• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA

ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : ASMAUL HUSNA

J1A1 12 017

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

2016

(2)

2

(3)
(4)
(5)

v

Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbilaalamiin, Subhanallahi wabihamdih wasubhanallahiladzim,tiada kata yang paling pantas diucapkan selain beribu rasa syukur yang memenuhi seluruh jiwa penulis yang lemah tanpa daya atas segala nikmat dan kehendak-Nya. Jika bukan karena rahmat, kehendak, hidayah dan karunia-Nya, maka tentulah tugas akhir ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda kekasih Allah, Rasulullah Muhammad SAW sebagai pendidik terbaik sepanjang peradaban manusia.

Hasil Penelitian ini berjudul “Hubungan Pengetahuan, Teman Sebaya dan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas karena adanya bantuan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan kepada Ibu Hariati Lestari, S.KM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Karma Ibrahim,S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan positif kepada penulis.

Ucapan terima kasih, penghormatan, dan penghargaan yang setinggi- tingginya pula kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta H. Alias dan

(6)

vi

studi. Terimakasih kepada adik ku tersayang Mufaiz serta semua keluarga yang telah memberikan rasa kasih sayang, kebahagiaan dan motivasi untukku.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

4. Koordinator Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

5. Seluruh dosen pengajar yang dengan sepenuh hati memberikan banyak pengetahuan selama perkuliahan dan staf pengelola Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo.

6. Ibu Hariati Lestari, S.KM., M.Kes dan Ibu Karma Ibrahim, S.KM., M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pengetahuan, saran dan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Drs.H.Junaid,M.Kes, Bapak Lymbran Tina S.KM.,M.Kes, dan Bapak Ainurafiq, S.KM.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan, saran, serta memberikan motivasi kepada penulis.

8. Kepada kepala Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dan seluruh staf-staf yang telah banyak membantu dalam pengambilan data maupun penelitian.

9. Sahabat-sahabatku : Nursasmita Ningsih, S.KM, Desi Arwanti,S.KM Diah Winda, S.KM, Destri muliastri, S.Si, Tiara Hastuti, S.KM, F

(7)

vii Umul, Ririn.

11. Ashar, S.IK yang banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.

12. Epid.com 2012 : Wulan, Antin, Ainun, Anto, Ezar, Asli, Kiki, Yus, Atun, Ece, Evi, Irma, Ayu, Ruri, Janira, Uki, Abi, Suci,Dandara, Herawati, Obin, Jaya, Eka, Ana, Nuzi, Cuni, Alfin, Iin,Liza.

13. Teman-teman PBL Tinanggea : Fiola, Desi, Isma, Ira, Fitri, Arnis, Dina, Nandra, Nasrul, Ririn, Darwin, Mono.

14. Teman-teman KKN : Kak Salwa, Kak Dano, Selvi, Rani, Kak Iwan, amrin, Zul, Sukrin dan Mushlin .

15. Seluruh teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selama ini bersama-sama menempuh ilmu di Kesmas.

Akhirnya doa dan harapanku semoga Tuhan memberikan limpahan Rahmat dan berkah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan pada program Strata Satu (S1) di Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa, negara dan agama.

Kendari, Juni 2016

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv

ABSTRAK xv

ABSTRACT xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitin 8

E. Organisasi/Sistematika 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Ngelem 9

B. Tinjauan Umum Tentang Anak Jalanan 13 C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, teman Sebaya, dan

Sosial ekonomi 17

D. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya 28

E. Kerangka Konsep 32

F. Hipotesis Penelitian 33

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 34

B. Lokasi dan waktu Penelitian 34

C. Populasi dan Sampel 34

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 35

E. Metode Pengumpulan Data 38

F. Instrumen Penelitian 38

G. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data 39

viii

(9)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian 41

B. Hasil Penelitian 46

C. Pembahasan 56

V. PENUTUP

A. Kesimpulan 65

B. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 68

LAMPIRAN 72

ix

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya 28 2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Penulisan 35 3. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari 46 4. Jumlah Puskesmas Menurut Kecamatan di Kota Kendari

Tahun 2014

46

5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

47

6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

47

7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

48

8. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

49

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

50

10. Distribusi Responden Berdasarkan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

50

11. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi Terhadap Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

51

12. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

52

13. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

53

14. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

54

x

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Teori 32

2. Kerangka Konsep 33

3. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015 43

xi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN No.

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi responden) 73 2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Koesioner Penelitian Master table

Print out SPSS

Surat Izin dari FKM UHO

Surat izin dari BALITBANG Prov. Sulawesi Tenggara Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dokumentasi

74 78 80 87 88 89 90

xii

(13)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti dan Keterangan

BNN Badan Narkotika Nasional

Dinsos EGG IQ

Dinas Sosial

Elektro Ensefalo Grafik Intelligence Quotience Kemenkes

Komnas PA LAD

Kementrian kesehatan

Komisi Nasional Perlindungan Anak Lysergic Acid Diethyilamide

Fly Mabuk

Napza Narkotika, Sikotropika, dan Zat Adiktif

PMKS UNICEF WHO

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

United Nations International Children’s Emergency Fund

World Health Organization

xiii

(14)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK

JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016

Oleh :

ASMAUL HUSNA J1A1 12 017

ABSTRAK

Anak adalah aset bangsa dan bagian dari generasi muda yang berperan sangat strategis, yaitu sebagai pewaris (successor) bangsa, penerus cita-cita perjuangan bangsa, sekaligus sebagai potensi sumber daya manusia dalam perkembangan nasional. Anak jalanan merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan perilaku berisiko terhadap kesehatan seperti perilaku ngelem. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, teman sebaya dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian adalah anak jalanan Kota Kendari dan sampel dalam penelitian ini adalah anak jalanan Kota Kendari sebanyak 49 anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampling jenuh. Analisis data menggunakan uji chi squeare dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67,3% anak jalanan memiliki perilaku ngelem dengan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan (ρValue=0,826 >

α) dengan perilaku ngelem pada anak jalanan, dan terdapat hubungan antara teman sebaya (ρValue=0,001< α), terdapat hubungan status ekonomi (ρValue =0,025) dengan perilaku ngelem pada anak jalanan yang memiliki kategori kekuatan hubungan sedang.

Kata Kunci: Perilaku, Ngelem, Anak Jalanan Pengetahuan, Teman Sebaya, Status Ekonomi.

xiv

(15)

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE, PEER FRIEND AND ECONOMIC STATUS WITH ‘‘NGELEM’’ BEHAVIOR OF STREET

CHILDREN IN KENDARI MUNICIPALITY IN 2016

By:

ASMAUL HUSNA J1A1 12 017

ABSTRACT

Children are nation’s asset and part of the young generation which have very strategic role as successor of nation, successor to the ideals of nation struggle, also as the potential of human resources in national development. Street children is a susceptible group to do risky behavior towards health such as ‘‘ngelem’’ behavior (inhale the glue). The purpose of this study was to determine the correlation between knowledge, peer friend and economic status with ‘‘ngelem’’ behavior of street children in Kendari Municipality in 2016. Type of study was an analytic survey by cross sectional study. Population in this study was street children in Kendari Municipality and samples in this study were street children in Kendari Municipality as many as 49 children. The sampling was done by saturated sampling method. Data analysis used chi square test with confidence interval of 95% (α=0.05). The results showed that 67.3% of street children had ‘‘ngelem’’

behavior with statistical test showed that there was no correlation between knowledge (ρvalue=0.826>α) with ‘‘ngelem’’ behavior of street children, there was correlation between peer friend (ρvalue=0.001<α) and economic status (ρvalue=0.025) with ‘‘ngelem’’ behavior of street children which had category strength of the correlation was moderate.

Keywords: Behavior, Ngelem, Street Children, Knowledge, Peer Friend, Economic Status.

xv

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah aset bangsa dan bagian dari generasi muda yang berperan sangat strategis, yaitu sebagai pewaris (successor) bangsa, penerus cita-cita perjuangan bangsa, sekaligus sebagai potensi sumber daya manusia dalam perkembangan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara serta disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah (Mulyadi, 2013).

Berdasarkan data dari UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund), jumlah anak jalanan di dunia pada tahun 2008 mencapai angka 100 juta anak. Departemen sosial memperkirakan jumlah anak jalanan di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 232.000 anak yang tersebar di setiap wilayah padat penduduk terutama di kota-kota besar di Indonesia (Setyadani, 2013).

Jumlah anak jalanan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 ada 8 ribu anak jalanan, jumlah ini meningkat 50 % pada tahun 2009 menjadi 12 ribu anak. Tahun 2010 terdapat 5,4 juta anak terlantar sebanyak 232 ribu diantaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas 3 kelompok yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di

1

(17)

jalanan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan dan kelompok anak yang mendekati jalanan (Komnas PA, 2010).

Jumlah anak jalanan di Kota Kendari yang terjaring razia di Dinas Sosial kota Kendari pada tahun 2011 adalah 20 anak, meningkat pada tahun 2012 yaitu sebesar 21 anak, terus meingkat pada tahun 2013 dengan jumlah 24 anak, pada tahun 2014 menigkat secara signifikan sebesar 41 anak, pada tahun 2015 terus meningkat menjadi 49 anak yang terjaring razia (Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigarsi, 2016).

Anak jalanan merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan perilaku berisiko terhadap kesehatan. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan sehingga masalah kesehatan pada anak jalanan masalah perilaku remaja yaitu kebiasaan merokok, menggunakan napza, perilaku seksual berisiko, dan masalah kesehatan reproduksi seperti infeksi menular Seksual dan HIV-AIDS (Kemenkes RI, 2010).

Studi yang dilakukan diseluruh dunia sesuai data United Nation Office on Drugs And Crime (2012), menunjukkan bahwa terdapat kurang dari 10%

dari penduduk pada usia remaja umumnya menggunakan inhalen (uap yang dihirup dari Zat Adiktif). Inhalen adalah suatu zat adiktif yang tergolong Napza yakni bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi).

(18)

Berdasarkan data Badan narkotika nasional (BNN), sekitar 1,99 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia merupakan pengguna narkoba dengan perkiraan pengguna mencapai 2,56 % pada tahun 2013 dan rentang usia pengguna narkoba tersebut adalah 10-59 tahun. Remaja yang di kategorikan sebagai pengguna narkoba di Indonesia sekitar 14.000 orang yang diakukan oleh badan narkotika nasional (BNN) tahun 2011 adalah pengguna narkoba yang paling banyak dan pengguna narkoba pertama kali rata-rata pada usia 16 tahun serta jenis narkoba yang dipakai adalah ganja, ekstasi, sabu, dan ngelem ( Asti,2014 dalam Candra, 2015).

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010, jenis narkoba yang satu tahun terakhir dipakai oleh pengguna yaitu zat yang sengaja dihirup sampai mabuk (fly) di Perkotaan Nasional adalah sebanyak 35,3%. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010, pola konsumsi narkoba pada anak jalanan tahun 2004 yang pernah pakai lem (Aica, Aibon, UHU) yaitu sebanyak 4,0% kemudian meningkat menjadi 4,8%. pada tahun 2008.

Berdasarkan Laporan Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Kendari bahwa pada tahun 2015, terdapat 11 anak jalanan yang terjaring razia telah melakukan aktivitas ngelem dan mumbul. Lem Aica aibon yang digunakan untuk ngelem merupakan napza yang sangat mudah didapat karena keberadaannya legal (sebagai lem). Hal ini yang menyebabkan penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat cepat perkembangannya terutama di dunia anak jalanan (Dinsos 2016).

(19)

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997, menyatakan bahwa zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikomsumsi oleh organisme hidup dapat mengakibatkan kerja biologi, serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus, yang jika dihentikan mendapat efek lelah yang luar biasa atau rasa sakit luar biasa (Kasim, 2013).

Penyalahgunaan Napza biasa didasari atas beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi penyalahguna Napza. Pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Pertama, sebab-sebab yang berasal dari faktor individu seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, jeins kelamin, usia, dorongan kenikmatan, perasaan ingin tahu, dan untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Kelompok kedua berasal dari lingkungannya seperti pekerjaan, ketidakharmonisan keluarga, status ekonomi, dan kelompok teman sebaya (Badri M, 2013 dalam Sholihah, 2013).

Perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang. Lem yang merupakan bahan untuk perekat suatu benda, disalahgunakan oleh anak jalanan untuk perbuatan yang melanggar norma dan nilai tertentu. Menghisap lem adalah menghirup uap yang ada dalam kandungan lem tujuannya untuk mendapatkan sensasi tersendiri (Chomariah, 2015).

Adapun lem yang digunakan oleh anak-anak jalanan untuk melakukan aktifitas ngelem tersebut adalah lem plastik, lem perabotan atau lem alat rumah tangga. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euphoria ringan,

(20)

mabuk, pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya. Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif (Mulyadi, 2013).

Bahaya yang diakibatkan oleh pemakaian lem aibon tersebut dapat bermacam-macam dan terkadang pecandunya kebanyakan tidak mengetahui organ tubuh mana saja yang dapat terserang. Bahayanya tidak hanya menyerang organ tubuh seperti otak, jantung dan paru-paru, bahkan virus pun akan lebih mudah masuk kedalam tubuh mereka. Tidak hanya menyerang fisik, melainkan mental, emosional dan spiritual mereka pun akan terganggu.

(Kasim, 2013)

Inhalan/ngelem dapat disertai dengan banyak efek merugikan yang serius. Efek merugikan yang paling serius adalah kematian, yang dapat disebabkan oleh depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksia, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera (sebagai contohnya, terintoksikasi inhalan saat mengendarai kendaraan). Peristiwa merugikan serius lainnya yang berhubungan dengan penggunaan inhalan jangka panjang adalah kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot permanen yang disertai dengan rabdomiolisis. Kombinasi pelarut organic dan konsentrasi tembaga, seng, dan logam berat yang tinggi telah disertai perkembangan atrofi otak, epilepsy lobus temporal, penurunan nilai intelegensia (Intelligence Quotience : IQ) dan berbagai perubahan Elektro Ensefalo Grafik (EEG).

Penyalahgunaan menahun atau pemaparan bahan kimia ini bisa merusak otak,

(21)

jantung, ginjal, hati dan paru-paru. Selain itu bisa terjadi kerusakan sumsum tulang, yang akan mempengaruhi pembuatan sel darah merah dan menyebabkan anemia. (Prasetnya, 2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Candra (2015) menunjukkan faktor ketidaktahuan remaja adalah salah satu penyebab remaja mengomsumsi lem.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui apa akibat atau efek bagi kesehatan mereka dalam mengomsumsi lem, tetapi mereka menyadari apa yang mereka perbuat tidak baik untuk kesehatan. Adapun Faktor kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, serta pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalan. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem (Mulyadi, 2013).

Berdasarkan hasil penelitiaan Rustywati, pergaulan dengan teman pengguna Napza merupakan hal yang paling berhubungan dengan kejadiaan penyalahgunaan Napza, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama.

Hasil penelitiaan ini sesuai dengan penelitiaan Hawari (1990) yang membuktikan bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi seseorang menjadi penyalahgunaan Napza. Pada penelitian ini menurut kelompok umur adalah remaja dan dewasa muda dengan rentang umur 21-30 tahun (72%) dan rata-rata mendapatkan Napza pada tingkat

(22)

sekolah menengah atas. Jika dilihat dari rata-rata umur maka sesuai dengan tiori bahwa faktor utama seseorang terkena Napza adalah teman sebaya (Haryanto, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara pengetahuan, teman sebaya, dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan, teman sebaya dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, teman sebaya, dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016.

b. Untuk mengetahui hubungan teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016.

(23)

c. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan instansi atau institusi terkait mengenai perilaku ngelem pada anak jalanan yang dapat digunakan sebagai penentuan arah kebijakan dalam melakukan upaya- upaya kesehatan.

2. Manfaat Teoritis

Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kesehatan masyarakat dalam kaitannya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan.

3. Manfaat bagi Peneliti

Dapat memperluas wawasan, pengalaman dan pengetahuan mengenai perilaku ngelem pada anak jalanan dan merupakan pengalaman berharga dalam mencoba mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama di perguruan tinggi.

E. Organisasi/Sistematika

Penelitian ini dibimbing oleh 2 orang pembimbing yakni pembimbing I oleh Ibu Hariati Lestari, S.KM., M.Kes. dan pembimbing II oleh Ibu Karma Ibrahim, S.KM.,M.Kes. serta tim penguji oleh Bapak Drs.

H. Junaid, M.Kes, Bapak Lymbran Tina, S.KM.,M.Kes, dan Bapak Ainurafiq, S.KM., M.Kes.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku Ngelem 1. Konsep Perilaku

Perilaku merupakan suatu respon organisme atau seseorang terhadap ransangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat penginderaan terhadap suatu objek.

Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar melalui pengelihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi (Sulistiyawati, 2009).

Sarwono (2011) mendefenisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata, tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan suatu konkrit yang dapat diobservasi , direkam maupun dipelajari.

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114).

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

9

(25)

a) Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.

b) Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c) Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Tindakan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (Notoatmodjo, 2007 dalam Sulistiyawati, 2009).

Perilaku dikatakan berisiko apabila perilaku itu bisa berpeluang mendatangkan kerugian. Jika tidak menimbulkan kerugia saat ini, paling tidak perilaku itu bisa mendatangkan musibah pada masa mendatang. Hal ini dapat menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

Kerugian ini dapat berupa materi, fisik, harga diri, rasa malu, kehilangan kesempatan, kehilangan masa depan, dan lain-lain (Anonim,2008 dalam Sulistiyawati, 2009).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

(26)

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

(27)

2. Konsep Napza (Ngelem)

Perilaku ngelem adalah perilaku atau tindakan seseorang untuk menghirup aroma dari bahan lem yang biasanya digunakan untuk menempel ban sepeda (lem fox) atau lem untuk merekatkan bahan kayu (lem kayu) (Kasim, 2013).

Ngelem yang dilakukan oleh anak jalanan ini termasuk Napza.

Napza singkatan dari Narkotika, sikotropika, dan zat adiktif lainnya yang meliputi zat alami dan sintesis yang apabila dikomsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis serta mengalami ketergantungan dalam diri si pengguna (BNN, 2004).

Menurut kementerian Kesehatan RI pada tahun 2010 mengartikan Napza adalah zat yang mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengomsumsinya. Manfaat atau resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan Napza ini tergantung pada seberapa banyak, seberapa sering dalam menggunakannya yang bersamaan dengan obat lain yang dikomsumsinya (BNN, 2004).

Lem Aibon adalah lem serbaguna, untuk merekatkan berbagai alat atau barang. Lem ini berguna untuk merekatkan barang dari bahan kulit binatang (tas, sepatu), plastik, kayu, kertas, aluminium, karet, tembaga, besi dan lain-lain. Jenis lem ini sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan untuk membuat mereka mabuk karena lem ini termasuk kategori zat adiktif yang berbahaya (Kasim, 2013).

(28)

Zat yang ada dalam lem Aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem aibon adalah Lysergic Acid Diethyilamide (LSD). Lysergic acid diethylamide (LSD) adalah halusinogen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang disarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering diserap ke dalam zat yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula (Kasim, 2013).

B. Tinjauan Umum Tentang Anak Jalanan

Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Brazil dengan nama “Men inos de Ruas”. Istilah ini digunakan untuk menyebut kelompok anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain, atau beraktifitas lain (Mezak B, 2007).

Departemen Sosial Republik Indonesia (1995) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya.

Berdasarkan pada penjelasan terdahulu tentang anak jalanan, dapat disimpulkan bahwa eksploitasi anak adalah untuk mencari uang atau

(29)

mempekerjakan seorang anak dengan tujuan ingin meraih keuntungan.

Berdasarkan definisi operasional dan karakterisitik jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dimana anak jalanan termasuk kedalam jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial, anak jalanan adalah anak yang berusia 5 – <18 tahun yang sebagian waktunya berada di jalanan sebagai pedagang asongan, pengemis, pengamen, penjual koran, pemberi jasa semir sepatu dan pengelap mobil.

Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang. Hal ini dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang tidak kondusif dan bahkan sangat tidak bersahabat. Alasan anak jalanan yang mengatakan bahwa tinggal di jalanan adalah sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarga tampaknya secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan timbulnya steorotipe bahwa anak jalanan dianggap sebagai penggangu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor sehingga yang namanya razia bukan lagi hal yang mengejutkan bagi mereka. Marginal, rentan dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang sangat erat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan

(30)

karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang secara kenyataaan dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Sedangkan disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar yang sangat lemah, tersubordinasi dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab (Mutiara ,2011).

Jenis pekerjaan anak jalanan oleh depertemen sosial dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu pertama, usaha dagang yang terdiri dari penjualan koran dan majalah, penjual sapu dan lap kaca mobil.

Kategori kedua, yaitu usaha bidang jasa yang terdiri dari pembersih bus, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu, dan kernek atau calok. Kategori ketiga yaitu meminta-minta dan pengamen serta kategori keempat , kerja serabutan yaitu anak jalanan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap seperti diatas dalam arti mereka berubah-ubah pekerjavn sekehendak mereka (Depertemen Sosial, 2014).

Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Bagong dan Sri, 2002: 41) :

a. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.

(31)

Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya.

Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:

1) Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari.

2) Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

b. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Ada beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan, sehingga lari atau pergi dari rumah. Anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial- emosional, fisik maupun seks.

c. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

(32)

Anak jalanan memiliki ciri khas baik secara psikologisnya maupun kreativitasnya. Hal ini diperjelas oleh Saparinah Sadli yang diungkapkan oleh Sudarsono (dalam Kasim, 2013) sebagai berikut:

a. Anak-anak ini mudah tersinggung perasaannya.

b. Anak-anak ini mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekad tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya.

c. Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang.

d. Anak ini biasanya tidak mau bertatap muka dalam arti bila diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka.

e. Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak mereka sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah diberi pengarahan yang positif.

f. Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, Teman Sebaya, Dan Status Ekonomi

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Terjadi

(33)

melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan keyakinan suatu obyek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Semakin tinggi pendidikan/pengetahaun kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta (Ashuri, 2011).

Manusia sebagai makhluk rasional sebenarnya sudah dibekali dengan hasrat ingin tahu. Keingintahuan manusia ini sudah dapat disaksikan sejak seseorang masih kanak-kanak dan akan terus berkembang secara dinamis mengikuti fase-fase perkembangan kejiwaan orang tersebut. Hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan bila ia sudah memperoleh pengetahuan mengenai apa yang dipertanyakan. Tetapi sudah menjadi sifat menusia yang mana setelah memperoleh pengetahuan mengenai suatu masalah maka akan disusul oleh kecenderungan ingin lebih tahu lagi begitu seterusnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia tidak akan pernah mencapai kepuasan mutlak untuk menerima realita untuk dihadapinya sebagai titik terminasi yang mantap (Asrofudin, 2008 dalam Ashuri, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yakni :

(34)

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu adalah merupakan tingkat pengetahun yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara lain;

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi kondisi yang ril. Aplikasi dapat diartikan pula atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d) Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat digunakan

(35)

pada penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi, penilaian itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Menurut Notoatmodjo (2003) proses penyerapan pengetahuan sebagai berikut :

1) Kesadaran (Awerennes)

Kesadaran merupakan tahap di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus (objek).

(36)

2) Merasa tertarik (Interest)

Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Menimbang-nimbang (Evaluation)

Tahap di mana responden menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial

Di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus.

5) Adaption

Adoption merupakan tahap di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan keyakinan suatu obyek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk fakta, simbol, prosedur teknik dan teori (Notoatmodjo, 2003).

(37)

2. Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Salah satu fungsi dari teman sebaya adalah adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga.

Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. remaja belajar apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain (Santrock, 2003 dalam Widiadynana 2014).

Pengaruh teman sebaya ini dapat berpengaruh positif dan negatif. Piaget dan Santrock (2003) menekan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenal pola hubungan timbal balik dan setara. Anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses

(38)

penyatuan dirinya kedalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung (Widiadnyana, 2014).

Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan Napza, teman kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan Napza pada diri seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan Pertama dengan Napza justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan Napza, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan Napza, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse) (Sri, 2012).

Berdasarkan hasil penelitiaan Rustywati, pergaulan dengan teman pengguna Napza merupakan hal yang paling berhubungan dengan kejadiaan penyalahgunaan Napza, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama. Hasil penelitiaan ini sesuai dengan penelitiaan Hawari (1990) yang membuktikan bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi seseorang menjadi penyalahgunaan Napza. Pada penelitian ini menurut kelompok umur adalah remaja dan dewasa muda dengan rentang umur 21-30 tahun (72%) dan rata-rata mendapatkan Napza pada tingkat sekolah menengah atas. Jika dilihat dari rata-rata umur maka sesuai dengan

(39)

tiori bahwa faktor utama seseorang terkena Napza adalah teman sebaya. (Haryanto, 2012 dalam Natalia, 2014)

3. Status Ekonomi

Pendapatan akan mempengaruhi status seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

Christopher dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

a) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:

1) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

2) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah.

3) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.

(40)

b) Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas Pitono dalam wijaksana (1992) mendefinisikan pendapatan adalah sebagai “Seluruh penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”.

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu :

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan 4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000,00 per bulan.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki

(41)

penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.

Keluarga anak jalanan adalah keluarga yang berada pada tingkat ekonomi yang rendah yaitu keluarga yang mengalami kesulitan secara ekonomi dan sosial. Sehingga hampir semua anggota keluarga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk anak-anaknya. Keluarga anak jalanan yang berada pada taraf kemiskinan, tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, sehingga anak harus terpaksa putus sekolah karena tidak mampu memenuhi biaya pendidikan. Orang tua harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup (Nofiyaningrum, 2013).

Sulawesi Tenggara, menetapkan UMP 2016 sebesar Rp 1.850.000 atau naik 11,99 persen dari UMP 2015 sebesar Rp 1.652.000. Penetapan UMP berdasarkan SK Gubernur Nomor 54 Tahun 2015 per 17 November 2015. (Ariyani arifin, 2015).

Anak jalanan yang kurang menghayati proses belajar nilai dan normanya tentu akan sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat negatif dan dengan cepat sekali mengadopsi perilaku negatif dari orang disekitarnya. Penyerapan perilaku negatif ini menyebabkan anak jalanan rentan melakukan penyimpangan–penyimpangan.

Penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat

(42)

kebanyakan atau populasi (Kartono, 2011:11 dalam Nofiyaningrum, 2013).

Faktor kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, serta pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalan. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem (Mulyadi, 2013).

Masalah ekonomi menjadi faktor yang dominan seorang anak pergi ke jalanan. Dari keenam informan yang diteliti, keenam informan berasal dari anak yang keluarganya memiliki masalah ekonomi dan masalah ekonomi juga mempengaruhi orangtua atau keluarga untuk membiarkan anak bekerja di jalanan. Keinginan untuk membantu perekonomian keluarga dengan cara membantu orangtua mereka bekerja walaupun apa yang mereka lakukan kadang berdampak buruk bagi masa depan mereka. Hal ini akan mengakibatkan anak-anak jalanan terbiasa hidup tanpa aturan di jalanan dikarenakan mereka tidak mendapatkan pendidikan yang benar tentang aturan ataupun norma di dalam masyarakat (Mulyadi, 2013).

(43)

D. Tinjauan Umum Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 1. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya No Nama,

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Jenis Penelitian

Hasil Penelitian Sumber

1. Candra, 2015

Perilaku Ngelem Pada Remaja Di Desa Berlimang Kecamatan Teluk Keramat Kab.

Sambas

Jenis penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus

Faktor-faktor

penyebab remaja melakukan ngelem diantaranya adalah teman sebaya atau teman sepermainan, faktor ingin mencoba , faktor ketidaktahuan bahaya ngelem, faktor perkembangan

teknologi informasi , faktor lingkungan sekita, faktor lingkungan sosial, faktor ketersediaan dan keterjangkauan dari lem itu sendiri dan faktor keluarga yang kurang maksimal dalam mengawasi anaknya.

Skripsi

2. Mus Mulyadi, 2013

Perilaku Ngelem

Pada Anak

Jalanan

(Studi Anak Jalanan Di Jalan D.I Pandjaitan Km. Ix, Kota Tanjungpinang)

Jenis penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus

1. Pengaruh masalah keluarga

memberikan

kontribusi yang sangat besar yang mengakibatkan anak tinggal di jalanan

dan mudah

terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang seperti ngelem akibat dari terjadinya agen

Skripsi

(44)

sosialisasi yang tidak berjalan dengan semestinya yaitu, permasalahan keluarga seperti broken home, masalah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orangtua hingga

permasalahan ekonomi.

2. Ada beberapa faktor anak jalanan melakukan perilaku ngelem, seperti ngelem dapat memberikan rasa tenang, terpengaruh teman sebaya dan keingintahuan untuk mencoba, rasa ketergantungan terhadap lem (ketagihan), serta perilaku ngelem yang dianggap sebagai bentuk kebiasaan yang menyenangkan di kalangan anak jalanan.

3. Tahap meniru atau bermain diawali dengan anak-anak jalanan tidak ingin dirinya berbeda dengan gaya hidup anak jalanan

(45)

lainnya, salah satunya dengan melakukan perilaku ngelem.

3. Mutiara Ginting, 2011

Perilaku

“Ngelem” Pada Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan Di Jalan Ngumban Surbakti

Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang)

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekata n studi kasus

Hasil penelitian di lapangan

menunjukkan bahwa perilaku ngelem merupakan bagian hidup anak jalanan yang tidak mudah untuk dihindarkan dan dihilangkan. Hal ini disebabkan karena perilaku ngelem telah menjadi kebiasaan di kalangan anak jalanan, bukan hanya di Jalan Ngumban Surbakti, tetapi juga di berbagai tempat dimana anak jalanan sering mangkal. Hal ini didukung dengan mudahnya

mendapatkan lem dengan harga yang masih terjangkau bagi ukuran anak jalanan.

Akibat ngelem, anak-

anak jalanan

mengalami perubahan emosional yang tidak jarang membawa mereka kepada halusinasi dan perilaku negatif seperti, berbicara kotor, mencuri dan berkelahi.

Skripsi

(46)

4. Fikki Prasetya, 2014

Perilaku

Penyalahgunaan Inhalen Jenis Lem Aibon Dan

Dampaknya Terhadap Status Gizi

Penyalahguna Di Kota Kendari Indonesia

Desain Kualitatif Dengan Pendekata n Studi Kasus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan inhalen lebih mudah terjadi pada seseorang yang mencari nafkah sendiri. Remaja yang cenderung setia dengan

perkumpulannya, merasakan

kenyamanan bergaul yang tidak diperoleh di tempat lain serta tingginya rasa solidaritas bersama teman, sehingga terjerumus kepada perilaku ngelem. Pada pria dengan umur remaja 10–18 tahun, rata-rata berstatus putus sekolah, dan tergolong dalam kelas ekonomi menengah kebawah memiliki peluang lebih besar menyalahgunakan inhalen. Dampak terhadap status gizi pengguna diketahui

bahwa Para

penyalahguna aktif memiliki status Gizi Kurang baik dikaitkan dengan berkurangnya berat badan secara signifikan.

Jurnal

(47)

E. Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Pada uraian diatas telah dijelaskan tentang faktor-faktor penyalahgunaan napza dan perilaku ngelem pada anak jalanan.

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori Notoatmodjo 2010 dalam Frihartin 2013 dan Badri M, 2013 dalam Sholihah 2013 yang dimodifikasi.

Gambar 1. Kerangka Teori

( Sumber: Teori Notoatmodjo 2010 dalam Frihartine 2013 dan Badri M, 2013 dalam Sholihah 2013)

Faktor Individu 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Kepriadian/Ting kat stres

4. Jenis kelamin 5. Usia

6. Dorongan kenikmatan 7. Ingin tahu

Perilaku Ngelem Faktor Lingkungan

1. Pekerjaan 2. Ketidakharmoni

san Keluarga 3. Status Ekonomi 4. Tekanan

Kelompok 5. Informasi

(48)

2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan : Variabel bebas ( independen ) Variabel terikat (Dependen ) F. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari Tahun 2016

H1 : Ada hubungan Pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

H0 : Tidak ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

H1 : Ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

H0 : Tidak ada hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

H1 : Ada hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016

Pengetahuan Teman sebaya

Status ekonomi

Prilaku Ngelem

(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan antara pengetahuan, pengaruh teman sebaya, status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari berdasarkan lokasi tempat mangkal anak jalanan yaitu sekitar perempatan Masjid Agung, Perempatan Saranani, Pasar Kota Lama dan Pelabuhan, Terminal Puwatu, Mall Mandonga, Taman Kebi yang dilaksanakan pada bulan April 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang berusia 5-<18 Tahun di Kota Kendari yang berjumlah 49 anak.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini jumlah populasi relatif kecil maka peneliti menggunakan Sampling Non probability yaitu sampling jenuh. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 anak.

34

(50)

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Dalam Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala 1. Prilaku

Ngelem

Perilaku ngelem adalah perilaku atau tindakan anak jalanan yang menjadi responden untuk menghirup aroma dari bahan lem yang biasanya digunakan untuk menempel ban sepeda (lem fox) atau lem untuk merekatkan bahan kayu.

Ya: bila responden pernah melakukan ngelem atau sedang ngelem dengan frekuensi 2-3 kali atau lebih pemakaian selama dalam sehari dalam waktu 6 bulan terakthir.

Tidak: bila responden tidak pernah atau tidak sedang ngelem dalam waktu 6 bulan terakhir

Nominal

2. Pengetahuan Pengetahuan anak jalanan tentang ngelem. Dimana pengetahuan responden terhadap hal-hal yang diketahui atau pemahaman responden mengenai perilaku ngelem dan dampaknya.

Pengukuran pengetahuan berdasarkan skala Guttman.

Jumlah pernyataan untuk tingkat pengetahuan sebanyak 10 pernyataan Nilai jawaban responden:

1 dan 0 Maka,

Skor tertinggi= 1x10= 10 Skor terendah= 0x10= 0

R= 10 – 0 = 10, maka interval (I) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008):

𝐼 =𝑅 𝐾 Keterangan:

I = Interval R = Range/kisaran K = jumlahkategori (2)

= 10 2 = 5

Batas atas = Skor tertinggi

= 10

Batas bawah= (Batas atas

Nominal

(51)

– I )

= (10 – 5) =5

Pengetahuan cukup:

Apabila skor jawaban ≥5 dari 10 pernyataan yang diberi skor.

pengetahuan kurang : Apabila skor jawaban ≤ 5 dari 10 pernyataan yang diberi skor.

3 Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh yang dimaksud disini adalah interaksi yang dilakukan oleh responden dengan teman sebayanya yang berdampak pada perilaku ngelem anak jalanan, yang meliputi perilaku teman dalam melakukan aktifitas ngelem, larangan dan nasihat untuk melakukan aktifitas ngelem.

Pengukuran dampak

teman sebaya

berdasarkan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan untuk pengukuran dampak teman sebaya sebanyak 8 pertanyaan

Nilai jawaban responden:

1 dan 0 Maka,

Skortertinggi= 1x8= 8 Skorterendah= 0x8= 0

R= 8 – 0 = 8, maka interval (I) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008):

𝐼 =𝑅 𝐾 Keterangan:

I = Interval R = Range/kisaran K = jumlahkategori (2)

=8 2= 4

Batas atas = Skor tertinggi = 8

Batas bawah= (Batas atas – I )

= (8 – 4)

Nominal

(52)

= 4

Dampak teman sebaya dikatakan terpengaruh:

Apabila skor jawaban ≥ 4 dari 9 pernyataan yang diberi skor.

Dampak teman sebaya

dikatakan tidak

terpengaruh: Apabila skor jawaban ≤ 4 dari 9 pernyataan yang diberi skor.

(Sugiono, 2007) 4 Status Ekonomi SStatus Ekonomi adalah

status atau kedudukan seseorang di masyarakat, berdasarkan adanya tingkatan pendapatan yang dihasilkan. pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

a) Sedang: jika pendapatan rata-rata antara Rp.

1.500.000,00 s/d Rp.

2.500.000,00 / bulan b) Rendah: jika pendapatan

rata-rata dibawah Rp.

1.500.000,00 per bulan.

Nominal

E. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan kuisioner dalam bentuk daftar pertanyaan yang disediakan sebelumnya dengan maksud untuk mengumpulkan data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan.

2. Data Sekunder

Data sekunder (perilaku Ngelem) diperoleh dari data hasil UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund)

(53)

tentang jumlah anak jalanan, data Komnas PA tentang jumlah anak jalanan di Indonesia tahun 2010, data Badan narkotika nasional (BNN) tentang jumlah penduduk Indonesia merupakan pengguna narkoba tahun 2011, Data sekunder lain yaitu data Jumlah anak jalanan yang terjaring razia di Kota Kendari tahun 2011-2015.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan tentang identitas responden, Tingkat pengetahuan, Teman Sebaya, dan sosial ekonomi keluarga.

1. Alat tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian.alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil, dan notebook.

2. Lembar informed consent

Adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian.

3. Kuesioner

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

yang berisi daftar pertanyaan tentang identitas responden, pengetahuan, Teman Sebaya, dan status ekonomi.

4. Kamera

Adalah alat untuk mendokumentasikan saat observasi.

(54)

G. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator dan komputer program SPSS versi 16.00 Windows dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan.

2. Analisis Data a. Analisis univariat

Dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional, hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent digunakan uji statistik Chi Square dengan tabel kontingensi 2x2, pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05).

Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan menggunakan koefiesien Phi.

RΦ = | ad | – | bc |

√(a + b) (c + d) (a + c) (b + d)

Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut:

(55)

1) Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2) Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction

3) Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square.

4) Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 (Budiarto, 2002 ).

Besarnya nilai phi berada di antara 0 sampai 1 dengan ketentuan:

0,01 – 0,25 = Hubungan Lemah 0,26 – 0,50 = Hubungan Sedang 0,51 – 0,75 = Hubungan Kuat

0,76 – 1,00 = Hubungan Sangat kuat (Arikunto, 2002)

3. Penyajian Data

Data yang diperoleh dan telah diolah kemudian akan ditampilkan dalam bentuk tabel serta tekstual kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penjelasan.

(56)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografi a. Luas Wilayah

Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari. Terdapat satu pulau pada wilayah Kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km2 atau 0,7 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kota Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, secara astronomis terletak dibagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 3o54`40`` dan 4o5`05`` Lintang Selatan (LS) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 26`33 dan 122o39`14``

Bujur Timur (BT).

Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas sebelah Utara: Kabupaten Konawe; sebelah Timur: Laut Kendari; sebelah Selatan: Kabupaten Konawe Selatan; sebelah Barat:

Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari terbentuk dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari.

41

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori
Tabel 2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Dalam Penelitian
Gambar 3. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015  (Sumber: Data Sekunder BAPPEDA)
Tabel  3.  Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari  Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menghilangkan Relasi Many-to-Many pada Entitas PembelianInventaris dan KelompokBarangInventaris ...166.

Pasar Pagi Arengka di Kecamatan Tampan kota Pekanbaru merupakan salah satu pasar tradisional yang aktif setiap hari yang ada di Kecamatan Tampan, pasar ini

Rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran experiential dengan pemanfaatan media video compact disc lebih

Rendahnya sikap dan prilaku pegawai yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat akan membangun citra buruk bagi Kelurahan, dimana masyarakat yang tidak puas

5 Ada pengaruh pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar aspek psikomotor siswa, disebabkan karena siswa mengalami sendiri secara langsung

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa LAR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public

اهليلبرك ةجيتن ىلع ادانتسا ،ةدىاشلدا ةقيرطب ةيناثلا ةثدالمحا ميلعتل ةمعادلا لماوعلا يى ةشقانلدا م دوجوم ثوحبلدا داولداك ةلاق ة ، ك دوجك ةلماكلا تلايهستلا (

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul: “Peran Konseling, Pengawasan, dan Pemeriksaan Pajak Dalam Mendorong Kepatuhan Wajib Pajak dan Dampaknya Terhadap Penerimaan Negara dari