PENDAMPINGAN, KOORDINASI, BIMBINGAN DAN DUKUNGAN TEKNOLOGI UPSUS DAGING, TSP, TTP, DAN KOMODITAS UTAMA KEMENTAN
Dr. Ir. SIMON ELIESER, M.Si
LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2016
2 Loka Penelitian Kambing Potong
Loka Penelitian Kambing Potong i LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP/RDHP : Pendampingan, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS Daging, TSP, TTP, dan Komoditas Utama Kementan
2. Unit Kerja : Loka Penelitian Kambing Potong
3. Alamat Unit kerja : PO. BOX 1. Sei Putih, Galang, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara
4. Sumber Dana : DIPA 2016 5. Status Penelitian : Lanjutan 6. Penanggung Jawab
a. Nama
b. Pangkat/Gol.
c. Jabatan
: : :
Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si Pembina IV.a
Peneliti Madya
7. Lokasi : Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat 8. Agroekosistem : Perkebuan Sawit
9. Tahun Mulai : 2016 10. Tahun Selesai : 2016
11. Output Tahunan : 1. Mendukung pelaksanaan percepatan pencapaian swasembada daging
2. Mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak sapi
3. Mengembangan sistem terpadu sapi – perkebunan sebagai upaya pembangunan peternakan di Indonesia
12. Output Akhir : 1. Berkembangnya suatu konsep kawasan integrasi mendukung swasembada daging
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak sapi
3. Meningkatnya pendapatan petani dalam manajemen Agribisnis peternakan
13. Biaya : 250.000.000
ii Loka Penelitian Kambing Potong
Koordinator Program,
Antonius, S.Pt., M.Si.
NIP. 19830923 200801 1 005
Penanggung Jawab,
Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si.
NIP.19610907 198810 1 001
Mengetahui:
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Dr. Bess Tiesnamurti, MSc.
NIP. 19570524 198303 2 001
Kepala Loka Penelitian Kambing Potong
Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si.
NIP.19610907 198810 1 001
Loka Penelitian Kambing Potong iii ABSTRAK
Potensi lahan perkebunan sawit sangat besar di Indonesia, mampu menjadi sumber pakan bagi usaha ternak sapi dengan pemanfaatnan limbah sawit berupa pelepah sawit dikombinasikan dengan sumber pakan lokal serta hijauan. Melalui implementasi program integrasi berbasis tanaman sawit, diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pakan ternak secara berkelanjutan baik jumlah maupun kualitasnya. Sehingga program pemerintah meningkatkan populasi ternak sapi dapat terwujud. Upaya pendampingan khusus ini adalah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam melaksanakan konsep sistem integrasi tanaman perkebunan dengan ternak sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak yang dipelihara sehingga mendukung percepatan pencapaian swasembada daging Nasional. Kegiatan ini dilaksanakan pada tiga provinsi, yaitu : Sumater Utara, Sumatera Barat dan Aceh. Adapun pendampingan yang akan dilaksanakan berupa : Bimbingan teknis dan alih teknologi untuk petani serta melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi dalam sisitem integrasi dengan perkebunan kelapa sawit.
iv Loka Penelitian Kambing Potong
ABSTRACT
The potential of oil palm plantations in Indonesia to be a source of feed for cattle business with utilization waste oil in the form of palm fronds combined with local food resources as well as forage. Through the implementation of the integration program based of palm oil, is expected to meet the continuous availability of fodder in both quantity and quality. So that government programs increase the cattle population can be realized. This special assistance efforts are aimed at improving the knowledge of farmers in implementing the concept of system integration plantation crops with livestock, thereby increasing the productivity of livestock kept so as to support the acceleration of the achievement of national self-sufficiency in meat. This activity will conduct in three provinces, namely : North Sumatera, West Sumatera and Aceh. The assistance will be implemented in the form of: technical guidance and technology transfer to farmers and guidance, monitoring, evaluation and reporting. to increase the production and productivity of cattle in sisitem integration with oil palm plantations.
Loka Penelitian Kambing Potong 1 I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Wawasan pembangunan peternakan saat ini telah melakukan pendekatan keberlanjutan dengan memanfaatkan peluang serta memberdayakan sumber daya perkebunan tanpa merusak kelestarian sumberdaya. Secara ringkas bahwa pembangunan tersebut sebaiknya sesuai dengan potensi wilayah. Salah satu peluang yang dapat dilaksanakan adalah Integrasi tanaman pakan dengan kelapa sawit dengan memanfaatakan lahan di areal perkebunan kelapa sawit akan memberikan keuntungan seperti pengurangan biaya (cost) untuk pemupukan dan penyiangan.
Dalam sistem integrasi tersebut akan tersedia hasil samping tanaman dan industri kelapa sawit sebagai sumber pakan mendukung pengembangan usaha peternakan rakyat, meningkatkan produktivitas ternak mendukung swasembada daging.
Produksi kelapa sawit akan meningkat dengan tersedianya pupuk kotoran ternak sebagai kompos pupuk organik murah yang tersedia dan berkelanjutan.
Sistem integrasi tanaman-temak (SITT) merupakan usaha pertanian terpadu yang sangat efisien dan telah menjadi bagian dari budaya bertani masyarakat petani di Indonesia. Kearifan lokal ini perlu terus untuk dikembangkan dan dibina dengan baik sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Salah satu variasi model integrasi usahatani ini adalah integrasi sapi di lahan perkebunan kelapa sawit (SISKA). Potensi lahan perkebunan sawit yang sangat besar di Indonesia tidak dapat dipungkiri mampu menjadi sumber pakan bagi usaha ternak sapi dengan pemanfaatnan limbah sawit berupa pelepah sawit dikombinasikan dengan sumber pakan lokal serta hijauan introduksi berupa rumput dan leguminosa berkualitas tinggi. Melalui implementasi program integrasi berbasis tanaman sawit, diharapkan memenuhi ketersediaan pakan ternak secara berkelanjutan baik jumlah maupun kualitasnya. Sehingga program pemerintah meningkatkan populasi ternak sapi dapat terwujud.
2 Loka Penelitian Kambing Potong
Dasar pertimbangan
Konsep integrasi sawit-sapi mampu menjadi program unggulan untuk dikembangkan. dalam pola tanaman kelapa sawit sebagai komponen utama.
Sementara ternak atau sapi sebagai komponen pelengkap dan juga lebih ramah lingkungan memanfaatkan limbah perkebunan. Yakni limbah kelapa sawit dimanfaaatkaan sebagai pakan, pelepah sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit, dan rumput yang ada di lahan tersebut. Program integrasi sawit-sapi dapat mendukung program swasembada daging sapi secara nasional yang telah dicanangkan pemerintah pusat beberapa waktu lalu mengingat luasnya lahan perkebunan sawit di Indonesia. Disadari bahwa pengembangan kawasan sawit–
sapi memerlukan tenaga, waktu dan dana pembiayaan begitu juga penerapan teknologi yang tepat untuk mengaplikasikan sistem ini dan keterpaduan antara kedua subsektor (pertanian dan peternakan) sehingga produksi dihasilkan lebih efisien, berdaya saing dan berkelanjutan," dapat menyentuh pertumbuhan ekonomi, sektor riil dan UMKM bersama stakeholder pemerintah, instansi, teknis dan asosiasi usaha lainnya.
.
Tujuan
1. Mendukung pelaksanaan percepatan pencapaian swasembada daging 2. Mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak sapi
3. Mengembangan sistem terpadu sapi – perkebunan sebagai upaya pembangunan peternakan di Indonesia
Keluaran yang diharapkan
1. Berkembangnya suatu konsep kawasan integrasi mendukung swasembada daging
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak sapi
3. Meningkatnya pendapatan petani dalam manajemen Agribisnis peternakan
Loka Penelitian Kambing Potong 3
Perkiraan manfaat dan manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan hasil samping tanaman dan industri kelapa sawit sebagai sumber pakan mendukung pengembangan usaha peternakan rakyat, meningkatkan produktivitas ternak dan Produksi kelapa sawit dengan tersedianya pupuk kotoran ternak sebagai kompos pupuk organik murah yang tersedia dan berkelanjutan.
Adapun dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya populasi ternak sapi mendukung swasembada daging Nasional. Model pengembangan sapi potong yang dipadukan dengan perkebunan kelapa sawit akan mampu memberikan tambahan penghasilan kepada petani. Selain memperoleh pendapatan dari usaha penggemukan sapi, petani juga memperoleh hasil penjualan TBS kelapa sawit, penjualan dan penggunaan kotoran ternak sapi dalam bentuk pupuk.
4 Loka Penelitian Kambing Potong
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka teoritis
Permintaan daging secara nasional menunjukkan trend meningkat, dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2014. perkembangan permintaan dan kebutuhan konsumsi daging sapi tersebut di atas adalah merupakan suatu tantangan yang kemudian dijadikan peluang dalam rangka pengembangan ternak sapi potong. Sapi potong telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai komoditas unggulan. Disamping itu, kondisi agroklimat dan potensi sumber daya alam merupakan dukungan bagi pengembangan ternak sapi potong. Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti luas. Dengan adanya reorientasi kebijakan melakukan pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan sub sektor yang lain dalam naungan sektor pertanian. Hal ini semakin penting untuk dilakukan apabila dikaitkan dengan program swasembada daging Nasional.
Hasil-hasil penelitian
Program swasembada daging merupakan respon adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi daging meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging dan sapi hidup yang jumlahnya terus meningkat pada dasawarsa terakhir Sementara itu, impor daging dan sapi hidup telah menganggu sistem pasar lokal sebagaimana yang telah terjadi pada peternak sapi di Jawa Barat yang mengeluhkan akan adanya daging sapi impor karena telah menurunkan penjualannya hingga 50% (Kompas, 06 Mei 2005). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa per hektar kebun sawit dapat digunakan untuk memelihara sapi sebanyak 1−3 ekor (DIWYANTO, 2003). dengan peningkatan pendapatan dari pemeliharaan sapi dewasa per ekor adalah Rp. 2.500.000 per tahun (GUNAWAN et al., 2004).
Luas kebun kelapa sawit secara nasional mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2000 terdapat 4.158.079 ha, tahun 2001 meningkat menjadi 4.713.435 ha dan 2002 meningkat lagi menjadi 5.067.058 ha (http://www.deptan.go.id). Luasan lahan kebun kelapa sawit yang sedemikian tersebut akan memberi keuntungan ganda bila dikombinasikan dengan peternakan sapi potong.
Loka Penelitian Kambing Potong 5 III. METODOLOGI
Pendekatan
Perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat di Indonesia diarahkan menjadi sentra bibit sapi potong, maka dalam kurun waktu tertentu hal ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada sapi dan daging impor. Pada saat ini kepemilikan lahan sawit rakyat rata–rata adalah 2 ha untuk tanaman yang menghasilkan dan 1 ha untuk tanaman yang belum menghasilkan. Dengan luas lahan 3 ha maka jumlah sapi yang dibutuhkan untuk integrasi adalah 3 ekor.
Apabila petani sawit melakukan model integrasi maka akan terdapat beberapa sumber pendapatan tambahan, sumber-sumber pendapatan tersebut adalah: (i) hasil penjualan sapi, (ii) nilai jual pupuk kandang yang dihasilkan dari 3 ekor sapi, (iii) penghematan biaya pembelian pupuk anorganik, karena telah digunakan pupuk kandang secara intensif, (iv) pengurangan biaya pembersihan lahan kelap sawit karena sapi memanfaatkan rumput yang ada diareal perkebunan sawit dan (v) pengurangan biaya pakan, karena sapi dapat memanfaatkan limbah kelapa sawit, rumput dan gulma yang tumbuh di lahan sawit.
Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah untuk pengawalan dan pendampingan operasional pelaksanaan upaya khusus (UPSUS) dalam hal percepatan swasembada daging Nasional. Adapun kegiatan UPSUS yang akan dilakukan berupa :
a. Menyusun pedoman teknis
b. Koordinasi dan konsolidasi secara internal dan eksternal dengan instansi terkait
c. Melakukan bimbingan teknis dan alih teknologi untuk petani d. Melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
6 Loka Penelitian Kambing Potong
Bahan dan metoda pelaksanaan
Pelaksanaan pengawalan, pendampingan dan pengawasan kegiatan UPSUS untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi dalam sisitem integrasi dengan perkebunan kelapa sawit menyesuaikan pedoman teknis tentang tata cara pemeliharaan sistem terpadu sapi – perkebunan sebagai upaya pembangunan peternakan di Indonesia.
Loka Penelitian Kambing Potong 7 IV. ANALISIS RESIKO
DAFTAR RESIKO
NO RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1 Pembinaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan tidak lengkap
Realisai Angaran terlambat
Data dan informasi tidak akurat
DAFTAR PENANGANAN RESIKO
NO RESIKO PENYEBAB PENANGANAN RESIKO
1 Pembinaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan
Realisai Angaran terlambat
Melakukan pengamatan kontak petani melalui media elektronik berupa telepon.
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN :
Tenaga yang terlibat
Nama Pendidikan/Jab.
Fungsional Disiplin Ilmu Tugas Simon Elieser S3/Peneliti Madya Pemuliaan Penanggung
Jawab Simon Ginting S3/Peneliti Utama Nutrisi ruminansia Anggota Kiston simanihuruk S2/ Peneliti Madya Nutrisi ruminansia Anggota Antonius S2/ Peneliti Muda Nutrisi ruminansia Anggota
Syawal S3/Peneliti Reproduksi ternak Anggota
Alvian S1/ Peneliti Pertama Reproduksi ternak Anggota Rian Rosrtio S1/ Peneliti Pertama Pemuliaan Anggota
8 Loka Penelitian Kambing Potong
Jangka waktu kegiatan
Jangka waktu kegiatan ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2016
Pembiayaan
No Uraian Volume Satuan Harga
satuan Jumlah 1. Belanja barang untuk
persediaan konsumsi
Bahan pendukung kegiatan 1 Keg 18.000.000 18.000.000 2. Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan
58 OP 4000.000 232.000.000
TOTAL 250.000.000
Loka Penelitian Kambing Potong 9 DAFTAR PUSTAKA
DIWYANTO, K., D. SITOMPUL, I. MANTI, I.W. MATHIUS dan SOENTORO. 2003.
Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi.
Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Bengkulu, 9–10 September 2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT. Agricinal.
GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI DAN E.P. PRAPTANTI. 2004. Keragaan Model Pengembangan Integrasi Sapi–Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak di Denpasar, Bali pada Tanggal 20–22 Juli 2004.
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/sdl/lspenggunaan_lahan_ind.htm http://www.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp