1
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN SEKTOR KONSTRUKSI DAN PROPERTI PADA MASA PANDEMI COVID-19.
LAPORAN PENELITIAN INTERNAL OLEH:
Indra Satria, SE, MM (0314047001) Drs. Cotoro Mukri, MM (0305096101) Ir. Achmad Djamil, MM (0328025802)
Hendy Wibiasmoro (1217210066) Rita Utami (1217210123)
FAKULTAS EKONOMI DAN BINIS UNIVERSITAS PANCASILA SEPTEMBER 2021
2 ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan sektor konstruksi dan properti pada masa pandemi Covid-19. Metode analisis horizontal digunakan untuk mengukur tingkat kinerja, dengan pendekatan metode deskriptif komparatif. Data yang dianalisis meliputi laporan posisi keuangan dan laba rugi, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.go.id. Diasumsikan bahwa dampak pandemi terhadap kinerja perusahaan telah terjadi sejak tahun 2020, karena pada saat ini perekonomian nasional telah mengalami tekanan dan tumbuh melambat. Data keuangan tahun 2019 digunakan sebagai dasar acuan untuk menilai kinerja perusahaan di tahun 2020.
Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan diketahui bahwa laba perusahaan sektor konstruksi secara keseluruhan pada masa pandemi mengalami rugi komprehensif hingga mencapai Rp 10.615 milyar di tahun 2020. Kerugian ini mengakibatkan turunnya kondisi keuangan perusahaan sektor konstruksi pada tahun 2020. Komposisi aset lancar terhadap liabilitas lancar mengalami penurunan menjadi sebesar 90,70% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 120,59%. Total utang terhadap aset juga meningkat. Komposisi total utang terhadap total aset meningkat menjadi sebesar 77,51% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 74,76%.
Sektor properti juga mengalami hal yang serupa. Secara keseluruhan, perusahaan sektor properti mengalami rugi komprehensif hingga mencapai Rp 6.386 milyar pada tahun 2020.
Demikian juga dengan kondisi keuangan yang menunjukkan adanya penurunan di tahun 2020.
Komposisi aset lancar terhadap liabilitas lancar mengalami penurunan menjadi sebesar 229,27% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 328,07%. Total utang terhadap aset juga meningkat. Komposisi total utang terhadap total aset meningkat menjadi sebesar 49,98%
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 42,05%.
3 KATA PENGANTAR
Penelitian ini merupakan merupakan bentuk pemenuhan terhadap kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi oleh tima dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.
Besar harapan kami agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang sejenis di masa mendatang.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya yang pada umumnya membahas tentang dampak pandemi terhadap perekonomian nasional.
Perbedaannya, penelitian ini mengulas tentang dampak pandemi terhadap industri, khususnya sektor konstruksi dan properti.
Dukungan dari berbagai pihak telah membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, tim peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Ketua Bidang Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa terima kasih kami.
Kami menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Karena itu, kami akan sangat berterima kasih bila terdapat saran yang diberikan untuk dapat melakukan penyempurnaan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Jakarta, September 2021 Tim Peneliti.
4 DAFTAR ISI
Halaman
COVER 1
ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR GAMBAR 5
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR PUSTAKA 43
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
6 9 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan B. Metode Analisis Kinerja Keuangan
C. Penelitian-Penelitian Terdahulu D. Kerangka Pemikiran
10 11 13 15 BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Analisis Kinerja Keuangan B. Jenis dan Sumber Data
C. Populasi dan Sampel D. Operasional Variabel
16 16 17 18
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 19
20
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan
B. Keterbatasan dan Saran 39
41
5 DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran 15
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Sektor Konstruksi Per 31
Desember 2020 dan 2019 20
Tabel 2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Perusahaan Sektor Konstruksi Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2020 dan 2019
22
Tabel 3. Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Sektor Properti Per 31
Desember 2020 dan 2019 29
Tabel 4. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Perusahaan Sektor Properti Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2020 dan 2019
31
6 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN SEKTOR KONSTRUKSI DAN
PROPERTI PADA MASA PANDEMI COVID-19.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir Desember 2019, masyarakat dunia dikejutkan oleh pemberitaan tentang menyebarnya suatu penyakit yang belum diketahui penyebabnya di wilayah Wuhan, Tiongkok. Berselang dua pekan kemudian, Pemerintah Tiongkok mengkonfirmasi bahwa penyakit ini ditimbulkan oleh jenis virus baru yang dinamai sebagai Coronavirus Disease 2019 atau disingkat menjadi Covid-19.
Semula, virus Covid-19 ini diduga menular dari hewan kelelawar dan ular kepada manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya, para ahli meyakini bahwa virus ini telah bermutasi dan dapat menular dari manusia ke manusia.
Wabah Covid-19 yang semula melanda Tiongkok, kemudian menyebar dengan sangat cepat ke berbagai negara. Karena itu, beberapa negara memberlakukan kebijakan darurat dengan melarang orang-orang untuk meninggalkan atau memasuki suatu wilayah (lockdown).
Kebijakan lockdown yang diberlakukan hampir bersamaan di berbagai Negara, menyebabkan terhambatnya aliran barang dan turunnya permintaan global. Kebijakan lockdown yang ditempuh oleh sejumlah Negara, memberikan dampak terhadap ekonomi Indonesia.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan pada kuartal I 2020 akibat menurunnya eksport (2020;34)
7 Hampir serupa dengan kebijakan beberapa negara di dunia, pemerintah Indonesia menempuh kebijakan menjaga jarak sosial antar masyarakat (Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB). Kebijakan ini ditempuh dengan pertimbangan bahwa jumlah pekerja lapangan di Indonesia sangat tinggi. Sehingga, tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan lockdown sebagaimana yang telah ditempuh oleh beberapa negara lain.
Namun demikian, kebijakan PSBB juga menimbulkan tekanan terhadap perekonomian nasional karena didalamnya memuat ketentuan pembatasan aktivitas kantor, tempat makan/restoran, perhotelan, tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan pembatasan mobilitas masyarakat. Ketika PSBB mulai diterapkan, pertumbuhan ekonomi terkonstraksi 5,32%
(YoY) pada triwulan II. Kemudian, pemerintah memperlonggar kebijakan PSBB tersebut.
Dengan pelonggaran ini, Kontraksi ekonomi mengalami penurunan menjadi 3,49 persen (YoY).
Akibat wabah Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,07 (YoY) di tahun 2020. Krisis ekonomi melanda 11 dari 17 sektor usaha di Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam Berita Resmi Statistik Indonesia (2021;07). Termasuk didalamnya sektor konstruksi dan real estat/properti. Sektor konstruksi mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,26 persen. Sementara, sektor properti hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,32 persen.
Terimbasnya sektor konstruksi, menarik perhatian untuk dibahas. Mengingat bahwa sektor ini termasuk dalam program memperkuat infrastruktur, yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV tahun 2020-2024. Sektor infrastruktur merupakan salah satu pilihan strategis pemerintah dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia.
Pemerintah telah menganggarkan proyek konstruksi senilai Rp 281,1 triliun untuk tahun 2020. Meskipun anggaran belanja pemerintah di sektor konstuksi terbilang cukup
8 besar, realisasi proyek dibidang ini mengalami keterlambatan dan juga penundaan akibat Covid-19 di tahun 2020.
Beberapa kontraktor yang melaksanakan proyek konstruksi pemerintah, gagal menyelesaikan proyek yang ditargetkan pada tahun 2020 dengan terjadinya Covid-19.
Sementara, Refocusing anggaran membuat sejumlah proyek konstruksi mengalami penundaan hingga tahun 2021. Sejumlah proyek yang tertunda diantaranya; pembangunan Bendungan Way Sekampung di Lampung, Bendungan Jragung di Jawa Tengah, Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur, Pembangunan Jalan Lingkar Timur Kuningan di Jawa Barat, Pembangunan Jalan Lingkar Brebes-Tegal di Jawa Tengah, optimalisasi jaringan pipa air limbah kota di Medan Sumatera Utara, dan jalan Tol Trans Sumatera.
Terhambatnya proyek-proyek pemerintah tersebut, akan sangat memengaruhi kinerja perusahaan sektor konstruksi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merupakan konsumen utama dalam sektor ini. Kedua, sumber pembiayaannya sangat bergantung pada pendanaan dari pihak ketiga.
Keterlambatan ataupun penundaan proyek akan menyebabkan naiknya beban pendanaan yang harus ditanggung.
Berbeda halnya dengan proyek konstruksi, anggaran pemerintah di bidang properti tidak terlalu besar. Namun demikian, proyek ini juga tidak mencapai target dari yang ditetapkan akibat terjadinya Covid-19. Program sejuta rumah yang dicanangkan PUPR di tahun 2020, hanya terealisasi 965.217 unit.
Perkembangan sektor properti di tanah air sangat ditentukan oleh proyek-proyek yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan swasta. Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan bahwa selama tahun 2020, investasi di sektor properti mencapai Rp 76,4 triliun, naik 7,45 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Investasi ini mencakup di bidang perumahan, kawasan industri, dan perkantoran.
9 Namun demikian, meningkatnya nilai investasi pada tahun tersebut tidak sejalan dengan menurunnya daya beli masyarakat akibat terjadinya Covid-19. Mengutip pendapat yang disampaikan oleh Hari Ganie selaku Wakil Ketua Umum Asosiasi Real Estat Indonesia (REI), pandemi Covid-19 berdampak pada berkurangnya penjualan sektor properti. Sektor perumahan mengalami penurunan penjualan antara 50 persen sampai 60 persen. Diluar sektor perumahan, terlebih lagi sektor perhotelan, penjualan menurun sampai 95 persen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja keuangan perusahaan sektor konstruksi dan property pada masa pandemic Covid-19. Selanjutnya, bagaimanakah pula dampak kinerja keuangan tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan sektor konstruksi dan properti di masa pandemi tersebut.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis besarnya dampak terjadinya Covid-19 di tahun 2020 terhadap kerugian yang terjadi pada perusahaan sektor konstruksi dan properti. Dengan demikian, sumber-sumber kerugian tersebut dapat diketahui dengan lebih terinci.
Penelitian ini juga dilaksanakan dengan harapan dapat meningkatkan jumlah referensi dari penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaannya, penelitian ini secara spesifik mengkaji dampak Covid-19 terhadap sektor usaha tertentu secara kuantitatif analisis. Sementara, beberapa penelitian terdahulu menganalisis secara kualitatif deskriptif. Dimana, pada umumnya membahas tentang dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional dan sebagian lagi mengenai efektivitas kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19.
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi penggunanya dalam pembuatan keputusan ekonomik (PSAK 1: 2014;
Paragraf 9).
Dalam menyajikan laporan poisisi keuangan, entitas menggolongkan komponen aset sebagai aset lancar dan aset tidak lancar. Demikian juga dengan komponen liabilitas, yang disajikan sebagai liabilitas lancar dan liabilitas tidak lancar. Penggolongan lancar dan tidak lancar mencermikan sifat pemulihan atau penyelesaian pos tersebut. Suatu pos disajikan sebagai lancar bila pemulihan atau penyelesaiannya dilakukan dalam waktu tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Jika jangka waktu pemulihan atau penyelesaiannya lebih dari dua belas bulan, disajikan sebagai pos tidak lancar. Penyajian seperti ini akan berguna dalam menilai tingkat likuiditas dan solvabilitas entitas.
Namun, entitas seperti institusi keuangan, aset dan liabilitas disajikan berdasarkan urutan likuiditas dibandingkan penyajian berdasarkan lancar dan tidak lancar. Penyajian ini lebih relevan dan andal dikarenakan entitas pada industri ini tidak menyediakan barang atau jasa selama siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas.
Laporan laba rugi, memuat seluruh pos-pos penghasilan dan beban yang mempengaruhi kinerja keuangan entitas pada suatu periode. Pengungkapan unsur-unsur
11 kinerja keuangan ini, membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan membuat proyeksi kinerja keuangan masa depan.
Terakhir, laporan arus kas memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Informasi ini berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendanaan yang digunakan untuk kegiatan investasi serta kemampuannya dalam memberikan imbalan dari dana yang diperoleh tersebut. Laporan arus kas dapat digunakan untuk memproyeksikan kemampuan entitas dalam menghasilkan kas di masa mendatang.
B. Metode Analisis Kinerja Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan oleh perusahaan dalam memberikan informasi tentang posisi keuangan dan kinerjanya. Menganalisis dan mengevaluasi laporan ini adalah salah satu cara untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam mengenai kondisi dan kinerja keuangan tersebut.
Menilai kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas. Dalam menganalisis laporan keuangan, para analis dapat memilih alternatif teknik berikut ini untuk menafsirkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan (Warren et.al, 2018:826):
1) Metode Rasio. Rasio mencerminkan suatu pos laporan keuangan atau sekelompok pos laporan keuangan sebagai suatu persentase atas pos laporan keuangan lainnya, untuk menentukan suatu hubungan ekonomik yang penting sebagai angka tunggal.
Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dan kondisi keuangan adalah;
a. Rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
12 b. Rasio Solvabilitas. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan entitas
untuk membayar liabilitas jangka panjang.
c. Rasio Likuiditas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka pendek.
2) Metode Analitikal. Metode ini diterapkan dengan cara memperhitungkan perubahan dalam jumlah dan persentase dari pos-pos laporan keuangan suatu periode dan antar periode. Terdapat tiga macam metode analitikal yang dapat digunakan oleh para analis, yaitu:
a. Analisis Horisontal b. Analisis Vertikal c. Analisis Common-Size
Analisis Horisontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan pos- pos laporan keuangan untuk beberapa periode guna mengetahui perubahannya dalam jumlah nilai uang ataupun persentase. Suatu pos laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan pos yang sama pada periode sebelumnya untuk diketahui perubahannya. Pos laporan keuangan yang lebih awal dijadikan dasar perhitungan untuk menentukan besarnya perubahan tersebut.
Analisis Vertikal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan suatu pos laporan keuangan terhadap suatu total tertentu dalam laporan keuangan periode tersebut. Dalam menganalisis laporan posisi keuangan, setiap pos aset dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap total aset, dan setiap pos liabilitas dan ekuitas dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap total liabilitas dan ekuitas. Dalam menganalisis laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persentase dari total pendapatan.
Dalam analisis common-sized, semua pos dinyatakan sebagai persentase, tanpa menyatakan jumlah nilai uang. Analisis common-size seringkali digunakan untuk
13 membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau dengan rata-rata industrinya.
Saat ini, rasio keuangan merupakan alat analisis yang seringkali digunakan dalam menilai kinerja keuangan. Rasio mencerminkan suatu hubungan matematis antar dua kuantitas. Namun dalam menginterpretasikannya jauh lebih komplek dan sulit untuk melakukan pemeriksaan terhadap komponen individidu yang membentuk rasio tersebut.
Menilai kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan yang telah disediakan oleh penyaji, menimbulkan resiko seperti dinyatakan oleh Gibson dan Subrayaman. Menurut Gibson (2011:187), penggunaan analisis rasio memiliki kelemahan karena seringkali data yang berbeda diperhitungkan untuk rasio yang sama. Bahkan, perusahaan juga dapat meng- improve rasio untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik (Subramanyam, 2009:35).
Mempertimbangkan beberapa hal tersebut, penelitian ini akan memilih metode horisontal dalam menganalisis kondisi dan kinerja perusahaan yang diteliti. Analisis horizontal memungkinkan dilakukannya pembandingkan setiap pos yang ingin diperbandingkan. Dengan demikian, kondisi dan kinerja keuangan dapat diukur dengan lebih spesifik.
C. Penelitian-penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai dampak yang diakibatkan oleh Covid-19 telah cukup banyak dilakukan. Namun, penelitian yang membahas dampaknya terhadap kinerja sector industry tertentu masih sulit dijumpai. Beberapa penelitian yang dimaksud, diuraikan dibawah ini.
Hanoatubun, S (2020) meneliti tentang dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. Hanoatubun menyatakan bahwa dampak Covid-19 adalah sulitnya masyarakat untuk mencari pekerjaan, tidak memiliki penghasilan dan kesulitan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Kesulitan juga dihadapi oleh semua sektor perekonomian.
14 Darma Nasution, D.A dkk (2020) juga membahas mengenai dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa Covid-19 mengakibatkan terhambatnya kegiatan ekspor Indonesia ke China sehingga berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Pradana, A dkk (2020) meneliti tentang dampak Covid-19 terhadap ekonomi nasional dan perpajakan di sektor minyak dan gas bumi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Covid-19 menyebabkan roda perekonomian mengalami gangguan dan penerimaan pajak dari sektor minyak dan gas bumi mengalami penurunan.
Ngadi dkk (2020) membahas tentang dampak Covid-19 terhadap PHK dan pendapatan pekerja di Indonesia. Kesimpulan yang diperolehnya adalah bahwa Covid-19 berdampak terhadap meningkatnya PHK dan sebagian yang masih bekerja mengalami penurunan pendapatan sekitar 31 persen sampai 50 persen.
Saturwa, H.N dkk (2021) meneliti tentang dampak Covid-19 terhadap usaha mikro, kecil dan menengah di wilayah Eks Karesidenan Pekalongan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa omset penjualan mengalami penurunan dan disiasati dengan mengurangi jumlah pekerja. Usaha mikro memiliki ketahanan arus kas yang lebih baik daripada perusahaan kecil dan menengah.
Beberapa peneliti lainnya membahas tentang kebijakan pemerintah terkait dengan pandemi Covid-19. Tuwu, D (2020) meneliti tentang kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19. Menurut hasil penelitiannya, pemerintah belum menerapkan skema perlindungan sosial yang merata untuk semua golongan masyarakat.
Agustino, L (2020) menganalisis tentang kebijakan penangan wabah Covid-19 di Indonesia. Menurutnya, para elit politik tidak memiliki kepekaan sehingga memperlambat pengambilan keputusan oleh pemerintah untuk menangani Covid-19 di tanah air. Hal ini
15 diperparah oleh tidak terkoordinasinya penanganan Covid-19 antara pemerintah pusat dan daerah, serta ketidakpatuhan masyarakat atas himbauan pemerintah.
Putri, R.N (2020) membahas tentang tata cara pengendalian dan pencegahan Covid- 19. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemerintah telah memberlakukan berbagai kebijakan namun belum sepenuhnya didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat dan sistim kesehatan yang baik.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor konstruksi dan properti, laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi komprehensif dan posisi keuangan tahun 2020 dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2019. Dari hasil pembandingkan tersebut akan ditelaah perubahan-perubahan yang signifikan terhadap laporan keuangan tersebut.
Dalam menganalisis laporan laba rugi, hal yang menjadi perhatian adalah apakah terjadi penurunan laba dan faktor apa saja yang menyebabkan laba tersebut menurun. Kemudian, laporan posisi keuangan dianalisis pula perubahannya untuk menentukan tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan cara memperhatikan perubahan tingkat likuiditas dan solvabilitasnya. Secara singkat, kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini.
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Laporan laba rugi
komprehensif dan posisi keuangan tahun 2020
Menentukan perubahan pos-pos yang signifikan dalam laba rugi komprehensif dan posisi keuangan
Analisis faktor penentu terhadap penurunan laba dan tingkat penurunan kondisi keuangan
Laporan laba rugi komprehensif dan posisi keuangan tahun 2019
16 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Analisis Kinerja Keuangan
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis horisontal dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sektor konstruksi dan properti. Metode analisis horisontal bertujuan untuk mengetahui tren dan perubahan komponen laporan keuangan dari waktu ke waktu. Dalam pendekatan analisis horisontal, suatu tahun dasar pembandingan dipilih dan jumlah nilai uang masing-masing komponen laporan keuangan tahun berikutnya dikonversikan ke dalam suatu prosentase terhadap jumlah nilai uang pada tahun dasar tersebut (Kramer, 2009:211).
Penilaian kinerja keuangan dalam metode horisontal menjadi lebih bermanfaat bila pembandingan laporan keuangan dilakukan untuk dua periode atau lebih (Gibson, 2011:188). Pendapat ini dipertegas oleh Subramanyam. Menurut Subramanyam (2009:28), pembandingan laporan keuangan umumnya dilakukan dalam periode yang pendek, antara dua sampai tiga tahun. Analisis perubahan dalam jangka pendek dapat lebih dipahami dan dikelola.
B. Jenis dan Sumber Data
Sebagai dasar untuk menggambarkan pengaruh pandemi terhadap kinerja perusahaan sektor properti dan konstruksi di Indonesia, penelitian ini menggunakan data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019 dan
17 2020. Perusahaan sektor properti dan konstruksi yang terdaftar di BEI berjumlah 83 perusahaan (Edison:2020).
C. Populasi dan Sampel
Mengingat keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini ditekankan hanya untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan terbesar dalam sektor konstruksi dan properti. Namun demikian, tetap diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menggambarkan kinerja sektor konstruksi dan properti nasional. Mengingat, kegiatan konstruksi dan pengembangan properti di tanah air, sangat tergantung pada beberapa perusahaan tersebut.
Dengan pertimbangan tersebut, maka perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan terbesar. Dimana, dari sektor konstruksi dan properti masing-masing akan dipilih 5 perusahaan terbesar. Kategori perusahaan terbesar ditentukan berdasarkan jumlah aset yang dimilikinya.
Untuk memperoleh kesimpulan tentang kinerja keuangan perusahaan sektor konstruksi dan properti, laporan keuangan masing-masing sektor akan digabungkan menjadi satu laporan keuangan. Laporan keuangan tahun 2019 dijadikan dasar pembanding untuk menilai kinerja di tahun 2020. Laporan tahun 2019 diasumsikan mewakili kinerja sebelum masa pandemi dan laporan keuangan tahun 2020 mewakili kinerja pada masa pandemi. Asumsi ini mengacu pada laporan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan pada kuartal I 2020 akibat Covid-19 (2020: 34).
18 D. Operasional Variabel
Variabel yang dianalisis adalah perubahan laba komprehensif dan posisi keuangan yang terpengaruh oleh perubahan laba tersebut. Komponen laba komprehensif meliputi;
penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian. Komponen posisi keuangan terdiri dari; aset, liabilitas dan ekuitas.
19 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian
Pembahasan kinerja keuangan sektor konstruksi dalam penelitian ini melibatkan lima perusahaan terbesar di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Wijaya Karya Tbk dan Entitas Anak (WIKA), PT Waskita Karya Tbk dan Entitas Anak (WSKT), PT Adhi Karya Tbk dan Entitas Anak (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk dan Entitas Anak (PTPP), dan PT Hutama Karya dan Entitas Anak (PTHK).
Sementara, untuk pembahasan kinerja keuangan sektor properti juga melibatkan lima perusahaan terbesar di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Bumi Serpong Tbk dan Entitas Anak (BSDE), PT Ciputra Development Tbk dan Entitas Anak (CTRA), PT Lippo Karawaci Tbk dan Entitas Anak (LPKR), PT Agung Podomoro Land Tbk dan Entitas Anak (APLN), dan PT Pakuwon Jati Tbk dan Entitas Anak (PWON).
Dalam penyajiannya, laporan keuangan masing-masing sektor usaha digabungkan menjadi satu laporan keuangan. Dengan demikian, terbentuk dua laporan keuangan gabungan yang masing-masing mewakili sektor konstruksi dan properti.
Untuk memudahkan untuk tujuan analisis, penyajian laporan keuangan gabungan telah disederhanakan. Data keuangan yang tidak signfikan dan kurang bermakna bagi tujuan analisis, digabungan ke dalam satu kelompok akun tertentu. Laporan gabungan ini menjadi dasar analisis untuk memberikan gambaran kinerja keuangan (laporan laba rugi komprehensif) dan kondisi keuangan (laporan posisi keuangan) perusahaan-perusahaan tersebut secara keseluruhan.
20 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Analisis Kinerja dan Kondisi Keuangan Perusahaan Sektor Konstruksi Berdasarkan informasi keuangan perusahaan sektor kontruksi bangunan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan kemudian diolah, terdapat beberapa akun signifikan dan perubahannya untuk dianalisis. Berikut ini adalah analisis terhadap akun- akun tersebut.
Tabel 1.
Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Sektor Konstruksi Per 31 Desember 2020 dan 2019
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Aset Lancar
Kas dan setara kas 37.168 40.192 (3.024) (7,52%)
Piutang usaha 15.916 18.306 (2.390) (13,06%)
Piutang retensi 6.011 6.579 (568) (8,63%)
Aset keuangan tersedia untuk dijual - 42 (42) (100,00%) Piutang ventura bersama 301 3.573 (3.272) (91,58%)
Piutang lain-lain 15.221 14.253 968 6,79%
Persediaan 32.278 27.786 4.492 16,17%
Piutang yang belum ditagih 2.302 2.155 147 6,82%
Tagihan bruto pemberi kerja 41.648 52.533 (10.885) (20,72%) Uang muka dan biaya dibayar dimuka 5.608 5.931 (323) (5,45%) Pajak dibayar dimuka 9.170 10.161 (991) (9,75%) Aset lancar lainnya 2.680 933 1.747 187,25%
Total Aset Lancar 168.303 182.444 (14.141) (7,75%) Aset Tidak Lancar
Aset keuangan atas proyek konsesi 1.833 1.046 787 75,24%
Uang muka 1.057 1.085 (28) (2,58%)
Aset real estat 9.362 8.130 1.232 15,15%
Piutang usaha 210 352 (142) (40,34%)
Piutang lain-lain 1.423 3.016 (1.593) (52,82%)
Investasi jangka panjang - penyertaan saham 3.452 2.475 977 39,47%
Investasi pada entitas asosiasi & ventura bersama -
neto 16.345 13.474 2.871 21,31%
Aset pajak tangguhan - neto 633 111 522 470,27%
21 Aset tak berwujud lainnya 138.060 121.252 16.808 13,86%
Aset tetap - neto 26.312 26.418 (106) (0,40%)
Aset hak guna 420 - 420 100,00%
Properti investasi - neto 3.919 3.987 (68) (1,71%) Aset minyak & gas bumi 975 995 (20) (2,01%)
Goodwill 2.467 2.301 166 7,21%
Aset tidak lancar lainnya 1.483 1.908 (425) (22,27%) Total Aset Tidak Lancar 207.951 186.550 21.401 11,47%
Total Aset 376.254 368.994 7.260 1,97%
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha 72.186 63.326 8.860 13,99%
Utang bruto subkontraktor 7.563 10.574 (3.011) (28,48%) Pendapatan diterima dimuka 712 400 312 78,00%
Uang muka pemberi kerja & konsumen 5.956 5.558 398 7,16%
Utang wesel - medium term notes 6.985 3.117 3.868 124,09%
Utang bank & lembaga pembiayaan lainnya 61.029 43.721 17.308 39,59%
Beban akrual & provisi 11.698 13.442 (1.744) (12,97%)
Utang pajak 3.295 3.206 89 2,78%
Utang lain-lain 919 704 215 30,54%
Utang retensi 1.270 453 817 180,35%
Utang sewa pembiayaan 409 495 (86) (17,37%)
Utang obligasi 11.442 4.390 7.052 160,64%
Liabilitas jangka pendek lainnya 2.092 1.906 186 9,76%
Total Liabilitas Jangka Pendek 185.556 151.292 34.264 22,65%
Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas pajak tangguhan - neto 324 403 (79) (19,60%) Utang wesel - medium term notes 12.222 10.542 1.680 15,94%
Uang muka pemberi kerja & konsumen 2.934 3.892 (958) (24,61%) Utang bank & lembaga pembiayaan lainnya 57.835 63.592 (5.757) (9,05%)
Utang usaha 2.440 5.668 (3.228) (56,95%)
Utang lain-lain 2.417 2.450 (33) (1,35%)
Beban akrual & provisi 147 - 147 100,00%
Utang retensi 367 1.283 (916) (71,40%)
Utang ventura bersama 970 773 197 25,49%
Utang obligasi 19.122 28.230 (9.108) (32,26%)
Utang pajak 725 193 532 275,65%
Utang sewa pembiayaan 647 632 15 2,37%
22 Utang bruto subkontraktor 772 1.361 (589) (43,28%) Pendapatan ditangguhkan 3.484 4.350 (866) (19,91%) Sukuk mudharabah 500 - 500 100,00%
Liabilitas imbalan kerja jangka panjang 936 904 32 3,54%
Liabilitas jangka panjang lainnya 240 290 (50) (17,24%) Total Liabilitas Jangka Panjang 106.082 124.563 (18.481) (14,84%) Total Liabilitas 291.638 275.855 15.783 5,72%
Ekuitas
Modal saham 23.330 19.830 3.500 17,65%
Tambahan modal disetor 19.704 19.407 297 1,53%
Saham treasuri (8) - (8) (100,00%) Penyertaan modal negara 7.500 - 7.500 100,00%
Komponen ekuitas lainnya 5.406 5.066 340 100,00%
Surat berharga perpetual 598 598 - 0,00%
Saldo laba 11.976 30.504 (18.528) (60,74%)
Kepentingan nonpengendali 16.110 17.734 (1.624) (9,16%) Total Ekuitas 84.616 93.139 (8.523) (9,15%) Total Liabilitas dan Ekuitas 376.254 368.994 7.260 1,97%
Sumber: data diolah
Tabel 2.
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Perusahaan Sektor Konstruksi
Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2020 dan 2019
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Pendapatan usaha 81.029 123.873 (42.844) (34,59%)
Beban pokok pendapatan 75.707 105.490 (29.783) (28,23%)
Laba Bruto 5.322 18.383 (13.061) (71,05%)
Beban penjualan 116 224 (108) (48,21%)
Beban pajak final 2.054 3.236 (1.182) (36,53%)
Beban umum dan administrasi 4.976 4.619 357 7,73%
Jumlah beban usaha 7.146 8.079 (933) (11,55%) Laba (rugi) usaha (1.824) 10.304 (12.128) (117,70%)
23 Rugi selisih kurs - 16 (16) (100,00%) Laba penjualan aset tetap (1) (10) 9 (90,00%) Keuntungan dari akuisisi - (17) 17 (100,00%)
Penghasilan lain-lain (3.764) (2.429) (1.335) 54,96%
Beban lain-lain 4.204 541 3.663 677,08%
Beban pendanaan - neto 8.750 5.523 3.227 58,43%
Rugi neto entitas asosiasi dan ventura bersama (288) (1.020) 732 (71,76%) Kerugian penurunan nilai 298 202 96 47,52%
Laba dari akuisisi entitas anak & asosiasi (15) (464) 449 (96,77%) Laba atas divestasi entitas anak & investasi lainnya (8) (93) 85 (91,40%) Jumlah beban (pendapatan) lain-lain 9.176 2.249 6.927 308,00%
Laba sebelum pajak penghasilan (11.000) 8.055 (19.055) (236,56%) Beban pajak penghasilan (56) 670 (726) (108,36%) Laba (rugi) tahun berjalan (10.944) 7.385 (18.329) (248,19%) Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan revaluasi aset tetap (339) (61) (278) 455,74%
Pengukuran kembali liabilitas imbalan kerja 7 361 (354) (98,06%) Selisih kurs penjabaran laporan keuangan 3 4 (1) (25,00%) Jumlah beban (penghasilan) komprehensif lain (329) 304 (633) (208,22%) Total Laba (Rugi) Komprehensif Tahun
Berjalan (10.615) 7.081 (17.696) (249,91%)
Sumber: data diolah
Aset
Komposisi aset perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 masih didominasi oleh aset tidak lancar, dengan jumlah 55,27% dari total aset.
Sementara, jumlah aset tidak lancar pada 31 Desember 2019 berjumlah 50,56% dari total aset.
Aset Lancar
Jumlah aset lancar pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 168.303 miliar, menurun 7,75% dari tahun sebelumnya Rp 182.444 miliar. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya jumlah kas dan setara kas, dan tagihan bruto dari pemberi kerja.
24 Jumlah kas dan setara kas pada perusahaan sektor konstruksi bangunan mengalami penurunan secara keseluruhan, walaupun terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kondisi sebaliknya. Jumlah kas dan setara kas perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 37.168 miliar, turun 7,52% dari tahun sebelumnya Rp 40.192 miliar. Penurunan ini utamanya karena adanya pembayaran pinjaman bank dan pelunasan utang obligasi.
Jumlah tagihan bruto pemberi kerja perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 41.648 miliar, turun 20,72% dari tahun sebelumnya Rp 52.533 miliar. Hampir semua perusahaan mengalami penurunan dalam tagihan bruto pemberi kerja. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kemajuan penyelesaian proyek kontruksi sehingga telah disetujui untuk ditagihkan (ditingkatkan menjadi piutang usaha). Namun piutang ini juga telah diterima pembayarannya. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah piutang usaha.
Walaupun aset lancar secara keseluruhan mengalami penurunan, namun persediaan mengalami kenaikan. Jumlah persediaan perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 32.278 miliar, naik 16,17%
dari tahun sebelumnya Rp 27.786 miliar. Kenaikan ini utamanya berupa persediaan real estat yang meningkat karena adanya aktivitas pengembangan real estat dan juga karena dampak penerapan PSAK 72.
Aset Tidak Lancar
Jumlah aset tidak lancar perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 207.951 miliar, meningkat 11,47% dari tahun sebelumnya Rp 186.550 miliar. Peningkatan jumlah aset tidak lancar tersebut
25 utamanya disebabkan meningkatnya jumlah aset real estat, aset tak berwujud lainnya, dan investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama.
Jumlah aset real estat pada akhir tahun 2020 tercatat sebesar Rp 9.362 miliar, bertambah Rp 1.232 miliar atau naik 15,15% dari tahun sebelumnya Rp 8.130 miliar.
Peningkatan jumlah tersebut disebabkan adanya investasi atas pembelian lahan dan adanya meningkatnya nilai aset real estat dalam pengembangan (bangunan dalam proses).
Jumlah investasi pada entitas asosiasi dan ventura pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 16.345 miliar, meningkat 21,31% dari tahun sebelumnya Rp 13.474 miliar. Peningkatan jumlah ini utamanya disebabkan oleh adanya penambahan penyertaan pada entitas asosiasi dan ventura bersama.
Jumlah aset takberwujud lainnya pada 31 Desember 2020 mengalami kenaikan sebesar 13,86% menjadi Rp 138.060 miliar, dari Rp 121.252 miliar pada 31 Desember 2019. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh bertambahnya nilai hak pengusahaan jalan tol.
Liabilitas
Komposisi liabilitas perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 masih didominasi oleh liabilitas lancar, dengan jumlah 63,63% dari total liabilitas.
Sementara, jumlah liabilitas lancar pada 31 Desember 2019 berjumlah 54,84% dari total liabilitas.
Liabilitas Lancar
Jumlah liabilitas jangka pendek perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 185.556 miliar, meningkat 22,65% dari tahun
26 sebelumnya Rp 151.292 miliar. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan meningkatnya jumlah utang usaha, utang bank dan lembaga pembiayaan lainnya, utang wesel (medium term notes), dan utang obligasi.
Jumlah utang usaha pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 72.186 miliar, naik 13,99% dari tahun sebelumnya Rp 63.326 miliar. Hampir semua perusahaan mengalami kenaikan utang usaha. Kenaikan ini utamanya disebabkan adanya utang usaha belum jatuh tempo yang pembayarannya menggunakan Non Cash Loan dengan tenor 6 bulan.
Jumlah utang bank dan lembaga pembiayaan lainnya pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 61.029 miliar, naik 39,59% dari tahun sebelumnya Rp 43.721 miliar. Kenaikan ini disebabkan oleh kebutuhan modal kerja.
Jumlah utang obligasi pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 11.442 miliar, naik 160,64% dari tahun sebelumnya Rp 4.390 miliar. Kenaikan ini disebabkan oleh hasil reklasifikasi dari utang obligasi jangka panjang menjadi utang jangka pendek.
Jumlah utang wesel pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 6.985 miliar, naik 124,09% dari tahun sebelumnya Rp 3.117 miliar. Kenaikan ini juga disebabkan oleh hasil reklasifikasi dari utang wesel jangka panjang menjadi utang jangka pendek.
Liabilitas Tidak Lancar
Jumlah liabilitas jangka panjang perusahaan sektor konstruksi bangunan pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 106.082 miliar, menurun 14,84% dari tahun sebelumnya Rp 124.563 miliar. Penurunan tersebut utamanya disebabkan menurunnya jumlah utang usaha, utang bank dan lembaga pembiayaan lainnya, dan utang obligasi.
27 Jumlah utang usaha pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 2.440 miliar, turun 56,95% dari tahun sebelumnya Rp 5.668 miliar. Penurunan ini disebabkan karena direklasifikasi menjadi utang usaha jangka pendek.
Jumlah utang bank dan lembaga pembiayaan lainnya pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 57.835 miliar, turun 9,05% dari tahun sebelumnya Rp 63.592 miliar. Penurunan ini disebabkan karena direklasifikasi menjadi utang jangka pendek.
Jumlah utang obligasi pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp. 19.122 miliar, turun 32,26% dari tahun sebelumnya Rp 28.230. Kenaikan ini juga disebabkan karena direklasifikasi menjadi utang obligasi jangka pendek.
Ekuitas
Jumlah ekuitas pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 84.616 miliar, turun 9,15% dari tahun sebelumnya Rp 93.139 miliar. Penurunan jumlah ekuitas tersebut utamanya disebabkan adanya rugi komprehensif yang dialami selama tahun 2020 sebesar Rp 10.615 miliar. Disamping itu, jumlah ekuitas juga mengalami penurunan sebesar Rp 9.603 miliar sebagai dampak atas penerapan PSAK Baru (PSAK 71, 72, dan 73). Akibat kerugian yang sangat besar ini, perusahaan sektor konstruksi bangunan harus meningkatkan penyertaan modal senilai Rp 11.000 milyar untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Pendapatan Usaha
Jumlah pendapatan usaha pada tahun 2020 sebesar Rp 81.029 miliar, turun 34,59% dari tahun sebelumnya Rp 123.873 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus Covid-19. Kebijakan ini membuat
28 perusahaan sektor konstruksi terhambat dalam melaksanakan kegiatan konstruksi di tahun 2020.
Beban Pokok Pendapatan
Jumlah beban pokok pendapatan pada tahun 2020 sebesar Rp 75.707 miliar, turun 28,23% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 105.490 miliar. Penurunan beban pokok pendapatan tersebut berbanding lurus dengan penurunan pendapatan usaha.
Beban Usaha
Jumlah beban usaha pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp 7.147 miliar, turun 11,55% dari tahun sebelumnya Rp 8.079 miliar. Penurunan beban usaha tersebut sebanding dengan penurunan pendapatan usaha.
Pendapatan (Beban) Lain-lain
Jumlah beban lain-lain pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp 9.176 miliar, naik 308% dari tahun sebelumnya Rp 2.249 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya beban lain-lain dan beban pendanaan.
Beban lain-lain pada tahun 2020 tercatat Rp. 4.204 milyar, naik 677,08%
dibanding tahun sebelumnya Rp 541 milyar. Kenaikan beban ini disebabkan oleh meningkatnya beban proyek, beban KSO, beban selisih revaluasi aset tetap, penurunan nilai piutang lain-lain, penurunan nilai investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama, dan penurunan nilai wajar aset lainnya.
Beban pendanaan - neto pada tahun 2020 tercatat Rp. 8.750 milyar, naik 58,43% dibanding tahun sebelumnya Rp 5.523 milyar. Kenaikan ini disebabkan utamanya oleh meningkatnya jumlah pinjaman bank pada tahun berjalan.
29 Penghasilan (Beban) Komprehensif Lain
Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp 329 miliar, naik 208,26% dari tahun sebelumnya yang sebaliknya mencatat beban komprehensif Rp 304 miliar. Peningkatan tersebut bersumber dari keuntungan revaluasi aset tetap dan laba pengukuran kembali imbalan pasca kerja.
2. Analisis Kinerja dan Kondisi Keuangan Perusahaan Sektor Properti
Berdasarkan informasi keuangan perusahaan sektor properti yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan kemudian diolah, terdapat beberapa akun signifikan dan perubahannya untuk dianalisis. Berikut ini adalah analisis terhadap akun-akun tersebut.
Tabel 3.
Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Sektor Properti Per 31 Desember 2020 dan 2019
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Aset lancar
Kas dan setara kas 22.918 20.950 1.968 9,39%
Aset keuangan tersedia untuk dijual 1.870 2.603 (733) (28,16%)
Piutang usaha 4.137 5.603 (1.466) (26,16%)
Piutang lain-lain 2.043 2.374 (331) (13,94%)
Persediaan 61.419 55.549 5.870 10,57%
Uang muka dan biaya dibayar dimuka 6.334 5.936 398 6,70%
Pajak dibayar dimuka lancar 2.057 1.987 70 3,52%
Aset lancar lainnya 1.576 2.467 (891) (36,12%) Jumlah aset lancar 102.354 97.469 4.885 5,01%
Aset tidak lancar
Piutang lain-lain 189 104 85 81,73%
30 Investasi pada entitas asosiasi & ventura bersama 9.516 12.192 (2.676) (21,95%) Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi
- 16 (16) (100,00%) Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui
penghasilan komprehensif lain 2.493 1.026 1.467 142,98%
Investasi pada dana investasi infrastruktur 1.991 3.239 (1.248) (38,53%) Aset pajak tangguhan 278 244 34 13,93%
Uang muka dan biaya dibayar dimuka 1.426 1.909 (483) (25,30%) Tanah untuk pengembangan 29.443 30.641 (1.198) (3,91%)
Properti investasi 35.189 33.459 1.730 5,17%
Aset tetap 18.233 14.824 3.409 23,00%
Aset takberwujud 3.196 2.453 743 30,29%
Aset tidak lancar lainnya 4.525 3.795 730 19,24%
Jumlah aset tidak lancar 106.479 103.902 2.577 2,48%
Total Aset 208.833 201.371 7.462 3,71%
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Liabilitas jangka pendek
Liabilitas kontrak 13.783 6.228 7.555 121,31%
Uang muka diterima 5.388 5.361 27 0,50%
Pendapatan dan sewa diterima dimuka 1.578 1.945 (367) (18,87%) Utang bank & lembaga keuangan lainnya 4.697 4.248 449 10,57%
Utang usaha 4.127 3.747 380 10,14%
Beban akrual 2.870 2.528 342 13,53%
Utang pajak 567 696 (129) (18,53%)
Utang wesel - medium term notes 1.941 350 1.591 454,57%
Utang sewa pembiayaan 785 61 724 1.186,89%
Utang obligasi 4.926 - 4.926 100,00%
Liabilitas imbalan kerja jangka pendek 404 281 123 43,77%
Liabilitas lancar lainnya 3.577 4.265 (688) (16,13%) Jumlah liabilitas jangka pendek 44.643 29.710 14.933 50,26%
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas pajak tangguhan 93 97 (4) (4,12%)
Liabilitas kontrak 6.111 2.619 3.492 133,33%
Uang muka diterima 3.200 2.527 673 26,63%
Pendapatan dan sewa diterima dimuka 914 1.264 (350) (27,69%) Utang bank & lembaga keuangan lainnya 15.993 15.749 244 1,55%
Utang sewa pembiayaan 3.442 90 3.352 3.724,44%
Utang wesel - medium term notes - 1.536 (1.536) (100,00%)
31
Utang obligasi 27.182 27.268 (86) (0,32%)
Liabilitas imbalan kerja jangka panjang 1.271 1.433 (162) (11,30%) Liabilitas jangka panjang lainnya 1.527 2.383 (856) (35,92%) Jumlah liabilitas jangka panjang 59.733 54.966 4.767 8,67%
Jumlah liabilitas 104.376 84.676 19.700 23,27%
Ekuitas
Saham biasa 17.321 16.795 526 3,13%
Tambahan modal disetor 23.402 21.904 1.498 6,84%
Uang muka setoran modal 1.097 1.897 (800) (42,17%)
Saham tresuri (446) (538) 92 (17,10%)
Komponen ekuitas lainnya 7.274 7.148 126 1,76%
Saldo laba 39.462 50.569 (11.107) (21,96%)
Kepentingan non-pengendali 16.347 18.920 (2.573) (13,60%) Jumlah ekuitas 104.457 116.695 (12.238) (10,49%) Total Liabilitas dan Ekuitas 208.833 201.371 7.462 3,71%
Sumber: data diolah
Tabel 4.
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Perusahaan Sektor Properti
Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2020 dan 2019
TOTAL PERUBAHAN
Milliar Milliar Rp %
Rp Rp Naik/ Naik/
2020 2019 (Turun) (Turun)
Pendapatan usaha 35.151 38.008 (2.857) (7,52%)
Beban pokok pendapatan 18.349 18.535 (186) (1,00%)
Jumlah laba bruto 16.802 19.473 (2.671) (13,72%) Beban usaha:
Beban penjualan 2.044 2.251 (207) (9,20%)
Beban umum dan administrasi 6.983 7.460 (477) (6,39%)
Beban pajak final 1.037 1.188 (151) (12,71%)
Jumlah beban usaha 10.064 10.899 (835) (7,66%)
Laba usaha 6.738 8.574 (1.836) (21,41%)
Beban lain-lain - neto 5.053 982 4.071 414,56%
Beban pendanaan - neto 5.001 2.949 2.052 69,58%
Bagian rugi entitas asosiasi & ventura besama 2.963 (75) 3.038 (4.050,67%) Kerugian (keuntungan) selisih kurs mata uang asing 54 (57) 111 (194,74%)
32 Keuntungan dari perubahan nilai wajar investasi yang
diukur melalui laba rugi (168) (46) (122) 265,22%
Dampak perubahan pengukuran investasi pada entitas
asosiasi & ventura bersama - (865) 865 (100,00%) Keuntungan pelepasan entitas anak - (366) 366 (100,00%) Beban (pendapatan) lain-lain - bersih (140) 177 (317) (179,10%) Jumlah beban (penghasilan) lain-lain 12.763 2.699 10.064 372,88%
Laba (rugi) sebelum pajak (6.025) 6.220 (12.245) (196,86%) Beban pajak penghasilan 456 508 (52) (10,24%) Laba (rugi) tahun berjalan (6.481) 5.712 (12.193) (213,46%) Penghasilan komprehensif lain:
Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Perubahan nilai wajar investasi yang diukur melalui
penghasilan komprehensif lain 219 119 100 84,03%
Pengukuran kembali liabilitas imbalan kerja (224) 101 (325) (321,78%) Pajak penghasilan terkait 2 (7) 9 (128,57%) Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi:
Selisih penjabaran mata uang asing (104) (68) (36) 52,94%
Lindung nilai arus kas 15 (32) 47 (146,88%) Bagian penghasilan komprehensif lain atas entitas
asosiasi (3) (1) (2) 200,00%
Perubahan nilai wajar investasi yang tersedia untuk
dijual - (3) 3 (100,00%)
Reklasifikasi penyesuaian untuk keuntungan yang
diakui dalam laba rugi - 2 (2) (100,00%) Jumlah penghasilan komprehensif lain (95) 111 (206) (185,59%) Total Laba (Rugi) Komprehensif Tahun
Berjalan (6.386) 5.601 (11.987) (214,02%)
Sumber: data diolah
Aset
Komposisi aset perusahaan sektor properti pada 31 Desember 2020 masih didominasi oleh aset tidak lancar, dengan jumlah 50,99% dari total aset. Sementara, jumlah aset tidak lancar pada 31 Desember 2019 berjumlah 51,60% dari total aset.
33 Aset Lancar
Jumlah aset lancar perusahaan sektor properti dan real erstat pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 102.354 miliar, naik 5,01% dari tahun sebelumnya Rp 97.469 miliar. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan dalam jumlah persediaan.
Persediaan
Jumlah persediaan pada 31 Desember 2020 tercatat Rp 61.419 miliar, naik 10,57% dari tahun sebelumnya Rp 55.549 miliar. Hampir semua perusahaan dalam sektor properti dan real estat mengalami kenaikan persediaan. Persediaan ini meliputi aset real estat siap jual dan dalam pengembangkan. Kenaikan jumlah persediaan tersebut dikarenakan adanya pengembangan, sebagian kecil hasil reklasifikasi dari properti investasi, dan dampak implementasi PSAK 72 “Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan”. Secara keseluruhan, dampak implementasi PSAK 72 terhadap kenaikan nilai persediaan pada sektor properti dan real estat adalah Rp. 3.892 miliar, atau sebesar 66% dari total kenaikan nilai persediaan.
Aset Tidak Lancar
Jumlah aset tidak lancar perusahaan sektor properti dan real estat pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 106.479 miliar, meningkat 2,48% dari tahun sebelumnya Rp 103.902 miliar. Perubahan dalam jumlah aset tidak lancar tersebut utamanya disebabkan meningkatnya jumlah aset tetap. Namun, perubahan ini juga dipengaruhi oleh menurunnya jumlah tanah untuk pengembangan.
34 Aset Tetap
Jumlah aset tetap pada 31 Desember 2020 tercatat Rp 18.233 miliar, naik 23%
dari tahun sebelumnya Rp 14.824 miliar. Hampir semua perusahaan sektor properti dan real estat mengalami kenaikan aset tetap. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan karena pengadaan aset tetap baru.
Tanah Untuk Pengembangan
Jumlah tanah untuk pengembangan pada 31 Desember 2020 tercatat Rp 29.443 miliar, turun 3,91% dari tahun sebelumnya Rp 30.641 miliar. Selama tahun 2020, terjadi penambahan luas tanah untuk pengembangan. Namun, secara keseluruhan jumlah tanah untuk pengembangan tercatat menurun karena adanya reklasifikasi menjadi aset real estat sehubungan dengan aktivitas pengembangan yang dilakukan.
Liabilitas
Komposisi liabilitas perusahaan sektor properti pada 31 Desember 2020 masih didominasi oleh liabilitas tidak lancar, dengan jumlah 57,23% dari total liabilitas.
Sementara, jumlah liabilitas tidak lancar pada 31 Desember 2019 berjumlah 64,91%
dari total liabilitas.
Liabilitas Lancar
Jumlah liabilitas lancar (jangka pendek) perusahaan sektor properti dan real estat tahun 2020 tercatat sebesar Rp 44.643 miliar, meningkat 50,26% dari tahun sebelumnya Rp 29.710 miliar. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah liabilitas kontrak, utang wesel (medium term notes), utang obligasi, dan utang sewa pembiayaan.
35 Liabilitas Kontrak
Jumlah liabilitas kontrak pada 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 13.783 miliar, naik 121,31% dibandingkan posisi akhir tahun 2019 sebesar Rp 6.228 miliar.
Kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh penerimaan uang dari pelanggan untuk pengadaan real estat, sisanya karena dampak penerapan PSAK 72. Dampak penerapan PSAK 72 terhadap kenaikan liabilitas kontrak pada akhir tahun 2020 adalah Rp 3.833 miliar. Berdasarkan PSAK 72, unit-unit properti yang sebelumnya telah diakui sebagai pendapatan dengan dasar metode prosentase penyelesaian, harus diakui menjadi liabilitas kontrak.
Utang Wesel
Jumlah utang wesel pada 31 Desember 2020 tercatat Rp 1.941, naik 454,57%
dari tahun sebelumnya Rp 350 miliar. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan karena hasil reklasifikasi dari utang wesel jangka panjang menjadi jangka pendek.
Utang Sewa Pembiayaan
Jumlah utang sewa pembiayaan pada 31 Desember 2020 tercatat Rp 785 miliar, naik 1.186,89% dari tahun sebelumnya Rp 61 miliar. Kenaikan tersebut utamanya juga disebabkan karena hasil reklasifikasi dari utang sewa pembiayaan jangka panjang menjadi jangka pendek.