• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Asas Menguntungkan, Tindak Pidana, Konservasi, Sumberdaya Alam, Hayati dan Ekosistem.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Asas Menguntungkan, Tindak Pidana, Konservasi, Sumberdaya Alam, Hayati dan Ekosistem."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Asas Menguntungkan Dalam Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistem (Studi Ketetapan Penghentian Penyidikan (SP-3) Nomor : S.Tap/27.B/X/Ditreskrimsus Polda Jambi tanggal 31 Oktober 2018)

Fajar Rudi Manurung

1

, Syafruddin Kalo

2

, Edi Yunara

3

, Mahmud Mulyadi

4

1,2,3,4

Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara

E-mail: fajar.rudi27@gmail.com

Abstrak

Indonesia adalah negara hukum, segala aspek kehidupan diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala perundang-undangan yang berlaku diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam proses penegakan hukum terhadap perlindungan satwa yang dilindungi dibutuhkan ketentuan yang mengaturnya terlebih dahulu dari pada perbuatan tersebut terjadi sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Ayat (1) KUHP, untuk mengharapkan terjadinya kepastian hukum terhadap pelaku tindak pidana, khususnya tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. Apabila dalam proses penegakan hukum, terjadi perubahan terhadap tindak pidana yang mengatur tentang sanksi terhadap tindak pidana tersebut, maka harus dilakukan penerapan hukum yang paling menguntungkan terhadap pelakunya. Sehingga terhadappara penegak hukum dalam proses penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem diharapkan terjadinya keseimbangan antara pelestarian satwa yang dilindungi dengan Undang-Undang dan peraturan yang masih berlaku melarang perbuatan tersebut.

Kata Kunci: Asas Menguntungkan, Tindak Pidana, Konservasi, Sumberdaya Alam, Hayati dan Ekosistem.

Abstract

Indonesia is a state based on law, all aspects of life within the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia must be based on the law and all laws in force in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia. In the process of law enforcement for the protection of protected animals, a provision is needed to regulate it beforehand, rather than the act occurring in accordance with the provisions of Article 1 Paragraph (1) of the Criminal Code, to expect legal certainty for the perpetrators of criminal acts, in particular criminal acts of conservation of living natural resources ecosystem. If in the process of law enforcement, there is a change in a criminal act that regulates sanctions against the criminal act, then the most beneficial law enforcement must be carried out for the perpetrator. So that law enforcers in the process of investigating and prosecuting criminal acts of conservation of living natural resources and ecosystems are expected to have a balance between the preservation of protected animals and the laws and regulations that are still in force prohibiting these acts.

Keywords: Beneficial Principles, Crime, Conservation, Natural Resources, Biological and Ecosystems.

Cara Sitasi:

Manurung, F.J., dkk., (2021), “Penerapan Asas Menguntungkan Dalam Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistem (Studi Ketetapan Penghentian Penyidikan (SP-3) Nomor : S.Tap/27.B/X/Ditreskrimsus Polda Jambi tanggal 31 Oktober 2018)”, IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Vol. 2, No. 2, Juni: Pages 183-189

A. Pendahuluan

Dalam proses penegakan hukum aparat penegak hukum mempergunakan hukum pidana positif yaitu hukum pidana yang sedang berlaku. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi maupun Undang-Undang tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem UU RI No.5 Tahun 1990. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 KUHP yaitu: “Bilamana ada perubahan dalam perundangan-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya”.

1

Apakah dapat diterapkan asas legalitas dan asas

1

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pudana) (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1988) hlm.15.

ISSN ONLINE: 2745-8369

(2)

5

menguntungkan dalam ketentuan ini terhadap perkara atas nama tersangka SAID HADI Als HABIB BIN SAID SALIM ALMADIHI akan menjadi pembahasan lebih lanjut di dalam jurnal ini.

Adapun permasalahan-permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan Perundang-Undangan tentang penerapan asas legalitas dan asas menguntungkan?

2. Bagaimana penerapan asas menguntungkan pada prinsip Dominus Litis Penuntut Umum dalam proses Pra Penuntutan?

3. Bagaimana penerapan asas menguntungkan pada saat terjadinya perubahan peraturan dalam perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem UU RI No.5 Tahun 1990?

Sedangkan yang tujuan yang ingin dicapai dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan asas legalitas dan asas menguntungkan dalam praktek penegakan hukum di Indonesia.

2. Untuk mengetahui penerapan asas menguntungkan dalam pelaksanaan prinsip Dominus Litis Penuntut Umum pada proses Pra Penuntutan perkara tindak pidana.

3. Untuk mengetahui pelaksanan proses penghentian Penyidikan dalam perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam UU RI No.5 Tahun 1990 sebagai pelaksanaan prinsip Dominus Litis Penuntut Umum pada proses Pra Penuntutan.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif melalui penyusunan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari data hukum positif tertulis, merumuskan definisi hukum.

2

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat atau yang membuat masyarakat dapat dimaklumi, termasuk produk hukum yang menjadi bahan kajian dan produk hukum sebagai alat bantu pembentuk hukum.kritik.

Bahan hukum sekunder meliputi penjelasan bahan hukum primer di dalam bentuk doktrin ahli yang ditemukan di buku, jurnal, dan situs web.

3

B. Pembahasan

1. Asas Legalitas Dengan Asas Menguntungkan a. Sejarah Asas Legalitas

Asas legalitas yang merupakan dasar dari hukum pidana yang ada. Ketentuan ini sering disebut dengan “nullim delictum nulla poena sine praevia legepoenal”. Asas legalitas ini merupakan salah satu asas penting dalam hukum pidana. Bangsa-bangsa di dunia mengambilnya sebagai asas utama dalam undang-undang pidana mereka masing-masing. Asas ini bersama asas lainnya seperti asas tidak berlaku surut, asas praduga tak bersalah, bersamaan kedudukan dihadapan hukum dan sebagainya, menjadi asas- asas paling penting dalam hukum pidana modern.

b. Pengertian Asas Legalitas Serta Prinsip Yang Terkandung Di Dalamnya

Jika kita berbicara tentang perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kita berbicara tentang Criminal act (perbuatan pidana) dimana landasannya sangat penting adalah asas legalitas, yakni asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan. Asas ini dikenal dalam Bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali. Jika kalimat tersebut dirinci akan menjadi : nullum (tidak/tiada), Delictum (delik/tindak pidana), Nulla (tiada), Poena (penal/hukuman), Sine (tanpa), Praevia (sebelumnya), lege poenali (undang-undang pidana) atau jika dirangkai menjadi : tiada delik, tiada hukuman, tanpa sebelumnya perbuatan itu diatur dalam undang-undang pidana.

4

Asas legalitas sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 KUHP, mengandung prinsip yaitu : 1. Lex Scripta (Hukuman didasarkan Undang-undang tertulis)

2

Rahmat Ramadhani dan Ummi Salamah Lubis, “Opportunities and Challenges for the Badan Pertanahan Nasional (BPN) in Handling Land Cases in the New Normal Era” Legality: Jurnal Ilmiah Hukum 29, No. 1, (2021): p. 3.

3

Rahmat Ramadhani dan Rachmad Abduh, “Legal Assurance of the Land Registration Process in the Pandemic Time of Covid- 19” Budapest International Research and Critics Institute-Journa 4, No. 1, (2021): p. 349.

4

Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan ke-tujuh, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 23.

(3)

2. Lex Certa (Undang-Undang yang dirumuskan terperinci dan Cermat, Hukuman Jelas Bentuk dan Beratnya)

3. Lex Praevia (Asas larangan Berlaku Surut Dalam Hukum Pidana) dan Pengecualiannya.

c. Pengertian Asas Menguntungkan

Asas menguntungkan diatur dalam Pasal 1 ayat 2 KUHPidana: “Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatandilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya”

5

. Bahwa berdasarkan pasal 1 ayat (2) KUHPidana terdapat beberapa maksud yang terkandung didalamnya yaitu :

1. Adanya perubahan Undang-Undang;

2. Diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan;

3. Terdakwa;

6

d. Kaitan Asas Legalitas Dengan Asas Menguntungkan

Pasal 1 ayat (1) KUHP yang merupakan asas legalitas, mengharuskan adanya ketentuan pidana terlebih dahulu, baru dapat menghukum orang yang melakukan perbuatan melawan hukum dan menganut prinsip Lex Praevia (Asas larangan berlaku surut dalam hukum pidana) dan Pengecualiannya, yang mengharuskan hukum harus berjalan ke depan tidak boleh berjalan mundur, namun dengan adanya pasal 1 ayat 2 KUHP, memberlakukan asas menguntungkan bagi terdakwa, dengan maksud apabila ketentuan yang terdahulu lebih menguntungkan daripada ketentuan yang baru, maka harus diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan, jika ketentuan yang terdahulu lebih menguntungkan, maka ketentuan yang terdahulu diberlakukan kepada terdakwa.

2. Penerapan Asas Yang Menguntungkan Dalam Pelaksanaan Prinsip Dominus Litis Penuntut Umum Pada Proses Pra Penuntutan

a. Prinsip Dominus Litis Pada Tugas Dan Fungsi Kejaksaan Dalam Pra Penuntutan Hukum dan masyarakat seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Berlakunya hukum memang didalam suatu tatanan sosial yang disebut masyarakat, oleh bangsa Romawi disebut sebagai ubisocietas ibi ius yang menggambarkan betapa eratnya hubungan antara hukum dan masyarakat.

7

Asas dominus litis, menegaskan bahwa tidak ada badan lain yang berhak melakukan Penuntutan selain Jaksa Penuntut Umum yang bersifat absolut dan monopoli. Jaksa Penuntut Umum menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki dan memonopoli pengendalian penuntutan dan penyelesaian perkara pidana. Hakim tak dapat meminta supaya perkara pidana yang terjadi diajukan kepadanya. Hakim dalam penyelesaian perkara hanya bersifat pasif dan menunggu tuntutan dari penuntut umum.

8

Prinsip Dominus Litis menempatkan Penuntut Umum selaku pengendali perkara, dapat atau tidaknya dilakukan penuntutan terhadap suatu perkara tindak pidana hasil penyidikan (oleh Penyidik) adalah mutlak wewenang Penuntut Umum. Begitu pula Penuntut Umum dapat menghentikan penuntutan dengan alasan tidak cukup bukti, peristiwanya bukan tindak pidana, dan perkaranya ditutup demi hukum.

b. Peran Prinsip Dominus Litis Dalam Proses Penyidikan

Dalam hal penyidik menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa, yang oleh pelapor atau pengadu tentang terjadinya suatu peristiwa, yang oleh pelapor atau pengadu telah diduga sebagai suatu tindak pidana, maka penyidik dalam melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan harus berhati hati dalam hal melakukan pemanggilan pemanggilan, pemeriksaan terhadap saksi, terutama pemeriksaan atau pemanggilan terhadap calon tersangka terutama dalam hal melakukan penangkapan, Penahanan. Maksud dari tindakan berhati hati dalam penetapan calon tersangka maupun tersangka harus berdasarkan alat bukti yang cukup, dengan menemukan minimal dua alat bukti

5

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 2014) hlm.56.

6

ibid

7

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Dalam Pembangunan, PT. Alumni, Bandung. 2006. hlm. 3.

8

Hari Sasongko, Penuntutan dan Tehnik Membuat Surat Dakwaan, Dharma Surya Berlian, Surabaya, 1996, hlm. 26.

(4)

sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 184 KUHAP. Apabila penyidik kurang berhati-hati dalam rangka penetapan tersangka serta tindakan lanjutan melakukan penangkapan dan penahanan, apabila orang tersebut bukan sebagai tersangka, maka penyidik harus menghentikan penyidikannya sesuai dengan ketentuan pasal 77 dan pasal 95 KUHAP.

Setelah penyidik memperoleh kepastian mengenai siapa sebenarnya pelaku tindak pidana yang bersangkutan dan memperoleh kepastian mengenai sahnya pengaduan yang telah diajukan oleh seorang pengadu, barulah melakukan pemanggilan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana untuk didengar keterangannya sebagai seorang tersangka.

9

3. Penerapan Asas Menguntungkan Dalam Perkara Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistem ((Studi Ketetapan Penghentian Penyidikan (SP-3) No:

S.Tap/27.B/X/ 2018/Direskrimsus Polda Jambi tanggal 31 Oktober 2018 An. Tersangka Said Had)

a. Kasus Posisi Perkara 1) Kronologis

Pada hari kamis 24 Mei 2018 sekira pukul 14:00 Wib bertempat di jalan RB Siagian Nomor. 33 Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, saksi Krismanto Padang selaku Pegawai Negeri Sipil pada Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi bersama dengan saksi Chandra Bagus Setiawan petugas Kepolisian Daerah Jambi, mendapat informasi dari masyarakat bahwa di Jl RB Siagian Nomor 33 Kecamatan Jambi Selatan kota Jambi telah terjadi tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistem, kemudian kedua saksi tersebut menuju tempat yang dimaksud dan bertemu dengan tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang telah melakukan tindak pidana menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup yaitu memperniagakan satwa yang dilindungi berupa 340 (ekor) burung kolibri dan 2 (ekor) burung pelatuk bawang.

Satwa berupa burung kolibri ninja serta burung pelatuk bawang adalah jenis satwa yang dilindungi berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

Perbuatan tersangka Said Hadi tersebut bertentangan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau penangkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar. Berdasarkan pasal 24 ayat 1 pemanfaatan specimen tumbuhan dan satwa liar dibedakan antara lain :

a. Pemanfaatan non komersil untuk tujuan pengkajian, penelitian dan pengembangan, peragaan non komersil, pertukaran, perburuan dan pemeliharaan untuk kesenangan.

b. Pemanfaatan komersial untuk tujuan penangkaran, perdagangan, peragaan komersil dan budidaya tanaman obat.

10

Berdasarkan pasal 24 ayat 2 pemanfaatan non komersil dapat dilakukan oleh : 1. Perorangan

2. Koperasi

3. Lembaga Konservasi 4. Lembaga Penelitian.

5. Perguruan Tinggi.

6. Lembaga swadaya masyarakat (organinasi non pemerintah) yang bergerak dalam bidang konservasi sumber daya alam hayati.

11

Pasal 24 ayat 3 pemanfaatan komersil hanya dapat dilakukan oleh pengedar tumbuhan dan satwa liar dalam negeri atau pengedar tumbuhan dan satwa liar luar negeri yang berbentuk :

1. Perusahaan perorangan 2. Koperasi

9

P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Pidana & Yurisprudensi, Cet.

Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 260-261.

10

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau penangkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar.

11

ibid.

(5)

3. Badan Usaha Milik Negara 4. Badan Usaha milik daerah 5. Badan Usaha Milik Swasta.

12

2) Pasal yang disangkakan

Tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, “Setiap orang dilarang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

3) Penyerahan Berkas Perkara (Tahap Pertama)

Penanganan perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem atas nama tersangka Said Hadi, dengan berkas perkara Nomor: BP/22/VI/2018/Direskrimsus Kepolisian Daerah Jambi tanggal 27 Juni 2018.

4) Pra Penuntutan dalam perkara tersangka SAID HADI

lstilah pra-penuntutan hanya ditemui dalam Pasal 14 huruf b KUHAP yang mengatur: "Penuntut umum mempunyai wewenang mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan Pasal 110 ayat (3) dan (4) dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.

5) Petunjuk penuntut umum (P-19) perkara atas nama tersangka SAID HADI

Penuntut Umum melalui surat Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi Nomor : B-2826 /N.5.4/Euh.

1/09/2018, tanggal 13 September 2018 perihal Pengembalian Berkas Perkara An. Tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka melanggar pasal 40 Ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, memberi petunjuk kepada penyidik Kepolisian Daerah Jambi, dengan petunjuk (P-19).

6) Penghentian penyidikan oleh penyidik (SP-3)

Penghentian penyidikan merupakan kewenangan dari penyidik yang diatur dalam pasal 109 ayat (2) KUHAP

b. Penerapan Asas Legalitas Dan Asas Menguntungkan Melalui Prinsip Dominus Litis dalam Perkara Tersangka SAID HADI

Asas Legalitas ini yang dipergunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tersangka Said Hadi yang disangka melakukan tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

c. Penerapan Asas Menguntungkan Dalam Perkara Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistem Pada Penetapan Penghentian Penyidikan Nomor S.Tap/27.B/X/2018/Dirkrimsus Polda Jambi Tanggal 31 Oktober 2018 Atas Nama Tersangka SAID HADI

Berdasarkan pasal 1 ayat (2) KUHP yang menyatakan “jika ada perubahan dalam perundangan- undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya”.

13

Agar penyidik menggunakan kewenangannya untuk menghentikan penyidikan demi hukum berdasarkan pasal 109 ayat (2) KUHAP. Mengenai ketentuan yang paling menguntungkan yaitu menentukan ketentuan pidana mana yang perlu diterapkan kepada tersangka, terdakwa ketika ada perubahan perundang-undangan setelah perbuatan dilakukan. Ketentuan yang paling menguntungkan tidak hanya mengenai hukuman namun juga tentang penilaian atas tindak pidana tersebut.

12

ibid.

13

R. Soenarto Soerodibroto, KUHP DAN KUHAP, Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, (PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1991), hlm. 7.

(6)

C. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Penerapan Asas Legalitas dan Asas Menguntungkan Serta Prinsip Dominus Litis Dalam Perkara Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistem, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaturan tentang Perundang-Undangan tentang penerapan asas legalitas dan asas menguntungkan adalah sebagai berikut :

a. Asas Legalitas adalah dasar penegak hukum dalam melakukan proses penegakan hukum penanganan perkara tindak pidana, dijadikan dasar bagi Penyidik, Penuntut Umum serta Hakim dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan persidangan terhadap perbuatan tersebut merupakan tindak pidana, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 KUHPidana.

b. Asas Menguntungkan adalah penerapan ketentuan yang paling menguntungkan terhadap terdakwa, apabila terjadi perubahan peraturan.

2. Penerapan asas menguntungkan pada prinsip Dominus Litis Penuntut Umum dalam proses Pra Penuntutan :

a. Prinsip Dominus Litis yang dimiliki oleh penuntut umum dalam pelaksaan tugas dan fungsinya yaitu melakukan penelitian dan pemeriksaan berkas perkara yang diserahkan oleh penyidik apakah suatu berkas perkara telah memenuhi syarat formil maupun materil untuk dapat atau tidaknya suatu perkara dilimpahkan ke pengadilan negeri.

b. Dalam prinsip Dominus Litis yang ada pada penuntut umum dilaksanakan sejak diterimanya surat dimulainya penyidikan (SPDP), Penunjukkan Jaksa Peneliti (P-16), Penerimaan Berkas Perkara (Tahap-1) maka dimulailah pelaksanaan Prinsip Dominus Litis oleh penuntut umum untuk meneliti berkas perkara apakah pasal yang disangkakan dalam berkas perkara oleh penyidik sudah tepat atau tidak sesuai fakta yang ada dalam berkas perkara. Apabila terjadi perubahan terhadap pasal yang disangkakan, maka penuntut umum harus menyarankan kepada penyidik dalam petunjuknya (P-19).

3. Penerapan asas menguntungkan pada saat terjadinya perubahan peraturan dalam perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem UU RI No.5 Tahun 1990 :

a. Penyidikan yang dilakukan oleh penyidik berdasarkan ketentuan yang telah ada terlebih dahulu dari pada perbuatan tersebut.

b. Terhadap perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Hayati Dan Ekosistem sesuai sangkaan pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990, “ Setiap orang dilarang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ”. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

c. Atas perubahan tersebut terhadap terdakwa sebagai pelaku tindak pidana Konservasi Sumber Daya Hayati Dan Ekosistem harus diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan terhadap terdakwa, sesuai dengan petunjuk (P-19) penuntut umum kepada penyidik dalam rangka pelaksanaan prinsip dominus litis yang ada dalam penuntut umum memberikan petunjuk, jika terjadi perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka tehadap terdakwa diterapan ketentuan yang paling menguntungkan dan menyampaikan agar penyidik menggunakan kewenangannya berdasarkan pasal 109 KUHAP untuk melakukan penghentian penyidikan (SP-3).

Setelah melakukan pembahasan dan analisa terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dalam teis ini, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Fungsi MAHKEJAPOL yang tergabung dalam Criminal Justice System (CJS) harus lebih meningkatkan koordinasi dalam penanganan perkara tindak pidana dalam memberikan fungsi hukum yang harus memiliki kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum.

2. Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dapat mengikuti perkembangan pembaharuan hukum

khususnya terhadap peraturan perundangan-undangan yang baru dalam menerapkan sangkaan,

dakwaan dan putusan, agar tidak terjadi kriminalisasi terhadap pelaku.

(7)

Daftar Pustaka

Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2014.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988.

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : UGM Press, 2003.

Hari Sasongko, Penuntutan dan Tehnik Membuat Surat Dakwaan, Dharma Surya Berlian, Surabaya, 1996.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor\: 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau penangkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Dalam Pembangunan, PT. Alumni, Bandung. 2006.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan ke-tujuh, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Pidana &

Yurisprudensi, Cet. Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

R. Soenarto Soerodibroto. ”KUHP DAN KUHAP, Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad “,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1991.

Ramadhani, Rahmat dan Rachmad Abduh. (2021). “Legal Assurance of the Land Registration Process in the Pandemic Time of Covid-19” Budapest International Research and Critics Institute-Journa 4, No. 1.

Ramadhani, Rahmat dan Ummi Salamah Lubis. (2021). “Opportunities and Challenges for the Badan

Pertanahan Nasional (BPN) in Handling Land Cases in the New Normal Era” Legality: Jurnal

Ilmiah Hukum 29, No. 1.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk respon teknis yang paling berkontribusi dalam menjawab suara konsumen dan harus diperhatikan oleh industri kendang jimbe berdasarkan prioritasnya

waktu proses integrasi, dalam artikel ini dipaparkan teknis menurunkan beberapa skema implisit untuk menyelesaikan MNAPDB orde satu dengan asumsi bentuk fungsi

Skala ini disusun sendiri oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kontrol diri yang dimiliki remaja pada siswa kelas VIII SMP Yuppentek 2

Penduduk Desa Sukasari memiliki latar belakang yang bisa di bilang cukup memprihatinkan,karena jika melihat dari segi lokasi yang mereka tinggali saat ini masih banyak

Berikut adalah gambar dari kerangka pemikiran yang akan diterapkan dalam pembangunan Sistem Informasi Marketplace UMKM Toko Pakan Burung di Kabupaten Kudus yang dapat

Tampak pada tabel tersebut bahwa komposisi fasa-123 di dalam ring-s /PVA hasil proses pelelehan dan ring-s /rusak (patah) relatif sama. Data ini sesuai

Dari analisa dengan menggunakan metode konsep nilai hasil berdasarkan waktu (Time-Based) dan berdasarkan progress (Progress-Based) dapat diketahui biaya actual yang

12 Gusfahmi. Pajak Menurut Syareat.. pajak yang telah dirumuskan ulama, demi terwujudnya keadilan dan hilangnya kezaliman dalam masyarakat yang sampai saat ini masih perlu