• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN

KEBIJAKAN CAN-ORDER

(STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

Linda Fransiska, I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email : [email protected] ; [email protected]

Abstrak

Penanganan sistem persediaan secara efektif dan efisien akan memberikan keuntungan signifikan terhadap perusahaan khususnya dalam penghematan biaya operasional persediaan.

Pada sistem persediaan terdapat komponen biaya pemesanan yang terdiri dari biaya pemesanan major dan biaya pemesanan minor, serta biaya shortage yang merupakan kompensasi dari keadaan kekurangan persediaan pada saat ada permintaan. Penelitian ini dilakukan pada sistem persediaan multi komponen di PT. E-T-A Indonesia dengan menggunakan konsep joint replenishment yaitu model kebijakan can-order, yang bertujuan memberikan penghematan biaya sistem persediaan khususnya dalam biaya pemesanan major. Sejumlah komponen tersebut di supply dari satu supplier yang berada di Jerman. Pada kebijakan can-order tersebut dicari joint parameter yang didapatkan dengan algoritma can-order untuk masing-masing komponen dan pendekatan yang dilakukan adalah secara periodik dengan peninjauan satu kali dalam seminggu. Hasil simulasi menunjukkan bahwa model kebijakan can-order lebih efisien untuk mengendalikan persediaan komponen circuit breaker dengan saving sebesar 71,68% dari total biaya persediaan dan juga dapat meng-improve service level komponen circuit breaker.

Kata Kunci : Kebijakan Can-Order, Joint Replenishment, Simulasi

ABSTRACT

Effective and efficient handling inventory system will provide significant benefits to the company, especially on inventory cost savings. Cost components of inventory system are ordering cost, which is consists of major and minor ordering cost, and also shortage cost that occurred when current inventory could not meet the demand. This research was conducted on a multi- component inventory system on PT. E-T-A Indonesia using joint replenishment concept with can- order policy, which aims to save inventory cost, especially on major ordering cost. Numbers of parts are supplied from one supplier in Germany. Joint parameters (s, c, S) are searched by can- order algorithm for each item and the taken approach is periodic basis with one review per week.

Simulation results show that the model of can-order policy is more efficient for controlling inventory of circuit breakers components with a saving of 71.68% of total inventory costs.

Additionally, it also improves service level of circuit breaker component.

Keywords : Can-order policy, Joint Replenishment, Simulation

1. Pendahuluan

PT. E-T-A Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan circuit breaker dengan headquarter -nya berada di Jerman. Circuit breaker adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi termasuk arus hubung singkat sesuai dengan ratingnya (Guntoro, 2009). PT. E-T-A Indonesia sedikit melayani local sales,

kebanyakan finished productnya di eksport ke

headquarter nya di Jerman serta ke beberapa

negara di Asia Pasifik seperti Singapura,

Jepang, serta Australia. Sistem produksi yang

diterapkan oleh PT. E-T-A Indonesia adalah

sistem assembly to order. Disini perusahaan

banyak memproduksi komponen yang

modular atau lebih dikenal dengan konsep

baugroup, oleh karena itu variasi yang

ditawarkan juga sangat banyak. Sehingga

jumlah konfigurasi yang dapat dihasilkan juga

sangat banyak. Produk yang diproduksi ada 6

(2)

2 jenis tipe yaitu 1120, 1180, 201, 1160, 1658,

serta 8340 dengan masing-masingnya memiliki puluhan variasi. PT. E-T-A Indonesia juga dianggap sebagai supplier dari perusahaan yang bergerak di bidang elektronik, household , power plant, telekomunikasi, otomotif, dan lain-lain.

Sebagai perusahaan yang memiliki banyak pesaing, PT. E-T-A Indonesia senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik bagi customernya dengan memberikan jaminan ketepatan waktu produksi selama 2 minggu, selain itu faktor harga jual yang bersaing juga menjadi fokus perhatian dengan tidak mengesampingkan kualitas yang ditawarkan. Sehingga ketersediaan inventory berupa komponen yang akan di-assembly harus senantiasa terjaga agar tidak terjadi stockout maupun exceed inventory. Persediaan penting bagi perusahaan karena menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dimana seringkali terjadi pertentangan tujuan di dalamnya, yaitu keinginan untuk menekan biaya dan memenuhi service levelnya terhadap demand dari customer. Dengan kata lain, perusahaan senantiasa berusaha agar tidak terjadi stockout ketika terdapat demand dari customer , namun juga tidak mengeluarkan biaya holding cost yang besar karena penyimpanan stock yang terlalu banyak.

Departemen Material Handling PT. E-T- A Indonesia yang bertugas melakukan perencanaan terhadap pembelian komponen mulai dari get order hingga release schedule menerapkan kebijakan double lead time dari lead time eksisting yang dibutuhkan dalam melakukan pemesanan komponen baik itu ke headquarter -nya maupun ke supplier luar negeri. Hal ini dilakukan sebab 98%

komponen di supply dari headquarter-nya di Jerman menggunakan moda laut dalam pengiriman. Sehingga dengan lead time yang panjang tersebut maka untuk menjaga agar tidak terjadi stockout apabila ada pemesanan dari customer yang tiba-tiba maka dilakukan kebijakan pemesanan double lead time.

Namun hal ini berimplikasi pada tingginya level of inventory PT. E-T-A Indonesia.

Inventory turnover rate dari komponen produk circuit breaker type 1180, 201, 1120, 8340, 1658, serta 1160 sangat fluktuatif. Ada beberapa komponen yang memiliki nilai inventory turnover rate yang tinggi namun sebaliknya ada yang memiliki nilai inventory

turnover rate yang rendah. Dari ukuran tersebut dapat dilihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan.

Semakin besar nilai dari inventory turnover rate dari suatu komponen maka semakin baik juga kinerja persediaan dari suatu komponen. Dengan keadaan nilai inventory turnover rate yang berfluktuatif tersebut maka hal ini mengindikasikan buruknya kinerja persediaan. Buruknya kinerja persediaan bisa disebabkan karena metode perencanaan dan pengendalian persediaan yang kurang tepat. PT. E-T-A Indonesia menggunakan metode perencanaan dan pengendalian persedian min-max. Pada metode min-max, jika level persediaan telah sama dengan atau berada di bawah reorder point, maka akan dilakukan pemesanan sampai pada tingkat persediaan maksimum.

Proses pengendalian persediaan multi- komponen yang ada pada PT. E-T-A Indonesia merupakan hal yang kompleks. Hal ini disebabkan karena masing-masing item atau komponen memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Apabila penanganan proses tersebut dilakukan secara cermat akan dapat memberikan benefit yang signifikan terhadap perusahaan. Pada sistem persediaan multi- komponen, banyak model dibuat dengan menganggap komponen-komponen yang terdapat dalam sistem tersebut bersifat independen satu dengan yang lainnya, sehingga proses pengendalian dilakukan secara terpisah. Pada kenyataannya apabila proses pengendalian persediaan multi-item memperhatikan keterkaitan antar-item, maka akan terdapat keuntungan yang bisa diperoleh yaitu menurunkan biaya pemesanan karena pemesanan dilakukan secara bersama-sama (adanya koordinasi pemesanan/ joint replenishment ). Selain itu pemesanan komponen yang dilakukan di supplier yang sama dengan moda transportasi yang sama juga memberikan alasan yang kuat akan dilakukannya joint replenishment.

Salah satu kebijakan yang dapat digunakan pada koordinasi pemesanan (joint replenishment) adalah kebijakan can-order.

Sistem ini memperhatikan keterkaitan antar

komponen pada suatu persediaan, sehingga

pengendalian dengan sistem ini tidak

mengabaikan adanya penurunan biaya

pemesanan karena dilakukan secara

bersamaan. Tujuan kebijakan ini adalah untuk

(3)

3 melakukan penghematan terhadap biaya tetap.

Kebijakan can-order bisa dilakukan dengan pendekatan peninjauan persediaan periodik atau secara kontinyu. Pengendalian pada sistem ini didasarkan pada parameter titik dan , dimana proses dilakukannya pemesanan ketika item i sudah mencapai atau dibawah titik s (titik must-order), dan item lain yaitu item j yang berada pada titik can-order (c) atau dibawahnya juga diikutsertakan dalam pemesanan hingga persediaan mencapai titik S (titik max-order).

Pada penelitian ini difokuskan pada bagaimana merencanakan dan mengendalikan sistem persediaan untuk komponen produk circuit breaker yang terpilih dengan kebijakan can-order dan menggunakannya dalam melakukan koordinasi pemesanan sekelompok komponen. Serta mengevaluasi apakah sistem persediaan dengan kebijakan can-order dapat memberikan perbaikan terhadap sistem yang ada pada PT. E-T-A Indonesia.

2. Model Perhitungan Kebijakan Can- Order

Model perhitungan kebijakan can-order pada penelitian ini merujuk pada Silver (1974) dimana output dari perhitungan tersebut adalah parameter (s, c, S) masing-masing komponen.

Berikut ini merupakan notasi dasar model kebijakan can-order.

Tabel 2.1 Notasi Dasar Model Kebijakan Can- Order

Notasi Keterangan

Biaya major (fixed cost) untuk setiap pemesanan (Rupiah) Biaya minor (line cost) per komponen yang diikutkan dalam pemesanan (Rupiah) Lead-time pengiriman komponen (Tahun) Fraksi biaya penyimpanan expected relevant cost per unit time untuk komponen i (Rupiah/Tahun)

order-up-to-level dari komponen i

can-order point dari komponen i

must-order point dari komponen i

Harga per unit komponen i (Rupiah)

Demand rate untuk item i

(unit/tahun)

Jumlah pemesanan yang dipicu oleh komponen i

Probabilitas tidak ada shortage per siklus replenishment untuk komponen i

Langkah-langkah perhitungan untuk mencari nilai parameter can-order yaitu sebagai berikut:

1. Inisiasi

2. Perhitungan dan

3. Perhitungan

4. Perhitungan

jika nilai S pada langkah ketiga hasilnya negatif, jika tidak maka nilai

Pada tahap 1 sampai 4 diatas merupakan perhitungan dengan mengasumsikan lead-time sama dengan 0 dengan hasil parameter nilai dan , setelah mendapatkan nilai tersebut selanjutnya diiterasi hingga nilai dan tidak berubah dari iterasi sebelumnya. Selanjutnya untuk mencari parameter dengan lead-time >0 maka dilakukan perhitungan sepeti di tahap 5 berikut ini.

5. Perhitungan

(4)

4 Gambar 2.1 Flowchart Perhitungan dengan

Menggunakan Model Perhitungan Kebijakan Can- Order

Flowchart pada gambar 2.1 merupakan alur untuk mencari nilai parameter can-order masing-masing komponen.

3. Studi Kasus : PT. E-T-A Indonesia Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di PT. E-T-A Indonesia.

Batasan dalam studi kasus ini antara lain:

1. Tidak mempertimbangkan komponen drath serta band

2. Data yang digunakan adalah data selama periode 48 minggu, yaitu Januari 2010 sampai Desember 2010 Sedangkan ada beberapa asumsi yang dipakai dalam studi kasus di PT. E-T-A Indonesia ini yaitu:

1. Lead time pengiriman komponen bersifat tetap

2. Biaya penyimpanan yaitu sebesar 25%

dari unit cost per komponen

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang dipakai sebagai input perhitungan model kebijakan can-order. Data- data yang dikumpulkan meliputi:

Data permintaan komponen circuit breaker mulai Januari 2010 sampai Desember 2010

Komponen biaya dalam pengendalian persediaan

Data lead time pengiriman Data harga material

Data-data tersebut didapatkan dengan wawancara dengan pihak manajemen serta dari database yang ada pada Microsoft Asapta.

4. Pengujian Distribusi Permintaan Pada penelitian ini komponen yang akan diteliti adalah komponen yang memiliki distribusi poisson. Hal ini berkaitan dengan asumsi yang digunakan pada model can-order.

Pengujian distribusi permintaan dengan menggunakan Input Analyzer pada software Arena. Hasil pengujian tersebut menunjukkan dari 364 komponen, hanya 25 komponen yang berdistribusi poisson.

5. Perhitungan Parameter Model Kebijakan Can-order

Setelah mendapatkan komponen yang terpilih yaitu sebanyak 25 komponen untuk diteliti, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan parameter can-order ( . Tabel 5.1 merupakan input parameter yang dibutuhkan untuk menghasilkan decision parameter can-order.

Tabel 5.1 Input Parameter Perhitungan Kebijakan Can-order

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan parameter kebijakan can-order ( . Perhitungan dilakukan dengan bahasa pemrograman visual basic application (VBA).

Rekap hasil perhitungan parameter kebijakan can-order 25 komponen yaitu sebagai berikut.

INITIALIZATION Si = (EOQ)i……….… i=1, 2, …, n ci = 0………... i=1, 2, …, n i = 0

i = i+1

Rate of opportunities (μi) for replenishment of item i at the “line cost a” is given by the expected number of orders triggered per unit time by all others item

Compute best values of Si and ci, given μi (these values imply values of NTi and ECi

i = n

Is current Si = Si on last cycle & is current ci = ci on the last cycle, for all i?

Has EC dropped by less than (x%) from last cycle?

i = 0

Computing s(i), S(i), c(i) YES

NO

NO YES

NO YES

No Art. -No λ (Demand) Ak (Major Cost) ai (Minor Cost) vi (Unit Cost) Pi L (Lead-time) r

1 X21082758A 7 Rp 855.400,00 Rp 92,55 Rp 4.627,70 0,95 0,166666667 0,25

2 X22210101 72 Rp 855.400,00 Rp 164,79 Rp 8.239,60 0,95 0,166666667 0,25

3 X22210155 55 Rp 855.400,00 Rp 107,13 Rp 5.356,44 0,95 0,166666667 0,25

4 X22210202 22 Rp 855.400,00 Rp 78,04 Rp 3.902,23 0,95 0,166666667 0,25

5 X22210302 50 Rp 855.400,00 Rp 187,67 Rp 9.383,28 0,95 0,166666667 0,25

6 Y30018301 Z 36 Rp 855.400,00Rp 4,16 Rp 208,24 0,95 0,166666667 0,25 7 Y30344901 89 Rp 855.400,00Rp 2,00 Rp 100,16 0,95 0,166666667 0,25 8 Y30459205 4 Rp 855.400,00Rp 4,31 Rp 215,67 0,95 0,166666667 0,25

9 Y30459218 30 Rp 855.400,00 Rp 30,86 Rp 1.542,97 0,95 0,166666667 0,25

10 X22215102 7 Rp 855.400,00 Rp 129,92 Rp 6.496,18 0,95 0,291666667 0,25

11 X22218304 19 Rp 855.400,00 Rp 73,42 Rp 3.671,06 0,95 0,166666667 0,25

12 X22218305 23 Rp 855.400,00 Rp 132,71 Rp 6.635,49 0,95 0,166666667 0,25

13 X22218307 10 Rp 855.400,00 Rp 73,48 Rp 3.673,91 0,95 0,166666667 0,25

14 X22218317 29 Rp 855.400,00 Rp 73,34 Rp 3.667,21 0,95 0,166666667 0,25

15 X21124410 50 Rp 855.400,00 Rp 79,64 Rp 3.982,08 0,95 0,291666667 0,25

16 X21124601 88 Rp 855.400,00 Rp 83,61 Rp 4.180,25 0,95 0,166666667 0,25

17 X21124615 17 Rp 855.400,00 Rp 74,95 Rp 3.747,69 0,95 0,166666667 0,25

18 X21124617 10 Rp 855.400,00 Rp 70,37 Rp 3.518,74 0,95 0,166666667 0,25

19 X21124626 10 Rp 855.400,00 Rp 82,38 Rp 4.119,16 0,95 0,166666667 0,25

20 X21124637 11 Rp 855.400,00 Rp 79,66 Rp 3.983,14 0,95 0,166666667 0,25

21 X22186521 20 Rp 855.400,00 Rp 93,55 Rp 4.677,67 0,95 0,166666667 0,25

22 Y30476901 1 Rp 855.400,00Rp 5,39 Rp 269,52 0,95 0,291666667 0,25 23 Y30703601 23 Rp 855.400,00Rp 9,87 Rp 493,45 0,95 0,291666667 0,25

24 Y30803301 20 Rp 855.400,00 Rp 40,00 Rp 2.000,00 0,95 0,291666667 0,25

25 Y30229202 13 Rp 855.400,00Rp 2,87 Rp 143,45 0,95 0,291666667 0,25

(5)

5 Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Joint Parameter

Kebijakan Can-order

6. Simulasi Model Kebijakan Can-Order Hasil perhitungan dengan menggunakan algoritma can-order adalah berupa joint parameter yaitu titik . Hasil tersebut kemudian disimulasikan dengan menggunakan data permintaan 48 minggu yang telah didapat dan dari simulasi tersebut akan dihasilkan besar biaya operasional sistem bila menggunakan parameter . Simulasi dilakukan dengan menggunakan spread sheet Microsoft Exce l. Simulasi dilakukan untuk 5 skenario yaitu skenario 0 dengan parameter yang merupakan hasil dari perhitungan, skenario pertama dengan parameter , skenario kedua dengan parameter , skenario ketiga dengan parameter , skenario keempat dengan parameter dan skenario kelima dengan parameter

. Hasil simulasi can-order akan dibandingakan dengan simulasi existing system untuk melihat apakah terdapat perbaikan yang bisa diberikan oleh sistem can order terhadap existing system.

Model replenishment existing

Sistem replenishment yang ada pada PT- E-T-A Indonesia adalah sistem min- max. Sistem akan menginput order jika

level of inventory mencapai titik . Replenishment dilakukan hingga mencapai titik . Sistem replenisment ini adalah individual untuk masing-masing komponen akan tetapi apabila tanpa sengaja ada komponen yang mencapai titik pada waktu yang bersamaan maka akan dilakukan koordinasi pemesanan.

Model kebijakan can-order

Sistem yang ada pada can-order adalah mengikutkan item j dimana posisi persediaannnya mencapai titik c atau dibawahnya dalam pemesanan order yang dipicu oleh item i jadi akan mengurangi biaya major cost yang akan terjadi ketika item j tersebut mencapai titik must order.

Hasil simulasi model kebijakan can-order dan existing system secara lengkap terdapat pada lampiran D. Setelah mensimulasikan joint parameter keenam skenario maka didapatkan rekap pemesanan masing-masing komponen per periode beserta jumlah yang dipesan selama 48 minggu sebagai berikut.

Tabel 6.1 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dari hasil perhitungan yaitu sebanyak 14 kali pemesanan.

No Art. -No si() ci() Si()

1 X21082758A 4 8 10

2 X22210101 17 33 36

3 X22210155 14 27 31

4 X22210202 8 16 18

5 X22210302 13 25 28

6 Y30018301 Z 11 25 28

7 Y30344901 20 53 57

8 Y30459205 3 8 9

9 Y30459218 9 19 22

10 X22215102 4 8 9

11 X22218304 7 14 16

12 X22218305 8 15 18

13 X22218307 5 10 12

14 X22218317 9 18 21

15 X21124410 13 26 29

16 X21124601 20 40 44

17 X21124615 6 13 15

18 X21124617 5 10 12

19 X21124626 5 10 12

20 X21124637 5 10 12

21 X22186521 7 14 16

22 Y30476901 2 5 6

23 Y30703601 8 18 20

24 Y30803301 7 15 17

25 Y30229202 5 13 15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 6 35 19 4 21 37 8 22 4 12 9 9 3 18 18 10 5 10 8 12 4 11 15

2

3 28

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11

12 18 5

13 14 15

16 5 10 5

17 18 19 20

21 57 20

22 23 24 25 26 27 28 29

30 32 8 15

31 32 33 34 35

36 7 29 22 3 2

37

38 28 32 19 10

39 11 10 10 2 10 10

40 41

42 30 5 5

43

44 12

45 4 28 2

46 30

47 48

Komponen Periode

(6)

6 Tabel 6.2 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan

Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dengan mengubah nilai (max-order) menjadi yaitu sebanyak 13 kali pemesanan.

Tabel 6.3 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dengan mengubah nilai (max-order) menjadi yaitu sebanyak 13 kali pemesanan.

Tabel 6.4 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dengan mengubah nilai (max-order) menjadi yaitu sebanyak 14 kali pemesanan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 7 36 20 5 22 38 9 23 5 13 10 10 4 19 19 11 6 11 9 13 5 12 16

2

3 29

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11

12 18 5

13 14 15 16 17 18 19 20

21 5 58 21 10 5

22 23 24 25 26 27 28 29

30 31 8 12 15

31 32 33 34 35

36 7 30 3

37

38 29 19 10

39 11 10 10 45 10 10

40 41

42 30 5

43

44 12

45

46 30 10 4

47

48 7 8 10 31

Periode Komponen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 8 37 21 6 23 39 10 24 6 14 11 11 5 20 20 12 7 12 10 14 6 13 17

2

3 30

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11

12 18 5

13 14 15 16 17 18 19 20

21 5 59 22 10 5

22 23 24 25 26 27 28 29

30 30 8 12 15

31 32 33 34 35

36 37 31

37

38 30 19 10

39 11 10 10 38 10 10

40 41

42 30 5

43

44 12

45

46 30 10 4

47

48 6 8 10 38

Periode Komponen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 9 38 22 7 24 40 11 25 7 15 12 12 6 21 21 13 8 13 11 15 7 14 18 2

3 31

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11

12 18

13 14 15 16 17 18 19 20

21 5 60 23 10 5

22 23

24 13

25 26 27 28 29

30 29 12 15

31 32 33 34 35

36 7 32

37

38 31 19 10

39 11 10 28 10 10

40 41

42 30 10 5

43

44 12

45

46 30 10 4

47

48 8 10 38

Periode Komponen

(7)

7 Tabel 6.5 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan

Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dengan mengubah nilai (max-order) menjadi yaitu sebanyak 12 kali pemesanan.

Tabel 6.6 Rekap Pemesanan Per Periode Kebijakan Can-order

Jumlah pemesanan selama 48 minggu untuk joint parameter model Can-order dengan mengubah nilai (max-order) menjadi yaitu sebanyak 11 kali pemesanan.

Untuk mengetahui apakah metode can- order dapat memperbaiki sistem eksisting yang ada perusahaan, maka perlu dibandingkan dengan total biaya dari sistem yang ada tersebut. Total biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, serta biaya shortage . Perbandingan dari masing-masing komponen biaya total persediaan dapat dilihat pada tabel 6.7 hingga tabel 6.10 dibawah ini.

Tabel 6.7 Perbandingan Ordering Cost Hasil Simulasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 10 39 23 8 25 41 12 26 8 16 13 13 7 22 22 14 9 14 12 16 8 15 19

2

3 32

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 18 61 24 10

22 23 24 25 26 27 28 29

30 14 28 13 12 15 7

31 32 33 34 35

36 7 33

37

38 32 19 10

39 11 10 10 38 10 10

40 41

42 30

43

44 11 12

45

46 30 15

47

48 8 10 38

Periode Komponen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 11 40 24 9 26 42 13 27 9 17 14 14 8 23 23 15 10 15 13 17 9 16 20

2

3 33

4 5 6 7 8 9

10 7 21

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 18 62 25 10

22 23 24 25 26 27 28 29

30 27 13 12 15 7

31 32 33 34 35

36 7 34

37

38 33 19 10

39 11 10 10 38 10 10

40 41

42 30

43 44 45

46 30 15 11 17

47

48 9 10 38

Periode Komponen

(s, c, S) (s, c, S+1) (s, c, S+2) (s, c, S+3) (s, c, S+4) (s, c, S+5)

1 X21082758A Rp 1.712.003,20 Rp 1.712.003,20 Rp 1.712.095,76 Rp 856.788,31 Rp 856.880,86 Rp 856.973,42 Rp 857.065,97 2 X22210101 Rp 863.804,39 Rp 866.111,48 Rp 866.276,28 Rp 866.441,07 Rp 866.605,86 Rp 866.770,65 Rp 866.935,44 3 X22210155 Rp 857.542,57 Rp 860.649,31 Rp 860.756,44 Rp 860.863,57 Rp 860.970,69 Rp 861.077,82 Rp 861.184,95 4 X22210202 Rp 856.648,71 Rp 1.092,63 Rp 1.560,89 Rp 2.029,16 Rp 1.716,98 Rp 1.795,03 Rp 1.873,07 5 X22210302 Rp 1.720.933,95 Rp 1.719.432,62 Rp 1.719.620,29 Rp 1.719.807,95 Rp 1.719.995,62 Rp 867.410,60 Rp 868.348,93 6 Y30018301 Z Rp 855.412,49 Rp 855.604,07 Rp 855.641,56 Rp 855.645,72 Rp 855.629,06 Rp 855.637,39 Rp 855.645,72 7 Y30344901 Rp 1.710.803,25 Rp 855.425,60 Rp 855.425,80 Rp 855.426,00 Rp 855.426,21 Rp 855.426,41 Rp 855.426,61 8 Y30459205 Rp 855.412,94 Rp 51,76 Rp 56,07 Rp 60,39 Rp 64,70 Rp 51,76 Rp 56,07 9 Y30459218 Rp 1.326,96 Rp 1.326,96 Rp 1.357,82 Rp 856.788,67 Rp 855.598,42 Rp 856.850,39 Rp 856.881,25 10 X22215102 Rp 856.179,54 Rp 856.829,16 Rp 856.959,08 Rp 857.089,01 Rp 1.818,93 Rp 1.948,85 Rp 2.078,78 11 X22218304 Rp 857.235,53 Rp 857.088,69 Rp 857.749,48 Rp 857.822,90 Rp 2.496,32 Rp 2.569,74 Rp 2.716,58 12 X22218305 Rp 1.715.046,71 Rp 4.246,71 Rp 4.379,42 Rp 5.573,81 Rp 860.044,84 Rp 4.777,55 Rp 4.910,26 13 X22218307 Rp 856.355,22 Rp 1.396,09 Rp 1.469,56 Rp 1.543,04 Rp 857.016,52 Rp 1.690,00 Rp 1.763,48 14 X22218317 Rp 856.720,19 Rp 1.613,57 Rp 2.420,36 Rp 2.493,70 Rp 2.567,05 Rp 2.640,39 Rp 2.713,73 15 X21124410 Rp 856.037,13 Rp 3.743,15 Rp 3.902,44 Rp 4.061,72 Rp 859.621,00 Rp 859.780,29 Rp 859.939,57 16 X21124601 Rp 1.716.819,56 Rp 861.085,14 Rp 864.345,74 Rp 864.429,34 Rp 864.512,95 Rp 1.719.996,55 Rp 1.720.080,16 17 X21124615 Rp 855.999,63 Rp 857.423,75 Rp 857.348,80 Rp 857.423,75 Rp 857.498,71 Rp 857.573,66 Rp 857.648,61 18 X21124617 Rp 855.963,00 Rp 1.055,62 Rp 1.126,00 Rp 1.196,37 Rp 1.266,75 Rp 1.337,12 Rp 1.407,50 19 X21124626 Rp 856.059,07 Rp 1.647,66 Rp 1.730,05 Rp 1.812,43 Rp 1.894,81 Rp 1.977,20 Rp 2.059,58 20 X21124637 Rp 856.355,95 Rp 1.035,62 Rp 1.115,28 Rp 1.194,94 Rp 1.274,60 Rp 857.232,24 Rp 1.911,91 21 X22186521 Rp 857.458,17 Rp 857.645,28 Rp 857.738,84 Rp 857.832,39 Rp 857.925,94 Rp 2.619,50 Rp 3.180,82 22 Y30476901 Rp 855.405,39 Rp 21,56 Rp 26,95 Rp 32,34 Rp 37,73 Rp 43,12 Rp 48,51 23 Y30703601 Rp 855.636,86 Rp 226,99 Rp 236,86 Rp 217,12 Rp 226,99 Rp 236,86 Rp 246,72 24 Y30803301 Rp 1.710.834,43 Rp 856.640,00 Rp 1.280,00 Rp 1.320,00 Rp 1.360,00 Rp 1.400,00 Rp 1.440,00 25 Y30229202 Rp 855.460,25 Rp 63,14 Rp 60,25 Rp 63,12 Rp 66,01 Rp 74,59 Rp 77,49

25.707.455,11

Rp Rp 12.033.459,76 Rp 11.184.679,99 Rp 11.187.956,83 Rp 12.042.517,55 Rp 10.337.891,14 Rp 9.485.641,73 No Art. -No Existing System

Total

Can-Order Policy

(8)

8 Tabel 6.8 Perbandingan Holding Cost Hasil

Simulasi

Tabel 6.9 Perbandingan Shortage Cost Hasil Simulasi

Tabel 6.10 Perbandingan Total Cost Hasil Simulasi

Tabel 6.11 diatas menunjukkan nilai biaya total persediaan untuk masing-masing komponen dengan joint parameter ,

, , ,

dan yang akan

dibandingkan dengan eksisting sistem.

Skenario yang dipilih merupakan skenario yang memberikan nilai biaya total persediaan yang paling minimum terhadap masing- masing komponen.

7. Analis

7.1 Analisis Simulasi Model Can-order Hasil joint parameter yang didapatkan dengan menggunakan algoritma can-order kemudian disimulasikan dengan menggunakan spread sheet selama 48 minggu.

Simulasi bertujuan untuk mengetahui total biaya persediaan selama 48 minggu apabila joint parameter tersebut diimplementasikan pada sistem persediaan. Ada enam skenario yang dijadikan input simulasi yaitu ,

, , ,

, dan . Skenario 0 merupakan parameter hasil perhitungan

(s, c, S) (s, c, S+1) (s, c, S+2) (s, c, S+3) (s, c, S+4) (s, c, S+5)

1 X21082758A Rp 771,28 Rp 8.363,60Rp 9.304Rp 10.244Rp 11.183,61Rp 12.124Rp 13.063,61 2 X22210101 Rp 8.196,69Rp 56.303,95Rp 57.892Rp 59.480Rp 61.067,47Rp 62.655Rp 64.243,15 3 X22210155 Rp 14.060,65Rp 31.078,49Rp 32.027Rp 32.976Rp 33.924,10Rp 34.873Rp 35.821,17 4 X22210202 Rp 13.170,04Rp 14.450,46Rp 15.243Rp 16.076Rp 16.869,03Rp 15.731Rp 16.523,52 5 X22210302 Rp 71.547,54Rp 47.405,13Rp 49.213Rp 51.022Rp 52.829,84Rp 40.563Rp 48.529,17 6 Y30018301 ZRp 288,50 Rp 969,60Rp 1.004Rp 1.039Rp 1.073,72Rp 1.108Rp 1.143,14 7 Y30344901 Rp 22,22Rp 85,81Rp 88Rp 90Rp 92,00Rp 94 Rp 96,12 8 Y30459205 Rp 82,00Rp 387,53Rp 431Rp 475Rp 518,95Rp 563 Rp 606,57 9 Y30459218 Rp 3.029,69Rp 5.448,62Rp 5.762Rp 6.075Rp 6.388,87Rp 6.702Rp 7.015,70 10 X22215102 Rp 6.090,17Rp 9.676,60Rp 10.793Rp 11.910Rp 13.026,19Rp 14.143Rp 15.259,26 11 X22218304 Rp 2.963,61Rp 10.535,16Rp 11.262Rp 11.988Rp 12.714,85Rp 13.461Rp 14.187,10 12 X22218305 Rp 5.391,33Rp 18.558,63Rp 19.906Rp 21.254Rp 21.841,81Rp 20.840Rp 22.533,01 13 X22218307 Rp 2.238,79Rp 7.807,05Rp 8.553Rp 9.300Rp 10.045,84Rp 10.792Rp 11.538,37 14 X22218317 Rp 13.064,43Rp 15.127,23Rp 15.719Rp 16.311Rp 16.903,54Rp 17.496Rp 18.087,74 15 X21124410 Rp 8.213,03Rp 15.679,43Rp 16.094Rp 16.509Rp 16.923,83Rp 17.339Rp 17.753,43 16 X21124601 Rp 18.114,42Rp 29.784,29Rp 31.221Rp 31.874Rp 32.679,99Rp 33.486Rp 34.291,13 17 X21124615 Rp 2.927,88Rp 9.408,26Rp 10.072Rp 10.775Rp 11.535,86Rp 12.297Rp 13.058,36 18 X21124617 Rp 5.003,21Rp 8.155,42Rp 8.925Rp 9.640Rp 10.354,64Rp 11.069Rp 11.784,13 19 X21124626 Rp 1.630,50Rp 8.538,67Rp 9.375Rp 10.212Rp 11.048,79Rp 11.885Rp 12.722,20 20 X21124637 Rp 3.402,27Rp 9.045,05Rp 9.854Rp 10.663Rp 11.472,27Rp 12.281Rp 13.090,42 21 X22186521 Rp 4.287,86Rp 14.422,82Rp 15.300Rp 16.201Rp 17.127,09Rp 18.053Rp 19.003,03 22 Y30476901 Rp 136,17 Rp 321,46Rp 368Rp 414Rp 460,44Rp 507 Rp 553,08 23 Y30703601 Rp 51,40Rp 1.647,40Rp 1.681Rp 1.714Rp 1.747,63Rp 1.781Rp 1.814,46 24 Y30803301 Rp 895,83 Rp 4.114,58Rp 3.938Rp 4.281Rp 1.141,10Rp 5.073Rp 5.312,50 25 Y30229202 Rp 109,08 Rp 286,90Rp 293Rp 318Rp 342,19Rp 339 Rp 363,85

185.688,59

Rp Rp 327.602,18 Rp 344.319,33 Rp 360.841,26Rp 373.313,66 Rp 375.254,03 Rp 398.394,21 No Art. -No Existing System

Total

Can-Order Policy

(s, c, S) (s, c, S+1) (s, c, S+2) (s, c, S+3) (s, c, S+4) (s, c, S+5) 1 X21082758ARp 2.776,62Rp 2.776,62Rp 2.776,62Rp 2.776,62 Rp 2.776,62Rp 2.776,62Rp 2.776,62 2 X22210101 Rp 75.804,34Rp 59.325,14Rp 57.677,22Rp 56.029,30Rp 54.381,38Rp 52.733,46Rp 51.085,54 3 X22210155 Rp 46.065,36Rp 25.710,90Rp 24.639,61Rp 23.568,32Rp 22.497,04Rp 21.425,75Rp 20.354,46 4 X22210202 Rp 6.243,57Rp 3.121,79Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 5 X22210302 Rp 33.779,82 Rp 153.885,85Rp 33.779,82Rp 33.779,82Rp 33.779,82Rp 33.779,82Rp 33.779,82 6 Y30018301 ZRp 1.207,78Rp 333,18Rp 291,53Rp 249,88 Rp 208,24Rp 166,59Rp 124,94 7 Y30344901 Rp 140,17 Rp 65,01Rp 62,98Rp 60,94Rp 58,91Rp 56,88 Rp 54,85 8 Y30459205 Rp 86,27Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 9 Y30459218 Rp 6.480,48Rp 6.480,48Rp 6.480,48Rp 6.480,48 Rp 6.480,48Rp 6.480,48Rp 6.480,48 10 X22215102 Rp 2.598,47Rp 2.598,47Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 11 X22218304 Rp 734,21Rp 2.202,63Rp 1.468,42Rp 734,21 Rp - Rp - Rp - 12 X22218305 Rp 6.635,49Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 1.327,10Rp - 13 X22218307 Rp 1.469,56Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 14 X22218317 Rp 8.067,86Rp 5.867,53Rp 5.134,09Rp 4.400,65 Rp 3.667,21Rp 2.933,77Rp 2.200,32 15 X21124410 Rp 31.060,20Rp 16.724,73Rp 15.928,31Rp 15.131,89Rp 14.335,48Rp 13.539,06Rp 12.742,65 16 X21124601 Rp 20.065,21Rp 23.409,41Rp 30.097,81Rp 28.425,71Rp 26.753,61Rp 25.081,51Rp 23.409,41 17 X21124615 Rp 8.994,46Rp 1.499,08Rp 749,54Rp - Rp - Rp - Rp - 18 X21124617 Rp 2.111,25Rp 2.111,25Rp 2.111,25Rp - Rp - Rp - Rp - 19 X21124626 Rp 6.590,66Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 20 X21124637 Rp 5.576,40Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 21 X22186521 Rp 14.968,54Rp 2.806,60Rp 3.742,14Rp 1.871,07 Rp 935,53Rp - Rp - 22 Y30476901 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 23 Y30703601 Rp 296,07Rp 4.441,05Rp 296,07Rp 296,07 Rp 296,07Rp 296,07Rp 296,07 24 Y30803301 Rp 5.600,00Rp 1.600,00Rp 1.600,00Rp 1.600,00 Rp 1.600,00Rp 1.600,00Rp 1.600,00 25 Y30229202 Rp 200,83Rp 143,45Rp 143,45Rp 143,45 Rp 143,45Rp 143,45Rp 143,45

287.553,61

Rp Rp 315.103,16 Rp 186.979,33 Rp 175.548,43 Rp 167.913,84 Rp 162.340,56 Rp 155.048,61 Total

Existing System Art. -No

No Can-Order Policy

(s, c, S) (s, c, S+1) (s, c, S+2) (s, c, S+3) (s, c, S+4) (s, c, S+5)

1 X21082758ARp 1.719.865,47Rp 1.723.143,43Rp 1.724.175,98Rp 869.808,54Rp 870.841,09Rp 871.873,65Rp 872.906,20Rp 869.808,54 2 X22210101 Rp 971.623,03Rp 981.740,57Rp 981.845,28Rp 981.950,00Rp 982.054,71Rp 982.159,42Rp 982.264,13Rp 981.740,57 3 X22210155 Rp 917.668,58Rp 917.438,70Rp 917.423,08Rp 917.407,45Rp 917.391,83Rp 917.376,21Rp 917.360,59Rp 917.360,59 4 X22210202 Rp 872.627,55Rp 18.664,87Rp 16.803,99Rp 18.105,55Rp 18.586,01Rp 17.525,91Rp 18.396,59Rp 16.803,99 5 X22210302 Rp 1.796.352,09Rp 1.920.723,60Rp 1.802.613,48Rp 1.804.609,38Rp 1.806.605,28Rp 941.753,58Rp 950.657,92Rp 941.753,58 6Y30018301 ZRp 856.908,77Rp 856.906,86Rp 856.937,40Rp 856.934,62Rp 856.911,02Rp 856.912,41Rp 856.913,80Rp 856.906,86 7 Y30344901 Rp 1.710.965,64Rp 855.576,41Rp 855.576,65Rp 855.576,88Rp 855.577,12Rp 855.577,35Rp 855.577,59Rp 855.576,41 8 Y30459205 Rp 855.580,08Rp 439,29Rp 487,41Rp 535,53Rp 583,65Rp 614,52Rp 662,64Rp 439,29 9 Y30459218 Rp 8.128,89Rp 13.256,06Rp 13.600,33Rp 869.344,61Rp 868.467,77Rp 870.033,16Rp 870.377,44Rp 13.256,06 10X22215102 Rp 864.868,18Rp 869.104,23Rp 867.752,22Rp 868.998,67Rp 14.845,12Rp 16.091,58Rp 17.338,03Rp 14.845,12 11X22218304 Rp 867.625,38Rp 869.826,48Rp 870.479,62Rp 870.545,40Rp 15.211,17Rp 16.030,27Rp 16.903,68Rp 15.211,17 12X22218305 Rp 1.734.020,06Rp 22.805,34Rp 24.285,89Rp 26.828,11Rp 881.886,66Rp 26.944,23Rp 27.443,27Rp 22.805,34 13X22218307 Rp 862.072,74Rp 9.203,14Rp 10.022,88Rp 10.842,62Rp 867.062,36Rp 12.482,10Rp 13.301,84Rp 9.203,14 14X22218317 Rp 877.852,48Rp 22.608,33Rp 23.273,78Rp 23.205,78Rp 23.137,79Rp 23.069,79Rp 23.001,80Rp 22.608,33 15X21124410 Rp 895.310,37Rp 36.147,31Rp 35.924,97Rp 35.702,64Rp 890.880,31Rp 890.657,98Rp 890.435,64Rp 35.702,64 16X21124601 Rp 1.755.434,64Rp 914.278,85Rp 925.664,81Rp 924.729,48Rp 923.946,55Rp 1.778.563,62Rp 1.777.780,70Rp 914.278,85 17X21124615 Rp 867.921,97Rp 868.331,09Rp 868.170,26Rp 868.198,36Rp 869.034,57Rp 869.870,77Rp 870.706,97Rp 868.170,26 18X21124617 Rp 863.077,46Rp 11.322,29Rp 12.162,39Rp 10.836,26Rp 11.621,38Rp 12.406,50Rp 13.191,62Rp 10.836,26 19X21124626 Rp 864.280,22Rp 10.186,34Rp 11.105,43Rp 12.024,51Rp 12.943,60Rp 13.862,69Rp 14.781,78Rp 10.186,34 20X21124637 Rp 865.334,62Rp 10.080,66Rp 10.969,40Rp 11.858,14Rp 12.746,88Rp 869.513,59Rp 15.002,33Rp 10.080,66 21X22186521 Rp 876.714,58Rp 874.874,70Rp 876.780,85Rp 875.904,76Rp 875.988,57Rp 20.672,38Rp 22.183,85Rp 20.672,38 22Y30476901 Rp 855.541,56Rp 343,02Rp 394,74Rp 446,45Rp 498,17Rp 549,88Rp 601,60Rp 343,02 23Y30703601 Rp 857.012,35Rp 6.315,44Rp 2.213,74Rp 2.227,41Rp 2.270,69Rp 2.313,97Rp 2.357,25Rp 2.213,74 24Y30803301 Rp 1.717.309,43Rp 862.354,58Rp 6.817,50Rp 7.201,25Rp 4.101,10Rp 8.072,92Rp 8.352,50Rp 4.101,10 25Y30229202 Rp 855.764,93Rp 493,49Rp 496,58Rp 524,10Rp 551,65Rp 557,24Rp 584,79Rp 493,49

26.189.861,05

Rp Rp 12.676.165,10Rp 11.715.978,65Rp 11.724.346,52Rp 12.583.745,05Rp 10.875.485,72Rp 10.039.084,56Rp 7.415.397,74 Min No Art. -No Existing System

Total

Can-Order Policy

(9)

9 dengan menggunakan algoritma can-order.

Sedangkan skenario 1,2,3,4, dan 5 yaitu mengubah nilai (max-order)-nya. Penentuan skenario tidak dilakukan dengan mengubah nilai s (must-order) dari model kebijakan can- order karena komponen-komponen yang diteliti termasuk dalam kelompok slow moving item .

Dari hasil simulasi skenario 0 , replenishment dilakukan sebanyak 14 kali pemesanan dalam periode 48 minggu.

Skenario pertama replenishment dilakukan sebanyak 13 kali pemesanan dalam periode 48 minggu. Skenario kedua

replenishment dilakukan sebanyak 13 kali pemesanan dalam periode 48 minggu . Skenario ketiga replenishment dilakukan sebanyak 14 kali pemesanan dalam periode 48 minggu. Skenario keempat replenishment dilakukan sebanyak 12 kali pemesanan dalam periode 48 minggu Sedangakan skenario kelima

replenishment dilakukan sebanyak 11 kali pemesanan dalam periode 48 minggu. Hal ini dikarenakan skenario kelima lebih banyak dapat meng-cover demand sebab di awal periode hampir semua komponen dilakukan pemesanan baik itu di skenario 0, 1, 2, 3, 4, maupun 5. Serta shortage yang ditimbulkan juga lebih sedikit daripada skenario yang lainnya namun persediaan yang disimpan juga lebih banyak. sehingga biaya order untuk skenario kelima akan minimal sebab biaya major yang dikeluarkan lebih sedikit dari skenario yang lainnya.

Gambar 7.1 Perbandingan biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya shortage, dan biaya total

Biaya penyimpanan eksisting sistem lebih kecil dibandingkan dengan model kebijakan can-order , hal ini disebabkan karena inventory on hand pada eksisting sistem lebih sedikit.

Sehingga hal ini berpengaruh pada inventory turnover rate , pada kondisi eksisting inventory turnover rate dari masing-masing komponen circuit breaker berfluktuatif dimana untuk komponen yang diteliti memiliki nilai inventory turnover rate yang tinggi. Namun untuk model kebijakan can-order, inventory on hand yang dimiliki lebih banyak, sehingga hal ini berakibat inventory turnover rate yang lebih rendah.

7.2 Analisis Perbandingan Simulasi Model Can-order dan Existing System

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara model can-order dengan existing system untuk mengetahui apakah model can-order dapat memberikan perbaikan terhadap existing system. Di PT. E-T-A Indonesia menggunakan metode min-max dalam pengendalian persediaannya. Metode ini digunakan untuk individual komponen, jika ada beberapa komponen yang pada periode tertentu telah mencapai titik minimumnya maka komponen-komponen tersebut dipesan secara bersamaan. Hal ini dilakukan sebab 98% komponennya di supply dari headquarter nya yang berada di Jerman.

Komponen biaya yang digunakan perbandingan juga sama yaitu adanya ordering cost yang terdiri dari major cost dan minor cost , lalu komponen biaya holding cost, serta shortage cost . Dari segi biaya pemesanan, eksisting sistem jauh lebih besar biayanya yaitu sebesar Rp. 25.707.455,11 daripada menggunakan kebijakan can-order yang biayanya Rp 12.033.459,76, Rp 11.186.679,99, Rp 11.187.956,83, Rp 12.042.517,55, Rp 10.337.891,14, Rp 9.485.641,73 untuk skenario ,

, , ,

, . Hal ini dikarenakan besarnya major cost untuk eksisting sistem.

Setiap komponen mempunyai parameter min- max yang berbeda-beda dan pada periode tertentu apabila suatu komponen telah mencapai titik minimumnya, komponen yang lain jarang sekali yang mencapai titik minimum juga sehingga replenishment untuk eksisting sistem juga semakin sering dilakukan. Sedangkan pada skenario model kebijakan can-order lebih rendah biaya

Rp- Rp5.000.000,00 Rp10.000.000,00 Rp15.000.000,00 Rp20.000.000,00 Rp25.000.000,00 Rp30.000.000,00

1 2 3 4 5 6 7

Biaya Pemesanan Rp25.707.455,1 Rp12.033.459,7 Rp11.184.679,9 Rp11.187.956,8 Rp12.042.517,5 Rp10.337.891,1 Rp9.485.641,73 Biaya Penyimpanan Rp187.554,19 Rp329.467,77 Rp346.184,92 Rp362.706,86 Rp375.179,25 Rp377.119,62 Rp400.259,81 Biaya Shortage Rp287.553,61 Rp315.103,16 Rp186.979,33 Rp175.548,43 Rp167.913,84 Rp162.340,56 Rp155.048,61 Biaya Total Rp26.191.726,6 Rp12.678.030,6 Rp11.717.844,2 Rp11.726.212,1 Rp12.585.610,6 Rp10.877.351,3 Rp10.040.950,1

Biaya

1=Eksisting sistem, 2=Skenario (s,c,S), 3=Skenario (s,c,S+1), 4=Skenario (s,c,S+2), 5=Skenario (s,c,S+3), 6=Skenario (s,c,S+4), 7=Skenario (s,c,S+5)

Perbandingan Biaya Pemesanan, Biaya Penyimpanan, Biaya Shortage, dan Biaya Total

Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Shortage Biaya Total

(10)

10 pemesanannya dikarenakan adanya joint

replenishment untuk beberapa komponen sehingga akan meminimumkan biaya order major.

Biaya holding yang ditimbulkan dari eksisting sistem relatif lebih rendah dari kebijakan can order yaitu Rp. 187.554,19, sedangkan untuk kebijakan can order skenario

, , ,

, , yaitu sebesar Rp.

329.467,77, Rp. 346.184,92, Rp. 362.706,86, Rp. 375.179,25, Rp. 377.119,62, Rp.

400.259,81. Hal ini disebabkan karena pada model kebijakan can-order suatu komponen yang seharusnya belum mencapai titik must order nya harus ikut dipesan apabila ada komponen lain yang mencapai titik must order nya namun komponen tersebut harus di titik can order atau dibawahnya yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Untuk setiap skenario model kebijakan can-order nilainya semakin besar karena inventory on hand yang dimiliki juga semakin besar sebab masing- masing skenario mempunyai titik max-order yang semakin besar pula.

Selanjutnya untuk biaya shortage, dengan melakukan kebijakan joint replenishment (can-order) maka shortage dapat dikurangi.

Besarnya biaya shortage untuk eksisting sistem yaitu Rp. 287.553,61, sedangkan untuk kebijakan can-order biayanya Rp. 315.103,16, Rp. 186.979,33, Rp. 175.548,43, Rp.

167.913,84, Rp. 162.340,56, Rp. 155.048,61

untuk skenario ,

, , , ,

. Shortage dapat dikurangi pada kebijakan can order karena semakin besar titik (max-order) maka semakin responsif juga karena dapat lebih besar mengcover pemenuhan demand. Kondisi tersebut membuktikan bahwa kebijakan can-order dapat meng-improve service level dari pemenuhan komponen untuk produksi.

Secara keseluruhan besarnya biaya total inventori untuk sistem eksisting perusahaan selama 48 minggu adalah Rp. 26.191.726,64, sedangakan untuk kebijakan can order sebesar Rp. 7.417.263,33, besarnya saving yang dihasilkan yaitu Rp. 18.776.463,31 atau sebesar 71,68%. Saving sebesar tersebut dikarenakan adanya perbedaan biaya order yang besar antara eksisting sistem dengan kebijakan can-order yang diusulkan.

8. Penutup 8.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Frekuensi pemesanan dari hasil simulasi model kebijakan can-order adalah berkisar antara 11 hingga 14 kali pemesanan dalam periode 48 minngu.

2. Model kebijakan can-order lebih efisien untuk mengendalikan persediaan komponen circuit breaker dengan saving sebesar 71,68% dari total biaya persediaan.

3. Service level komponen circuit breaker yang menggunakan model kebijakan can-order lebih tinggi dari eksisting sistem. Hal ini dibuktikan dengan perbandingan komponen biaya persediaan. Biaya holding meningkat 80,87% dari eksisting sistem dan biaya shortage menurun 40,77% dari eksisting sistem. Namun dari sisi inventory turnover rate (ITR) lebih rendah dari eksisting sistem.

8.2 Saran

Saran yang dapat diajukan dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah perancangan decision support system (DSS) untuk pengendalian persediaan akan lebih memudahkan dalam melakukan pengerjaan menggunakan metode can-order. Sedangkan saran yang diberikan kepada perusahaan adalah metode kebijakan can-order baik untuk digunakan dalam pengendalian sistem persediaan yang ada di PT. E-T-A Indonesia, hal ini cukup beralasan dikarenakan metode ini mampu mengahasilkan penghematan biaya persediaan yang cukup besar.

9. Daftar Pustaka

Balintfy, JL 1964, ‘On a basic class of multi- item inventory problem’, Management Science , vol. 10, no. 2, pp.287-297

Guntoro, H 2009, Circuit breaker-sakelar pemutus tenaga/PMT-Bagian I , Diakses pada tanggal 19 Maret 2011, <http://dunia- listrik.blogspot.com/2008/10/circuit- breaker-sakelar-pemutus.html>.

Johansen, SG, and Melchiors, P 2003, ‘Can- order policy for the periodic-review joint replenishment problem’, Journal of the Operational Research Society, vol. 54, pp.

283-290

(11)

11 Melchiors, P 2002, Calculating can-order

policies for the joint replenishment problem by the compensation approach’, European Journal of Operational Research , vol. 141, pp. 587-595

Muga, EC 2002, ‘Koordinasi Pemesanan pada Persediaan Spare part dengan Menggunakan Can-ordering Policy (Studi Kasus di PT. United Tractor Tbk. Cabang Surabaya)’, Laporan Penelitian Tugas Akhir , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Putra, IA 2011, ‘Pengendalian Spare part dengan Menggunakan Can-order Policy Studi Kasus : PT. PJB Unit Pembangkit Gresik’, Laporan Penelitian Tugas Akhir , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Silver, EA 1974, ‘A control systems for coordinated inventory replenishment, International Journal of Production, vol.

12, no. 6, pp. 647-671.

Silver, EA dan Peterson, R 1998, Decision Systems for Inventory Management and Production Planning, Edisi Kedua, John Wiley & Sons, Inc, New York.

Smith, SB 1989, Computer-Based Production and Inventory Control , Prentice Hall, New Jearsey.

Tersine, RJ 1994, Principles of Inventory and Materials Management , Edisi Keempat, Prentice Hall, Inc. USA.

Tsai, CY, Tsai CY, and Huang PW 2009, ‘An

association clustering algorithm for can-

order policies in the joint replenishment

problem, International Journal Production

Economics , vol. 117, pp. 30-41.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan pengendalian persediaan (R,S) system yang digunakan oleh PTSI sudah sesuai dengan kebutuhan pemenuhan

Komponen circuit breaker yang dapat dilakukan pemesanan dengan menggunakan metode can-order adalah komponen yang dipesan pada supplier yang sama. Model kebijakan can-order

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan dampaknya terhadap

〔商法二五三〕 主債務者に対する手形金請求権の時効消滅と割引依 頼人に対する手形買戻請求権 大阪高裁昭和五四年九月五日判決

segitiga adalah bangun datar yang mempunyai 3 buah sisi.. lingkaran dapat dibuat

c) Tim survey tersebut kemudian melakukan survey harga berdasarkan komponen kebutuhan hidup buruh atau pekerja lajang sebagaimana tercantum dalam

1) Kunjungan lapangan dilakukan di Provinsi dan atau Kabupaten/kota dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait rencana aksi pangan dan gizi. 2) Substansi kunjungan

No Langkah-langkah Upaya yang Dilakukan Peran Masalah Solusi Pusat Prov Kab6. 1 Melakukan pemetaan data pasien TB dan TB