7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bank
Menurut Kasmir (2012:24) yang dimaksud bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut Kasmir (2012:24) Tiga pokok kegiatan bank yaitu :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan maksudnya dalam hal ini, bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang adalah untuk keamanan (Safety) uangnya.
2. Menyalurkan dana (Lending) kemasyarakat maksudnya adalah bank memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang mengajukan permohonan, dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya pinjaman atau kredit yang diberikan dalam berbagai jenis sesuai keinginan nasabah. Jenis kredit yang ditawarkan oleh bank pada umumnya seperti Kredit Perumahan Rakyat (KPR), Kredit Investasi (KI), Kredit Modal Kerja (KMK), dan Kredit Perdagangan (KP).
3. Memberikan jasa-jasa bank laiinya seperti pengiriman uang (Transfer),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (Clearing), letter
of credit, inkaso (Collection) dan lain-lain.
8 2.2 Pengertian Suku Bunga
Menurut Kasmir (2012:114) pengertian bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:
1. Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: bunga tabungan.
2. Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Contoh: bunga kredit.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya suku bunga antara lain
a. Kebutuhan dana b. Persaingan antar bank c. Kebijakan pemerintah d. Jangka waktu
e. Kualitas jaminan f. Reputasi nasabah g. Produk
h. Hubungan bank
i. Risiko
9 Menurut Sugiono (2003:51) BI Rate adalah
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2.3 Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Darmawi (2009:100) penilaian kesehatan bank adalah:
kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan dan pemerintahan karena kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian.
Dalam rangka mengawasi kondisi kesehatan bank, maka Bank Indonesia
Menerbitkan Peraturan Tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum
sebagai alat pengawasan perbankan. Tingkat kesehatan bank ditetapkan melalui hasil
10 penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank melalui penilaian kuantitatif terhadap faktor CAMELS tersebut.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Pasal 3 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
1. Permodalan (Capital);
2. Kualitas Aset (Asset Quality);
3. Manajemen (Management);
4. Rentabilitas (Earning);
5. Likuiditas (Liquidity); dan
6. Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity To Market Risk).
Keenam faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank atau yang sering disebut CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity To Market Risk).
Berikut ini akan dikutip pasal-pasal dari Peraturan Bank Indonesia Nomor:
6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap faktor permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf a meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kecukupan modal.
b. Komposisi modal.
c. Proyeksi (trend kedepan) permodalan.
11 d. Kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah.
e. Kemampuan bank yang bersangkutan memlihara kebutuhan tambahan modal yang berasal dari laba atau keuntungan.
f. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha.
g. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.
2. Penilaian terhadap faktor kualitas aset (Asset Quality)
Penilaian terhadap faktor kualitas aset sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf b meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kualitas aktiva produktif.
b. Konsentrasi eksposur risiko kredit.
c. Perkembangan aktifa produktif bermasalah.
d. Kecukupan PPAP ( Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif).
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur.
f. Sistem kaji ulang (review) internal.
g. Sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3. Penilaian terhadap faktor manajemen (Management);
Penilaian terhadap faktor manajemen sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf c meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko.
b. Kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada
Bank Indonesia atau pihak lainnya.
12 4. Penilaian terhadap faktor rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf d meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Pencapaian Return On Asset (ROA).
b. Pencapaian Return On Equity (ROE).
c. Pencapaian Net Interest Margin (NIM).
d. Tingkat efisiensi.
e. Perkembangan laba operasional.
f. Diversifikasi pendapatan.
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
h. Prospek laba operasional.
5. Penilaian terhadap faktor likuiditas (liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf e meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Rasio aktiva atau pasiva likuid.
b. Potensi maturity mismatch.
c. Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR).
d. Proyeksi cash flow.
e. Konsentrasi pendanaan.
f. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management atau ALMA).
g. Akses kepada sumber pendanaan.
h. Stabilitas pendanaan.
13 6. Penilaian terhadap faktor Sensitivitas (Sensitivity To Market Risk)
terhadap risiko pasar sebagaimana dimaskud dalam pasal 3 huruf f meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar.
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
2.4 Pengertian Rentabilitas
Menurut Munawir (2007:86) pengertian rentabilitas adalah rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perbankan tersebut.
Menurut Riyanto (2013:35) yang menyatakan bahwa rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tesebut atau dengan kata lain rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perbankan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Menurut Lasmi (2013:295) Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahan.
Penilaian terhadap faktor rentabilitas sebagaimana dimaksud dalam Surat
Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.3/30/DPNP meliputi penilaian terhadap
14 komponen-komponen sebagai berikut: pencapaian Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Interest Margin (NIM).
1. Menurut Dendawijaya (2009:119) Return on Assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Perhitungan Return on Assets dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30/DPNP) :
ROA=
Laba Sebelum PajakRata −rata Total Aset
× 100%
Semakin besar ROA suatu Bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank tersebut dan semakin baik pula penggunaan asset Bank tersebut.
2. Menurut Dendawijaya (2009:119) Return on Equity merupakan rasio yang mengukur kemampuan manajemen perbankan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perbankan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
Rasio ini menunjukkan persentase yang diperoleh dari laba setelah pajak yang diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin bagus untuk perbankan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh komposisi utang perbankan. Perhitungan Return on Equity dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30/DPNP) :
ROE =
Laba Setelah PajakRata −rata Total Equity
× 100%
15 Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ini berati terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan ini akan menyebabkan naiknya harga saham bank yang akan membuat para pemegang saham bank dan para invetor dipasar modal ingin membeli saham bank tersebut.
3. Menurut Dendawijaya (2010:167) Net Interest Margin merupakan rasio yang mengukur kemampuan manajemen perbankan dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga. Perhitungan Net Interest Margin (NIM) dapat dirunuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30/DPNP) :
NIM =
Pendapatan Bunga BersihRata −rata Total Aktiva Produktif
× 100%
NIM harus cukup besar untuk mengcover kerugian-kerugian pinjaman, sekuritas dan pajak untuk dijadikan profit dan meningkatkan pendapatan.
2.4.1. Tujuan dan Manfaat Rasio Rentabilitas
Menurut Darmawi (2006:197) Rasio Rentabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat tidak hanya bagi pihak dalam (internal) perbankan seperti Pemilik Bank, Manajemen, Direktur atau Direksi, Karyawan, Pemegang Saham dan sebagainya.
Tetapi juga memberikan manfaat bagi pihak luar (eksternal) seperti debitur, kreditur,
pemerintah, investor yang memiliki hubungan dan kepentingan dalam perbankan.
16 Menurut Darmawi (2006:197) Tujuan Penggunaan Rasio Rentabilitas bagi pihak internal maupun eksternal yaitu :
1. Untuk mengukur dan menghitung laba yang diperoleh perbankan dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perbankan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang (tahun pembanding).
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Equity).
5. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perbankan baik yang digunakan dari modal sendiri maupun modal pinjaman.
Menurut Darmawi (2006:198) manfaat yang di peroleh dari rasio rentabilitas yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perbankan dalam satu periode tertentu.
2. Mengetahui posisi laba perbankan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang (tahun pembanding).
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Equity).
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perbankan baik yang digunakan dari modal sendiri maupun modal pinjaman.
2.5 Konsep Dasar Penelitian
a. Koefisien Korelasi
17 Menurut Ghozali (2011:96) pengertian analisis korelasi adalah mengukur koefisien asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan independen. Uji korelasi digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika R > 0,5, maka hubungan antar variabel dependen dan independen adalah kuat.
2. Jika R < 0,5, maka hubungan antar variabel dependen dan independen adalah lemah.
Untuk perhitungan secara statistik nilai R dapat diperoleh dengan rumus:
𝑟 = 𝑛. 𝑥𝑦 − 𝑥 . 𝑦
𝑛. 𝑥² − ( 𝑥)
2𝑛. 𝑦² − ( 𝑦)
2Dimana :
R = koefisieen korelasi X = variabel dependen Y = variaebel independen
Nilai koefisien korelasi adalah -1≤ r ≤ 1, dengan ketentuan
R = 1, terdapat hubungan positif dan sempurna antara variabel x dan y.
R = -1 terdapat hubungan negatif dan sempurna antara variabel x dan y.
R = 0 tidak terdapat hubungan antara variabel x dan y.
Tabel II.1
Nilai Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan
18
No. Intervakl Nilai Kekuatan Hubungan
1 KK = 00 Tidak ada
2 0,00 < KK < 0,20 0,20 < Sangat rendah atau lemah sekali 3 KK < 0,40 Rendah atau lemah, tapi pasti 4 0,40 < KK < 0,70 0,70 < Cukup berarti atau sedang 5 KK < 0,90 Tinggi atau kuat
6 0,90 < KK < 1,00 Sangat tinggi atau kuat 7 KK = 1,00 Dapat diandalkan sempurna Sumber: misbahuddin:48
Koefisien korelasi yang negatif menunjukan hubungan antara variabel tidak searah, sedangkan koefisien korelasi positif menunjukan hubungan antara variabel yang tidak searah.
Nilai koefisien tersebut harus dapat diinterprestasikan demikian apabila nilai
signifikannya adalah diatas 0,05 yang menunjukan bahwa besaran korelasi tersebut
signifikan secara statistik. Bila nilai signifikansi korelasi berada dibawah atau sama
dengan 0,05 maka korelasi tersebut tidak signifikan secara statistik atau dengan kata
lain dapat diinterprestasikan sebagai tidak terdapat korelasi antara variabel yang diuji.
19 b. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Menurut Ghozali (2011:97) pengertian koefisien determinasi (R²) adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati satu variabel berarti independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen.
Perhitungan secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
KP = (R)² × 100%
KP = Koefisien penentu (R²) R = nilai korelasi
c. Analisis koefisien regresi
Menurut Ghozali (2011:96) pengertian analisis regresi adalah mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Variabel dependen diasumsikan random atau stokastik yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen atau bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang).
Penelitian ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX Keterangan :
Y = Rentabilitas (ROA, ROE, NIM)
a = Konstanta
20 b = Koefisien
x = BI Rate
nilai a dan b dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
a =
𝑦 −𝑏 𝑥𝑛
b =
𝑛 𝑋𝑌−( 𝑋) ( 𝑌) 𝑥²−( 𝑥)²d. Hipotesis
Menurut Ghozali (2011:96) Hipotesis merupakan suatu pernyataan atau anggapan yang bersifat sementara terhadap dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini.
Dalam penelitian ini penulis menentukan hipotesis sebagai berikut:
Sumber: Ghozali (2011:97)
NIM ROE ROA
Suku Bunga BI Rentabilitas
21 Gambar II.1 Model Hipotesa
Dari gambar diatas hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ho : suku bunga BI tidak berpengaruh terhadap kesehatan bank (ROA, ROE, NIM)
H1 : suku bunga BI berpengaruh terhadap nilai ROA H2 : suku bunga BI berpengaruh terhadap nilai ROE H3 : suku bunga BI berpengaruh terhadap NIM
.