• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA IBADAH DALAM ISLAM (Sebuah Pengantar) Oleh: Sayonara Siregar. Allah, sebagaimana tercantum dalam firman-nya dalam Qs. Adz-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA IBADAH DALAM ISLAM (Sebuah Pengantar) Oleh: Sayonara Siregar. Allah, sebagaimana tercantum dalam firman-nya dalam Qs. Adz-"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian IBADAH | 1

MAKNA IBADAH DALAM ISLAM (Sebuah Pengantar)

Oleh: Sayonara Siregar

PENGERTIAN IBADAH

badah adalah tujuan utama diciptakannya manusia dan jin oleh Allah, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya dalam Qs. Adz- Dzariyaat (51): 56















Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Arti mengabdi disini oleh Hasbi Ash-Shiddieqy adalah tunduk dan merendahkan diri kepada Allah. 1 juga berarti: ta’at, menurut, mengikut, dan juga dapat diartikan do’a 2 .

Ibadah ( ِِةَدَابِع) secara bahasa berarti : taatِِ( اَّطلَا ُةَع ), tunduk ُعْوُضُخْلَا ) ), hina

( ٌلُ ذلا) dan pengabdian ) ُكُّسَن تلَا ( . Berangkat dari arti ibadah secara bahasa Ibnu

Taymiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya terdapat unsur cinta (al-Hubb). Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang

1 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 5, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3973

2 Ma’rifat Iman KH, dkk, Ibadah Akhlak untuk Perguruan Tinggi, Edit. Abdul Wahab

Wibisono, Arif Hamzah (Jakarta: Uhamka Press, 2011), hlm 1-2

(2)

Pengertian IBADAH | 2 sebenarnya. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan. 3

Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa yang diperkenankan oleh-Nya (HPT, hlm. 276). Beribadah artinya mengabdi. Hidup ini hanyalah untuk mengabdi kepada Allah (Qs.51:56) artinya seluruh hidup kita hanya untuk menghambakan diri kepada Allah.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah seluruh aktivitas muslim yang dilakukan dalam rangka taqarrub ilallâh (mendekatkan diri kepada Allah) dengan menyerahkan diri untuk sepenuhnya tunduk dan patuh, ikhlas semata karena Allah. Amal perbuatan atau aktivitas anggota tubuh yang didasari penyerahan diri, ketundukan, penghambaan diri kepada Allah itulah yang dinamakan ibadah.

MACAM-MACAM IBADAH DALAM ISLAM

1. Ditinjau Secara Umum

3 Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2014), hlm. 49

(3)

Pengertian IBADAH | 3 Secara umum, ibadah terbagi dua yakni Ibadah Khusus (Îbâdah Khâshshah) dan Ibadah Umum (Îbâdah Âmmah). Ibadah Khusus (Îbâdah Khâshshah) adalah seluruh kegiatan ibadah yang pelaksanaannya ditetapkan oleh Nash/Syariat (Alquran dan hadist), seperti : Thaharah (bersuci), Shalat, Puasa, Zakat dan Haji (Arkanul Islam), dan lainnya.

Ibadah khusus ini (juga sering disebut ibadah mahdhoh) adalah merupakan wujud penghambaan murni seorang hamba kepada Tuhannya (Allah SWT). Melalui ibadah khusus ini seorang hamba seakan berhubungan langsung dengan Tuhannya melalui serangkaian ritual ibadah tersebut di atas.

Ada empat prinsip yang perlu diperhatikan dan wajib dipenuhi dalam menjalankan ibadah mahdhah ini, yaitu:

1. Keberadaannya sesuai dengan dalil/perintah dari Allah. Suatu ibadah mahdhah hanya bisa dilaksanakan jika ada perintah untuk melakukannya. Baik dalam al-Qur’an ataupun sunnah. Dan jika tidak ada dasar perintahnya, maka tidak boleh ditetapkan keberadaannya.

2. Tata cara pelaksanaannya harus sesuai dengan cara ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tidak diizinkan adanya improvisasi atau mengada-adakan tata cara tersendiri.

3. Sifatnya supra rasional atau di luar kemampuan akal manusia

Ibadah Mahdhah bukanlah ibadah yang berada dalam lingkup akal,

namun wahyu. Dalam hal ini, akal hanya berfungsi untuk memahami

rahasia di balik syariat dari penerapan ibadah tersebut dan bukan untuk

menetapkan keabsahannya. Dalam Ibadah Mahdhah (Ibadah Khusus),

(4)

Pengertian IBADAH | 4 Islam tidak memberikan otoritas kepada manusia untuk menuntunkan ibadah, kecuali Nabi utusan-Nya. Dalam melakukan ibadah khusus manusia tidak mempunyai kekuasaan menentukannya, bahkan sebaliknya manusia harus terikat pada ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan qaidah ushul:

ِرْمَلأْا َىلَع ٌلْيِلَد َمْوُقَي ى تَح ُنَلاْطُبلْا / ُمْيِرْح تلَا ِةَداَبِعلْا ىِف ُلْصَلأا

“Hukum asal terhadap ibadah itu batal atau haram (tidak boleh dikerjakan) sehingga ada dalil yang memerintahkan”

Ibadah umum (ghairu mahdah) adalah segala sesuatu diluar ibadah khusus (ibadah Khasshah) yang ketentuannya ditentukan oleh syariat, sedangkan pelaksanaan kegiatannya ditentukan oleh manusia sesuai dengan situasi, kondisi, dan kemampuan manusia.

Kaidah Dalam Muamalah adalah:

َلأْا ىِف ُلْصَلأَا ِمْي ِرْحَّتلا ىَلَع ُلْيِلَّدلْا َّل ُدَي ىَّتَح ةَح اَب ِلإْا ِءاَيْش

Hukum asal dari sesuatu (muamalah/keduniaan) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya), Imam As Suyuthi, dalam al Asyba’ wan Nadhoir: 43.

Ibadah umum (ghairu mahdhah) adalah segala aktivitas seperti makan, minum, berpakaian, berniaga, dan lain-lain dalam arti seluas- luasnya dalam kehidupan manusia selain ibadah khusus (ibadah mahdhoh). Oleh sebab itu, dalam aktivitas ibadah model ini dapat

dilakukan tanpa perlu dalil perintah, akan tetapi lebih didasarkan pada ada tidaknya larangan.

2. Ditinjau dari Segi Pelaksanaannya

(5)

Pengertian IBADAH | 5 Ibadah terbagi menjadi tiga, yakni ibadah jasmaniyah–ruhaniyah, ibadah ruhiyah - maliyah, dan ibadah jasmaniyah-ruhaniyah-maliyah.

• Pertama pelaksanaannya memerlukan kegiatan fisik disertai jiwa yang tulus ikhlas kepada Allah. Misalnya :shalat dan puasa.

• Kedua pelaksanaannya seperti perbuatan mengeluarkan sesuatu harta yang menjadi hak miliknya diiringi dengan niat yang ikhlas semata kepada Allah, contohnya ibadah zakat.

• Ketiga adalah naik haji yakni kegiatannya memerlukan kegiatan fisik dengan melakukan beberapa bentuk amalan, di samping perlu mengeluarkan biaya sebagai ongkos perjalanannya, serta di niatkan untuk memenuhi panggilan Allah.

3. Ditinjau dari segi kepentingannya

Ibadah bila ditinjau dari aspek kepentingannya, ibadah terbagi menjadi dua,

• Ibadah fardiy adalah bentuk ibadah yang manfaatnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melakukannya saja, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan orang lain. Seperti Shalat dan Puasa.

• Ibadah ijtima’iy adalah ibadah yang manfaatnya dapat dirasakan oleh

yang mengerjakan ibadah tersebut, juga mengandung aspek sosial

yakni dapat dirasakan secara langsung oleh orang lain. Misalnya

ibadah zakat, di mana si muzakki (orang yang berzakat) akan bersih

jiwanya dari sifat kikir

(6)

Pengertian IBADAH | 6 4. Ditinjau dari Segi Waktu Pelaksanaannya

Ibadah jika ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya terbagi menjadi dua macam,

• Ibadah muwaqqat, yaitu ibadah yang waktu pelaksanaanya sangat terikat oleh waktu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Apabila melaksanakan di luar waktu yang ditetapkan, maka menjadi tidak sah secara hukum, bahkan dianggap berdosa. Misalnya, shalat lima waktu, puasa ramadhan, dll.

• Ibadah ghairu muwaqqat ialah ibadah yang waktu pelaksaannnya tidak tergantung dengan waktu-waktu tertentu. Contoh: bertasbih dan berzikir, sedekah. Dll

5. Ditinjau dari Segi Status Hukum

Ibadah jika ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya terbagi menjadi dua macam Ibadah dibagi dua macam

• Wajib adalah ibadah yang harus dilaksanakan, bagi pelanggarnya dianggap berdosa. Misalnya shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan zakat.

• Ibadah sunnah adalah Ibadah yang dianjurkan pelaksanaannya, Pelaksananya akan memperoleh pahala dari Allah SWT., namun bagi yang tidak melaksanakan tidak dianggap berdosa, contohnya shalat sunnat rawatib, sedekah dan lain-lain.

PRINSIP-PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM

(7)

Pengertian IBADAH | 7 Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:

1. Menyembah (beribadah) semata kepada Allah. Prinsip utama

dalam ibadah adalah hanya menyembah karena Allah sebagai perwujudan mengesakan (tauhid) Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah:











Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (Qs.Al-Fatihah/1: 5)













 ...

sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun....

(Qs. An-Nisa’/4: 36























 ...



Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):

"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (Qs. An-Nahl/16: 36

Lawan tauhid adalah syirik (mempersekutukan Allah) yang merupakan dosa terbesar diantara dosa-dosa besar. Menyembah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian sesuatu (persembahan) yang syirik adalah memberikan sesuatu yang bersifat persembahan tetapi tidak ditujukan kepada Allah, sebagaimana dilakukan sebagaian orang yang meminta pertolongan kepada dukun, paranormal atau orang pintar, dengan membawa sesuatu sebagai persyaratan untuk mendapatkan pertolongan.

2. Meniadakan kesukaran dan menyedikitkan beban.

(8)

Pengertian IBADAH | 8 Keseluruhan ibadah dalam syari’at Islam tidak ada yang menyukarkan dan memberatkan mukallaf (orang yang terkena beban kewajiban beribadah), apabila tidak mungkin dilaksanakan. Perintah ibadah itu tidak banyak, hanya beberapa saja. Semua ibadah dalam batas kewajaran, dan sejalan dengan kadar kesanggupan manusia. Prinsip keempat ini sebagaimana diterangkan Allah dalam Al-Qura’an: (Q.S. al- Baqarah:185).

...

















....

...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...

























Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (Q.S. al-Baqarah:286).

...



















 ...



Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. Qs. Al-Hajj/22: 78

Dasar kemudahan beribadah juga diperoleh berdasarkan Hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda:

ََّنِإ

َنيَِّدلا

ٌرْسُي

ْنَلَو

ََّداَشُي

َنيَِّدلا

ٌدَحَأ

ََّلِإ

َبَلَغ

ُه اوُدَِّدَسَف

Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Shahih al-Bukhari

اَم نِأف

ُتْثِعُب

َنْيِرِّسَعُم

ْمَلِو

ْوُثَعْبُت

َنْيِرِّسَعُم

(9)

Pengertian IBADAH | 9 Sesungguhnya aku ini diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulit.

(Hr. Tirmidzi)

Begitulah nuansa kemudahan agama yang dapat kita tangkap ketika menyimak kedua sumber utama Islam, yakni : Al Quran dan As- Sunnah, bahwa perintah-perintah Allah semuanya adalah ringan dan mudah dikerjakan; tak mungkin menjadi beban menyulitkan bagi siapa saja yang hendak melaksanakannya.

3. Ibadah itu tanpa perantara

Dalam praktek beribadah sebagian umat manusia telah banyak mengalami kekeliruan, kekeliruan itu sebenarnya atas inisiatif dan konsepsi dari para tokoh agamanya sendiri, dimana mereka membuat jarak antara manusia dengan Tuhannya. Yang mampu melakukan hubungan dengan Tuhan secara langsung hanyalah orang-orang tertentu atau orang-orang yang khusus/alim saja, yaitu mereka sendiri para tokoh agama. Hal itu dinyatakan dalam rangka mengangkat harkat dan martabatnya sendiri. Hanya saja pernyataan mereka menyimpang dari ajaran agama yang dibawakan oleh para Rasul Tuhan, sebab ajaran agama pada umumnya memerintahkan agar manusia (siapa saja) berhak bahkan harus, untuk melakukan hubungan langsung dengan Tuhan melalui cara-cara tertentu, yaitu dengan melakukan ibadah.

Islam sebagai agama lebih mempertegas bahwa hubungan

manusia dengan Tuhan Allah (melalui ibadah) tidak perlu dengan

(10)

Pengertian IBADAH | 10 perantara apa-apa, dan melalui siapapun. Manusia harus melakukan hubungan langsung dengan Allah Swt.

Firman Allah:





































Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Qs. Al-Baqarah/2: 186

Begitu dekatnya Allah dengan manusia, Allah sendiri yang menyatakannya secara langsung di dalam al-Quran bahwa ia lebih dekat dari urat leher. Hal ini menunjukan bahwa Islam mengajarkan hubungan langsung dengan Allah dalam beribadah

4. Ikhlas merupakan sikap jiwa dalam beribadah

Niat adalah motif, dasar utama yang melandasi segala gerak,

tindakan dan lakun perbuatan, Berniat Ikhlas dalam beribadah berarti

segala tindakan dan laku perbuatan yang diperbuat dalam hidup ini

dilakukan semata-mata karena Allah. Oleh karena itu, apapun jenis

tindakan dan laku perbuatan itu, pasti didasari atau dilandasi adanya

perintah, anjuran dan larangan Allah. Termasuk juga mengikuti tata cara

melakukan sesuatu tindakan dan laku perbuatan tersebut, manakala telah

dicontohkan Nabi dan Rasul, maka semua itu dilaksanakan sesuai dengan

yang dicontohkan Nabi dan Rasul tersebut.

(11)

Pengertian IBADAH | 11 Ikhlas merupakan sikap jiwa dalam beribadah berarti semua gerak, tindakan dan laku perbuatan seperti sholat, puasa, zakat, haji, shodaqah, membantu orang yang susah, mengucapkan salam saat bertemu orang lain, menghormati tetangga, memaafkan orang, bekerja mencari nafkah atau apa saja – dilakukan semata mengharapkan keridhoan Allah dan bukan mengharapkan balasan dari orang yang dibantu.

Dalam istilah hadis nabi, segala sesuatu itu tergantung niatnya.

Dalam al-Quran dinyatakan bahwa orang-orang ahli kitab hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan niat yang tulus dan murni, taat kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan serta mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Berdasarkan firman Allah:



















Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang- orang yang beruntung (Qs. Al-Baqarah/2: 5).

Niat yang tulus adalah ikhlas dalam istilah ajaran Islam. Oleh karena itu ikhlas adalah sikap jiwa yang menjadi landasan, atau sendi dalam beribadah. Dengan ikhlas itu manusia akan terhindar dirinya dari perbuatan sesaat dan tindak kemusyrikan (menyekutukan Tuhan Allah), merupakan dosa terbesar yang tidak akan dapat diampuni.

Untuk setulus hati mengabdikan diri kepada Allah, mestilah

manusia bercermin kepada alam semesta. Coba perhatikan dan

renungkan ayat berikut ini; Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa

kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan,

bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan

(12)

Pengertian IBADAH | 12 sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Qs. Al-Hajj/22: 18).

Di dalam ayat ini dijelaskan pertalian manusia dengan alam yang ada di sekelilingnya. Manusia disuruh memperhatikan bahwa alam seluruhnya bersujud, artinya tunduk kepada suatu peraturan. Tidak satu pun yang melanggar peraturan yang telah ditentukan Allah, baik langit, bumi, matahari, maupun bintang gemintang sekalipun, sampai pada gunung-gunung, kayu di hutan, binatang melata di muka bumi, semuanya tunduk pada aturan Allah. Sayangnya manusia kebanyakan tidak menyadari bahwa diapun terikat oleh peraturan-peraturan itu.

Perhatikanlah perjalanan hidup kita sendiri. Dari air mani yang kental pekat, lalu dijadikan nutfah, lalu jadi alaqah, lalu jadi mudghoh, lalu lahir ke dunia setelah bulannya cukup. Dari kecil merangkak di tanah, sampai tegak bertatah-tatah sampai dewasa bertanggung jawab, mencari jodoh berumah tangga. Kalau usia panjang musti tua. Sehingga bagaimana pun kita menyesal atau pun kecewa dalam hidup, tidak seorang pun di antara kita yang mempunyai daya untuk menentang dan mengubah apa yang telah ditakdirkan. Datang ke dunia di luar kemauan kita, hidup menurut garis yang telah ditentukan, dan mati di luar kemauan kita pula.

Beda kita dengan makhluk yang lain adalah karena kita diberi akal

buat menimbang di antara buruk dengan baik, mudharat dengan manfaat.

(13)

Pengertian IBADAH | 13 Maka dengan akal itu pula terlihat perbedaan derajat dan martabat manusia, dengan akal itulah kita menerima apa yang diwahyukan oleh Tuhan bahwa hidup kita itu buat berbakti, buat mengabdi, buat beribadah.

KEDUDUKAN IBADAH DALAM ISLAM

Islam adalah istislam (penyerahan). Muslim adalah orang yang menyerah. Demikian salah satu arti kebahasaannya. Penyerahan diri seseorang kepada pihak lain, dapat terbatas pada penyerahan fisik semata. Dua orang petinju, yang salah satunya dijadikan tak berdaya oleh lawannya atau dijatuhkan lawannya di atas kanpas, jelas sekali ia menyerah karena tidak lagi mampu melanjutkan pertarungan, namun besar kemungkinan penyerahan diri itu hanyalah sebatas penyerahan fisik semata. Dalam hati, ia masih berambisi untuk memperoleh kesempatan bertarung ulang. dan ia merasa masih mampu mengalahkan lawannya.

Demikianlah, jasadiahnya menerima kalah, tapi hatinya menolak. Ada juga orang yang menyerah karena menyadari kelemahannya, mengakui keunggulan lawannya, serta membenarkan dengan nalarnya akan kemampuan lawannya. Pikirannya menerima, tetapi dalam saat yang sama, hatinya mendongkol, kecewa dan enggan menerima kekalahan walau secara fisik ia tampak menyerah di arena.

PRINSIP IBADAH: Ibadah karena Allah, Meniadakan

kesukaran dan menyedikitkan beban, Ibadah tanpa perantara,

serta Ikhlas karena Allah.

(14)

Pengertian IBADAH | 14 Apabila kedua contoh di atas diterapkan dalam hal keberagamaan, maka keduanya belum lah cukup untuk menjadikan pelakunya itu dinamai muslim/orang yang menyerah kepada Allah. Karena keislaman dan keimanan tidak cukup sebatas pengakuan lisan (ikrar) akan tetapi juga menuntut pembenaran hati serta dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan atau aktivitas anggota tubuh yang didasari penyerahan diri, ketundukan, penghambaan diri kepada Allah itulah yang dinamakan ibadah.

Dengan demikian kini kita memahami, bahwa hubungan antara ibadah dengan Islam sangatlah erat. Ibadah adalah aktualisai dan realisasi dari keislaman seseorang. Keislaman seseorang dinilai tidak wujud jika tidak dibuktikan dengan kesudian beribadah kepada Allah.

Sebaliknya, sekalipun seseorang beribadah namun tidak berdasarkan ajaran-ajaran Islam - tidak menyerah atau tidak taat pada perintah, larangan, dan anjuran serta tata cara yang telah ditetapkan, maka ibadahnya tidak diterima, sia-sia, dan tidak dinilai sebagai tanda keislamannya, Tegasnya, Ibadah dan Islam adalah dua sisi mata uang, ketiadaan salah satunya membuat batalnya keislaman itu sendiri.

Agama Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam semesta. dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

GAMBAR 1.1

Ruang Lingkup Agama Islam

(15)

Pengertian IBADAH | 15

Gambar ini menjelaskan, Islam sebagai agama adalah sebuah tuntunan hidup yang mengatur hubungan manusia secara vertikal kepada Allah dan secara horizontal mengatur hubungan antara sesama manusia dengan alam semesta. Hubungan manusia secara vertikal kepada Allah secara langsung terwujud dan berlangsung melalui ibadah khoshshoh (ibadah mahdhoh). Adapun hubungan horizontal antara sesama manusia dan alam semesta berlangsung melalui aktivitas ibadah ‘ammah (ghairo mahdhoh).

Muhammadiyah memahamkan bahwa ruang lingkup ajaran Islam meliputi bidang-bidang: (a) Aqidah; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan,

AGAMA ISLAM

Hubungan Sesama Manusia

Hubungan dengan

Alam Semesta PANDUAN

H u b u n gan Ke p ad a

Musli m

m

(16)

Pengertian IBADAH | 16 bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam; (b) Ibadah; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia; (c) Akhlaq; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia; (d) Mu’amalah dunyawiyat; Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah S.WT. 4

Secara sederhana ruang lingkup agama ini dapat dilihat dalam gambar 1.2 di bawah ini.

Dengan demikian, aqidah adalah yang inti dasar utama. Aqidah yang baik melahirkan ibadah yang baik yang ditandai dengan kesudiaan hamba melaksanakan arkanul Islam (rukun Islam). Dari aqidah dan ibadah yang baik mesti hasilkan akhlak yang baik. Dan tanda kebagusan akhlak

4 Haedar Nashir (Pengantar), Manhaj Gerakan Muhammadiyah, Ideologi, Khittah, dan Langkah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), hlm 55 – 57.

Gambar 1.2

(17)

Pengertian IBADAH | 17 seorang hamba terhadap Allah dan sesama manusia, terwujud dalam aktivitas muamalah duniawiyah-nya yang baik pula.

HUBUNGAN IBADAH DENGAN AKHLAK

Ibadah adalah sarana manusia dalam membangun hubungan vertikal dengan Allah (Hablun minallah) dan sarana manusia (hablun minannas) dalam mewujudkan perannya selaku khlaifatullahi fil ‘ardh.

Oleh sebab itu, ibadah memiliki dua dimensi yakni dimensi eksoteris dan dimensi esoteris.

Dimensi Eksoteris dalam beribadah adalah mengamalkan praktek

ibadah sesuai dengan tuntunan syari’at, yang bersifat lahiriah. Sholat misalnya didahului dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Seluruh rangkaian sholat, seperti mengangkat tangan, rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud serta bacaan yang mengikuti setiap gerakan itu adalah bersifat lahiriah. Yang kesemuanya ini pelaksanaannya haruslah berdasarkan petunjuk dari Allah yang tercantum dalam al-Qur’an, serta mengikuti praktek perbuatan Rasul Allah. Tegasnya, dalam tata cara pelaksanaan ibadah ini tidak boleh disusupi unsur bid’ah, yakni mengada- adakan sesuatu yang tidak berdasarkan tuntunan Rasul Allah SAW.

Dimensi esoteris adalah pemahaman bahwa setiap aktivitas

ibadah yang dilakukan tidaklah berhenti (fokus dan selesai) pada

aktivitas lahiriah semata. Akan tetapi aktivitas lahiriah itu mesti dipahami

juga sebagai simbol yang memiliki isyarat, arti, makna, kandungan dan

(18)

Pengertian IBADAH | 18 tujuan tersendiri yang merupakan substansi (esensi) dari ibadah lahiriah itu sendiri. Sholat misalnya selain wujud ketundukan kepada Allah, sholat sejatinya harus mampu melahirkan pribadi yang memiliki kemampuan untuk menahan dan menghindarkan dirinya dan orang lain dari perbuatan yang jahat, merusak atau mencelakai dirinya sendiri atau orang lain.

Demikian pula ibadah puasa. Ibadah puasa sejatinya bukanlah terbatas kepada kemampuan diri untuk menahan lapar dan haus saja, akan tetapi lewat puasa, ia kini menyadari betapa besar penderitaan yang dialami orang miskin. Sehingga lahirlah sifat empati dan peduli terhadap orang lain.

Pengamalan ibadah seharusnya tidak sekedar berdimensi eksoteris yang hanya bersifat simbolik dan lahiriah, akan tetapi mesti sampai kepada pemahaman dan penghayatan. Yang dimaksud pemahaman dalam ibadah adalah memahami makna-makna dan nilai-nilai serta esensi ibadah yang dilakukan. Sedangkan yang dmaksudkan dengan penghayatan adalah melakukan apresiasi dan ekspresi ibadah itu yang ditandai dengan lahirnya perbuatan yang bersifat aplikatif, yang sejalan dengan hakikat dan hikmah dan tujuan diadakannya ibadah itu sendiri.

Dan inilah yang dimaksud dengan ibadah dalam dimensi esoterik. 5

Harun Nasution mengemukakan, bahwa tujuan dari ibadah itu bukanlah hanya sekedar menyembah, tetapi taqarrub kepada Allah, agar dengan demikian roh manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih dan suci, akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci itu akan membawa kepada budi pekerti yang baik

5 Ma’rifat Iman KH, dkk, Ibadah Akhlak untuk Perguruan Tinggi, Edit. Abdul Fatah

Wibisono, (Jakarta: Uhamka Press, 2011), hlm. 27-28

(19)

Pengertian IBADAH | 19 dan luhur. Oleh karena itu, ibadah di samping merupakan latihan spritual, juga merupakan latihan moral.

Semua penjelasan ini menegaskan betapa eratnya hubungan ibadah dengan akhlak.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN IBADAH

Sebagaimana telah disebutkan bawa istilah penciptaan manusia hanya semata untuk beribadah kepada Allah SWt. Namun dalam konteks Mata Kuliah Ibadah dimaksud disini adalah pembahasan tentang:

1. Makna Ibadah Dalam Islam. Pokok bahasan dalam materi ini meliputi:

Definisi, Urgensi, dan Kedudukan Ibadah, Tujuan, macam, dan prinsip Ibadah, Hubungan Ibadah dengan Akhlak

2. Thoharoh. Materi pembahasan bab Thoharoh ini meliputi: Definisi Thaharah, Hukum Thaharah, Bentuk Thaharah, Alat Bersuci, Najis &

Hadas serta Aktualisasi Thoharoh Dalam Kehidupan Sehari-hari.

3. Sholat Fardhu (Wajib). Materi pembahasan Shalat Fardhu (Wajib) meliputi: Definisi shalat, Dalil dan kedudukan shalat, Hikmah disyari’atkannya shalat, Syarat wajib dan sah shalat, Hal-hal yang dianjurkan sebelum shalat, Tata cara shalat dan Dzikir dan Doa Selesai Shalat

4. Sholat Berjama’ah, Shalat Jum’at, dan Shalat Dalam Berbagai

Keadaan. Kajian ini meliputi : Hukum meninggalkan shalat Berjama’ah

da Shalat Jum’at, Cara Sholat Berjama’ah, Hal-hal yang harus

diperhatikan saat hendak Shalat Jum’at, Sahalat Jama’ Qashar, Shalat

(20)

Pengertian IBADAH | 20 dalam keadaan sakit, Shalat di atas kenderaan, Hukum Qadha dan Fidyah Shalat.

5. Zakat Dalam Islam, meliputi : Definisi dan tujuan zakat, Syarat harta wajib zakat, Sumber dan sasaran zakat, Zakat fitrah dan zakat mal Zakat dan Pajak.

6. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Kajian ini meliputi:

Antara Hibah, Hadiah, Infaq, Sedekah, dan Zakat, Zakat dan keadilan sosial Zakat dan proses pemberdayaan ekonomi masyarakat.

7. Puasa. Kajian ini meliputi : Definis dan sejarah disyariatkan puasa Syariat dan tujuan puasa, Macam-macam Puasa, Hal yang membatalkan puasa, Penetapan waktu Puasa Ramadhan, dan Dimensi Spritual dan Etika Sosial.

8. Fiqh Haji. Kajian ini meliputi : Definis dan hukum Haji, Latar Belakang Sejarah Hukum Ibadah Haji. Perbedaan Haji dengan Umroh, Rukun Haji, Larangan dan sunnah haji, Tata laksana haji dan Hikmah pelaksanaan haji.

9. Perawatan Janazah. Kajian ini meliputi : Pengertian Perawatan Janazah, Kewajiban muslim terhadap Janazah, Yang dilakukan sesudah seseorang meninggal, Proses perawatan Janazah, Ta’ziah dan Ziarah Kubur.

10. Akhlak dalam Ajaran Islam. Kajian ini meliputi: Definisi, Urgensi dan Kedudukan Akhlak dalam Islam.

11. Tasawuf Dalam Islam. Dalam materi ini meliputi; Pengertian Tasawuf,

Sumber Tasawuf, Kedudukan Tasawuf dalam sistem ajaran Islam,

Istilah dalam Tasawuf, Pembagian Tasawuf, Tujuan dan Maqamat

(21)

Pengertian IBADAH | 21 Tasawuf Dan Tasawuf Sebagai Upaya Mencapai al-Akhlak al-karimah, Tasawuf Serta Praktek Tasawuf Muhammadiyah (Kajian Singkat AR Fachrudin dan Buya Hamka.

SUMBER IBADAH-AKHLAK

Sumber ibadah - akhlak adalah Al-Quran dan Sunnah, artinya apa yang disampaikan oleh Allah dan Al-Quran dan oleh Rasulullah dan Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).

URGENSI IBADAH

Na luri untuk beribadah termasuk salah satu fenomena spritual manusia yang paling purba, bertahan lama dan paling mengakar. Kajian terhadap berbagai peninggalan purbakala menunjukkan bahwa dimana saja manusia hidup, disana pasti ditemukan jejak-jejak peribadatan meskipun satu sama lain berbeda bentuk, cara dan objeknya. Demikian juga dalam Islam, kedudukan ibadah dalam sistem ajaran Islam adalah pokok inti dari ajaran Islam, karena hakikat diciptakannya manusia adalah untuk beribadah (Qs. 51: 56).

Dalam hal kewajiban beribadah, dalam pemahaman fikih kita

mengenal istilah hukum yang bernama wajib, haram, sunat, makruh dan

(22)

Pengertian IBADAH | 22 mubah. Wajib adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala (reward) dan bila ditinggalkan akan mendapatkan dosa (punishment). Haram adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan akan mendapatkan dosa (punishment) dan bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala (reward). Sunat adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala (reward) dan bila ditinggalkan tidak akan mendapatkan dosa (punishment). Makruh adalah segala sesuatu yang sebaiknya ditinggalkan atau tidak dikerjakan. Namun bila dikerjakan tidak mengapa. Mubah adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala (reward) dan jika ditinggalkan tidak juga mendapatkan dosa (punishment).

Dalam konteks sosiologis dan psikologis, tentu saja pengertian wajib,

haram, sunat, makruh dan mubah, tentu berbeda. Wajib dalam perspektif

sosiologis adalah segala sesuatu yang memberikan kemanfaatan,

kemashlahatan, kebaikan, atau apapun yang bermakna kepada

pertumbuhan positif kehidupan manusia. Dan karena tujuan positif inilah

maka ibadah-ibadah yang hukumnya wajib patut, penting dan mutlak

harus dilaksanakan. Sebaliknya, haram adalah segala sesuatu yang akan

menghantarkan manusia kepada kerusakan, kehinaan, kekalahan,

kebinasaan, atau apapun yang bermakna kepada pertumbuhan negatif

kehidupan manusia, dan karenanya ia terlarang dilakukan. Sunat adalah

segala sesuatu yang menghantarkan manusia setingkat lebih baik dari

umumnya manusia yang baik. Jika manusia hanya melaksanakan sesuatu

sebatas kewajiban, maka ia dianggap telah baik karena sudah memenuhi

standard normatif. Akan tetapi mereka yang melaksanakan yang sunat,

(23)

Pengertian IBADAH | 23 bukan saja ia bekerja sesuai standard (normatif), bahkan ia mampu bekerja melebihi ekspektasi si pemberi tugas, padahal ia tidak dituntut untuk itu. Ia berbeda, ia memiliki keunggulan dan kreatifitas berlebih dibandingkan umumnya orang bekerja. Ia memiliki keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. Makruh adalah perilaku kebiasaan dalam masyarakat yang boleh jadi ketika ia lakukan tidak menurunkan nilai kemanusiaannya dalam masyarakat. Akan tetapi jika ia mampu menghindarkan diri untuk tidak melakukannya, maka ia menjadi lebih terhormat.

Jika analogi ini dipahami, maka kewajiban beribadah yang ditetapkan

Allah kepada manusia seperti sholat, puasa, zakat, infaq, shadaqah, haji,

serta rangkaian norma sosial yang dianjurkan untuk diikuti dan

dilaksanakan, adalah bentuk kasih sayang dan kecintaan-Nya agar

manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan ini (Qs.95: 4), tetap terjaga,

terpelihara dan terlindungi selama hidup dunia ini. Bahkan lebih dari itu,

kewajiban beribadah ini sesungguhnya adalah cara Allah untuk

menggiring hamba menuju kesempurnaan.

Gambar

Gambar  ini  menjelaskan,  Islam  sebagai  agama  adalah  sebuah  tuntunan hidup yang mengatur hubungan manusia secara vertikal kepada  Allah  dan  secara  horizontal  mengatur  hubungan  antara  sesama  manusia  dengan  alam  semesta

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dalam Negara Hukum Indonesia di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan

[r]

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakaukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak tanaman pacar kuku (Lawsonia inermis l.)

x2 dan X} terhadap y adalah sebesar 97,1% artinya persamaan tersebut menjelaskan bahwa variabel pengetahuan, tanggung jawab dan pengakuan dari orang lain memiliki kemampuan

K-Means merupakan metode data clustering yang digolongkan sebagai metode pengklasifikasian yang bersifat unsupervised (tanpa arahan). Pengkategorian metode-metode

Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini

[r]

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah, untuk dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang model- model pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai