• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEANEKARAGAMAN MOLUSCA BERDASARKAN. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KEANEKARAGAMAN MOLUSCA BERDASARKAN. pdf"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KEANEKARAGAMAN MOLUSCA BERDASARKAN ZONA INTERTIDAL DI KAWASAN PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN KKL

yang dibina oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si.dan Dr. Vivi Novianti, M.Si.

Oleh

Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2015

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI BIOLOGI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) adalah taman nasional yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis terletak di ujung tenggara Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8°26’45”–8°47’00” LS dan 114°20’16”–114°36’00” BT. Nama “Alas Purwo” memiliki arti hutan perintis atau hutan purba, sesuai dengan legenda Jawa yang mengatakan daratan yang pertama kali muncul berasal dari lautan di di sekeliling pantai Alas Purwo (Eliot, 2001). TN Alas Purwo memiliki luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zona , yaitu :

a. Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 ha

b. Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 ha

c. Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 ha

d. Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 ha.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, padang rumput, dan hutan bambu yang mendominasi 40% dari luas kawasan. Menurut Dharmawan (2005) ekosistem lahan basah di Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan perairan laguna, yang secara fungsional kedua ekosistem ini saling berinteraksi.

Pada ekosistem pantai, tepatnya di kawasan pantai pancur, banyak dijumpai hewan lunak bercangkang (molusca), Menurut Kotpal (1989) Filum mollusca merupakan kelompok hewan yang dominan dan mencakup hewan seperti kerang, tiram, siput, cumi-cumi dan gurita. Mollusca merupakan filum terbasar yang kedua setelah Arthropoda dalam kelimpahan numeriknya. Jumlah spesies yang diidentifikasi berkisar antara 80.000 sampai 100.000 spesies di seluruh samudera dunia dan ditemukan lebih banyak berada di zona pesisir pantai tropis (littoral zone of tropical seas) (Shanmugan, 2005).

(3)

(1984) Ciri-ciri Mollusca secara umum adalah bertubuh lunak dan tidak berbuku-buku biasanya tubuh bercangkok (berubah) dari zat kapur, hewan ini ada yang hidup di darat,di air tawar dan ada pula yang hidup di laut, tubuh simetri bilateral, jenis kelaminumumnya terpisah, tetapi dapat juga hermaprodit, cangkang dibentuk oleh mantel, badanterdiri dari kepala, kaki dan massa jerohan, kaki termodifikasi untuk merayap, berenang bahkan untuk menangkap makanan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?

2. Bagaimana indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan jenis (R) Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?

3. Jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

2. Mengetahui indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan jenis (R) Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

3. Mengetahui jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

1.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini dibatasi pada jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

(4)

1.5 Definisi operasional

1. Filum Mollusca (bahasa Latin: molluscus = lunak) merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Anggota filum moluska adalah semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.

2. Keanekaragaman yaitu keteherogenan jenis dan merupakan ciri khas dari struktur komunitas.

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Keanakeragaman Hayati

Biodiversitas, atau "keanekaragaman hayati", umumnya mengacu pada keragaman dan variabilitas kehidupan di Bumi. Menurut “United Nations Environment Programme” (2015) Keanekaragaman hayati biasanya mengukur variasi pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem. Menurut Gaston (2000) terdapat 2 jenis mengenai keanekaragaman hayati, antara lain:

1. Terrestrial biodiversity, Keanekaragaman hayati terestrial cenderung lebih besar di dekat khatulistiwa, yang tampaknya merupakan hasil dari iklim yang hangat dan produktivitas primer yang lebih tinggi.

2. Marine biodiversity, Keanekaragaman hayati laut cenderung tertinggi di sepanjang pantai Pasifik Barat, di mana suhu permukaan lautnya tertinggi dan di sepanjang mid-latitudinal di semua samudera.

Keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat dalam eksositem menjadi penting karena setiap makhluk hidup memiliki peran dalam menjaga keseimbangan eksosistem dan kelestarian makhluk hidup. Ekosistem yang terdiri dari beranekaragam makhluk hidup akan memiliki tingkat kelestarian yang tinggi. Eksosistem juga akan selalu seimbang bila komposisi jumlah populasi berbagai jenis makhluk hidup dalam keadaan seimbang. Keanekaragaman dapat meningkat ataupun menurun. Meningkatnya keanekaragaman makhluk hidup dikarenakan adanya peristiwa perkawinan (reproduksi) (Yuliana, 2009).

2.2Mollusca

(6)

yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dan bagian dorsal adalah masa piscera dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang (Suwignyo, 2005).

Moluska merupakan filum terbesar kedua yang ada dilaut, yang terdiri dari sekitar 23% dari semua organisme laut yangyang telah teridentifikasi. Banyak moluska juga hidup di habitat air tawar dan terestrial. Mereka sangat beragam, tidak hanya dalam ukuran dan struktur anatomis, tapi juga dalam perilaku dan habitat (Nicol, 1969). Filum biasanya dibagi menjadi 9 atau 10 kelas taksonomi, yang dua seluruhnya telah punah. Cephalopoda, seperti cumi-cumi, sotong dan gurita, termasuk yang paling kompleks dalam hal neurologis dari semua invertebrata - dan cumi-cumi raksasa atau cumi-cumi kolosal adalah spesies invertebrata terbesar yang diketahui. Gastropoda sejauh ini adalah moluska yang paling banyak ditemukan dalam jumlah spesies yang diklasifikasikan, dan mencapai 80% dari total filum moluska (Chapman, 2009). Kelas Bivalvia, terdiri dari anggota yang beragam, melimpah, memiliki kepentingan komersial dan juga merupakan bagian penting dari produksi perikanan (Maeda, 2008).

2.3Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominansi 2.3.1 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiever (H’)

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan hubungan kelompok genus dalam komunitas. Indeks keanekaragaman yang dipergunakan adalah indeks Shannon Wiever, seperti berikut ini :

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

N = Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas Ni = jumlah individu jenis ke 1

Pi = kelimpahan proporsional

H’ = -∑ (pi ln pi) Pi = 𝑛𝑖

(7)

Menurut Wilhm and Dorris (1986), kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu :

H` < 1 : Keanekaragaman jenis rendah H` < 3 : Keanekaragaman jenis sedang H` > 3 : Keanekaragaman jenis tinggi 2.3.2 Indeks Keseragaman Evenness (E)

Untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan.

Keterangan :

S = jumlah keanekaragaman Dengan kisaran sebagai berikut : e < 0,4 : Keseragaman populasi kecil

0,4 < e < 0,6 : Keseragaman populasi sedang e > 0,6 : Keseragaman populasi tinggi

Semakin kecil nilai indeks keanekaragaman (H’) maka indeks keseragaman (e) juga akan semakin kecil, yang mengisyaratkan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies lain.

2.3.3 Riches/Kekayaan (R)

Keterangan :

N = jumlah individu

2.4Ekosistem Zona Intertidial

Zona intertidal, yang juga dikenal sebagai tepi pantai dan pantai dan kadang-kadang disebut sebagai zona pantai, adalah daerah yang berada di atas air pada saat air surut dan di bawah air pada saat air pasang (dengan kata lain, daerah antara tanda pasang-surut air). Kawasan ini bisa mencakup berbagai jenis habitat, dengan berbagai jenis hewan, seperti kelompok molusca, bintang laut, landak laut, dan banyak spesies karang. Daerah

E = 𝐻′ ln 𝑠

(8)

ini juga mencakup tebing berbatu yang curam, pantai berbatu, pantai berpasir, atau lahan basah (misalnya lumpur subur). Zona intertidal juga merupakan rumah bagi beberapa spesies dari berbagai taksa termasuk Porifera, Annelida, Coelenterates, Moluska, krustasea, Arthropoda, dan lain-lain (Walag, 2016). Ketersediaan air sangat bervariasi dan teratur, karena sumber air berasal dari air tawar melalui hujan/aliran sungai dan air asin dari laut, serta wilayah kering dengan genangan air pasang.

Ketersediaan air memberikan sejumlah karakteristik yang khas pada daerah pesisir. Kekuatan air yang menyebabkan erosi menghasilkan jenis bentang alam tertentu, seperti bukit pasir dan muara. Secara biologis, ketersediaan air yang optimum dapat meningkatkan keragaman tumbuhan dan hewan, dan terutama pembentukan lahan basah (wetland) yang luas seperti zona batu lempeng, zona batu besar, zona batu kecil, zona batu beralga, dan zona pasir berlamun.

2.5 Faktor Abiotik

Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian kelautan. Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makhluk hidup (Odum, 1993). Suhu mempengaruhi proses metabolisme dan biokimia seperti aktivitaas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan reproduksi serta morfologi seperti bentuk cangkang Mytilus edulis (Pelu, 2001). Suhu air pada kisaran 27-310 C juga dianggap cukup layak untuk kehidupan mollusca seperti tiram mutiara.

Salinitas, air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30% (Goetz, 1986)

(9)
(10)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan melalui program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada mata kuliah Ekologi yang dilaksanakan di Hutan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanaan pada tanggal 23-26 Maret 2017. 3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh individu dari seluruh spesies Mollusca yang ada di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Sedangkan sampel dari penelitian ini yaitu beberapa individu dari beberapa spesies yang masuk dalam kuadrat yang digunakan untuk pencuplikan specimen

3.3Alat dan Bahan

3.4Prosedur Kerja a) Persiapan

1. Menyiapkan alat yang di perlukan pada saat praktikum

2. Mendengarkan intruksi dan arahan dari asisten atau dosen pendamping b) Pengambilan Spesimen

1. Berjalan ke lokasi pengambilan sampel (pantai pancur) secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten pendamping.

2. Memasuki pantai dan membuat plot berukuran 1 x1 m sebanyak tiga kali ulangan pada setiap zona

(11)

4. Menghitung Mollusca yang terdapat pada plot tersebut dan menghitung faktor abiotiknya

5. Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam kantong plastic dan masukkan pada tabel data

c) Pengidentifikasian

1. Mengumpulkan semua sampel yang ditemukan, 2. Membersihkan sampel yang ditemukan,

3. Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam botol plakon yang telah berisi air dan formalin serta menutupnya dengan rapat menggunakan isolasi,

4. Mengabadikan sampel tersebut,

5. Mengidentifikasi sampel yang didapat dan menyusun klasifikasinya. 3.5Teknis Analisis Data

(12)

BAB IV

DATA HASIL PENGAMATAN

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Zona Batu Besar

Taksa

Ulangan 1 (Off A/21)

Ulangan 2 (Off B/11)

Ulangan 3 (Off C/6)

Ulangan 4 (Off A/16)

Ulangan 5 (Off A/ 1) P1 P2 P3 P1 P2 P3 P

1 P 2

P 3

P 1

P 2

P

3 P1 P2 P3 Planaxis

sulcatus 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 5

Nerita undata 0 0 0 1 0 0 5 0 10 0 0 0 0 0 0 16

Hexaplex sp. 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 26

Nerita

planospira 0 0 0 0 0 1 0 0 0 93 54 52 0 0 0 200

Nerita textilis 0 0 0 0 0 32 12 7 11 0 0 0 0 0 0 62

Conusebraeus 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 9

Monodonta 0 0 1 0 0 0 0 0 13 1 0 0 0 0 0 15

Nerita sp. 0 0 0 0 0 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 6

Chlamys sp 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 Bela sp 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 Pattela

compresa 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Littoraria

undulata 0 1 0 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 6

(13)
(14)

4.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Zona Batu Alga

Taksa

Ulangan 1 (Off B/5)

Ulangan 2(Off B/15)

Ulangan 3 (Off I/20)

Ulangan 4 (Off B/10)

P1 P2 P3 P 1 P

2 P

3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 Nassarius sp 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 15 Fulgiconus exiguus

bougei 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

Planaxis sulcatus 0 0 0 0 0 2 19 0 0 0 1 0 22 Nerita undata 2 0 0 2 2 15 4 0 0 1 0 0 26 Hexaplex sp 0 0 2 2 2 0 6 0 0 0 1 0 13 Nerita planospira 0 0 0 0 0 1 4 0 0 2 2 0 9

Nerita textilis 0 0 0 0 0 2 0 3 0 3 0 0 8 Conus ebraeus 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 3 63 69 Niotha gemmulata 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

Monodonta sp. 0 0 0 2 0 0 0 4 0 0 0 0 6 Patella saccharina 0 17 10 2 0 8 0 18 0 0 0 1 56

(15)

4.1.4 Tabel Hasil Pengamatan Zona Lempeng

Taksa

Ulangan 1 (off I/23)

Ulangan 2 (off C/8)

Ulangan 3 (off G/13)

Ulangan 4 kel 3

Ulangan 5 kel

18

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 Nerita

undata 0 18 0 0 0 0 18 0 0 0 87 20 2 0 0 145 Comin

ella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

Hexapl

ex sp. 0 3 7 0 0 0 2 0 5 0 0 0 0 2 0 19

Nerita planos

pira 0 5 31 46 21 4 0 10

4 0 0 0 0 2 0 2 215

Monod onta

sp. 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7

Patella saccha

rina

0 20 3 0 0 0 0 0 0 3 16 18 0 101 11 172

Nerita

sp. 0 0 1 8 3 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 16

Stromb

us sp 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

Nerita fulgura

ns

(16)

4.1.5 Tabel Hasil Pengamatan Zona Pasir Berlamun

Taksa

Ulangan 1 (off B/ 7)

Ulangan 2 (off C/ 12)

Ulangan 3 (off H/ 17)

Ulangan 4 (off G/ 2)

Ulangan 5 (Off G/ 22 P1 P2 P3 P1 P2 P

3 P

1 P2 P3 P1 P2 P

3 P1 P2 P 3 Fulgiconus

exiguus bougei

3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 1 0 1 10

Planaxis

sulcatus 0 3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 15 Nerita undata 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 25 6 5 3 7 49 Cominella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2

Hexaplex sp. 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 1 0 0 0 0 8 Nerita

planospira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 4 0 0 0 11 Astraea sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3

Patella

saccharina 0 0 0 3 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 1 9 Chlamys sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 5 Engina sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 4

Kerang kuwuk (meretrix

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Ranella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 Bela sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 4 14 Cypraea

(17)

4.1.6 Tabel hasil Pengamatan Faktor Abiotik

Zona Batu Besar : Zona Batu Kecil :

Suhu 34,6°C

DO 0,81

Salinitas 3 gr/100 NaCl

Kekeruhan 45 mg/C

pH -

Intensitas Cahaya 337 x 100 mx

Konduktivitas -

Kecepatan Angin 2,23 m/s

Kelembaban 61,50 %

Zona Batu Alga : Zona Pasir Berlamun :

Suhu 39,1 °C

DO 8,4 mg/l

Salinitas 4 gr/100 NaCl

Kekeruhan 44 mg/C

pH 8,08

Intensitas Cahaya 210 x 100 mx Kecepatan Angin 3,75 m/s

Zona Batu Lempeng :

Suhu 31,8 0C

DO 15,8 mg/l

Salinitas 64,67 gr/100 NaCl

Kekeruhan 29,33 mg/C

pH 7,967

Intensitas Cahaya 269,667 x 100 mx Kecepatan angin 4,37 m/s

Kelembapan 12,87 %

Suhu 32,47°C

DO 6,81

Salinitas 4,7 gr/100 NaCl

Kekeruhan 12,67 mg/C

pH -

Intensitas Cahaya 434 x 100 mx

Konduktivitas -

Kecepatan Angin 1,99

Suhu 32,5 °C

DO 6,4 mg/l

Salinitas 5 gr/100 NaCl

Kekeruhan 13 mg/C

pH 12,56

(18)

4.1.7 Tabel Spesimen Mollusca

No. Nama spesies Deskripsi Klasifikasi

1. Nassarius sp - Bentuk cangkang : Trochiform - Ukuran cangkang : mikro - Sulur : dextral

- Jumlahs seluk : 6

- Mulut cangkang : setengah lingkaran - Hiasan : keel

- Garis taut : dangkal

- Bentuk dasar : mengerucut

- Tepi cangkang : menyudut dengan carima

- Warna : coklat muda dan coklat tua - Pusar : celah

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Nassariidae Genus: Nassarius

(Dumeril, 1806)

2. Fulgiconus exiguus bougei - Bentuk Cangkang : Conical - Ukuran Cangkang : 14 mm Kecil - Bentuk Dasar : membulat - Tepi Cangkang : menyudut - Warna : Coklat kehijauan - Pusar : terbuka lebar Species: Fulgiconus exiguus

(Lamarck, 1810)

3. Planaxis sulcatus - Bentuk Cangkang : Turreted - Ukuran Cangkang : Kecil - Sulur : Dextral

- Tepi Cangkang : membulat

- Warna : Anterior (coklat) Posterior (hitam)

- Pusar : Tertutup - Sebaran : -

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Planaxidae Genus: Planaxis Species: P. sulcatus

(Born, 1791)

4. Nerita undata - Bentuk Cangkang : Turreted - Ukuran Cangkang : Besar - Sulur : Dextral

- Jumlah seluk : 1

- Mulut Cangkang : Setengah lingkaran - Hiasan : Lamella/lirae

- Garis taut : sangat dangkal - Bentuk dasar : membulat

(19)

- Tepi Cangkang : membulat - Warna : Abu-abu

- Pusar : Tertutup - Sebaran : -

(Linnaeus, 1758)

5. Cominella sp - Bentuk Cangkang : Dextral, Turreted - Ukuran Cangkang : Kecil

- Salur : Tinggi - Jumlah Seluk : 7-8

- Mulunt Cangkang : Bulan sabit - Hiasan : Sejumlah lamella - Garis taut : Dangkal - Bentuk dasar : Membulat

- Tipe cangkang : Sedikit membulat - Warna : Abu-abu, Coklat dan Putih - Pusar : Tertupup

- Sebaran : -

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Buccinidae Genus: Cominella

(Gray, 1850)

6. Hexaplex sp. - Bentuk Cangkang : Dextral, Conical - Ukuran cangkang : Besar

- Sulur : Pendek - Jumlah Seluk : 5 - Mulut Cangkang : Oval

- Hiasan : Sejumlah lamella dan duri - Garis Taut : Dangkal

- Bentuk Dasar : Miring - Tipe Cangkang : Menyudut

- Warna : Kehijauan dengan garis hitam - Pusar : Tertutup

- Sebaran : -

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Muricidae Genus: Hexaplex

(Perry, 1811)

7. Nerita planospira - Bentuk Cangkang : Turbinate

- Ukuran Cangkang : Pj. 2 ; lebar 1,4 ; diameter apetura 0,8 (kecil)

- Sulur : Tidak ada

- Jumlah seliik : Tidak ada

- Mulut Cangkang : Setengah lingkaran - Hiasan : Striae/garis

- Garis Taut : tidak ada - Bentuk Dasar :

- Tepi Cangkang : membulat - Warna : Hitam

- Pusar : Tertutup - Sebaran :

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Neritidae Genus: Nerita

Species: N. Planospira

(20)

8. Astraea sp - Bentuk cangkang : dextral - Ukuran cangkang : kecil - Sulur : sedang - Tepi cangkang : membulat - Warna : coklat muda - Pusar : tertutup

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Turbinidae Genus: Astraea

(Röding, 1798)

9. Nerita textilis - Bentuk cangkang : discordal - Ukuran cangkang : besar - Sulur : sedang

- Jumlahs seluk : 13

- Mulut cangkang : setengah lingkaran - Hiasan : lamellae

- Garis taut : dangkal - Bentuk dasar : miring - Tepi cangkang : membulat - Warna : hitam

- Pusar : tertutup

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Neritidae Genus: Nerita Species: N. textilis

(Gmelin, 1791)

10. Conus ebraeus - Bentuk cangkang : discordial - Ukuran cangkang : besar - Sulur : pendek

- Jumlahs seluk : 5

- Mulut cangkang : bulan sabit - Hiasan : lirae

- Garis taut : dangkal - Bentuk dasar : miring - Tepi cangkang : rata

- Warna : putih kecoklatan ada bulatan hitam

- Pusar : tertutup

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Conidae Genus: Conus Species: C. ebraeus

(Linnaeus, 1758)

11. Niotha gemmulata - Pendek dan gemuk

- Penggembalan tubuh secara meluas - Mulut cangkang bergerigi

- Warna coklat terang dan biru keunguan

(21)

(Lamarck, 1822)

12. Monodonta sp. - Bentuk cangkang : Trochiform - Ukuran cangkang : sedang - Sulur : sedang

- Jumlahs seluk : 22

- Mulut cangkang : lingkaran - Hiasan : lamellae

- Garis taut : dangkal - Bentuk dasar : membulat - Tepi cangkang : menyudut - Warna : coklat muda totol hitam - Pusar : tertutup

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Trochidae Genus: Monodonta

(Lamarck, 1799)

13. Patella saccharina - Bentuk cangkang : conical - Ukuran cangkang : kecil - Sulur : pendek

- Tepi cangkang : menyudut dengan carina

- Warna : coklat keabuan - Pusar : lingkaran kecil

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Lottiidae Genus: Patelloida Species: P. saccharina

(Linnaeus, 1758)

14. Nerita sp. - Bentuk cangkang turbinate - Putaran cangkang dekstal - Ukuran cangkang kecil - Jenis pusar celah

- Bentuk mulut cangkang setengah lingkaran

- Tepi cangkang membulat - Hiasan cangkang striae/garis - - Warna hitam dengan bercak

kelabu

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Neritidae Genus: Nerita

(22)

15. Chlamys sp. - Bentuk cangkang pipih - Putaran cangkang sinistral - Ukuran cangkang sedang - Jenis pusar sempit

- Bentuk mulut cangkang setengah lingkaran

- Tepi cangkang membentuk sudut - Hiasan cangkang striae/garis - Warna coklat muda

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Bivalvia Order: Pectinoida Family: Pectinidae Genus: Chlamys

(Röding, 1798)

16. Engina sp.

- Bentuk cangkang trochiform - Putaran sinistral

- Ukuran sedang - Jenis pusar tertutup

- Mulut cangkang setengah lingkaran - Tepi cangkang rata

- Hiasan berupa striae

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Buccinidae Genus: Engina

(Gray, 1839)

17. Kerang kuwuk (meretrix) - Bentuk cangkang turbinae - Putaran cangkang (-)

- Ukuran cangkang 20 mm (kecil) - Bentuk mulut cangkang bulat sabit - Warna putih tulang

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Bivalvia Order: Veneroida Family: Veneridae Genus: Meretrix

(Linnaeus, 1758)

18. Ranella sp. - Cangkang berbentuk trochiform - Putaran cangkang ke kanan - Ukuran cangkang sedang

- Bentuk mulut cangkang bulat sabit - Warna coklat kehijauan

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca

19. Bela sp - Berbentuk seperti pyramid - Cangkang berwarna coklat putih - Terdapat bercak putih

- Umbo berwarna putih

(23)

Superfamily: Conoidea Family: Mangeliidae Genus: Bela

(Gray, 1847)

20. Pattela compressa - Cangkang berbentuk bulat oval

- Memiliki corak seperti garis di tengah - Pada lengan cangkang nampak terang - Bebrbentuk pipih

- Ukuran cangkang kecil (12 mm) - Warna cangkng kuning kecoklatan

dengan corak cokelat

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Patellidae Genus: Cymbula Species: C. compressa

Synonyms with Patella compressa ( Linnaeus, 1758)

21. Cypraea stercoraria - Ukuran antara 60-70 mm - Tidak memiliki pintu

- Cangkang keras dan mengkilat - Berbentuk oval

- Permukaan halus

- Warna bagian dorsal hitam gelap - Warna bagian ventral putih - Umumnya berwarna coklat hingga

abu-abu

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Cypraeidae Genus: Trona

Species: T. stercoraria Synonyms with Cypraea

stercoraria (basionym) (Linnaeus, 1758)

22. Littoraria undulata - Bentuk cangkang: Trochiform - Ukuran: panjang tubuh 14 mm - Suhu: tinggi

- Jumlah seluk: 4

- Mulut cangkang: bulan sabit - Hiasan: keel

- Garis taut: spiral - Bentuk dasar: kerucut - Tepi cangkang: halus

- Warna: coklat terang/gelap, sedikit punya garis krem

- Pusar: tidak ada

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Littorinidae Genus: Littoraria Species: L. undulata

(Gray, 1839)

23. Strombus sp - Cangkangnya bergerigi - Berwarna hitam gelap

(24)

Class: Gastropoda Family: Strombidae Genus: Strombus

(Linnaeus, 1758)

24. Ovatella sp - Bercangkang tipis - Aparatus bentuk oval - Memiliki 4 gigi

- Terjadi penebalan pada bagian bibir - Memiliki 3-4 pada bagian cangkang - Berwarna coklat keabuan

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Order: Pulmonata Family: Ellobiidae Genus: Ovatella

(R.T. Lowe 1832)

25. Trochus sp. s - Habitat di laut

- Cangkang terbentuk seperti kerucut - Warna hijau kusam

- Arah Sumbu ujung berlawanan dengan arah jarum jam

- Ukuran lebar 2-3 sm - Tinggi sekitar 3 cm

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Trochidae Genus: Trochus

(Linnaeus, 1758)

26. Lyria sp - Habitat berada di batu kecil - Warna cangkang putih mempunyai

sekat.

- Mempunyai lapisan periostrakum dan beralur

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Volutidae Genus: Lyria

(Gray, 1847)

27. Patella barbara - Bentuk cangkang: conical - Ukuran: 95 cm

- Sulur: sedang - Jumlah seluk: 29

- Mulut cangkang: lingkaran - Hiasan: garis

- Garis taut:

- Bentuk dasar: oval

- Tepi cangkang: bersegi tajam - Warna: putih, coklat

- Pusar: tidak ada

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Patellidae Genus: Scutellastra Species: S. barbara

Synonyms with Patella (Scutellastra) barbara

(25)

28. Nerita fulgurans - Bentuk cangkang: coniral - Ukuran: 95 cm

- Sulur: sedang - Jumlah seluk: 29

- Mulut cangkang: lingkaran - Hiasan: garis

- Garis taut:

- Bentuk dasar: oval

- Tepi cangkang: bersegi tajam - Warna: putih, coklat kemerahan - Pusar: tidak ada

Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Gastropoda Family: Neritidae Genus: Nerita Species: N. fulgurans

(26)
(27)
(28)

4.2.2 Zona Batu Kecil

(29)

Conusebraeus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0,00339 -5,68698 0,019278 Niotha

gemmulata 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0,00339 -5,68698 0,019278

Monodonta

sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 0 7 0,023729 -3,74107 0,088771

Patella

saccharina 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0,010169 -4,58836 0,046661 Nerita sp. 0 0 18 0 1 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 24 0,081356 -2,50892 0,204116 Engina sp. 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0,016949 -4,07754 0,069111

Patella

(30)

4.2.3 Zona Batu Alga

Taksa

Ulangan 1 (Off B/5)

Ulangan 2(Off B/15)

Ulangan 3 (Off I/20)

Ulangan 4 (Off B/10)

Pi LN PI -Pi ln Pi H E R

P1 P2 P3 P 1 P 2

P

3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

Nassarius sp 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 15 0,064103

-2,74727 0,176107

2,047282 0,136485 2,566302 Fulgiconus

exiguus bougei 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0,004274 5,45532 - 0,023313 Planaxis

sulcatus 0 0 0 0 0 2 19 0 0 0 1 0 22 0,094017 2,36428 - 0,222283 Nerita undata 2 0 0 2 2 15 4 0 0 1 0 0 26 0,111111

-2,19722 0,244136 Hexaplex sp 0 0 2 2 2 0 6 0 0 0 1 0 13 0,055556

-2,89037 0,160576 Nerita

planospira 0 0 0 0 0 1 4 0 0 2 2 0 9 0,038462 -3,2581 0,125311 Nerita textilis 0 0 0 0 0 2 0 3 0 3 0 0 8 0,034188

-3,37588 0,115415 Conus ebraeus 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 3 63 69 0,294872

-1,22121 0,360102 Niotha

gemmulata 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0,004274 5,45532 - 0,023313 Monodonta sp. 0 0 0 2 0 0 0 4 0 0 0 0 6 0,025641

-3,66356 0,093937 Patella

saccharina 0 17 10 2 0 8 0 18 0 0 0 1 56 0,239316

(31)

Nerita sp. 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0,012821

-4.2.4 Zona Batu Lempeng

(32)

Patella

2,090691 0,149335 2,658297 Planaxis

sulcatus 0 3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 15 0,112782 -2,1823 0,246124 Nerita

(33)

Cominella

sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0,015038 -4,1972 0,063116 Hexaplex

sp. 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 1 0 0 0 0 8 0,06015 2,81091 - 0,169077 Nerita

planospira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 4 0 0 0 11 0,082707 2,49245 - 0,206143 Astraea sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0,022556

-3,79174 0,085528 Patella

saccharina 0 0 0 3 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 1 9 0,067669

-2,69312 0,182242 Chlamys

sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 5 0,037594

-3,28091 0,123343 Engina sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 4 0,030075

-3,50405 0,105385 Kerang

kuwuk (meretrix

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,007519

-4,89035 0,03677 Ranella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,007519

-4,89035 0,03677 Bela sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 4 14 0,105263

-2,25129 0,236978 Cypraea

(34)

1,58113

0,112938032

2,206514775

2,034661

0,127166

2,637606

2,047282

0,136485

2,566302

1,401486

0,155721

1,256923 2,090691

0,149335

2,658297

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

H E R

JUMLA

H

P

ER

SE

B

A

R

A

N

FAKTOR PERSEBARAN

GRAFIK PERSEBARAN MOLLUSCA

Zona Batu Besar

Zona Batu Kecil

Zona Batu Alga

Zona Lempeng

(35)

Pengambilan Mollusca dilakukan di lima zona, yaitu zona lempeng , zona batu kecil, zona batu besar, zona batu alga, dan zona pasir berlamun. Pada zona alga ditemukan 16 spesies dimana spesies terbanyak pada Conus ebraeus dengan 69 individu. Pada zona batu kecil juga ditemukan 16 spesies dengan spesies Nerita planospira yang ditemukan sebanyak 75 individu. Pada zona batu besar ditemukan 14 spesies dengan spesies terbanyak Nerita planospira hingga mencapai 200 spesies. Pada zona batu lempeng 9 spesies dengan spesies Nerita planospira yang terbanyak, sebanyak 215 individu, sedangkan pada zona pasir berlamun sebanyak 14 spesies dengan spesies Nerita undata yang berjumlah 49 individu.

Nilai keanekaragaman (H’) pada zona batu besar sebesar 1,58113, zona batu kecil sebesar 2,034661, zona batu alga sebesar 2,047282, zona batu lempeng sebesar 1,401486, zona pasir berlamun sebesar 2,090691. Lalu untuk nilai kemerataan (E), zona batu besar sebesar 0,112938032, zona batu kecil sebesar 0,127166, zona batu alga sebesar 0,136485, zona batu lempeng sebesar 0,155721, zona pasir berlamun sebesar 0,149335. Sedangkan untuk nilai kekayaan (R) pada zona batu besar sebesar 2,206514775, zona batu kecil sebesar 2,637606, zona batu alga sebesar 2,566302, zona batu lempeng sebesar 1,256923, zona pasir berlamun sebesar 2,658297.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik analisis diatas, didapatkan Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona pasir berlamun sebesar 2,090691, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu lempeng sebesar 1,401486. Lalu, untuk indeks kemerataan (E) Mollusca terbesar pada zona batu lempeng sebesar 0,155721 dan nilai kemerataan terkecil pada zona batu besar sebesar 0,112938032. Sedangkan indeks kekayaan terbesar (R) Mollusca terdapat pada zona pasir berlamun sebesar 2,658297, dan indeks kekayaan terkecil adalah pada zona pasir berlamun dengan angka sebesar 1,256923.

(36)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Zona Batu Besar

Berdasarkan analisis diatas, pada zona batu besar ditemukan 14 spesies, antara lain Planaxis sulcatus, Nerita undata, Hexaplex sp. Nerita planospira, Nerita textilis, Conusebraeus, Monodonta, Nerita sp, Chlamys sp, Bela sp, Pattela compresa, Littoraria undulata, Ovatella sp, Trochus, dengan spesies Nerita planospira yang berjumlah 200 individu hal ini sesuai dengan penelitian oleh Siong (2008) yang menyatakan bahwa Nerita planospira banyak ditemukan di celah dan di bawah bebatuan besar pemecah ombak dan pantai yang berbatu dari bagian tengah hingga paling atas dari zona intertidal dan spesies ini bersifat nokturnal, sehingga akan muncul dari Tempat persembunyiannya pada sore hari hingga malam hari. Dari semua spesies yang ditemukan, didominasi oleh gastropoda dengan genus Nerita dikarenakan Nerita umumnya bersifat euryhaline daripada gastropoda lainnya seperti Neritina dan Chiton yang lebih sering ditemukan di air payau. Di sepanjang pantai, herbivora ini biasanya menghuni zona intertidal bagian tengah hingga bagian atas dan diketahui berkelompok (Siong, 2008).

Nilai kemerataan yang tergolong rendah sebesar 0,112938032 maka terdapat spesies yang mendominasi daerah tersebut. Menurut Krebs (1978) semakin kecil (mendekati 0) indeks kemerataan suatu spesies menunjukkan bahwa penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies yang mendominasi, hal tersebut sangat sesuai dengan hasil yang didapatkan, karena spesies Nerita planospira mendominasi di zona batu besar sebanyak 200 individu.

5.2 Zona Batu Kecil

(37)

5.3 Zona Batu Alga

Pada zona alga ditemukan 16 spesies, antara lain spesies Nassarius sp, Fulgiconus exiguus bougei, Planaxis sulcatus, Nerita undata, Hexaplex sp, Nerita planospira, Nerita textilis, Conus ebraeus, Niotha gemmulata, Monodonta sp., Patella saccharina, Nerita sp., Chlamys sp, Littoraria undulata dan Ovatella sp, dimana spesies terbanyak tertuju pada Conus ebraeus dengan 69 individu, hal ini kurang sesuai dikarenakan Conus ebraeus tinggal di wilayah pantai zona eulittoral rendah dengan batuan yang besar dan bersifat predator/karnivora karena mampu menyengat mangsanya (WoRMS, 2010

Berdasarkan beberapa faktor abiotik pada zona tersebut tergolong ideal bagi tempat tinggal beberapa spesies mollusca, seperti pendapat dari Jasin (1992) bahwa salinitas air laut pada umumnya adalah berkisat antara 3-5. Kekeruhan sebesar 4mg/l, ph sebesar 8,08 dan suhu sebesar 39,1°C, DO sebesar 08,4 dan kecepatan angin sebesar 2,93. Sedangkan pada zona batu alga faktor abiotik suhu yang cenderung tinggi karena menurut Asiyah (1999) bahwa moluska dapat hidup pada suhu berkisr antara 0-40°C

5.4 Zona Batu Lempeng

Pada zona batu lempeng hanya ditemukan 9 spesies, dengan spesies Nerita planospira yang terbanyak, sebanyak 215 individu, jumlah individu yang sangat banyak tersebut berdampak langsung terhadap nilai kemerataan spesies pada zona tersebut, sehinnga nilai kemerataannya tergolong rendah sebesar 0,155721. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Krebs (1978) bahwa nilai kemerataan yang mendekati 0 menunjukkan bahwa kehidupan setiap jenis individu pada lingkungan tersebut tidak merata sehingga ada salah satu jenis individu yang mendominasi. Sedangkan Nilai kekayaan berdasarkan data yang diperoleh yaitu 1,256923 yang menurut Magguran (1988) nilai ini termasuk kedalam kategori kekayaan rendah pula. Kekayaan suatu jenis individu pada ekosistem merupakan bagian dari adanya keanekaragaman.

5.5 Zona Pasir Berlamun

Pada zona pasir berlamun sebanyak 14 spesies dengan spesies Nerita undata yang berjumlah 49 individu. Dengan banyaknya spesies tersebut dikarenakan Nerita undata adalah orhanisme yang mampu bertahan hidup (survive) dalam segala kondisi, mulai dari salinitas, dan suhu yang tinggi, hingga kondisi perairan yang tercemar logam berat (Bintal, 2006).

(38)

ekologis sedang. Tingkat keanekaragaman yang rendah tersebut sama halnya dengan tingkat keanekaragaman pada keempat zona yaitu zona batu besar, kecil, alga dan lempeng. Dapat dikatakan bahwa pada zona berlamun produktivitas pada setiap jenis individu cukup sehingga aliran energi pada zona ini masih dalam keadaan aman dan stabil.

(39)

BAB VI PENUTUP

6.1Simpulan

6.1.1 Jenis-jenis mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo sebanyak 28 spesies, antara lain : Nassarius sp, Fulgiconus exiguus bougei, Planaxis sulcatus, Nerita undata, Cominella sp, Hexaplex sp, Nerita planospira, Astraea sp, Nerita textilis, Conus ebraeus, Niotha gemmulata, Monodonta sp, Patella saccharina, Nerita sp, Chlamys sp, Engina sp, Kerang kuwuk (meretrix), Ranella sp, Bela sp, Pattela compressa, Cypraea stercoraria, Littoraria undulata, Strombus sp, Ovatella sp, Trochus sp., Lyria sp, Patella barbara, Nerita fulgurans

6.1.2 Nilai indeks keanekaragaman (H’) , kemerataan (E) dan kekayaan (R) spesies mollusca yang ditemukan pada kelima zona, antara lain:

a. Zona batu besar : 1,58113; 0,112938032; 2,206514775. b. Zona batu kecil : 2,034661; 0,127166; 2,637606. c. Zona batu alga : 2,047282; 0,136485; 2,566302. d. Zona batu lempeng : 1,401486; 0,155721; 1,256923. e. Zona pasir berlamun : 2,090691; 0,149335; 2,658297.

6.1.3 Pada zona alga ditemukan spesies terbanyak pada Conus ebraeus dengan 69 individu. Pada zona batu kecil dengan spesies Nerita planospira yang ditemukan sebanyak 75 individu. Pada zona batu besar ditemukan spesies terbanyak Nerita planospira hingga mencapai 200 spesies. Pada zona batu lempeng ditemukan spesies Nerita planospira yang terbanyak, sebanyak 215 individu, sedangkan pada zona pasir berlamun spesies Nerita undata yang berjumlah 49 individu merupakan spesies terbanyak

6.2Saran

6.2.1 Semua keperluan baik dari segi peralatan, perlengkapan, bahan khususnya adalah alat pengukur faktor abiotik harus dipersiapkan sebelum melakukan pengambilan spesies moluska.

6.2.2 Identifikasi hendaknya dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga diperoleh data yang akurat.

(40)

DAFTAR RUJUKAN

Asiyah. 1999. Keanekaragaman Mollusca Di Laguna Segara Anak Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Bintal Amin et al. 2006. A COMPARATIVE STUDY OF HEAVY METAL CONCENTRATIONS IN Nerita lineata FROM THE INTERTIDAL ZONE BETWEEN DUMAI INDONESIA AND JOHOR MALAYSIA. Journal of Coastal Development. Vol. 10 (1) : 19-32

C. Michael Hogan. 2010. Abiotic factor. Encyclopedia of Earth. Washington DC : National Council for Science and the Environment.

Chapman, A.D. 2009. Numbers of Living Species in Australia and the World, 2nd edition. Canberra : Australian Biological Resources Study

Dharmawan, A. dkk. 2005. Ekologi Hewan. UM Press. Malang.

Eliot, Joshua., Liz Capaldi., Jane Bickersteth. 2001. Indonesia handbook, Volume 3. Bath : Footprint Travel Guides. Ltd.

Gaston, Kevin J. 2000. "Global patterns in biodiversity". Nature. 405 (6783): 220–227.

Goetz, P. W. 1986. "The New Encyclopaedia Britannica (15th ed)", Chicago : Encyclopaedia Britannica Inc.

Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Bivalvia di Area Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. 3 (1). 55-59

Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

Keddy, P.A. 2010. Wetland Ecology: Principles and Conservation (2nd edition). Cambridge : Cambridge University Press

Kotpal, R. L. 1989. Mollusca. New Delhi: Rastogi Publications

(41)

Magurran, A. E. 1988. Ecological Diversity and Itas Measurement.Bangor: University College of North Wales. http://as.wiley.com, (diakses 24 April 2017)

Nicol, David . 1969. "The Number of Living Species of Molluscs". Systematic Zoology. 18 (2): 251–254

Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. London Toronto : Saunder Company Philadelphia.

Pelu, U. 2001. Penelitian Fauna Moluska di Pantai Teluk Saleh, Sumbawa, NTB Dalam : Takaendengan, K. 2001. Penelitian Potensi Sumber Daya Kelautan Pesisir Pulau Sumbawa dan Sekitarnya (eds). Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Kelautan Kawasan Timur Indonesia TA 200. P3o LIPI. Jakarta: 41-47.

Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. (Tesis). Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

S. Monalisha & J.K. Patterson Edward. 2015. Biodiversity of marine mollusc from selected locations of Andhra Pradesh coast, South eastern India. Indian Journal of Geo-Marine Science. Vol. 44(6) : 842-855

Shanmugan, A & Vairamani, S. 2005. Molluscs in mangroves : A Case Study. Annamalai : Centre of Advanced Study in Marine Biology Annamalai University

Siong, Kiat Tan and Reuben Clements. 2008. Taxonomy and Distribution of the Neritidae (Mollusca: Gastropoda) in Singapore. Zoological Studies. 47 (4): 481-494

Srinivasan, K. 1999. Studies on the mollusca of Southeast Coast of India. (PhD Thesis). Annamalai: Annamalai University, India

United Nations Environment Programme, World Conservation Monitoring Centre. 2015.

"What is biodiversity?”.

http://www.unesco.pl/fileadmin/user_upload/pdf/BIODIVERSITY_FACTSHEET.pdf (diakses 24 April 2017)

(42)

World Register of Marine Species. 2010. Conus ebraeus Linnaeus, 1758. http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=215436 (diakses 24 April 2017)

Gambar

GRAFIK PERSEBARAN MOLLUSCA

Referensi

Dokumen terkait

berlaku. 6) Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang- undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 7)

Pendidikan luar sekolah sebagai pemberdaya masyarakat adalah suatu cara untuk menggali suatu proses belajar kelompok masyarakat dan berlatih secara sistematis untuk

“Gang” di Desa Wisata Dieng pada dasarnya mempunyai karakteristik termal yang tidak berbeda jauh dengan lingkungan sekitar Dieng yang cenderung mempunyai

 Areal yang dimohon, peruntukkannya untuk Perkebunan Kelapa Sawit sesuai Surat Keputusan Bupati Kabupaten Merauke Nomor : 42 Tahun 2010 tanggal 22 Februari

(1) Ketua Patrol adalah seorang Pengakap yang dilantik oleh Pemimpin Pengakap setelah berunding bersama dengan Majlis Ketua-Ketua Patrol atau Patrol yang berkenaan, untuk menjaga

Dari hasil penelitian ini nilai yang didapat untuk nilai kestabilan dan kekuatan papan komposit dari limbah batang kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) sudah

Dalam penelitian ini tujuan sales dalam mendapatkan gaji tambahan antara lain adalah mencukupi kebutuhan hidup, menambah pendapatan, membeli barang-barang mewah serta

Perawat untuk lebih meningkatkan program promosi kesehatan dengan menerapkan strategi empowerment dalam melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien DM dengan