• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

DITA AGUSTIAN 1201391

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Batasan Masalah ……….. 5

D. Asumsi ………... 6

E. Hipotesis ………... 7

F. Tujuan Penelitian ………... 7

G. Manfaat Penelitian ………... 7

BAB II PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X A. Pembelajaran Berbasis Masalah ……..………... 9

B. Tinjauan Konsep Ekosistem ... C. Penguasaan Konsep ………...……….... 13 22 D. Kemampuan Penalaran ... 23

E. Sikap Kesadaran Lingkungan ... 25

(3)

v

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

H. Prosedur Penelitian ... 39

I. Alur Penelitian ………... 41

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Tingkat Konsentrasi Berbagai Gas Rumah kaca ... 2

2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

2.2 Kelebihan dan Kekurangan dari PBL ... 12

3.1 Derajat Validitas Soal ...

3.2 Derajat Reliabilitas Soal ………....…………...

3.3 Derajat Daya Pembeda Soal ………....………...

3.4 Tingkat Kesukaran Soal ...

3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan

Konsep ...

3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Kemampuan

Penalaran ...

3.7 Interpretasi Perolehan Indeks Gain ...

3.8 Skala Penilaian Angket Peserta Didik ...

3.9 Kategorisasi Sikap atau Minat Peserta Didik ...

3.10 Kriteria Besaran Hubungan Antara Dua Variabel ...

32

4.1 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Penguasaan

Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol …………...………...………..

4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol …...…………...………...……..

4.4 Hasil Uji t Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

(5)

vii

4.6 Hasil Uji U Mann-Whitney Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ...

4.7 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.8 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Penalaran Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.9 Hasil Uji U Mann-Whitney Pretes Kemampuan Penalaran Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.10 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Penalaran Kelas

Eksperimen dan Kontrol ...

4.11 Hasil Uji U Mann-Whitney Postes Kemampuan Penalaran

Kelas Eksperimen dan Kontrol ...

4.12 Rekapitulasi Data Hasil Pretes dan Postes Sikap Kesadaran

Lingkungan Kelas Eksperimen dan Kontrol ...

4.13 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ....

4.14 Hasil Uji U Mann-Whitney Pretes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ...

4.15 Hasil Uji Normalitas Postes Sikap Kesadaran Lingkungan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.16 Hasil Uji Homogenitas Postes Sikap Kesadaran Lingkungan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.17 Hasil Uji t Postes Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

4.18 Presentase Tiap Indikator Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Eksperimen ...

4.19 Presentase Tiap Indikator Sikap Kesadaran Lingkungan Kelas

Kontrol ... ...

4.20 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pada Kelas Eksperimen dan

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Proses Psikologi dan Kognisi ketika PBL …….…..…... 10

2.2 Sumber-sumber Polutan di Lautan ... 16

2.3 Ratusan Ton Ikan di Danau Maninjau Mati Tercemar Limbah Amoniak ... 16

2.4 Skema Proses Terjadinya Pemanasan Global ... 19

2.5 Salah Satu Contoh dan Dampak Pencemaran Limbah B3 ... 21

2.6 Taksonomi Bloom Revisi ... 24

3.1 Alur Penelitian …...…………...………... 41

(7)

i

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN

PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin maraknya permasalahan lingkungan yang terjadi dan adanya harapan untuk membentuk generasi muda yang peduli terhadap kondisi lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis masalah global terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan siswa kelas X. Metode penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Pemilihan sampel dilakukan secara Random Cluster. Data diperoleh melalui tes kemampuan penguasaan konsep dan penalaran, serta skala sikap kesadaran lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa model pembelajaran ekosistem berbasis masalah global mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan siswa. Selain itu, terdapat korelasi yang positif sebesar 28,09% antara variabel penguasaan konsep dan kemampuan penalaran terhadap sikap kesadaran lingkungan siswa di kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar2,89%. Indikator sikap kesadaran lingkungan yang memiliki nilai paling tinggi yaitu peduli atau sadar dengan 94,64% dan yang paling rendah yaitu komitmen dengan nilai 63,39%.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas

dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

internasional. Hal ini dikarenakan kita sebagai manusia akan selalu hidup

berdampingan dengan lingkungan di sekitar kita dengan membentuk hubungan

saling ketergantungan. Oleh karena itu, untuk senantiasa menjaga keseimbangan

hubungan saling ketergantungan tersebut, kita harus senantiasa menjaga kelestarian

lingkungan dimanapun kita berada terutama di lingkungan tempat tinggal kita

sendiri, sehingga akan tercipta keharmonisan sekaligus turut serta dalam menjaga

aset berharga untuk masa depan kita dan keturunan kita. Dengan kata lain, adanya

hubungan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya, membuat

lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia, sehingga

apabila kita menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, maka kita semua harus

ikut berpartisipasi di dalam menjaga dan melestarikan lingkungan kita.

Akan tetapi, terkadang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Bagi

orang-orang atau pihak yang kurang peduli terhadap lingkungan, pemenuhan

kebutuhan seringnya bertolak belakang dengan upaya pelestarian sumber daya alam.

Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bervariasi dari waktu ke waktu,

akan berimbas pada eksploitasi sumber daya alam yang semakin meningkat pula.

Kondisi ini menuntut kita semua untuk berpikir dan mencari solusi terhadap

pemenuhan kebutuhan manusia sekaligus tetap berupaya menjaga dan melestarikan

lingkungan untuk keberlangsungan makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada

khususnya.

Akan tetapi pada kenyataannya, dewasa ini laju kerusakan lingkungan,

khususnya di Indonesia malah semakin meningkat. Menurut Irwanto (2013), data

(9)

700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun. Sedangkan menurut FAO, laju kerusakan

hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun, atau setiap tahunnya luas areal

hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM yang peduli lingkungan,

seperti Greenpeace bahkan mengungkapkan data yang lebih mencengangkan lagi,

yaitu bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang

sebagian besar adalah penebangan liar (Irwanto, 2013).

Selain itu, aspek lain yang berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan adalah

adanya pemanasan global (Global Warming). Fenomena ini terjadi karena adanya

lapisan gas-gas rumah kaca, seperti metana (CH4), CO2, dan NO2, yang terdapat di

lapisan atmosfer, sehingga menghalangi energi panas matahari yang seharusnya

dipantulkan kembali ke angkasa. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan naiknya

temperatur atau suhu bumi, dan memberikan dampak lain yang berkelanjutan.

Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (2013)

mengungkapkan data mengenai tingkat konsentrasi berbagai polutan yang termasuk

ke dalam gas rumah kaca sebagai berikut.

Tabel 1.1. Tingkat Konsentrasi Berbagai Gas Rumah Kaca

No Gas

Kondisi kerusakan lingkungan yang lain memiliki data yang berbeda. Menurut

Natural Resources Defense Council (Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam)

Amerika Serikat (2011), mengungkapkan bahwa rata-rata peningkatan suhu di

Amerika Serikat berkisar antara 3-90C pada satu abad terakhir ini. Menurut hasil

penelitian dari Program Penelitian Perubahan Global Amerika Serikat, dalam

Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam (2011), dampak yang terjadi akibat

(10)

ekstrim terutama anak-anak, orang tua, dan orang miskin; meningkatnya penyakit

yang ditransmisikan melalui makanan, minuman, dan serangga; serta tidak

menentunya pola iklim dan meningkatnya permukaan air.

Kemudian, peningkatan kebutuhan manusia yang disertai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan konsekuensi logis terhadap

peningkatan dalam bidang industri dan transportasi. Kedua bidang ini memberikan

dampak langsung terhadap meningkatnya tingkat pemanasan global (Global

Warming) yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang

kompleks. Ditambah lagi, berdasarkan hasil studi yang dilakukan ole Kementerian

Lingkungan Hidup (2012), Indeks Peduli Lingkungan (IPL) masyarakat Indonesia

masih berkisar pada 0,57 dari angka mutlak satu (1). Hal ini mengindikasikan bahwa

masyarakat belum berperilaku peduli terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, perlu

kesadaran semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan

demi terciptanya hubungan yang selaras antara manusia dan lingkungannya.

Pemahaman dan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tersebut, sangat

perlu untuk ditanamkan kepada generasi muda yang akan mewarisi tanggungjawab

untuk dapat menjaga, mengelola, serta melestarikan lingkungan secara arif dan

bijaksana.

Sebagai upaya atau langkah nyata kita sebagai pendidik dalam menyikapi

permasalahan ini adalah dengan menginternalisasikan pemahaman dan sikap tersebut

di dalam setiap aktifitas pembelajaran. Langkah ini diharapkan mampu menyiapkan

peserta didik yang memiliki kepedulian lingkungan, karena aktifitas-aktifitas yang

dilakukan di lingkungan sekolah nantinya diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan,

dan kebiasaan tersebut diharapkan pula akan menjadi sebuah karakter yang melekat

kuat pada setiap peserta didik. Salah satu model yang mendukung upaya ini adalah

dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah (PBL). Sebagai

suatu model, Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu upaya dalam

kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa,

karena di dalamnya terdapat berbagai macam interaksi sosiologis antara anggota

kelompok maupun antar kelompok, seperti diskusi, berdebat, saling mendukung dan

(11)

satu aspek yang penting dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah adalah

proses pemecahan masalah (Problem Solving). Pemecahan masalah didefinisikan

sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi

antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Cahyadi, 2009). Salah satu

bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision

making), yang didefinisikan sebagai pemilihan solusi terbaik dari sejumlah alternatif

yang tersedia (Cahyadi, 2009).

Penelitian ini difokuskan pada proses yang terintegrasi di dalam aktivitas

pembelajaran. Diharapkan melalui penerapan strategi tersebut di dalam proses

pembelajaran di kelas, siswa mampu mengaplikasikan pemahaman dan sikap peduli

terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dan diharapkan generasi muda

yang dihasilkan memiliki kecakapan yang sesuai dengan tuntutan yang tercantum

dalam Standar Kompetensi Lulusan. Hal itulah yang mendasari penulis untuk dapat

memberikan kontribusi melalui penelitian ini, dengan harapan akan terbentuknya

generasi muda yang cerdas dalam menjaga, mengelola, dan melestarikan

lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah Global terhadap Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran dan

Kesadaran Lingkungan Siswa Kelas X?”. Rumusan masalah tersebut dapat

dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran

ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan?

2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan penalaran siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran

ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan?

3. Bagaimanakah perbedaan sikap kesadaran lingkungan siswa sebelum dan

(12)

pembelajaran ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan

lingkungan?

4. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X?

5. Bagaimanakah korelasi antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan

penalaran dengan tingkat kesadaran lingkungan siswa kelas X?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran ekosistem yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah suatu

proses pembelajaran dengan pembahasan materi-materi yang berkaitan dengan

kerusakan lingkungan atau ekosistem, khususnya yang diakibatkan oleh faktor

alami maupun aktivitas manusia secara langsung. Kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh faktor alam diantaranya kerusakan akibat gempa bumi, gunung

meletus, tsunami, dan lain sebagainya. Sedangkan kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh aktifitas manusia diantaranya adalah pencemaran (tanah, air,

dan udara) serta akibat yang ditimbulkan dari pencemaran tersebut seperti

pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, dan lain sebagainya.

2. Pembelajaran berbasis masalah global yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

yang menyajikan suatu permasalahan lingkungan yang bersifat global atau

memberikan dampak yang luas, baik secara ekologis maupun geografis, yang

kemudian harus dapat dianalisis dan dicari solusi penyelesaian masalahnya

secara berkelompok. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan

penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah, yang berasal dari

berbagai sumber yang relevan, terpercaya, dan bersifat multidisipliner.

3. Pembelajaran diskusi dengan menggunakan pendekatan lingkungan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran untuk kelas

(13)

pembelajarannya. Kemudian untuk pendekatan lingkungannya, digunakan

sebagai orientasi siswa pada topik yang akan didiskusikan melalui pengamatan

langsung dari lingkungan di sekitarnya.

4. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah dimensi

kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi, mulai dari kemampuan

mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3).

5. Penalaran yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan kemampuan

penalaran yang termasuk ke dalam Higher Order Thinking (HOT) menurut teori

Bloom yang telah direvisi. Kemampuan penalaran tersebut meliputi kemampuan

menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan kemampuan mencipta

(C6).

6. Kesadaran lingkungan yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan lima

tingkatan ranah afektif yang terdiri dari menerima (receiving), menanggapi

(responding), dan menilai (valuing), mengorganisasikan (organization), dan

menginternalisasikan nilai-nilai yang kompleks (characterization by a value

complex) yang dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Kelima

tingkatan ini akan dijabarkan kembali menjadi beberapa pernyataan dalam

bentuk skala sikap yang disesuaikan dengan indikator dari setiap tingkatan ranah

sikap tersebut.

D. Asumsi

1. PBL dapat meningkatkan kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan

awal, konteks, dan perspektif, yang sangat penting dalam proses memecahkan

masalah (Tan, 2006).

2. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan

menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2008:43).

3. PBL dapat meningkatkan penampilan siswa dalam memecahkan

(14)

4. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, menganalisis dan

memecahkan masalah kompleks, bekerja kooperatif dalam kelompok, dan

kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan (Akcay, 2009).

5. Hasil dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah tercapainya

keterampilan dalam penyelidikan dan proses dalam mengatasi masalah disertai

dengan adanya sikap atau perilaku dan keterampilan sosial (Arends, 2008).

E. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis ditentukan dengan mengacu pada asumsi-asumsi

yang telah dijelaskan di atas. Hipotesis yang dimaksud adalah:

1. Terdapat perbedaan penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran

lingkungan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol.

2. Terdapat korelasi positif antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan

penalaran dengan kesadaran lingkungan siswa.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X.

2. Menganalisis efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X.

3. Menganalisis hubungan antara penguasaan konsep dan kemampuan penalaran

terhadap kesadaran lingkungan siswa kelas X.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

(15)

1. Bagi siswa, memberikan wawasan dan informasi mengenai penalaran sains dari

hasil belajarnya pada materi ekosistem. Selain itu juga, siswa dapat mengasah

kepeduliannya terhadap lingkungan setelah mendapatkan informasi yang benar

mengenai suatu kondisi yang terjadi di sekitarnya.

2. Bagi guru (pengajar), hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi

untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan untuk

meningkatkan kemampuan penalaran dan kesadaran terhadap lingkungan yang

sangat diperlukan dalam sains. Selain itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini

juga dapat dijadikan sebagai tambahan ide untuk lebih menggali potensi anak

melalui pembelajaran dengan menyajikan permasalahan-permasalahan yang

kontekstual.

3. Bagi peneliti lain, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumbangan ilmiah mengenai pengembangan strategi pembelajaran yang

diharapkan dapat memberikan hasil pembelajaran yang optimal bagi siswa,

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA yang terletak di Kota Bandung,

lebih tepatnya di sekitar Kecamatan Sarijadi. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X SMA X Bandung. Sedangkan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X2 di SMA tersebut. Sekolah ini dipilih

karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dan termasuk salah satu SMA klaster 1 di

Kota Bandung. Kemudian untuk teknik sampling yang digunakan adalah acak

kelompok atau random cluster, karena menurut Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012),

apabila kita menentukan sampel kelas berdasarkan kelompok atau klaster, dan bukan

mengambil individu, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

random cluster.

B. Metode dan Desain Penelitian

Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012), mengungkapkan bahwa metode penelitian

eksperimen merupakan salah satu metode yang paling kuat yang bisa digunakan oleh

peneliti. Selain itu, mereka juga menjelaskan bahwa metode penelitian ini adalah

metode terbaik untuk dapat menentukan hubungan sebab akibat diantara variabel.

Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi penggunaan metode ini di dalam

penelitian dengan mengetahui karakteristiknya. Suatu penelitian dikatakan

menggunakan metode eksperimen apabila di dalamnya membandingkan variabel,

memanipulasi variabel bebas, dan sampling secara acak (Fraenkel, Wallen, dan

Hyun; 2012).

Di dalam penelitian pendidikan, khususnya penelitian di dalam kelas, cukup

sulit untuk dapat memilih sampel dengan cara acak murni, karena siswa sudah

berada dalam suatu paket kelas yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, secara lebih

(17)

Experimental Design). Suatu metode disebut Quasy Experimental Design apabila

desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi teknik pengambilan sampel tidak

dilakukan dengan dengan metode acak seperti pada penelitian eksperimen yang

sesungguhnya (Fraenkel, Wallen, dan Hyun; 2012). Untuk pemilihan sampel,

dilakukan secara acak kelompok (random cluster), karena dilakukan melalui dua

tahap, yaitu menentukan sampel daerah atau klaster, kemudian menentukan

orang-orang atau bagian pada daerah tersebut (Sugiyono, 2009:122) . Desain penelitian ini

adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Untuk lebih

memperjelas gambaran tentang desain ini, Sugiyono (2009:116) merangkumnya

sebagai berikut:

O1 X1 O2

O3 X2 O4

Keterangan:

O1 : pretes kelas eksperimen

O2 : postes kelas eksperimen

O3 : pretes kelas kontrol

O4 : postes kelas kontrol

X1 : perlakuan dengan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

X2 : perlakuan dengan pembelajaran diskusi dengan pendekatan lingkungan Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan Uji Korelasional. Uji korelasional

adalah pengujian yang dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara

dua variabel dan apabila ada hubungan, berapa eratnya hubungan serta berarti atau

tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006). Penelitian ini membantu kita untuk

membuat suatu prediksi akurat tentang suatu kejadian, kondisi, atau fenomena yang

disebabkan oleh suatu hal lainnya. Penelitian ini juga merupakan contoh penting dari

penelitian asosiasi karena tidak mengijinkan kepada peneliti untuk memanipulasi

variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep, tingkat penalaran

siswa dan tingkat kesadaran lingkungan siswa pada pembelajaran materi ekosistem.

(18)

W

Y X

Keterangan :

W = Kemampuan penguasaan konsep X = Kemampuan penalaran siswa Y = Tingkat kesadaran lingkungan siswa

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah

yang terdapat dalam penelitian ini, maka diperjelas definisi operasional dari

istilah-istilah tersebut, antara lain:

1. Pembelajaran Ekosistem

Pembelajaran ekosistem yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah proses

pembelajaran mengenai materi-materi yang berkaitan dengan pencemaran dan

kerusakan lingkungan, khususnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia maupun

yang disebabkan oleh faktor alam dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah. Materi-materi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam instrumen

tes berupa soal pilihan ganda dan uraian.

2. Permasalahan Global

Permasalahan global yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah

permasalahan lingkungan yang sifatnya memberikan dampak atau efek yang luas,

dengan kata lain, permasalahan tersebut tidak hanya terbatas di suatu wilayah atau

negara saja, akan tetapi bisa lintas negara, kawasan, maupun benua.

3. Penguasaan Konsep

Maksud dari penguasaan konsep yang terdapat di dalam penelitian ini adalah

taraf kemampuan kognitif yang termasuk lower order thinking yang terdiri dari C1

(mengingat), C2 (memahami), dan C3 (mengaplikasikan) menurut taksonomi Bloom

yang telah direvisi. Taraf kognitif inilah yang dijadikan acuan di dalam penyusunan

instrumen pilihan ganda.

(19)

Kemampuan penalaran yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah

kemampuan kognitif yang termasuk higher order thinking yang terdiri dari C4

(menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta) menurut taksonomi Bloom

yang telah direvisi. Taraf kognitif inilah yang kemudian menjadi batasan di dalam

penyusunan instrumen uraian.

5. Kesadaran Lingkungan

Kesadaran lingkungan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah sikap

peserta didik terhadap fenomena atau kondisi yang berkaitan dengan pencemaran

dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan adalah

skala sikap, dengan menggunakan indikator sikap menurut Krathwohl, Bloom,

dan Masia (1964). Indikator tersebut terdiri dari menerima (receiving),

menanggapi (responding), menilai (valuing), mengorganisasikan (organization),

dan menginternalisasikan nilai-nilai yang kompleks (characterization by a value

complex).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk menjaring data yang diperlukan

dalam penelitian ini yaitu tes penguasaan konsep, tes kemampuan penalaran, dan

skala sikap.

1. Tes Penguasaan Konsep

Pengukuran tingkat penguasaan konsep siswa ini dilakukan dengan

menggunakan instrumen tes berupa soal pilihan ganda dengan lima opsi jawaban.

Soal ini disusun berdasarkan dimensi proses berpikir kognitif menurut teori Bloom

yang sudah direvisi mulai dari kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan

mengaplikasikan (C3).

2. Tes Kemampuan Penalaran

Pengukuran kemampuan penalaran siswa dilakukan dengan menggunakan soal

uraian atau esai. Soal-soal tersebut mencakup indikator penalaran untuk berpikir

(20)

tersebut meliputi kemampuan analisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan

kemampuan mencipta (C6).

3. Skala Sikap

Jenis instrumen skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala

Likert. Pada instrumen ini, disajikan beberapa pernyataan positif maupun negatif

yang harus disikapi oleh siswa dengan mengisi salah satu kolom, mulai dari Sangat

Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pada

umumnya, kategorisasi sikap pada skala Likert berjumlah 5 (ditambah Ragu-ragu

atau Tidak tahu). Akan tetapi, karena kecenderungan siswa untuk memilih ragu atau

tidak tahu masih cukup tinggi, maka kategorinya dijadikan 4 supaya lebih

menjelaskan arah atau kecenderungan sikap siswa.

Pernyataan pada skala sikap ini berjumlah 13 pernyataan yang disesuaikan

dengan jumlah indikator sikap kesadaran lingkungan menurut Krathwohl, Bloom,

dan Masia. Setiap pernyataan ini menggambarkan posisi sikap siswa dalam

kaitannya dengan kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya.

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Analisis Butir Soal

Untuk analisis butir soal, dilakukan dengan bantuan software AnatesV4.

Analisis ini meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

a. Validitas butir soal

Untuk melihat validitas butir soal yang kita uji dari data yang sudah diolah pada

program Anates, kita cukup melihat pada bagian kolom korelasi. Selanjutnya, hasil

validitas tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan derajat validitas seperti

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Derajat Validitas Soal

Rentang Kategori

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

(21)

Rentang Kategori

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2009)

b. Reliabilitas soal

Di dalam hasil pengolahan data dari program Anates, nilai dari reliabilitas soal

bisa langsung kita lihat pada bagian awal dari hasil pengolahan data tersebut.

Hasilnya diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Derajat Reliabilitas Soal

Rentang Kategori

kolom daya pembeda. Hasilnya dapat langsung diinterpretasikan menggunakan

kriteria seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Derajat Daya Pembeda Soal

Rentang Kategori

Hasil untuk tingkat kesukaran dapat diinterpretasikan menggunakan kriteria

seperti pada Tabel 3.4.

(22)

Rentang Kategori

kesukaran, daya pembeda, dan validitas yang bebeda-beda. Hasil rekapitulasi setiap

butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan Konsep

No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,635 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sukar Pakai

2 0,204 - 25,00 Agak baik Sedang Buang

3 0,274 - 50,00 Sangat baik Sedang Revisi+Pakai

4 0,602 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai 5 0,119 - 0,00 Sangat Buruk Sangat Sukar Buang

6 0,602 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai

7 0,512 Sangat

Signifikan 25,00 Agak baik Sangat sukar Pakai

8 0,556 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai

9 0,651 Sangat

Signifikan 37,50 Baik Sangat sukar Revisi+Pakai

10 0,282 - 12,50 Buruk Sangat sukar Buang

11 0,327 - 37,50 Baik Sedang Revisi+Pakai

12 0,456 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai

13 0,466 Sangat

Signifikan 50,00 Sangat baik Sukar Pakai

(23)

No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

19 0,193 - 25,00 Agak baik Sukar Revisi+Pakai

Signifikan 62,50 Sangat baik Sedang Pakai

28 0,189 - 12,50 Buruk Sangat

mudah Buang

29 0,581 Sangat

Signifikan 62,50 Sangat baik Sukar Pakai

30 0,192 - 0,00 Sangat Buruk Mudah Buang

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Kemampuan Penalaran

No

Korelasi Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran (Kategori)

Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,528 - 22,08 Agak Baik Mudah Buang

2 0,669 Signifikan 37,08 Baik Sedang Revisi+Pakai

3 0,474 - 34,16 Baik Sedang Buang

4 0,586 Signifikan 20,41 Agak baik Sedang Revisi+Pakai

5 0,496 - 12,92 Buruk Sedang Buang

6 0,588 Signifikan 21,25 Agak Baik Sukar Revisi+Pakai 7 0,699 Signifikan 17,50 Buruk Sedang Revisi+Pakai

8 0,297 - 12,92 Buruk Sedang Buang

9 0,580 Signifikan 14,58 Buruk Sedang Revisi+Pakai

10 0,518 - 16,67 Buruk Sedang Buang

F. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pada pertemuan pertama, dilakukan pemberian pretest kepada seluruh siswa

pada kedua kelompok (eksperimen maupun kontrol) sebelum kegiatan

(24)

pada kelas eksperimen dan diskusi dengan pendekatan lingkungan di kelas

kontrol. Data pretest dijaring dengan menggunakan instrumen penguasaan

konsep, penalaran high order thinking menurut Bloom yang telah direvisi dan

skala sikap. Data ini digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep,

kemampuan penalaran dan sikap awal siswa. Kemudian setiap kelompok siswa

diberikan LKS yang harus diisi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Pada pertemuan kedua, setiap kelompok siswa harus sudah mengisi LKS yang

diberikan. Data dari LKS digunakan sebagai hasil kemampuan pemecahan

masalah siswa.

3. Pada pertemuan ketiga, dilakukan pemberian posttest kepada seluruh siswa

dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe PBL dan diskusi

dengan menggunakan instrumen yang sama.

4. Kemudian, semua data yang telah diperoleh, dikelompokkan berdasarkan

pretest-postest, serta penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan sikap

kesadaran lingkungan pada diri siswa.

G. Analisis Data

1. Kemampuan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Penalaran

a. Menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh butir soal.

b. Menentukan rata-rata skor pretest dan posttest dengan menggunakan rumus:

Nilai = �� � � � �� ℎ x 100%

(Arikunto, 2009)

c. Peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan penalaran siswa

setelah pembelajaran kooperatif tipe PBL dan diskusi, diperoleh dengan

menghitung gain dengan menggunakan rumus menurut Hake (Laraswati, 2009):

(

g

) = �2−�1

� −�1

Keterangan:

(25)

T1 : nilai pretest Is : skor maksimal

Tabel 3.7. Interpretasi Perolehan Indeks Gain Kategori Indeks

Gain

Interpretasi

0,71 – 1,00 Tinggi

0,41 – 0,70 Sedang

0,01 – 0,40 Rendah

(Sumber: Hake dalam Laraswati, 2009)

d. Melakukan Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan pengujian awal yang diperlukan untuk menentukan

apakah pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik parametrik atau

nonparametrik. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Untuk pengujian prasyarat ini dilakukan dengan bantuan software

SPSS versi 16.0 for windows.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data berasal dari

populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas

adalah sebagai berikut:

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah :

Jika nilai signifikansi lebih besar dari �= 0,05, maka H0 diterima, dan dalam hal

sebaliknya H1 diterima. Apabila data berasal dari populasi yang terdistribusi normal,

maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas, akan tetapi apabila data

berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal, maka pengolahan data langsung

menggunakan uji nonparametrik.

(26)

Uji homogenitas dilakukan apabila data menunjukkan distribusi yang normal.

Pengujian ini pun dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows

(Lavene test). Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai

berikut:

H0 : σe2 σk2, tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol

H1 : σe2 σk2, terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Kriteria pengujian : Jika nilai signifikansi lebih besar dari �= 0,05, maka H0

diterima, dan dalam hal sebaliknya H1 diterima.

e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang

signifikan antara hasil pretest dan posttest akibat dari pemberian perlakuan. Apabila

data berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan mengambil taraf signifikansi

α = 0,05. Kemudian apabila data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji U

Mann-Whitney dengan mengambil taraf signifikansi α = 0,05. Karena uji yang

dilakukan adalah uji dua pihak, maka α yang digunakan adalah α/2 = 0,025.

2. Sikap Kesadaran Lingkungan

Jenis skala yang digunakan pada instrumen penelitian ini adalah SKALA

LIKERT. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria

yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang

digunakan. Jumlah pernyataan yang akan digunakan pada skala Likert, berisi 13

butir pernyataan (sesuai dengan jumlah indikator domain sikap menurut Krathwohl,

Bloom, dan Masia) dengan empat pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor

tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 13 butir x 4 = 52, dan skor terendah 13

butir x 1 = 13. Skor ini dikualifikasikan menjadi empat kategori sikap atau minat,

(27)

(sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta

didik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8. Skala penilaian angket peserta didik Alternatif Jawaban Bobot Penilaian

Positif Negatif

Sedangkan untuk penentuan kategori hasil pengukuran sikap kesadaran

lingkungan dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik serta konversi nilai untuk 13 butir pernyataan, dengan rentang skor 13 – 52.

No. Skor peserta didik Kategori Sikap atau Minat

1. Lebih besar dari 43 Sangat tinggi/Sangat baik

2. 33 sampai 42 Tinggi/Baik

3. 22 sampai 32 Rendah/Kurang

4. Kurang dari 22 Sangat rendah/Sangat kurang (Sumber: Ismail, 2012)

Langkah selanjutnya, data-data ordinal tersebut harus diubah ke dalam bentuk

data interval, karena data ordinal tersebut sebenarnya adalah data kualitatif dan

bukan data sebenarnya. Metode yang umum digunakan untuk mengubah data ordinal

menjadi data interval, digunakan Metode Suksesif Interval (Method of Successive

Interval/MSI).

3. Uji Korelasi (Menentukan Ada Tidaknya Hubungan antara Variabel)

Uji hubungan antar dua variabel dilakukan untuk memprediksi ada tidaknya

hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini

yang akan dilihat hubungannya adalah tingkat penguasaan konsep dan kemampuan

penalaran terhadap kesadaran lingkungan siswa. Uji korelasi ini dilakukan dengan

(28)

Uji regresi digunakan untuk mengetahui kelinieran data. Selanjutnya dilakukan

uji korelasi sehingga akan diperoleh nilai yang menunjukkan lemah atau kuatnya

hubungan antara dua variabel. Setelah diketahui nilai regresi dan korelasinya,

kemudian dicari nilai koefisien determinasinya. Koefisien determinasi digunakan

untuk mengetahui besarnya peranan atau pengaruh variabel yang satu terhadap

variabel yang lain. Nilai koefisien determinasi diperoleh dari kuadrat nilai r’

(koefisien korelasi) dikalikan 100%. Kriteria untuk melihat besarnya hubungan

antara dua variabel dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10. Kriteria Besaran Hubungan antara Dua Variabel

No Rentang nilai Kriteria

1 r = 0,90 – 1.00 sangat kuat

2 r = 0,70 – 0,90 kuat

3 r = 0,50 – 0,70 sedang

4 r = 0,30 – 0,50 lemah

5 r = 0,00 – 0,30 sangat lemah

(Boediono & Koster, 2004)

H. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur, mengumpulkan informasi tentang model pembelajaran PBL,

materi ekosistem, penalaran ilmiah, dan sikap kesadaran lingkungan.

b. Menyusun proposal, seminar proposal, dan revisi proposal penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat untuk menjaring data.

d. Pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli, revisi apabila

ada perbaikan dan selanjutnya uji coba instrumen.

e. Merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran tipe

PBL.

f. Perbaikan/revisi instrument penelitian dan mempersiapkan izin penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

(29)

b. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol dengan perincian

sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama (di kelas eksperimen maupun kontrol) dilakukan pretes.

Kemudian setelah itu dilakukan pembagian kelompok dan pengarahan tentang

aktifitas pembelajaran yang akan dilakukan. Kelas eksperimen menggunakan

model pembelajaran tipe PBL berbasis masalah global, sedangkan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran diskusi dengan pendekatan lingkungan.

2) Pertemuan kedua merupakan sesi utama, yaitu penampilan dari setiap kelompok

untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya dan dilanjut dengan tanya jawab

untuk kelas eksperimen, dan diskusi kelompok disertai ada presentasi dari setiap

kelompok untuk kelas kontrol.

3) Pertemuan ketiga dilakukan postes untuk kedua kelas, dan khusus untuk kelas

eksperimen ada pameran sederhana mengenai hasil karya yang telah dibuat oleh

masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi

dari semua proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Pengumpulan data hasil penelitian

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Analisis dan pengolahan data hasil eksperimen.

b. Pembahasan data hasil penelitian melalui interpretasi kajian pustaka yang

menunjang.

c. Penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.

I. Alur Penelitian

TAHAP PERSIAPAN

PERIZINAN PENELITIAN

SEMINAR PROPOSAL PENYUSUNAN PROPOSAL

(30)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

JUDGEMENT DAN UJI COBA INSTRUMEN REVISI

TAHAP PENELITIAN

KONTROL

( Pretes – Diskusi dengan Pendekatan Lingkungan - Postes)

EKSPERIMEN ( Pretes - PBL Berbasis Masalah

Global - Postes)

HASIL PENELITIAN

TAHAP ANALISIS & PEMBAHASAN

TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa pada kelas

eksperimen, dengan siswa pada kelas kontrol pada materi pencemaran dan

kerusakan lingkungan, dengan rata-rata postes 66,54 untuk kelas eksperimen dan

55,61 untuk kelas kontrol. Hasil yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil

pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji U Mann-Whitney dengan nilai

signifikansi yang lebih kecil dari 0,025.

Kemudian untuk kemampuan penalaran siswa, berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua

kelompok kelas siswa, dengan rata-rata nilai postes 70,25 untuk kelompok siswa

pada kelas eksperimen, dan 56,57 untuk kelompok siswa pada kelas kontrol. Hasil

ini dapat dilihat berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji U

Mann-Whitney dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,025.

Untuk sikap kesadaran lingkungan siswa, disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

rata-rata nilai postes 41,89 untuk kelas eksperimen, dan 39,32 untuk kelas kontrol.

Hasil tersebut diambil berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan Uji t

dengan nilai signifikansi yang juga lebih kecil dari 0,025.

Berdasarkan hasil uji korelasi pada kelas eksperimen, terdapat korelasi positif

sebesar 28,09% antara variabel penguasaan konsep dan kemampuan penalaran

terhadap variabel sikap kesadaran lingkungan siswa. Sedangkan untuk kelas

kontrol, korelasi positif yang ada sebesar 2,89%. Indikator sikap kesadaran

lingkungan yang memiliki persentase paling tinggi adalah indikator peduli atau

(32)

sedangkan indikator yang paling kecil presentasenya adalah indikator komitmen

dengan nilai 63,39% untuk kelas eksperimen dan 64,28% untuk kelas kontrol.

B. Saran

Untuk memperbaiki beberapa kekurangan-kekurangan yang ada dalam

penelitian ini, maka penulis ingin memberikan rekomendasi antara lain:

1. Bagi Guru

Pembelajaran berbasis masalah-masalah global dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep, kemampuan

penalaran dan kemampuan berkomunikasi siswa. Hal yang perlu diperhatikan

adalah guru harus benar-benar memahami tahapan model pembelajaran ini, dan

mampu mengemas permasalahan dengan semenarik mungkin bagi siswa untuk

menciptakan suasana kelas yang kondusif. Selain itu, untuk penilaian aspek sikap

perlu ditambahkan dengan penilaian antar teman atau observasi langsung terhadap

peserta didik. Tentu saja hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Bagi Peneliti Lain

Saran bagi peneliti lain, antara lain: a) Peneliti harus benar-benar memahami

tahapan dari tipe pembelajaran ini dan teknik untuk menerapkannya di dalam

pembelajaran biologi; b) Penilaian aspek sikap perlu disertai dengan instrumen

yang lebih lengkap, terutama untuk menilai antar teman dan observasi langsung di

lapangan; c) Pengemasan masalah yang akan diberikan kepada siswa harus lebih

menarik dan menantang penyelidikan siswa, serta diusahakan berada pada ruang

lingkup yang lebih abstrak untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Selain itu, permasalahan yang dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran,

tidak harus selalu dimunculkan oleh guru. Mungkin apabila masalah itu muncul

dari siswa sendiri, mereka bisa lebih antusias, karena mereka yang mengalami

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Akcay, B. (2009). “Problem Based Learning in Science Education”. Journal of Turkish Science Education. 6, (1), 26-36.

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational objectives). New

York : Longman.

Arends, R. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2009) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Berthouex, P.M, dan Brown, L. (2013). Pollution Prevention and Control, 1st edition. Tersedia: www.bookboon.com.

Bilgin, I., E. Senocak, dan Sozbilir. M. (2009). “The Effect of Problem Based Learning Instruction on Students Performance of Conceptual and Quantitative

problem in Gas Concepts”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,5 (2), 153-164.

Boediono & Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi : Statistika dan Probabilitas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Cahyadi, A. (2009). Problem Solving.[online]:tersedia: http://anicahyadi.blogspot. com/2009/02/problem-solving.html [4 November 2010]

Chin, C. dan L., Chia. (2009). “Implementing Problem Based Learning in Biology”. Journal of Biological Education. 38, (2), 69-75.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Delisle, R. (1997). How to Use Problem Based Learning in The Classroom. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD) Alexandria.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., dan Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education: Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies.

(34)

Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia. (2011). Isu Lingkungan. [online]. Tersedia:www.hpli.org. [5 April 2014].

Irwanto. (2013). Kerusakan Hutan di Indonesia.[online],

tersedia:www.irwantoshut.net. [25 Februari 2014].

Ismail. (2012). Analisis Skala Sikap: Sebuah Contoh Prosedur dan Aplikasinya. [online]. Tersedia:www.ismails3ip.fkip.uns.ac.id. [27 Februari 2014]

Jones, C. (2008). Atmospheric Pollution:1st edition: Tersedia: www.bookboon .com.

Jones, C. (2013). Global Trends and Patterns in Carbon Mitigation:1st edition: Tersedia: www.bookboon.com

Karno To. (2004). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan Pendidikan Psikologi dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Keziah, A. (2010). “A Comparative Study of Problem Based and Lecture Based Learning in Secondary School Students Motivation to Learn Science”. International Journal of Science and Technology Education Research. 1, (6), 126-131.

Krathwohl, Bloom, dan Masia. (1964). Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain. New York: Longman.

Natural Resources Defense Council. (2011). An Introduction to Climate Change. [online]: Tersedia: www.nrdc.org. [7 April 2014].

Potters, G. (2013). Marine Pollution: 1st edition. Tersedia: www.bookboon.com.

Priyo, J.B. (2013). Pertumbuhan Penduduk Dunia Lampaui Prediksi. [online]. Tersedia:www.kompas.com. [24 Februari 2014].

Rustaman, N. et al (2005) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

Schulze, E.D., Beck, E., dan Hohenstein, K.M. ( 2005). Plant Ecology. Heidelberg: Springer Berlin.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

(35)

Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: MacMillan College Publishing Company.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suriasumantri, J.S. (2010). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Tan, O.S. (2006). Problem-Based Learning Pedagogies: Psychological Processes and Enhancement of Intelligences. Singapore: National Institute of Education , Nanyang Technological University.

Winarno, H. (2014). Danau Maninjau Tercemar Limbah Amoniak, 175 Ton Ikan Mati. [online]. Tersedia: www.merdeka.com [17Agustus 2014].

Wood, D.F. (2003). “Problem Based Learning”. ABC of Learning and Teaching in Medicine, vol.326. [online].Tersedia:http://www..bmj.com/content/full/326 /7384/328 [10 Juli 2011].

(36)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN (X1)

Mata pelajaran : Biologi

Kelas/tingkat : X / SMA

Semester : II (Genap)

Topik : Keseimbangan Ekosistem ( Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)

Jumlah pertemuan : 6 X 45 menit (2 kali pertemuan)

Kompetensi Inti : 3.0 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Dasar : 4.1 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.

Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia

(37)

85

4. Membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan

lingkungan

Media : LCD Proyektor dan Video

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan : Konsep dan lingkungan

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Pertemuan Pertama ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran, kemudian mengecek kehadiran

siswa dan memastikan kesiapan siswa untuk memulai

pelajaran.

2. Siswa diberikan penjelasan mengenai kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

4. Siswa diberikan soal pretes yang terdiri dari 20 soal PG, 5

(38)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

soal esai, dan 13 pernyataan skala sikap.

5. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk

mengerjakan soal pretes tersebut.

6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan semua soal dengan

rapi.

Kegiatan inti

1. Guru menampilkan video dan slide show mengenai

pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Setiap

kelompok beranggotakan 6 orang. Pengelompokkan

dilakukan secara heterogen, baik dari prestasi akademik

maupun jenis kelamin.

Tahap 1. Orientasi permasalahan kepada siswa

3. Setelah memastikan kesiapan siswa, guru memberikan

orientasi tentang permasalahan yang akan diberikan

kepada siswa.

4. Setiap kelompok siswa diberikan satu permasalahan yang

(39)

87 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

harus dipecahkan oleh kelompokknya masing-masing.

Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

5. Guru menjelaskan proses-proses dan prosedur

pembelajaran berbasis masalah secara terperinci, dan

memastikan bahwa siswa sudah memahami seluruh

dimensi dari permasalahan yang diberikan.

Tahap 3. Perencanaan kooperatif

6. Guru mengorganisasikan siswa untuk meneliti dan

membantu para siswa untuk menginvestigasi masalah

secara bersama-sama. Kemudian siswa dibimbing untuk

merencanakan aktifitas pemecahan masalahnya

masing-masing, mulai dari menetapkan sub-subtopik, tugas

investigatif, dan jadwal yang spesifik.

Tahap 4. Mengumpulkan data dan eksperimentasi

7. Siswa diberikan waktu selama satu minggu kedepan untuk

mengumpulkan informasi-informasi yang relevan dengan

permasalahan yang diberikan sampai pertemuan

(40)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Tahap 5. Mengembangka hipotesis dan memberi solusi

8. Berdasarkan informasi tersebut, siswa mengembangkan

hipotesis, merumuskan alternatif solusi, dan memutuskan

solusi yang tepat.

Kegiatan penutup

1. Guru menegaskan kembali beberapa aktifitas yang

sebelumnya telah dilakukan.

2. Siswa diberikan pengarahan untuk aktifitas pada

pertemuan selanjutnya.

3. Guru menutup pembelajaran.

10 menit

Pertemuan Kedua ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pembelajaran dan mengecek kehadiran

setiap siswa.

2. Guru mengkondisikan seluruh siswa untuk duduk per

kelompok sesuai pada pertemuan sebelumnya.

(41)

89 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

3. Guru menanyakan kesiapan siswa untuk

mempresentasikan hasil investigatifnya.

Tahap 6. Pengembangan dan Presentasi Artefak

1. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing

kelompok untuk menyampaikan hasil pencarian

investigatifnya mengenai solusi atau jawaban dari

masalah-masalah yang telah ditugaskan sebelumnya

2. Setelah salah satu kelompok mengemukakan hasil

penemuannya, guru membimbing dan mengarahkan siswa

untuk bertanya, memberikan masukan, sanggahan, atau

menguatkan pendapat kelompok yang di depan. Hal yang

sama dilakukan untuk semua kelompok, sampai semuanya

mempresentasikan hasil kegiatan investigatifnya. Dalam

proses ini, guru senantiasa memberikan umpan balik untuk

tetap menjaga antusiasme siswa selama proses

(42)

Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

3. Kemudian, setelah semua kelompok menyampaikan hasil

investigatifnya, guru kembali memberikan kesempatan

kepada semua siswa untuk menanggapi, mendukung, atau

menyanggah pendapat dari semua kelompok mana saja

yang telah mempresentasikan hasil investigatifnya.

Tahap 7. Menganalisis dan mengevaluasi proses pengatasan masalah

4. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil

investigatifnya, dan tidak ada lagi permasalahan atau

pernyataan yang muncul dari siswa, langkah selanjutnya

adalah meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran

dan kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran,

diantaranya: sejak kapan mereka mulai mencapai

pemahaman yang jelas tentang situasi masalah, dan kapan

mereka mulai merasa yakin terhadap solusi tertentu.

-Soal tes

global, siswa dapat membuat

desain karya daur ulang

limbah atau produk untuk

mengurangi tingkat

pencemaran dan kerusakan

(43)

91 Tujuan Pembelajaran

Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu Evaluasi

Kegiatan penutup

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyimpulkan poin-poin penting yang mencakup

komponen umum ekosistem dan berbagai pencemaran

atau kerusakan lingkungan akibat faktor alam maupun

akibat aktifitas manusia.

2. Guru menegaskan kembali kesimpulan pembelajaran

secara keseluruhan.

3. Siswa mengerjakan tes tulis (posttest)

4. Guru menutup pembelajaran.

65 menit

penalaran

-Skala sikap

kesadaran

lingkungan

Permasalahan untuk Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning):

1. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat, akan terus mendorong terjadinya peningkatan dan kemajuan pada berbagai bidang, khususnya

bidang industri. Hal tersebut memberikan konsekuensi yaitu meningkatnya tingkat pencemaran yang terjadi. Kondisi ini tentunya juga akan

(44)

lebih kompleks. Salah satu fenomena yang terjadi adalah pemanasan global (global warming), yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya polusi

udara. Jelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, dan berikan solusi dari permasalahan tersebut!

2. Kulit merupakan salah satu indera yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan radiasi cahaya matahari.

Salah satu upaya untuk melindungi kulit adalah dengan menggunakan krim pelindung. Hal tersebut sangatlah penting, karena saat ini jumlah

penderita penyakit kulit, terutama kanker kulit semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para ahli berpendapat bahwa kejadian ini memiliki

keterkaitan dengan meningkatnya laju penipisan lapisan ozon. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi, dan bagaimana solusi yang tepat untuk

dapat mengatasi masalah tersebut!

3. Kondisi lingkungan suatu negara sangat ditentukan oleh letak geografis negara tersebut. Indonesia memiliki letak geografis yang strategis, yaitu

diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Kondisi tersebut dapat memberikan keuntungan karena

Indonesia bisa menjadi tempat transit antara dua benua, dan juga menjadi lokasi dengan sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi, selain

memberikan keuntungan, letak geografis tersebut juga dapat memberikan dampak negatif, terutama yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan.

Belum lagi, Indonesia juga dikelilingi oleh lempengan yang membentuk Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang memiliki rangkaian gunung berapi

yang aktif. Jelaskan bencana/kerusakan alam apa saja yang berpotensi terjadi di Indonesia, dan bagaimana langkah bijak kita untuk dapat

(45)

93

4. Penduduk dunia saat ini berjumlah sekitar 7,2 miliar jiwa, dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 8,1 milyar jiwa pada tahun 2025

(Kompas.com, 2013). Pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut, harus dapat dikendalikan baik di tataran nasional maupun global, karena akan

menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang sangat serius. Selain akan menyebabkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan,

kriminalitas, dan banyaknya pengangguran; pertumbuhan penduduk yang tinggi ini dapat menyebabkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati

secara global. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi! Jelaskan pula dampak dan solusi terhadap permasalahan tersebut!

5. Hujan merupakan salah satu proses yang terdapat dalam siklus air. Melalui air hujan ini, manusia dan makhluk hidup lainnya dapat bertahan hidup,

sehingga air sering disebut “sumber kehidupan”. Akan tetapi, pada kondisi lingkungan tertentu, air hujan bukannya dimanfaatkan oleh makhluk

hidup, malah justru berbahaya jika digunakan karena mengandung asam yang tinggi. Kondisi ini biasa disebut hujan asam. Hujan asam ini selain

berbahaya jika digunakan, juga dapat merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jelaskan bagaimana hujan asam dapat terjadi! Apa saja dampak

(46)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL (X0)

Mata pelajaran : Biologi

Kelas/tingkat : X / SMA

Semester : II (Genap)

Topik : Keseimbangan Ekosistem ( Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)

Jumlah pertemuan : 6 X 45 menit (2 kali pertemuan)

Kompetensi Inti : 3.0 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Dasar : 4.1 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.

Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis, penyebab, dan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan

2. Membedakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alami dan kegiatan manusia

(47)

96

4. Membuat desain karya daur ulang limbah atau produk untuk mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan

lingkungan

Media : LCD Proyektor dan Video

Metode : Diskusi Kelompok

Pendekatan : Lingkungan dan Konsep

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

Pertemuan Pertama ( 3 x 45 menit )

Kegiatan pembuka

1. Guru membuka pelajaran dan kemudian

memperkenalkan diri.

2. Guru mengecek kehadiran siswa, sekaligus

perkenalan singkat dari siswa.

3. Guru menegaskan bahwa materi yang akan dibahas

selama kegiatan pembelajaran adalah mengenai

pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin

(48)

Tujuan Pembelajaran Khusus Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Evaluasi

dicapai.

5. Siswa diberikan penjelasan mengenai maksud dan

tujuan dari kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan

1. Batasan Umum

Ekosistem

- Komponen

Ekosistem

- Interaksi

2. Kerusakan

Lingkungan Akibat

Aktifitas Manusia

- Pemanasan

Global

- Penipisan Lapisan

Ozon

Kegiatan Inti 1

1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa akan

dilaksanakan pretes.

2. Guru mengkondisikan siswa untuk tidak bekerja

sama satu sama lain.

3. Siswa diberikan soal pretes yang terdiri dari 20 soal

PG, 5 soal esai, dan 13 pernyataan skala sikap.

4. Siswa diberikan waktu selama 60 menit untuk

mengerjakan soal pretes tersebut.

5. Setelah selesai, siswa mengumpulkan semua soal

dengan rapi.

Gambar

Tabel 3.1. Derajat Validitas Soal
Tabel 3.2. Derajat Reliabilitas Soal
Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan Konsep
Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir  Soal Kemampuan Penalaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

The results of the analysis showed ( 1) The students with a quiet large cephalic index (brachycephalic) if seen in their average result of studying microbiology there was

Masyarakat masih kurang memahami besarnya nilai ekonomi air, karena pentingnya manfaat air bagi kebutuhan hidup masyarakat, sehingga masyarakat sanggup membayar

4.3.3 Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Sarana Pendukung Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Teknik Penilaian Kelas Dalam Pembelajaran Fisika Kelas XI ” ini beserta seluruh isinya adalah

 Perancangan galeri Sumatera Utara tidak menampilkan semua daerah wisata dan kebudayaan seluruh daerah Sumatera Utara, hanya dibatasi sampai dengan. beberapa etnis, yaitu

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu

P ariwisata adalah “suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang diselenggarakan dalam jangka waktu yang pendek dari suatu tempat ke tempat

Kolam yang menghasilkan lumpur tinja adalah kolam anaerob, sedangkan lumpur yang berasal kedua kolam lainnya yaitu kolam fakultatif dan kolam maturasi, secara