau kelas kata ajektiva, sementara takusan (たくさん) dan ippai (いっ

ぱ い) termasuk dalam fukushi atau adverbia. Meskipun ketiganya berasal dari

kelas kata yang berbeda, namun ketika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia keduanya sama-sama memiliki makna „banyak‟. Hal ini menyulitkan pembelajar bahasa Jepang yang berasal dari Indonesia, karena jika hanya memahami makna leksikal dari kamus akan sangat membingungkan.

Dalam pembelajaran bahasa Jepang, kosakata ooi (多い), takusan (たくさん)

(8)

materi pembelajaran. Sepintas, penggunaan ooi (多い), takusan (たくさん) dan

ippai (い っ ぱ い) terlihat mudah dipahami karena memang memiliki arti yang

sama. Tetapi ketika mahasiswa diperintahkan untuk membuat kalimat, sering

terdapat kesalahan dalam penggunaan ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai

(いっぱい). Kesalahan yang sering ditemui adalah tertukarnya penggunaan ooi

(多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) sehingga tidak sesuai dengan

konteks kalimat.

Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan, selain akan merugikan diri

pembelajar, juga akan merugikan orang banyak. Selain itu, mengingat ooi (多い),

takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) sering digunakan dalam percakapan,

mengarang, menerjemahkan, dan sebagainya maka perlu untuk ditanggulangi. Sebaliknya, apabila masalah ini segera ditanggulangi, maka salah satu hal positif yang diterima yaitu hasil pembelajaran ruigigo yang diterapkan pada pembelajaran akan memiliki kualitas yang baik, memuaskan, dan terpercaya.

Oleh karena itu, sangat diperlukan sebuah analisis kesalahan untuk menghindari atau memperkecil timbulnya kesalahan dan sebagai bahan evaluasi agar tidak terjadi kesalahan serupa sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Untuk menindaklanjuti masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk menganalisis lebih lanjut faktor penyebab munculnya kesalahan penggunaan ooi (多 い), takusan (た く さ ん) dan ippai (い っ ぱ い) di kalangan mahasiswa,

(9)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut dalam penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menggunakan Ooi, Takusan dan Ippai Sebagai Sinonim (Penelitian Deskriptif Terhadap Mahasiswa Semester V JPBJ UPI Tahun Ajaran 2014/2015).

B. Rumusan Masalah

1. Kesalahan apa yang kerap muncul pada kalimat yang dibuat oleh mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015 dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たく

さん) dan ippai (いっぱい)?

2. Apa penyebab munculnya kesalahan tersebut?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan mahasiswa selama ini untuk mengatasi kesulitan tersebut?

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya meneliti kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai

(いっぱい).

2. Penelitian ini hanya meneliti faktor penyebab kesalahan mahasiswa dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱ

い).

(10)

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesalahan apa yang muncul pada mahasiswa dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱ

い).

2. Untuk mengetahui penyebab munculnya kesalahan tersebut.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan mahasiswa selama ini untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mempelajari ooi (多い), takusan (

くさん) dan ippai (いっぱい) agar tidak terulang lagi kesalahan di masa

yang akan datang. E. Manfaat Penelitian

Hasil dari sebuah penelitian diharapkan akan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut ini adalah manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini, antara lain:

A. Manfaat Teoritis

1. Dapat bermanfaat dalam dunia pengajaran dan pembelajaran bahasa Jepang pada umumnya, khususnya dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) baik sebagai bahan

(11)

2. Memberikan informasi tentang penyebab kesalahan dalam menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (

っぱい).

3. Memberikan informasi mengenai upaya yang sering dilakukan oleh mahasiswa agar kesulitan dalam mempelajari ruigigo ooi (多 い),

takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) tidak terulang kembali.

B. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis, dapat memperkaya pengetahuan dalam bahasa Jepang, khususnya pada penggunaan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん)

dan ippai (いっぱい).

2. Bagi pengajar, dapat dijadikan referensi pengajaran mengenai sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい).

3. Bagi mahasiswa, dapat meningkatkan pemahaman penggunaan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) serta

menghindari kesalahan penggunaannya.

4. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengkaji lebih dalam mengenai sinonim ooi (多い), takusan (たくさ

) dan ippai (いっぱい).

F. Definisi Operasional

(12)

Menurut Tarigan (2011:126), membedakan bahwa kesalahan itu menjadi dua macam, yaitu error dan mistake. Error adalah kesalahan yang terjadi karena penyimpangan berbahasa yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan pembelajar bahasa. Penyimpangan-penyimpangan itu bersifat konsisten dan sistematis. Dari sifat kesalahan itulah, dapat diketahui tingkat kemampuan bahasa kedua/bahasa asing seorang pembelajar bahasa. Sementara mistake adalah kesalahan yang terjadi karena penyimpangan yang disebabkan oleh faktor produksi, bukan faktor kompetensi (Ellis, 2005:58). Sehingga analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis, 1986:296) di dalam (Tarigan, 2011:60).

2. Tujuan dan Manfaat

Menganalisis kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa jelas memberikan manfaat tertentu karena pemahaman kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat berharga pengevaluasian dan perencanaan penyesuaian materi dan strategi pengajaran di kelas. Analisis kesalahan berbahasa antara lain bertujuan untuk:

a) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks misalnya urutan mudah sukar,

(13)

c) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.

d) Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa (Tarigan, 1990:69). 3. Metode Analisis Kesalahan

a) Mengumpulkan data.

b) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan. c) Memperingkat kesalahan.

d) Menjelaskan kesalahan.

e) Memprakirakan atau memprediksi daerah atau hal kebahasaan yang rawan. f) Mengoreksi kesalahan, (Tarigan, 2011:64).

B. Ruigigo 1. Sinonim

Menurut Verhaar (2006:394), sering dikatakan bahwa kata-kata yang

sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda.

Adapun pengertian sinonim dalam bahasa Jepang yaitu menurut Tokugawa

(1976:3) dalam kamus sinonim atau 類義語辞典 (Ruigigo Jiten), mendifinisikan

sinonim adalah:

類義語 いう 意味 同じ また よく似 いる単語 こ

ある

(Ruigigo) to iu no wa, imi ga onaji ka, matawa yoku niteiru tango no koto de aru.

Ruigigo adalah kata yang memiliki arti yang sama atau sangat mirip.‟

(14)

Ooi dalam kelas kata bahasa Jepang tergolong ke dalam keiyooshi 形容

詞 yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti „banyak‟. Secara umum, ooi (多 い) sering didefinisikan oleh para ahli sebagai kata yang menunjukkan suatu

keadaan dalam kuantitas yang banyak atau intensitas yang tinggi. Lebih lanjut dalam penggunaannya, ooi (多い) digunakan untuk menyatakan keadaan dimana

ketika dibandingkan dengan yang lain jumlahnya lebih banyak atau sudah melampaui batas standar. Sedangkan takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい),

tergolong ke dalam kelas kata fukushi 副詞 . Sama halnya dengan kata ooi

(多い), secara umum takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) sering diartikan

sebagai banyak. Takusan (たくさん) biasanya mengindikasikan dimana keadaan

(kuantitas yang dimiliki sekarang) sudah cukup atau tidak memerlukan lebih dari

ini. Sedangkan ippai (い っ ぱ い) digunakan untuk menyatakan jumlah yang

banyak dan sesuatu sudah terpenuhi dan tidak ada ruang lagi. G. Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk menjabarkan faktor kesalahan mahasiswa dalam memahami dan menggunakan ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱ

い) sebagai sinonim beserta masalah-masalah yang dihadapi ketika menggunakan

(15)

H. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang bersifat umum menurut bahasa sama dengan penduduk atau orang banyak. Menurut Sutedi (2011 : 179), manusia yang dijadikan sebagai sumber data disebut dengan populasi penelitian, kemudian sebagian dari populasi tersebut yang dianggap bisa mewakili seluruh karakter dari populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian. Subjek penelitian tersebut disebut dengan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V JPBJ UPI sebanyak 60 orang.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dalam 5 bab, diawali dengan bab I yang merupakan pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, serta sistematika penulisan. Selanjutnya pada bab II merupakan landasan teoritis, mengemukakan teori yang relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian. Termasuk teori tentang analisis kesalahan, bentuk sinonim ooi (多 い), takusan (た く さ ん) dan ippai (い っ ぱ い) dan beberapa

(16)
(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan berdasarkan pada langkah kerja ilmiah secara teratur, sistematis dan logis dalam upaya mengkaji, memahami, dan menemukan jawaban dari suatu masalah. Penelitian terdiri dari dua jenis bidang garapan, diantaranya adalah penelitian kependidikan dan penelitian non-pendidikan. Penelitian kependidikan merupakan upaya untuk memahami permasalahan pendidikan serta hal-hal yang lain berhubungan dengannya, melalui pengumpulan berbagai bukti akurat, dilakukan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah, sehingga diperoleh suatu jawaban untuk memecahkan masalah tersebut (Sutedi, 2011:16).

(18)

prosedur pengumpulannya, menganalisa data, menyimpulkan, kemudian membuat laporan (Sutedi, 2011:58).

Penelitian menggunakan metode ini dilakukan karena metode deskriptif memiliki cangkupan yang lebih luas, yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh bersumber dari mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 60 orang, yang kemudian disebut responden penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan tes dan angket.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar (manusia) yang dijadikan sebagai sumber data. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015. Sampel merupakan sebagian dari populasi tersebut yang dianggap bisa mewakili seluruh karakter dari populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian, (Sutedi, 2011:179). Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 60 orang. Menurut Sutedi (2011:180), sampel tidak diambil dari seluruh populasi, melainkan hanya diambil dari sebagian populasi yang dapat mewakili, karena akan memakan biaya dan waktu yang cukup banyak.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

(19)

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka yang diolah dengan menggunakan metode statistik (Sutedi, 2011:23).

b. Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya bukan berupa angka-angka dan tidak perlu diolah dengan menggunakan metode statistik (Sutedi, 2011:23)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172).

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah

mengenal dan menggunakan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai

(いっぱい).

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Instrumen penelitian dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu tes dan non-tes. Instrumen yang berupa tes terdiri dari: tes tulisan, tes lisan, dan tindakan. Sedangkan yang berupa non-tes terdiri dari: angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, skala, daftar checklist, format data, perekam, dan lain-lain.

(20)

1. Angket

Faisal dalam (Sutedi, 2011:164), menyebutkan bahwa angket merupakan salah satu instrumen pengumpulan data penelitian yang diberikan kepada responden (manusia dijadikan subjek penelitian), teknik angket ini dilakukan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari responden. Angket diberikan kepada mahasiswa semester V JPJB UPI angkatan 2014/2015. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup yang berupa pilihan ganda. Angket tertutup yaitu angket yang alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.

Ada beberapa langkah dalam menyusun instrumen angket, diantaranya yang dikemukakan oleh Sakai (2005:53), yaitu:

a) Merumuskan kisi-kisi dan item pertanyaan,

b) Merumuskan dan menerapkan bentuk jawaban yang diharapkan, c) Melampaskan bahasa agar mudah dipahami oleh responden, d) Merumuskan kategori jawabannya secara lengkap,

e) Membuat petunjuk atau perintah pengisian, f) Memilih bentuk yang ditetapkan,

g) Membuat kalimat pengantar, h) Uji coba,

i) Mengolah dan merevisinya,

(21)

k) Pencetakan dan penggandaan. 2. Tes

Tes merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai satu satuan program pengajaran tertentu. Oleh karena itu, instrumen tes sering digunakan dalam berbagai jenis penelitian, baik dalam penelitian deskriptif maupun dalam penelitian eksperimental (Sutedi, 2011:156). Tes digunakan merupakan tes tulis untuk mengukur kesalahan mahasiswa

terhadap penggunaan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱ

い) bentuk tesnya sebagai berikut:

a) Bagian I (memilih ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (

っぱい) pada kalimat yang rumpang).

b) Bagian II (memberi tanda benar atau salah pada pernyataan yang mengandung ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱ

い)).

c) Bagian III (menerjemahkan kalimat Indonesia yang mengandung ruigigo

ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) ke dalam bahasa Jepang).

(22)

untuk menghasilkan data penelitian yang diharapkan dapat menjawab masalah-masalah penelitian. Adapun tahapan yang diperlukan untuk menghasilkan instrumen penelitian yang layak digunakan, adalah:

a. Validitas

Instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki validitas. Valid artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan baik. Untuk seorang peneliti pemula, kevalidan instrumen tes minimal memenuhi tiga jenis validitas yaitu validitas isi, validitas bangun pengertian dan validitas kesamaan.

b. Reliabilitas

Syarat lain yang harus dimiliki oleh instrumen yang berupa tes adalah sifat reliabel, yaitu memiliki keajegan atau keterpercayaan. Artinya suatu alat tes kapan pun dan dimana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama, kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Sutedi, 2011:161). Untuk menguji reliabilitas dari instrumen yang dibuat berupa tes tertulis ini, penulis menggunakan rumus statistik untuk menghitung uji reliabilitas yang hasilnya dijelaskan pada hasil uji coba hasil tes.

4. Hasil Uji Coba Tes Tertulis

Pada instrumen berbentuk tes tertulis sangat diperlukan uji kelayakan dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. Uji coba tes tertulis ini dilakukan pada 10 orang mahasiswa diluar sampel penelitian. Setelah uji coba tes dilaksanakan, maka dapat diperoleh hasil dari uji coba tes tertulis.

(23)

Untuk menguji kevalidan instrumen penelitian, penulis memberikan tes dua kali kepada sampel yang sama. Perangkat tes yang pertama diberikan adalah tes yang dibuat oleh penulis sebagai uji coba instrumen dan tes kedua yang diberikan adalah perangkat tes lain yang sudah dianggap standar. Setelah kedua tes diberikan, penulis menganalisis hasilnya dengan rumus t hitung:

t =

(Sutedi, 2013:20) Keterangan :

t : nilai t hitung SEMxy : Standar Error Mean X dan Y Mx : Mean Variabel X My : Mean Variabel Y

Sebelum mencari t hitung, terlebih dahulu harus mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel (X dan Y) menggunakan rumus statistik dibawah ini:

Mx =

Rumus untuk mencari mean X

My =

Rumus untuk mencari mean Y

Sdx =

(24)

Sdy =

Rumus mencari standar error mean kedua variabel

SEMxy = √

Rumus mencari standar error perbedaan mean X dan Y

(25)

Σ 733 804 42827 39547 46524

Mean 48,9 53,6 2855,13 2636,47 3101,6

t =

t =

t =

t =

= √

=

t = 1,86

Diperoleh t hitung = 1,84 t tabel 5% = 2,76 keterangan = Valid

Membandingkan nilai t hitung dan t tabel: db = (15 + 15) – 1

= 29

Digunakan rumus tersebut dikarenakan data yang diperoleh dari kelompok yang jumlahnya sama, oleh karena itu variabelnya 1.

(26)

variabel tersebut tidak ada perbedaan signifikan. Artinya, soal tes tertulis tersebut valid dan layak dijadikan instrumen penelitian.

b) Uji Reliabilitas

Setelah menjalani uji validitas, kemudian tes harus memiliki reliabilitas pula. Uji reliabilitas dilakukan melalui rumus sebagai berikut:

Tabel 3.2. Tabel Perhitungan Reliabilitas

Diselesaikan dengan rumus statistik sebagai berikut:

r.xy = ∑ ∑ ∑

(27)

=

=

=

=

=

r.xy =

0,98

(Sangat Tinggi)

Berdasarkan hitungan diatas, diperoleh angka 0,98 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan instrumen penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dijadikan instrumen penelitian.

D. Teknik Analisis Data 1. Data Tes Tertulis

(28)

Tahap yang pertama ditempuh, adalah melakukan tes dengan menggunakan instrumen yang telah diketahui kelayakannya. Mereka diharuskan memilih jawaban yang benar, menentukan kalimat benar atau salah, mengisi bagian yang kosong, dan menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia ke dalam kalimat bahasa Jepang dengan alokasi waktu selama 60 menit. Setelah mengisi tes tertulis, mereka mengisi angket yang telah disediakan.

Tes dilakukan dengan menggunakan one shoot mode. Yaitu melaksanakan tes dengan serempak dalam satu waktu. Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada hari Senin, 7 September 2014.

2. Teknik Pengolahan Data Tes

Data yang diambil berupa data kesalahan, kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian analisis kesalahan. Adapun prosedur penelitian dan langkah analisa data yang digunakan meliputi:

1) Memeriksa jawaban yang benar dan yang salah untuk setiap bentuk soal. 2) Mengambil data yang berupa kesalahan dari hasil tes tersebut.

3) Membuat tabel frekuensi dan persentase dari kesalahan-kesalahan tersebut. 4) Menghitung kesalahan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

100%

Keterangan :

(29)

5) Setelah didapatkan data yang berupa error, selanjutnya penulis melakukan analisa untuk menjawab seluruh masalah penelitian. Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah:

 Menyusun tabel frekuensi dan persentase berdasarkan ranking

kesalahan yang paling banyak muncul untuk setiap jawaban yang error sesuai dengan pemahaman tentang penggunaan sinonim ooi (

), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい).

 Menarik kesimpulan kesalahan-kesalahan apa saja yang muncul dalam

penggunaan sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっ

ぱい) sesuai dengan pemahaman tentang sinonim ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい).

 Menguraikan penyebab kesalahan berdasarkan kategori kesalahan

berbahasa, serta memberikan penyebab kesalahan dari segi fungsi, makna dan konteks kalimat serta penyebab berdasarkan hasil angket.  Memberikan pembahasan secara teoritis pada setiap kesalahan error

sesuai dengan letak kesalahan dan penyebabnya, sehingga dapat menemukan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi kesulitan tersebut.

 Menarik kesimpulan sesuai dengan analisa data.

3. Teknik Pengolahan Data Angket

Untuk mengolah data angket, penulis mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

(30)

b) Mengklasifikasi jawaban.

c) Menghitung frekuensi dan persentase jawaban dari setiap nomor pertanyaan dengan rumus:

P =

100%

Keterangan :

P : persentase jawaban f : frekuensi jawaban x : jumlah responden d) Membuat tabel frekuensi.

e) Menghitung persentase dari setiap jawaban.

f) Menafsirkan data angket dan menginterpretasi jawaban responden. Pedoman yang digunakan dalam pengujian data adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tabel Pedoman Penafsiran Angket

Jumlah Responden Interpretasi

0 Tidak ada

1-5 Hampir tidak ada

6-25 Sebagian kecil

26-49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51-75 Lebih dari setengahnya

76-95 Sebagian besar

96-99 Hampir seluruhnya

(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah proses pengambilan data, pengolahan data dan analisis data kesalahan dilakukan kepada seluruh jawaban responden yang mewakili mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015, maka dapat disimpilkan hal-hal sebagai berikut ini:

1. Kesalahan muncul mencakup pada semua aspek. Dalam soal pemahaman konteks kalimat dan penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan

ippai (いっぱい) yang tepat dalam menunjukkan fungsinya masing-masing, lebih dari setengah siswa melakukan kesalahan. Kemudian dalam soal pemahaman penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai

(い っ ぱい) pada sebuah pernyataan, kesalahan dilakukan hampir setengah

siswa. Dan untuk pemahaman makna ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん)

dan ippai (いっぱい) dalam proses menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang,

lebih dari setengah siswa melakukan kesalahan.

2. Berdasarkan hasil analisis tes tertulis dan angket, faktor penyebab munculnya kesalahan adalah:

Secara umum penyebab kesalahan dibagi menjadi dua yaitu errors dan mistakes. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan,

dan kurangnya perhatian, yang disebut “faktor performansi”, kesalahan

(32)

Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい)

serta fungsinya dalam kalimat, yang disebut sebagai “faktor kompetensi”, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem bahasa kedua disebut errors.

Melihat dari hasil angket, ada pula beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal (dari diri responden) dan faktor eksternal (dari lingkungan, media, dll). Diantaranya:

Faktor Internal diakibatkan oleh rasa malas untuk belajar dan mengetahui

penggunaan serta fungsi ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai

(いっぱい), responden merasa materi mengenai ruigigo ooi (多い), takusan

(たくさん) dan ippai (いっぱい) merupakan materi yang sangat sulit, selain

itu, ditambah dengan kegiatan di luar perkuliahan yang padat, sehingga menambah rasa malas untuk belajar, masalah pribadi di luar perkuliahan pun sangat mempengaruhi konsentrasi dan ketertarikan untuk mempelajari ruigigo, serta adanya rasa bosan dan tidak minat untuk mempelajari ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい).

(33)

ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい) sangat kurang dan tidak rinci, media pembelajaran di dalam kelas kurang bervariasi, sehingga menimbulkan rasa bosan pada diri responden untuk belajar, penjelasan dari dosen tentang ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan

ippai (いっぱい) sangat kurang dan penyampaian yang kurang menarik, serta keadaan kelas yang tidak kondusif pun sangat mempengaruhi konsentrasi responden saat belajar.

3. Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari dan memahami penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たく

さ ん) dan ippai (い っ ぱ い), penulis jelaskan sebagai berikut: berdiskusi dengan teman mengenai penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん)

dan ippai (いっぱい), mencari penjelasan di dalam kamus, buku bunpou atau

buku ajar lainnya bahkan mencari di internet mengenai penggunaan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい), bertanya kepada dosen dan native speaker merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan penggunaan ruigigo ooi (多 い), takusan (た く さ ん) dan ippai (い っ ぱ い), mencoba memahami ruigigo ooi (多 い), takusan (た くさ ん) dan ippai (いっぱ い)

melalui dorama, lagu Jepang atau anime, karena lebih menyenangkan, sering menggunakan ruigigo ooi (多い), takusan (たくさん) dan ippai (いっぱい)

(34)

B. Saran

Melihat dari hasil penelitian, karena di dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, sehingga penulis mempunyai beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Karena masih banyak ruigigo yang ditemukan di semua jenis kata, sehingga perlu adanya penelitian lain mengenai ruigigo selain ooi (多い), takusan (

くさん) dan ippai (いっぱい).

2. Karena penelitian ini hanya dilakukan di semester V, lebih baik jika ada penelitian yang dilakukan di semester VII. Sehingga dapat diketahui perbandingan kemampuan dalam memahami ruigigo ooi (多い), takusan (

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Amoendria, Minharatulisa Dyah. (2013). Analisis Kata Ooi, Takusan dan Ippai Sebagai Sinonim Dalam Kalimat Bahasa Jepang. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Amrizani, Fina Agustina. (2009). Analisis Penggunaan Tsukau dan Mochiiru. Skripsi S1pada FS UNIKOM : Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamid, F, A. (1987). Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta : Depdikbud. Haryanti, Pitri. (2012). Analisis Perbedaan Takusan dan Ooi. Jurnal Ilmiah

Program Studi Sastra Jepang : Tidak diterbitkan.

Hida dan Asada, Hideko. (1991). Genzai Fukushi Youhou Jiten. Tokyo: Tokyodou Shuppan.

. (1991). Genzai Keiyooshi Youhou Jiten. Tokyo : Tokyodou Shuppan.

Masayoshi dan Kakuko, Shoji. (1994). Effective Japanese Usage Guide. Tokyo : Kondasha Internasional.

Matsuura, Kenji. (1994). Nihongo – Indonesiago Jiten. Japan : Kyoto Sangyo University Press.

(36)

Nirmala, Ingrid Setya. (2014). Analisis Kesalahan Mahasiswa Menggunakan Shourai dan Mirai Sebagai Sinonim. Skripsi S1 pada FPBS UPI : Tidak diterbitkan.

Shiang, T, T. (2012). Kamus Praktis Jepang-Indonesia Indonesia-Jepang. Jakarta : Gakushudo.

Sudjianto, Dahidi. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sumarsono. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sutedi, Dedi. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung :

Humaniora.

. (2007). Nihongo No Bunpou ; Tata Bahasa Jepang Tingkat Dasar. Bandung : Humaniora Utama Press.

__________. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : UPI Press. .(2013). Pengantar Statistika JP.407. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Tadao, Umesao dkk. (1995). Nihongo Daijiten. Japan : Kodansha.

Tarigan, Henry dan Djago Tarigan. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tokugawa, Munemasa, dan Miyajima, Tatsuo. (1972). Ruigigo Jiten.

Veerhar, J, W, M. (2006). Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Gambar

Tabel 3.1. Tabel Perhitungan Validitas
Tabel 3.2. Tabel Perhitungan Reliabilitas
Tabel 3.3. Tabel Pedoman Penafsiran Angket

Referensi

Dokumen terkait

This study was carried out to identify the effect of the El-Nino and La-Nina phenomena towards the pattern of Mean Sea Level and tidal constituents by taking into account

Setelah kelas kelas eksperimen diberikan perlakuan pada pembelajaran membaca berupa metode peta cerita, nilai rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 67,12 sedangkan kelas

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai

Sistem informasi akuntansi penerimaan kas yang berjalan akan dianalisis kelemahan dan efektivitasnya dengan mengumpulkan data seperti: Struktur organisasi, fungsi-fungsi

Sesuai dengan Hasil Evaluasi Pelelangan untuk Pekerjaan Pengadaan peralatan pertanian dan peralatan pengolah hasil pertanian Balai Latihan Transmigrasi Makassar Tahun Anggaran 2011

137 Muchti Yuda Pratama, M.Kes Ilmu Kesehatan Masyarakat 138 Nurul Rahmah Siregar, SKM,.M.Kes Ilmu Kesehatan Masyarakat 139 Reni Agustina Hrp, Amd.Keb, SST, M.Kes Ilmu

“Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”, begitu bunyi sebuah ungkapan yang kerap dikutip sebagai hadis. Dalam konteks pembahasan kali ini, status periwayatan dari

Hasil penelitian ini bahwa dari hasil dekomposisi wavelet diperoleh karaktersitik sinyal seismik gempa vulkanik yang terekam di stasiun Wanagama saat letusan Merapi 2010 yaitu