10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan pada bab II ini peneliti menjelaskan mengenai pengertian tentang budaya menurut para ahli, pengertian semi militer menurut para ahli, definisi budaya semi militer, dan pengertian serta klasifikasi wawasan kebangsaan menurut pendapat para ahli.
2.1 Budaya
2.1.1 Pengertian Budaya
Budaya merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, bukan hanya kaya akan sumber daya alam, kepulauan, dan bahasa. Budaya Indonesia sangat beragam jenis baik dari sektor pariwisata, seni rupa, suku, adat, kebiasaan, hingga dari sektor pendidikan. Koentjaraningrat dikuti oleh Rahamwati, (2012) mengatakan bahwa kata budaya berasal dari kata sansekerta “buddhayah”, yang berbentuk jamak dari kata
“buddhi” yang memiliki arti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat mendefinisakan budaya sebagi arti rasa, cipta, dan karsa yang menghasilkan kebudayaan.
Koentjaraningrat mengungkapkan pada dasarnya, banyak yang membedakan antara kebudayaan dan budaya, dimana budaya adalah perkembangan majemuk dari budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian antropologi kebudayaan termasuk dari budaya tidak ada perbedaan dari arti keduanya. Menurut koentjaraningrat, gagasan, hasil karya, dan tindakan manusia dalam kehidupan bermasyarakat menjadi milik manusia itu sendiri, yang artinya bahwa setiap langkah pikiran dan perbuatan yang menghasilkan karya menjadi milik manusia itu sendiri.
11 Wujud kebudayaan menurut Koentjaningrat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni:
pertama, wujud kebudayaan sebagai sebuah keseluruhan dari gagasan, nilai-nilai, dan ide
serta peraturan. Kedua, wujud kebudyaan sebagai kelengkapan aktivitas dan tindakan manusia dalam lingkungan masyakarat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai hasil karya dari manusia.
2.1.2 Budaya dalam Pendidikan
Budaya dalam pendidikan menurut Normina (2018) merupakan ajaran yang berfungsi untuk membentuk manusia atau insan yang berbudaya dengan budaya manusia bisa mendapatkan hidup yang sesuai dengan norma atau aturan yang dapat dijadikan sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan. Sedangkan menurut Yuristia (2018) pendidikan sebagai perubahan budaya menjadi sebuah penanaman budaya secara turun temurun demi menjaga kultur budaya dan identitas bangsa.
Berdasarkan uraian makna budata dan budaya dalam pendidikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, budaya pendidikan merupakan hasil karya, gagasan, dan tindakan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi milik pribadi manusia, artinya yakni segala sesuatu dari hasil yang dciptakan oleh manusia menjadi kebiasaan dari manusia sendiri. Budaya dalam konteks pendidikan yaitu segala sesuatu kegiatan di sekolah atau instansi pendidikan yang menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh warga sekolah yakni, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.
2.2 Semi Militer
Hurlock dikutip oleh Mawadah (2019) Semi militer merupakan salah satu aktivitas dibidang pendidikan yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa, hal ini berbeda dengan militer pada umumnya yang sering diartikan sebagai angkatan
12 bersenjata dari suatu negara. Sekolah yang menerapkan pendidikan semi militer ini sering menerapkan hukuman yang cukup berat, berbeda dari sekolah-sekolah non semi militer.
Namun hukuman yang diberikan di sekolah semi militer tetap berdasarkan untuk membina karakter dan kedisiplinan siswa. Kata kerja latin hukuman berasal dari Punier yang memiliki arti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena melakukan perlaawanan, kesalahan, atau pelanggaran sebagai suatu ganjaran atau pembalasan.
Sedangkan hukuman memiliki tiga peran penting dalam perkembangan moral anak yaitu:
(1) hukuman berfungsi menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh kelompok masyarakat maupun sekolah; (2) hukuman berfungsi mendidik anak untuk tidak melakukan kesalahan yang tidak diharapkan oleh kelompok masyarakat maupun sekolah; dan (3) hukuman dapat memberi motivasi siswa untuk menghindari perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat atau sekolah.
Semi militer menurut Syahira dan Cahyaningtyas (2019) yakni sebuah metode pendidikan yang bertujuan untuk membentuk mental dan jiwa spiritual anak-anak, metode semi militer juga memiliki tujuan untuk mengurangi degradasi moral anak bangsa yang semakin hari semakin menurun, hal itu di buktikan dengan hasil penelitiannya bahwa terdapat anak-anak dibawah umur yang mendapatkan asuhan pendidikan semi militer di lembaga pembinaan khusus anak (LPKA). Artinya semi militer sangat berdampak bagi pembentukan mental, jiwa spiritual, dan karakter peserta didik.
Semi militer menurut riya Mahartika (2020) memiliki tujuan untuk membentuk mental, pendidikan karakter, dan kedisiplinan peserta didik agar mampu bekerja secara professional di dunia kerja, artinya dalam penerapan semi militer bertujuan untuk membentuk karakter, mental, dan kesiapan peserta didik dalam menghadapi dunia kerja.
13 Semi militer diberlakukan karena peserta didik dianggap sebagai siswa yang siap dalam mengembangkan karier lanjutnya di bidang kemaritiman dan perikanan. Semi militer cenderung meniadakan nilai demokrasi sehingga penerapan semi militer dianggap mengandung unsur ketegasan dan kekerasan. Penerapan semi militer membutuhkan keteladanan seperti memberikan penghargaan dan hukuman yang tepat dan sesuai, sehingga pelaksanaan semi militer dapat berjalan dengan baik dan menghilangkan stigma buruk di sebagian kalangan masyarakat.
Peraturan yang ketat dan disiplin dengan istilah semi militer memiliki gaya pendidikan yang menyerupai pendidikan militer pada umumnya namun sesuai dengan standart pendidikan tingkat sekolah. Peserta didik menggunakan budaya sopan, santun, dan hormat pada guru, karyawan, dan kakak tingkat. Pemakaian seragam yang berbeda dari sekolah umum lain nya mengartikan bahwa semi militer tercemin dari fisik seorang peserta didik, kepribadian yang dihasilkan, dan kedisiplinan yang tercipta.
2.3 Budaya Semi Militer
Pendidikan semi militer menurut Setyorini dan Kuncoro (2020) yaitu metode pendidikan yang menerapkan peraturan ketat dan disiplin untuk peserta didik. Hal ini diharapkan mampu memberikan efek kepada peserta didik agar memiliki mental yang kuat, berkepribadian, dan berkarakter. Penerapan semi militer cenderung meniadakan demokrasi dan nilai partisispasi, sehingga dalam penerapan ini adanya unsur pemaksaan.
Peserta didik dituntut untuk menerima segala konsekuensi yang berlaku terhadap semua kegiatan dan aturan pada pendidikan semi militer, pemberlakuan punishment dan reward adalah wujud dari pemberlakuan tata tertib dan kegiatan dari semi militer.
Pembinaan semi militer menurut Solong dan Busa (2020) yaitu pembinaan peserta didik yang lebih mengedepankan kedisiplinan serta pendidikan karakter yang
14 mencerminaan norma kesusilaan, artinya bahwa setiap peserta didik diharuskan untuk berpegang teguh terhadap tata terib atau aturan yang berlaku di sekolah atau instansi, pelaksanaan tata tertib di imbangi dengan pembentukan kepribadian, karakter atau manner peserta didik dengan cara menghormati sesama terutama seseorang yang lebih
tua. Semi militer juga menerapkan pola hidup terstruktur artinya dalam pembinaan semi militer memberlakukan pembinaan yang sesuai dengan jadwal, contohnya untuk pelaksaan sholat dan aktifitas non akademik lainnya.
Penerapan semi militer menurut pendapat Mawadah (2019) di tingkat pendidikan sekolah menengah atas atau kejuruan yakni dengan menerapkan tata tertib atau peraturan di sekolah, peserta didik diharuskan untuk mengikuti semua tata tertib yang disediakan oleh sekolah dan terdapat hukuman fisik (push up, lari keliling, dan lapangan) apabila peserta didik melanggar peraturan yang berlaku, peraturan yang dibentuk oleh sekolah berfungsi untuk membentuk kepribadian siswa serta meningkatkan kedisiplinan siswa.
Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa adanya penerapan kegiatan semi militer yang memberlakukan kedisiplinan, penguatan mental, dan pendidikan karakter yang dilakukan sehari-hari menjadi sebuah kebiasaan atau budaya yang melekat dalam metode semi militer, hal itu disebut dengan budaya semi militer.
2.4 Wawasan Kebangsaan
2.4.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan
Setiap warga Negara Indonesia sedikitnya memiliki rasa nasionalis dan memiliki wawasan kebangsaan dalam pemikiran maupun perbuatan, rasa kebangsaan tidak dapat diukur namun bisa dirasakan oleh sebagian orang. Tidak ada satu orangpun yang rela
15 bangsa nya mendapatkan ancaman dari Negara lain, walaupun pada generasi milenial yang terkadang acuh terhadap permasalahan Negara, mereka bahu membahu membangun kesatuan dan persatuan, hal ini dibuktikan dengan adanya peristiwa anak muda Indonesia menaikan tagar atau hastag sosial media twitter mengenai parodi lagu Indonesia raya, yang diduga peristiwa tersebut dilakukan di Negara Malaysia oleh 2 orang warga Negara Indonesia. Ahmad Naufal Dzulfaroh (2020). Peristiwa tersebut secara tidak langsung meggambarkan bahwa sedikitnya masyarkat Indonesia memiliki jiwa nasionalisme sebagai wujud dari wawasan kebangsaan.
Wawasan kebangsaan memberikan gambaran arah yang jelas bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki asas kebersamaan, yakni pancasila sebagai landasan idiil serta menjadi dasar dalam pemahaman konsepsi wawasan kebangsaan, undang-undang dasar 1945 yang menjadi landasan konstitusional serta sumber hukum tertinggi dan berlaku di Indonesia, Negera Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
Wawasan kebangsaan menurut pendapat Suhady dan Sinaga (2006) yaitu sudut pandang seseorang dalam memaknai keberadaan jati dirinya sebagi satu bangsa dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsanya dalam lingkungan internal maupun eksternal. Sedangkan Kartasasmita dikutip oleh Apriani (2020) mengungkapkan bahwa rasa kebangsaan yakni kesadaran berbangsa yang menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan yang lahir karena adanya kebersamaan sosial yang muncul dari sejarah, kebudayaan, dan aspirasi perjuangan dimasa lampau, serta kebersamaan dalam melewati segala tantangan dan persoalan Negara ini. Dinamisasi rasa kebangsaan itulah yang berkembang menjadi wawasan kebangsaan dan melahirkan suatu paham yakni nasionalisme dan paham kebangsaan.
16 Martodirjo dikutip oleh Bria (2017) berpendapat bahwa wawasan kebangsaan ialah cara memandang eksistensi bangsa dalam konteks yang utuh maupun dalam konteks hubungan timbal baliknya dengan lingkungan sekitar. Bagaimana suatu bangsa memaknai arti dari perjuangan, segi tujuan, dan cita-cita suatu bangsa. Wawasan seperti inilah yang membuat semua lapisan masyakarat semangat akan pembaharuan dari suatu Negara. Wawasan kebangsaan juga ditandai dengan adanya masyakarakat yang antusias terhadap semua pegerakan dan proses kemajuan di Negara ini, artinya setiap warga negera Indonesia sekitnya memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam diri dan jiwanya.
Sedangkan Sidqi dan Zubair (2018) berpendapat bahwa wawasan kebangsaan merupakan cara pandang sebuah bangsa dalam melihat eksistensi dirinya yang bersifat dinamis atau mengikuti perkembangan zaman dan selalu berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.
Wawasan kebangsaan harus dimiliki oleh setiap warga Negara yang berjiwa pancasila, pada dasarnya seseorang yang memiliki wawasan kebangsaan dan berjiwa patriotisme adalah seseorang yang memiliki: 1) prinsip keteladanan, 2) prinsip keseimbangan, 3) prinsip keyakinan, 4) prinsip keadilan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, 5) prinsip kedaulatan rakyat.
17 Muladi dikutip oleh Fauzi (2017) mengatakan bahwa wawasan kebangsaan yaitu cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungannya yang mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sedangkan Suhdady dan Sinaga (2006) juga berpendapat bahwa wawasan kebangsaan ialah sudut pandang seseorang atau kelompok dalam menyikapi keberadaan jati diri suatu bangsa yang berpedoman pada falsafah hidup bangsa di lingkup internal maupun eksternal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas wawasan kebangsaan dapat disimpulkan yakni sebagai suatu cara pandang terhadap peristiwa, lingkungan, dan perilaku untuk memaknai arti dari sebuah perjuangan, cita-cita dan harapan bangsa demi satu kesatuan dan persatuan bangsa.
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan atau wawasan nusantara diciptakan untuk membentuk kepribadian bangsa serta membentuk satu kesatuan dan persatuan antar masayarakat, oleh karena itu pengetahuan dan sikap mengenai wawasan kebangsaan harus ditanamkan sedini mungkin pada setiap lapisan masyarakat agar terciptanya masyarakat yang patriotis dan nasionalis.
Fungsi wawasan kebangsaaan menurut Nugraha (2017) yaitu sebagai pedoman dan acuan dalam menentukan kebijakan, keputusan, perbuatan, dan tindakan penyelenggaraan di tingkat Negara maupun daerah agar para petinggi Negara tidak melakukan hal-hal yang menyimpang ditengah kehidupan masyarakat. Artinya bahwa setiap merumuskan segala aturan dan kebijakan yang akan digunakan di tingkat Negara maupun daerah harus sesuai kaidah dan pedoman yang berlaku, kaidah dan pedoman di
18 Indonesia yaitu dengan menggunakan undang-undang dasar 1945 sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan.
Tujuan dari wawasan kebangsaan menurut Winarno (2019) dapat dibedakan menjadi dua yakni: pertama, tujuan ke dalam yang berarti bahwa menjamin perwujudan dan persatuan bagi segenap kehidupan bangsa yakni politik. Kedua, tujuan keluar yang berarti menjamin dalam hal kepentingan nasional dengan ikut serta melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia.
Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, fungsi dan tujuan dari wawasan kebangsaan yaitu pedoman untuk setiap warga Negara dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan untuk menghadapi tantangan di masa kini hingga masa yang akan datang.
2.4.3 Makna dan Nilai Wawasan Kebangsaan
Makna wawasan menurut Danniarti (2017) adalah kebangsaan bagi Indonesia yakni sebagai berikut: pertama, wawasan kebangsaan memberikan kepercayaan pada seluruh rakyat bahwa turut menjaga kesatuan, persatuan, keselamatan, dan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau individu. Artinya masyarakat diharapkan rela berkorban demi kepentingan nasional dengan itu masyarakat di tanamkan rasa penghargaan dan motivasi terhadap martabat manusia, rasa cinta tanah air, empati sosial, dan demokrasi. Kedua, wawasan kebangsaan berlandasarkan Bhineka Tunggal Ika.
Adanya bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia, persatuan tidak boleh tergantikan dengan adanya keaneka ragaman budaya melainkan sebagai penguat rasa persaudaraan dan semangat persatuan. Ketiga, wawasan kebangsaan tidak dipergunakan dalam pemikiran dan perbuatan yang licik. Misi yang diamanatkan pada masyarakat
19 Indonesia yaitu mengamalkan wawasan kebangsaan dengan jiwa yang murni, sebagai salah satu bentuk pengabadian warga Negara terhadap bangsanya. Keempat, NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur bertekad untuk mewujudkan kemajuan berbangsa dan bernegara hingga sejajar dengan Negara maju yang lainnya.
Nilai-nilai wawasan kebangsaan menurut Suhady dan Sinaga (2006) yakni terwujud dalam kesatuan dan persatuan bangsa memiliki enam dimensi manusia yang bersifat fundamental, yakni: 1) Penghargaan terhadap martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, adanya bentuk penghargaan kepada manusia dengan penciptanya adalah bentuk perwujudan pancasila dari sila ke satu. 2) Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai bentuk dari perwujudan rasa hormat terhadap sesama manusia yang dijalankan secara tanggung jawab demi kesatuan dan persatuan bangsa. 3) Cinta akan tanah air dan bangsa, mewujudkan rasa cinta tanah air dan bangsa ialah sebuah bentuk tekad bersama untuk kehidupan berbangsa yang mandiri, maju, dan merdeka.
Sebelum mewujudkan rasa cinta pada Negara, baiknya dimulai dari menghormati sesama manusia sebagai bentuk solidaritas dan rasa adil terhadap sesama manusia. 4) Demokrasi atau kedaulatan rakyat, nasionalisme harus dipandang secara luas agar tidak menimbulkan fasisme dikalangan masayarkat dan nasionalisme di Indonesia selalu berkaitan dengan demokrasi sebagai perwujudan dari kekuatan kebangsaan. 5) Kesetiakawanan sosial, sebagai rumusan nilai dari sila ke-lima, wawasan kebangsaan menegaskan bahwa kesejahteraan rakyat ialah tujuan yang paling tinggi dari sebuah Negara, baik kesejahteraan sosial maupun individu masyarakat. 6) Masyarakat adil dan makmur, wawasan kebangsaan menegaskan bahwa demokrasi sebagai kemenangan bersama namun bukan menjadi tujuan utama, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yakni kehidupan masyarakat adil dan makmur.
20 Berdasarkan uraian makna wawasan kebangsaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wawasan kebangsaan hakekatnya dilandasi oleh pancasila sebagai falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir pancasila hadir sebagai pedoman bagi bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan Negara.
Nilai-nilai wawasan kebangsaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wawasan kebangsaan didasari dengan rasa solidaritas dan penghormatan kepada setiap insan manusia untuk perwujudan kesejahteraan masing-masing individu. Apabila masing- masing masyarakat memiliki rasa penghargaan terhadap diri sendiri maka perwujudan kesejahteraan dan persatuan bangsa bisa terwujud.
2.4.4 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan menurut Danniarti (2017) yaitu mengandung tiga unsur dasar yakni sebagai berikut; pertama, (contour) wadah meliputi dari seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan penduduk, sumber daya alam, dan budaya. Indonesia sebagai Negara yang merupakan wadah kegiatan kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik, sedangkan wadah kehidupan masyarkat sebagai bentuk kelembagaan infra struktur politik. Kedua, (content) isi yaitu sebagai aspirasi masyarakat dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa. Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 untuk mencapai cita dan tujuan tersebut harus menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam keaneka ragaman Indonesia. Ketiga, (conduct) tata laku adalah hasil yang didapat dari unsur wadah dan isi yang saling berkaitan dan menghasilkan tingkah laku masyarakat yang mencerminkan semangat dalam membangun perubahan.
21 Berdasarkan uraian ketiga unsur wawasan kebangsaan dapat disimpulkan yakni kegiatan bermasyarakat yang sesuai dengan pedoman dalam berbangsa dan bernegara bermula dari unsur-unsur dasar sebagai salah satu fasilitas dan hasil yang diambil dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.4.5 Aktualisasi Wawasan Kebangsaan
Aktualisasi wawasan kebangsaan menurut Danniarti (2017) yakni sebagai konsep politik dan kenegaraan serta merupakan hasil dari pemikiran politik bangsa Indonesia.
Berikut yang merupakan aktualisasi atau kemampuan yang hendak dicapai dari wawasan kebangsaan.
2.4.5.1 Mengembangkan Sikap Mental Persatuan dan Kesatuan
Sejarah memberikan ajaran penting dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Awal perjuangan yang lebih bersifat kedaerahan hal itulah yang mudah digagalkan oleh penjajah, karena belum terbentuknya rasa kesatuan dan persatuan rakyat.
Namun seiring berjalanya waktu rasa semangat kesatuan rakyat muncul hingga terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
Semangat rasa persatuan Indonesia harus ditanamkan pada zaman modern, karena dengan rasa persatuan dan kesatuan ini bangsa Indonesia tidak mudah untuk terpecah belah dan mewujudkan Negara yang demokratis, adil, dan makmur.
2.4.5.2 Menumbuhkembangkan Keikhlasan dan Kejujuran dalam Kehidupan Berbangsa
Peristiwa dalam piagam Jakarta ketika para pendiri Negara hendak merumuskan pancasila terjadi permasalahan mengenai sila pertama yakni “ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”, sila tersebut dirasakan
22 menghambat keutuhan dan persatuan bangsa oleh pendiri Negara bagian Indonesia timur, kemudian dicapai dengan keputusan untuk merumuskan sila pertama menjadi “ketuhann yang maha esa”.
Substansi dari peristiwa piagam Jakarta ialah keikhlasan para tokoh islam sehingga mereka mengorbankan kepentingan golongan demi kesatuan dan perstaun bangsa Indonesia.
2.4.5.3 Bangga Menjadi Bagian dari Warga Negara Indonesia
Kebanggan dalam konteks kehidupan berbangsa dikaitkan dengan rasa nasionalisme seseorang, dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air kemudian menjadi kekuatan batin dalam pembangunan bangsa. Bangga menjadi warga Negara diwujudkan dari pengamalan di setiap butir-butir pancasila serta membiasakan diri untuk betingkah laku sesuai kaidah dan norma-norma yang berlaku.
23 2.5 Penelitian yang Relevan
Tabel 1.
Penelitian yang Relevan.
No. Judul Penelitian Penulis Persamaan dan Perbedaan dari Hasil Penelitian yang
Relevan 1. Wawasan Kebangsaan Siswa
Sekolah Menengah Atas dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pribadi Siswa.
(Studi pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Umum Berasrama
Berwawasan Nusantara, SMA Umum di Lingkungan Militer dan SMA Umum di Luar Lingkungan Militer di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah)
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani (2018)
Persaaam dari penelitian ini yaitu variabel yang diteliti adalah wawasan kebangsaan siswa, namun penelitian ini dilakukan di sekolah menengah atas berasrama dan sekolah menengah atas di lingkungan militer, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti di sekolah menegah kejuruan negeri yang tidak berasrama.
2. Penguatan Civic Literasi dalam Membentuk Wawasan Kebangsaan
Muhammad Tachyudin, Hadi Cahyono, dan Prihma Sinta Utami (2020)
Variabel dalam penelitian ini memiliki kesamaan yaitu wawasan kebangsaan dan perbedaan nya ialah dalam
membentuk wawasan
kebangsaan dibutuhkan penguatan civic literasi dan menggunakan metode kualitatif sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mencari korelasi antara budaya semi militer terhadap wawasan kebangsaan siswa.
3. Peran Guru dalam Upaya Pembentukan Wawasan Kebangsaan pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Barat Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2015/2016
Nurhadji Nugraha dan Nevanda Depika Sari (2017)
Persamaan dalam penelitian ini yaitu meneliti tentang wawasan kebangsaan siswa, perbedaannya ialah, metode yang digunakan peneliti yakni kuantitatif hal tersebut berbeda dengan penelitian yang disebutkan dengan menggunakan metode kualitatif.
24 2.6 Hipotesis
Berdasarkan teori yang dipaparkan, maka dapat diajukan dua macam hipotesis yakni sebagai berikut:
2.6.1 Hipotesis Alternatif (Ha) ada pengaruh budaya semi militer terhadap wawasan kebangsaan siswa di SMK Negeri 2 Turen
2.6.2 Hipotesis Nihil (Ho) tidak ada pengaruh budaya semi militer terhadap wawasan kebangsaan siswa di SMK Negeri 2 Turen.