• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah Fakultas Syariah IAIN Batusangkar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah Fakultas Syariah IAIN Batusangkar"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)i. PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN HARI RAYA (THR) BAGI PANITIA RAMADHAN DARI DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH, WAKAF (ZISWAF) Studi Kasus Di Mesjid Al – Falah Jorong Kandang Melabung, Nagari Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar. SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah Fakultas Syariah IAIN Batusangkar. Oleh SATRIA WAHYUNI AS.13.032 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2018M/ 1439H. i.

(2) ii. ii.

(3) iii. iii.

(4) iv. iv.

(5) i. ABSTRAK. Nama SATRIA WAHYUNI, NIM 13 201 032, judul Skripsi “Pandangan Hukum Islam terhadap Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf (Ziswaf) Studi Kasus Di Mesjid Al – Falah Jorong Kandang Melabung, Nagari Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar. Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar. Penelitian ini membahas tentang pandangan hukum Islam terhadap pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana ziswaf di Mesjid Al-Falah Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiliang Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat. Tujuan pembahasan ini untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), bagaimana alasan pengurus tentang memberikan Tunjangan Hari Raya, bagaimana pandangan hukum Islam tentang memberikan Tujangan Hari Raya (THR) kepada panitia Ramadhan. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan “Field Research”, untuk mendapatkan data-data dari permasalahan yang diteliti. sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer diperoleh langsung dari responden yaitu bapak Yusnedi dan Aliwardi selaku pengurus masjid, saudara Bisma, Ilham, Syafri selaku panitia Ramadhan, kemudian sumber data sekunder yaitu data kedua yang merupakan pelengkap meliputi buku-buku yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap aspek masalah tertentu dan memaparkan melalui kalimat yang efektif. Hasil penelitian menunjukan: Pelaksanaan pembagian Tunjagan Hari Raya (THR) untuk panitia Ramadhan yang dilakukan di Mesjid Al–Falah Jorong Kandang Melabung, adalah dengan keputusan rapat antara pengurus masjid dan panitia Ramadhan, untuk menentukan nama-nama yang aktif atau tidaknya, jumlah Tunjangan Hari Raya (THR) yang akan diberikan, dan bagian masing-masing panitia. Alasan pengurus memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana ziswaf kepada panitia Ramadhan adalah hanya sebatas untuk memberikan semangat dan hanya untuk meramaikan masjid serta memberikan partisipasi untuk panitia Ramadhan sehingga dengan hal tersebut dapat untuk mengajak pemuda dan pemudi lainnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan. Dana zakat berdasarkan pendapat Al-Razi mengatakan bahwa Fisabilillah bukan terbatas pada perperangan, melainkan berarti segala jalan kebaikan, oleh sebab itulah boleh-boleh saja zakat diberikan untuk mengkafani jenazah, memakmurkan mesjid dan lain-lain. Bahkan menurut Al-. i.

(6) ii. Maraghi fisabilillah adalah segala kemaslahatan untuk kaum muslimin seluruhnya menuju tegaknya agama dan Yusuf Al-Qardawi berpendapat bahwa fisabilillah tidak hanya orang–orang yang sedang berperang tapi fisabilillah ini adalah jihad dalam pengertian komperensif, tidak hanya berdimensi militer, melainkan berdimensi pemikiran, pendidikan sosial ekonomi dan politik, dengan adanya pendapat tersebut maka memberikan tunjangan hari raya (THR) untuk panitia Ramadhan dari dana zakat bisa di masukan kedalam golongan Fisabilillah karena berdasarkan pendapat diatas fisabilillah bukan hanya orang yang sedang berperang namun juga orangorang yang memakmurkan masjid. Dana infak ini siapa saja berhak menerima infaq, bahkan infak ini dapat diberikan kepada orang tua, kerabat, anak yatim dan sebagainya namun infaq tidak dapat diberikan kepada orang kaya, begitupun panitia berhak menerima infak. Namun dalam hal ini akan lebih baik pengurus dan panitia mengumpulkan dana khusus untuk Tunjangan Hari Raya (THR) karena niat orang yang berinfak untuk pembangunan mesjid namun niat dan keinginan orang tersebut tidaklah tersampaikan karena pengurus mengambil dari dana infak untuk masjid tersebut. Begitu juga halnya dengan sedekah boleh diberikan untuk siapa saja sekalipun merupakan orang kaya. Lain dengan dana wakaf menurut istilah syara‟ adalah menahan harta yang mungkin di ambil manfaatnya tanpa digunakan untuk kebaikan, Benda yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya, jadi dana wakaf ini tidak boleh dijadikan untuk dana Tunjangan Hari Raya (THR) karena dana wakaf ini hanya dapat disedekahkan manfaatnya. Berdasarkan riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya “dari Ibnu Umar r.a berkata : Umar mendapatkan sebidang tanah di khaibar lalu beliau datang kepada Nabi SAW untuk meminta pertimbangan tentang tanah itu, wahai Rasulullah sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di khaibar dimana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga selain dari padanya, apa yang hendak engkau perintahkan kepadaku, Rasulullah SAW berkata : sedekahkan manfaatnya dengan syarat tanah itu tidak akan diperjualkan, dihibahkan dan tidak diwariskan wakafnya kepada orang fakir, kerabat, memerdekakan hamba, Fisabilillah dan Ibnu Sabil dan Tamu”. Berdasarkan Riyawat tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa dana wakaf ini tidak dapat dijadikan untuk dana Tunjangan Hari Raya (THR).. ii.

(7) iii. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK .............................................................................................................................. i. DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 6 C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6 D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6 E. Manfaat dan Luaran Penelitian ......................................................................... 7 F. Definisi Operasional.......................................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pandangan Umum tentang Zakat .................................................................... 10 1. Pengertian Zakat ........................................................................................ 10 2. Dasar hukum Zakat ................................................................................... 10 3. Tujuan Zakat ............................................................................................. 14 4. Hikmah Zakat ........................................................................................... 15 5. Manfaat Zakat .......................................................................................... 17 6. Golongan penerima Zakat ......................................................................... 18 7. Golongan yang tidak berhak menerima Zakat .......................................... 26 8. Rukun dan Syarat-Syarat Zakat................................................................. 28 9. Pengelolaan Zakat ..................................................................................... 30 B. Pandangan Umum tentang Infaq ..................................................................... 32. iii.

(8) iv. 1. Pengertian Infaq ........................................................................................ 32 2. Golongan yang diwajibkan Mengeluarkan Infaq ...................................... 34 3. Keharusan berinfaq ................................................................................... 34 4. Macam-macam Infaq ................................................................................ 37 5. Rukun dan syarat infaq.............................................................................. 38 6. Golongan yang berhak dan tidak berhak menerima infaq ........................ 40 C. Pandangan Umum tantang Sedekah ................................................................ 41 1. Pengertian sedekah dan dalil ..................................................................... 41 2. Orang yang diberi sedekah ........................................................................ 42 3. Manfaat sedekah ....................................................................................... 45 4. Hal-hal yang menggugurkan pahala sedekah ........................................... 47 D. Pandangan Umum tantang Wakaf ....................................................................... 48 1. Pengertian Wakaf ...................................................................................... 48 2. Dasar Hukum Wakaf ................................................................................. 52 3. Sejarah wakaf ........................................................................................... 54 4. Macam-macam Wakaf .............................................................................. 56 5. Syarat dan Rukun Wakaf .......................................................................... 56 6. Peruntukan Wakaf ..................................................................................... 62 E. Pengertian Tunjangan Hari Raya (THR)......................................................... 63 1. Pengertian Tunjangan Hari Raya (THR)................................................... 63 2. Hak dan Kewajiban pekerja/ buruh ........................................................... 65 3. Syarat bagi pekerja mendapat Tunjangan Hari Raya(THR) ..................... 65. F. Penelitian yang Relevan........................................................................................ 67 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 69 B. Waktu dan Tempat Peneltian .......................................................................... 69 C. Instrumen Penelitian........................................................................................ 70 D. Sumber Data .................................................................................................... 70. iv.

(9) v. E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 71 F. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 71 G. Teknik Penjamin Keabsahan Data .................................................................. 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana ziswaf Kepada panitia Ramadhan............................................................................... 73 B. Alasan pengurus memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana ziswaf kepada panitia Ramadhan ............................................................................... 77 C. Pandangan Hukum Islam tentang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR)dari dana ziswaf kepada panitia Ramadhan.......................................... 79 BAB V A. Kesimpulan ........................................................................................................... 88 B. Saran ...................................................................................................................... 90 DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................................... 91. v.

(10) 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk manusia dan Allah juga menundukkan semua itu agar dapat dimanfaatkan sebesarbesar nya bagi kesejahteraan manusia. Itulah anugerah Allah untuk dinikmati dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Harta yang Allah berikan kepada manusia. dapat. dipergunakan. untuk kesejahteraan. dirinya, keluarga,. masyarakat sekitar, Negara bahkan penduduk dunia. Sejahtera artinya hidup dengan harta yang berkah. Salah satu ciri harta yang berkah adalah baik dan halal cara mendapatkannya, baik dan halal memanfaatkannya, baik dan halal menyalurkannya. Islam memberikan keyakinan, dan jalan hidup untuk umat manusia agar dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dan membimbing menuju khidupan bahagia di dunia dan akhirat. Islam melihat kehidupan individu sama pentingnya dengan pembangunan kehidupan sosial. Dimana hal ini berarti Islam juga mengajarkan tentang keadilan dan persaudaraan dalam masyarakat. Dalam tentang hubungan sosial kaum miskin dan kaum kaya harus menciptakan hubungan harmonis. Hubungan kaya-miskin dalam syari‟at Islam dilandaskan pada aksioma, di dalam harta orang kaya terdapat hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 267:. 1.

(11) 2.                                Wahai orang-orang yang beriman infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari bumi untukmu, janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah maha terpuji. Bahwa dalam ayat diatas telah jelas secara terang mengenai infak dengan sesuatu yang baik-baik atau sesuatu yang bagus, memberikan kepada orang lain. Penyebab kemiskinan, paling tidak berasal dari dua hal atau bahkan kedua-duanya dimana pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan (kemiskinan kultural) dan ketidak mampuan seseorang untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan sebagai akibat dari pola kehidupan yang tidak adil dan penuh kezaliman, harta kekayaan milik bersama dikuasai oleh sekolompok orang untuk kepentinganya sendiri (Rahmat Santoso, 2013: 60). Infak berarti memberikan rizki (karunia Allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata (Padlullah, 1993: 5). Sedangkan Sedekah pada prinsipnya sama dengan infak tetapi memiliki pengertian yang lebih luas berupa pengucapan kalimat thayyibah juga termasuk memberikan bantuan tenaga atau jasa serta menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan (Ilmi, 2002: 69). Mengenai penjelasan zakat menurut syara‟ berarti hak yang wajib dikeluarkan. dari. harta.. Madzhab. Maliki. mendefinisikan. sebagai. ”mengeluarkan sebagian harta yang telah mencapai nishab (batas kuantitas.

(12) 3. yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun) bukan barang tambang dan pertanian (Wabah Zuhaily, 2005: 83). Pendistribusian zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang selama ini sudah berlaku di masyarakat muslim pada umumnya lebih bersifat konsumtif. Dan dengan penjelasan diatas bahwa pada kenyataan yang dapat dilihat penempatan masing-masing, serta apa maksud dan tujuan dari zakat, infak, sedekah, serta wakaf tersebut dalam kalangan masyarakat digabungkan menjadi satu bagian dan bahkan tidak bisa di pahami bagaimana katentuan tersebut. Sedangkan mengenai infak dan sedekah adalah pengeluaran dana setiap kali seorang muslim menerima rezeki dan karunia dari Allah, sejumlah yang yang dikendakinya (Padlullah, 1993: 6). Jadi infak dan sedekah itu diberikan atas apa yang telah diniatkan, untuk apa dan kepada siapa infak dan sedekah tersebut diberikan. Contoh salah satunya yaitu mengenai tentang zakat, dalam hal ini Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Quran dalam Surah At-Taubah 60 :.                         Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang. miskin, pengurus-pengurus zakat, pada Mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), dan orang-orang yang sedang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah: dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.”.

(13) 4. Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam di antara empat rukun lainya. Jadi menunaikan atau membayar zakat hukumnya wajib seperti kewajiban mengerjakan sholat, dan zakat ini boleh diberikan kepada 8 golongan yang berhak di antaranya; fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, riqab, ibnu sabil, fi sabilillah. Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat (Rasjid, 2005: 192). Penulis melihat suatu permasalahan bahwa di Mesjid Al-Falah setiap bulan Ramadhan dibentuk Panitia Ramadhan yang mana panitia tersebut diberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dan dana pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) tersebut di ambil dari dana ZISWAF ( zakat, infak, sedekah, wakaf). Berdasarkan survey awal penulis pada pertengahan september 2017 yaitu dengan salah satu pengurus mesjid Al- Falah yaitu dengan bapak Yusnedi atau yang dikenal dengan gelar (Datuak Majo), beliau menyebutkan beberapa nama-nama panitia yang mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) tahun 2017 lebih kurang ada 15 orang yaitu: Bisma, Syafri, Yudi, Junaidi, Riko, Dodi, Ilham, Rido, Anggi, Sinta, Yurni, Jeni, Tika, Reza, Budi. Itulah nama-nama panitia Ramadhan yang pernah mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Tunjangan Hari Raya (THR) tersebut diberikan kepada panitia Ramadhan setelah seluruh kegiatan Ramadhan selesai. Panitia Ramadhan yang ditunjuk tersebut tidak hanya berasal dari keluarga yang kurang mampu bahkan yang menjadi panitia tersebut ada dari keluarga yang berkecukupan, dalam hal ini tidak ada yang membedakan antara keduanya apakah orang yang menjadi panitia tersebut kaya atau miskin. Tetapi siapapun panitia tersebut jika mereka aktif dan menjalankan amanah dengan tugas yang diberikan maka mereka berhak mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) lebih besar jumlahnya. Sinta adalah salah seorang anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan dan mempunyai.

(14) 5. jiwa dan rasa tanggug jawab yang tinggi. Pada tahun 2017 tersebut Sinta mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dengan jumlah yaitu Rp. 300.000 ribu. Setiap Panitia tersebut tentu berbeda-beda mendapatkan Tunjangan Hari Raya contonya Yudi adalah anak yang bertanggung jawab walapun bisa dikatakan jarang hadir dalam rapat panitia karena Yudi adalah anak yang sibuk membantu orang tuanya, namun walaupun demikian tanggung jawabnya akan tugas yang diberikan. Pada tahun 2017 Yudi mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) sebanyak Rp. 100.000 ribu. Bahkan dalam hal ini anak yang tidak aktif tetap diberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan jumlah Rp. 50.000 ribu contohnya Tika yang jarang hadir. Dana yang dijadikan untuk Tunjangan Hari Raya (THR) tersebut ialah dana yang diambil dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf. Dengan adanya penjelasan tersebut maka jika ada masyarakat yang berinfak dan bersedekah contohnya untuk pembangunan mesjid namun hal tersebut tidak sampai dengan apa yang diniatkan. Mengenai infak dan sedekah orang berniat untuk anak yatim atau sebagainya, maka niat tersebut tidak sampai, karena dijadikan sebagai dana Tunjangan Hari Raya (THR) bagi panitia Ramadhan. Dengan adanya penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul yaitu Pandangan Hukum Islam terhadap Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf (ZISWAF) Studi Kasus Di Mesjid Al – Falah Jorong Kandang Melabung, Nagari Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar..

(15) 6. B. Fokus Penelitian Fokus masalah yang akan Penulis teliti yaitu mengenai Hukum Menerima Dan Memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) Untuk Panitia Ramadhan Yang Diambil Dari Dana Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf (ZISWAF) Selama Bulan Ramadhan (Studi Kasus Di Mesjid Al–Falah Jorong Kandang Melabung, Nagari Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar). C. Rumusan Masalah Untuk lebih menfokuskan dan memperoleh kejelasan dalam pembahasan dan agar penelitian ini lebih tepat dan mencapai sasaran, maka Penulis memberikan Rumusan masalah penelitian yang diteliti yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan? 2. Bagaimana alasan Pengurus memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF)kepada panitia Ramadhan? 3. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelasanaan pembagian. Tunjangan. Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan? 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan alasan pengurus memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan?.

(16) 7. 3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pandangan hukum Islam tentang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan? E. Manfaat dan Luaran Penelitian Adapun manfaat penelitian yang Penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kontribusi pemikiran dalam khasanah ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan yang terkait Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan 2. Membuka cakrawala berfikir penulis dalam memecahkan persoalanpersoalan hukum, khususnya dalam hukum keluarga. 3. Membuka cakrawala masyarakat dalam memahami hal-hal yang terkait dengan Tunjangan Hari Raya (THR) dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) kepada panitia Ramadhan. F. Definisi Operasional Untuk lebih memudahkan dalam memahami judul skripsi ini agar tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya, berikut Penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang memerlukan pemahaman yang lebih lanjut: Pandangan adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan. Hukum Islam ketentuan - ketentuan yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf dan perbuataan seperti wajib, haram, dan mubah sesuai dengan ketentuan Al-Quran, Hadist, Qaidah-Qaidah fiqih dan fatwa-fatwa para ulama. Hukum yang ditetapkan untuk menentukan sesuatu haram, halal, mubah sesuai dengan ketentuan Al-Quran, Hadist, QaidahQaidah fiqih. Zakat berarti suci, tumbuh, berkah, terpuji, bertambah dan subur Menurut istilah syariah (syara‟) zakat berarti sejumlah harta tertentu yang.

(17) 8. diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Zakat yang dimaksud disini adalah zakat yang didapatkan selama bulan Ramadhan. Infaq berasal dari kata nafaqa, yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja. Sedangkan infaq adalah sesuatu yang dapat diberikan kepada siapa saja. Infaq yang penulis maksud adalah infaq yang dijadikan Tunjangan Hari Raya (THR) panitia Ramadhan yang diambil dari dana infaq yang dikumpulkan selama bulan Ramadhan. Sedekah menurut syara‟ adalah melakukan suatu kebajikan sesuai dengan ajaran al-Qur‟an dan As-Sunnah, baik yang bersifat materiil maupun non materiil. Sedekah yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang diberikan berupa materil yang dijadikan sebagai dana Tunjangan Hari Raya THR dari dana yang dikumpulkan selama bulan Ramadhan. sedekah yang penulis maksud adalah sedekah yang dijadikan Tunjangan Hari Raya (THR) panitia Ramadhan yang diambil dari dana sedekah yang dikumpulkan selama bulan Ramadhan. Wakaf Zakat berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Wakaf yang penulis maksud adalah wakaf yang dijadikan Tunjangan Hari Raya (THR) panitia Ramadhan yang diambil dari dana wakaf yang dikumpulkan selama bulan Ramadhan. THR (Tunjangan Hari Raya) adalah pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja menjelang hari raya. Sedangkan Tunjangan Hari Raya (THR) adalah menurut pengurus masjid dan panitia Ramadhan adalah suatu upaya untuk memberikan semangat dan paertisipasi kepada panitia Ramadhan. Panitia adalah kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau menggurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya..

(18) 9. Pandangan hukum Islam tentang pemberian THR untuk panitia Ramadhan. Yang penulis maksud adalah bagaimana pandangan hukum Islam tentang pemberian THR kepada panitia Ramadhan dari dana Zakat, infaq, sedekah, wakaf mesjid Al-Falah.

(19) 10. BAB II KAJIAN TEORI A. Pandangan Umum Tentang Zakat 1. Pengertian Zakat. Zakat berasal dari bentuk kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Menurut terminologi syariat istilah zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula(Didin Hafidhuddin, 1998: 13). Zakat menurut syara‟ berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta(Wahbah Al-Zuhayly, 1995: 83). Secara etimologi diambil dari kata az-zaka‟u yang berarti an-nama, atthara az-ziayadah dan al-barakah yaitu tumbuh atau berkembang, suci, bertambah, dan barokah. Sedangkan menurut terminologi zakat dapat meliputi segala bentuk harta kekayaan yang diberikan kepada orang yang berhak mendatangkan kesuburan atau menyuburkan pahala serta dapat mensucikan jenis dari kekikiran dosa oleh muzzaki ( orang yang meneluarkan zakat). (Mu‟inan Rafi, 2011: 23-24). Madzhab Maliki mendefinisikan sebagai ”mengeluarkan sebagian yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan. zakat). kepada. orang-orang. yang. berhak. menerimanya. (mustahiq). Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun) bukan barang tambang dan pertanian (Wahbah Zuhaily, 2005 : 83). Zakat menurut pemahaman penulis adalah mengeluarkan sebagian harta yang telah sampai satu nisab dan diberikan kepada siapa yang berhak menerimanya.. 2. Dasar Hukum zakat Kewajiban zakat atas semua umat Islam sampai nizab (batas minimal dari harta yang wajib dikeluarkan zakatnya) merupakan realisasi dari hukum islam itu sendiri, bahkan merupakan hukum kemasyarakatan yang paling 10.

(20) 11. tampak diantara hukum-hukum islam. Sebab di dalam zakat terdapat hak orang banyak yang terpikul pada pundak individu, disamping kewajiban zakat sebagai hukum islam juga merupakan kewajiban yang banyak diperintahkan oleh al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama dari hukum islam. Adapun dasar hukumnya yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadist adalah sebagai berikut: a. Al-Qur‟an a) Al-Baqarah : 267.                                Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. b) Al-Baqarah : 43.       .

(21) 12. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku‟. c) Al-Baqarah:110.                    Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apasaja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akanmendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Mahamelihat apa-apa yang kamu kerjakan. d). At-Taubah : 11.               jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. e) At-Taubah : 103.                   Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui..

(22) 13. b. Al-Hadits. Berbicara tentang penggunaan harta Zakat memang tidak terlepas dari hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas tentang pembagian zakat ketika Nabi mengutus Mua‟dz bin Jabal ke daerah Yaman. Kemudian hadist inilah yang menjadi landasan hukum dalam pembagian dan harta zakat.. ِ ‫حدَّثَنَا أَبو ع‬ ‫اق َع ْن ََْي ََي بْ ِن‬ َّ ‫اص ٍم‬ ُ ‫الض َّح‬ َ ‫اك بْ ُن َمَْلَ ٍد َع ْن َزَك ِريَّاءَ بْ ِن إِ ْس َح‬ َ ُ َ ِ ٍ َّ‫عب ِد اللَّ ِه ب ِن صي ِفي عن أَِِب معب ٍد عن اب ِن عب‬ ‫َِّب‬ َّ ِ‫اس َرض َي اللَّهُ َعنْ ُه َما أ ََّن الن‬ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ٍّ ْ َ ْ َْ. ‫ال‬ َ ‫ث ُم َعاذًا َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ إِ ََّل الْيَ َم ِن فَ َق‬ َ ‫ص ََ ََّّل اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم بَ َع‬ ‫ول اللَّ ِه فَِإ ْن ُه ْم أَطَاعُوا‬ ُ ‫َِّن َر ُس‬ ‫ْادعُ ُه ْم إِ ََّل َش َه َادةِ أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل اللَّهُ َوأ ي‬ ِ‫لِ َذلِك فَأَعل‬ ٍ ‫َن اللَّه قَ ْد افْ تَ رض علَي ِهم َخَْس صلَو‬ َّ ‫ات ِِف ُك يل يَ ْوٍم‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫م‬ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ْ ْ َ َ َ ِ‫ولَي لَ ٍة فَِإ ْن هم أَطَاعوا لِ َذلِك فَأَعل‬ ِ َّ َّ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫اف‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫َن‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫م‬ َ ْ ً‫ص َدقَة‬ َ َ ُ ُْ َْ َ ْ ْ َ َ َ ُْْ ْ َ ‫ِِف أ َْم َواِلِِ ْم تُ ْؤ َخ ُذ ِم ْن أَ ْغنِيَائِ ِه ْم َوتَُرُّد َعلَى فُ َقَرائِ ِه ْم‬ “telah menceritakan kepada kami Abu „Ashim Adh-Dlohhak bin makhlad dari Zakariya‟ bin Ishaq dari Yahya bin „Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma‟bad dari Ibnu „Abbas radiallahu „anhuma bahwa ketika Nabi Shlallahualaihiwasallam mengutus Mu‟adz, ra ke negeri Yaman, Beliau berkata: Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian)tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika atas mereka shalat lima waktu sehari semalam, dan jika mereka telah mentaatiny, maka beritahulahkanlah bahwa allah telah mewajibkan atas mereka Shadaqah(zakat)dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka.(Bukhari : 1308)..

(23) 14. Hadis diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, serta mendirikan Shalat lima waktu sehari semalam selain itu juga kepada orang-orang kaya yang mempunyai harta lebih ( cukup nisabnya) agar memberikan zakat kepada orang-orang fakir dan miskin. Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang diberikan oleh muslim yang memenuhi syarat-syarat kepada orang-orang tertentu dan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan kadarnya (Mohammad Daud Ali, 1988: 39). Zakat memiliki berbagai hikmah dan efek nyata dalam harta, pribadi orang yang mengeluarkan zakat dan masyarakat Islam adalah bisa membersihkan harta, menambahkan berkah, menjaga dari kehancuran dan allah SWT mencegah faktor-faktor keruskan dan kehilangan dari orang yang mengeluarkan zakat karena zakatnya.(Hasan Ayub, 2010: 346) 3. Tujuan Zakat Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi hablum minallah dan dimensi minannas ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Islam di balik kewajiban zakat adalah sebagai berikut: 1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan 2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh ghari,ibnusabil dan mustahiq dan lain-lainnya. 3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya 4. Menghilangkan sifat kikir atau lomba pemilik harta kekayaan 5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orangorang miskin.

(24) 15. 6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan miskin dalam suatu masyarakat 7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama pada mereka yang mempunyai harta 8. Mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya 9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial. Berdasarkan uraian diatas maka secara umum zakat itu dapat untuk menutupi pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan sebagai perwujudan dari rasa tolong-menolong antara sesama manusia beriman (Elsi Kartika Sari, 2007: 13) 4. Hikmah Zakat Kesenjangan penghasilan rezki dan mata pencaharian dikalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini, dalam penyelesaiannya memerlukan campur tangan Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surat An-Nahl ayat 71:.                         Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah..

(25) 16. Maksud ayat diatas adalah bahwa Allah melebihkan sebagian yang lain dalam hal rezeki. Allah SWT mewajibkan orang kaya untuk memberikan hak yang wajib atau fardhu kepada orang fakir, miskin dan orang-orang yang berhak membutuhkannya. Dalam ayat yang lain Allah SWT juga mengatakan dalam surat adz- Dzariyat ayat 19 :.      Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. Kefarduhan zakat merupakan jalan yang paling utama untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut. Juga bisa merealisasikan sifat gotongroyong dan tanggung jawab sosial dikalangan masyarakat Islam. Menurut Wabbah al-Zuhayly mencatat hikmah zakat itu ada 4 : a) Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri (orang yang jahat). b) Membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. c) Membersihkan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil serta membiasakan orang mukmin dengan pengorbanan dan kedermawanan . d) Mensyukuri nikmat Allah SWT berupa harta benda (Wabah al-zuhayliy, 1997: hal.85-86). Sedangkan menurut Didin Hafidhuddin mencatat 5 hikmah dan manfaat Zakat : a) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatnya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrealistis, menumbuhkan ketenangan hidup sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki..

(26) 17. b) Karena zakat merupakan hak mustahiq , maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina terutama fakir miskin kearah kehidupan yang baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri dengki dan hasrat yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. c) Sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para hamba Allah SWT yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad dijalan Allah SWT yang karena kesibukannya tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan menafkahi diri dan keluarganya. d) Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana Ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim. e) Untuk memasyaratkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita usahakan dengan baik, benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT. 5. Manfaat Zakat Zakat ini bermanfaat untuk meratakan pendapatan. Dengan kata lain, supaya harta tersebut jangan sampai menumpuk pada satu tangan, sementara yang lain kekurangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dala surat AlHasyar ayat 70 :.

(27) 18.                   Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benarbenar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. Berdarkan ayat diatas manfaat di syariatkan itu diantaranya adalah supaya harta itu tidak hanya beredar dikalangan orang-orang kaya diantaranya adalah untuk membersihkan jiwa orang yang berzakat dari sifat sombong dan kikir, serta membersihkan hartanya dari bercampur baurnya dengan hak orang lain (Amir Syariffuddi, 2003 :39). 6. Golongan Penerima Zakat Golongan penerima zakat ialah orang-orang yang berhak menerima harta zakat (mustahik) dapat diperinci menjadi delapan golongan sebagainya firman Allah dalam surat At- Taubah (9) : 60:.                         Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, pada Mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), dan orang-orang yang sedang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah: dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.”.

(28) 19. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa zakat tidak dapat diserahkan kecuali untuk 8 kelompok (sektor) sebagai berikut: a. Fakir Seperti telah dijelasakan Allah dalam surat At-Taubah (9): 60, kelompok penerimaan Zakat pertama dan kedua adalah orang-orang fakir (fuqara) dan orang-orang miskin (masakin) di kalangan para ulama, terutama ahli tafsir, kata fakir dan miskin dimasukan dalam kategori dua kata artinya: “Apabila kedua kata itu disebut bersama-sama masingmasing memilki arti yang berbeda dengan yang lain. Tetapi apabila masing-masing disebut secara terpisah dari yang lain, maka kedua kata itu memiliki kesamaan arti”. Pada kenyataannya ababila kita hubungkan penggunaan kata Fakir dan miskin dalam masyarakat indonesia yang kebanyakan tidak mengenal perbedaan antara keduanya maka pendapat Abu Yusuf dan Ibn al- Qasim nampak cukup relevan. Apabila dikaitkan dengan kenyataan bahwa pihak jumhur kontraversi yang berkepanjangan tentang devenisi serta kondisi ketidak mampuan ekonomi masing-masing, yang kontraversi ini sebenarnya tidak ada manfaatnya. Menurut Muhammad „Abd Al-Mun‟im Jamal dalam kitab tafsirnya memberi pengertian bahwa, fakir adalah orang yang mempunyai harta sedikit, tapi kurang satu nisab, sedangkan miskin adalah tidak mempunyai apa-apa ia yang telah lemah dibanding orang fakir (Mu‟inan Rafi‟, 2011: 49- 51). b. Miskin Mereka adalah orang yang mampu untuk bekerja, namun untuk memenuhi kebetuhun sehari-harinya tidak mencukupi, seperti ia butuh sepuluh, tetapi ia hanya mampu tujuh saja, sehingga tidak mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya..

(29) 20. Menurut ulama syafi‟yah dan hanabila, orang fakir lebih buruk keadaannya dengan orang miskin, karena orang fakir merupakan orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan sama sekali. Sementara orang miskin adalah orang yang memiliki atau mempunyai penghasilan tetapi penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya. Maksud dari kecukupan disini adalah orang yang bekerja dapat memenuhi kehidupan dari hari kehari. Jadi orang miskin adalah tidak memiliki ketetapan dalam setiap harinya, baik itu kebutuhannya, tempat tinggal dan lain-lain (Mu‟inan rafi‟, 2011: 48). c. „Amil Imam As-syafi‟i menyatakan bahwa „amilun adalah orang-orang yang diangkat untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya, yaitu para sa‟i ( orang-orang yang datang ke daerah-daerah untuk memungut zakat) dan petunjuk jalan menolong mereka, karena tidak dapat memungut zakat tanpa pertolongan petujuk jalan itu. Sedangkan menurut Al-Qadawi, „Amilun adalah semua orang yang bekerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan pendayagunaan dan seterusnya. „Amil adalah para petugas yang mengelola zakat, baik dalam urusan pengumpulan, pendayagunaan, ketatausahaan dan lain sebagainya. Seorang „amil haruslah yang diangkat oleh petugas pemerintah , dalam hal ini imam (kepala negara) atau pembantuny. Pendapat ini dolonggarkan oleh beberapa ulama kontemporer semacam Abu Zahrah, menurutnya, „amil adalah mereka yang bekerja untuk pengelolaan zakat, menghimpun,. menghitung,. mecari. orang-. orang. yang. butuh. (Mustahiqqin), serta membagikanya kepada mereka (Mu‟inan Rafi‟, 2011: 58-59). d. Muallaf.

(30) 21. Pengertian muallaf adalah orang yang dilunakkan hatinya agar mereka tertarik pada agama islam karena belum keimanan mereka belum mantap, atau untuk menghindari petaka yang mungkin mereka lakukan terhadap kaum. muslimin,. atau. mengambil. keuntungan. yang. mungkin. dimanfaatkan untuk kepentingan mereka (Sayyid Sabiq, 2012 :145). Makna muallaf. disni antara lain yaitu mereka yang diharapkan. kecendrungan hatinya dan keyakinannya dapat bertambah kepada Islam, atau terhalang niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh (Mu‟inan Rafi‟, 2011: 63-64). Kelompok kafir terdiri atas dua bagian, yaitu orang-orang yang ditakuti kejelekanya. Disebutkan bahwa Nabi SAW pernah memberikan sesuatu kepada orang kafir, untuk menundukan hatinya agar mereka mau masuk Islam. Di dalam kitab Shahih Muslim, disebutkan bahwa Nabi SAW. Pernah memberi Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah, Uyaynah bin Hishn, al-Aqra‟ bin Habis, dan Abbas bin Mirdas (Wahbah Al-Zuhayly, 2000: 283). e. Riqab (Para Budak) Para budak yang dimaksudkan di sini, menurut jumhur ulama, ialah para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (almukatabun) untuk memerdekakan dan tidak memiliki unag untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian. Mereka tidak mungkin melepaskan atas diri mereka yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. Jika seseorang hamba yang dibeli, uangnya tidak akan diberikan. kepadanya melainkan kepada tuannya (Wahbah Al-. Zuhayly, 2000: 285). Menurut ulama hanafiyah dan syafi‟iyah, mereka adalah budak-budak mukatab. Yakni muslim yang tidak mempunyai harta untuk mencukupi.

(31) 22. apa yang mereka lakukan, sekalipun sudah banting tulang untuk bekerja. Karena tidak mungkin memberikan zakat kepada seseorang yang hendak melepas status budaknya. Melainkan mereka adalah budak mukatab. Jika seseorang budak dibeli dengan bagian zakat ini, maka zakatnya diberikan pada tuannya. Dan belum terealisasi memberikan hak milik sesuai yang diinginkan dalam menunaikan zakat. Syarat memberikan zakat pada budak mikatab adalah dia harus beragama islam dan memang sedang membutuhkan, karena pada saat sekarang ini tidak ada lagi perbudakan didunia. Sebab telah dihapuskan dan dianggap tindak kriminal secara internasional maka bagian ini tidak mempunyai eksitensi secara nyata, maka itu tidak mempunyai jalur syariat yang membolehkannya. f. Orang berhutang (gharimin) Al-Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang bertumpuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian tidak mampu untuk membayar hutangnya.Maka dengan Zakat diharapkan dapat dipergunakan untuk melunasi sebagian atau seluruh hutangnya. Para ulama membagi gharimin menjadi dua macam, pertama, orang yang berhutang untuk kemaslahatan dirinya dan keluarganya, dan yang kedua, orang yang berhutang untuk kemaslahatan orang lain atau kepentingan umum. Dengan demikian gharimin diberi bagian Zakat sekedar untuk melunasi hutangnya. Gharim. menurut. ulama. hanafiyah. adalah. orang-orang. yang. mempunyai tanggungan hutang atau tidak memiliki satu nisab yang lebih dari hutangnya. Para ulama malikiyah mengatakan, bahwa gharim adalah orang yang terhimpit hutang kepada orang lain yang digunakan bukan untuk perbuatan keji dan merusak. Yaitu orang yang tidak mempunyai harta untuk membayar hutangnya..

(32) 23. Bentuk permashalaaan gharim yang dapat diberi zakat karena berhutang untuk kepentingan pribadi adalah: a.. Tidak mampu membayar seluruh atau sebagian hutangnya, apabila seseorang tidak mampu membayar hutang, akan tetapi ia mampu membayar hutangnya. Dia bisa diberi zakat untuk melunasi hutangnya.. b.. Dia berhutang untuk bidang ketaatan kepada Allah SWT atau dalam bidang mubah ( diperbolehkan agama). Dengan demikian zakat tidak bisa didistribusikan kepada gharim yang berhutang untuk tujuan kemaksiatan.. c.. Hutang yang harus selalu dilunasi, bukan hutang yang masih lama pembayaranya. Sedangkan untuk syarat gharim berhutang karena kepentingan orang. lain yang tanpa adanya syarat tentang ketidak mampuannya. Jadi apabila gharim ini kaya tetap berhak menerima dana zakat. Hal demikian sangat jelas dikemukakan oleh sebagian ulama syafi‟iyah (Mu‟inan Rafi‟, 2011: 70). g. Pada jalan Allah (fisabilillah) Fisabilillah adalah jalan yang menyampaikan kepada ridha Allah SWT. Baik berupa ilmu pengetahuan maupun amal perbuatan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan fisabilillah adalah berperang dijalan Allah SWT. Pada masa sekarang yang di utamakan adalah mendanai sekaligus menyiapkan para da‟i muslim dan kemudian menugaskan mereka berdakwa di Negara Non muslim. Mereka adalah para mujtahid yang berperang yang tidak mempunyai hak dalam honor sebagai tentara, karena jalan mereka adalah mutlak berperang dijalan Allah. Seperti firman Allah dalam surat AS.-Shaff: 4 :.

(33) 24.            “sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalannya dalam barisan yang teratur, maka seakan-akan seperti suatu bagunan yang tersusun kukuh. Mereka diberi zakat karena telah melaksanakan misi penting mereka dan kembali lagi. Menurut Jumhur Ulama, mereka tetap diberi zakat sekalipun orang kaya, karena yang mereka lakukan adalah kemaslahatan bersama. Adapun orang yang mempunyai honor tertentu maka tidak diberi zakat, karena orang yang mempunyai honor tertentu maka tidak diberi zakat, karena orang yang menerima rezeki rutin yang mencukupi dianggap sudah cukup. Seseorang tidak boleh melaksanakan ibadah haji dengan zakat maalnya, juga tidak berjihad dijalan Allah dengan zakat mallnya tersebut. Demikian juga seseorang tidak boleh dihajikan dengan menggunakan zakat maalnya.dan zakat maalnya tidak boleh diniatkan untuk berjihad dijalan Allah atas namanya, karena Hal itu tidak sesuai dengan apa yang telah diperintahkan. Abu Hanifah mengatakan, orang yang berperang dijalan Allah tidak diberi zakat melainkan dia fakir (Wahbah al-Zuhaili,: 2005 : 286). Al-Razi mengatakan bahwa Fi-sabilillah bukan berarti terbatas pada perperangan, melainkan berarti segala jalan kebaikan, oleh sebab itulah boleh-boleh. saja. zakat. diberikan. untuk. mengkafani. jenazah,. memakmurkan mesjid dan lain-lain. Bahkan menurut al-maraghi fi‟sabilillah adalah segala kemaslahatan untuk kaum muslimin seluruhnya menuju tegaknya agama..

(34) 25. Sejalan. dengan. itu,. Yusuf. al-Qardawi. dalam. penelitiannya,. bahwasannya fisabilillah berarti jihad dalam pengertian komperehensif, tidak hanya berdimensi militer, melainkan juga berdimensi pemikiran, pendidikan sosial , ekonomi dan politik. Artinya bahwa bisa suatu proyek kebajikan di suatu negeri dalam satu kurun waktu merupakan bentuk jihad fisabilillah , akan tetapi proyek yang sama dilakukan pada negeri lain hanya dianggap sebagai amal kebajikan biasa. Masalahnya tergantung pada sejauh mana proyek kebajikan itu merupakan respon terhadap tantangaan yang dihadapi agama Allah SWT ataukah ia hanya sekedar merupakan sesuatu terjadi dalam situasi yang biasa-biasa saja (Mu‟inan Rafi‟, 2011 : 73). Menurut mazhab Syafii dan Hambali, fisabilillah adalah orang-orang yang berperang dengan sukarela sedang mereka tidak memperoleh hak gaji dari negara bafian tentara muslim. Karena sesungguhnya mereka tidak diberi zakat dari bagian orang yang berperang, karena memperoleh rezeki dari rampasan perang. h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil) Ibn as-Sabil adalah orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan tidak dapat mendatangkan uang dari rumahnya.Orang tersebut diberi Zakat hanya sekedar untuk sampai pada tujuan yang dimaksud.Ibn asSabil dapat memperoleh bagian Zakat apabila benar-benar membutuhkan uang Zakat, artinya tidak mempunyai atau kekurangan biaya untuk kembali ke daerahnya, dan tidak sedang dalam perjalanan maksiat, dan tidak. mendapatkan. orang. yang. memberi. pinjaman. pada. saat. meneruskannya. Menurut syafi‟i zakat wajib diberikan kepada delapan golongan tersebut jika zakat dibagikan oleh imam atau pemimpin dan terdapat petugas pengumpul zakat(amil), jika amil tidak ada maka diberikan kepada tujuh golongan saja, jika tidak ada sebagian golongan maka.

(35) 26. berikan saja kepada golongan yang ada (Ad-dimasyqy Abdurrahman, 2004: 149). 7. Golongan yang tidak berhak menerima zakat Diantara golongan yang tidak berhak menerima zakat adalah: a. Orang kafir dan golongan ateis Ketentuan terkait orang-orang ini telah disepakati para ulama fiqih. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa ,”ia (zakat )di ambil dari orang kaya diantara mereka.”kemudian diberikan kepada orang miskin di antara mereka.” Yang dimaksud orang kaya dan orang miskin disini adalah dari kalangan ulama islam. Ibnu mundzir berkata ,”seluruh ulama yang kami ketahui, sepakat bahwa orang dzimmi. tidak berhak. memperoleh pembagian zakat sedikitpun. Namun disini dikecualikan golongan. muallaf. sebagaimana. telah. diterangkan. sebelum. ini.. Bagaimanapun orang Dzimmi dibolehkan menerima sedekah (Sayyid Sabiq .2012: 78). b. Bani Hasyim Yang di maksud dengan Bani hasyim adalah keluarga Ali, keluarga Uqail,keluarga Ja‟far, keluarga Abbas, dan keluarga Harits. Ibnu Qudammah berkata,” sejauh yang kami ketahui, yidak ada perselisihan pendapat bahwa bani Hasyim tidak dibenarkan menerima Zakat wajib (Sayyid Sabiq.2012 : 79) c. Bapak dan anak Para ulama fiqih sepakat bahwa tidak dibolehkan memberikan zakat kepada bapak,kakek,ibu, nenek, anak laki-laki dari anak alasanya, karena mereka menjadi kewajiban bagi pambayar zakat untuk memberikan nafkah atau belanja kepada bapaknya dan seterusnya kepada anakcucunya. Walaupun mereka miskin, mereka tetap dianggap kaya disebabkan kekayaan orang yang membayar zakat(dari keluarganya sendiri). Jadi, apabila dia memberi kan zakat kepada mereka, berarti dia.

(36) 27. telah menarik keuntungan bagi dirinya sendiri dengan mengabaikan kewajiban memberi nafkah (Sayyid Sabiq .2012: 80). Imam malik mengecualikan kakek, nenek,dan cucu. Menurutnya, zakat boleh diberikan kepada mereka, karena mereka tidak diwajibkan memberi nafkah.Hal ini, jika mereka dalam keadaan miskin. Jika mereka kaya dan berperang Fi sabilillah sebagai sukarelawan, maka si pembayar zakat dibolehkan memberikan zakat kepada mereka dari bagian fisabilillah. Sebagaimana mereka juga boleh diberi zakat sebagai bagian dari Gharimin.Sebab, orang yang memberikan zakat tidak diwajibkan membayar hutangnya.Demikian pula dia dibplehkan memberi mereka dari bagian amil apabila mereka bertugas sebagai amil. d. Istri Ibnu mundzir berkata, ”Para ulama sepakat seorang suami tidak dibolehkan memberikan zakat kepada istrinya.”sebab, dia berkewajiban memberikan nafkah kepadanya, hingga dengan demikian istri tidak berhak menerima zakat sebagaimana halnya kedua ibu bapak, Berbeda halnya apabila istri mempunyai hutangnya dalam kasus ini,boleh diberi zakat dari bagian Ghairimin untuk melunasi hutangnya (Sayyid Sabiq .2012:81). e. Dana zakat untuk pembangunan fasilitas Tidak dibolehkan menyerahkan zakat untuk kepentigan amal kebajikan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. f. Orang kaya Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan, sudah jelas bahwa orang yang memiliki kekayaan yang melebihi kebutuhannya itu haram baginya menerima zakat Mengenai ukuran kekayaan minimal, ulama berpendapat, diantaranya : 1. Mazhab Hanafi dan Madzhab Hadawi mengatakan bahwa orang kaya yang memiliki nisab zakat, yaitu 200 dirham perak atau senilai.

(37) 28. dengannya dari harta benda yang tidak wajib dizakati dan merupakan kelebihan dan kebutuhannya. 2. Pendapat Imam Ahmad Ibnu mubarak, Ishak dan hasan bin salih mengatakan bahwa ukuran minimal kekayaan adalah memiliki 50 dirham perak. 3. Pendapat Abu Ubait dan Imam Malik yang menyatakan bahwa ukuran minimal kekayaan adalah 40 dirham atau senilai 120, 96 gram perak. 4. Pendapat Ibnu Hazm dan Abu Ubait yang menyatakan bahwa ukuran minimal kekayaan adalah memiliki makanan untuk siang dan malam (Abdullah lam Bin Ibrahim, 2005: 186). 8. Rukun dan Syarat-Syarat Zakat A. Adapun Rukun Zakat adalah: a.. Niat (adanya dari muzzaki untuk berzakat). b.. Muzzaki (orang yang berzakat). c.. Mustahik (orang yang menerima zakat). d.. Harta yang dizakatkan. B. Syarat - syarat zakat 1. Syarat-syarat Muzzaki a) Niat b) Islam Tidak ada kewajiban zakat atas orang kafir berdasarkan Ij‟mak ulama. Sebab zakat adalah ibadah menyucikan. Sedangkan orang kafir bukanlah termasuk ahli kesucian. c) Merdeka Tidak wajib atas budak untuk berzakat, sebab dia tidak memiliki hak penuh terhadap harta yang akan dizakatkannya. d) Kepemilikan yang sempurna terhadap harta Harta yang akan dikeluarkan zakatnya adalah benar-benar harta kepemilikan penuh dari muzzaki. Artinya tidak ada kewajiban zakat.

(38) 29. bagi harta yang bukan dimiliki secara penuh, sebab harta tersebut belum tentu menjadi milik penuh dari muzzaki karena ada kemungkinan harta tersebut berpindah kepemilikannya. e) Tidak ada hutang Maksud disini yaitu harta yang akan dikelurkan zakatnya tidak menghalangi kewajiban zakat baik untuk Allah seperti zakat, pajak bumi, maupun untuk Allah, meskipun utang jaminan, sebab orang yang berpiutang yang dijamin bisa menggambil piutang dari siapapun yang dia kehendaki. Adapun hutang yang tidak dituntut dibayar oleh hamba seperti hutang nazar, kaffarah, dan haji. Maka tidak menghalangi kewajiban zakat. 2. Syarat-Syarat bagi mustahik zakat a.. Islam. b.. Baliq dan berakal Orang yang belum baliqh dan berakal (anak-anak) tidak sah diberi zakat, karena orang yang belum baliqh dan berakal itu masih dalam tanggung jawab orang tuanya.. c. Jelas adanya Zakat yang diberikan jelas adanya baik dia orang atau badan atau lembaga atau kegiatan 3. Syarat-Syarat harta yang dizakatkan a. Peralihan Harta Harta yang dizakatkan, maka terjadi peralihan harta dari muzzaki ke mustahik zakat. b. Mencapai senisab Nisab adalah ukuran batas minimal harta yang dimiliki seseorang untuk mengeluarkan zakatnya, jadi apabila seseorang memiliki harta kekayaan yang kurang sampai senisab, maka ia tidak wajib untuk mengeluarkan zakatnya..

(39) 30. c. Berlaku satu tahun Haul adalah perputaran harta satu nisab dalam waktu 12 bulan (dalam satu tahun), zakat tersebut wajib dibayar 2,5 % dari harta yang dimilikinya dan diberikan pada yang berhak menerimanya. Apabila harta tidak mencukupi satu nisab maka ia tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. d. Kondisi harta Kondisi harta tersebut disyaratkan berkembang, sebab makna zakat yakni berkembang, yang dimaksud bukanlah berkembang sejati. Tetapi, keadaan harta itu bisa berkambang dengan diperdagangkan atau dikembangbiakan. Artinya, dipelihara (Amir Syarifuddin, 2003: 40). 9. Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 di Indonesia guna mewujudkan tujuan nasional dalam melaksanakan pembanggunan nasional, zakat merupakan salah satu sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Dengan menjadi sumber dana maka perlu diadakan pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab maka keluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam pasal 1 butir 2, zakat ialah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Setiap waraga negara indonesia yang beragama Islam yang mampu atau orang muslim yang telah memiliki suatu badan berkewajiban menunaikan zakat. Pengelolaan zakat ialah suatu kegiatan perencanaa, perorganisasian, pelaksanaan, pengawasan terhadap pengumpulan, dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat. Berdasarkan pasal 4, pengelolaan zakat berasasakan iman dan taqwa dan kepastian hukum sesuai dengan.

(40) 31. pancasila dan UUD 1995. Adapun tujuan pengelolaan zakat adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menemukan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata kegiatan dalam upaya mewujudkan kesejahtaraan masyarakat. 3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil yang dibentuk oleh pemerintah yang yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki. Muzakki dapat melakukan perhitungan sendiri haknya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama dalam hal tidak dapat menghitung sendiri haknya dan kewajiban zakat. Muzakki dapat menerima bantuan dari Badan Amil Zakat atau Bdan Amil Zakat untuk memberikan bantuan kepada muzakk untuk menghitungnya. Badan Amil Zakat dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki, selain zakat badan amil dapat menerima seperti infak, hibah, waris dan kafarat(denda yang wajib dibayar pada amil zakat oleh yang melanggar ketentuan agama). Hasil penerimaan zakat, infak, sodaqoh, hibah, wasiat waris, dan kafarat didayagunakan untuk mustahik sesuai ketentuan agama serta untuk usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap pengelolaan zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat dengan benar harta zakat, infak, sodaqoh,wasiat, waris dan kafarat dapat dikatakan melakukan tindak pidana dan pelanggaran yang hukuman.

(41) 32. selama-lamanya. 3. bulan. dan/. atau. denda. sebanyak-banyak. Rp. 30.000.000,00 ( Tiga puluh juta rupiah). Sebagai pelaksanan UU No 38 tahun 1999 berdasarkan keputusan presiden No 8 tahun 2001 dibentuk suatu badan amil zakat nasional (BAZNAS) yang mempunyai tugas pokok untuk merealisasikan misi BAZNAS adalah : 1. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat. 2. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat. 3. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kwalitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat. 4. Mengembangkan budaya “ memberi lebih baik dari menerima” dikalangan mustahik. 5. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam pengelolaan zakat. 6. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya dan 7. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat. B.. Pandangan Umum Tentang Infaq 1. Pengertian Infaq Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang dipertahankan ajaran islam. Infak menurut istilah para ulama diartikan sebagai perbuatan atau sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk menutupi kebutuhan orang lain, baik berupa makanan, minuman dan lain sebagainya juga akan mendermakan atau memberikan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah SWT semata (Elsi Kartika Sari, 2007: 6)..

(42) 33. Infaq berasal dari kata nafaqa, yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja, yang mana Allah telah menjelaskan Dalam QS. Al-Isra‟: 100 :.                Katakanlah (Muhammad), sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya dan manusia itu memang sangat kikir (QS. Al-Isra: 100). Infaq adalah mengeluarkan harta tertentu untuk dipergunakan bagi suatu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah SWT, Dalam Undangundang Nomor 23 tahun 2011 disebutkan bahwa infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan, kata infaq dapat berarti mendermakan atau memberikan rizeki (karunia Allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata. Pengertian ini diambil berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. AlBaqarah: 2-3 sebagai berikut:.                    (Kitab (al-Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka..

(43) 34. Secara ringkas dapat dirumuskan bahwa infaq adalah penegluaran dari setiap kali seorang muslim menerima rezeki (karunia) dari Allah sejumlah yang dikehendaki dan direlakannya (Padlullah, 1993: 6). Berdasarkan firman Allah dalam surat Al- Baqarah 195:.                 Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (dirimu sendiri) ke dalam kebinasaan, dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. AlBaqarah: 195). Menurut terminologi syariat infak ini berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam, karena infak dikeluarkan oleh setiap orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit (Muhammad Sanusi,2009:12). 2. Golongan Yang Diwajibkan Mengeluarkan Infaq a. Mereka yang sedang dalam kesempitan juga di wajibkan untuk mengeluarkan infak, bagi golongan ini berlaku infak minimal 10% dari penghasilan. b. Mereka yang dalam keadaam mampu atau dalam kelapangan, berlaku minimal 20-35% dari penghasilan. c. Mereka yang berlebih, terkena infak di atas 50% sampai 100%. 3. Keharusan berinfaq Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa infaq harus dikeluarkan, antara lain sebagai berikut: a. Infaq terhadap hasil usaha, Surat Al-Baqarah (2):267 :.

(44) 35.                                “Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah sebagian daripada (hasil) usaha kamu yang baik dan....” b. Infaq dari yang dikeluarkan bumi, sebagian dari padanya dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”. Surat Al-An‟aam (6):141:.                                   Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan..

(45) 36. c. Infaq terhadap harta (Hendaklah memberi nafkah dari harta Allah yang diberikan kepadanya”. Surat An-Nur (24):33:.                                                     Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadam.. dan janganlah kamu paksa budakbudak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. Namun dalam hal ini Allah telah menjelaskan Surat Al-An‟aam (6):141 yang artinya “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (Elsi Kartika Sari, 2007: 7-8)..

(46) 37. 4. Macam-Macam Infaq Empat macam infaq antara lain sebagai berikut: a. Mubah Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam. b. Wajib Aplikasi dari Infaq Wajib yaitu Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti: a) Membayar mahar (maskawin) b) Menafkahi istri c) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah c. Haram Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu: a) Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam. ( Alanfal :8:38):.                 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi Sesungguhnya akan Berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ". b) Infaq-nya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah (An-Nisa:38):.

(47) 38. . . . . . .              Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya d. Sunnah Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah. Infaq tipe ini yaitu ada 2 (dua) macam Sebagai berikut: a). Infaq untuk jihad. b) Infaq kepada yang membutuhkan 5. Rukun dan Syarat Infaq Rukun infaq yaitu memiliki 4 (empat) rukun :. 1. Orang yang berinfaq Yaitu orang yang berinfaq tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut: a.. memiliki apa yang diinfaqkan.. b.. bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.. c.. itu oarang dewasa, bukan anak yang kurang kemampuannya. d.. tidak. dipaksa,. sebab. infaq. itu. akad. yang. mensyaratkan. keridhaan dalam keabsahannya. 2. Orang yang diberi infaq Yaitu orang yang diberi infaq oleh penginfaq, harus memenuhi syarat sebagai berikut:.

Referensi

Dokumen terkait

Objek Kajian yang akan di survei dalam penelitian ini berupa wilayah- wilayah yang berada di batas fisik perkotaan dari hasil interpretasi citra tahun perekaman 1991,

Berangkat dari kebutuhan para pengguna tunanetra terhadap perpustakaan, menjadi peran penting bagi Perpustakaan Yayasan Mitra Netra untuk memenuhi kebutuhan para

Pengembangan dapat dilakukan dengan melihat potensi dalam diri pegawai karena setiap pegawai tentu memiliki potensi masing-masing yang perlu digali oleh perusahaan untuk

Dengan demikian, bentuk pelaksanaan kewajiban nafkah oleh suami yang berstatus narapidana terhadap isteri pada kategori ini dapat dikatakan terlaksana namun kurang,

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan pajak, sanksi pajak dan pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan kesadaran wajib pajak,

Hal ini dapat terlihat dari 20 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematis di kelas kontrol 8 orang siswa sudah mampu dalam menggunakan

(Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pemilik lahan dengan penggarap, pada Tanggal 18 September 2020). Perjanjian yang dilakukan antara Buk Samsinar sebagai pemilik lahan

Jadi yang penulis maksud dari judul penulis adalah mempelajari dengan cermat dari segi hukum terhadap apakah Menteri Perhubungan berwenang membuat aturan larangan