• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABYTE PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABYTE PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABYTE PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH

PERMATA BUAH BATU II

DESIGN FIBER TO THE GOME (FTTH) ACCESS NETWORK USING TECHNOLOGY GIGABYTE PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON IN REGION

PERMATA BUAH BATU II

Silmina Farhani Komalin

1

1

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Elektro, Universitas Telkom

1

[email protected]

Abstrak

Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, memicu masyarat modern mendapatkan layanan praktis, mudah, dan efisien. Maka diperlukan jaringan yang dikenal Fiber To The Home (FTTH) yang menggunakan teknologi Gigabyte Passive Optical Network (GPON) sebagai standar perangkatnya. Perumahan Permata Buah Batu II yang terletak di kawasan Kabupaten Bandung Jawa Barat dimana provider yang digunakan sebagai sumber data dipilih PT Telkom. Pada jurnal ini ada beberapa metode yang digunakan yaitu survey lokasi, peramalan atas peristiwa sebelumnya, perancangan dengan variabel terkait, serta penelitian hasil dengan analisis. Dimana analisis yang digunakan adalah perhitungan power link budget, rise time budget, serta bit error rate. Hasil atas perancangan ini ditinjau dari upstream dan downstream didapat nilai link power budget sebesar -8,82722 dBm untuk uplink dan -21 ,777 dBm untuk downlink. Nilai ini masih berada dibawah sensitivitas yaitu senilai -27 dBm, sehingga kualitas masih baik. Analisa rise ime budget di perancangan ini pun masih lulus kelayakan sistem karena nilai tsys masih jauh dibawah nilai batas pengkodean.

Baik PBB I maupun PBB II dalam pengiriman downstream didapatkan nilai batas 0,56270096 ns untuk jenis pengkodean NRZ. Dimana hasil perhitungan didapatkan nilai 0,06289 ns. Selain itu dalam analisis nilai BER didapat nilai baik yaitu sebesar 8.77867 x 10

-264.

Kata Kunci: komunikasi, serat optik, FTTH, GPON, link budget, peramalan demand.

Abstact

The rapid development oftechnology, especially information and communication technologies, modern masyarat get the service trigger practical, easy, and efficient. Then it takes a known network Fiber To The Home (FTTH) technology which uses Gigabyte Passive Optical Network (GPON) as a standard device. Permata Buah Batu housing development that located in Bandung Regency of West Java is the location, where the provider that is used as the data source selected PT Telkom. In this jurnal there are several methods used i.e. survey locations, forecasting over previous events, designing with variables are related, as well as research results with the analysis. Where the analysis used is the calculation of link budget, power rise time budget, as well as bit error rate. The results over this design in terms of value, gained upwnstream link power budget of -8.82722 dBm and -21,777 dBm for downlink. This value is still below the sensitivity i.e. worth-27 dBm, so the quality is still good.

Analysis of rise time budget in this design still pass the feasibility of the system because the value of tsys is still far below the value of the encoding limits. In shipping downstream boundary value obtained 0,56270096 ns for this type of encoding is NRZ. Where the calculation results obtained from tsys value 0,06289 ns. Furthermore, in the analysis of the obtained value malformed 8.77867 x 10

-264

.

Keywords: communications, fiber optics, FTTH, GPON, link budget, forecasting demand.

1. Pendahuluan

Seiring perkembangan teknologi dengan pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, memicu

masyarat modern mendapatkan layanan yang praktis, mudah, dan efisien. Keterbatasan jaringan akses tembaga

yang dinilai belum cukup dan belum dapat menampung kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan tinggi,

maka banyak operator ingin meningkatan kualitas layanan untuk membuat infrastruktur menggunnakan serat

optik yang dikenal dengan jaringan Fiber To The Home (FTTH). Dimana teknologi yang digunakan dikenal

Gigabit Passive Optical Network (GPON) sebagai standar perangkat yang digunakan pada FTTH ini. Pada jurnal

ini dilakukan perancangan jaringan akses Fiber To The Home (FTTH) di Permata Buah Batu II Bandung, dengan

mengimplementasikan teknologi GPON dengan trafik tinggi sesuai standar kelayakan,serta evaluasi jaringan

yang didesain dengan analisis perhitungan power link budget, rise time budget, serta peramalan demand. Dalam

jurnal ini materi yang dibahas yaitu: area perancangan hanya dibatasi untuk distribusi ke daerah perumahan saja,

pemilihan pelanggan berdasarkan data dari developer perumahan dan PT. Telkom, jenis kabel optik yang

(2)

digunakan menggunakan standar ITU-T G.652a dan G.657, hasil perancangan disesuaikan dengan standar yang digunakan oleh PT. Telkom, analisis yang digunakan dalam perhitungan hanya menggunakan sample upstream saja, serta hasil pengukuran nilai kelayakan BER disimulasi Optiystem7 tidak menggunkan analisis diagram mata, tapi hanya nominal angkanya saja.

2. Teori

A. Fiber Optik

[1]

Fiber Optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah dari sinar laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi fiber optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Fiber optik menggunakan prinsip pemantulan sempurna dengan membuat kedua indeks bias dari core dan cladding berbeda, sehingga cahaya dapat memantul dan merambat didalamnya. Pada dasarnya cahaya dapat merambat lurus atau memantul di dalam core serat optik, pemantulan cahaya terjadi karena indeks bias core lebih besar dibandingkan indeks bias cladding. Struktur dasar fiber optic terdiri dari tiga bagian yaitu core (inti), cladding (kulit), buffer (pelindung) dan jacket (mantel). Core dan cladding biasanya terbuat dari kaca sedangkan buffer atau coating biasanya terbuat dari plastik agar fleksibel.

B. Konsep Fiber To The Home (FTTH)

[2]

FTTH (Fiber To The Home) merupakan penyelenggaraan jaringan kabel optic yang mencapai hingga ke titik pelanggan atau yang dikenal sebagai customer premise. Berbeda dengan jaringan kabel optic konvensional yang memerlukan dua core kabel optic untuk transmit (Tx) dan receive (Rx) data informasi yang dilewatkan, maka pada FTTH digunakan cukup satu core saja kabel optic untuk Tx dan Rx. Hal ini dimungkinkan dengan menggunakan perbedaan panjang gelombang cahaya yang digunakan pada Tx maupun Rx. Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat mengantikan penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Services yaitu layanan akan akses internet yang cepat, suara (jaringan telepon, PSTN/public switched telephone network) dan video (TV Kabel) dalam satu infrastruktur pada unit pelanggan.

Gambar 1. Jaringan FTTH

C. Gigabit Passive Optical Network (GPON)

GPON (Gigabit Passive optical network) merupakan evolusi dari standar BPON. Teknologi ini mendukung kecepatan yang besar, peningkatan dalam pengamanan dan pilihan 2 layer protocol (ATM, GEM, Ethernet).

Tetapi pada kenyataannya ATM tidak diimplementasikan.

Teknologi ini memiliki bandwidth 2,5 Gbps dengan efisiensi 93% GEM (GPON Encapsulate Method) menggunakan frame segnmentation untuk QoS (Quality of service) yang lebih besar. Standar teknologi ini memperbolehkan beberapa pemilihan kecepatan, tetapi untuk industry seragam 2,488 Mbps untuk downstream dan 1,244 untuk upstream. Gambar 2. Di bawah ini merupakan penggambaran arsitektur GPON.

Gambar 2. Arsitektur GPON

Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division Multiplexing) sehingga mendukung

layanan T1, E1, dan DS3. Berbeda dengan sistem multiplekser lainnya, GPON memiliki layer Physical Media

Dependent (PMD) yang dilengkapi dengan Forward Error Cprrection (FEC).

(3)

Tabel 1. Standar Teknologi GPON

Karakteristik GPON

Speed Upstream 1.2 G / 2.4 Gbps

Speed Downstream 1.2 G / 2.4 Gbps

Layanan data, suara, video

Jarak transmisi 10 km / 20 km

Maksimum jumlah cabang 64

Wavelength upstream 1310 nm

Wavelength downstream 1490 nm

Splitter Pasif

Adapun keunggulan yang dimiliki oleh teknologi GPON sebagai berikut:

1. Transmisi yang lebih efisien dari IP/Ethernet cell.

2. Dapat menyediakan layanan triple play (video, data, voice) pada arsitektur FTTx yang dilakukan melalui core fiber optik.

3. Membagi bandwith hingga 32 ONU dan pembagian bandwith dapat diatur

3. Perancangan Jaringan FTTH A. Diagram Alur Perancangan

Adapun alur perancangan FTTH dalam jurnal ini secara singkat diterangkan sebagai berikut. Pada awal perancangan ditentukan terlebih dahulu daerah yang menjadi tempat perancangan optik. Kemudian melakukan survey serta peramalan demand. Dilanjutkan dengan perhitungan PLB, RTB, dan BER serta melakukan simulasi menggunakan optisystem. Menganalisis hasil apakah sesuai dengan standar hasil yang diacu. Jika sudah sesuai maka perancangan jaringan sudah selesai dilaksanakan, tapi jika belum dilakukan perhitungan dan simulasi ulang.

Gambar 3. Diagaram alir perancangan

B. Daerah perancangan FTTH

Dalam jurnal ini dijelaskan perancangan FTTH pada Perumahan Permata Buah Batu (PBB) II. PBB II merupakan perumahan yang memungkinkan dibuat FTTH karena melihat lokasinya yang strategis dekat akses tol Buah Batu, dekat dengan kampus Telkom University sehingga bisa dijadikan passive income.

[6]

PBB II di bangun di wilayah jalan Ciganitri dengan luas 21.523 m

2

dimana rumah-rumah yang ada pada

perumahan ini masih dalam proses pembangunan.

(4)

Gambar 4. Denah Perumahan PBB II

Dari gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa perumahan PBB II terdiri dari 113 rumah baru dimana 47 rumah terbangun, dan akan ada 16 ruko yang akan dibangun sedangkan sepertiganya sudah dibangun. Dari sini dapat diketahui bahwa PBB II perlu dilakukan perancangan jaringan optik dikarenakan perumahan yang masih baru dan masih dalam proses pembangunan dibeberapa rumah dan fasilitas.

C. Survey dan Pemetaan Rute Kabel

Perancangan jaringan optik merupakan hal penting dalam pembangunan FTTH sebelum dilakukan pemasangan perangkat pada keadaan riil di lapangan. Pada keadaan di lapangan diketahui bahwa Perumahan PBB masuk dalam cakupan STO Cijaura yang beralamat Jl. Ciwastra No.245, Buah Batu, Bandung. Dari STO Cijaura kabel didistribusikan ke pelanggan menggunakan kabel fider menuju Optical Distribution Cabinet (ODC). Pada perancangan rute kabel ini akan dipilih lokasi yang paling baik dengan beberapa pertimbangan yaitu: jarak, ODC terdekat dengan lokasi, dan tentunya kapasitas ODC yang masih mencukupi. Ketika sudah didapatkan rute yang sesuai, perancangan dilanjutkan dengan penentuan kabel distribusi ke sisi pelanggan sehingga akan didapatkan jumlah pelanggan total yang menentukan jumlah ONT yang akan digunakan.

Gambar 5. Rute Kabel feeder PBB II

Untuk ODC yang digunakan PBB II dipilih ODC FBJ yang berlokasi di Perumahan Griya Bandung Asri 2 (GBA2) yang berjarak sekitar 4.227 m dari STO Telkom Cijaura. ODC ini dipilih karena masih memiliki kapasitas 288 yang mencukupi distribusi ke semua rumah pelanggan di PBB II yang berjumlah 129 homepass.

D. Peramalan Demand

Peramalan demand adalah proses memprediksi pertambahan permintaan layanan dan kebutuhan bandwidth dari suatu daerah. Dalam perancangan ini, digunakan peramalan time forcast untuk perkiraan bandwidth yang akan digunakan enam tahun kedepan. Peramalan ini menggunakan software Minitab17 sehingga dalam perhitungan kebutuhan b

andwidth akan lebih mudah. Pemilihan jenis peramalan agar sesuai didasari dari kalkulasi keempat tren

yang umum digunakan yaitu linear; kuadratik; eksponensial; serta kurva-s yang diperoleh pada kalkulasi

Minitab17. Dimana peramalan yang paling baik dapat terlihat dari nilai MAPE terkecil yang dihasilkan. Nilai

MAPE ini menandakan bahwa seberapa besar keeroran peramalan yang terjadi. Perbandingan hasil peramalan

keempat tren yang sudah dikalkulasi dengan Minitab17 tersebut kemudian diperoleh peramalan yang paling

sesuai. Hasil peramalan yang mungkin untuk PBB II dapat dilihat pada table 2 berikut.

(5)

Tabel 2. Hasil Peramalan Kurva-S PBB II Tahun 384K 512K 1M 2M 3M 5M

2016 10,3 23,6 34,8 30,6 17,3 6,7 123,31 2017 10,8 24,1 38,2 30,6 17,4 6,7 127,77 2018 11,1 24,3 40,3 30,6 17,4 6,7 130,36 2019 11,2 24,3 41,5 30,6 17,4 6,7 131,82 2020 11,2 24,4 42,3 30,6 17,4 6,7 132,63 2021 11,2 24,4 42,7 30,6 17,4 6,7 133,07 MAPE 8,61 10,6 6,78 18,7 15,3 31

MAD 0,6 0,77 0,47 1,96 2,02 0,9

MSD 0,66 0,78 0,42 4,65 7,18 1,4

Pada peramalan tersebut dapat dilihat bahwa untuk peramalan 6 tahun mendatang permintaan PBB II hanya akan terpenuhi sampai di tahun 2017, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya jumlah permintaan melebihi jumlah penduduk/rumah yang terbangun. Oleh karena itu untuk tahun 2018 setelahnya, permintaan masih bisa terpenuhi apabila dilakukan peluasan cakupan rumah dengan dibangun rumah sesuai jumlahnya lagi.

E. Perancangan Jaringan GPON

Gambar 6. Jaringan GPON di Perumahan PBB II

Digambarkan pada gambar 6. dapat dilihat untuk mencatu ODC FBJ di Jalan Ciganitri Perumahan Griya Bandung Asri (GBA) II, hanya dibutuhkan 24 core kabel optik G.652 dari OLT yang berlokasi di Cijaura. Hal ini karena perumahan PBB II hanya terdapat 129 rumah. Dari ke-24 core tersebut pun tidak semua digunakan untuk Perumahan PBB II, justru Perumahan PBB II ini menarik kabel distribusi dari ODC yang bersplitter 1:4 milik GBA II yang masih memilliki sisa feeder kosong. Kemudian dari ODC FBJ ini didistribusikan ke Perumahan PBB II dengan menggunakan 21 splitter 1:8 dalam 16 ODP yang tersebar ke setiap bagian rumah- rumahnya menggunakan kabel optik G.657 menuju ke 129 ONT.

4. Analisis

A. Kebutuhan Bandwidth

Berikut adalah perkiraan kebutuhan kanal enam tahun mendatang untuk perumahan PBB II dengan pemilihan tren kurva-s yang memiliki hasil nilai MAPE paling kecil dari keempat tren yang telah diuji.

Table 3. Kapasitas Bandwidth PBB II PBB II

Jenis Layanan

(Mbps)

Banyak Pelanggan (homepass)

Total Bandwidth

(Mbps)

0,384 11 4,224

0,512 24 12,288

1 41 41

2 30 60

3 17 51

5 6 30

Total Bandwidth yang

dibutuhkan (Mbps) 198,512

(6)

Berdasarkan perhitungan forcasting dengan tren Kurva-S maka didapat total bandwidth yang dibutuhkan dalam perancangan FTTH di Perumahan PBB II kebutuhan bandwidth sebesar 198,512 Mbps dengan data terlampir di Tabel 3 di atas.

B. Perhitungan Analisis Link

Power Link Budget dapat didefinisikan sebagai total redaman link optik yang diijinkan sepanjang sumber hingga di titik penerima, yang didapat dari redaman kabel; redaman konektor; redaman penyambungan; serta margin system. Sedangkan untuk mencari nilai daya yang diterima di photodetector atau disisi pelanggan dapat dihitung dengan persamaan Prx.. Adapun dikenal redudancy atau margin system atau margin daya (M) yang disyaratkan harus memiliki nilai minimal 0. Nilai ini berarti bahwa daya yang masih tersisa dari power transmit setelah dikurangi dari loss selama proses pentransmisian, pengurangan dengan nilai safety margin dan pengurangan dengan nilai sensitifitas receiver. Perhitungan redaman total, daya terima, serta margin daya tersebutlah yang dikenal dengan analisa power link budget, yang perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.

downstream

Perhitungan redaman total yang didapatkan adalah:

𝛼𝑡𝑜𝑡 = 𝐿. 𝛼𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 + 𝑁𝑐. 𝛼𝑐 + 𝑁𝑠. 𝛼𝑠 + 𝑆𝑝

𝛼𝑡𝑜𝑡 = 𝐿. 𝛼𝐺.652𝑑 + 𝐿. 𝛼𝐺.657 + 𝑁𝑐. 𝛼𝑐 + 𝑁𝑠. 𝛼𝑠 + 𝑆𝑝1:4 + 𝑆𝑝1:8

𝛼

𝑡𝑜𝑡

= (5,604 . 0,35) + (0,0452 . 0,35) + ((7.0,5) + 0,25) + ((7.0,1) + 0,2) + 7,25 + 10,5 𝛼

𝑡𝑜𝑡

= 24,37722 dB

Perhitungan nilai P

rx

yang didapatkan adalah:

𝑃𝑅𝑥 = 𝑃𝑇𝑋 − 𝛼𝑡𝑜𝑡

𝑃

𝑅𝑥

= 2,6 dBm − 24,37722 dB 𝑃

𝑅𝑥

= -21,7772 dBm

Batasan nilai margin seperti berikut.

𝑀 = (𝑃𝑡 − 𝑃𝑟 ) − 𝛼

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

− SM 𝑀 = (2,6 − (−27 ))– 24,37722 – 6 dB 𝑀 = 1,22278 dB

upstream

𝛼𝑡𝑜𝑡 = 𝐿. 𝛼𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 + 𝑁𝑐. 𝛼𝑐 + 𝑁𝑠. 𝛼𝑠 + 𝑆𝑝

𝛼𝑡𝑜𝑡 = 𝐿. 𝛼𝐺.652𝑑 + 𝐿. 𝛼𝐺.657 + 𝑁𝑐. 𝛼𝑐 + 𝑁𝑠. 𝛼𝑠 + 𝑆𝑝1:4 + 𝑆𝑝1:8

𝛼

𝑡𝑜𝑡

= (6,053. 0,35) + (0,02932 . 0,35) + ((7.0,5) + 0,25) + ((7.0,1) + 0,2) + 7,25 + 10,5 𝛼

𝑡𝑜𝑡

= 9,32722 dB

Perhitungan nilai P

rx

yang didapatkan adalah:

𝑃𝑅𝑥 = 𝑃𝑇𝑋 − 𝛼𝑡𝑜𝑡 𝑃

𝑅𝑥

= 0,5 − 23,77881 dB 𝑃

𝑅𝑥

= -8,82722 dBm

Batasan nilai margin seperti berikut.

𝑀 = (𝑃𝑡 − 𝑃𝑟 ) − 𝛼

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

- SM

𝑀 = (0,5 − (−29 )) – 24,52881 dB − 6 dB 𝑀 = 14,17278 dBm

Berdasar perhitungan link power budget di atas didapatkan nilai redaman total (𝛼

𝑡𝑜𝑡

) downstream sebesar 24,37722 dB dan upstream 9.32722 dB, nilai ini berada di bawah nilai redaman maksimal yang ditentukan oleh ITU-T serta PT. Telkom, yaitu sebesar 28 dB, maka link ini memenuhi syarat dari sisi total redaman. Pada perhitungan tersebut didapatkan nilai daya di receiver (P

rx

) downstream sebesar -21,7772 dBm serta upstream sebesar -8.82722 dBm, hal ini membuktikan bahwa perancangan dengan daya awal 2,6 dB (downstream) serta 0.5 dB (upstream) masih memenuhi persyaratan dari perangkat untuk nilai minimum daya terima yaitu sebesar -29 dBm. Serta nilai margin daya yang diperoleh sebesar 1.22278 dB (downstream) serta 14.17278 dB (upstream), menandakan perhitungan tersebut masih berada di atas 0 (nol) sehingga konfigurasi downlink dan uplink PBB II memenuhi kelayakan link power budget.

Rise Time Budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link serat optik. Tujuan dari

metode ini adalah untuk menganalisa apakah unjuk kerja jaringan secara keseluruhan telah tercapai dan mampu

memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Umumnya degradasi total waktu transisi dari link digital tidak

melebihi 70% dari satu periode bit NRZ (Non-retum-to-zero) atau 35% dari satu periode bit untuk data RZ

(return-to-zero). Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate.

[5]

Untuk menghitung Rise Time

budget dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

(7)

Downstream

menggunakan NRZ; tr =

0,7𝐵𝑟

=

2,488 𝑥 100,7 9

= 0,2813505 ns menggunakan RZ; tr =

0,35𝐵𝑟

=

2,488 𝑥 100,35 9

= 0,1406752 ns.

PBB II= t

material

= ∆σ x L x Dm = 1nm x 5,649km x 3,5

ps

/

nm.km

= 0,01977 ns

t

intermodal

= 0 (untuk single mode)

Setelah didapatkan hasil perhitungan parameter dispersi dalam perancangan, maka selanjutnya dilakukan pengukuran t

syst

yang selanjutnya akan dibandingkan dengan batas kelayakan line codingnya.

nilai 𝐭

𝐬𝐲𝐬𝐭𝐞𝐦

untuk PBB II

t

system

= √(t

tx

² + t

intramodal

² + t

intermodal

² + t

rx

²) t

system

= √(0,15𝑛𝑠)² + (0,01977ns)² + 0² + (0,2ns)² t

system

= 0,06289

Berdasar perhitungan tersebut, perancangan ini dinyatakan baik karena untuk rise time budget nilai t

r

> t

sys

masih terpenuhi.

C. Simulasi

(a)

(b)

Gambar 7. perancangan jaringan downlink dan uplink

Setelah setiap spesifikasi perangkat dimasukkan pada parameter pada simulasi pada optysistem, maka didapat hasil nilai BER downstream yang terbaca adalah 8.77867x10

-264

. Sedangkan untuk nilai upstream nya adalah 0. Hasil yang didapat ini lebih kecil dari nilai BER ideal yaitu 10

-9

, sedangkan untuk nilai Q factor dari standar optik yaitu 6. Dari semua data yang telah dipaparkan maka di ketahi bahwa hasil perancangan ini sudah memenuhi standar kelayakan.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan dan simulasi jaringan FTTH dengan Teknologi GPON di Wilayah PBB II,

maka didapatkan kesimpulan untuk enam tahun kedepan pabila perancangan ini direalisasikan terdapat empat

point hasil. Perumahan Permata Buah Batu II dinyatakan layak. Hal ini bisa diketahui dari analisa link power

budget sesuai perhitungan downstream dari OLT hingga ONT terjauh, dengan nilai -22,1272 dBm untuk PBB

II. Dimana nilai ini masih berada dibawah sensitivitas di penerima yaitu senilai -27 dBm, sehingga informasi

yang dikirimkan dari OLT masih dapat diterima ONT pelanggan dengan kaulitas masih baik. Pada perhitungan

analisa rise time budget di perancangan ini pun masih lulus kelayakan sistem. Untuk pengiriman downstream

didapatkan nilai batas 0,56270096 ns untuk jenis pengkodean NRZ. Dimana hasil perhitungan tsys yang didapat

adalah 0,06289 ns. Nilai tsys ini masih jauh dibawah nilai batas pengkodean, karena itu batasan dispersi di PBB

(8)

II layak dari segi batas dispersinya. Simulasi Optisystem yang membantu dalam analisis nilai BER untuk melihat informasi digital yang dikirimkan pada komunikasi optik ini sampai dengan baik ke sisi pelanggan juga menunjukan kelayakan nilai BERnya. Didapat nilai sebesar 8.77867 x 10

-264

yang menunjukkan nilai yang baik.

Standar baik buruknya nilai BER dilihat dari standar untuk komunikasi optik sebesar 10

-9

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Julian M., A. Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas Indonesia. Depok:

Universitas Indonesia. 2012.

2. Hesham A. Bakarman, Sahbudin Shaari, Mahamod Ismail, 2010 “Simulation of 1.25 Gb/s DownstreamTransmission Performance of GPON-FTTx” IEEE

3. Keiser, G. Optical Fiber Communications (3rd Ed.). Singapore: Mc Graw Hill. 2000.

4. Margareth, G. Struktur Umum Serat Optik. di Perancangan Jaringan Akses Fiber To The Home (FTTH). Bandung: Telkom University. 2014.

5. Pramanabawa, I. B. Analisa Rise Time Budget Dan Power Link Budget dari STO Ke Pelanggan Infrastruktur GPON PT. Telekomunikasi Divisi Access Denpasar. 2013.

6. Wordpress.Com. Retrieved From Info Perumahan Bandung:

Http://Infoperumahanbandung.Com/2014/02/18/Permata-Buah-Batu-2-Bojong-Soang/#More-5340 (Diakses pada 27 November 2014)

7. Sari, Velessitas Mega Puspita. Perancangan Jaringan Akses Fiber To The Home (FTTH) Dengan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) di Wilayah Permata Buah Batu I dan II. Bandung:

Universitas Telkom. 2015.

Gambar

Gambar 1. Jaringan FTTH
Tabel 1. Standar Teknologi GPON
Gambar 4. Denah Perumahan PBB II
Tabel 2. Hasil Peramalan Kurva-S PBB II  Tahun   384K  512K   1M   2M   3M   5M   ∑   2016   10,3   23,6   34,8   30,6   17,3   6,7   123,31   2017   10,8   24,1   38,2   30,6   17,4   6,7   127,77   2018   11,1   24,3   40,3   30,6   17,4   6,7   130,36
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh hubungan antara Current Ratio , Return On Assets terhadap pengungkapan

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG.. NETWORK DESIGN OF FIBER TO THE HOME (FTTH)

Pada penelitian ini dilakukan bagaimana cara membuat desain jaringan Fiber To The Home (FTTH) dengan menggunakan teknologi Passive Optical Network (PON) sebagai

Belanja modal Pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor station wagon

Analisis cluster merupakan salah satu teknik statistik multivariat yang tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi kelompok dari objek berdasarkan karakteristik

Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini sehingga meningkatkan persaingan dengan teknologi informasi yang cukup tinggi pula dan dilengkapi

perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul