COOPERATIVE LEARNING BERBASIS PEMBELAJARAN DI LUAR
KELAS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Resti Yuniarti
NIM 1105670
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EKOSISTEM SAWAH PAMEUNGPEUK-WANAYASA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PEMBELAJARAN EKOSISTEM MELALUI
COOPERATIVE LEARNING BERBASIS PEMBELAJARAN DI LUAR
KELAS
Oleh : Resti Yuniarti
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Resti Yuniarti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September (2015)
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
ABSTRAK
Sumber belajar merupakan salah satu faktor pendukung dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Guru ataupun pendidik bertanggung jawab terhadap kesiapan dan kelayakan sumber belajar. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari kelayakan ekosistem sawah sekitar SMA N 1 Wanayasa, di daerah Pameungpeuk-Wanayasa sebagai sumber belajar untuk pembelajaran ekosistem dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas. Tahapan penelitian ini terdiri dari studi kelayakan teknis pelaksanaan dan konten biologi ekosistem sawah, penyusunan instrumen yang disesuaikan dengan ekosistem sawah, penyusunan perangkat pembelajaran berbasis ekosistem sawah, dan implementasi pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental. Data diperoleh dari 33 siswa kelas X SMAN 1 Wanayasa. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen studi kelayakan yaitu teknis pelaksanaan dan konten biologi, instrumen implementasi pembelajaran yang terdiri dari tes tertulis dan instrumen penilaian pembelajaran yang terdiri dari tes tertulis (pretest dan posttest), Lembar Kerja Siswa (LKS), laporan kelas, peer assessment, dan penilaian pelaksanaan pembelajaran, serta instrumen pendapat siswa dan wawancara berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, terdapat instrumen pendukung berupa pendapat siswa dan wawancara terhadap perwakilan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem sawah Pameungpeuk-Wanayasa termasuk ke dalam kategori sangat layak. Hasil juga menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran ekosistem.
Kata kunci: Studi Kelayakan, Ekosistem Sawah, Cooperative Learning Berbasis
ABSTRACT
Learning resources is one of the contributing factors in the achievement of learning goals. Teacher or educator is responsible for the readiness and feasibility of learning resources. The purpose of this research is to study the feasibility of rice ecosystem around SMAN 1 Wanayasa, in Pameungpeuk-Wanayasa area as a learning resource for learning ecosystem with applied learning models that cooperative learning-based learning outside the classroom. Stages of this study consisted of a technical feasibility study of the implementation and content biology of ecosystem fields, preparing instruments adapted to the ecosystem of the fields, preparing the rice field ecosystem-based learning, and learning implementation. The method used in this research is pre-eksperimental. Data obtained from 33 students of class X SMAN 1 Wanayasa. Instruments in this study consisted of instruments feasibility study that is the technical implementation and content of biology, instrument learning implementation that consists of a written test and assessment instruments of learning that consists of a written test (pretest and posttest), Student Worksheet (LKS), grade reports, peer assessment, and assessment of the implementation of learning, as well as the instrument of student opinion and berkaiatan interview with the implementation of learning. In addition, there is a supporting instrument in the form of student opinion and interviews with student representatives. The results showed that the rice ecosystems Pameungpeuk-Wanayasa fall into the category of very decent. Results also showed that the learning model cooperative learning-based learning outside the classroom can be used as an alternative learning ecosystem.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Definisi Operasional ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Struktur Organisasi Penelitian ... 6
BAB II SUMBER BELAJAR SEBAGAI DASAR STUDI KELAYAKAN EKOSISTEM SAWAH A. Sumber Belajar sebagai Dasar Studi Kelayakan ... 7
1. Sumber Belajar ... 7
2. Fungsi dan Kriteria Sumber Belajar ... 10
3. Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Belajar ... 11
B. Ekosistem ... 12
C. Pembelajaran Cooperative Learning berbasis Pembelajaran di Luar Kelas ... 16
1. Aspek-aspek Cooperative Learning ... 16
2. Kendala-kendala Utama Penerapan Cooperative Learning.... 19
D. Media Pembelajaran ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 23
C. Intrumen Penelitian ... 25
D. Teknik Pengembangan Instrumen ... 30
E. Teknik Pengambilan Data ... 30
F. Prosedur Penelitian ... 30
G. Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan 1. Konten Biologi yang Terdapat pada Ekosistem Sawah ... 40
2. Hasil Studi Kelayakan Teknis Pelaksanaan Pembelajaran .... 42
3. Hasil Pembelajaran Siswa ... 46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A.Simpulan ... 66
B.Implikasi dan Rekomendasi ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan lingkungan sekitar merupakan salah satu pilihan bagi para guru
dalam memilih sumber belajar. Salah satunya yaitu pemanfaatan sawah sekitar
sekolah sebagai sumber belajar terutama berkaitan dengan konsep ekosistem.
Selain itu, pembelajaran di luar kelas yang dilakukan dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar diharapkan mampu meminimalisir faktor-faktor yang berkaitan
dengan faktor waktu, dan biaya, tetapi dalam hal ini guru akan lebih dituntut
untuk berperan aktif, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga tahap akhir
pembelajaran.
Menurut Tal, Alon & Morag (2012), berdasarkan penelitian yang dilakukan
dari 22 sampel, sebagian besar aspek persiapan atau planning sebelum proses
pembelajaran dilakukan mendapat skor rendah artinya aspek persiapan dianggap
kurang, misalnya berkaitan dengan layak tidaknya sumber belajar yang dipelajari
siswa. Padahal guru sebagai fasilitator memiliki tanggung jawab terhadap
kesiapan dan kelayakan sumber belajar sesuai dengan syarat sumber belajar.
Sehingga perlu adanya observasi awal mengenai objek atau tempat yang akan
dijadikan sumber belajar. Studi kelayakan dianggap perlu oleh peneliti karena hal
tersebut berkaitan dengan kesiapan sumber belajar yang disesuaikan dengan
tujuan ataupun kurikulum dari materi yang akan dipelajari. Pada penelitian
sebelumnya, Storksdieck (dalam Tal, Alon, & Morag. 2012) menemukan 52%
guru tidak mempersiapkan siswanya sebelum melakukan pembelajaran dan hanya
13% guru yang mempersiapkan konten-konten pembelajaran dari sumber belajar
secara detail. Hasil tesebut sejalan dengan penelitian sejenis yang mengindikasi
bahwa terdapat keterbatasan guru dalam mempersiapkan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa untuk belajar .
Pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat beranekaragam, begitu pula
pada mata pelajaran biologi. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di ruang kelas,
pembelajaran juga dapat dilakukan di luar ruang kelas (outdoor education). Pada
yang ada di alam langsung. Tidak hanya yang berkaitan dengan alam,
pembelajaran di luar kelas juga dapat dilakukan dengan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah, kebun binatang, ataupun tempat-tempat yang bisa dijadikan sumber
pembelajaran.
Menurut Tal & Morag (2012), pembelajaran di luar kelas memiliki tujuan
pendidikan yang dibuat agar menarik dan interaktif. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, hasil menunjukkan bahwa pembelajaran di luar kelas dapat
meningkatkan minat, motivasi siswa, dan aspek pembelajaran lainnya seperti
aspek kognitif, afektif, sosial, dan perilaku atau sikap yang dapat memberikan
kontribusi dalam belajar. Pembelajaran di luar kelas memiliki berbagai hambatan
dan tantangan dalam pelaksanaannya, mulai dari masalah waktu, biaya, hingga
keamanan siswa selama pembelajaran di luar kelas berlangsung. Tetapi jika
dilihat dari sisi positifnya, pembelajaran di luar kelas memiliki manfaat yaitu
siswa dihadapkan langsung dengan kenyataan dan fakta di lapangan. Menurut
Dohn (2011), minat siswa dipicu oleh variabel-variabel seperti keterlibatan aktif
dan keterlibatan sosial. Salah satu kegiatan yang mampu membuat siswa terlibat
aktif yaitu pembelajaran di luar kelas yang diharapkan akan memberikan
pengaruh positif terhadap prestasi ataupun minat siswa untuk mempelajari konsep
ekosistem.
Metode pembelajaran dapat menuntut siswa untuk bekerja secara individu
maupun secara berkelompok. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja
secara berkelompok. Johnson et.al (1981) mempublikasikan hasil meta-analisis
mereka terhadap 122 studi yang meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran
kooperatif, kompetitif, dan individualistik terhadap prestasi belajar siswa. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan
pencapaian dan produktivitas yang lebih tinggi (seperti, semangat untuk belajar)
daripada pembelajaran kompetitif atau individualistik. Hasil ini juga berlaku
untuk semua bidang materi pelajaran termasuk sains, untuk semua tingkatan
pendidikan (dasar, menengah, lanjutan, dan perguruan tinggi), dan untuk semua
tugas yang menuntut keterampilan kognitif. Ketika diperbandingkan antara
3
kooperatif meningkat lebih pesat karena setiap anggota kelompok di dalamnya
dituntut untuk mencapai tujuan kelompok atau misi bersama.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Morton Deutsch (dalam Muijs &
Raynolds. 2008), Deutsch berargumen bahwa anggota kelompok yang berada
dalam lingkungan sosial kooperatif akan lebih bersahabat, lebih padu, dan lebih
semangat daripada rekan-rekan mereka dalam situasi kompetitif. Dengan
demikian, sebuah kelompok akan lebih produktif jika setiap anggotanya selalu
bersedia untuk mencapai tujuan yang secara kualitas lebih baik dibanding dengan
mereka yang bekerja secara kompetitif. Studi yang dilakukan Deutsch
membuktikan bahwa ketika suatu kelompok lebih memilih berkooperasi atau
bekerja sama, mereka akan mencapai tujuannya dengan lebih produktif, saling
berkomunikasi dengan lebih efektif, dan memiliki rasa kebersamaan yang lebih
intens daripada mereka yang memilih untk berkompetisi atau bersaing satu sama
lain. Studi ini sekaligus menjadi kritik terhadap pandangan tradisional yang
menyebutkan bahwa siswa-siswa yang berkompetisi untuk memperoleh
penghargaan akan bekerja lebih baik daripada siswa-siswa yang bekerja sama dan
saling memfasilitasi usaha mereka satu sama lain. Sehingga hal tersebut
mendasari mengapa penelitian ini menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning.
Ekosistem sawah merupakan salah satu ekosistem buatan yang mudah
ditemui di lingkungan pedesaan, salah satunya di Kecamatan Wanayasa. Di
kecamatan ini pula terdapat sekolah yang berada di tengah-tengah persawahan
yaitu SMA N 1 Wanayasa. Pada ekosistem sawah tidak hanya akan ditemukan
tanaman padi yang sengaja ditanam oleh petani, tetapi juga akan ditemukan
berbagai serangga atau hewan yang mendukung terjadinya sebuah ekosistem.
Tidak hanya faktor biotik yang mendukung terjadinya ekosistem sawah, tetapi
terdapat juga faktor-faktor abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Sekolah-sekolah yang berada di daerah memiliki potensi untuk mampu
mengembangkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, salah satunya
yang berkaitan dengan ekosistem, ataupun lingkungan. Tetapi dalam
kenyataannya, seringkali guru lebih cenderung menggunakan media
siswa terjun langsung ke lapangan padahal di lapangan, siswa dapat berinteraksi
langsung dengan objek yang dipelajarinya.
SMAN 1 Wanayasa merupakan satu-satunya SMA Negeri yang berada di
kecamatan Wanayasa. Lokasinya cukup strategis untuk menerapkan
pembelajaran-pembelajaran yang berbasis lingkungan terutama yang berkaitan
dengan materi ekosistem, salah satunya yaitu mengenai ekosistem sawah karena
SMAN 1 Wanayasa dikelilingi oleh persawahan. Sehingga Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis mengambil tema penelitian yang berkaitan dengan
kelayakan ekosistem sawah sebagai media pembelajaran dan pembelajaran di luar
kelas yang dilaksanakan di sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan rumusan
masalah yaitu bagaimanakah hasil kelayakan ekosistem sawah
Pameungpeuk-Wanayasa sebagai sumber belajar pembelajaran ekosistem dan hasil pembelajaran
melalui cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas?
Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil observasi konten biologi yang terdapat pada ekosistem
sawah sekitar Pameungpeuk-Wanayasa yang berada di sekitar SMAN 1
Wanayasa?
2. Bagaimanakah hasil studi kelayakan teknis pelaksanaan pembelajaran dengan
media ekosistem sawah Pameungpeuk-Wanayasa yang berada di sekitar
SMAN 1 Wanayasa sebagai sumber belajar untuk pembelajaran ekosistem?
3. Bagaimanakah tahapan penyusunan persiapan pembelajaran yang terdiri dari
penyusunan instrumen studi kelayakan, perangkat pembelajaran (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan penentuan
media pembelajaran) berbasis ekosistem sawah sekitar SMAN 1 Wanayasa?
4. Bagaimanakah hasil implementasi ekosistem sawah sekitar SMAN 1
5
dengan model cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas
terhadap hasil belajar siswa?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Objek penelitian merupakan ekosistem sawah dengan luas ± ¼ hektar sawah
(2 petak sawah) yang berada ±100 meter dari SMAN 1 Wanayasa
2. Siswa yang melaksanakan pembelajaran merupakan siswa SMAN 1
Wanayasa kelas X.1 semester 1 tahun ajaran 2014/2015
3. Sawah yang digunakan dalam pembelajaran merupakan sawah sebelum
dipanen
4. Model pembelajaran yang diimplementasikan dalam pembelajaran ekosistem
adalah model cooperative learning tipe jigsaw.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil kelayakan ekosistem
sawah Pameungpeuk-Wanayasa sebagai sumber belajar pembelajaran ekosistem
melalui cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu ekosistem
sawah di sekitar SMAN 1 Wanayasa dapat dijadikan sebagai sumber belajar
siswa terutama yang berkaitan dengan pembelajaran ekosistem dan cooperative
learning berbasis pembelajaran di luar kelas dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar langsung
bagi siswa, terutama bagi sekolah-sekolah yang memiliki potensi untuk
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai saran pembelajaran.
F. Struktur Organisasi Penelitian
Pada penelitian ini, Bab I berisi mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, definisi
pustaka yang terdiri dari penjabaran tentang sumber belajar sebagai dasar studi
kelayakan, ekosistem, pembelajaran cooperative learning berbasis pembelajaran
di luar kelas, dan tinjauan materi ekosistem. Bab III berisi metode penelitian yang
terdiri dari desain penelitian, lokasi dan objek penelitian, instrumen penelitian,
teknik pengembangan intrumen, teknik pengumpulan data, alur penelitian, dan
anaisis data. Bab IV berisi hasil peneltian dan pembahasan yang terdiri dari data
dan pembahasan studi kelayakan ekosistem sawah Pameungpeuk-Wanayasa yang
dihubungkan dengan pembelajaran di luar kelas dan studi kelayakan berkaitan
dengan teknis pelaksanaan serta hasil dan pembahasan berkaitan dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimental, sehingga
penelitian ini hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok
kontrol. Objek yang diteliti yaitu ekosistem sawah sekitar SMA N 1 Wanayasa.
Hasil dalam penelitian ini mengungkapkan mengenai kelayakan ekosistem sawah
sekitar sekolah SMA N 1 Wanayasa jika dijadikan sebagai sumber belajar
terutama untuk materi ekosistem dan implementasi pembelajaran dengan
cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas. Hasil pretest dan
posttest setelah implementasi pembelajaran dibandingkan dengan N-Gain.
Pretest Perlakuan Posttest
O2 X O2
O1 = pretest
O2 = posttest
X = perlakuan berupa implementasi pembelajaran
B. Asumsi
Pembelajaran di luar kelas dapat meningkatkan minat, motivasi siswa, dan
aspek pembelajaran lainnya seperti aspek kognitif, afektif, sosial, dan perilaku
atau sikap yang dapat memberikan kontribusi dalam belajar (Tal dan Morag,
2012)
C. Hipotesis
Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
pemanfaatan ekosistem sawah sekitar sekolah dapat meningkatkan minat,
motivasi serta aspek kognitif, sosial dan sikap siswa dalam pembelajaran.
D. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian adalah sawah sekitar SMA N 1 Wanayasa dan sekolah
umum Negeri yaitu SMA N 1 Wanayasa yang berada di Kecamatan Wanayasa,
penelitian ini adalah dua petak sawah (± ¼ hektar sawah) yang berada ±100 meter
dari SMA N 1 Wanayasa. Setelah ekosistem sawah yang telah diobservasi
dinyatakan layak secara teknis pelaksanaan, maka dilanjutkan dengan
implementasi pembelajaran terhadap siswa kelas X.1.
Gambar 1. a, dan b. Area Persawahan sekitar SMA N 1 Wanayasa,
Pameungpeuk-Wanayasa
a
25
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang perlu dijabarkan
melalui definisi operasional, antara lain sebagai berikut:
1. Studi kelayakan adalah suatu penelitian lapangan yang berkaitan dengan
layak tidaknya suatu tempat atau media dijadikan sebagai sumber belajar.
2. Ekosistem sawah adalah ekosistem sawah sekitar SMAN 1 Wanayasa yang
dijadikan sebagai sumber belajar
3. Cooperative learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa
bekerja secara berkelompok, setiap individu berperan aktif dan memberikan
kontribusi untuk kesuksesan kelompoknya
4. Pembelajaran di luar kelas adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
luar ruang kelas
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa :
1. Intrumen studi kelayakan, terdiri dari konten biologi dan teknis
pelaksanaan
2. Intrumen implementasi pembelajaran, terdiri dari tes tertulis (individu)
berupa soal pretest dan posttest, Lembar Kerja Siswa (LKS) kelompok,
laporan kelas, peer assessment, dan instrumen penilaian pelaksanaan
pembelajaran.
3. Intrumen pendapat siswa, terdiri dari instrumen pendapat siswa berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran dan wawancara.
1. Intrumen Studi Kelayakan
a. Konten Biologi
Konten biologi digunakan untuk mendata konten biologi yang ada pada
ekosistem sawah. Konten-konten biologi yang ditemukan menjadi dasar
penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pendataan konten biologi dilakukan oleh
peneliti dan data hasil temuan di lapangan tersebut dibuat dalam bentuk tabel lalu
b. Teknis pelaksanaan
Intrumen studi kelayakan teknis pelaksanaan digunakan untuk mengukur
kelayakan dari ekosistem sawah sebagai sumber belajar. Intrumen tersebut diisi
ketika observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti, satu orang guru biologi
kelas X, dua orang observer tambahan, dan diisi juga oleh perwakilan siswa.
Terdiri dari 5 aspek bedasarkan syarat sumber belajar yaitu jarak, waktu, biaya,
keamanan dan praktis (pembelajaran dilokasi mudah dilakukan). Kelima aspek
tersebut dikembangkan lagi menjadi 10 subaspek. Kriteria penilaian/skor
tercantum dalam instrumen.
2. Intrumen Implementasi Pembelajaran
a. Tes Tertulis (individu)
Tes tertulis tersebut digunakan untuk mengukur pemahaman siswa (individu)
yang berkaitan dengan konsep ekosistem. Tes tertulis berupa soal pretest dan
postest yang terdiri dari soal-soal yang berkaitan dengan ekosistem. Tes berupa
soal essai yang terdiri dari empat butir soal. Tes tersebut dilakukan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa, dan setelah pembelajaran berlangsung siswa
diberi soal postest yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Soal-soal pada tes tertulis sebelumnya telah diuji cobakan dan diuji validitas,
uji realibilitas dan tingkat kesukaran soal dengan rumus sebagai berikut :
1) Uji Validitas
Menurut Arikunto (dalam Riduwan. 2006), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sedangkan
menurut Sugiyono (dalam Riduwan. 2006), jika instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Uji validitas yang dilakukan pada hasil tes tertulis uji coba dan hasil tes
tertulis selama pembelajaran dilakukan dengan software ANATES Uraian.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
27
Tabel 3.3 Kriterian Hasil Uji Validitas
Rentang Klasifikasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup tinggi
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah (tidak valid)
2) Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (dalam Nuswowati et. Al. 2010), reliabilitas suatu tes pada
hakikatnya menguji keajegan pertanyaan tes yang didalamnya berupa seperangkat
butir soal apabila diberikan berulangkali pada objek yang sama. Suatu tes
dikatakan reliabel apabila dilakukan beberapa kali pengujian menunjukkan hasil
yang relatif sama. Uji reliabilitas yang dilakukan pada hasil tes tertulis uji coba
dan hasil tes tertulis selama pembelajaran dilakukan dengan software ANATES
Uraian. Kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford (dalam Koeshariatmo.
2014) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kriteria Uji Relabilitas
Nilai Keterangan
r11 < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi
3) Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui kesukaran butir
soal yang dibuat. Uji tingkat kesukaran yang dilakukan pada hasil tes tertulis uji
coba dan hasil tes tertulis selama pembelajaran dilakukan dengan software
ANATES Uraian. Berikut merupakan hasil uji coba soal tes tertulis :
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes Tertulis dan Hasil Uji Coba
Subkonsep Nomor
Soal
Hasil Uji Validitas
Tingkat
Kesukaran Ket.
Pengertian komponen-komponen ekosistem
1 Sangat
Signifikan
Sedang Soal
Subkonsep Nomor Soal
Hasil Uji Validitas
Tingkat
Kesukaran Ket.
Interaksi dan jenis interaksi yang ada pada ekosistem sawah
2 Sangat
Signifikan
Sedang Soal
digunakan
Rantai makanan dan jaring-jaring makanan
3 Signifikan Sedang Soal
digunakan
Perubahan populasi 4 Sangat
Signifikan
Sedang Soal
digunakan
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan LKS kelompok yang diisi oleh
masing-masing siswa selama pengamatan lapangan tetapi diisi berdasarkan
temuan kelompok. LKS ini dibuat agar membantu siswa selama pengamatan, dan
digunakan sebagai poin tambahan pada nilai pengetahuan kognitif siswa.
Tabel 3.6 Kisi-kisi LKS Kelompok
Subkonsep Nomor
Komponen biotik dan abiotik dan satuan-satuan penyusun ekosistem
1a, 1b, 1c
Saling ketergantungan; bentuk interaksi antara komponen biotik dengan komponen biotik dan komponen biotik dengan komponen abiotik
2a
Saling ketergantungan; rantai makanan dan jaring-jaring makanan
2b
c. Laporan Kelas
Laporan kelas dibuat satu minggu setelah pembelajaran berlangsung. Laporan
tersebut berisi keseluruhan data hasil pengamatan siswa dalam satu kelas dan
dijadikan sebagai poin tambahan nilai pengetahuan kognitif siswa. Format laporan
kelas dalam bentuk sebagai berikut :
1) Waktu Pelaksanaan
a) Hari/tanggal pelaksanaan
b) Waktu pelaksanaan
c) Tempat pelaksanaan
2) Tinjauan Pustaka
3) Hasil Pengamatan
4) Pembahasan
29
d. Peer Assessment
Peer Assesment digunakan untuk menilai siswa secara individu. Penilaian
tersebut dilakukan oleh teman sekelompoknya berkaitan dengan peran serta siswa
selama pelaksanaan pembelajaran di luar kelas. Peer assessment dalam penelitian
ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa aktif selama pembelajaran
berdasarkan penilaian teman satu kelompok sehingga diharapkan dapat
mempengaruhi kelancaran keterlaksanaan pembelajaran.
e. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen tersebut digunakan untuk menilai keterlaksanaan pelaksanaan
pembelajaran. Instrumen ini terdiri dari 4 aspek, 3 aspek berdasarkan FiNE
framework dan 1 aspek tambahan. Keseluruhan aspek tersebut dikembangkan
menjadi 30 pernyataan. Jika sesuai maka diberi poin 1 dan jika tidak sesuai diberi
poin 0, sehingga setiap aspek memiliki skor maksimal yang berbeda, untuk
kriteria penilaian telah dicantumkan dalam instrumen. Intrumen ini diiisi oleh
peneliti, satu orang guru biologi, dan dua orang observer tambahan.
3. Intrumen Pendapat Siswa
a. Instrumen Pendapat Siswa
Intrumen tersebut digunakan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran
berkaitan dengan ekosistem sawah sebagai sumber belajar berdasarkan pendapat
siswa. Sehingga hal-hal yang dianggap kurang dapat menjadi bahan pertimbangan
perbaikan atau penelitian selanjutnya.
Tabel 3.7 Kisi-kisi Pendapat Siswa berkaitan dengan Pelaksanaan Pembelajaran
di Luar Kelas
Aspek Respon Siswa
Pendapat siswa mengenai kelayakan ekosistem sawah sekitar sekolah sebagai sumber belajar
Respon siswa dalam bentuk skala Likert : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju Pendapat siswa mengenai kelebihan dan kekurangan
memanfaatkan ekosistem sawah sekitar sekolah sebagai sumber belajar
Aspek Respon Siswa
Pendapat siswa mengenai pembelajaran di luar kelas yang dilaksanakan :
a. membandingkan dengan metode pembelajaran yang hanya di kelas
b. beban kognitif yang dirasakan siswa
Timbul/tidaknya minat siswa untuk lebih mempelajari konsep ekosistem setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
b. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap 5 orang siswa yang dipilih secara acak oleh
peneliti. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa langsung
mengenai ekosistem sawah sebagai sumber belajar dan mengenai penerapan
cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas. Wawancara ini juga
dimaksudkan sebagai pendapat tambahan berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran.
Tabel 3.8 Kisi-kisi Wawancara Siswa
Aspek Respon Siswa
Pendapat siswa mengenai kelayakan ekosistem sawah sekitar sekolah sebagai sumber belajar
Dijabarkan dalam bentuk deskripsi Pendapat siswa mengenai kelebihan dan kekurangan
memanfaatkan ekosistem sawah sekitar sekolah sebagai sumber belajar
Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Antusias siswa selama pembelajaran di luar kelas
G.Teknik Pengembangan Instrumen
Teknik pengembangan instrumen dilakukan dengan melalui beberapa tahapan,
yaitu penentuan dan penyusunan instrumen yang disesuaikan dengan pertanyaan
penelitian, judgement kepada dosen ahli, uji coba instrumen, pengambilan data,
dan analisis data.
H.Teknis Pengambilan Data
Data dihimpun berdasarkan data penelitian awal yang dilakukan di ekosistem
sawah. Penelitian awal ini dilakukan untuk menentukan komponen apa saja yang
terdapat di ekosistem sawah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa.
31
instrumen studi kelayakan. Setelah ekosistem sawah tersebut dinyatakan
layak-sangat layak, tahap selanjutnya yaitu implementasi pembelajaran di ekosistem
sawah tersebut. Siswa melakukan pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran di
luar kelas dengan model cooperative learning.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri tahapan persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
pasca penelitian. Tahapan-tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a) Penyusunan proposal penelitian
b) Seminar proposal penelitian
c) Revisi/perbaikan proposal penelitian
d) Penyusunan instrumen penelitian
e) Pengumpulan revisi proposal penelitian dan pembuatan surat tugas
f) Judgement instrumen penelitian oleh dosen ahli
g) Uji coba instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pengambilan data mengenai studi kelayakan
1) Pemilihan lokasi sawah yang akan dijadikan sebagai lokasi pembelajaran
oleh peneliti dan guru biologi kelas X SMA N 1 Wanayasa. Sawah
tersebut berlokasi ±100 meter dari SMA N 1 Wanayasa. Pemilihan lokasi
ini dilakukan tiga hari sebelum pembelajaran dilakukan
2) Observasi lapangan berupa pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti mengenai konten biologi yang ada di ekosistem sawah, misalnya
individu apa saja yang ada pada ekosistem sawah tersebut. Data tersebut
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Observasi lapangan ini dilakukan selama dua hari sebelum pembelajaran
dilakukan yaitu pada H-2 dan H-1 pembelajaran
3) Observasi lapangan berkaitan dengan teknis pelaksanaan yang terdiri dari
jarak, waktu, biaya, keamanan, dan kepraktisan (pembelajaran di lokasi
peneliti, satu orang guru biologi kelas X, dan dua observer tambahan
yang sebelumnya telah diberi penjelasan berkaitan dengan instrumen
yang akan diisi. Observasi tambahan juga dilakukan oleh perwakilan 10
orang siswa kelas X. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dibagi
menjadi dua bagian yaitu hari kedua dan hari kesatu sebelum
pembelajaran dilakukan, sedangkan observasi yang dilakukan oleh guru
dan perwakilan siswa dilakukan satu hari sebelum sebelum pembelajaran
dilakukan
4) Pengambilan kesimpulan kelayakan ekosistem sawah untuk dijadikan
sumber pembelajaran berdasarkan data studi kelayakan berkaitan dengan
teknis pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti
5) Pembuatan LKS yang disesuaikan dengan hasil observasi di lapangan,
disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti dan dibimbing oleh guru biologi kelas X
b) Pelaksanaan pembelajaran dan pengambilan data hasil tes tertulis (pretest
dan postest), peer assesment, LKS, lembar pendapat siswa berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran di luar kelas, dan wawancara siswa kelas X.1
1) Persiapan pembelajaran dan pembagian kelompok
- Pembelajaran dilaksanakan selama 3 jam pelajaran yaitu pada jam
ke-3, ke-4, dan jam ke-5
Jam ke- Waktu
3 pukul 8.30-9.15
4 pukul 9.15-10.00
5 pukul 10.20-11.05
- Pretest dilaksanakan sebelum pembelajaran berlangsung. Pretest
berlangsung selama 10 menit
- Pengarahan kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan
dilakukan di luar kelas yang dilakukan oleh guru dan peneliti selama
kurang lebih 5 menit
- Siswa dibagi ke dalam 3 kelompok besar (kelompok a, b, dan c).
33
Kelompok Aspek yang Diamati
a Komponen biotik dan abiotik
b Interaksi
c Rantai makanan dan jaring-jaring makan
- Siswa diberi waktu selama 5 menit untuk mendiskusikan pembagian
tugas setiap kelompok
- Masing-masing individu pada setiap kelompok diberi lembar kerja
siswa (LKS) dan setiap individu diberi lembar peer assesment untuk
menilai teman sekelompoknya yang diiisi selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung
2) Pelaksanaan pembelajaran (90 menit)
- Pembelajaran di luar kelas dilaksanakan di sawah yang berjarak ±100
meter dari sekolah. Siswa melakukan observasi lapangan berkaitan
dengan komponen penyusun ekosistem, contoh-contoh interaksi,
rantai makanan dan jaring-jaring makanan selama 60 menit
- Sesi diskusi kelompok besar. Setiap kelompok besar diberi waktu
untuk mendiskusikan hasil temuan di lapangan selama 15 menit
- Sesi diskusi kelompok kecil. Siswa bertemu dalam kelompok kecil
yang anggotanya terdiri dari perwakilan kelompok a, b, dan c.
Sehingga terbentuk menjadi 11 kelompok kecil. Kelompok kecil
tersebut mendiskusikan hasil temuan masing-masing anggota dan
saling melengkapi LKS individu yang sudah diberikan 15 menit
- Diskusi kelas selama 20 menit mengenai hasil pembelajaran di luar
kelas yang mengacu pada LKS
- Siswa kembali ke kelas
3) Pemberian lembar pendapat siswa berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran di luar kelas
4) Wawancara terhadap perwakilan siswa (5 orang siswa) kelompok
c) Analisis data yang diperoleh dari hasil pretest, postest, peer assesment,
LKS, angket, dan wawancara siswa kelas X.1
d) Pengambilan data laporan kelas
1) Laporan kelas dikumpulkan satu minggu setelah pelaksanaan
pembelajaran di luar kelas
2) Analisis data yang diperoleh dari laporan kelas
3. Tahap Pasca Penelitian
a) Analisis data hasil penelitian studi kelayakan berkaitan dengan teknis
pelaksanaan, studi kelayakan yang dihubungkan dengan pembelajaran,
pendapat siswa berkaitan dengan pembelajaran, hasil wawancara, tes tertulis
berupa soal pretest dan postest, Lembar Kerja Siswa (LKS) kelompok,
laporan kelas, dan peer assessment
b) Penyusunan skripsi
J. Analisis Data
1. Lembar Intrumen Studi Kelayakan a. Teknis Pelaksanaan
Setelah didapatkan jumlah skor pada setiap item dari instrumen tersebut,
maka skor tersebut diubah kedalam bentuk persentase dengan rumus sebagai
berikut:
Persentase Keterlaksanaan : � �ℎ �� � � � �
� ��� � %
Persentase keterlaksanaan yang didapat pada setiap aspek pada instrumen,
dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Skor Teknis Pelaksanaan
Perssentase Keterangan
0%-20% Tidak layak
21%-40% Kurang layak
41%-60% Cukup layak
61%-80% Layak
35
b. Konten Biologi
Konten biologi yang ditemukan di lapangan selama observasi, digunakan
sebagai dasar penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Intrumen Implementasi Pembelajaran, a. Tes Tertulis
Setelah soal diuji coba, soal tersebut digunakan untuk soal pretest dan postest.
Hasil pretest dan postes setiap siswa dibandingkan dengan uji normalitas gain
atau N-gain dengan rumus sebagai berikut :
N-gain atau g = i ai − i ai i ai a si a − i ai
Nilai N-gain tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu :
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Skor untuk Nilai N-gain Hasil Tes Tertulis Siswa
Nilai N-gain atau g Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > g≥ 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) kelompok
Penilaian dilakukan berdasarakan LKS yang telah diisi dan didiskusikan
dengan rekan satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang merupakan perwakilan
dari kelompok besar.
Tabel 3.11 Rubrik Penilaian LKS
No. Soal Skor Keterangan
1.a Skor 10 Jika siswa menjawab : Ekosistem Sawah
1.b (Kolom komponen
biotik)
Setiap satu contoh komponen biotik ataupun komponen abiotik yang disebutkan siswa skornya 10, jika diberi penjelasan dan gambar
Skor 15
Kolom komponen biotik
Jika siswa menyebutkan 10 contoh komponen biotik beserta gambar dan penjelasannya
Skor 10 Jika siswa hanya menyebutkan 10 contoh komponen
biotik dan penjelasannya tetapi tidak disertai gambar
Skor 5 Jika siswa hanya menyebutkan 10 contoh komponen
biotik saja
No. Soal Skor Keterangan
beserta penjelasannya dan disertai gambar
(Kolom komponen
abiotik)
Skor 5 Jika siswa hanya menyebutkan 5 contoh komponen abiotik tetapi tidak disertai gambar
2.a
Skor 30 Jika siswa menyebutkan 5 contoh bentuk interaksi
beserta gambar dan penjelasannya
Skor 20 Jika siswa menyebutkan 5 contoh bentuk interaksi dan
penjelasannya tanpa disertai gambar
Skor 10 Jika siswa hanya menyebutkan 5 contoh bentuk
interaksi tanpa disertai gambar dan penjelasan
2.b
Skor 20
Jika siswa menyebutkan minimal 1 contoh rantai makanan yang ditemukan disertai gambar dan penjelasannya
Skor 15
Jika siswa menyebutkan minimal 1 contoh rantai makanan yang ditemukan tidak disertai gambar atau penjelasan kurang jelas
Skor 10 Jika siswa hanya menyebutkan 1 contoh rantai
makanan tanpa disertai gambar dan penjelasan
2.c
Skor 20
Jika siswa menyebutkan minimal 1 contoh jaring-jaring makanan yang ditemukan disertai gambar dan penjelasannya
Skor 15
Jika siswa menyebutkan minimal 1 contoh jaring-jaring makanan yang ditemukan tidak disertai gambar atau penjelasan kurang jelas
Skor 10 Jika siswa hanya menyebutkan 1 contoh jaring-jaring
makanan tanpa disertai gambar dan penjelasan
c. Laporan Kelas
Laporan kelas dinilai berdasarkan rubrik penilaian laporan kelas. Nilai dari
hasil penilaian laporan tersebut dibagi rata keseluruh siswa.
Tabel 3.12 Rubrik Penilaian Laporan Kelas
Aspek Skor Keterangan
Waktu Pelaksana-an
15 Mencantumkan hari/tanggal pelaksanaan, waktu
pelaksanaan, dan tempat pelaksanaan dengan tepat
10
Ada kesalahan dalam mencantumkan hari/tanggal pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan tempat pelaksanaan dengan tepat, misalnya tidak mencantumkan tempat pelaksanaan
Tinjauan Pustaka
40 Jika dasar teori lengkap, jelas, dan berhubungan dengan
ekosistem sawah
37
Aspek Skor Keterangan
Tinjauan Pustaka
berhubungan dengan ekosistem sawah
20 Jika dasar teori kurang lengkap, kurang jelas, tetapi masih
berhubungan dengan ekosistem sawah
10 Jika dasar teori kurang lengkap, kurang jelas, dan kurang
berhubungan dengan ekosistem sawah
Hasil Pengamat-an
50
Jika foto atau gambar hasil pengamatan lengkap, jelas, dan berhubungan dengan ekosistem sawah, serta diberi keterangan
40
Jika foto atau gambar hasil pengamatan lengkap, kurang jelas, dan berhubungan dengan ekosistem sawah, serta diberi keterangan
30
Jika foto atau gambar hasil pengamatan lengkap, jelas, berhubungan dengan ekosistem sawah, tetapi tidak diberi keterangan
20
Jika foto atau gambar hasil pengamatan kurang lengkap lengkap, kurang jelas, kurang berhubungan dengan ekosistem sawah, dan tidak diberi keterangan
10
Jika foto atau gambar hasil pengamatan tidak lengkap, kurang jelas, kurang berhubungan dengan ekosistem sawah dan tidak diberi keterangan
Pembahas-an
50 Jika pembahasan lengkap, jelas, dan berhubungan dengan
ekosistem sawah
40 Jika pembahasan kurang lengkap, tetapi jelas, dan
berhubungan dengan ekosistem sawah
30 Jika pembahasan kurang lengkap, kurang jelas, tetapi
masih berhubungan dengan ekosistem sawah
20
Jika pembahasan kurang lengkap, banyak pernyataan- pernyataan atau kalimat yang tidak jelas, tetapi masih berhubungan dengan ekosistem sawah
10 Jika pembahasan kurang lengkap, kurang jelas, dan
kurang berhubungan dengan ekosistem sawah
Kesimpul-an
20
Jika kesimpulan lengkap, jelas, berhubungan dengan ekosistem sawah, dan mewakili semua aspek yang ada pada laporan
10
Jika kesimpulan lengkap, tetapi kurang jelas, kurang berhubungan dengan ekosistem sawah, dan kurang mewakili semua aspek yang ada pada laporan
d. Peer Assesment
Setiap aspek yang tercantum dalam lembar peer assesment akan dinilai
berdasarkan poin 1-4. Hasil akumulasi nilai masing-masing siswa akan
diklasifikasikan dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang
Persentase Skor = � �ℎ �� � � � �
� ��� � %
Tabel 3.13 Kriteria Interpretasi Skor Peer Assessment
Presentase Keterangan
0%-20% Buruk
21%-40% Kurang baik
41%-60% Cukup baik
61%-80% Baik
81%-100% Sangat baik
e. Intrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah didapatkan jumlah skor pada setiap item dari instrumen tersebut, maka
skor tersebut diubah kedalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut:
Persentase Keterlaksanaan : � �ℎ �� � � � �
� ��� � %
Persentase keterlaksanaan yang didapat pada setiap aspek pada instrumen,
dikelompokan berdasarkan kriteria interpretasi skor menurut Riduwan (2006)
berikut:
Tabel 3.14 Kriteria Interpretasi Skor Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Perssentase Keterangan
0%-20% Tidak layak
21%-40% Kurang layak
41%-60% Cukup layak
61%-80% Layak
81%-100% Sangat layak
3. Intrumen pendapat siswa a. Lembar Pendapat Siswa
Lembar pendapat siswa menggunakan skala Likert dengan keterangan berikut :
Tabel 3.15 Kriteria Penskoran Pendapat Siswa
Pendapat Siswa Skor
Sangat setuju 1
Setuju 2
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 4
39
Setiap butir pernyataan yang ada pada lembar pendapat siswa, dihitung dengan
rumus indeks (%) sehingga angka tersebut dapat dikategorikan dalam 5 kategori.
Berikut merupakan rumus indeks (%) dan kriteria interpretasi skor (kategori) :
Rumus Indeks % = Total SkorY x
Keterangan
Total skor =
∑Total jumlah panelis yang memilihPilihan angka skor Likert
[image:30.595.110.504.116.451.2]Y = Skor tertinggi Likert x jumlah panelis (jumlah siswa)
Tabel 3.16 Kriteria Interpretasi Skor untuk Pendapat Siswa
Presentase Keterangan
0% – 19,99% Sangat buruk
20% – 39,99% Buruk
40% – 59,99% Cukup baik
60% – 79,99% Baik
80% – 100% Sangat baik
b. Wawancara
Hasil wawancara akan dijabarkan dalam bentuk deskripsi yang akan
mendukung hasil intrumen pendapat siswa berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran di luar kelas. Data hasil lembar pendapat siswa dan wawancara
digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pemanfaatan ekosistem
sawah sebagai sumber belajar dan mengenai pembelajaran yang dilakukan. Data
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan hal sebagai berikut:
1. Ekosistem sawah di sekitar SMAN 1 Wanayasa dapat dijadikan sebagai
sumber belajar siswa terutama yang berkaitan dengan konsep ekosistem
berdasarkan hasil studi kelayakan teknis pelaksanaan dan konten biologi.
Studi kelayakan teknis pelaksanaan mencakup aspek jarak, waktu, biaya, dan
keamanan. Persentase rata-rata hasil studi kelayakan teknis pelaksanaan
adalah 93,8% sehingga menunjukkan bahwa ekosistem sawah tersebut
termasuk ke dalam kategori sangat layak untuk dijadikan sumber belajar
terutama untuk materi ekosistem.
2. Persiapan pembelajaran terdiri dari penyusunan instrumen studi kelayakan
teknis pelaksanaan pembelajaran berdasarkan syarat sumber belajar dan
konten biologi yang menjadi dasar untuk penyusunan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga
disesuaikan dengan ekosistem sawah sekitar SMAN 1 Wanayasa.
3. Model cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas dapat
meningkatkan nilai kognitif berdasarkan nilai N-Gain 0,65 dan termasuk ke
dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman konsep siswa.
4. Nilai rata-rata Lembar Kerja Siswa (LKS) 83,6, nilai laporan kelas 83, dan
nilai rata-rata siswa secara keseluruhan adalah 81,6 termasuk kategori sangat
baik. Persentase hasil peer assessment berkaitan dengan keaktifan siswa
termasuk ke dalam kategori sangat baik (82,6%) menunjukkan bahwa siswa
aktif dalam kelompok. Persentase hasil pendapat siswa berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran adalah 91,5% dan termasuk kategori sangat baik
dan berdasarkan hasil wawancara, menunjukkan bahwa siswa pembelajaran
yang dilakukan dapat menambah motivasi serta minat siswa dalam belajar.
69
Pameungpeuk-Wanayasa dapat dijadikan sumber belajar dan model
cooperative learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran untuk materi ekosistem terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan ekosistem sawah sekitar sekolah.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan temuan dari penelitian yang dilakukan, terdapat
beberapa implikasi dan rekomendasi yang ingin disampaikan peneliti,
diantaranya:
1. Intrumen studi kelayakan teknis pelaksanaan yang ada pada penelitian ini
merupakan intrumen yang hanya dapat digunakan di ekosistem sawah sekitar
SMAN 1 Wanayasa, untuk ekosistem lain diperlukan analisis skorisasi ulang
yang disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
2. Hasil N-Gain yang didapat termasuk kategori sedang, sehingga implementasi
pembelajaran dengan memanfaatkan ekosistem sekitar sekolah masih perlu
pengembangan dan perbaikan.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian
selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan studi kelayakan suatu ekosistem.
4. Model pembelajaran cooperative learning berbasis pembelajaran di luar kelas
Daftar Pustaka
Anitah, S. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Arifin, Z.. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Campbell, N. A. & Reece, J. B.. (2008). Biologi, Edisi 8, Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Davies, J. at. al.. (2008). Evaluation and Selection of Learning Resouces : A
Guide. Charlottetown : Prince Edward Island Departement of education.
Dohn, N. B.. (2011). Upper secondary student’ situation interest : A case study of
the role of a zoo visit in a biology class. International of Science Education.
35(16), 2732-2751.*
Faisal, S.. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Huda, M. (2012). Cooperative Learning, Model, Teknik, Struktur, dan Model Terapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ibrahim, Y.. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Kustandi, C. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor : Ghalia Indonesia
Liandina. (2010). Pengambangan Sumber Belajar. Tersedia : [Offline] http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/PENGAMBANGANSUMBERB ELAJAR.pdf. (2 Agustus 2015)
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta
Najmulmunir, N.. (2010). Memanfaatkan Lingkungan di Sekitar Sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar. Jurnal FKIP : REGION. 2(4). 2-9
Olukayode, A. S. & Tina S. E. (2013). Effects of Cooperative Learning and Field Trip Strategies on Secondary School Students’ Knowledge of and Attitudes to Multicultural Concepts in Social Studies. Journal of Education and
Practice. 22s(4).
Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
71
Sudono, A.. (2010). Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak
Usia Dini). Jakarta : PT. Grasindo
Sulistyorini, A.. (2009). Biologi 1; untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah Kelas X. Jakarta : PT. Balai Pustaka
Tal, T., & Morag, O.. (2012). Assesing learning in the outdoors with the field trip in natural environments (FiNE) framework. International of Science
Education. 34(5) 745-777*
Tal, T., Alon L.N., & Morag, O.. (2013). Exemplary practices in field trips to natural environment. Journal of Research in Science Teaching. DOI 10.1002/tea.21137. wileyonlinelibrary.com*