FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KONVEKSI
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh MUH DARUS NIM 105711102916
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KONVEKSI
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
OLEH MUH DARUS NIM 105711102916
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Karya ini dapat diselesaikan atas izin Allah Yang Maha Mengatur segala urusan, dan Karya ini dpersembahkan kepada kedua orang tua kami yang selalu mendampingi melalui doa dan usahanya untuk mendukung penyelesain perkuliahan kami, serta untuk diri sendiri yang terus berusaha dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
MOTTO
‘’hari kemarin, hari ini ataupun hari esok adalah ujian.ada tiga hal yang menentukan keberhasilan dalam menghadapi ujian, hal yang pertama adalah persiapan, yang kedua juga adalah persiapan dan yang ketiga juga
persiapan.’’
‘’kehidupan tidak menuntut untuk menjadi lebih sukses dari siapapun. Kita hanya cukup menuntut diri sendiri untuk bisa menjadi manusia yang memiliki nilai yang dapat bermanfaat untuk orang lain. Tentukan seberapa
besar nilai kebermanfaatan dalam diri kita”
iv
v
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi atas Nama Muh Darus, NIM :10571110216, diterima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 0005/SKM-Y/60201/091004/2021, tanggal dzulqa’dah 1442 H/2021 m, Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Dzulqa’dah 1442 H Juli 2021 M PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Pro Dr. H. Ambo Asse, M. Ag (……….) (Rektor Universitas Makassar)
2. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si (……….) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (………..) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) 4. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, SE., MM (………..)
2. Dr. H. Muhammad Rusdyi (………..) 3. Dr. H. Andi Jam’an, SE., M. Si (………..)
4. Dr. Muryani Arsal, SE., MM. Ak, CA (………..) Mengesahkan
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si NIDN: 0902116603
vi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muh Darus
Stambuk : 105711102916
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi di Kota Makassar.
Skripsi Yang Saya Ajukan di Depan Tim Penguji Adalah ASLI Hasil Karya Saya Sendiri, Bukan Hasil Jiblakan dan Data Tidak Dibuat Oleh Siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juli 2021 Yang membuat Pernyataan,
Muh Darus
105711102916
Diketahui Oleh
Dekan Ketua Program Studi,
Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si Hj. Naidah, SE., M.Si
NIDN : 090116603 NBM : 710561
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu bapak H. Baharuddin dan Ibu Hj. Hasni yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari pihak-pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag selaku Rektor beserta Wakil Rektor I, II, III dan IV Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan beserta Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Asdar, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
6. Ibu A. Nur Fitrianti, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membimbing dan membantu selama dalam proses penyusunan skripsi hingga ujian akhir.
7. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
9. Untuk Bapak dan Ibu selaku staf dinas perindustrian perdagangan dan penanaman modal serta seluruh pihak pihak pengusaha industri konveksi kota makassar yang telah membantu dalam proses penelitian ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
11. Teman-Teman IMM FEB, warga IESP 1 dan Teman-teman dilingkungan PPPA Daarul Qur’an Makassar atas bantuan dan segala macam bentuk
ix
dukungannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan proses perkuliahan.
12. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis mampu merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 2021
Penulis Muh Darus
x
ABSTRAK
Muh Darus, 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi di Kota Makassar. Skripsi Program Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Bapak Ismail Badollahi, dan pembimbing II Ibu A. Nur Fitrianti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor nilai produksi, tingkat upah dan pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi yang ada di kota makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menyajikan data mengenai nilai produksi, tingkat upah dan pendidikan serta penyerapan tenaga kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pada nilai produksi dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan tingkat upah sebaliknya tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kota makasssar. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya perubahan pada nilai produksi akan memberikan dampak terhadap jumlah produksi yang harus dicapai sehingga berdampak pada faktor pertumbuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pada tingkat pendidikan tetap dibutuhkan untuk mendukung lingkungan kerja yang ada. Adapun tingkat upah pada dasarnya dalam dunia kerja menjadi acuan untuk bekerja, tapi dalam perindustrian konveksi tidak berpengaruh signifikan sebab lebih umumnya tingkat upah merupakan klasifikasi untuk jenjang pendidikan atau keterampilan yang memiliki nilai lebih di era saat ini.
Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja.
xi
ABSTRACT
Muh Darus, 2021. Factors Affecting Labor Absorption in the Convection Industry in Makassar City. Thesis Development Economics Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by mentor I, Mr. Ismail Badollahi, and mentor II, Mrs. A. Nur Fitrianti.
This study aims to see how the influence of production value factors, education and education, labor absorption in the convection industry in the city of Makassar.
This type of research used in this research is quantitative research by presenting data on the value of production, education and education as well as labor
The results of this study indicate that changes in the value of production and the level of education have an effect on labor absorption, while the level of wages has no effect on labor absorption in the convection industry in the city of Makassar. This is due to the fact that changes in the value of production will have an impact on the amount of production that must be achieved so that it has an impact on the required growth factors for the workforce. At the educational level, it is still needed to support the existing work environment. The wage level ceremony in the culture that is the reference for work, but in the convection industry it does not have a significant effect. In general, the wage level is a classification for education or skills that have more value in the current era.
Keywords: Labor Absorption.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ………..i
HALAMAN JUDUL………..ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO………..iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………...………iv
LEMBAR PENGESAHAN………...………v
LEMBAR PERNYATAAN………...………...vi
KATA PENGANTAR……….………..………v
ABSTRAK………..viii
ABSTRACT………..ix
DAFTAR ISI ……….………...x
DAFTAR TABEL………...xii
DAFTAR GAMBAR ……….xiii
DAFTAR LAMPIRAN………. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..………1
B. Rumusan Masalah ………7
C. Tujuan Penelitian ………..7
D. Manfaat Penelitian ………7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ………9
B. Tinjauan Empiris ……….27
C. Kerangka Konsep ………...31
D. Hipotesis ………..31
xiii BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………...32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………32
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ……….32
D. Populasi dan Sampel ……….33
E. Teknik Pengumpulan Data ………34
F. Teknik Analisis ………34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………..39
B. Hasil Penelitian……….43
C. Pembahasan ………56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………..58
B. Saran ………59
DAFTAR PUSTAKA ………60 DAFTAR LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Konveksi 6
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 24
Tabel 4.1 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Konveksi 43 Pada tahun 2016 – 2019 Kota Makassar
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Tingkat Umur 43 Tabel 4.3 Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 44 Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 45 Tabel 4.5 Nilai Produksi Industri Konveksi di kecamatan 46
Bontoala, Panakkukang, dan Mamajang
Tabel 4.6 Tingkat Upah Industri Konveksi di kecamatan Bontoala, 48 Panakkukang, dan Mamajang
Tabel 4.7 Tingkat pendidikan pemilik Industri Konveksi di kecamatan 49 Bontoala,Panakkukang, dan Mamajang.
Tabel 4.8 Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi 50 di kecamatan Bontoala, Panakkukang, dan Mamajang Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 4.9 Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi 51 di kecamatan Bontoala, Panakkukang, dan Mamajang Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tabel 4.10 hasil Uji Multikolinearitas 53
Tabel 4.11 Analisis Regresi Berganda 55
Tabel 4.12 Uji Hipotesis secara parsial 56
Tabel 4.13 Uji Simultan (Uji F) 58
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja 19
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 28
Gambar 4.1 Uji Normalitas 52
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas 54
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki penduduk yang besar bahkan menjadi Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia di bawah tiongkok, india, dan amerika serikat. hal tersebut tentu menjadikan pemerintah harus memberikan umpan balik berupa kebijakan-kebijakan yang lebih untuk dapat mensejahterahkan penduduk yang besar. Termasuk dalam hal aktivitas yang dilakukan oleh penduduk yang sudah masuk dalam kelompok usia angkatan kerja, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab individu atau pencari kerja dalam memiliki daya saing melainkan pemerintah jauh lebih bertanggung jawab atas kebijakan yang kemudian dapat menyiapkan lapangan pekerjaan yang cukup untuk penduduk yang besar pula.
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia beranggapan bahwa industri adalah jalan untuk kemudian mengejar ketertinggalan dari Negara- negara maju yang lebih dahulu berhasil dengan industrinya di berbagai bidang. Di indonesia Bahkan industri diharapkan mampu untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional, sebab industri merupakan bagian utama dalam perekonomian yang menjadi pendukung atas sektor-sektor perekonomian lainnya untuk kemudian menghasilkan barang ataupun jasa yang memiliki nilai, manfaat dan daya saing bagi produk dalam negeri maupun luar negeri.
2
Jumlah penduduk yang besar bagi suatu Negara akan menuntut sebuah pertumbuhan industri dengan harapan bahwa industri tersebut akan menjadi penyeimbang terhadap jumlah penduduk yang besar dengan jumlahlapangan kerja yang tersedian dan tentunya memadai untuk melakukan penyerapan tenaga kerja serta mengurangi tingkat pengangguran di Negara tersebut.
Pada dasarnya pertumbuhan industri suatu Negara juga akan membutuhkan sumber daya yang melimpah baik itu sumber daya manusia yang memadai ataupun sumber daya alam yang akan dimanfaatkan. Sebagai timbal balik atau pertumbuhan industri suatu Negara maka akan membantu dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi serta menekan angka pengangguran, begitupun sebaliknya ketika perindustrian tidak berkembang makan perekonomian juga tidak berkembang sebagai mana yang diharapkan serta angka pengangguranpun akan meningkat seiring dengan angka pertumbuhan penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk yang begitu besar di Negara berkembang akan menimbulkan masalah-masalah pada setiap usaha pembangunan sebab, disatu pihak, pertambahan penduduk yang begitu tinggi akan menimbulkan perkembangan jumlah tenaga kerja yang hampir sama cepatnya. Disisi lain dari pemerintah memiliki keterbatasan dalam kemampuan menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang baru.
Yang menjadi akibat dari dua masalah yang tidak sejalan keadaannya tersebut akan menimbulkan masalah-masalah seperti, jumlah pengangguran yang tinggi akan semakin tinggi jumlahnya, perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota menjadi bertambah pesat dan menimbulkan masalah urbanisasi yang berlebihan, pengangguran di kota-kota besar terus-
3
menerus bertambah, dan keadaan kemiskinan di Negara berkembang semakin serius.
Industri sebagai pemimpin sektor ekonomi lainnya berperan besar dalam penyiapan lapangan kerja dalam mengatasi pertambahan penduduk dan tenaga kerja, bahkan sektor industri dalam sejarahnya mampu menyumbang pendapatan nasional yang lebih besar dan menggeser sektor pertanian, Kuznets telah mengumpulkan data mengenai sumbangan dari berbagai sektor pada produksi nasional di tiga belas Negara yang saat ini digolongkan sebagai Negara-negara maju. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan Kuznest menyimpulkan bahwa dua belas dari tiga belas Negara mengalami penurunan sumbangan sektor pertanian terhadap produksi nasional dan sektor industri di dua belas Negara mengalami peningkatan dalam menghasilkan produksi nasional. Umumnya pada awal abad ke-19 sektor pertanian memiliki peran penting dalam menghasilkan produksi nasional dibanding dengan sektor industri akan tetapi hingga pertengahan abad ke-20 terjadi perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan yang kemudian sektor industri yang lebih banyak dalam menghasilkan produksi nasional.
Mengaitkan pertumbuhan penduduk, petambahan tenaga kerja dengan pekembangan industri merupakan hal yang padu ketika semuanya berjalan sesuai fungsinya sebagai mana setiap pertambahan tenaga kerja mampu ditampung oleh penyedia kesempatan kerja dalam hal ini sektor industri.
Salah satu sebab perkembangan sektor industri ialah ditinjau dari sebab akibat yang terjadi di dalam perekonomian seperti sifat konsumsi yang dimiliki masyarakat ketika pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan
4
oleh perubahan pendapatan (income elasticity of demand) adalah rendah untuk konsumsi akan bahan-bahan makanan, akan tetapi berbeda terhadap
permintaan akan bahan-bahan pakaian, perumahan, dan barang-barang konsumsi yang bersifat hasil industri yang keadaannya meningkat. Hal yang demikian telah dijelaskan dalam hukum Engels yang di mana dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian. akan tetapi sebaliknya, tingkat pendapatan yang dipakai untuk membeli barang- barang hasil produksi atau industri menjadi tambah besar. Hal itu menunjukan bahwa industri dalam memenuhi permintaan yang besar juga membutuhkan sumber daya dalam hal ini sumber daya manusia (tenaga kerja) dan sumber daya alam. Maka dari itu peluang penyerapan tenaga kerja di sektor industri cukup besar.
Analisis penyediaan tenaga kerja dari sektor pertanian, industri dan jasa telah dilakukan oleh Kuznets dengan mengumpulkan data dari 14 negara, dan berkesimpulan bahwa peran sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja menurun di tiap-tiap Negara. Berbeda dengan peran sektor industri yang mengalami peningkatan terhadap penyediaan kesempatan kerja, hal tersebut yang menjadikan sektor industri begitu penting dalam mengatasi angka pengangguran. Dalam analisis Chenery dan Syrquin menunjukkan bahwa saat pendapatan per kapita US$100, persentase jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, industri, dan jasa ialah 65,8 persen, 9,1 persen, dan 25,1 persen. Dan apabila pendapatan perkapita meningkat menjadi US$1.000, maka peran sektor pertanian, industri, dan tenaga kerja dalam menampung tenaga kerja berubah menjadi, 25,2 persen untuk sektor
5
pertanian, 32,5 persen untuk sektor industri, dan 42,3 persen untuk sektor jasa.
Umumnya di suatu Negara termasuk indonesia perkembangan sektor industri terletak di perkotaan sedangkan industri pertanian di wilayah pedesaan. Perubahan pola perekonomian dari pertanian ke perindustrian berdampak pada kependudukan. Perindustrian membawa dampak pada peningkatan aktivitas di perkotaan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa akibat permintaan akan barang produksi maka produktivitas industripun harus meningkat dan membuka kesempatan kerja. Hal yang demikian itu yang menjadi sebab atas perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapat pekerjaan. Salah satu kota yang menjadi wilayah perkembangan industri di indonesia yaitu kota Makassar yang terletak di wilayah timur indonesia dan menjadi ibu kota prowinsi Sulawesi selatan.
dalam catatan yang diterbitkan oleh provinsi Sulawesi selatan menyebutkan bahwa kota Makassar selain menjadi kota terbesar ke empat di indonesia dan terbesar di wilayah timur indonesia juga disebutkan sebagai kota metropolitan. Kota metropolitan dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, pada BAB I pasal 1 poin ke-26 disebutkan Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang- kurangnya satu juta jiwa. Berdasar aspek kegiatan ekonomi, kota metropolitan merupakan spesialisai perekonomian sosial di bidang industri,
6
perdagangan dan jasa, hal yang demikian itu terjadi akibat perkebangan teknologi produksi, distribusi dan komunikasi.
Industri konveksi menjadi salah satu industri yang jumlah penyebarannya cukup padat, sebab kebutuhan pakaian seperti pakaian kantor, organisasi, komunitas hingga pakaian sekolah menjadi kebutuhan yang tak terelakkan di dalam perkotaan. Sehingga dengan jumlah unit usaha industri konveksi di kota makassar yang cukup padat menjadi harapan dalam penyediaan kesempatan kerja bagi para pencari kerja di kota makassar.
Tabel 1.1
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar 2020
Berdasar seluruh penjelasan di atas maka penulis tertarik dalam melakukan penelitian terhadap salah satu industri di kota Makassar. Adapun judul yang diangkat pada penelitian ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi (Studi Kasus industri konveksi di 3 Kecamatan di kota makassar)”
UU T K
10 75
15 46
27 57
20 44
35 77
20 53
12 15
19 49
9 17
13 45
9 44
12 69
201 591
J umlah
J UML AH UNIT US AH A D AN T E NAG A K E R J A
IND US T R I K O NVE K S I P AD A T AH UN 2016-2019 K O T A MAK AS S AR K E C AMAT AN
11 12 NO
8 7 6
9 10
1 2 3 4 5
tamalate wajo maris o mamajang B ontoala R appoc ini P anakkukang T amalanrea biringkanaya tallo
manggala makas s ar
7
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Nilai Produksi mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kota makassar ?
2. Apakah tingkat upah mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kota makassar ?
3. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kota makassar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Produksi dalam penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kota makassar.
2. Untuk mengetahui pengaruh upah dalam penyerapan tenaga kerja kerja pada industri konveksi di kota makassar.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dalam penyerapan tenaga kerja kerja pada industri konveksi di kota makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Manfaat penelitian ini salah satunya sebagai persyaratan bagi peneliti dalam menyelesaikan studi perkuliahan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pemikiran ataupun pertimbangan dalam pengambilan
8
keputusan ataupun strategi-strategi guna pengembangan perusahaan.
b. sebagai bahan studi bagi pelajar, mahasiswa, dan pihak-pihak yang membutuhkan.
9 BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teori
1. Ekonomi Sektor Industri
Pengertian Industri dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tiga Tahun 2014 Tentang Perindustrian pada pasal satu bahwa industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri. Berikut pengertian industri menurut parah ahli:
a. Menurut Kartasapoetra (1987), industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bernilai tinggi (almahdali, 2020:12).
b. Menurut abdurahcmat dan Maryani (1998), industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting. Ia menghasilkan berbagai kebutuhan hidup manusia dari mulai makanan, minuman, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga sampai perumahan dan kebutuhan hidup lainnya (almahdali, 2020:13)
Jadi industri merupakan kegiatan pengolahan barang baku atau mentah untuk mengolahnya lebih lanjut guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. sedangkan ekonomi sebagaimana yang telah diuraikansebelumnya yaitu bagaimana dalam memenuhi kebutuhan
10
rumah tangga dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan langka. Sehingga ekonomi sektor industri ialah kegiatan pengolahan barang ataupun jasa dengan menggunakan sarana yang disediakan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik itu individu maupun untuk kebutuhan pasar. Berikut uraian teori para ahli mengenai Ekonomi sektor industri:
a. Teori Lewis
Arthur lewis (arifin et al, 2009) mengatakan bahwa sektor industri adalah salah satu kebijakan yang perlu ditingkatkan untuk membangun perekonomian suatu Negara. Arthur lewis juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan sektor industri adalah dengan meningkatkan investasi di sektor tersebut dan juga disertai dengan penetapan upah yang tinggi dengan alasan agar sebagian pekerja di sektor pertanian berpindah ke sektor industri sebab pekerja di sektor pertanian cukup melimpah.
b. Teori Ranis dan Fei
Gustav Ranis dan Jhon Fei (arifin et al, 2009) ahli ekonom yang memiliki teori yang sebenarnya terpengaruhi oleh pemikiran lewis, yaitu mengenai adanya kelebihan tenaga kerja (pengangguran) di Negara-negara yang sedang berkembang yakni dengan melihat bahwa adanya pengaruh terhadap pembangunan ekonomi atas pengembangan tenaga kerja dan produktivitas di sektor pertanian dan sektor industri, bahkan menurut Ranis dan Fei baiknya menciptakan surplus di sektor pertanian untuk kemudian didistribusikan ke sektor industri.
11
c. Teori Schumpeter
Berbeda dengan ekonom sebelumnya, Schumpeter mengatakan bahwa masalah penduduk bukanlah aspek utama dalam pembangunan ekonomi melainkan oleh kemampuan kewirausahaan, sebab mereka itulah yang punya kemampuan dalam mengembangkan produk baru dalam aktivitas produksi. Bahkan Schumpeter berpendapat bahwa kemajuan perekonomian industri disebabkan oleh adanya keleluasaan untuk para pelaku usaha.
Adapun ekonomi sektor industri dibagi menjadi empat tingkatan sektor industri, pada tingkat pertama sektor industri yang dalam kegiatan ekonominya meliputi usaha mengolah sumber daya alam untuk kemudian menghasilkan barang setengah jadi seperti, pertanian, agribisnis, kehutanan, dan pertambangan.
Sektor industri tingkat kedua kegiatannya meliputi pengolahan barang setengah jadi yang sebelumnya dihasilkan oleh sektor industri tingkat pertama untuk kemudian diolah lebih lanjut untuk menghasilkan barang siap pakai. Dalam hal ini ialah sektor manufaktur dan konstruksi.
Sektor industri tingkat ketiga ialah lanjutan dari pengolahan yang dilakukan pada tingkat kedua, pada tingkatan ini lebih dikenal sebagai industri jasa yang di mana meliputi kegiatan pendistribusian barang dan jasa kepda konsumen seperti, transportasi barang dan jas, penjualan partai besar, bisnis hiburan, restoran, pariwisata, dan sebagainya.
Sektor industri tingkat keempat tentunya merupakan tindak lanjut dari sektor industri tingkat ketiga, umumnya pada tingkat ini berhubungan dengan bisnis jasa yang memerlukan tenaga kerja yang terdidik seperti,
12
bisnis informasi, pendidikan, penelitian dan pengembangan, kesehatan, dan sebagainya.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Industri Rumah Tangga, yaitu industri yang di mana memiliki tenaga kerja kurang dari empat orang, serta modal yang sangat terbatas, tenaga kerja yang digunakan adalah anggota keluarga dan juga sebagai pemilik industri itu sendiri. Misalnya, industri a nyaman, industri kerajinan, industri tempe, industri tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya hanya berjumlah 5 sampai 19 orang dan berasal dari lingkungan sekitar. Industri ini memiliki modal yang relatif kecil. Misalnya industri genteng, industri batu bata, industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, ialah industri dengan tenaga kerja yang berjumlah sekitar 20 sampai 99 orang dengan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tertentu serta seorang pimpinan yang juga memiliki kemampuan manajerial tertentu. Modal yang digunakan dalam industri ini cukup besar. Misalnya industri konveksi, industri border, dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri yang bertenaga kerja lebih dari 100 orang.serta memiliki keterampilan yang khusus, serta pimpinan perusahaan ditentukan melalui uji kemampuan dan kelayakan. Modal yang dimiliki industri ini adalah modal besar yang dihimpun dalam bentuk pemilihan saham, misalnya industri tekstil, industri baja,
13
industri pesawat . dengan modal yang besar maka cukup untuk memenuhi biaya produksi
2. Ketenagakerjaan
Konsep Ketenagakerjaan pada dasarnya telah diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 dengan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. umumnya telah disebutkan di atas bahwa tenaga kerja yang dimaksud ialah baik itu pria maupun juga wanita yang punya kemampuan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam arti sempit dan kebutuhan masyarakat dalam arti luas.
Menurut Djojohadikusumo (1987) tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
(mulyadi s, 2003:59-61), Berikut beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu:
a. Tenaga kerja
Adalah penduduk dalam usia kerja (usia 15-64 tahun) atau seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa baik itu atas permintaan untuk menggunakan tenaga mereka ataupun dalam keadaan partisipasi dalam ektivitas tersebut.
14
b. Angkatan kerja
Adalah bagian dari tenaga kerja yang pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan produksi barang dan jasa, baik itu terlibat secara langsung maupun berusaha untuk terlibat.
c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut
Angkatan Kerja
TPAK = x 100%
Tenaga Kerja
d. Tingkat Pengangguran
adalah persentase atas jumlah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di sini ialah orang yang aktif mencari pekerjaan.
Jumlah Orang yang Mencari Pekerjaan
TP = X 100%
Jumlah Angkatan Kerja
e. Pengangguran Terbuka
Pengangguran atau pengangguran terbuka Adalah bagian dari angkatan kerja yang saat ini tidak bekerja dan sedang aktif dalam mencari pekerjaan.
f. Setengah Menganggur
Setengah menganggur yang dimaksud adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang tengah dikerjakan oleh seseorang dengan jumlah pekerjaan yang normalnya mampu dan ingin dikerjakannya.
15
g. Setengah menganggur yang kentara
Adalah keadaan jika orang bekerja tidak tetap ( part time ) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dengan waktu yang lebih sedikit dari biasanya.
h. Setengah menganggur yang tidak kentara
Yaitu jika seseorang yang bekerja penuh ( full time) akan tetapi karena pendapatan yang rendah atau pekerjaannya itu tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan keahliannya maka pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi.
i. Pengangguran Tidak Kentara
Dalam konsep angkatan kerja mereka digolongkan dalam status sebagai orang yang bekerja, tapi jika dilihat dari produktivitasnya maka ia disebut penganggur.
Misalnya: pekerjaan yang seharusnya hanya perlu dikerjakan oleh tiga orang saja tetapi dikerjakan oleh lima orang sehingga terdapat dua orang yang dianggap pengangguran tidak kentara.
j. Pengangguran friksional
Adalah pengangguran yang diakibatkan dari proses perpindahan dari pekerjaan yang sebelumnya ke pekerjaan yang lain, sehingga menimbulkan tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur untuk sementara sampai ia mendapatkan pekerjaan tersebut.
k. Pengangguran Struktural
Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidakcocokan antara keterampilan, bidang keahlian maupun lokasi pencari kerja dengan struktur permintaan tenaga kerja yang tersedia.
16
Adapun yang dimaksud dengan Bukan Angkatan Kerja dalam Badan Pusat Statistik ialah penduduk yang tergolong usia kerja dan tergolong dalam berbagai kelompok seperti, penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan-kegiatan lain selain kegiatan pribadi.
(Hastyorini, 2019) adapun jenis jenis tenaga kerja berdasarkan aspek keahlian. Yaitu :
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang sebelum memasuki dunia kerja harus melewati ataupun menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu kemudian menjadi ahli di bidangnya untuk masuk ke dunia kerja sebagai tenaga kerja yang terdidik. Contoh tenaga kerja terdidik adalah guru, dosen, akuntan, pengacara, polisi, arkeolog, ilmuan, dan dokter.
b. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang pernah mendapatkan pelatihan ataupun pengalaman dibidang tertentu sebelum memasuki dunia pekerjaan. Contoh tenaga kerja terlatih adalah sopir, masinis, montir, tukang las, juru masak, dan penjahit.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja yang dalam dunia kerjanya tidak memerlukan pendidikan tertentu untuk memulai kerja.
Sama halnya tenaga kerja tidak terdidik, tenaga kerja tidak terlatih juga dalam dunia kerjanya untuk memulai bekerja tidak memerlukan pengalaman ataupun pelatihan khusus sebelumnya. Contohnya
17
adalah kuli panggul, kuli bangunan, buruh tani, dan buruh pabrik.
Adapun teori parah ahli mengenai sumber daya manusia dalam ekonomi (mulyadi, 2003) yaitu :
a. Teori Klasik Adam Smith
Adam smith sebagai tokoh utama dalam aliran ekonomi klasik menganggap bahwa manusialah yang menjadi faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa. Alasannya, alam tidak ada artinya jika tidak ada manusia sebagai sumber daya yang mampu mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
b. Teori lewis
Kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah.
Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja sektor lain. Adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi, sebaliknya pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor perekonomian terbelakang menuju sektor perokonomian modern berjalan lancarr dan tidak akan menjadi terlalu banyak.
c. Teori fei-Ranis
Tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh.
Pertama , penganggur semu atau yang tidak menambah output pertanian dialihkan ke sektor industri dengan tingkat upah yang sama dengan sebelumnya. Kedua, tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi produksi lebih kecil dari upah yang mereka
18
peroleh , dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, saat buruh pertanian mengahasilkan outpun yang besar tapi upah lebih kecil atau output lebih besar dari upah serta terjadinya kelebihan tenaga kerja maka diserap ke sektor jasa dan industri.
3. Konsep Pasar Tenaga Kerja
Perusahaan pada dasarnya dalam kegiatan prosuksinya membutuhkan beberapa faktor salah satunya adalah tenaga kerja. Begitupun sebaliknya para pencari kerja untuk memperoleh pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidupnya ialah dengan bekerja, maka dari itu mereka membutuhkan keberadaan perusahaan untuk memperolah kesempatan kerja. Bertemunya perusahaan dan pencari kerja dalam konsep sebagai penyedia lapangan kerja dan sebagai pekerja terjadi di pasar tenaga kerja. Adapun berikut pihak-pihak yang terlibat dalam konsep pasar tenaga kerja (aryanti et al, 2015)
a. Pencari Kerja
Pencari kerja merupakan orang yang mencari pekerjaan atau mereka yang dalam keadaan menganggur, putus hubungan kerja, maupun orang yang telah memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan yang lebih baik. Sebagai pencari kerja, mereka harus memperhatikan aspek keahliannya dengan kesempatan kerja yang tersedia.
b. Pemberi kerja
Menurut Pitoyo (2010:3), pemberi kerja adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi kerja biasanya perorangan, perusahaan, badan hukum, atau badan lainnya. Pemberi
19
kerja memiliki kewajiban untuk membayar imbalan berupa upah atau gaji kepada tenaga kerja.
c. Perantara Tenaga Kerja
Perantara tenaga kerja merupakan pihak ketiga sebagai media dalam mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja sesuai kualifikasi yang telah ditetapkan dengan imbalani persentase tertentu dari gaji orang yang diterima bekerja ataupun komisi dari perusahaan. dengan . Perantara tenaga kerja biasanya berupa agen dalam penyaluran tenaga kerja, bursa kerja atau pihak ketiga lainnya.
4. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Untuk menjaga keseimbangan di tengah pertumbuhan penduduk yang selalu diiringi dengan pertambahan tenaga kerja juga perlu adanya perluasan kesempatan kerja. Sebab terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan akan berdampak pada jumlah kesempatan kerja, hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi angka pengangguran, hal tersebut merupakan bagian dari permasalahan ketenagakerjaan. Pasar tenaga kerja merupakan tempat bagi pencari kerja untuk memperoleh kesempatan kerja dan bagi perusahaan pasar tenaga kerja menjadi tempat untuk memperoleh tenaga kerja. Di pasar tenaga kerja inilah terjadi permintaan dan penawaran tenaga kerja.
a. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan dan konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum atas barang maupun jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli dengan berbagai kemungkinan harga (sudarsono, 1990
20
dalam Maimun, 2007:63). Kaitannya dengan tenaga kerja, maka permintaan tenaga kerja ialah hubungan jumlah pekerja yang dibutuhkan dengan tingkat upah yang berlaku untuk kemudian dipekerjakan oleh perusahaan. Dapat didefinisikan bahwa permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan oleh perusahaan dengan memperhatikan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Maimun, 2007:63).
Selain faktor upah yang umumnya menjadikan banyak atau sedikitnya permintaan jumlah tenaga kerja oleh perusahaan, teknologi sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan juga dapat mempengaruhi angka permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja.
Penggunaan teknologi padat modal dapat meningkatkan kuantitas produksi, sehingga kemampuan perusahaan yang mampu memaksimalkan produksinya dengan bantuan teknologi akan memengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Tingkat produksi yang dilakukan oleh produsen memiliki kaitan dengan profit atau tingkat keuntungan. Peningkatan keuntungan yang dialami oleh perusahaan akan menambah jumlah produksi sehingga jumlah tenaga kerja juga akan ditambah. Bahkan ketika dalam keuntungan yang cukup besar perusahaan bias saja menambah perusahaan cabang yang kemudian akan membutuhkan tenaga kerja yang baru.
b. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja dilakukan oleh pencari kerja dan merupakan hubungan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pemberi kerja
21
dengan tingkat upah tertentu. Tenaga kerja merupakan individu yang memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan untuk bekerja atau mencari pekerjaan ataupun tidak. Dalam konsep penawaran tenaga kerja, para pencari kerja setidaknya sudah mengetahui apakah mereka tergolong dalam tenaga kerja terdidik, terlatih ataupun tidak terdidik dan tidak terlatih untuk bias mengenal klasifikasi setiap penyediaan kesempatan kerja.
Selain upah yang memiliki kaitan penting dalam mempengaruhi tingkat penawaran tenaga kerja, persoalan mengenai selera pekerjaan yang ingin dikerjakan juga kini menjadi salah satu faktor peningkatan penawaran tenaga kerja. Sebagai contoh, wanita yang dulunya lebih banyak lebih memilih sebagai ibu rumah tangga saja kini mengalami perubahan dengan ingin bekerja sehingga penawaran tenaga kerjapun meningkat. Dalam kaitannya dengan penawaran tenaga kerja, migrasi atau perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan atau biasa disebut dengan urbanisasi umumnya terjadi karena hendak memperbaiki kesejahteraan hidup dengan mencari pekerjaan di perkotaan, sehingga populasi bertambah dan peningkatan penawaran tenaga kerja juga bertambah. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu temoat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian dalam suatu Negara (munir, 2000: 86)
Bertemunya penawaran tenaga kerja yang sesuai dnegan kualifikasi dan upah yang disediakan oleh perusahaan yang melakukan permintaan tenaga kerja maka saat itulah terjadi
22
penyerapan tenaga kerja. Sebagai mana menurut Menurut Rahardjo (mirdad dan Akhbar, 2018), penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Jadi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni jumlah tenaga kerja yang terserap pada perusahaan yang dimaksud.
c. Kurva Tenaga Kerja
Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pasar tenaga kerja terjadi pertemuan antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja dan terjadi pergeseran angka di keadaan waktu tertentu berdasar apa yang mempengaruhinya seperti tingkat upah. Berikut gambara kurva permintaan dan penaawaran tenaga kerja.
Gambar 2.1 Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Pengolah Gambar: Muhammad Sidiq Rizqi
Keterangan:
D : Permintaan Tenaga Kerja S : Penawaran Tenaga Kerja
23
W : Tingkat Upah
Q : Jumlah Tenaga Kerja
E : Titik Keseimbangan ( Equilibrium )
`Pada kurva di atas menggambarkan titik keseimbangan (E) dari ketersediaan permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Tinggi rendahnya tingkat upah (W) mempengaruhi jumlah dari tenaga Kerja. Apabila upah meningkat maka akan banyak jumlah penawaran yang terjadi dibandingkan dengan jumlah permintaan tengaa kerja yang akan berkurang sehingga akan banyak terjadi pengangguran. Sebaliknya apabila upah menurun maka jumlah permintaan tenaga kerja dari perusahaan akan meningkat akan tetapi jumlah penawaran akan menurun sehingga banyak terjadi kekosongan lowongan kerja.
5. Nilai Produksi
Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, akan berpengaruh apabila permintaan hasil produksi barang perusahaan meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya (Sumarsono, 2003).
Jumlah hasil produksi atau produk fisik marginal (Marginal physical produk, MPP) yang dihasilkan oleh perusahaan ditentukan oleh faktor tenaga kerja dan faktor pendukung seperti mesin yang digunakan dan faktor produksi lainnya. Miller dan meiners (Sholeh, 2007) mengatakan
24
bahwa nilai dari jumlah produksi yang dihasilkan atau nilai marjinal produk (Value of Marginal Produk, VMP) ditentukan oleh tingkat harga atas produk yang diproduksi atau hasil dari perkalian antara MPP x P (Harga).
Sehingga nilai produksi yang pada dasarnya ditentukan oleh berapa jumlah produk yang dihasilkan melalui faktor produksi tenaga kerja pada akhirnya akan ditentukan oleh berapa tingkat harga yang berlaku atau yang ditawarkan, sehingga akan menimbulkan permintaan dari konsumen. Tinggi rendahnya permintaan oleh konsumen akan berpengaruh pada tingkat produksi yang dilakukan sehingga berpengaruh pada peningkatan atau pengurangan jumlah tenaga kerja.
6. Upah
Pada pasal satu poin ke-30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang- undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Menurut sukirno (2011:351), Upah adalah pembayaran yang disediakan oleh pengusaha atas jasa fisik ataupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja. Sebagai salah satu kesepakatan kerja yang diatur oleh perusahaan dan disepakati oleh pekerja sebagai haknya atas pekerjaan yang dilakukan untuk kemudian memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya. Terdapat beberapa teori pengupahan menurut
25
pakar ekonomi.
a. Teori Upah menurut David Ricardo
David Ricardo menemukan teori upah wajar atau alami, yang di mana upah wajar adalah upah yang cukup untuk memenuhi kehidupan pekerja dan keluarganya serta sesuai kemampuan perusahaan.
Apabila upah terlalu tinggi maka akan mempengaruhi jumlah penjualan, sebab tingginya biaya produksi akan menjadikan harga barang juga tinggi sehingga akan mempengaruhi angka permintaan.
Sebaliknya Jika upah rendah maka pekerja akan hidup miskin sebab susah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebab kemampuan atau daya beli yang begitu terbatas.
Teori upah sewajarnya yang dikemukakan oleh David Ricardo.
1. Upah menurut Kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup tenaga kerja dan keluarganya
2. Upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
b. Teori Upah Dana Menurut John Stuart Mill
Menurut John Stuart Mill, setiap Negara memiliki dana yang terbatas, Upah yang diterima berdasar pada besar kecilnya dana yang ada.
apabila jumlah dana ini besar, maka upah yang diterima juga besar, sebaliknya apabila jumlah dana itu sedikit maka upah yang diterimahpun akan sedikit.
c. Teori upah Etika Menurut Kaum Utopis
Menurut kaum Utopis, para pengusaha bissa saja memberikan upah yang hanya untuk memenuhi kebutuhan minimum. tetapi hal itu
26
tidaklah etis, maka pengusaha harus memberikan upah yang layak kepada tenaga kerja untuk menghidupi keluarganya serta memberikan kompensasi.
7. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan ataupun modal dalam persaingan hidup di era modern saat ini, bahkan tingkat pendidikan telah mengklasifikasikan jenis atau tingkat upah yang berlaku, pada dasarnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan sebanding dengan tingkat upah yang diterima, begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka umumnya upah yang diterapkan juga akan rendah. Dalam dunia kerja, tenaga kerja telah diklasifikasikan seperti tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja tak terdidik. Tenaga kerja terdidik ialah tenaga kerja yang sebelumnya telah menjalani pendidikan atau pengajaran di lingkungan pelatihan, sekolah ataupun universitas. Adapun tenaga kerja tak terdidik adalah tenaga kerja yang sebelumnya tidak mendapat pelatihan atau pendidikan yang cukup, sehingga pekerjaan yang didapat juga disesuaikan dengan tingkat keahlian atau kemampuan.
27
B. Tinjauan Empiris
No Nama dan
Tahun Judul Metode
Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil 1 Muhamma
d Rizky Dwi Putra (2018)
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Fashion:
Industri Jeans di 7 Kota di Indonesia)
Penelitian Kuantitatif
upah, nilai produksi dan modal
tingkat upah memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai produksi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, dan modal memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap
penyerapan tenaga kerja.
2
Nurul Azizah, Yunastiti Purwaning sih, Lely Ratwianing
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Penelitian Kuantitatif
variable, modal, upah, danf
modal, upah, dan nilai produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga