• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016

MZI

Fakultas Informatika Telkom University

FIF Tel-U

November 2015

(2)

Acknowledgements

Slide ini disusun berdasarkan materi yang terdapat pada sumber-sumber berikut:

1 Aplikasi Matriks dan Ruang Vektor, Edisi 1 2014,olehAdiwijaya.

2 Elementary Linear Algebra, 10th Edition, 2010,olehH. Anton dan C. Rorres.

3 Slide kuliah Aljabar Linier di Telkom UniversityolehJondri.

4 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UIolehKasiyah M. Junus dan Siti Aminah.

5 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UIolehL. Y. Stefanus.

Beberapa gambar dapat diambil dari sumber-sumber di atas. Slide ini ditujukan untuk keperluan akademis di lingkungan FIF Telkom University. Jika Anda memiliki saran/ pendapat/ pertanyaan terkait materi dalam slide ini, silakan kirim email ke<pleasedontspam>@telkomuniversity.ac.id.

(3)

Bahasan

1 Motivasi

2 De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

3 Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

4 Rank dan Nulitas

5 Beberapa Teorema Penting

(4)

Bahasan

1 Motivasi

2 De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

3 Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

4 Rank dan Nulitas

5 Beberapa Teorema Penting

(5)

Ruang Vektor Euclid dan Matriks

Pada bagian ini kita akan mengkaji tiga ruang vektor penting yang berkaitan dengan matriks.

Salah satu tujuannya adalah untuk memberi suatu pemahaman lebih mendalam mengenai keterkaitan antara penyelesaian suatu SPL dengan sifat-sifat matriks koe…siennya.

Tujuan lain adalah memberi suatu keterkaitan antara ruang vektor Euclid dan sebuah matriks.

(6)

Ruang Vektor Euclid dan Matriks

Pada bagian ini kita akan mengkaji tiga ruang vektor penting yang berkaitan dengan matriks.

Salah satu tujuannya adalah untuk memberi suatu pemahaman lebih mendalam mengenai keterkaitan antara penyelesaian suatu SPL dengan sifat-sifat matriks koe…siennya.

Tujuan lain adalah memberi suatu keterkaitan antara ruang vektor Euclid dan sebuah matriks.

(7)

Ruang Vektor Euclid dan Matriks

Pada bagian ini kita akan mengkaji tiga ruang vektor penting yang berkaitan dengan matriks.

Salah satu tujuannya adalah untuk memberi suatu pemahaman lebih mendalam mengenai keterkaitan antara penyelesaian suatu SPL dengan sifat-sifat matriks koe…siennya.

Tujuan lain adalah memberi suatu keterkaitan antara ruang vektor Euclid dan sebuah matriks.

(8)

Bahasan

1 Motivasi

2 De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

3 Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

4 Rank dan Nulitas

5 Beberapa Teorema Penting

(9)

De…nisi Vektor-vektor Baris dan Kolom Suatu Matriks

De…nisi (Vektor-vektor baris dan kolom)

Misalkan A adalah suatu matriks m n,

A= 2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77 75,

vektor-vektor

r1= a11 a12 a1n , r2= a21 a22 a2n ,

...

rm= am1 am2 amn .

dalam Rn yang dibentuk dari baris-baris A disebut sebagaivektor-vektor baris dari A.

(10)

Kemudian vektor-vektor

c1= 2 66 64

a11

a21

... am1

3 77 75, c2=

2 66 64

a12

a22

... am2

3 77

75, : : : , cn= 2 66 64

a1n

a21

... amn

3 77 75

dalam Rmyang dibentuk dari kolom-kolom A disebut sebagaivektor-vektor kolom dari A.

(11)

Contoh

Misalkan M = 2

4 1 2 3 4

1 0 1 0

2 2 4 5

3

5, vektor-vektor baris dari M adalah:

~r1=

1 2 3 4 =

2 66 4

1 2 3 4

3 77

5 = (1; 2; 3; 4),

~

r2= 1 0 1 0 =

2 66 4

1 0 1 0

3 77

5 = ( 1; 0; 1; 0),

~

r3= 2 2 4 5 = 2 66 4

2 2 4 5

3 77

5 = (2; 2; 4; 5).

(12)

Contoh

Misalkan M = 2

4 1 2 3 4

1 0 1 0

2 2 4 5

3

5, vektor-vektor baris dari M adalah:

~r1= 1 2 3 4 = 2 66 4

1 2 3 4

3 77

5 = (1; 2; 3; 4),

~r2=

1 0 1 0 =

2 66 4

1 0 1 0

3 77

5 = ( 1; 0; 1; 0),

~

r3= 2 2 4 5 = 2 66 4

2 2 4 5

3 77

5 = (2; 2; 4; 5).

(13)

Contoh

Misalkan M = 2

4 1 2 3 4

1 0 1 0

2 2 4 5

3

5, vektor-vektor baris dari M adalah:

~r1= 1 2 3 4 = 2 66 4

1 2 3 4

3 77

5 = (1; 2; 3; 4),

~r2= 1 0 1 0 = 2 66 4

1 0 1 0

3 77

5 = ( 1; 0; 1; 0),

~r3=

2 2 4 5 =

2 66 4

2 2 4 5

3 77

5 = (2; 2; 4; 5).

(14)

Contoh

Misalkan M = 2

4 1 2 3 4

1 0 1 0

2 2 4 5

3

5, vektor-vektor baris dari M adalah:

~r1= 1 2 3 4 = 2 66 4

1 2 3 4

3 77

5 = (1; 2; 3; 4),

~r2= 1 0 1 0 = 2 66 4

1 0 1 0

3 77

5 = ( 1; 0; 1; 0),

~r3= 2 2 4 5 = 2 66 4

2 2 4

3 77

5 = (2; 2; 4; 5).

(15)

Kemudian vektor-vektor kolom dari M adalah

~c1=

2

4 1

1 2

3

5 = 1 1 2 = (1; 1; 2),

~c2= 2 4 2

0 2

3

5 = 2 0 2 = (2; 0; 2),

~c3= 2

4 3

1 4

3

5 = 3 1 4 = (3; 1; 4),

~c4= 2 4 4

0 5

3

5 = 4 0 5 = (4; 0; 5).

(16)

Kemudian vektor-vektor kolom dari M adalah

~c1= 2

4 1

1 2

3

5 = 1 1 2 = (1; 1; 2),

~c2=

2 4 2

0 2

3

5 = 2 0 2 = (2; 0; 2),

~c3= 2

4 3

1 4

3

5 = 3 1 4 = (3; 1; 4),

~c4= 2 4 4

0 5

3

5 = 4 0 5 = (4; 0; 5).

(17)

Kemudian vektor-vektor kolom dari M adalah

~c1= 2

4 1

1 2

3

5 = 1 1 2 = (1; 1; 2),

~c2= 2 4 2

0 2

3

5 = 2 0 2 = (2; 0; 2),

~c3=

2

4 3

1 4

3

5 = 3 1 4 = (3; 1; 4),

~c4= 2 4 4

0 5

3

5 = 4 0 5 = (4; 0; 5).

(18)

Kemudian vektor-vektor kolom dari M adalah

~c1= 2

4 1

1 2

3

5 = 1 1 2 = (1; 1; 2),

~c2= 2 4 2

0 2

3

5 = 2 0 2 = (2; 0; 2),

~c3= 2

4 3

1 4

3

5 = 3 1 4 = (3; 1; 4),

~c4=

2 4 4

0 5

3

5 = 4 0 5 = (4; 0; 5).

(19)

Kemudian vektor-vektor kolom dari M adalah

~c1= 2

4 1

1 2

3

5 = 1 1 2 = (1; 1; 2),

~c2= 2 4 2

0 2

3

5 = 2 0 2 = (2; 0; 2),

~c3= 2

4 3

1 4

3

5 = 3 1 4 = (3; 1; 4),

~c4= 2 4 4

0 5

3

5 = 4 0 5 = (4; 0; 5).

(20)

De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

De…nisi

Misalkan A adalah suatu matriks m n, maka

1 Subruang dari Rn yang direntang/dibangun oleh vektor-vektor baris A dikatakan sebagairuang baris dari A, dinotasikan denganrow (A).

2 Subruang dari Rm yang direntang/dibangun oleh vektor-vektor kolom A dikatakan sebagairuang kolom dari A, dinotasikan dengancol (A).

3 Subruang dari dari Rn yang merupakan ruangpenyelesaian dari SPL homogen Ax= 0dikatakan sebagai ruang null dari A, dinotasikan dengannull (A).

Ruang penyelesaian kadang-kadang juga disebut sebagai ruang solusi.

Catatan

Ruang kolom dari A juga dikatakan sebagaipeta (image)dari A. Kita memiliki Im (A) = Peta (A) = col (A) = fy 2 Rmj y = Ax untuk suatu x 2 Rng .

(21)

Teorema

SPL Ax = b konsisten jika dan hanya jika b berada pada ruang kolom dari A.

Misalkan Ax = b adalah suatu SPL dengan A berupa matriks m n. Teorema di atas menyatakan bahwa SPL Ax = b konsisten jika dan hanya jika

b= 1c1+ 2c2+ + ncn, untuk suatu 1; 2; : : : ; n 2 R, dengan ci (1 i n) adalah vektor-vektor kolom dari A.

(22)

Bukti

Tulis A = 2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77

75. Akibatnya kita memiliki

Ax =

2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77 75 2 66 64

x1

xn

... xn

3 77 75

= 2 66 64

a11x1 a12x2 a1nxn

a21x1 a22x2 a2nxn

... ... . .. ... am1x1 am2x2 amnxn

3 77 75

= x1 2 66 64

a11 a21 ... am1

3 77 75+ x2

2 66 64

a12 a22 ... am2

3 77

75+ + xn 2 66 64

a1n a2n ... amn

3 77 75

(23)

Bukti

Tulis A = 2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77

75. Akibatnya kita memiliki

Ax =

2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77 75 2 66 64

x1

xn

... xn

3 77 75

= 2 66 64

a11x1 a12x2 a1nxn

a21x1 a22x2 a2nxn

... ... . .. ... am1x1 am2x2 amnxn

3 77 75

=

x1 2 66 64

a11 a21 ... am1

3 77 75+ x2

2 66 64

a12 a22 ... am2

3 77

75+ + xn 2 66 64

a1n a2n ... amn

3 77 75

(24)

Bukti

Tulis A = 2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77

75. Akibatnya kita memiliki

Ax =

2 66 64

a11 a12 a1n

a21 a22 a2n

... ... . .. ... am1 am2 amn

3 77 75 2 66 64

x1

xn

... xn

3 77 75

= 2 66 64

a11x1 a12x2 a1nxn

a21x1 a22x2 a2nxn

... ... . .. ... am1x1 am2x2 amnxn

3 77 75

2 a11 3 2

a12 3 2

a1n 3

(25)

= x1c1+ x2c2+ + xncn

Jadi SPL Ax = b konsisten jika dan hanya jika terdapat x1; x2; : : : ; xn sehingga b= x1c1+ x2c2+ + xncn.

(26)

Latihan 0

Latihan

Misalkan Ax = b adalah SPL 2

4 1 3 2

1 2 3

2 1 2

3 5 2 4 x1

x2

x3

3 5 =

2

4 1

9 3

3 5 .

Periksa apakah b = (1; 9; 3) berada pada ruang kolom A. Jika ya nyatakan b sebagai kombinasi linier vektor-vektor kolom dari A.

(27)

Solusi: Melalui OBE kita dapat memperoleh

x1= 2, x2= 1, x3= 3.

Lebih jauh, perhatikan bahwa

Ax= 2

4 x1+ 3x2+ 2x3 x1+ 2x2 3x3 2x1+ x2 2x3

3 5 = x1

2

4 1

1 2

3 5 + x2

2 4 3

2 1

3 5 + x3

2

4 2

3 2

3 5 ,

dengan mensubstitusikan x1= 2, x2= 1, x3= 3, kita memiliki 2

4 1

9 3

3 5 = 2

2

4 1

1 2

3

5 1

2 4 3

2 1

3 5 + 3

2

4 2

3 2

3 5

(28)

Solusi: Melalui OBE kita dapat memperoleh

x1= 2, x2= 1, x3= 3.

Lebih jauh, perhatikan bahwa

Ax= 2

4 x1+ 3x2+ 2x3 x1+ 2x2 3x3 2x1+ x2 2x3

3 5 = x1

2

4 1

1 2

3 5 + x2

2 4 3

2 1

3 5 + x3

2

4 2

3 2

3 5 ,

dengan mensubstitusikan x1= 2, x2= 1, x3= 3, kita memiliki 2

4 1

9 3

3 5 = 2

2

4 1

1 2

3

5 1

2 4 3

2 1

3 5 + 3

2

4 2

3 2

3 5

(29)

Bahasan

1 Motivasi

2 De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

3 Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

4 Rank dan Nulitas

5 Beberapa Teorema Penting

(30)

Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

Basis untuk ruang baris dan ruang null dapat diperoleh dengan meninjau teorema berikut.

Teorema

OBE tidak mengubah ruang baris dan ruang null dari suatu matriks.

(31)

Basis untuk ruang kolom dapat diperoleh dengan meninjau dua teorema berikut.

Teorema

Misalkan A dan B adalah dua matriks yang ekivalen baris (artinya A dapat diperoleh melalui OBE dari B, dan sebaliknya).

1 Suatu himpunanvektor kolom dari A bebas linier jika dan hanya jika himpunanvektor kolom yang berpadanan dari B bebas linier.

2 Suatu himpunanvektor kolom dari A membentuk basis untuk ruang kolom Ajika dan hanya jika himpunanvektor kolom yang berpadanan dari B membentuk basis untuk ruang kolom B.

Teorema

Jika A adalah suatu matriks yang berada dalam bentuk eselon baris, maka

1 vektor-vektor baris dengan 1 utama(vektor-vektor baris tak nol) membentuk basis untuk ruang baris A;

2 vektor-vektor kolom dengan 1 utama dari vektor-vektor barismembentuk basis untuk ruang kolom A.

(32)

Contoh

Misalkan M = 2 66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77

5. Matriks M berada pada bentuk eselon baris.

Basis bagi row (M) adalah

f(1; 0; 1; 0) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 0; 1)g. Kemudian basis bagi col (M) diperoleh dari vektor kolom pada M yang bersesuaian dengan 1 utama pada M, yaitu 2

66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77 5 .

Jadi basis bagicol (M) adalah f(1; 0; 0; 0) ; (0; 1; 0; 0) ; (0; 0; 1; 0)g.

(33)

Contoh

Misalkan M = 2 66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77

5. Matriks M berada pada bentuk eselon baris.

Basis bagi row (M) adalah f(1; 0; 1; 0) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 0; 1)g. Kemudian basis bagi col (M) diperoleh dari vektor kolom pada M yang bersesuaian dengan 1 utama pada M, yaitu

2 66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77 5 .

Jadi basis bagicol (M) adalah f(1; 0; 0; 0) ; (0; 1; 0; 0) ; (0; 0; 1; 0)g.

(34)

Contoh

Misalkan M = 2 66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77

5. Matriks M berada pada bentuk eselon baris.

Basis bagi row (M) adalah f(1; 0; 1; 0) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 0; 1)g. Kemudian basis bagi col (M) diperoleh dari vektor kolom pada M yang bersesuaian dengan 1 utama pada M, yaitu 2

66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77 5 .

Jadi basis bagicol (M) adalah

f(1; 0; 0; 0) ; (0; 1; 0; 0) ; (0; 0; 1; 0)g.

(35)

Contoh

Misalkan M = 2 66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77

5. Matriks M berada pada bentuk eselon baris.

Basis bagi row (M) adalah f(1; 0; 1; 0) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 0; 1)g. Kemudian basis bagi col (M) diperoleh dari vektor kolom pada M yang bersesuaian dengan 1 utama pada M, yaitu 2

66 4

1 0 1 0

0 1 1 0

0 0 0 1

0 0 0 0

3 77 5 .

Jadi basis bagicol (M) adalah f(1; 0; 0; 0) ; (0; 1; 0; 0) ; (0; 0; 1; 0)g.

(36)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3 5.

Melalui OBE kita dapat mereduksi M menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah f(0; 1; 1)g.

(37)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 =

2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah f(0; 1; 1)g.

(38)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah

f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah f(0; 1; 1)g.

(39)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0).

Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah f(0; 1; 1)g.

(40)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah

f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah f(0; 1; 1)g.

(41)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalah

f(0; 1; 1)g.

(42)

Contoh

Misalkan M = 2

4 0 0 0

1 1 1

1 1 1

3

5. Melalui OBE kita dapat mereduksi M

menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris:

M0 = 2

4 1 1 1

0 0 0

0 0 0

3 5 .

Akibatnya basis bagi row (M0) adalah f(1; 1; 1)g. Karena OBE tidak mengubah ruang baris, maka basis bagi row (M) sama dengan basis bagi row (M0). Jadi basis bagi row (M) adalah f(1; 1; 1)g. Kemudian basis bagi col (M0) adalah f(1; 0; 0)g. Karena vektor (1; 0; 0) diperoleh dari kolom pertama, maka basis bagi col (M) adalahf(0; 1; 1)g.

(43)

Latihan 1

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 2 5 0 3

0 1 3 0 0

0 0 0 1 0

0 0 0 0 0

3 77 5 .

Solusi:

Matriks A dalam bentuk eselon baris, maka berdasarkan teorema yang telah dijelaskan kita memiliki

basis untuk row (A) adalah fr1; r2; r3g, dengan

r1= (1; 2; 5; 0; 3) , r2= (0; 1; 3; 0; 0) , r3= (0; 0; 0; 1; 0) , basis untuk col (A) adalah fc1; c2; c4g, dengan

c1= (1; 0; 0; 0) , c2= ( 2; 1; 0; 0) , c4= (0; 0; 1; 0) .

(44)

Latihan 1

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 2 5 0 3

0 1 3 0 0

0 0 0 1 0

0 0 0 0 0

3 77 5 .

Solusi:

Matriks A dalam bentuk eselon baris, maka berdasarkan teorema yang telah dijelaskan kita memiliki

basis untuk row (A) adalah fr1; r2; r3g, dengan

r1= (1; 2; 5; 0; 3) , r2= (0; 1; 3; 0; 0) , r3= (0; 0; 0; 1; 0) ,

(45)

Kemudian untuk menentukan basis bagi ker (A), kita memiliki SPL x1 2x2+ 5x3+ 0x4+ 3x5 = 0

x2+ 3x2+ 0x4+ 0x5 = 0 x4+ 0x5 = 0

Misalkan x3= s dan x5= t, kita juga memiliki x4= 0, x2= 3s, dan x1 = 2x2 5x3 3x5= 2 ( 3s) 5s 3t

= 6s 5s 3t = 11s 3t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = ( 11s 3t; 3s; s; 0; t) dengan s; t 2 R atau x= s ( 11; 3; 1; 0; 0) + t ( 3; 0; 0; 0; 1) .

Akibatnya basis bagi ker (A) adalah f( 11; 3; 1; 0; 0) ; ( 3; 0; 0; 01)g.

(46)

Kemudian untuk menentukan basis bagi ker (A), kita memiliki SPL x1 2x2+ 5x3+ 0x4+ 3x5 = 0

x2+ 3x2+ 0x4+ 0x5 = 0 x4+ 0x5 = 0

Misalkan x3= s dan x5= t, kita juga memiliki x4= 0, x2= 3s, dan x1 = 2x2 5x3 3x5= 2 ( 3s) 5s 3t

= 6s 5s 3t = 11s 3t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x =

( 11s 3t; 3s; s; 0; t) dengan s; t2 R atau x= s ( 11; 3; 1; 0; 0) + t ( 3; 0; 0; 0; 1) .

Akibatnya basis bagi ker (A) adalah f( 11; 3; 1; 0; 0) ; ( 3; 0; 0; 01)g.

(47)

Kemudian untuk menentukan basis bagi ker (A), kita memiliki SPL x1 2x2+ 5x3+ 0x4+ 3x5 = 0

x2+ 3x2+ 0x4+ 0x5 = 0 x4+ 0x5 = 0

Misalkan x3= s dan x5= t, kita juga memiliki x4= 0, x2= 3s, dan x1 = 2x2 5x3 3x5= 2 ( 3s) 5s 3t

= 6s 5s 3t = 11s 3t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = ( 11s 3t; 3s; s; 0; t) dengan s; t 2 R atau x= s ( 11; 3; 1; 0; 0) + t ( 3; 0; 0; 0; 1) .

Akibatnya basis bagi ker (A) adalah

f( 11; 3; 1; 0; 0) ; ( 3; 0; 0; 01)g.

(48)

Kemudian untuk menentukan basis bagi ker (A), kita memiliki SPL x1 2x2+ 5x3+ 0x4+ 3x5 = 0

x2+ 3x2+ 0x4+ 0x5 = 0 x4+ 0x5 = 0

Misalkan x3= s dan x5= t, kita juga memiliki x4= 0, x2= 3s, dan x1 = 2x2 5x3 3x5= 2 ( 3s) 5s 3t

= 6s 5s 3t = 11s 3t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = ( 11s 3t; 3s; s; 0; t) dengan s; t 2 R atau x= s ( 11; 3; 1; 0; 0) + t ( 3; 0; 0; 0; 1) .

Akibatnya basis bagi ker (A) adalah f( 11; 3; 1; 0; 0) ; ( 3; 0; 0; 01)g.

(49)

Latihan 2

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

2 6 9 1 8 2

2 6 9 1 9 7

1 3 4 2 5 4

3 77 5 .

Solusi:

melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks A menjadi matriks A0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

A0= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

0 0 1 3 2 6

0 0 0 0 1 5

0 0 0 0 0 0

3 77 5.

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (A) adalah fr1; r2; r3g, dengan

r1= (1; 3; 4; 2; 5; 4) , r2= (0; 0; 1; 3; 2; 6) , r3= (0; 0; 0; 0; 1; 5) .

(50)

Latihan 2

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

2 6 9 1 8 2

2 6 9 1 9 7

1 3 4 2 5 4

3 77 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks A menjadi matriks A0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

A0=

2 66 4

1 3 4 2 5 4

0 0 1 3 2 6

0 0 0 0 1 5

0 0 0 0 0 0

3 77 5.

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (A) adalah fr1; r2; r3g, dengan

r1= (1; 3; 4; 2; 5; 4) , r2= (0; 0; 1; 3; 2; 6) , r3= (0; 0; 0; 0; 1; 5) .

(51)

Latihan 2

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

2 6 9 1 8 2

2 6 9 1 9 7

1 3 4 2 5 4

3 77 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks A menjadi matriks A0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

A0= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

0 0 1 3 2 6

0 0 0 0 1 5

0 0 0 0 0 0

3 77 5.

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (A) adalah fr1; r2; r3g, dengan

r1= (1; 3; 4; 2; 5; 4) , r2= (0; 0; 1; 3; 2; 6) , r3= (0; 0; 0; 0; 1; 5) .

(52)

Latihan 2

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks A berikut.

A= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

2 6 9 1 8 2

2 6 9 1 9 7

1 3 4 2 5 4

3 77 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks A menjadi matriks A0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

A0= 2 66 4

1 3 4 2 5 4

0 0 1 3 2 6

0 0 0 0 1 5

0 0 0 0 0 0

3 77 5.

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (A) adalah

(53)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

akibatnya f(1; 2; 2; 1) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 1; 0)g adalah basis bagi col (A).

(54)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

akibatnya f(1; 2; 2; 1) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 1; 0)g adalah basis bagi col (A).

(55)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

akibatnya f(1; 2; 2; 1) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 1; 0)g adalah basis bagi col (A).

(56)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

akibatnya f(1; 2; 2; 1) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 1; 0)g adalah basis bagi col (A).

(57)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

akibatnya f(1; 2; 2; 1) ; (0; 1; 1; 0) ; (0; 0; 1; 0)g adalah basis bagi col (A).

(58)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (A0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada A0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c03; c05g, dengan

c01= (1; 0; 0; 0) , c03= (4; 1; 0; 0; ) , c05= (5; 2; 1; 0) . Dengan demikian basis untuk col (A) adalah fc1; c3; c5g, dengan

c1= (1; 2; 2; 1) , c3= (4; 9; 9; 4) , c5= (4; 2; 7; 4) .

Karena ruang yang direntang oleh vektor-vektor kolom A sama dengan ruang yang direntang oleh vektor-vektor baris AT, kita juga dapat mencari basis bagi col (A) dengan cara mencari basis bagi row AT . Salah satu bentuk EB dari AT adalah

2 66 66 66 4

1 2 2 1

0 1 1 0

0 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

3 77 77 77 5 ,

(59)

Karena ker (A) = ker (A0), untuk memperoleh basis bagi ker (A), kita dapat meninjau solusi SPL A0x= 0, yaitu

x1 3x2 +4x3 2x4 +5x5 +4x6 = 0 +x3 +3x4 2x5 6x6 = 0 +x5 +5x6 = 0

Misalkan x2= r, x4= s, dan x6= t, kita memiliki x5= 5t

x3= 3s + 2 ( 5t) + 6t = 3s 4t

x1= 3r 4 ( 3s 4t) + 2s 5 ( 5t) 4 (t) = 3r + 14s + 37t. Jadi jika x 2 ker (A), x = (3r + 14s + 37t; r; 3s 4t; s; 5t; t) dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= r (3; 1; 0; 0; 0; 0) + s (14; 0; 3; 1; 0; 0) + t (37; 0; 4; 0; 5; 1) . Akibatnya basis bagi ker (A) adalah

f(3; 1; 0; 0; 0; 0) ; (14; 0; 3; 1; 0; 0) ; (37; 0; 4; 0; 5; 1)g.

(60)

Karena ker (A) = ker (A0), untuk memperoleh basis bagi ker (A), kita dapat meninjau solusi SPL A0x= 0, yaitu

x1 3x2 +4x3 2x4 +5x5 +4x6 = 0 +x3 +3x4 2x5 6x6 = 0 +x5 +5x6 = 0 Misalkan x2= r, x4= s, dan x6= t, kita memiliki

x5= 5t

x3= 3s + 2 ( 5t) + 6t = 3s 4t

x1= 3r 4 ( 3s 4t) + 2s 5 ( 5t) 4 (t) = 3r + 14s + 37t.

Jadi jika x 2 ker (A), x = (3r + 14s + 37t; r; 3s 4t; s; 5t; t) dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= r (3; 1; 0; 0; 0; 0) + s (14; 0; 3; 1; 0; 0) + t (37; 0; 4; 0; 5; 1) . Akibatnya basis bagi ker (A) adalah

f(3; 1; 0; 0; 0; 0) ; (14; 0; 3; 1; 0; 0) ; (37; 0; 4; 0; 5; 1)g.

(61)

Karena ker (A) = ker (A0), untuk memperoleh basis bagi ker (A), kita dapat meninjau solusi SPL A0x= 0, yaitu

x1 3x2 +4x3 2x4 +5x5 +4x6 = 0 +x3 +3x4 2x5 6x6 = 0 +x5 +5x6 = 0 Misalkan x2= r, x4= s, dan x6= t, kita memiliki

x5= 5t

x3= 3s + 2 ( 5t) + 6t = 3s 4t

x1= 3r 4 ( 3s 4t) + 2s 5 ( 5t) 4 (t) = 3r + 14s + 37t.

Jadi jika x 2 ker (A), x = (3r + 14s + 37t; r; 3s 4t; s; 5t; t) dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= r (3; 1; 0; 0; 0; 0) + s (14; 0; 3; 1; 0; 0) + t (37; 0; 4; 0; 5; 1) . Akibatnya basis bagi ker (A) adalah

f(3; 1; 0; 0; 0; 0) ; (14; 0; 3; 1; 0; 0) ; (37; 0; 4; 0; 5; 1)g.

(62)

Latihan 3

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks M berikut.

M= 2

4 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 1 1

3 5 .

Solusi:

melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks M menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

M0 = 2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (M) dan row (M0) sama, yaitu adalah fr1; r2g, dengan

r1= 1 0 1 1 , r2= 0 1 1 1 .

(63)

Latihan 3

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks M berikut.

M= 2

4 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 1 1

3 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks M menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

M0 =

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (M) dan row (M0) sama, yaitu adalah fr1; r2g, dengan

r1= 1 0 1 1 , r2= 0 1 1 1 .

(64)

Latihan 3

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks M berikut.

M= 2

4 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 1 1

3 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks M menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

M0 = 2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (M) dan row (M0) sama, yaitu adalah fr ; r g, dengan

r1= 1 0 1 1 , r2= 0 1 1 1 .

(65)

Latihan 3

Latihan

Tentukan (jika mungkin) basis untuk ruang baris, ruang kolom, dan ruang null dari matriks M berikut.

M= 2

4 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 1 1

3 5 .

Solusi: melalui OBE, kita dapat mereduksi matriks M menjadi matriks M0 yang berada dalam bentuk eselon baris,

M0 = 2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5

Berdasarkan teorema yang telah diketahui, basis untuk row (M) dan row (M0) sama, yaitu adalah fr1; r2g, dengan

r1= 1 0 1 1 , r2= 0 1 1 1 .

(66)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (M0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada M0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c02g, dengan

c01= 2 4 1

0 0

3 5 , c02=

2 4 0

1 0

3 5 .

Dengan demikian basis untuk col (M) adalah fc1; c2g, dengan

c1= 2 4 1

1 1

3 5 , c2=

2 4 1

1 0

3 5

(67)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (M0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada M0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c02g, dengan

c01= 2 4 1

0 0

3 5 , c02=

2 4 0

1 0

3 5 .

Dengan demikian basis untuk col (M) adalah fc1; c2g, dengan

c1= 2 4 1

1 1

3 5 , c2=

2 4 1

1 0

3 5

(68)

Kemudian berdasarkan teorema sebelumnya, basis untuk col (M0) adalah himpunan vektor-vektor kolom pada M0 yang mengandung 1 utama. Oleh karenanya basis untuk col (A0) adalah fc01; c02g, dengan

c01= 2 4 1

0 0

3 5 , c02=

2 4 0

1 0

3 5 .

Dengan demikian basis untuk col (M) adalah fc1; c2g, dengan

c1= 2 4 1

1 1

3 5 , c2=

2 4 1

1 0

3 5

(69)

Karena ker (M) = ker (M0), untuk memperoleh basis bagi ker (M), kita dapat meninjau solusi SPL M0x= 0, yaitu

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5 2 66 4

x1

x2

x3

x4

3 77 5 =

2 4 0

0 0

3 5

x1 +x3 +x4 = 0 +x2 +x3 x4 = 0

Misalkan x3= s dan x4= t, maka x2= s + t dan x1= s t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = 2 66 4

s t s + t

s t

3 77

5 dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= s 2 66 4

1 1 1 0

3 77 5 + t

2 66 4

1 1 0 1

3 77

5. Sehingga bagi ker (A) adalah

f( 1; 1; 1; 0) ; ( 1; 1; 0; 1)g.

(70)

Karena ker (M) = ker (M0), untuk memperoleh basis bagi ker (M), kita dapat meninjau solusi SPL M0x= 0, yaitu

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5 2 66 4

x1 x2

x3

x4

3 77 5 =

2 4 0

0 0

3 5

x1 +x3 +x4 = 0 +x2 +x3 x4 = 0

Misalkan x3= s dan x4= t, maka x2= s + t dan x1= s t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = 2 66 4

s t s + t

s t

3 77

5 dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= s 2 66 4

1 1 1 0

3 77 5 + t

2 66 4

1 1 0 1

3 77

5. Sehingga bagi ker (A) adalah

f( 1; 1; 1; 0) ; ( 1; 1; 0; 1)g.

(71)

Karena ker (M) = ker (M0), untuk memperoleh basis bagi ker (M), kita dapat meninjau solusi SPL M0x= 0, yaitu

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5 2 66 4

x1 x2

x3

x4

3 77 5 =

2 4 0

0 0

3 5

x1 +x3 +x4 = 0 +x2 +x3 x4 = 0

Misalkan x3= s dan x4= t, maka x2= s + t dan x1= s t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = 2 66 4

s t s + t

s t

3 77

5 dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= s 2 66 4

1 1 1 0

3 77 5 + t

2 66 4

1 1 0 1

3 77

5. Sehingga bagi ker (A) adalah

f( 1; 1; 1; 0) ; ( 1; 1; 0; 1)g.

(72)

Karena ker (M) = ker (M0), untuk memperoleh basis bagi ker (M), kita dapat meninjau solusi SPL M0x= 0, yaitu

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5 2 66 4

x1 x2

x3

x4

3 77 5 =

2 4 0

0 0

3 5

x1 +x3 +x4 = 0 +x2 +x3 x4 = 0

Misalkan x3= s dan x4= t, maka x2= s + t dan x1= s t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = 2 66 4

s t s + t

s t

3 77

5 dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= s 2 66 4

1 1

3 77 5 + t

2 66 4

1 1

3 77

5. Sehingga bagi ker (A) adalah

f( 1; 1; 1; 0) ; ( 1; 1; 0; 1)g.

(73)

Karena ker (M) = ker (M0), untuk memperoleh basis bagi ker (M), kita dapat meninjau solusi SPL M0x= 0, yaitu

2

4 1 0 1 1

0 1 1 1

0 0 0 0

3 5 2 66 4

x1 x2

x3

x4

3 77 5 =

2 4 0

0 0

3 5

x1 +x3 +x4 = 0 +x2 +x3 x4 = 0

Misalkan x3= s dan x4= t, maka x2= s + t dan x1= s t.

Jadi jika x 2 ker (A), maka x = 2 66 4

s t s + t

s t

3 77

5 dengan r; s; t 2 R. Akibatnya

x= s 2 66 4

1 1 1 0

3 77 5 + t

2 66 4

1 1 0 1

3 77

5. Sehingga bagi ker (A) adalah

f( 1; 1; 1; 0) ; ( 1; 1; 0; 1)g.

(74)

Bahasan

1 Motivasi

2 De…nisi Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

3 Basis untuk Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null

4 Rank dan Nulitas

5 Beberapa Teorema Penting

(75)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(76)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(77)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu:

ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(78)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A),

ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(79)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A),

ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(80)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan

ruang null AT,null AT .

(81)

Pada bagian ini kita akan mengkaji keterkaitan antaradimensi ruang baris, dimensi ruang kolom, dan dimensi ruang nulldari suatu matriks maupun transposnya.

Tujuannya adalah untuk memberikan suatu wawasan yang lebih luas mengenai SPL dan transformasi linier (akan dibahas nanti).

Mengingat row AT = col (A) dan col AT = row (A), dari suatu matriks Adan transposnya kita mengetahui bahwa ada empat ruang vektor yang dapat berbeda, yaitu: ruang baris A,row (A), ruang kolom A,col (A), ruang null A,null (A), dan ruang null AT,null AT .

(82)

De…nisi Rank dan Nulitas

Teorema

Misalkan A adalah suatu matriks dengan entri-entri berupa bilangan real, maka dim (row (A)) = dim (col (A)) .

(83)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(84)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) =

dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(85)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) =

dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(86)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) . Kita juga memiliki dim (col (A0)) =

# 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(87)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) =

# baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(88)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

=

# 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(89)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

=

dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(90)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(91)

Bukti

Misalkan A0 adalah suatu bentuk EB dari A, dari teorema sebelumnya kita memiliki

dim (row (A)) = dim (row (A0)) dan dim (col (A)) = dim (col (A0)) .

Kita juga memiliki dim (col (A0)) = # 1 utama pada A0. Akibatnya dim (row (A0)) = # baris tak nol pada A0

= # 1 utama pada A0

= dim (col (A0)) . Jadi

dim (row (A)) = dim (row (A0)) = dim (col (A0)) = dim (col (A)) .

(92)

De…nisi Rank dan Nulitas

Dari teorema yang telah dijelaskan, kita dapat mende…nisikan rank dan nulitas dari suatu matriks sebagai berikut.

De…nisi

Apabila A adalah suatu matriks dengan entri-entri real, maka dimensi bersama untuk ruang baris dan ruang kolom dari A disebut sebagai rank dari A dan dinotasikan dengan rank (A). Dengan perkataan lain

rank (A) = dim (row (A)) = dim (col (A)) = dim (Im (A)) .

Selanjutnya dimensi untuk ruang null dari A disebut sebagai nulitas dari A dan dinotasikan dengan nulitas (A). Dengan perkataan lain

nulitas (A) = dim (null (A)) = dim (ker (A)).

(93)

Latihan 4

Latihan

Tentukan rank dan nulitas dari matriks A apabila

A= 2 66 4

1 2 0 4 5 3

3 7 2 0 1 4

2 5 2 4 6 1

4 9 2 4 4 7

3 77 5 .

Solusi:

Kita dapat mereduksi A menjadi matriks A0 yang berada dalam bentuk EB sebagai berikut

A0= 2 66 4

1 2 0 4 5 3

0 1 2 12 16 5

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

3 77 5

Akibatnya diperoleh rank (A) = 2.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai konstanta dari hasil penelitian menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 2,788, dapat diartikan bahwa jika tidak ada pengaruh dari variabel bebas seperti

Saudara NURHALIM, NIM: 10500110078, mahasiswa jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, telah diujikan dan dipertahankan

Lain halnya pada pengendara laki-laki, keberadaan keselamatan berkendara tidak terlepas dari keberadaan kecenderungan pelanggaran terhadap aturan, kesukaan akan sensasi dan

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis serta shalawat dan salam penulis

Setelah melakukan tes awal (pretest), dilakukan uji normalitas, homogenitas dan uji t dengan menggunakan uji statistik. Hasil perhitungan secara lengkap untuk

Tombol MENU Anda dapat menghapus gambar yang sedang ditampilkan dengan [Menghapus Satu Gambar] dan menghapus semua gambar dalam kisaran tanggal yang dipilih atau memori internal

Konsentrasi COD dengan keberadaan akar wangi selama 61 hari proses remediasi mengalami penurunan dari 3840 mg/L menjadi 24 mg/L (Gambar 5A). Akar wangi umur 75 HST pada

Pemeriksaan mikrobiologi terhadap lawar perlu dilakukan agar sesuai dengan standar kualitas makanan yang dapat mencegah terjadinya kasus traveler’s diarrhea.. Dalam