MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik
Oleh
IRNI AFTRIANI 1001894
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)
Oleh
Irni Aftriani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik
©Irni Aftriani 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
IRNI AFTRIANI
MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:
Pembimbing I
DR. Dewi Suryati Budiwati, S.Sen., M.Pd., NIP. 196204221986092001
Pembimbing II
Dody M. Kholid, S.Pd., M.Sn., NIP. 197406012001121003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik
IRNI AFTRIANI, 2014
ABSTRAK
Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya
Komposisi “Menuju Kesana”) adalah judul penelitian yang mengkaji sebuah hasil kreativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat desa Jatisura.
Genteng yang dijadikan media musikal dapat dijadikan suatu gagasan yang
menarik dalam menciptakan karya musik. Penelitian ini membahas masalah penggarapan dan analisis bentuk komposisi musik genteng. Metode yang digunakan adalah deskriftif analisis melalui pendekatan kualitatif dengan bantuan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis. Data yang terhimpun dianalisis melalui teknik reduksi, display dan verifikasi data. Hasil temuan yang diperoleh dari proses penggarapan musik
genteng diawali dengan pembuatan berbagai instrumen musiknya yang
terbuat dari tanah liat kemudian terwujud sebuah ide bermusik yang dinamakan dengan musik genteng. Dari proses penggarapan tersebut menghasilkan suatu karya musik hasil kreativitas grup Hanyaterra yang berjudul komposisi “Menuju Kesana” didalamnya terdapat ide garap mengandung unsur-unsur musikal yang estetik dan artistik.
Music genteng as a musical creativity Media (Study analizes of composition "Menuju Kesana") is the title of study that evaluate a result of the creativity which was born and developed in rural communities of Jatisura. Genteng can be used as a musical media an interesting idea in creating a piece of music. This study was addressed the issue of the compose process and forms composition analysis of music genteng. The method that used is descriptive analysis of qualitative approach with the help of observation, interviews, documentation, literature and analysis system. The data collected were analyzed through reduction techniques, display and data verification. The findings obtained from the compose process music genteng begins with making the various musical instruments made from clay and then realized a musical idea called the music genteng. From the compose process to produce a piece of music creativity, Hanyaterra grup made a composition entitled
"Menuju Kesana” within idea of working on containing the elements of musical aesthetic and artistic.
IRNI AFTRIANI, 2014
F. Struktur Organisasi Skripsi... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 48
B. Desain Penelitian... 49
C. Metode Penelitian... 54
D. Definisi Operasional... 54
E. Instrumen Penelitian... 56
F. Teknik Pengumpulan Data... 57
G. Sistem Analisis... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 62
B. Pembahasan... 100
C. Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian... 120
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Musik genteng adalah sebutan musik yang lahir dari kawasan
pembuat genting atau akrab disebut genteng dalam bahasa sunda yang berada
di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi. Daerah ini merupakan daerah
pedesaan yang terletak di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Saat ini
Jatiwangi masih dikenal sebagai penghasil genteng terbesar di Indonesia,
hingga masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat industri. Dalam
keseharian masyarakatnya sebagaian besar menggantungkan hidup pada
pabrik genteng. Mulai dari pagi hingga sore hari kawasan ini sangat akrab
dengan aktivitas industrinya yang padat dalam membuat ribuan genteng
perharinya. Meskipun masyarakat desa Jatisura yang sehari-harinya bekerja
sebagai buruh pabrik pembuat genteng akan tetapi kepedulian mereka
terhadap seni sangat tinggi, baik itu seni rupa, seni musik maupun seni tari.
Salah satu contohnya dalam kreativitas bermusik, tidak lepas dari peranan
genteng sebagai instrumen musiknya, walaupun tidak semua instrumennya
menggunakan genteng akan tetapi tanah liat sebagai bahan utama pembuat
instrumennya.
Di jatiwangi sendiri tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat
berlimpah, tanah di sini sangat subur untuk menopang pertanian dan kuat
untuk dijadikan bahan pembuat genteng ataupun kerajinan tangan dari tanah
liat. Peranan tanah untuk warga Jatiwangi merupakan aspek yang sangat
penting dalam mata pencaharian warganya. Tanah di sini juga tidak hanya
dijadikan mata pencaharian yang dalam konteks dianggap pekerjaan berat
seperti buruh pabrik genteng, pengrajin keramik ataupun petani namun dapat
dijadikan sebuah kreativitas bermusik yang lahir dan berkembang di
masyarakat Jatiwangi khususnya di desa Jatisura, sehingga melahirkan
sebuah komunitas musik yang mereka buat dinamakan People Clay dan
Jatiwangi Art Factory (JAF) adalah sebuah organisasi nirlaba yang
fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan
budaya seperti: festival, pertunjukan, seni rupa, musik, tari, video, keramik,
pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan.
JAF didirikan pada 27 September 2005 oleh warga lokalnya yang bernama
Arief Yudi seorang seniman seni rupa lulusan ITB. Sejak tahun 2008 JAF
bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan
penelitian dengan melibatkan kesenian yang kolaboratif dan saling
berhubungan. JAF mempunyai Program Festival Video Residensi yang
diadakan satu tahun sekali, Festival Seni Residensi dua tahun sekali dan
Festival Musik Keramik tiga tahun sekali yang banyak mengundang seniman
dari berbagai disiplin ilmu dan Negara untuk tinggal, berinteraksi,
bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan masyarakat Jatiwangi,
serta merumuskan dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan
dikabarkan kepada semua orang.
Berdasarkan temuan data di lapangan, tahun 2007 tiga pemuda asal
desa Jatisura, Jatiwangi yakni Tedi Nurmanto, Ahmad Thian Vulthan, dan
Wahidin Agustino memulai untuk mengeksplorasi tanah menjadi sebuah
musik, mencoba mengeksplorasi genteng menjadi berbagai instrumen musik,
diantaranya instrumen genteng atau gamelan genteng yakni genteng yang
dibentuk menjadi sebuah nada namun masih belum jelas scale atau tangga
nadanya, mereka hanya membuat nada sesuai kebutuhan lagu fungsinya
sebagai alat perkusi bernada, alat perkusi lainnya yakni ada broke tile atau
pecahan genteng dan ceramics bowl. Ceramics bowl yang dalam bahasa
Indonesia adalah mangkok keramik merupakan alat perkusi bernada,
ceramics bowl ini ada yang berukuran besar ataupun kecil, untuk mangkok
yang berukuran kecil suaranya lebih tipis dan cenderung tinggi dan yang
berukuran besar suaranya lebih tebal. Selain itu mereka juga membuat gitar
genteng dan bass genteng yakni sebuah genteng yang dipasang neck gitar
bersenar 12 dan bass genteng 4 senar, sada tanah yang berarti suara tanah
dengan cara dipukul oleh telapak tangan. Selain itu terdapat instrumen musik
suling tanah atau okarina, alat musik ini mengadaptasi dari berbagai
kebudayaan bangsa afrika, china, mexico. Menurut sejarah alat musik ini
diyakini telah ada sejak zaman batu atau sekitar 12000 tahun lalu, dibunyikan
dengan cara ditiup, di Jatiwangi sendiri okarina telah ada cukup lama
digunakan untuk mengusir hama padi.
Dari berbagai instrumen yang diciptakan memang tidak semuanya
berbentuk genteng, namun musik yang lahir dari desa Jatisura ini mempunyai
sebutan tersendiri yakni musik genteng. Mereka menamai musik genteng
dikarenakan mereka ingin membuat penandaan bahwa Jatiwangi yang
terkenal dengan produksi gentengnya, dapat terkenal pula melalui musiknya
tanpa menghilangkan ciri khas dari Jatiwangi itu sendiri. Dari segi kreativitas
pula warga desa Jatisura dapat mengambil peluang yang unik dengan
memanfaatkan apa yang dekat dengan lingkungan mereka, genteng yang
fungsinya sebagai atap rumah, dapat beralih fungsi menjadi alat musik baru
dan orisinil.
Hingga sekarang mereka selalu aktif dalam mencipta berbagai karya
musik genteng dan banyak melibatkan warga desa dalam proses
berkeseniannya. Sehingga, melahirkan sebuah grup musik atas naungan JAF
musik yang bernama People Clay. People Clay adalah sebuah rumah atau
wadah bermusik untuk warga desa Jatisura yang ingin berkesenian melalui
musik, merupakan sebuah grup muara yang menyatukan berbagai elemen
masyarakat melalui proses bermusik, siapa saja boleh ikut dalam grup ini.
Dari People Clay ini banyak melahirkan grup-grup musik genteng lainnya
seperti Hanyaterra, Tarling Padi, Sada Tanah Kids, Goodafternoon,
Sadatanah Percusiont, Genteng-Genteng Ensemble dan lain – lain.
Dalam proses eksplorasi alat musik baru, peneliti tertarik dengan
kegiatan berkesenian yang dilakukan oleh warga desa Jatisura yang tergabung
dalam grup musik Hanyaterra, grup tersebut mengolah berbagai macam
instrumen musik dari segi bunyi atau bentuk alat musik yang berasal dari
bass, sehingga memimbulkan kesan yang sangat unik terdengar pada hasil
karya musiknya salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju
Kesana”. Komposisi tersebut dalam permainannya menggunakan teknik
minimalis prosesual yang berarti gaya musik dengan perubahan motif sedikit
demi sedikit sehingga didapat sebuah komposisi musik secara utuh.
Kelompok bunyi-bunyian dalam ruang waktu musik tersebut diolah dalam
berbagai motif tabuhan minimal dengan perubahan-perubahan tekstur bunyi
atau level pola ritmik dan sering terdapat pengulangan-pengulangan motif
yang cenderung prosesual, sehingga mengghasilkan bunyi-bunyian yang
terkesan unik dan berbeda yang dihasikan dari berbagai instrumen musik
yang berasal dari tanah digabungkan dengan instrumen musik elektrik secara
minimalis prosesual.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengungkapkan
bagaimana proses kreativitas musik genteng lahir dan berkembang dikalangan
masyarakatnya, sehingga terwujud sebuah karya komposisi musik berjudul
“Menuju Kesana” maka dari itu peneliti mengambil judul “Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi
“Menuju Kesana”)”. Dengan harapan hasil temuan penelitian dapat berdaya guna untuk dijadikan referensi bagi khasanah pendidik seni terutama dapat
dijadikan inspirasi atau stimulus dalam berkreasi musik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data di lapangan sebagai sentral pembuat genteng,
Jatiwangi pernah menapaki tangga kejayaan puncaknya periode 1980-1990an.
Jatiwangi pernah memiliki 320 pabrik pembuat genteng dan krisis ekonomi
1998 telah menerjang kejayaan itu. Biaya dan ongkos produksi semakin
melambung satu persatu pabrik genteng pun mengalami kebangkrutan dan
kini tinggal separuhnya. Ditengah keterpurukannya, mereka masih tetap
berekplorasi salah satunya dengan bermusik, karena menurut wawancara saya
anggota dari grup musik genteng Hanyaterra yakni Ahmad Thian Vultan,
beliau berkata “Inspirasi itu tidak jauh dari torehan kepala kita, kita tinggal di Jatiwangi, daerah kita kawasan industri genteng, kenapa tidak kita tidak berbuat sesuatu yang baru, salah satunya dalam bermusik”. Hal tersebut yang melatarbelakangi musik genteng terbentuk.
Genteng sebagai inspirasi musikal sangat menarik peneliti untuk lebih
menggali ide-ide kreatif warga dalam proses penggarapan musiknya sehingga
terbentuknya musik yang mereka namakan dengan musik genteng. Warga
desa yang sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik,
musik genteng inilah dapat menjadi alternatif kegiatan yang dapat menambah
penghasilan serta media untuk bersiraturahmi dan berkumpul berbagai
elemen masyarakat. Media genteng dan intrumen musik tanah lainnya yang
dituangkan dalam bentuk musik ini tergolong unik dan menarik bagi peneliti.
Warga desa Jatisura dapat mengambil peluang dengan menfaatkan atau
berekplorasi dengan apa yang ada di sekitar mereka dan menjadikan sebagai
kreativitas bermusik.
Genteng atau tanah yang dijadikan media untuk bermusik dalam
proses pembuatan alat musiknya dibutuhkan kepekaan atau sensitifitas nada
seorang pembuatnya. Jika media tersebut sudah menjadi alat musik
dibutuhkan konsep yang menjadi aspek musikalnya seperti komposisi dalam
musiknya. Dalam pengggarapan musik genteng, salah satu grup musik
genteng Hanyaterra membuat komposisi musik terinspirasi dari kehidupan
kawasannya sendiri yakni kawasan industri genteng. Komposisi musik yang
menghasilkan warna bunyi yang berbeda serta konsep visual yang terinspirasi
dari sebuah pabrik genteng merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi
peneliti untuk menganalisis bentuk komposisi musiknya dalam pengarapan
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dikaji terkait dengan bagaimana musik genteng
sebagai media kreativitas bermusik? yang fokus pengkajiannya lebih
diarahkan pada (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”). Secara
operasional rumusan tersebut pembahasannya difokuskan pada hal-hal yang
menjadi pertanyaan penelitian yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media
kreativitas bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup
musik Hanyaterra?
2. Bagaimana bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup
musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan masalah tentang musik genteng sebagai media kreativitas
bermusik (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
menjawab semua permasalahan yang ada pada penelitian. Berikut adalah
tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
a. Proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas
bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik
Hanyaterra.
b. Bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup musik
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini hasil yang akan tercapai dapat bermanfaat untuk
beberapa kalangan, diantaranya:
a. Peneliti
Untuk meningkatkan ide-ide kreatif dalam bermusik serta dapat
mengetahui proses dari suatu keativitas yang lahir dan berkembang di
masyarakat.
b. Jurusan Pendidikan Seni Musik
Sebagai dokumentasi untuk menambah perbendaharaan data mengenai
kreativitas musik baru yang lahir dan berkembang.
c. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
referensi kapada masyarakat dalam menciptakan peluang dari apa yang
ada di lingkungan sekitar mereka yang dapat dijadikan suatu kreativitas.
d. Seniman
Untuk lebih mengasah kreativitas dalam berkarya musik baru.
e. Grup Musik Genteng (Hanyaterra)
Supaya lebih menggali ide-ide kreatif lain dalam menggarap musiknya.
Serta menjadikan bahan evaluasi dalam menciptakan karya musik.
F. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian awal skripsi yang
meliputi bahasan tentang: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur
Organisasi Penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA sebagai pisau bedah untuk
mengungkapkan permasalahan tentang: Kreativitas, Komposisi Musik, Proses
Garap, Genteng, Analisis Musik, Musik Minimalis serta Peneliti Terdahulu.
BAB III METODELOGI PENELITIAN sebagai pedoman atau teknis
Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,
Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN untuk
mendeskripsikan terkait rumusan penelitian, meliputi: Grup Musik
Hanyaterra, Pengarapan Musik Genteng, Bentuk Komposisi “Menuju
Kesana”, serta Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di Jalan Makmur No 604 RT/RW 01/08 Desa
Jatisura Kecamatan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat.
2. Subjek
Penelitian ini lebih difokuskan kepada grup musik Hanyaterra, yang
beranggotakan yakni Tedi Nurmanto sebagai lead guitar, Ahmad Thian
Vulthan sebagai percusionist, dan Bayu Edmada sebagai bassis. Serta
masyarakat sekitar yang juga terlibat dalam proses berkesenian musik
genteng dengan mendeskipsikan tentang penggarapan musik genteng serta
analisis karya musik yang dihasilkan salah satunya terwujud pada komposisi
“Menuju Kesana”.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian dibuat agar proses penelitian lebih terstruktur dan
memiliki tahapan-tahapan serta prosedur yang jelas. Dalam proses penelitian
ini, ada beberapa langkah dalam melakukan proses penelitian berdasarkan
prosedur yang dilaksanakan di lapangan yang membentuk suatu desain
penelitian, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Langkah awal sebelum pelaksanaan, diantaranya yaitu: Observasi awal,
merumuskan masalah dan menentukan paradigma penelitian.
2. Langkah dalam pelaksanaan penelitian, diantaranya: Observasi,
wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis.
3. Langkah akhir, tentang kegiatan: Reduksi data, display data, verifikasi
dan kesimpulan.
Gambar 3.2
Bagan di atas dijelaskan secara rinci sesuai dengan
langkah-langkahnya, sebagai berikut :
1. Langkah Awal
a. Observasi Lapangan
Awalnya peneliti tertarik dengan siaran televisi yang menyiarkan
tentang “sosok inspiratif minggu ini” yang disiarkan disalah satu stasiun TV
nasional. Sosok inspiratif itu merupakan tiga pemuda asal Jatiwangi yang
bermusik melalui sebuah genteng. Peneliti tertarik dengan alat musiknya yang
inspiratif itu datang dari daerah kelahiran peneliti yakni di Kabupaten
Majalengka, tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sosok inspiratif itu ada di
Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, maka dari itu
peneliti langsung melakukan observasi awal dengan mendatangi lokasi
penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki keyakinan tentang
keberadaan kelompok musik genteng, serta keingintahuan peneliti mengenai
instrumen musiknya dan melihat langsung gambaran umum mengenai
kreativitas musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura tersebut.
b. Kajian Teori
Setelah melakukan observasi awal, peneliti menentukan pokok
permasalahan dengan mencari literatur dari skripsi yang sudah ada tentang
kreativitas yang lahir dari masyarakat serta penggarapannya. Serta berbagai
kajian teori tentang kreativitas, komposisi musik, analisis musik dan genteng.
Dalam tahap ini peneliti berhasil menentukan judul penelitian dan mencari
gambaran masalah yang akan diteliti, selain itu dilakukan pengumpulan data
melalui kajian empirik yang diperoleh dari grup Hanyaterra dalam berkarya
musik.
c. Merumuskan Masalah
Setelah peneliti melakukan observasi awal dan mencari gambaran dari
judul skripsi yang akan dibuat, peneliti menentukan permasalahan yang akan
diteliti dan menjadi suatu rumusan masalah. Adapun masalah yang dikaji
yakni merujuk kepada proses kreativitas warga desa Jatisura dalam
penggarapan musik genteng dan analisis karya musik hasil dari kreativitas
bermusik tersebut.
d. Menentukan Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, karena
penelitian ini meneliti tentang sebuah kreativitas yang lahir di masyarakat dan
merupakan sesuatu yang nyata yang ada di lapangan, sehingga paradigma
kualitatif sering disebut paradigma naturalistik. Paradigma ini digunakan
untuk mendapatkan data-data yang asli dan ada dilapangan artinya data yang
pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, literatur dan
dokumentasi.
e. Menyusun Instrumen
Dalam tahap ini peneliti menyusun berbagai instrumen penelitian
berupa observasi, pedoman wawancara dan pendokumentasian terkait hal
yang akan diteliti.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian langkah-langkah yang diambil
sebagai berikut:
a. Aplikasi Instrumen
Pada tahap ini peneliti mengaplikasikan berbagai instrumen yang akan
dilaksanakan pada penelitian diantaranya menggunakan pedoman observasi,
wawancara dan pendokumentasian.
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dilakukannya observasi dilapangan, untuk mencari informasi terkait
penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada narasumber yang berkaitan langsung
dengan permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data-data hasil
penelitian terkait berbagai foto, video, maupun audio terkait penelitian.
4. Studi literatur
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan teori-teori yang mendukung
dan berhubungan dengan penelitian. Studi literatur ini sangat besar
manfaatnya yaitu untuk mengetahui lebih rinci dan memberikan
gambaran serta kerangka berfikir, khususnya menjadi referensi relevan
yang berasal dari teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang
5. Sistem Analisis
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana cara
menganalisis sebuah karya musik.
c. Proses Pertunjukan Musik Genteng
Pada proses ini dilakukan pengkajian tentang penggarapan musik yang
dilakukan oleh warga Jatisura yang tergabung dalam grup hanyatera serta
meminta data dokumentasi berupa video rekaman karya musik genteng yang
telah dihasilkan salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju
Kesana” untuk dianalisis musiknya, sehingga mendapatkan data-data yang diinginkan terkait penelitian.
3. Langkah Akhir
Data yang diperoleh dari lapangan diolah melalui kegiatan analisis
dengan tahapan reduksi data, display data, verifikasi data. Setelah
mendapatkan data-data dari lapangan, data tersebut dikumpulkan selanjutnya
dilakukan proses reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya.
Reduksi data disini merupakan cara agar data-data yang masuk menjadi
laporan merupakan data yang terpilih yang memiliki keterkaitan dengan topik
penelitian. Dalam reduksi data, dilakukan proses pengelompokan data sesuai
dengan jenis data yang didapatkan. Pengelompokan data bertujuan agar data
yang didapat lebih mudah untuk dipelajari sesuai dengan jenisnya. Setelah
kegiatan mereduksi data langkah selanjutnya adalah proses display data agar
mempermudah pehaman terhadap hasil penelitian. Proses terakhir dari
kegiatan analisis data yaitu proses verifikasi data, kegiatan ini merupakan
proses melihat kembali apakah hasil penelitian sudah sesuai dengan topik
penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan agar mempermudah penarikan
kesimpulan.
Setelah semua hasil penelitian dilapangan selesai, langkah selanjutnya
adalah tahap pelaporan dengan mendeskripsikan apa yang telah didapat dari
C. Metode Penelitian
Untuk mengkaji sebuah penelitian, metode merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif analisis dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif
disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, karena data
yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif dan merupakan data yang
bisa dideskripsikan sesuai keadaan sesungguhnya atau fakta dilapangan.
Metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu
mendeskripsikan data-data penelitian di lapangan mengenai informasi dari
hasil Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis
Karya Komposisi “Menuju Kesana”). Semua data yang terkumpul dilakukan
proses analisis terperinci. Metode deskriptif analisis tidak hanya memaparkan
atau menggambarkan objek penelitian, tetapi juga disertai penafsiran data
yang terkumpul mengenai proses dari sebuah kreativitas yang lahir yakni
musik genteng.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah-istilah dalam
penelitian skripsi ini, yaitu:
1. Kreativitas
Kreativitas adalah adalah proses pengungkapan yang akan melahirkan
satu inovasi. Inovasi itu karena ditemukan oleh manusia yang hidup
bermasyarakat, berorientasi kepada kepentingan masyarakat. (Kayam,
Umar 1981, hlm 47).
2. Komposisi
Kata komposisi yang berasal dari kata kerja bahasa Jerman komponieren
(latin componere, Itali comporre, inggris to compose) pertama kali
(1749-1832) untuk menandai cara-cara mengubah (komponier-ern) musik pada
abad-abad sebelumnya (abad ke-15 sampai 17), dimana suara atau lagu
utama akan diikuti oleh susunan suara-suara atau lagu lainnya yang
dikoordinasikan, ditata, atau dirangakai dibawah (berdasarkan) lagu
utama yang disebut cantus. Komponieren dengan demikian adalah
pekerjaan mengatur, menyusun, menata, merangkai (bahasa awam:
ngotak-atik) berbagai suara atau nada-nada yang mengacu kepada lagu
atau melodi utama yang disebut cantus (para pembuat ilustrasi musik
distudio rekaman sering mengatakan ‘musik dasar’). Dari musik dasar itu
kemudian kita kenali sebagai motif, tema, lagu, melodi utama, dan
sebagainya. Hardjana (2003, hlm. 79).
3. Genteng
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, genteng atau dalam bahasa
indonesia disebut genting adalah benda yang dipakai sebagai atap rumah
(terbuat dari tanah liat dicetak sedemikian rupa kemudian dibakar).
(Kamisa 1997, hlm. 200).
4. Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
(Sadiman, Arif 2005, hlm. 6).
5. Analisis
Analisis adalah the study of the form and structure of music.
Dijelaskan bahwa analisis adalah kajian tentang bentuk dan struktur
musik. Hal Leonard’s Poket Music Dictionary, (1993, hlm 12).
6. Komposisi “Menuju Kesana”
“Menuju Kesana” adalah salah satu karya musik yang diciptakan oleh grup Hanyaterra melalui kegiatan bermusik genteng, yakni sebuah
komposisi musik yang menghadirkan warna suara yang berbeda dengan
karya musik lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada
instrumen musiknya yang terbuat dari tanah liat. (wawancara grup
E. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman
pada observasi, pedoman wawancara serta dokumentasi yang merujuk pada
rumusan masalah tentang materi penelitian, metode dan langkah-langkah
proses penggarapan musik genteng. Ketiga permasalahan ini bisa berkembang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi, sifat dari instrumen penelitian ini
bersifat fleksible dan secara rinci permasalahannya disusun dalam bentuk draf
pertanyaan penelitian yang dipaparkan pada pedoman wawancara.
Wawancara adalah kegiatan interaksi yang dilakukan untuk mengumpulkan
data atau informasi dari narasumber yang memiliki keterkaitan dengan objek
penelitian. Alat bantu yang digunakan berupa lembar pertanyaan yang
digunakan untuk mengungkap data secara kualitatif.
Selain wawancara, observasi dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati
secara langsung proses penggarapan musiknya. Peneliti melakukan observasi
awal pada tanggal 28 maret 2014 dengan mendatangi lokasi penelitian. Hal
ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran umum mengenai kreativitas
musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura, tentang keberadaan grup
musik genteng ataupun instrumen musiknya. Subjek dalam observasi ini
adalah grup musik genteng Hanyaterra.
Serta dilakukan pula kegiatan pengambilan dokumentasi, yang
bertujuan untuk membantu melengkapi data penelitian. Adapun kegiatan
pengambilan dokumentasi yang dilakukan ialah melakukan pengambilan
gambar berupa foto, video dan audio saat penelitian berlangsung.
Pengambilan dokumentasi bertujuan untuk menganalisis data yang telah
didapatkan. Kegiatan ini dilakukan pada saat wawancara dan observasi Hari
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:
1. Observasi
Observasi yang dilakukan merupakan observasi dimana peneliti
berperan sebagai pangamat dan pencari data atau melakukan observasi
mengenai proses penggarapan musik genteng. Peneliti datang ke lokasi
penelitian kemudian mengamati terkait penggarapan musik genteng dan
mencatat data yang diperoleh dilapangan kemudian diidentifikasi. Peneliti
melakukan observasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses
kreativitas yang lahir dan berkembang dimasyarakat Jatisura tersebut.
Obervasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 di sebuah studio
yang mereka buat sendiri untuk latihan bermusik. Data yang didapat adalah
mengenai gambaran tentang keberadaan pelaku kesenian bermusik genteng
serta informasi mengenai awal mula terbentuknya musik yang mereka
namakan dengan musik genteng, dengan mengumpulkan data dari grup musik
genteng Hanyaterra selaku grup yang jadi subjek penelitian serta Arief Yudi
pendiri Jaf.
Adapun Observasi dilakukan dengan menyesuaikan jawdal yang
narasumber buat, diantaranya:
a. Observasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014. Peneliti
melakukan observasi untuk mengetahui gambaran tentang keberadaan
pelaku berkesenian musik genteng untuk dijadikan bahan untuk
penelitian.
b. Observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 26 Juli 2014. Peneliti
melakukan observasi langsung kepada narasumber terkait penggarapan
musik genteng dan berbagai informasi mengenai grup musik Hanyaterra.
c. Observasi ketiga dilakukan pada hari Selasa, 5 Agustus 2014. Peneliti
melakukan observasi untuk mengetahui proses pembuatan alat musik
genteng dengan ditunjukannya berbagai video dokumentasi narasumber
kreativitas warga Jatisura yang tergabung dalam grup Hanyaterra yakni
berupa karya musik “Menuju Kesana”.
d. Observasi keempat dilakukan pada hari sabtu, 27 september 2014.
Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui berbagai informasi
terkait cara penggarapan karya “Menuju Kesana” dengan menafsirkan flashback tentang penggarap karyanya, di sini narasumber memberikan
gambar-gambaran yang dilakukan pada karya tersebut.
Observasi dilakukan hanya empat kali dikarenakan peneliti rasa,
data-data yang terkumpul sudah memenuhi kebutuhan terkait penelitian serta dapat
menjawab berbagai rumusan masalah terkait penelitian.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan
yang ingin diteliti, tetapi juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Peneliti mewawancarai orang yang terlibat langsung dalam
proses penggarapan musik genteng, diantaranya grup musik hanyaterra dan
pendiri Jaf. Wawancara dilakukan dengan konteks pertanyaan dan jawaban,
pertanyaan disiapkan oleh peneliti berupa pertanyaan yang jawabannya akan
menjadi data deskriptif. Hasil dari wawancara akan berpengaruh terhadap
hasil penelitian. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan tempat yang sama
dengan kegiatan observasi. Adapun kegiatan wawancara ini yaitu mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai awal mula atau latar belakang terbentuknya
grup musik genteng, proses penggarapan musiknya, latarbelakang
penggarapan karya “Menuju Kesana” proses pembuatan instrumen yang
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti fisik dari hasil pengamatan peneliti
yang berbentuk foto, video dan audio. Dari semua data yang didapat,
dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah oleh peneliti.
Dokumentasi berupa foto dilakukan pada saat observasi dan wawancara,
diantaranya mengambil gambar alat musik yang digunakan dalam
penggarapan musik genteng, merekam wawancara dengan narasumber
berbentuk audio rekaman, mengambil dokumentasi narasumber berupa video
hasil karya musik mereka salah satunya karya yang berjudul “Menuju
Kesana” untuk dianalisis peneliti dalam menjawab rumusan masalah
penelitian. Dokumentasi video tersebut didapat langsung dari grup musik
hanyaterra. Dalam pendokumentasian peneliti menggunakan kamera digital
untuk mendapatkan data berupa foto–foto, video dan audio sebagai bahan
penelitian.
Gambar 3.3
Peneliti sedang melakukan wawancara dengan kang Tedi “ Lead Guitar
4. Studi literatur
Studi literatur digunakan hanya untuk mendukung teori yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya buku komposisi
musik yakni Corat-Coret Musik Komtemporer oleh Suka Hardjana tahun
2003, dalam buku ini peneliti mengambil literatur tentang komposisi musik.
Buku Ilmu Bentuk Musik oleh Karl Edmund Prier SJ. Tahun 2004, peneliti
mengambil literatur dalam buku ini tentang ilmu bentuk musik dan analisis
musik. Buku Ilmu Melodi oleh Dieter Mack. Tahun 1995, peneliti mengambil
literatur tentang pengertian melodi dan komponen-komponen pendukung
unsur-unsur musik. Buku Harmoni 1 oleh Sugeng Syukur tahun 2009 dan
pengantar harmoni Pono Banoe tahun 2003, peneliti mengambil literatur
tentang komponen-komponen dasar pembentuk harmoni musik. Buku ilmu
Bangunan gedung oleh Supribadi tahun 1993, peneliti mengambil literatur
tentang pengertian genteng serta jenis-jenis genteng. Buku Seni, Tradisi,
Masyarakat oleh Umar Kayam tahun 1981, peneliti mengambil literatur
tentang kreativitas dan dari berbagai pakar dalam skripsinya Dimas).
Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan II tahun 2003 peneliti
mengambil literatur garap. Buku Sejarah Musik Barat Jilid 2 dan 4 oleh
McNeill (1998) dan Mack (2004). Peneliti mengambil literatur tentang musik
minimalis.
5. Sistem Analisis
Dari analisis video rekaman hasil dari kreativitas warga desa Jatisura
yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, peneliti mengambil sample
karya komposisi musik yang berjudul “Menuju Kesana”. Karya tersebut dapat
dilihat dari struktur dan bentuk komposisinya, terdapat unsur-unsur musik
yang dapat dianalisis, yang terdiri dari ritmik, melodi, birama, tempo,
dinamika, timbre, motif, dan sebagainya. Untuk membedah kesemuanya itu
peneliti mengacu pada sistem analisis yang bersifat parametris dan non
parametris dalam menganalisis komposisi tersebut, hal tersebut dijadikan
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data yang terkumpul dari hasil
penelitian sudah disederhanakan. Kemudian disesuaikan dengan buku
literatur serta hasil dokumentasi yang menunjang, sehingga dapat
mendapatkan kesimpulan dari pokok permasalahan penelitian yang sedang
diteliti. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengklasifikasian analisis
data baik itu sebelum, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Data
dikategorikan sesuai dengan pola data dari hasil penelitian, kemudian
dilakukan tahap pengambilan kesimpulan data untuk memastikan kembali
dan menyimpulkan data yang telah terkumpul. Analisis data yang dilakukan
berupa:
a. Reduksi Data
Kegiatan ini merupakan langkah awal dari kegiatan menganalisis data
hasil penelitian. Kegiatan reduksi data merupakan kegiatan merangkum
data dari berbagai aspek permasalahan yang diteliti. Data yang diambil
peneliti adalah data dari proses penggarapan musik genteng dan
mengambil video rekaman hasil karya musik dari grup Hanyaterra untuk
dianalisis bentuk komposisi musiknya.
b. Display Data
Langkah selanjutnya yaitu display data dari hasil kegiatan mereduksi data
dari seluruh data-data yang terkumpul secara jelas dan singkat. Data yang
terkumpul dan telah melewati proses reduksi, baik berupa foto, audio,
video dan literatur yang mendukung tekait rumusan masalah, semuanya
disajikan dalam bentuk deskripsi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah terkumpul dan
mengambil kesimpulan.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data
Setelah penelitian selesai maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil
penelitian, data-data yang diperoleh peneliti dipelajari kembali. Setelah
data tersebut dipelajari kembali maka dilakukan pengolahan data untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Musik genteng sebagai media kreativitas bermusik (Studi Analisis
Karya Komposisi “Menuju Kesana”) merupakan sebuah kreativitas yang lahir
dan berkembang di masyarakat desa Jatisura terwujud dengan adanya musik
yang mereka namakan dengan musik genteng, dalam penggarapan musik
genteng tidak lepas dari mengekplor bunyi-bunyian dari instrumen yang
terbuat dari tanah liat seperti genteng, kramik dan kerajinan tangan lainnya,
proses penggarapan instrumennya lebih kepada mengolah tanah untuk
dijadikan berbagai instrumen musik, sedangkan dalam proses penggarapan
karya musik, salah satu warga yang tergabung dalam grup Hanyaterra
menciptakan ide bermusiknya dari suatu konsep visual yakni sebuah genteng
dan kawasannya sendiri, sehingga dari proses penggarapan musik genteng
tersebut menghasilkan sebuah karya komposisi yang berjudul “Menuju
Kesana”.
Komposisi “Menuju Kesana” merupakan sebuah karya yang
menghadirkan warna suara atau timbre yang berbeda dengan karya musik
lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada instrumen musiknya
yang terbuat dari tanah liat. Instrumen musik dari tanah liat berupa gamelan
genteng, ceramics bowl, broke tile, sada tanah dan okarina mempunyai kesan
yang unik dalam permainan warna bunyi yang dihasilkan setiap instrumennya
yang digabung dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan bass. Pada
karya ini di bagian awal merupakan sebuah tema yang diusung untuk
menandakan musik mereka memang musik yang hadir dari tabuhan-tabuhan
genteng dan kramik namun setelah gitar dan bass bermain tema tersebut
menjadi hilang didominasi oleh suara instrumen elektrik. Pada karya ini lebih
kepada pengolahan motif yang diulang-ulang pada setiap bar ataupun frase
Secara keseluruhan komposisi “Menuju Kesana” terbagi atas III
bagian pada struktur dan bentuk komposisinya. Pada bagian pertama
instrumen ceramics bowl merupakan sebuah motif dasar pada karya tersebut,
dan instrumen lainnya menambahkan bunyi dengan perubahan pola tabuhan
sedikit demi sedikit secara konsep minimalis prosesual dalam permainannya.
Bagian II lebih didominasi oleh suara gitar hingga intrumen gamelan genteng
tidak terdengar dan Bagian III lebih kepada membuat harmonisasi bunyi yang
dimainkan berbagai instrumennya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis ingin
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Warga Desa Jatisura yang merupakan daerah penghasil kreativitas ini agar
terus menciptakan ide-ide dari apa yang ada di sekitar lingkungannya,
terus menggali berbagai ide atau alternatif lain dalam menciptakan
peluang berkreasi menuju lebih baik lagi.
2. Jatiwangi Art Factory (JAF) yang merupakan komunitas penampung
berbagai kegiatan warganya agar terus aktif melakukan berbagai kegiatan
yang bermanfaat bagi daerahnya dan warganya.
3. Grup Musik Hanyaterra agar terus aktif menciptakan berbagai karya
musik yang tidak melupakan ciri dari musik genteng tersebut, lebih
mengekplorasi berbagai instrumen genteng yang dibuat untuk
penggarapan musik bergenre apapun atau memperkaya musik yang
digarap dari berbagai jenis musik tradisi ataupun barat.
4. Kepada pembaca, peneliti menyarankan dalam membaca atau
menginterpretasikan isi penelitian agar tidak menutup kemungkinan untuk
lebih mengembangkan interpretasinya terhadap kreativitas khususnya
dalam bermusik.
5. Untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian selanjutnya diharapkan
ada tidak lanjut dari penilaian hasil penelitian sehingga dapat
IRNI AFTRIANI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Cetakan ke-1. Yogyakarta: PT. Kanisius. Banoe, Pono. (2003). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: PT.
Kanisius.
Fitrikasari, Melsya. (2012). Analisis Lagu “Hai Becak” karya ibu Soed. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firdaus Rejki, Yudistitra. (2011). Analisis Komposisi Musik “Two Pages”
Karya Philip Glass. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cetakan pertama. Surabaya: PT. Kartika.
Kayam, Umar. (1981). Seni,Ttradisi , Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Sinar Harapan.
Opera” Karya Andrew Lloyd Webber Aransemen Ed Lojeskk. Skripsi
S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Prier, Karl-Edmund. (2004). Ilmu Bentuk Musik. Cetakan ke-2. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.
Rohidi, Tjetjep. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Cetakan pertama. Bandung: PT. Accent Graphic Communication.
Rasyid, Fathur. (2010). Cerdaskan Anakmu Dengan Musik!. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Diva Press.
Sadiaman, arif. (2005). Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Supribadi, IK. (1993). Ilmu Bangunan Gedung. Bandung : PT. CV. Armico. Sugiharti, Susi. (2011). Kreativitas Ahmad Greg Dalam Karya Musik
“Rantung Raeg” Di Singaparna Tasikmalaya. Skripsi S1 pada FPBS
IRNI AFTRIANI, 2014
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.
Supanggah, Rahayu.(2009). Bothekan Karawitan II. Surkarta: PT. Isi Press Surakarta.
Syukur, Sugeng dkk. 2009. Harmoni 1. Cetakan pertama. Bandung: PT. CV. Bintang WarliArtika.
Wijoyo Indro, Dimas. (2013). Kreativitas Musik Dodog Kodir Dalam
mengolah Ide-ide Musikal melalui Pemanfaatan Barang Bekas Dalam Upaya Menciptakan Alat Musik Baru. Skripsi S1 pada FPBS UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Sumber Website (Internet)
Akusmatik [online] Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Akusmatik [12 September 2014].
Genteng [online] Tersedia:http://genteng-abadi.blogspost.com [26 Juli 2014]
Interloking [online] Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Hocket [1 Sepetember 2014]
Minimalism Music [online]