• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan penulis dalam melakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan penulis dalam melakukan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai referensi dan sebagai pendukung dalam pengkajian pada penlitian penulis. Berikut beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:

Penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian pola jaringan sosial usaha kedai PosKopiMLG dalam mengembangkan usaha yaitu, pertama penelitian oleh Tri Hayu Parasmo dan Diyah Utami tahun 2017 yang berjudul Jaringan Sosial Pedagang Barang Antik Di Kota Surabaya (Studi pada Pedagang Klithikan Barang Antik di Jalan Bodri Kota Surabaya) (Tri Hayu Parasmo, 2017), penelitian yang ke dua oleh Nirfadhilah pada tahun 2016 yang berjudul Jaringan Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang (Nirfadhilah, 2016), penelitian yang ke tiga oleh Rizky Raphoksi dan Ali Imron pada tahun 2016 yang berjudul Jairngan Sosial Barista Folks Coffee Tea (Studi pada Folks Coffee Tea Surabaya) (Rizky Raphoksi, 2016), penelitian yang ke empat oleh Ahmat Fatkur Rohji dan Pambudi Handoyo tahun 2015 dengan judul Jaringan Sosial Pengrajin Genteng di Desa Kaloran Kabupaten Nganjuk (Studi Pada Desa Kaloran Kabupaten Nganjuk) (Ahmat Fatkur Rohji, 2015), penelitian ke lima oleh Grita Gusti Gandi, Moh.

Solehatul Mustofa dan Asma Lutfi pada tahun 2017 yang berjudul Jaringan Sosial

(2)

16 Petani Dalam Sistem Ijon Pada Pertanian Di Desa Pagenteran Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang (studi pada desa pagenteran) (Grita Gusti Gandi, 2017)

Penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari judul penelitian dan hasil penelitian ari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini:

No

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan &

Kesamaan 1. (Tri Hayu Parasmo,

2017) Jaringan Sosial Pedagang Barang Antik Di Kota Surabaya (Studi pada Pedagang Klithikan Barang Antik di Jalan Bodri Kota Surabaya)

Hasil penelitian dari Hayu yaitu bahwa tindakan yang dilakukan oleh beberapa aktor seperti makelar, tengkulak dan pengepul untuk memperoleh barang antik merupakan jaringan sosial yang terbentuk secara alami karena saling memiliki kebutuhan masing- masing. Terbentuknya jaringan sosial mempermudah masing-

Perbedaan :

Penelitian ini bertujuan melihat terbentuknya jaringan sosial yang terjadi secara alami karena saling memiliki kebutuhan masing- masing.

Persamaan : Sama-sama

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

(3)

17 masing aktor untuk

memenuhi tujuan, terutama bagi tengkulak untuk menyalurkan barang antik kepada pedagang. Modal sosial di dalam jaringan sosial memainkan peran penting yaitu kepercayaan dan resiprositas yang terjadi antara pedagang dengan pedagang, makelar dengan tengkulak, tengkulak dengan pengepul, dan pedagang dengan tengkulak.

memakai konsep Jaringan sosial

2. (Nirfadhilah, 2016), Jaringan Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan

Hasil dari penelitian dari Nirfadhilah bahwa jaringan tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan jaringan terbentuk dengan membangun hubungan

Perbedaan :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pedagang yang memiliki jaringan sosial dan tidak memiliki jaringan sosial, serta

(4)

18 Samarinda

Seberang

antara pedagang.

Pedagang dapat dikatakan lebih sukses, dibandingkan dengan para pedagang yang tidak memiliki jaringan sosial.

menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif Persamaan :

Penenlitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian.

3. (Rizky Raphoksi, 2016) Jairngan Sosial Barista Folks Coffee Tea (Studi pada Folks Coffee Tea Surabaya)

Bahwa jaringan sosial yang tercipta bukan lagi milik masyarakat yang memiliki materi, tetapi bagi masyarakat pemilik ide jaringan sosial justru terbangun dari kelompok kecil ini. Aktifitas yang dilakukan barista menimbulkan suatu ikatan emosional yang tinggi. Suatu hal yang bersifat individu mulai dikesampingkan untuk tetap menjaga struktur sosial yang dibuat. Para

Perbedaan :

Penelitian ini berfokus pada pembentukan pembentukan jaringan sosial pada masyarakat seperti ikatan barista dengan konsumen yang menimbulkan suatu struktur sosial.

Persamaan : Sama-sama

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Membahas hubungan

(5)

19 barista secara tidak

langsung membuat jaringan sosial dengan pelanggan/konsumen untuk menjaga struktur sosial.

industrial serikat pekerja dengan perusahaan.

4. (Ahmat Fatkur Rohji, 2015) Jaringan Sosial Pengrajin Genteng di Desa Kaloran Kabupaten Nganjuk (Studi Pada Desa Kaloran Kabupaten Nganjuk)

Hasil dari penelitan fatkur yaitu jaringan sosial sangatlah penting karena dalam hal untuk pemasaran produk dan meluaskan usahanya.

Semakin banyak jaringan yang dijalin, maka semakin luas pula jangkauan usahanya.

Jaringan sosial ini

Perbedaan :

Penelitian ini berfokus pada trust antara pedagang dan pengepul sehingga mencipatkan jaringan sosial.

Persamaan : Sama-sama

menggunakan penelitian

(6)

20 terbentuk karena adanya

trust dari kedua belah pihak antara pengerajin dan pengepul.

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

5. (Grita Gusti Gandi, 2017)

Jaringan Sosial Petani Dalam Sistem Ijon Pada Pertanian Di Desa Pagenteran

Kecamatan Pulosari Kabupaten

Pemalang (studi pada desa pagenteran)

Hasil dari penelitian Gusti yaitu relasi antara aktro terbentuk suatu jaringan sosial dalam sistem ijon. Aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan sosial yaitu petani, tengkulak, pedagang, dan pemerintah. Keempat aktor ini terikat dengan adanya kepercayaan sebagai modalnya.

Sistem ijon ini cenderung berdampak negatif bagi petani karena petani dirugikan dengan penjualan hasil pertanian harus melalui tengkulak yang bersangkutan.

Perbedaan :

Penelitian ini beerfokus pada mekanisme sistem ijon yang terjadi antara petani dan tengkulak.

Persamaan : Sama-sama

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Konsep hubungan industrial

(7)

21 Sedangkan dampak

positif dari sistem ijon bagi petani yaitu mengurangi biaya perawatan sayuran sampai dengan masa panen dan menghindari harga jatuhnya sayuran.

Berdasarkan uraian table di atas yang memuat tentang penelitian terdahulu maka dapat di lihat dari kelima judul penelitian terdahulu di atas memiliki tema yang sama yaitu mengkaji tentang jaringan sosial. Meskipun memiliki kesamaan tema namun dalam focus penelitian memiliki perbedaaan dengan hasil temuan yang berbeda-beda.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1. Pola

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (2002:885) pola adalah suatu system kerja atau cara kerja sesuatu, sedangkan menurut kamus antropologi pola adalah rangkaian unsur- unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri (Suyoto, 1985:

327). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola adalah cara kerja yang terdiri dari unsur- unsur terhadap suatu perilaku dan dapat

(8)

22 dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala perilaku itu sendiri.

2.2.2. Teori Jejaring Sosial

Polaajaringanasosialaterbagi menjadiatigaabentukayaituAjaringan vertical (hirarkis), jaringanahorizontal (pertemanan), danajaringan diagonala(kakak-adik), hal tersebut berdasarkanastatusasosialaekonomi individuayangaterlibatadalamasuatuajaringanasosial, (Wolf, 1966; Scott, 1972). Hubunganavertikal (hirarkis)aadalah hubungan antara dua belah pihakayangaberlangsungasecaraatidak seimbang karena salah satu pihak mendominasi yang lebihakuatadibandingapihakalain, atauAterjadi hubunganaally clien. Hubungan inclining adalahahubunganaduaapihakadi manaasalahasatuapihakamendominasiasedikitalebih tinggi dibanding pihak lainnya. Hubungan level adalah hubungan antara dua pihak yang mana masing-masing dari mereka menempatkanadiriasecaraasejajar dengan satu samalain.

Jaringan sosial didefinisikan sebagai seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk di antara sekelompok orang, di mana karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan untuk menafsirkan topik perilaku sosial orang-orang yang terlibat (Mitchell 1969, dalam Haryono tt).

Jejaring sosial terbentuk antara migran lama dengan migran baru dan antara migran dengan masyarakat lokal yang terkait dengan migrasi (Fadhilah, 2007). Para migran adalah keluarga, saudara, tetangga, dan teman-teman dari daerah asal migran baru.

(9)

23 Dariaapaayangaada, akhirnyaadapat dijelaskan bahwa jejaring sosial dapatadigunakanauntuk memaknai perilaku individuadalam berbagaiasituasi sosial. Mitchell J. Cylde (1969) (Mahendra Wijaya;

2007:70) mengungkapkan bahwa adaaduaakarakteristikapentingadari jejaring sosial, yaituakarakteristikamorphologi dan karakteristik interaksional. Penelitian yang dilakukan Granovetter memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Jaringan kuat didefinisikan sebagai teman akrab atau keluarga, sedangkan ikatan lemah adalah sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa. Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam berimigrasi dan kewiraswastaan imigran.

Jaringan ini bersatu dalam ikatan kekerabatan, persahabatan, dan komunitas asal yang sama(Melis, 2018).

2.2.3. Usaha

Pengertian usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun organisasi yang melibatkan aktivitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang/ jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Menurut L. R. Dicksee, definisi bisnis adalah suatu bentuk aktivitas yang utamanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi yang yang mengusahakan atau yang berkepentingan dalam terjadinya aktivitas tersebut . (https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-bisnis.html)

(10)

24 2.2.4. Kedai Kop

(11)

25 Kedai kopi atau sebutan yang lebih familiar dikenal anak-anak muda yaitu Coffee Shop adalah sebuah usaha yang menjual produk kopi. Dunia perkopian di Indonesia mulai menunujukan perkembangan yang sangat pesat. Pecinta kopi sekarang tidak hanya laki-laki dewasa, tetapi juga perempuan, remaja hingga dewasa menjadikan kopi sebagai keharusan menemani produktivitas setiap harinya. Tempat untuk menikmati kopi mulai meramaikan disetiap sudut-sudut Kota seperti Kota Malang.

Usaha kopi mulai menjadi usaha yang sangat diminati oleh sebagaian masyarakat di Indonesia. Mulai dari tempat ngopi di pinggir jalan, hingga yang menggunakan ruko sebagai domisilinya. Tempat yang menyediakan kopi sebagai menu utama terbagi menjadi dua yaitu coffee shop dan coffee house. Perbedaan yang signifikan sebenarnya terdapat pada layanannya. Coffee shop pada prinsipnya adalah tempat yang hanya menjual kopi, sedangkan coffee house/kedai kopi adalah tempat yang menyediakan layanan produk pengelolaan kopi, kopi siap saji, hingga makanan ringan sebagai teman minum kopi.

2.2.5. Konsep Jaringan Sosial Secara Keseluruhan

Jejaring sosial adalah jaringan khusus, di mana 'ikatan'ayang menghubungkanasatuatitik dengan titikalainadalamajaringan tersebut adalah hubunganasosial.Terkait padaajenisaikatanaini, makaasecara langsungaatauatidakalangsung manusia (individual) merupakan anggota suatu jaringan sosial. Yang menjadiaanggotaasuatuajaringanasosial itu mungkin saja berupaasekumpulanaorangayang mewakiliatitik-titik, jadi tidakaharusasatu.

(12)

26 Titikadi wakili oleh satuaorang, seperti negara, pemerintah, organisasi dan instansi (jaringan negara-negara nonblok).

Interaksi sosial (relatif lama atau permanen) adalah interaksiasosialayang terjadi (relatif lama atau permanen) yang akan mempengaruhi interaksi satuasamaalainadenganaseperangkat harapan yangarelatifastabil. (Zanden, 1996). Sebagai hasil dari apaayangatelahadilakukan Bott dan Barnes, jaringanasosialadapat digunakanauntuk memahami perilakuadalamaberbagaiasituasiasosialayang tidak tercakup dalam studiaperanakonjugal (Bott: 1957; Barnes: 1969).

Pengertian jejaring sosial dapat digunakan untuk menganalisis perilaku orang (people) dalam situasi tertentu (Mitchell: 1960).

Para ahli membedakan antara penggunaan konsep jaringan metaforis dan penerapan ide jaringan analitis dalam pekerjaan mereka. Pada awal 1980-an, konsep jaringan sosial digunakan sebagai istilah analitis.

Sejak tahun 1980-an, jaringan sosial telah digunakan lebih dari sekedar alat untuk menangkap dan mengatur data dalam sebuah proyek penelitian. Ini juga telah digunakan sebagai alat untuk menganalisis data, dengan tujuan mengklasifikasikan jenis-jenis perbedaan antara individu dan mengidentifikasi pola yang rentan terhadap ketidakleluasaan individu.

Kajian sosiologis tentang hubungan yang telah dikenal sejak tahun 1960-an yang berkaitan dengan bagaimana dan bagaimana hubungan sosial antara kedua hal tersebut berkaitan dengan pelayanan untuk menyelesaikan sesuatu serta perekat yang memiliki rasa keteraturan dan tujuan hidup.

(13)

27 (Powell dan Smith-Doerr,1994:365) Sebuah jaringanasosial dapat digambarkan pada tingkat individu sebagai satu set hubungan normal antara banyak orangadengan atribut tambahanayang merupakan fitur dari koneksi ini secara keseluruhan dan digunakanauntuk menganalisis perilaku orang- orang yang terlibat dalam aktivitas sosial. (Mitchell, 1969) (Damsar, 1997:43).

Polaaatau skema hubunganbmeningkatkanbatauamenghambat perilakucorangcuntukaterlibatadalamabermacam-macam arenabkehidupan pada tingkat-tingkat pelaksanaan bahwaapolacatauastrukturvhubungan meningkatkanwatauwmenghambatwperilakuaorangxuntukxterlibatZdalam Karena ini, tingkat ini merupakan alat yang berguna untuk memahami bagaimana struktur mempengaruhi perilaku seseorang. Epstein (1960) mempelajari data tentang bagaimana norma dan nilai sebenarnya menyebar di masyarakat dan bagaimana proses perubahan itu berasal dari norma dan nilai yang dapat diperoleh dari jejaring sosial. Epstein mengetahui situasi tersebut melalui gosip. Gosip, norma,adananilaicyang dianggap serasi akan dilestarikan, diperjelas, dan didefinisikan ulang oleh orang-orang yang

berpartisipasi dalamejaringanayang sukses,

merekaayangdsalingsmengenal. Mahendra Wijaya (Mahendra Wijaya, 2007:69)

Istilah jejaring sosial mengacu pada ikatan, norma sosial, dan rasa saling percaya yang ada antara individu atau kelompok orang, dan memiliki dampak menguntungkan bagi masyarakat. Menurut peneliti, ide jejaring sosial lebih aplikatif untuk dimanfaatkan karena komponen-komponen yang

(14)

28 disebutkan dalam uraian konsep jejaring sosial lebih sesuaiadenganalatarsbelakangsdan keragaman kehidupanXsosial Kedai PoskopMLG, Lowokwaru, dapat dijelaskan dan dilihat. dengan cara yang lebih terfokus daripada konsep dan elemen jaringan. sosial yang dinyatakan

Akhirnya, berdasarkan apa yang diketahui, dapat disimpulkan bahwaajaringanxsosialadapatAdigunakan untuk memahami perilaku individuxdalamzberbagai pengaturan sosial. Mitchell J. Cylde (1969) (Mahendra Wijaya; 2007:70) menunjukkan bahwa jejaring sosial memiliki dua karakteristik utama:

a. Karakter Morphology adalahahubunganayangxdilakukan individucdengansindividualaindberdasarkan perilaku sosialsdalam jaringan. Sehingga ciri morfologi dilihatadarisaspekdstruktural perilaku sosialdindividufdalamajaringan terbagi menjadi 4 unsur, yaitu:

1. Anchoragewadalahwtotalitasehubunganqyangaterbentuk dalamssuatuajaringan, dimana seorang individuaberada dalamssuatu masalah tertentuayangdtertarikduntuk diamati,

2. Reachabilityzadalahadimanaaperilaku individu ditentukan olehzhubungannyaxdengancindividu lain.

Dalam halaini, seorangdindividusdalamamelakukan hubunganadenganqindividuwlaineakandmelaluislangkah -langkah tertentu,

(15)

29 3. Kepadatan adalahsdimanaaterdapatdhubungan antara satu individuddengan individu lainnya, menurutdReader (1964) hubungan ini merupakan jalur komunikasisantara egosdengansindividuzyang dikenal, antarasindividu yang mengetahui egoadandantaraindividuwdenganaindividu lainnya,

4. RangesadalahaindividusyangAmelakukanakontak langsungadenganaindividusyangwberadaddalamajaringa n, dimanaWWheldon tidak mencoba mengkuantifikasi konsepatetapizhanyaamembaginyaxkecdalamskelas- kelasabiasaayaitussedang, besar, kecil.

b. Karakteristikxadalahahubungandyangsdilakukanaoleheindividu yang satuadenganaindividuxyangxlain dalam hal tingkahalakuadan prosessinteraksinya. Sehingga ciri-ciri yangadilihatadari perilaku individu, darisprosesdinteraksiayangaterjadiaantaraaindividu dengan individu lainnya terbagi menjadia5aunsur, yaitu:

1. Contentsadalahahubunganayangaterjalinsantaradindividu satuwdenganeyangalainabiasanyaeberdasarkanstujuan tertentu. Hubunganainiadapatadipahami karena didasarkan pada norma, keyakinan dananilaiayangatelah disepakatiabersamaaantaraindividu. Menurut Mayer (1961), hubungan antar individu terkadang dibedakanamenurut isinya, yang berbeda-beda antara satu

(16)

30 dengan yang lain, misalnyaamenurutakasta, pekerjaan, kerabat, dan lain-lain.

(17)

31 2. Directednes adalah jaringan yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu hubungan antara dua orang hanya merupakan hubungan yang berorientasi antara satu dengan yang lain atau sebaliknya.

3. Durability bersifat Individu lebih mungkin untuk bersosialisasi jika mereka menyadari hak dan tanggung jawab jaringan untuk mengidentifikasi orang lain. Di mana peneliti secara selektif melihat korelasi potensial pada periode tertentu dan mengambilnya,

4. Intensitas Individu yang mau bertanggung jawab atau memiliki keleluasaan untuk mengekspresikan haknya dalam hubungannya dengan orang lain membentuk jaringan sosial.

Jika dibandingkan dengan komunikasi yang jarang, koneksi tatap muka tidak selalu menjamin intensitas, tetapi dapat diciptakan.

5. Frekuensi merupakan interaksi aktual dalam jaringan yang dapat diamati dengan cara yang sederhana dari segi kuantitas yaitu kontak antar individu dalam jaringan yang dapat dilihat secara sederhana dari segi kuantitas yaitu (Mahendra Wijaya; 2007: 70)

(Wolf, 1966; Scott, 1972) membagi struktur jaringanasosial menjadiatiga jenis: hierarkis (vertikal), horizontal (teman), dan diagonal (saudara dan saudari). Hubungan vertikal (hierarkis) adalah hubungan di

(18)

32 mana dua pihak berinteraksi secara tidak setara karena dominasi satu pihak lebih besar daripada yang lain.

Hubungan patron-klien, di sisi lain, terjadi. Hubunganadiagonal adalahahubunganadiamanassatu sisi memilikiasedikit keunggulan dibandingkan yang lain dalam hal dominasi. Hubunganshorizontalwadalah hubunganediqmanaamasing-masing pasangan menganggap diri mereka berada pada tingkat yang sama dengan yang lain.

Jejaring sosial adalah kumpulan ikatan khusus yang diciptakan di antara sekelompok individu, di mana ciri-ciri ini dapat digunakan untuk menafsirkan motif orang-orang yang berpartisipasi dalam aktivitas sosial (Mitchell 1969, dalam Haryono tt). Jejaring sosial muncul antara migran lama dan migran baru, serta antara migran local (Fadhilah, 2007). Migran sebelumnya seringkali adalah keluarga, kerabat, tetangga, dan kenalan dari negara asal migran saat ini. Pada tingkatan antara individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, uang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat (Mitchell, 1969). Pada tingkatan struktur, jaringan sosial dipahami sebagai pola atau struktur hubungan sosial yang meningkatkan atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam lingkungan dari kehidupan sosial pada tataran struktur sosial. Oleh karean itu tingkatan ini memberikan satu dasar untuk memahami

(19)

33 bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial (Damsar.

Indrayani.2009.Op.Cit. Hlm 158-159.).

Hubungan Sosial dalam dua orang menunjukkan hubungan antara peran interaksi masing-masing. Perilaku yang diwujudkan dalam interaksi sosial bersifat sistematis, meskipun pelakunya tidak menyadari adanya perbedaan, oleh karena itu jaringan sosial dengan kelompok karena keanggotaan jaringan sosial sering tidak disadari atau tidak disadari oleh individu yang bersangkutan (Ruddy, Agusyanto. 2007). .JaringanaSosial dalamdOrganisasi). .Jakarta: Rajagrafindo Persada.hlm 15).

2.2.5.1.Tingkatan Jaringan

Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah memperlihatkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Jaringan dapat dilihat dari 3 tingkatan yang ada, yaitu tingkatan mikro, meso dan makro. Selannjutnya berikut ketiga tingkatan tersebut:

1.Jaringan Mikro

Jaringan sosial mikroomerupakanabentukajaringan yangaselalu ditemuakanadalamakehidupanakitaasehari-hari.

Manusia hidup bersama dengan orang lain, oleh karena itu, dalam hidupnya, sesorang anak manusia (individu) selalu ingin melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya.

Interaksi sosial tersebut mengkristal menjadi suatu hubungan sosial. Hubungan sosial yang terus menerus antar individu dapat menghasilkan suatu jaringan sosial diantara mereka.

(20)

34 2. Jaringan Meso

Jaringan sosial meso adalah hubungan yang dibangun para actor dengan dan atau di dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan maka dapat disebut sebagai jaringan sosial meso. Jaringan sosial meso ini dapat ditemukan dalam berbagai kelompok yang kita masuki atau miliki, seperti ikatan alumni, paguyuban, ikatan profesi, hobi dan lain sebagainya.

3. Jaringan Makro

Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena terjalinnya simpul-simpul dari beberapa kelompok.

Dengan kata lain, jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau lebih. Kelompok dalam konteks ini bias dalam bentuk organisasi, institusi atau bahkan bias pula Negara. Ini berarti bahwa perhimpunan berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa dalam wadah KNPI, forum komunikasi dari berbagai rector dalam Forum Rektor, atau perkumpulan Negara-negara Asia Tenggara dalam ASEAN dapat dilihat sebagai wujud dari jaringan makro. Pada tataran makro, jaringan lebih berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara beberapa kelompok (Damsar.

Indrayani. 2009. Ibid. Hlm 160-166).

2.2.5.2 Jenis – Jenis Jaringan Sosial

(21)

35 Berdasarkan tinjauan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial dalam suatu masyarakat, jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

Pertama: jaringan kekuasaan, yaitu jaringan hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan sosial yang dipaksakan pada kekuasaan. Dalam sebuah jaringan kekuasaan, konfigurasi konektivitas antar aktor di dalamnya saling diatur atau diatur. Jenis jaringan sosial ini muncul ketika tujuan yang telah ditetapkan didasarkan pada tindakan kolektif, dan konfigurasi hubungan timbal balik antar aktor biasanya bersifat permanen. Hubungan kekuasaan ini biasanya ditujukan untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kedua: jaringan kepentingan, merupakan jaringan hubungan sosialayang dibentuk oleh hubungan-hubunganasosial yang bermuatanakepentingan.aJaringanakepentinganaterbentukwatas adasar hubungan-hubunganssosialyyangabermaknspada “tujuan- tujuan” tertentu yang khususayangainginsdicapaiaolehsparadpelaku.

Bilaatujuan-tujuanatersebutasifatnyaaspesifikxdanakonkretaseperti memperoleh pekerjaan, barang, pelayanan dan sejenisnya setelah tujuan-tujuan dari hubungan ini tidak akan bertahan lama. Ketika tujuan hubungan sosial tepat dan konkret, struktur sosial yang muncul dan berkembang sebagai hasil dari jenis jaringan sosial ini.

Struktur yang dihasilkan menjadi cukup stabil ketika tujuan tidak

(22)

36 setepat dan sedetail yang seharusnya, dan adaakebutuhaneuntuk memperluas tujuan (tujuan tampaknya berulang).

Ketiga: jaringan perasaan, meruapakan jaringan hubungan- hubungan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan peran. Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial, misalnya dalam pertemanan, percintaan dan hubungan kerabat, dan sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan emosi ini cenderung lebih mantap atau permanen. Maka, muncul sebagai konsekuensi suatu mekanisme yang fungsinya menjamin stabilitas struktur yang ada sehingga hubungan sosial semacam ini bisa dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi suatu tindakan sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan struktur jaringan tersebut. Dengan demikian, ada sejumlah kompleks nilai dan norma yang ditegakkan atas struktur hubungan guna memelihara keberlangsungan.

2.2.5.3 Sifat Jaringan

Diskusi tentang sifat jaringan yang positif dan negatif, atau yang tertutup dan terbuka mungkin perlu dibatasi untuk tidak masuk

(23)

37 ke debat yang tidak berkesudahan. Ada beberapa prinsip yang akan digunakan sebagai tolak ukur untuk melihatb masalah ini:

1. Jaringan sosial apapun harus diukur dengan fungsi ekonomi dan fungsi kesejahteraan sosial sekaligus. Fungsi ekonomi menunjuk pada produktivitas, efesiensi dan efektifitas yang tinggi, sedangkan fungsi sosial menunjuk pada dampak pastisipatif, kebersamaan yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi. Jaringan sosial seperti itu sajalah yang disebut sebagai capital sosial, dengan argumentasi yang sudah dikemukakan pada sifat sosial dari konsep capital sosial.

2. Masih dalam fungsinya untuk memperlancar kegiatan ekonomi, jaringan sosial harus memiliki sifat keterbukaan pada semua orang untuk memberikan kesempatan kepada public menilai fungsinya yang mendukung kepentingan umum.

3. Kombinasi dari fungsi ekonomi dan sosial sekaligus yang terdapat dalam capital sosial, jaringan sosial harus bersifat emansipatoris dan integrative. Dengan demikian jaringan antara yang kaya dan yang lemah dalam suatu hubungan pemasaran yang eksploitatif, bukan capital sosial (Lawang, M.Z. Robert. 2004. Op.Cit. Hlm 68-69.).

2.2.5.4. Pola Jejaringan Sosial

(24)

38 Polaajaringanasosial terbagi menjadiqtigawbentukeyaituajaringan diagonal, jaringan horizontal, dan jaringan vertikal hal tersebut berdasarkan statusasosialaekonomiaindividuayangaterlibatadalamasuatuajaringanasosial , (Wolf, 1966; Scott, 1972). Hubunganavertikala(hirarkis)aadalah hubungan duaapihaksyangeberlangsungasecaraetidakaseimbangekarenaasatuepihak mempunyaiadominasieyangelebihakuatedibandingapihakelain, atauaterjadi hubungan ally clien. Hubunganadiagonaleadalahahubunganadiamanaasatu sisi memiliki sedikit keunggulan dibandingkan yang lain dalam hal dominasi.

Hubunganahorizontaleadalahehubunganediamana masing-masing pasangan menganggap diri mereka berada pada tingkat yang sama dengan yang lain.

Ciri-ciri jaringanasosiala(Stone dan Hughes, 2002), yangaterdiri dariatigaakarakteristik: bentuk dan luas, kepadatan dan penutupan (densitas dan penutupan), dan keragaman(difference), adalah ukuran yang terhubung ke jaringan sosial dalam modal sosial. Ciri-ciri bentuk dan wilayah, seperti jumlah hubungan informal dalam suatu interaksiasosial, jumlah tetangga yang mengenal seseorangadalam suatu sistemasosial, dan jumlahakontak pekerjaan. Kepadatan dan kedekatan suatu jaringanedapat ditentukan dari seberapa baik sesamaeanggotaakeluarga dan masyarakat setempat saling mengenal. Keragaman jaringan merupakan ciri sosial yang muncul dari perbedaan suku, perbedaan pendidikan, atau percampuran adat lokal (Herti Gusmiarti, 2008, Jejaring sosial pemetik rumput laut dari alam.)

2.2.5.5.Aspek Pembuatan Jejaring Masyarakat

(25)

39 Menurut Agusyanto, jaringan sosial dalamamasyarakatadapat dibagi menjadi tiga kategori: jaringan kekuasaan, jaringan emosional, dan jaringan (Ruddy Agusyanto, Op. Cit. pp. 34-38.).

1. Pembentukan jaringan kepentingan (interest) didasarkan pada pengembangan hubunganasosialayangabermakna dengan aktor-aktor tertentu atau spesifik.Jika tujuannya spesifik dan spesifik, seperti memperoleh barang, jasa, atau pekerjaan, hubungan biasanya tidak berkelanjutan setelah tujuan itu tercapai. Jika tujuan hubungan sosial yang diwujudkan bersifat spesifik dan konkrit, maka struktur sosial yang dihasilkan dari jenis jaringan sosial ini juga dekat dan berubah. Struktur akan lebih stabil jika tujuannya tidak sejelas danaspesifikwseperti ini, atau jika adaakebutuhaneuntuk mencapainya (tujuanaselaluaberulang). Oleh karenaaitu,atindakan danainteraksiayangeterjadiedalamejaringan kepentinganainiaselalu didasarkan pada tujuanarelasional. Pertukaran (negosiasi)ayangaterjadi dalamajaringanekepentinganaini diatur oleh kepentinganapara aktor yangeterlibatadanenorma-normaebersama. Dalam mencapaietujuannya, kepala sekolah dapat memanipulasiehubungan kekuasaan atau hubungan emosional.

2. Jaringan emosional (sentimen) tercipta pada hubungan sosial di mana hubungan tersebut menjadi tujuan tindakan sosial, seperti persahabatan, hubungan, dan hubungan kekerabatan. Hubungan emosional ini cenderung menciptakan struktur sosial yang lebih stabil dan permanen.

Akibatnya, muncul mekanismeayang dapat menjamin keamanan struktur yangeada, memungkinkan hubunganesosial jenis ini dievaluasi sebagai jenis

(26)

40 normaayangedapatamembatasi perilaku sosialayangemengganggu strukturajaringan,aada sejumlahenilaiadanenorma yangaditegaskan dalam struktur hubungan untuk mempertahankannya. hubungan sosial yang erat dan sifatnya menyatu. Di antara aktor ada kecenderungan yang tidak disukai oleh aktor lain dalam jaringan. Oleh karena itu, kontrol pelengkap muncul emerge antar aktor dalam jaringan yang relatif kuat yang memfasilitasi lahirnya nilai dan norma yang mengembangkan kesinambungan pola jaringan yang relatif stabil dari waktu ke waktu. Memproduksi jaringan jenis ini menghasilkan rasa solidaritas, artinya para aktor cenderung mengurangi kepentingan pribadinya. Biasanya mereka memberi dan menerima antara aktor lain secara teratur berdasarkan hubungan di antara mereka (resiprokal).

3. Jaringanakekuasaane(power), konfigurasi keterkaitan antar aktor di dalamnya secara disengajaeatauadiatur.Jenis jaringanesosialwiniamuncul ketika tujuanayangeditargetkan memerlukan tindakanakolektifedan konfigurasiahubungan antar aktor biasanya ibuatapermanen.

Hubunganhubungan kekuasaan iniabiasanyaeditujukan untuk menciptakan kondisikondisi yang diperlukan agar target pencapaian dapat terpenuhi.

Bagian sosial direncanakan secara artifisial atau sengaja diatur oleh orang yang berkuasa. Jenis jaringan sosial ini memerlukan pusat kendali yang memantau kinerja unit sosialnya dan merestrukturisasi struktur jaringan untuk meningkatkan efisiensi. Masalahnya lebih kompleks daripada jaringan sosial yang terjadi secara alami karena kontrol informal yang tidak memadai.

Ketiga jenis jaringan ini terus-menerus bersilangan dalam kehidupan nyata.

Karena logika situasional atau struktur sosial dari setiap jenis jaringan

(27)

41 berbeda atau tidak sesuai satu sama lain, pertemuan ini menciptakan ketegangan bagi para aktor yang terlibatSetiap aturan formal, serta norma dan nilai yang ada dalam budaya dan struktur sosial, tidak dapat diterapkan atau ditegakkan karena aturan, norma, dan nilai yang muncul dari persinggungan ketiga jenis ini. benar-benar berhubungan dengan kenyataan hidup. Akibatnya, itu disebut sebagai "budaya" serta "struktur sosial" tidak sama dengan "pengetahuan operasional" dalam konteks kehidupan "normal"

atau "ideal", tetapi "model-model pengetahuan" tentang bagaimana sesuatu harus dilakukan.

2.2.6. Usaha

Pengertian usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun organisasi yang melibatkan aktivitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang/ jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba.

(28)

42 Menurut Hughes dan Kapoor menjelaskan bahwa usaha yaitu, suatu kegiatan individu untuk melakukan sesuatu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.2.6.1. Tujuan Dari Usaha

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, fikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Pekerjaan, perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya untuk mencapai suatu tujuan. Pendirian suatu usaha akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutam bagi pemilik usaha. Disamping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. Misalnya bagi masyarakat luas, baik yang terlibat langsung dalam usaha tersebut maupun yang tinggal disekitar usaha, termasuk bagi pemerintah (Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta:

Kencana, 2003)).

Tujuan dari usaha yaitu:

a. Untuk kemaslahatan keluarga

Berusahaadanabekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga sejahtera.

b. Usaha untuk bekerja

(29)

43 Menurut Islam, pada hakikatnya setiap Muslim diinta utuk berusaha dan bekerja meskipun hasil dari usahanya belum dapat dimanfaatkan. Ia tetap wajib berusaha dan bekerja karena berusaha dan bekerja adalah suatu cara mendekatkan diri kepada-Nya (Ibid, h. 75).

c. Untuk memenuhi kebutuhan hidup

Kebutuhan manusia digolongkan dalam tiga kategori Primer, yaitu kebutuhan yang secara mutlak tidak dapat dihindari karena merupakan kebutuhan-kebutuhan yang sangat mendasar, Sekunder, merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kehidupan dapat menjadi baik, namun manusia tetap dapat bertahan hidup. Kebutuhan sekunder ini akan dipenuhi setelah keutuhan primer. Tersier, kebutuhan yang tidak terlalu dibutuhkan manusia, umumnya berupa barang yang dianggap mewah seperti mobil, perhiasan, dan elektronik. Kebutuhan tersier ini dipeuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi.

d. Untuk memakmurkan bumi

Lebih dari pada itu, kita menemukan bahwa bekerja dan berusaha sangat diharapkan dalam Islam untuk memakmurkan bumi. Memakmurkan bumi adalah tujuan dari muqasidus syari’ah yang ditanamkan oleh Islam, disinggung oleh Al- Quran serta diperhatikan oleh para ulama. Diantara mereka adalah al- imam Arraghib al Asfahani yang

(30)

44 menerangkan bahwa manusia diciptakan Allah untuk tiga kepentingan yaitu:

Memakmurkan bumi, Menyembah Allah, Khalifah Allah.

2.2.6.2. Jenis-Jenis Usaha

Usaha dibedakan beberapa jenis seperti berikut:

1. UsahaaMikro, adalahsusahaeproduktifamilik perorangan atauabadaneusahaaperoranganeyang memenuhiakriteriaeusahaamikro.

2. UsahaeBesar, adalaheusahaaekonomieproduktif yangedilakukaneolehabadaneusahaadengan jumla kekayaanabersiheatauapenjualanetahunan lebihabesaradariausahaamenengahvyangamelipu tiausahaenasionalemilikenegaraeatauaswasta, usahaepatungan, danEusaha asin yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

3. Usaha Kecil, adalahaseagale kegiatanaekonomi rakyatayangebersekalaakeciladanamemennuhi kriteria kekayaanebersihaatauehadilapenjualan tahunanesertaekepemilikan.

4. Perusahaanamenengah, adalaheperusahaan ekonomiaproduktifeyangaindependenadan dioperasikanaolehaindividuEatauebadan hukum yang bukanaanakeperusahaan atau cabang dari perusahaanayangedimiliki, dikendalikaneatau

(31)

45 bagian dari, secara langsug atau tidak langsung, perusahaan kecil atau perusahaan besar dengan aset bersih, dan penjualan tahunan.

2.2.7. Pengembangan UKM

Usaha kecil dan menengah termasuk dalamapengelompokanajenis usahaeyangejuga mencakup industriedanaperdagangan. Usahaakecil dan menengahe(UKM) didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung pada konsep negara. Ternyata definisi usahaekecilasangatabervariasiadari satu negara ke negara lain. Paling tidak terdapat dua aspek pengertian ini, yaitu aspek ketenagakerjaan daneaspekapengelompokanaperusahaan, yang diukur dariajumlahetenagaakerjaeyangadiserapeolehaperusahaan.

2.2.7.1. Klasifikasi dan Karakteristik UKM

UKM dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok dari perspektif perkembangannya, yaitu:

a. Livelihood Activities, juga dikenal sebagai sektor informal, adalah UKM yang digunakan sebagai peluang kerja untuk mencari nafkah. Pedagang kaki lima adalah contohnya.

Sektor informal adalah nama yang diberikan kepada kelompok ini. Jumlah kategori UKM di Indonesia sangat banyak.

b. Perusahaan Mikro, adalah UKM yang memiliki karakteristik pengrajin namun belum memiliki karakteristik wirausaha. Indonesia memiliki jumlah usaha kecil dan menengah yang cukup besar.

(32)

46 c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini.

Jika dididik dan dilatih dengan baik maka sebagian dari UKM kategori ini akan masuk ke kategori empat. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang masuk kategori satu dan dua.

d. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua.

2.2.7.2 Ciri – Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM):

a. Bahan baku mudah diperoleh.

b. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi.

c. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun- temurun.

d. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

e. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk di ekspor.

(33)

47 f. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis menguntungkan.

2.2.7.3. Peluang Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Usahaakeciledanamenengah memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan perusahaan besar. Keunggulanatersebut diantaranya:

Dari segi permodalan, dibandingkan dengan perusahaan besar, perkembangan perusahaan kecil membutuhkan modal perusahaan yang relatif kecil. Kemudian, sistem yang dipakai tidak menuntut secara teknis, sehingga operasinya relatifamudahedibandingkan denganaperusahaan. Usaha kecil akan lebih termotivasi karena kelangsungan hidupnya tergantung pada usahanya sendiri. Individu dengan motif bertahan hidup akan lebih sukses daripada seseorang yang motivasinya belum tentu setinggiaitu. Selaineitu, ada perasaan yang kuat dengan meningkatkan kekuatanapengusahaekeciladalam persaingan.

Usahaakecilememilikiakemampuaneyangatinggi untuk beradaptasi denganapolaepermintaanapasar, bahkan dapat menerima selera pribadi. Berbedaadenganeusahaabesarayang umumnyaamenghasilkaneprodukamassal (produk standar), perusahaan kecil bervariasi sehingga akan mudah beradaptasi dengan keinginan konsumen. Selain itu, juga memiliki kemampuan untukamelayaniepermintaanayangesangataspesifikeketika

diproduksi secara tidak efisien oleh perusahaan besar (unprofitable).

(34)

48 Sebuah perusahaan kecil proyek percontohan cocok untuk jenis bisnis ini. Sebagian besar perusahaan besar saat ini adalah hasil dari pertumbuhan bisnis kecil, dan tidak jarang perusahaan besar dimulai sebagai perusahaan kecil. Ini adalah langkah awal untuk menghindari kerugian yang besar jika bisnis tersebut segera dimulai dalam skala besar, karena memulai bisnis dalam skala besar membutuhkan modal yang besar.

Pengusaha dalam negeri telah mampu menjual produknya secara internasional berkat perdagangan bebas. Pembukaan perdagangan bebas telah menghilangkan hambatan untuk masuk ke suatu negara. Dengan kata lain, penjualan barang ke luar negeri menjadi sederhana dan tanpa hambatan.

2.2.7.4.Fungsi dan Peran UKM

UsahaeKecileMenengaha(UKM)ememilikiefungsiadan peran yang sangat pentingauntukeperekonomianaNasional. Adapun fungsiadaneperanadarieUKMadiantaranyaesebagaiepenyedia jasa dan barang, penyerapan tenaga kerja, untuk pemerataan pendapat, sebagai nilai tambah bagi produk daerah, dan peningkatan taraf hidup.

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuaidengan kebituhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan. Sedangkan definisi latihan diungkapkan oleh Andrew F.

(35)

49 Sikula yaitu“latihan adalah proses pendidikan jangka pendek denganmenggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehinggakaryawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dankeahlian untuk tujuan tertentu”.

Pengembangan UKM mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi 49egara, termasuk 49egara Indonesia (Husband and Purnendu, 1999; Tambunan, 2005).

Menurut Winarni (2006) dan Situmorang (2008) permasalahan yang dihadapi UKM, disebutkan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

A. Kurangnya Permodalan

Permodalanamerupakanefaktorautamaeyang diperlukanaauntukeemengembangkaneeusaha.

Kurangnyae permodalanaUKM, padaeumumnya usahaekeciladanemenengahemerupakanaausaha peroranganeatauAperusahaanayangeesifatnya tertutup, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya tidak dapat diperoleh, karena persyaratan administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

B. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagian besar bisnis kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan bisnis keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Keterbatasan

(36)

50 sumber daya manusia untuk usaha kecil, baik dari dari segi pendidikan formal serta pengetahuan dan keterampilan sangat berpengaruh terhadap pengelolaan usaha, sehingga usaha tersebut sulit berkembang secara optimal. Dengan keterbatasan sumber daya manusia, unit-unit usaha tersebut relatif sulit mengikuti perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produknya.

A. Kesulitan dalam Pemasaran

Usaha kecil ini merupakan unit usaha keluarga atau perorangan, dengan memiliki jaringan usahaeyangesangataterbatasedanakemampuanapenet rasi pasarayangelemah, karenaaproduksyang dihasilkanesangataterbatas dan memiliki kualitas yang kurang. Berbeda dengan bisnis besar yang sudah memiliki jaringan yang solid dan didukung oleh teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

2. Faktor Eksternal

A. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Kebijakan Pemerintah untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun

(37)

51 merasa tidak puas. Hal ini terlihat antara lain terjadinya persaingan tidak sehat antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar.

B. Sarana dan Prasarana Usaha Terbatas

Minimnya informasi terkait kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak berkembang pesat dan tidak mendukung kemajuan yang diharapkan.

C. Implikasi Otonomi Daerah

Dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus masyarakat lokal. Perubahan sistem ini akan dilakukan padaausahaekeciladanemenengah (UKM). Jikaekondisiainiatidakesegeraadiatasi, makaeakan menurunkanadayaesaingaUsaha Kecil Menengah (UKM).

Selain itu, kedaerahanayangeerlebihanaterkadang menciptakanakondisieyangakurangemenarikabagi para pengusaha di luaradaeraheuntukemengembangkan usahanya di daerah tersebut.

D. Implikasi Perdagangan Bebas

DiketahuiabahwaeAFTAeyangamulaieberlaku pada tahuna2003 daneAPEC pada tahune2020 yangaberimplikasi padaeluasnyaeusahaekeciladanamenengahauntukabersaing

(38)

52 dalamaperdaganganebebas. Dalamahalaini, UsahaeKecil Menengahe(UKM) harus menjalankan prosesaproduksi yang produktifadanaefisien, serta mampu menghasilkan produkeyang memenuhi standar kualitas dunia (ISO 9000), Lingkungan (ISO 14.000), Hak Asasi Manusia (HAM), dan Ketenagakerjaan. Masalah ini kerap dimanfaatkan oleh negara-negara maju sebagai hambatan perdagangan non- tarif. Oleh karena itu, diharapkan UKM perlu mempersiapkan persaingan berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif jangka panjang.

E. Properti Produk Seumur Hidup

Pameran, kebanyakan buatan industri kecil mempunyai karakteristik seperti produk fesyen serta prakarya dengan masa pakai yang pendek.

F. Peluang Pasar Terbatas

Karena akses pasar yang terbatas, produk yang dihasilkan tidak akan mampu bersaing baik di pasar nasional maupun internasional.

Melihat berbagai permasalahan yang terjadi dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan suatu strategi pengembangan UKM agar perkembangan UKM di Indonesia berjalan dengan cepat, permasalahan yang dihadapi UKM dapat direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang lebih kompetitif.

(39)

53 2.2.8. Usaha Kedai Kopi

Kedai kopi atau sebutan yang lebih familiar dikenal anak- anak muda yaitu Coffee Shop adalah sebuah usaha yang menjual produk kopi. Dunia perkopian di Indonesia mulai menunujukan perkembangan yang sangat pesat. Pecinta kopi sekarang tidak hanya laki-laki dewasa, tetapi juga perempuan, remaja hingga dewasa menjadikan kopi sebagai keharusan menemani produktivitas setiap harinya. Tempat untuk menikmati kopi mulai meramaikan disetiap sudut-sudut Kota seperti Kota Malang.

Usaha kopi mulai menjadi usaha yang sangat diminati oleh sebagaian masyarakat di Indonesia. Mulai dari tempat ngopi di pinggir jalan, hingga yang menggunakan ruko sebagai domisilinya.

Tempat yang menyediakan kopi sebagai menu utama terbagi menjadi dua yaitu coffee shop dan coffee house. Perbedaan yang signifikan sebenarnya terdapat pada layanannya. Coffee shop pada prinsipnya adalah tempat yang hanya menjual kopi, sedangkan coffee house/kedai kopi adalah tempat yang menyediakan layanan produk

(40)

54 pengelolaan kopi, kopi siap saji, hingga makanan ringan sebagai teman minum kopi.

Usaha kedai kopi ini masih termasuk dalam usaha mikro atau usaha kecil. Karena kedai kopi ini milik perorangan dan bersekala kecil.

2.3 KERANGKA TEORI

Teori yang digunakan untuk menganalisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah teori jaringan sosial dari Granovetter.

Jejaring sosial memiliki konsep yang menunjukkan suatu hubungan sosial yang dimiliki dengan adanya kepercayaan dan kepercayaan itu dipelihara dan dipelihara oleh norma-norma yang ada. Jejaring sosial terbentuk dalam melaksanakan atau mengatasi sesuatu pada dasarnya karena adanya saling mengenal, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan atau mengatasi sesuatu. Teori sosial yang berbeda menilai bahwa setiap aktor (individu atau kelompok) memiliki akses ke sumber daya (kekayaan, kekuasaan, informasi).

Jaringan yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya dalam jaringan tersebut merupakan hubungan sosial. Hubungan sosial dapat dilihat sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan jalur atau saluran yang menghubungkan satu orang (titik) dengan orang lain melalui mana sesuatu dapat diperoleh, seperti barang, jasa, dan informasi. antara dua orang, perbedaan antara interaksi dan peran masing- masing interaksi.

Jejaring sosial penting dalam masyarakat karena tidak ada manusia yang bisa eksis di dunia ini tanpa menjadi bagian dari jaringan hubungan sosial. Meski begitu,

(41)

55 manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang tersedia untuk mencapai tujuannya, karena disesuaikan dengan ruang, waktu, dan konteks sosial.

Granovetter menekankan pentingnya ikatan yang ada antara manfaat jejaring sosial dan manfaat jejaring ekonomi Dalam hal ini, keterlambatan tindakan non-ekonomi dikatakan berdampak pada aktivitas ekonomi. Menurut Granovetter, hubungan antara jaringan sosial dan manfaat ekonomi didasarkan pada empat prinsip utama:

1. Kepadatan dan norma jaringan (network density).

2. Ikatan lemah atau kuat dalam hal manfaat ekonominya. Pada tingkat praktis, informasi baru lebih mungkin datang dari kenalan baru daripada dari teman lama.

3. Pentingnya kesenjangan struktural yang ada di luar ikatan yang lemah atau kuat dalam menjembatani hubungan individu dengan orang asing.

4. Keempat, interpretasiatindakaneekonomiadan non-ekonomi, atau adanya aktivitas non-ekonomi dalamakehidupanesosialaindividu yang tampaknya mempengaruhi tindakan ekonomi mereka.

2.3.1. Tipe Jejaring Sosial

Sebagian antropolog dan sosiolog menurut beberapa riset, jejaring sosial dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

(42)

56

• Pertama, ada jaringan kepentingan, yang terdiri dari hubungan sosial yang mencakup kepentingan bersama.

• Kedua, ada jaringan kekuasaan, yang terdiri dari hubungan sosial yang membentuk jaringan beban kekuasaan. Kemampuan seseorang atau unit sosial untuk mengendalikan perilaku dan pengambilan keputusan orang lain atau unit sosial disebut sebagai kekuasaan.

• Jaringan ketiga adalah jaringan sentimen (emosional), yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang melibatkan emosi, seperti asmara, persahabatan, atau kekerabatan. Struktur sosial emosional lebih stabil dan permanen daripada struktur sosial lainnya.

Dalam kehidupan nyata, ketiga jenis jejaring sosial ini sering bersinggungan. Karena logika situasi, struktur sosial dari setiap jaringan, atau ketidakcocokan di antara mereka, pertemuan-pertemuan ini adalah untuk menemukan aktor-aktor yang terlibat. Akibatnya, sering terjadi misalignment antara tindakan dan sikap pelaku.

Menurut Sugiyono, metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini berarti kegiatan penelitian itu di dasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono, 2015).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Miss Amelia S.E., RFP-I., M.M, selaku pembimbing akademik yang membantu banyak hal dalam kehidupan perkuliahan yang saya lalui selama berkuliah di UPHS,

3.1 Memahami prosedur variasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan dalam permainan

Jika sebaran data yang dihasilkan pada proses TDLDA mempunyai distribusi yang tidak linier, maka salah satu metode yang digunakan SVM untuk mengklasifikasikan

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

?ua (a*ap kri(is perlakuan kos adala* pengakuan $aliran masuk sebagai asse(& dan pembebanan $aliran keluar sebagai biaya&, roses penandingan adala* proses penen(uan

Pondok Gurih adalah dengan lebih meningkatkan kualitas layanan yang terfokus pada aspek think dalam experiential marketing, dimana perusahaan dapat lebih sering menggunakan

Penyebab kesulitan penyesuain sosial yang dialami remaj yang tinggal di LKSA adalah kurangnya respon positif dari lingkungan masyarakat, perilaku remaja LKSA yang

e) Aspek Pengusahaan yang memberikan kesempatan dan juga mengatur pemanfaatan obyek wisata yang bertujuan pariwisata bersifat komersial kepada pihak ketiga dan