• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik

Oleh

IRNI AFTRIANI 1001894

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

Oleh

Irni Aftriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik

©Irni Aftriani 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IRNI AFTRIANI

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

DR. Dewi Suryati Budiwati, S.Sen., M.Pd., NIP. 196204221986092001

Pembimbing II

Dody M. Kholid, S.Pd., M.Sn., NIP. 197406012001121003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik

(4)

IRNI AFTRIANI, 2014

ABSTRAK

Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya

Komposisi “Menuju Kesana”) adalah judul penelitian yang mengkaji sebuah hasil kreativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat desa Jatisura.

Genteng yang dijadikan media musikal dapat dijadikan suatu gagasan yang

menarik dalam menciptakan karya musik. Penelitian ini membahas masalah penggarapan dan analisis bentuk komposisi musik genteng. Metode yang digunakan adalah deskriftif analisis melalui pendekatan kualitatif dengan bantuan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis. Data yang terhimpun dianalisis melalui teknik reduksi, display dan verifikasi data. Hasil temuan yang diperoleh dari proses penggarapan musik

genteng diawali dengan pembuatan berbagai instrumen musiknya yang

terbuat dari tanah liat kemudian terwujud sebuah ide bermusik yang dinamakan dengan musik genteng. Dari proses penggarapan tersebut menghasilkan suatu karya musik hasil kreativitas grup Hanyaterra yang berjudul komposisi “Menuju Kesana” didalamnya terdapat ide garap mengandung unsur-unsur musikal yang estetik dan artistik.

Music genteng as a musical creativity Media (Study analizes of composition "Menuju Kesana") is the title of study that evaluate a result of the creativity which was born and developed in rural communities of Jatisura. Genteng can be used as a musical media an interesting idea in creating a piece of music. This study was addressed the issue of the compose process and forms composition analysis of music genteng. The method that used is descriptive analysis of qualitative approach with the help of observation, interviews, documentation, literature and analysis system. The data collected were analyzed through reduction techniques, display and data verification. The findings obtained from the compose process music genteng begins with making the various musical instruments made from clay and then realized a musical idea called the music genteng. From the compose process to produce a piece of music creativity, Hanyaterra grup made a composition entitled

"Menuju Kesana” within idea of working on containing the elements of musical aesthetic and artistic.

(5)

IRNI AFTRIANI, 2014

F. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 48

B. Desain Penelitian... 49

C. Metode Penelitian... 54

D. Definisi Operasional... 54

E. Instrumen Penelitian... 56

F. Teknik Pengumpulan Data... 57

G. Sistem Analisis... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 62

B. Pembahasan... 100

C. Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian... 120

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Musik genteng adalah sebutan musik yang lahir dari kawasan

pembuat genting atau akrab disebut genteng dalam bahasa sunda yang berada

di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi. Daerah ini merupakan daerah

pedesaan yang terletak di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Saat ini

Jatiwangi masih dikenal sebagai penghasil genteng terbesar di Indonesia,

hingga masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat industri. Dalam

keseharian masyarakatnya sebagaian besar menggantungkan hidup pada

pabrik genteng. Mulai dari pagi hingga sore hari kawasan ini sangat akrab

dengan aktivitas industrinya yang padat dalam membuat ribuan genteng

perharinya. Meskipun masyarakat desa Jatisura yang sehari-harinya bekerja

sebagai buruh pabrik pembuat genteng akan tetapi kepedulian mereka

terhadap seni sangat tinggi, baik itu seni rupa, seni musik maupun seni tari.

Salah satu contohnya dalam kreativitas bermusik, tidak lepas dari peranan

genteng sebagai instrumen musiknya, walaupun tidak semua instrumennya

menggunakan genteng akan tetapi tanah liat sebagai bahan utama pembuat

instrumennya.

Di jatiwangi sendiri tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat

berlimpah, tanah di sini sangat subur untuk menopang pertanian dan kuat

untuk dijadikan bahan pembuat genteng ataupun kerajinan tangan dari tanah

liat. Peranan tanah untuk warga Jatiwangi merupakan aspek yang sangat

penting dalam mata pencaharian warganya. Tanah di sini juga tidak hanya

dijadikan mata pencaharian yang dalam konteks dianggap pekerjaan berat

seperti buruh pabrik genteng, pengrajin keramik ataupun petani namun dapat

dijadikan sebuah kreativitas bermusik yang lahir dan berkembang di

masyarakat Jatiwangi khususnya di desa Jatisura, sehingga melahirkan

sebuah komunitas musik yang mereka buat dinamakan People Clay dan

(7)

Jatiwangi Art Factory (JAF) adalah sebuah organisasi nirlaba yang

fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan

budaya seperti: festival, pertunjukan, seni rupa, musik, tari, video, keramik,

pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan.

JAF didirikan pada 27 September 2005 oleh warga lokalnya yang bernama

Arief Yudi seorang seniman seni rupa lulusan ITB. Sejak tahun 2008 JAF

bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan

penelitian dengan melibatkan kesenian yang kolaboratif dan saling

berhubungan. JAF mempunyai Program Festival Video Residensi yang

diadakan satu tahun sekali, Festival Seni Residensi dua tahun sekali dan

Festival Musik Keramik tiga tahun sekali yang banyak mengundang seniman

dari berbagai disiplin ilmu dan Negara untuk tinggal, berinteraksi,

bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan masyarakat Jatiwangi,

serta merumuskan dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan

dikabarkan kepada semua orang.

Berdasarkan temuan data di lapangan, tahun 2007 tiga pemuda asal

desa Jatisura, Jatiwangi yakni Tedi Nurmanto, Ahmad Thian Vulthan, dan

Wahidin Agustino memulai untuk mengeksplorasi tanah menjadi sebuah

musik, mencoba mengeksplorasi genteng menjadi berbagai instrumen musik,

diantaranya instrumen genteng atau gamelan genteng yakni genteng yang

dibentuk menjadi sebuah nada namun masih belum jelas scale atau tangga

nadanya, mereka hanya membuat nada sesuai kebutuhan lagu fungsinya

sebagai alat perkusi bernada, alat perkusi lainnya yakni ada broke tile atau

pecahan genteng dan ceramics bowl. Ceramics bowl yang dalam bahasa

Indonesia adalah mangkok keramik merupakan alat perkusi bernada,

ceramics bowl ini ada yang berukuran besar ataupun kecil, untuk mangkok

yang berukuran kecil suaranya lebih tipis dan cenderung tinggi dan yang

berukuran besar suaranya lebih tebal. Selain itu mereka juga membuat gitar

genteng dan bass genteng yakni sebuah genteng yang dipasang neck gitar

bersenar 12 dan bass genteng 4 senar, sada tanah yang berarti suara tanah

(8)

dengan cara dipukul oleh telapak tangan. Selain itu terdapat instrumen musik

suling tanah atau okarina, alat musik ini mengadaptasi dari berbagai

kebudayaan bangsa afrika, china, mexico. Menurut sejarah alat musik ini

diyakini telah ada sejak zaman batu atau sekitar 12000 tahun lalu, dibunyikan

dengan cara ditiup, di Jatiwangi sendiri okarina telah ada cukup lama

digunakan untuk mengusir hama padi.

Dari berbagai instrumen yang diciptakan memang tidak semuanya

berbentuk genteng, namun musik yang lahir dari desa Jatisura ini mempunyai

sebutan tersendiri yakni musik genteng. Mereka menamai musik genteng

dikarenakan mereka ingin membuat penandaan bahwa Jatiwangi yang

terkenal dengan produksi gentengnya, dapat terkenal pula melalui musiknya

tanpa menghilangkan ciri khas dari Jatiwangi itu sendiri. Dari segi kreativitas

pula warga desa Jatisura dapat mengambil peluang yang unik dengan

memanfaatkan apa yang dekat dengan lingkungan mereka, genteng yang

fungsinya sebagai atap rumah, dapat beralih fungsi menjadi alat musik baru

dan orisinil.

Hingga sekarang mereka selalu aktif dalam mencipta berbagai karya

musik genteng dan banyak melibatkan warga desa dalam proses

berkeseniannya. Sehingga, melahirkan sebuah grup musik atas naungan JAF

musik yang bernama People Clay. People Clay adalah sebuah rumah atau

wadah bermusik untuk warga desa Jatisura yang ingin berkesenian melalui

musik, merupakan sebuah grup muara yang menyatukan berbagai elemen

masyarakat melalui proses bermusik, siapa saja boleh ikut dalam grup ini.

Dari People Clay ini banyak melahirkan grup-grup musik genteng lainnya

seperti Hanyaterra, Tarling Padi, Sada Tanah Kids, Goodafternoon,

Sadatanah Percusiont, Genteng-Genteng Ensemble dan lain – lain.

Dalam proses eksplorasi alat musik baru, peneliti tertarik dengan

kegiatan berkesenian yang dilakukan oleh warga desa Jatisura yang tergabung

dalam grup musik Hanyaterra, grup tersebut mengolah berbagai macam

instrumen musik dari segi bunyi atau bentuk alat musik yang berasal dari

(9)

bass, sehingga memimbulkan kesan yang sangat unik terdengar pada hasil

karya musiknya salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana”. Komposisi tersebut dalam permainannya menggunakan teknik

minimalis prosesual yang berarti gaya musik dengan perubahan motif sedikit

demi sedikit sehingga didapat sebuah komposisi musik secara utuh.

Kelompok bunyi-bunyian dalam ruang waktu musik tersebut diolah dalam

berbagai motif tabuhan minimal dengan perubahan-perubahan tekstur bunyi

atau level pola ritmik dan sering terdapat pengulangan-pengulangan motif

yang cenderung prosesual, sehingga mengghasilkan bunyi-bunyian yang

terkesan unik dan berbeda yang dihasikan dari berbagai instrumen musik

yang berasal dari tanah digabungkan dengan instrumen musik elektrik secara

minimalis prosesual.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengungkapkan

bagaimana proses kreativitas musik genteng lahir dan berkembang dikalangan

masyarakatnya, sehingga terwujud sebuah karya komposisi musik berjudul

“Menuju Kesana” maka dari itu peneliti mengambil judul “Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi

“Menuju Kesana”)”. Dengan harapan hasil temuan penelitian dapat berdaya guna untuk dijadikan referensi bagi khasanah pendidik seni terutama dapat

dijadikan inspirasi atau stimulus dalam berkreasi musik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data di lapangan sebagai sentral pembuat genteng,

Jatiwangi pernah menapaki tangga kejayaan puncaknya periode 1980-1990an.

Jatiwangi pernah memiliki 320 pabrik pembuat genteng dan krisis ekonomi

1998 telah menerjang kejayaan itu. Biaya dan ongkos produksi semakin

melambung satu persatu pabrik genteng pun mengalami kebangkrutan dan

kini tinggal separuhnya. Ditengah keterpurukannya, mereka masih tetap

berekplorasi salah satunya dengan bermusik, karena menurut wawancara saya

(10)

anggota dari grup musik genteng Hanyaterra yakni Ahmad Thian Vultan,

beliau berkata “Inspirasi itu tidak jauh dari torehan kepala kita, kita tinggal di Jatiwangi, daerah kita kawasan industri genteng, kenapa tidak kita tidak berbuat sesuatu yang baru, salah satunya dalam bermusik”. Hal tersebut yang melatarbelakangi musik genteng terbentuk.

Genteng sebagai inspirasi musikal sangat menarik peneliti untuk lebih

menggali ide-ide kreatif warga dalam proses penggarapan musiknya sehingga

terbentuknya musik yang mereka namakan dengan musik genteng. Warga

desa yang sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik,

musik genteng inilah dapat menjadi alternatif kegiatan yang dapat menambah

penghasilan serta media untuk bersiraturahmi dan berkumpul berbagai

elemen masyarakat. Media genteng dan intrumen musik tanah lainnya yang

dituangkan dalam bentuk musik ini tergolong unik dan menarik bagi peneliti.

Warga desa Jatisura dapat mengambil peluang dengan menfaatkan atau

berekplorasi dengan apa yang ada di sekitar mereka dan menjadikan sebagai

kreativitas bermusik.

Genteng atau tanah yang dijadikan media untuk bermusik dalam

proses pembuatan alat musiknya dibutuhkan kepekaan atau sensitifitas nada

seorang pembuatnya. Jika media tersebut sudah menjadi alat musik

dibutuhkan konsep yang menjadi aspek musikalnya seperti komposisi dalam

musiknya. Dalam pengggarapan musik genteng, salah satu grup musik

genteng Hanyaterra membuat komposisi musik terinspirasi dari kehidupan

kawasannya sendiri yakni kawasan industri genteng. Komposisi musik yang

menghasilkan warna bunyi yang berbeda serta konsep visual yang terinspirasi

dari sebuah pabrik genteng merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi

peneliti untuk menganalisis bentuk komposisi musiknya dalam pengarapan

(11)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dikaji terkait dengan bagaimana musik genteng

sebagai media kreativitas bermusik? yang fokus pengkajiannya lebih

diarahkan pada (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”). Secara

operasional rumusan tersebut pembahasannya difokuskan pada hal-hal yang

menjadi pertanyaan penelitian yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media

kreativitas bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup

musik Hanyaterra?

2. Bagaimana bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup

musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan masalah tentang musik genteng sebagai media kreativitas

bermusik (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”).

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk

menjawab semua permasalahan yang ada pada penelitian. Berikut adalah

tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

a. Proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas

bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik

Hanyaterra.

b. Bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup musik

(12)

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini hasil yang akan tercapai dapat bermanfaat untuk

beberapa kalangan, diantaranya:

a. Peneliti

Untuk meningkatkan ide-ide kreatif dalam bermusik serta dapat

mengetahui proses dari suatu keativitas yang lahir dan berkembang di

masyarakat.

b. Jurusan Pendidikan Seni Musik

Sebagai dokumentasi untuk menambah perbendaharaan data mengenai

kreativitas musik baru yang lahir dan berkembang.

c. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan

referensi kapada masyarakat dalam menciptakan peluang dari apa yang

ada di lingkungan sekitar mereka yang dapat dijadikan suatu kreativitas.

d. Seniman

Untuk lebih mengasah kreativitas dalam berkarya musik baru.

e. Grup Musik Genteng (Hanyaterra)

Supaya lebih menggali ide-ide kreatif lain dalam menggarap musiknya.

Serta menjadikan bahan evaluasi dalam menciptakan karya musik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian awal skripsi yang

meliputi bahasan tentang: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur

Organisasi Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA sebagai pisau bedah untuk

mengungkapkan permasalahan tentang: Kreativitas, Komposisi Musik, Proses

Garap, Genteng, Analisis Musik, Musik Minimalis serta Peneliti Terdahulu.

BAB III METODELOGI PENELITIAN sebagai pedoman atau teknis

(13)

Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,

Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN untuk

mendeskripsikan terkait rumusan penelitian, meliputi: Grup Musik

Hanyaterra, Pengarapan Musik Genteng, Bentuk Komposisi “Menuju

Kesana”, serta Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian.

(14)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Jalan Makmur No 604 RT/RW 01/08 Desa

Jatisura Kecamatan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat.

2. Subjek

Penelitian ini lebih difokuskan kepada grup musik Hanyaterra, yang

beranggotakan yakni Tedi Nurmanto sebagai lead guitar, Ahmad Thian

Vulthan sebagai percusionist, dan Bayu Edmada sebagai bassis. Serta

masyarakat sekitar yang juga terlibat dalam proses berkesenian musik

genteng dengan mendeskipsikan tentang penggarapan musik genteng serta

analisis karya musik yang dihasilkan salah satunya terwujud pada komposisi

“Menuju Kesana”.

(15)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dibuat agar proses penelitian lebih terstruktur dan

memiliki tahapan-tahapan serta prosedur yang jelas. Dalam proses penelitian

ini, ada beberapa langkah dalam melakukan proses penelitian berdasarkan

prosedur yang dilaksanakan di lapangan yang membentuk suatu desain

penelitian, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Langkah awal sebelum pelaksanaan, diantaranya yaitu: Observasi awal,

merumuskan masalah dan menentukan paradigma penelitian.

2. Langkah dalam pelaksanaan penelitian, diantaranya: Observasi,

wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis.

3. Langkah akhir, tentang kegiatan: Reduksi data, display data, verifikasi

dan kesimpulan.

Gambar 3.2

(16)

Bagan di atas dijelaskan secara rinci sesuai dengan

langkah-langkahnya, sebagai berikut :

1. Langkah Awal

a. Observasi Lapangan

Awalnya peneliti tertarik dengan siaran televisi yang menyiarkan

tentang “sosok inspiratif minggu ini” yang disiarkan disalah satu stasiun TV

nasional. Sosok inspiratif itu merupakan tiga pemuda asal Jatiwangi yang

bermusik melalui sebuah genteng. Peneliti tertarik dengan alat musiknya yang

(17)

inspiratif itu datang dari daerah kelahiran peneliti yakni di Kabupaten

Majalengka, tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sosok inspiratif itu ada di

Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, maka dari itu

peneliti langsung melakukan observasi awal dengan mendatangi lokasi

penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki keyakinan tentang

keberadaan kelompok musik genteng, serta keingintahuan peneliti mengenai

instrumen musiknya dan melihat langsung gambaran umum mengenai

kreativitas musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura tersebut.

b. Kajian Teori

Setelah melakukan observasi awal, peneliti menentukan pokok

permasalahan dengan mencari literatur dari skripsi yang sudah ada tentang

kreativitas yang lahir dari masyarakat serta penggarapannya. Serta berbagai

kajian teori tentang kreativitas, komposisi musik, analisis musik dan genteng.

Dalam tahap ini peneliti berhasil menentukan judul penelitian dan mencari

gambaran masalah yang akan diteliti, selain itu dilakukan pengumpulan data

melalui kajian empirik yang diperoleh dari grup Hanyaterra dalam berkarya

musik.

c. Merumuskan Masalah

Setelah peneliti melakukan observasi awal dan mencari gambaran dari

judul skripsi yang akan dibuat, peneliti menentukan permasalahan yang akan

diteliti dan menjadi suatu rumusan masalah. Adapun masalah yang dikaji

yakni merujuk kepada proses kreativitas warga desa Jatisura dalam

penggarapan musik genteng dan analisis karya musik hasil dari kreativitas

bermusik tersebut.

d. Menentukan Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, karena

penelitian ini meneliti tentang sebuah kreativitas yang lahir di masyarakat dan

merupakan sesuatu yang nyata yang ada di lapangan, sehingga paradigma

kualitatif sering disebut paradigma naturalistik. Paradigma ini digunakan

untuk mendapatkan data-data yang asli dan ada dilapangan artinya data yang

(18)

pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, literatur dan

dokumentasi.

e. Menyusun Instrumen

Dalam tahap ini peneliti menyusun berbagai instrumen penelitian

berupa observasi, pedoman wawancara dan pendokumentasian terkait hal

yang akan diteliti.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian langkah-langkah yang diambil

sebagai berikut:

a. Aplikasi Instrumen

Pada tahap ini peneliti mengaplikasikan berbagai instrumen yang akan

dilaksanakan pada penelitian diantaranya menggunakan pedoman observasi,

wawancara dan pendokumentasian.

b. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dilakukannya observasi dilapangan, untuk mencari informasi terkait

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada narasumber yang berkaitan langsung

dengan permasalahan yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data-data hasil

penelitian terkait berbagai foto, video, maupun audio terkait penelitian.

4. Studi literatur

Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan teori-teori yang mendukung

dan berhubungan dengan penelitian. Studi literatur ini sangat besar

manfaatnya yaitu untuk mengetahui lebih rinci dan memberikan

gambaran serta kerangka berfikir, khususnya menjadi referensi relevan

yang berasal dari teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang

(19)

5. Sistem Analisis

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana cara

menganalisis sebuah karya musik.

c. Proses Pertunjukan Musik Genteng

Pada proses ini dilakukan pengkajian tentang penggarapan musik yang

dilakukan oleh warga Jatisura yang tergabung dalam grup hanyatera serta

meminta data dokumentasi berupa video rekaman karya musik genteng yang

telah dihasilkan salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana” untuk dianalisis musiknya, sehingga mendapatkan data-data yang diinginkan terkait penelitian.

3. Langkah Akhir

Data yang diperoleh dari lapangan diolah melalui kegiatan analisis

dengan tahapan reduksi data, display data, verifikasi data. Setelah

mendapatkan data-data dari lapangan, data tersebut dikumpulkan selanjutnya

dilakukan proses reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya.

Reduksi data disini merupakan cara agar data-data yang masuk menjadi

laporan merupakan data yang terpilih yang memiliki keterkaitan dengan topik

penelitian. Dalam reduksi data, dilakukan proses pengelompokan data sesuai

dengan jenis data yang didapatkan. Pengelompokan data bertujuan agar data

yang didapat lebih mudah untuk dipelajari sesuai dengan jenisnya. Setelah

kegiatan mereduksi data langkah selanjutnya adalah proses display data agar

mempermudah pehaman terhadap hasil penelitian. Proses terakhir dari

kegiatan analisis data yaitu proses verifikasi data, kegiatan ini merupakan

proses melihat kembali apakah hasil penelitian sudah sesuai dengan topik

penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan agar mempermudah penarikan

kesimpulan.

Setelah semua hasil penelitian dilapangan selesai, langkah selanjutnya

adalah tahap pelaporan dengan mendeskripsikan apa yang telah didapat dari

(20)

C. Metode Penelitian

Untuk mengkaji sebuah penelitian, metode merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Metode yang digunakan adalah

metode deskriptif analisis dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif

disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, karena data

yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif dan merupakan data yang

bisa dideskripsikan sesuai keadaan sesungguhnya atau fakta dilapangan.

Metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu

mendeskripsikan data-data penelitian di lapangan mengenai informasi dari

hasil Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis

Karya Komposisi “Menuju Kesana”). Semua data yang terkumpul dilakukan

proses analisis terperinci. Metode deskriptif analisis tidak hanya memaparkan

atau menggambarkan objek penelitian, tetapi juga disertai penafsiran data

yang terkumpul mengenai proses dari sebuah kreativitas yang lahir yakni

musik genteng.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah-istilah dalam

penelitian skripsi ini, yaitu:

1. Kreativitas

Kreativitas adalah adalah proses pengungkapan yang akan melahirkan

satu inovasi. Inovasi itu karena ditemukan oleh manusia yang hidup

bermasyarakat, berorientasi kepada kepentingan masyarakat. (Kayam,

Umar 1981, hlm 47).

2. Komposisi

Kata komposisi yang berasal dari kata kerja bahasa Jerman komponieren

(latin componere, Itali comporre, inggris to compose) pertama kali

(21)

(1749-1832) untuk menandai cara-cara mengubah (komponier-ern) musik pada

abad-abad sebelumnya (abad ke-15 sampai 17), dimana suara atau lagu

utama akan diikuti oleh susunan suara-suara atau lagu lainnya yang

dikoordinasikan, ditata, atau dirangakai dibawah (berdasarkan) lagu

utama yang disebut cantus. Komponieren dengan demikian adalah

pekerjaan mengatur, menyusun, menata, merangkai (bahasa awam:

ngotak-atik) berbagai suara atau nada-nada yang mengacu kepada lagu

atau melodi utama yang disebut cantus (para pembuat ilustrasi musik

distudio rekaman sering mengatakan ‘musik dasar’). Dari musik dasar itu

kemudian kita kenali sebagai motif, tema, lagu, melodi utama, dan

sebagainya. Hardjana (2003, hlm. 79).

3. Genteng

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, genteng atau dalam bahasa

indonesia disebut genting adalah benda yang dipakai sebagai atap rumah

(terbuat dari tanah liat dicetak sedemikian rupa kemudian dibakar).

(Kamisa 1997, hlm. 200).

4. Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

(Sadiman, Arif 2005, hlm. 6).

5. Analisis

Analisis adalah the study of the form and structure of music.

Dijelaskan bahwa analisis adalah kajian tentang bentuk dan struktur

musik. Hal Leonard’s Poket Music Dictionary, (1993, hlm 12).

6. Komposisi “Menuju Kesana”

“Menuju Kesana” adalah salah satu karya musik yang diciptakan oleh grup Hanyaterra melalui kegiatan bermusik genteng, yakni sebuah

komposisi musik yang menghadirkan warna suara yang berbeda dengan

karya musik lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada

instrumen musiknya yang terbuat dari tanah liat. (wawancara grup

(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman

pada observasi, pedoman wawancara serta dokumentasi yang merujuk pada

rumusan masalah tentang materi penelitian, metode dan langkah-langkah

proses penggarapan musik genteng. Ketiga permasalahan ini bisa berkembang

disesuaikan dengan kondisi dan situasi, sifat dari instrumen penelitian ini

bersifat fleksible dan secara rinci permasalahannya disusun dalam bentuk draf

pertanyaan penelitian yang dipaparkan pada pedoman wawancara.

Wawancara adalah kegiatan interaksi yang dilakukan untuk mengumpulkan

data atau informasi dari narasumber yang memiliki keterkaitan dengan objek

penelitian. Alat bantu yang digunakan berupa lembar pertanyaan yang

digunakan untuk mengungkap data secara kualitatif.

Selain wawancara, observasi dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati

secara langsung proses penggarapan musiknya. Peneliti melakukan observasi

awal pada tanggal 28 maret 2014 dengan mendatangi lokasi penelitian. Hal

ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran umum mengenai kreativitas

musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura, tentang keberadaan grup

musik genteng ataupun instrumen musiknya. Subjek dalam observasi ini

adalah grup musik genteng Hanyaterra.

Serta dilakukan pula kegiatan pengambilan dokumentasi, yang

bertujuan untuk membantu melengkapi data penelitian. Adapun kegiatan

pengambilan dokumentasi yang dilakukan ialah melakukan pengambilan

gambar berupa foto, video dan audio saat penelitian berlangsung.

Pengambilan dokumentasi bertujuan untuk menganalisis data yang telah

didapatkan. Kegiatan ini dilakukan pada saat wawancara dan observasi Hari

(23)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan merupakan observasi dimana peneliti

berperan sebagai pangamat dan pencari data atau melakukan observasi

mengenai proses penggarapan musik genteng. Peneliti datang ke lokasi

penelitian kemudian mengamati terkait penggarapan musik genteng dan

mencatat data yang diperoleh dilapangan kemudian diidentifikasi. Peneliti

melakukan observasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses

kreativitas yang lahir dan berkembang dimasyarakat Jatisura tersebut.

Obervasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 di sebuah studio

yang mereka buat sendiri untuk latihan bermusik. Data yang didapat adalah

mengenai gambaran tentang keberadaan pelaku kesenian bermusik genteng

serta informasi mengenai awal mula terbentuknya musik yang mereka

namakan dengan musik genteng, dengan mengumpulkan data dari grup musik

genteng Hanyaterra selaku grup yang jadi subjek penelitian serta Arief Yudi

pendiri Jaf.

Adapun Observasi dilakukan dengan menyesuaikan jawdal yang

narasumber buat, diantaranya:

a. Observasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014. Peneliti

melakukan observasi untuk mengetahui gambaran tentang keberadaan

pelaku berkesenian musik genteng untuk dijadikan bahan untuk

penelitian.

b. Observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 26 Juli 2014. Peneliti

melakukan observasi langsung kepada narasumber terkait penggarapan

musik genteng dan berbagai informasi mengenai grup musik Hanyaterra.

c. Observasi ketiga dilakukan pada hari Selasa, 5 Agustus 2014. Peneliti

melakukan observasi untuk mengetahui proses pembuatan alat musik

genteng dengan ditunjukannya berbagai video dokumentasi narasumber

(24)

kreativitas warga Jatisura yang tergabung dalam grup Hanyaterra yakni

berupa karya musik “Menuju Kesana”.

d. Observasi keempat dilakukan pada hari sabtu, 27 september 2014.

Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui berbagai informasi

terkait cara penggarapan karya “Menuju Kesana” dengan menafsirkan flashback tentang penggarap karyanya, di sini narasumber memberikan

gambar-gambaran yang dilakukan pada karya tersebut.

Observasi dilakukan hanya empat kali dikarenakan peneliti rasa,

data-data yang terkumpul sudah memenuhi kebutuhan terkait penelitian serta dapat

menjawab berbagai rumusan masalah terkait penelitian.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan

yang ingin diteliti, tetapi juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Peneliti mewawancarai orang yang terlibat langsung dalam

proses penggarapan musik genteng, diantaranya grup musik hanyaterra dan

pendiri Jaf. Wawancara dilakukan dengan konteks pertanyaan dan jawaban,

pertanyaan disiapkan oleh peneliti berupa pertanyaan yang jawabannya akan

menjadi data deskriptif. Hasil dari wawancara akan berpengaruh terhadap

hasil penelitian. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan tempat yang sama

dengan kegiatan observasi. Adapun kegiatan wawancara ini yaitu mengajukan

beberapa pertanyaan mengenai awal mula atau latar belakang terbentuknya

grup musik genteng, proses penggarapan musiknya, latarbelakang

penggarapan karya “Menuju Kesana” proses pembuatan instrumen yang

(25)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti fisik dari hasil pengamatan peneliti

yang berbentuk foto, video dan audio. Dari semua data yang didapat,

dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah oleh peneliti.

Dokumentasi berupa foto dilakukan pada saat observasi dan wawancara,

diantaranya mengambil gambar alat musik yang digunakan dalam

penggarapan musik genteng, merekam wawancara dengan narasumber

berbentuk audio rekaman, mengambil dokumentasi narasumber berupa video

hasil karya musik mereka salah satunya karya yang berjudul “Menuju

Kesana” untuk dianalisis peneliti dalam menjawab rumusan masalah

penelitian. Dokumentasi video tersebut didapat langsung dari grup musik

hanyaterra. Dalam pendokumentasian peneliti menggunakan kamera digital

untuk mendapatkan data berupa foto–foto, video dan audio sebagai bahan

penelitian.

Gambar 3.3

Peneliti sedang melakukan wawancara dengan kang Tedi “ Lead Guitar

(26)

4. Studi literatur

Studi literatur digunakan hanya untuk mendukung teori yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya buku komposisi

musik yakni Corat-Coret Musik Komtemporer oleh Suka Hardjana tahun

2003, dalam buku ini peneliti mengambil literatur tentang komposisi musik.

Buku Ilmu Bentuk Musik oleh Karl Edmund Prier SJ. Tahun 2004, peneliti

mengambil literatur dalam buku ini tentang ilmu bentuk musik dan analisis

musik. Buku Ilmu Melodi oleh Dieter Mack. Tahun 1995, peneliti mengambil

literatur tentang pengertian melodi dan komponen-komponen pendukung

unsur-unsur musik. Buku Harmoni 1 oleh Sugeng Syukur tahun 2009 dan

pengantar harmoni Pono Banoe tahun 2003, peneliti mengambil literatur

tentang komponen-komponen dasar pembentuk harmoni musik. Buku ilmu

Bangunan gedung oleh Supribadi tahun 1993, peneliti mengambil literatur

tentang pengertian genteng serta jenis-jenis genteng. Buku Seni, Tradisi,

Masyarakat oleh Umar Kayam tahun 1981, peneliti mengambil literatur

tentang kreativitas dan dari berbagai pakar dalam skripsinya Dimas).

Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan II tahun 2003 peneliti

mengambil literatur garap. Buku Sejarah Musik Barat Jilid 2 dan 4 oleh

McNeill (1998) dan Mack (2004). Peneliti mengambil literatur tentang musik

minimalis.

5. Sistem Analisis

Dari analisis video rekaman hasil dari kreativitas warga desa Jatisura

yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, peneliti mengambil sample

karya komposisi musik yang berjudul “Menuju Kesana”. Karya tersebut dapat

dilihat dari struktur dan bentuk komposisinya, terdapat unsur-unsur musik

yang dapat dianalisis, yang terdiri dari ritmik, melodi, birama, tempo,

dinamika, timbre, motif, dan sebagainya. Untuk membedah kesemuanya itu

peneliti mengacu pada sistem analisis yang bersifat parametris dan non

parametris dalam menganalisis komposisi tersebut, hal tersebut dijadikan

(27)

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang terkumpul dari hasil

penelitian sudah disederhanakan. Kemudian disesuaikan dengan buku

literatur serta hasil dokumentasi yang menunjang, sehingga dapat

mendapatkan kesimpulan dari pokok permasalahan penelitian yang sedang

diteliti. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengklasifikasian analisis

data baik itu sebelum, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Data

dikategorikan sesuai dengan pola data dari hasil penelitian, kemudian

dilakukan tahap pengambilan kesimpulan data untuk memastikan kembali

dan menyimpulkan data yang telah terkumpul. Analisis data yang dilakukan

berupa:

a. Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan langkah awal dari kegiatan menganalisis data

hasil penelitian. Kegiatan reduksi data merupakan kegiatan merangkum

data dari berbagai aspek permasalahan yang diteliti. Data yang diambil

peneliti adalah data dari proses penggarapan musik genteng dan

mengambil video rekaman hasil karya musik dari grup Hanyaterra untuk

dianalisis bentuk komposisi musiknya.

b. Display Data

Langkah selanjutnya yaitu display data dari hasil kegiatan mereduksi data

dari seluruh data-data yang terkumpul secara jelas dan singkat. Data yang

terkumpul dan telah melewati proses reduksi, baik berupa foto, audio,

video dan literatur yang mendukung tekait rumusan masalah, semuanya

disajikan dalam bentuk deskripsi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah terkumpul dan

mengambil kesimpulan.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

Setelah penelitian selesai maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil

penelitian, data-data yang diperoleh peneliti dipelajari kembali. Setelah

data tersebut dipelajari kembali maka dilakukan pengolahan data untuk

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Musik genteng sebagai media kreativitas bermusik (Studi Analisis

Karya Komposisi “Menuju Kesana”) merupakan sebuah kreativitas yang lahir

dan berkembang di masyarakat desa Jatisura terwujud dengan adanya musik

yang mereka namakan dengan musik genteng, dalam penggarapan musik

genteng tidak lepas dari mengekplor bunyi-bunyian dari instrumen yang

terbuat dari tanah liat seperti genteng, kramik dan kerajinan tangan lainnya,

proses penggarapan instrumennya lebih kepada mengolah tanah untuk

dijadikan berbagai instrumen musik, sedangkan dalam proses penggarapan

karya musik, salah satu warga yang tergabung dalam grup Hanyaterra

menciptakan ide bermusiknya dari suatu konsep visual yakni sebuah genteng

dan kawasannya sendiri, sehingga dari proses penggarapan musik genteng

tersebut menghasilkan sebuah karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana”.

Komposisi “Menuju Kesana” merupakan sebuah karya yang

menghadirkan warna suara atau timbre yang berbeda dengan karya musik

lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada instrumen musiknya

yang terbuat dari tanah liat. Instrumen musik dari tanah liat berupa gamelan

genteng, ceramics bowl, broke tile, sada tanah dan okarina mempunyai kesan

yang unik dalam permainan warna bunyi yang dihasilkan setiap instrumennya

yang digabung dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan bass. Pada

karya ini di bagian awal merupakan sebuah tema yang diusung untuk

menandakan musik mereka memang musik yang hadir dari tabuhan-tabuhan

genteng dan kramik namun setelah gitar dan bass bermain tema tersebut

menjadi hilang didominasi oleh suara instrumen elektrik. Pada karya ini lebih

kepada pengolahan motif yang diulang-ulang pada setiap bar ataupun frase

(29)

Secara keseluruhan komposisi “Menuju Kesana” terbagi atas III

bagian pada struktur dan bentuk komposisinya. Pada bagian pertama

instrumen ceramics bowl merupakan sebuah motif dasar pada karya tersebut,

dan instrumen lainnya menambahkan bunyi dengan perubahan pola tabuhan

sedikit demi sedikit secara konsep minimalis prosesual dalam permainannya.

Bagian II lebih didominasi oleh suara gitar hingga intrumen gamelan genteng

tidak terdengar dan Bagian III lebih kepada membuat harmonisasi bunyi yang

dimainkan berbagai instrumennya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis ingin

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Warga Desa Jatisura yang merupakan daerah penghasil kreativitas ini agar

terus menciptakan ide-ide dari apa yang ada di sekitar lingkungannya,

terus menggali berbagai ide atau alternatif lain dalam menciptakan

peluang berkreasi menuju lebih baik lagi.

2. Jatiwangi Art Factory (JAF) yang merupakan komunitas penampung

berbagai kegiatan warganya agar terus aktif melakukan berbagai kegiatan

yang bermanfaat bagi daerahnya dan warganya.

3. Grup Musik Hanyaterra agar terus aktif menciptakan berbagai karya

musik yang tidak melupakan ciri dari musik genteng tersebut, lebih

mengekplorasi berbagai instrumen genteng yang dibuat untuk

penggarapan musik bergenre apapun atau memperkaya musik yang

digarap dari berbagai jenis musik tradisi ataupun barat.

4. Kepada pembaca, peneliti menyarankan dalam membaca atau

menginterpretasikan isi penelitian agar tidak menutup kemungkinan untuk

lebih mengembangkan interpretasinya terhadap kreativitas khususnya

dalam bermusik.

5. Untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian selanjutnya diharapkan

ada tidak lanjut dari penilaian hasil penelitian sehingga dapat

(30)

IRNI AFTRIANI, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Cetakan ke-1. Yogyakarta: PT. Kanisius. Banoe, Pono. (2003). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: PT.

Kanisius.

Fitrikasari, Melsya. (2012). Analisis Lagu “Hai Becak” karya ibu Soed. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firdaus Rejki, Yudistitra. (2011). Analisis Komposisi Musik “Two Pages”

Karya Philip Glass. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cetakan pertama. Surabaya: PT. Kartika.

Kayam, Umar. (1981). Seni,Ttradisi , Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Sinar Harapan.

Opera” Karya Andrew Lloyd Webber Aransemen Ed Lojeskk. Skripsi

S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prier, Karl-Edmund. (2004). Ilmu Bentuk Musik. Cetakan ke-2. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

Rohidi, Tjetjep. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Cetakan pertama. Bandung: PT. Accent Graphic Communication.

Rasyid, Fathur. (2010). Cerdaskan Anakmu Dengan Musik!. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Diva Press.

Sadiaman, arif. (2005). Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Supribadi, IK. (1993). Ilmu Bangunan Gedung. Bandung : PT. CV. Armico. Sugiharti, Susi. (2011). Kreativitas Ahmad Greg Dalam Karya Musik

“Rantung Raeg” Di Singaparna Tasikmalaya. Skripsi S1 pada FPBS

(31)

IRNI AFTRIANI, 2014

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.

Supanggah, Rahayu.(2009). Bothekan Karawitan II. Surkarta: PT. Isi Press Surakarta.

Syukur, Sugeng dkk. 2009. Harmoni 1. Cetakan pertama. Bandung: PT. CV. Bintang WarliArtika.

Wijoyo Indro, Dimas. (2013). Kreativitas Musik Dodog Kodir Dalam

mengolah Ide-ide Musikal melalui Pemanfaatan Barang Bekas Dalam Upaya Menciptakan Alat Musik Baru. Skripsi S1 pada FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Website (Internet)

Akusmatik [online] Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Akusmatik [12 September 2014].

Genteng [online] Tersedia:http://genteng-abadi.blogspost.com [26 Juli 2014]

Interloking [online] Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Hocket [1 Sepetember 2014]

Minimalism Music [online]

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.2 Grup Hanyaterra dan warga Jatisura
Gambar 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Saya sering berteriak-teriak ketika menenangkan kelas yang ramai dan gaduh, namun setelah membaca tulisan dari saudara Agus saya ingin mencobanya, namun saya perlu tambahan metode

S aat ini ada rekan anda, pem ilik sebuah perusahaan local kecil, yang sedang dalam kesulitan keuangan, sedang m elakukan pendekatan pada anda agar diijinkan m em injam dan

Otoritas Pelabuhan sendiri bertanggung jawab untuk mengawasi serta mengarahkan kapal agar tidak mengalami kecelakaan, seperti kapal karam, pecah maupun kandas saat proses masuk

Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia – Malaysia : Efektivitas Model Kooperatif dalam Pembelajaran Sejarah

Mahasiswa Beasiswa (Brigadir) Polri adalah warga masyarakat yang telah lulus seleksi dan terpilih untuk mengikuti pendidikan pembentukan Brigadir Polri serta Program

Otoritas Pelabuhan sendiri bertanggung jawab untuk mengawasi serta mengarahkan kapal agar tidak mengalami kecelakaan, seperti kapal karam, pecah maupun kandas saat proses masuk

penangkapan. KEPALA KEPOLISIAN ... Diduga keras berdasarkan bukti permulaan yang cukup telah melakukan tindak pidana dibidang ……...…… Sebagaimana dimaksud dalam

Dari penelitian yang telah dilakukan, tujuan Sand tray Therapy dapat menurunkan gejala depresi pada anak pasca perceraian orangtua dapat diterima.. Sand Tray Therapy