• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

TESIS

Oleh

MEILINDA STEFANI HAREFA 127017072/AKT

MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(2)

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN STUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEILINDA STEFANI HAREFA 127017072/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(3)

Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DAN STRUKTUR MODAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

Nama Mahasiswa : Meilinda Stefani Harefa Nomor Induk : 127017072

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA)

Tanggal Lulus: 02 Februari 2015

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 02 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Dr. HB Tarmizi, SU

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penelitian tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 5 Februari 2015 Yang membuat Pernyataan,

Meilinda Stefani Harefa

(6)

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance (GCG) dan struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2008- 2012 yang berjumlah 132 perusahaan. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah observasi adalah sebanyak 100 perusahaan manufaktur. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai perusahaan sebagai variabel dependen, good corporate governance dan struktur modal sebagai varibel independen, dan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan SPSS untuk menentukan pengaruh yang kuat antara variabel independen dan variabel terikat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hasil penelitian ini menunjukkan pada tes pengaruh langsung, good corporate governance hanya berpengaruh positif tetapi tidak signifikan baik terhadap kinerja keuangan maupun nilai perusahaan, sedangkan struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Penelitian ini menemukan mediasi yang signifikan dari kinerja keuangan pada hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan, tetapi tidak menemukan mediasi yang signifikan untuk hubungan antara good corporate governance dengan nilai perusahaan.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Struktur Modal, Kinerja Keuangan, dan Nilai Perusahaan.

(7)

ANALYSIS THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND CAPITAL STRUCTURE TO FIRM VALUE WITH

FINANCIAL PERFORMANCE AS INTERVENING VARIABLE (Study at Manufacturing Companies that Listed at Indonesia Stock Exchange )

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of good corporate governance and capital structure to firm value with financial performance as intervening variable.

The population of this study was manufacturing companies that listed at Indonesia Stock Exchange during 2008-2012. The method used to determine samples was using purposive sampling method with some fixed criteria with the total number of 100 observations of manufacture companies. Variables used were firm value as dependent variable, good corporate governance and capital structure as independent variable, and financial performance as intervening variable. This study used the path analytical methods with the SPSS to determine the strong effect relationship between independent variables and the dependent variable either directly or indirectly. The results of this study shows at direct test, good corporate governance has a positive but not significant effect towards either financial performance or firm value. Capital structure has a positive and significant effect towards either financial performance or firm value. This study also finds the significant mediating role of financial performance on the relationship between capital structure and firm value, but did not find the significant mediating on the relationship between good corporate governance and firm value.

Key Words: Good Corporate Governance, Capital Structure, Financial Performance, and Firm Value.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk tesis dengan judul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI).

Dalam penulisan tesis ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan, motivasi, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc., Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir,M.Sc selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., CPA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai pembimbing utama dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, AK, CA sebagai pembimbing kedua dalam penulisan tesis ini, sungguh sangat banyak memberikan motivasi, meluangkan waktu dan bimbingan dengan sabar dalam penyusunan tesis ini.

(9)

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan.

7. Bapak Dr. H. B Tarmizi, SU dan Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku dosen penguji, terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan pegawai pada Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Dr. Adanan Silaban, SE.,M.Si, Ak dan Dr. Pasaman Silaban, SE., MSBA, yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Kepada kedua orang tua tercinta dan keluarga, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih karena berkat Doa, kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis dalam meyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2015

Meilinda Stefani Harefa

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Meilinda Stefani Harefa

Tempat/ Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 19 Mei 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kriten Protestan

Alamat : Jalan Slindit No.295 Perumnas Mandala Medan

Status : Belum menikah

Nama Orangtua : Yuniolis Harefa, BE (Ayah) Dariati Telaumbanua (Ibu)

Pendidikan

2013 – 2015 : S-2 Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 2008 – 2012 : S-1 Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi Universitas HKBP Nommensen 2005 – 2008 : SMA Pembda 1 Gunungsitoli – Nias 2002 – 2005 : SMP Negeri 1 Gunungsitoli – Nias

1996 – 2002 : SD Negeri No.074038 Tohia Gunungsitoli - Nias

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Originalitas Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Nilai Perusahaan ... 14

2.1.2 Good Corporate Governance ... 19

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance... 19

2.1.2.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 20

2.1.2.3 Mekanisme Good Corporate Governance ... 24

2.1.3.4 Manfaat Good Corporate Governance ... 31

2.1.3 Struktur Modal... 32

2.1.4 Profitabilitas ... 34

(12)

2.1.5 Agency Theory ... 37

2.1.6 Trade-Off Theory ... 39

2.1.7 Signaling Theory ... 40

2.1.8 Stake Holder Theory ... 42

2.2 Review Penelitian Terdahulu... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 51

3.2 Hipotesis Penelitian ... 53

BAB IV BAB IV 4.1 Jenis Penelitian ... 55

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 57

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 57

4.5.1 Identifikasi Variabel ... 57

4.5.2 Variabel Dependen ... 58

4.5.3 Variabel Independen ... 59

4.5.3.1 Good Corporate Governance ... 59

4.5.3.2 Struktur Modal ... 59

4.5.4 Variabel Intervening... 59

4.6 Metode Analisis Data ... 60

4.6.1 Analisis Deskriptif ... 61

4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 61

4.6.3 Uji Hipotesis ... 64

4.6.3.1 Analisis Jalur ... 64

4.6.3.2 Langkah-langkah Analisis Jalur ... 64

4.6.4 Uji Koefisien Determinasi ... 66

(13)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Statistik Deskriptif ... 68

5.2 Uji Asumsi Klasik ... 70

5.3 Pengujian Hipotesis ... 76

5.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 81

5.5 Pembahasan ... 83

5.5.1 Pengaruh GCG dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan ... 83

5.5.2 Pengaruh GCG, Struktur Modal dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Keterbatasan ... 90

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN 1 ... 96

LAMPIRAN 2 ... 100

LAMPIRAN 3 ... 101

LAMPIRAN 4 ... 105

LAMPIRAN 5 ... 106

LAMPIRAN 6 ... 107

LAMPIRAN 7 ... 108

LAMPIRAN 10 ... 109

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 43

Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel ... 56

Tabel 4.2 Tabel Operasional dan Pengukuran Variabel ... 60

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ... 68

Tabel 5.2 Hasil Uji Kolmogoroc Smirnov ... 73

Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 74

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 75

Tabel 5.5 Ringkasan Koefisien Jalur ... 76

Tabel 5.6 Koefisien Hubungan Langsung, Tidak Langsung, dan Total Antar Variabel ... 78

Tabel 5.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Variasi Kinerja Keuangan ... 82

Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Variasi Nilai Perusahaan ... 82

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 51

Gambar 4.1 Diagram Jalur Mengenai Pengaruh GCG dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan ... 65

Gambar 5.1 Grafik Histogram... 71

Gambar 5.2 Grafik P-Plot ... 72

Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75

Gambar 5.4 Hasil Koefisien Diagram Jalur ... 77

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan didirikan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda, hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Harjito dan Martono, 2005).

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa harga pasar saham perusahaan. Harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.

Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi

(17)

investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin, 2008).

Para pemegang saham menyerahkan umumnya menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para professional untuk mencapai nilai perusahaan yang meningkat. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tujuan perusahaan harus mampu menciptakan nilai (value creation) bagi pemiliknya. Nilai-nilai tersebut diwujudkan ke dalam harga pasar dari saham perusahaan. Manajemen perusahaan harus berusaha memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder) melalui kewenangan yang diberikan.

Investor yang semakin banyak berivintestasi di sebuah perusahaan menandakan perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Harga saham yang tinggi merupakan dampak dari jumlah permintaan terhadap saham perusahaan yang semakin besar. Investor yang memiliki jumlah permintaan yang besar akan saham perusahaan menunjukkan investor yakin dan percaya untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Investor dapat menaruh keyakinan dan kepercayaan penuh pada perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penerapan good corporate governance, struktur modal, dan kinerja keuangan perusahaan.

Peningkatan nilai perusahaan ini dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Jika tindakan antara manajer

(18)

dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai tujuan perusahaan, maka masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya, penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Manajer dan pemegang saham sering menghadapi masalah agensi (agency problem). Agency problem tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Untuk mengatasi masalah agensi, pihak luar diperlukan untuk mengontrol, monitoring dan melakukan pengawasan yang baik untuk mengarahkan tujuan sebagaimana mestinya.

Nilai perusahaan meningkat dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan melalui laba yang diperoleh. Di dalam mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hambatan yang akan dihadapi perusahaan, dimana hambatan tersebut pada umumnya bersifat fundamental. Hambatan-hambatan yang dimaksud adalah, (1) perlunya kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien, yang mencakup seluruh bidang aktivitas (sumber daya manusia, akuntansi, manajemen, pemasaran, dan produksi), (2) konsistensi terhadap sistem pemisahaan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis perusahaan mampu meminimalkan konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara manajemen dan pemegang saham, (3) perlunya kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada penyandang dana

(19)

ekstern, bahwa dana ekstern tersebut digunakan secara tepat dan efisien serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan perusahaan.

Pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara principal dengan agent. Jansen & Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta memberikan kompensasi kepada agen.

Dalam perspektif teori keagenan, agen yang risk adverse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan biasa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak, maupun dalam bentuk shirking.

Mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) atau yang selanjutnya disingkat dengan GCG. Kawatu (2009) menyatakan GCG pada dasarnya menyangkut masalah siapa (who) yang seharusnya mengendalikan

(20)

jalannya kegiatan korporasi dan mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan korporasi. Menurut Kawatu (2009) yang dimaksud dengan siapa adalah para pemegang saham, sedangkan “mengapa” adalah karena adanya hubungan antara pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Latar belakang pelaksanaan GCG adalah ketergantungan modal ekstern bagi perusahaan untuk kegiatan pembiayaan, investasi, dan pertumbuhan perusahaan.

Perusahaan perlu memastikan kepada pihak penyandang dana ekstern bahwa dana-dana tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen melakukan tindakan yang terbaik untuk kepentingan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia 2001).

Kepastian seperti itu disebut dengan sistem corporate governance.

Permasalahan GCG mencuat menjadi perhatian dunia setelah terungkapnya skandal dan bentuk korupsi korporasi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat yang melibatkan perusahaan Enron. Enron bergerak dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas, kertas dan komunikasi. Skandal ini juga melibatkan salah satu Kantor Akuntan Publik Big Five saat itu, yaitu KAP Arthur Andersen (Sekaredi, 2011). Skandal Enron dilakukan oleh pihak eksekutif perusahaan dengan melakukan mark-up laba perusahaan dan menyembunyikan sejumlah utangnya.

Kasus ini kemudian menyeret keterlibatan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang merupakan auditor Enron dan mengakibatkan Arthur Andersen ditutup secara global.

(21)

Di Negara Indonesia, isu mengenai GCG mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak saat itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam praktek GCG. Salah satu contoh pelanggaran prinsip GCG di pasar modal adalah kasus laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. Hal ini berkaitan dengan laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002, BAPPEPAM menemukan bahwa terdapat 3 (tiga) versi laporan keuangan yang semuanya dinyatakan audited tetapi faktanya diantara ketiganya terdapat perbedaan. Dari ketiga laporan keuangan tersebut ternyata hanya ada satu laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002 yang diaudit dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Presetio, Sarwoko & Sandjaja.

Sedangkan, dua laporan keuangan lainnya ternyata belum diaudit. Pihak Manajemen PT Bank Lippo Tbk. telah melakukan kelalaian, yaitu berupa pencantuman kata “audited” di dalam laporan keuangan yang sebenarnya belum diaudit. Pengumuman laporan keuangan merupakan pemenuhan terhadap prinsip GCG, khususnya prinsip transparansi. Dari prinsip transparansi tersebut dapat dilihat bahwa kewajiban untuk menginformasikan laporan keuangan hendaknya dilakukan secara tepat dan dilakukan secara profesional dengan cara menunjuk auditor yang independent, qualified, dan competent.

Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya juga mencakup strategi penerapan prinsip dan sistem GCG dalam perusahaan. GCG memiliki 5 (lima) prinsip, yaitu transparency (keterbukaan informasi), accountability

(22)

(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independecy (kemandirian), dan fairness (kesetaraan dan kewajaran). Selain 5 (lima) prinsip tersebut, GCG juga memiliki mekanisme. Mekanisme GCG meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan keberadaan komite audit. Prinsip dan mekanisme GCG ini akan meningkatkan pengawasan bagi perusahaan, sehingga melalui pengawasan tersebut diharapkan kinerja perusahaan akan lebih baik. Diharapkan bahwa GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Pada saat ini perusahaan sangat tergantung pada masalah pendanaan. Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya lembaga - lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan dikarenakan kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian kredit dimasa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang disetujui (Kusumajaya, 2011). Untuk mengantisipasi hal tersebut, manajer keuangan perusahaan harus berhati - hati dalam menetapkan struktur modal yang diharapkan perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi persaingan bisnis. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal perusahaan.

Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal (Mogdiliani &

Miller dalam Brigham, 1999). Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan

(23)

hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan.

Laporan keuangan adalah akhir dari proses akuntansi dengan tujuan untuk memberikan infomasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam suatu periode. Informasi keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004). Para pelaku pasar modal seringkali menggunakan informasi tersebut sebagai tolak-ukur atau pedoman dalam melakukan transaksi jual-beli saham suatu perusahaan.

Pengukuran kinerja perusahaan merupakan indikator yang dipergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan dari harga pasar saham tersebut di Bursa Efek Indonesia. Semakin baik kinerja perusahaan maka akan semakin tinggi return yang akan diperoleh oleh investor. Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Horne (2005) menyatakan bahwa pengukuran kinerja

(24)

keuangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang berbasis pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan telah diaudit akuntan publik. Rasio-rasio tersebut dirancang untuk membantu para analisis atau investor dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya.

Dalam penelitian ini, kinerja keuangan dinilai dari segi profitabilitas.

Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.

Penelitian mengenai pengaruh GCG, struktur modal, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Salah satunya Animah dan Ramadhani (2008), meneliti pengaruh struktur kepemilikan, mekanisme GCG dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Ratih (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Sampel penelitian adalah perusahaan yang trusted menurut CPGI. Hasil penelitian Ratih menunjukkan GCG tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Fadjar (2013) meneliti The effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value (pengaruh mekanisme good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan).

(25)

Hasil penelitian Fadjar adalah secara parsial GCG dan leverage tidak bepengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh. Secara simultan GCG, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian-penelitian tentang mekanisme GCG, struktur modal, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang cukup beragam.

Hasil penelitian yang beragam tersebut juga dipengaruhi perbedaan variabel yang digunakan oleh masing-masing peneliti (Darmawati, 2005). Perbedaan variabel yang digunakan para peneliti untuk merefleksikan beragamnya indikator mekanisme GCG.

Hasil beberapa penelitian yang masih beragam membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengaruh GCG, struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Jika penelitian- penelitian sebelumnya menilai GCG dari segi mekanisme, maka penelitian ini menilai GCG dari sisi prinsip-prinsip dasarnya yaitu transparency (keterbukaan informasi), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independecy (kemandirian), dan fairness (keadilan). Struktur modal dinilai melalui debt to equity ratio (DER) dan kinerja keuangan dinilai melalui return on equity (ROE).

Penerapan GCG dan struktur modal yang diukur melalui hutang dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Seberapa besar good corporate governance dan struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini. Penelitian ini diberi judul “Analisis Pengaruh Good Corporate

(26)

Governance dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. apakah GCG dan struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan?

2. apakah GCG, struktur modal, dan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara GCG dan struktur modal terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris:

1. pengaruh GCG dan struktur modal terhadap kinerja keuangan,

2. pengaruh GCG, struktur modal, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan,

3. kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara GCG dan struktur modal terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dilakukan, yaitu:

(27)

1. bagi manajemen, diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis tentang manfaat penerapan prinsip dan mekanisme GCG dan struktur modal dalam meningkatkan nilai perusahaan,

2. sebagai bahan pertimbangan kepada investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan untuk memilih perusahaan yang mempunyai nilai perusahaan yang tinggi,

3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait.

1.5 Originalitas Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ratih (2011) adalah:

1. variabel independen penelitian Ratih hanya GCG, sedangkan penelitian ini memasukkan satu variabel independen tambahan yaitu struktur modal, dengan alasan bahwa nilai perusahaan selain dipengaruhi GCG dipengaruhi juga oleh struktur modal (Brigham, 1999),

2. penelitian Ratih menggunakan perusahaan peraih The Indonesia Most Trusted Company baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar di BEI sebagai sampel, sehingga hasil penelitiannya hanya dapat digunakan untuk perusahan yang sangat terpercaya dan tercatat di Indonesia Most Trusted Company. Sampel penelitian ini difokuskan pada industri manufaktur yaitu perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI periode 2008-2012 dan telah terdaftar di Corporate Governance Perception Index (CGPI). Alsaeed (2006) mengungkapkan bahwa tingkat pengungkapan memiliki kecenderungan berbeda antara industri yang berbeda pula, hal ini

(28)

menggambarkan keunikan karakteristik yang mereka miliki. Lebih lanjut Sayogo (2006) menyatakan bahwa keanggotaan sebuah perusahaan dalam suatu sektor industri akan mempengaruhi struktur politik perusahaan tersebut, yang pada akhirnya perusahaan-perusahaan pada sektor industri yang sama akan memiliki pola pengungkapan yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap sektor industri memiliki pola pengungkapan yang berbeda, karena masing-masing sektor industri memiliki keunikan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya (Ferry Adriawan Pramono, 2011). Sampel penelitian ini lebih homogen dan karakteristik pengungkapan yang sama baik kinerja keuangan dan nilai perusahaan sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasi untuk perusahaan manufaktur,

3. penelitian Ratih mengukur profitabilitas dari return on assets (ROA) dan net profit margin (NPV). Penelitian ini mengukur profitabilitas melalui retrun on equity (ROE). ROE merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada bab kedua akan dijelaskan mengenai landasan teori dan bahasan hasil- hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Landasan teori merupakan penjabaran teori dan argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan permasalahan penelitian serta perumusan hipotesis yang didukung dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis serta telah diperluas dengan refrensi yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Pada landasan teori akan memberi penjelasan mengenai nilai perusahaan, GCG, struktur modal dan kinerja keuangan. Selain itu terdapat empat teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini, yakni agency theory, trade-off theory, signaling theory, dan stakeholder theory.

2.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi akan menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.

(30)

Menurut Fama (1978), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Perusahaan yang menawarkan peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan.

Teori perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba sekarang atau jangka pendek. Berdasarkan pengamatan perusahaan sering kali mengorbankan laba jangka pendek untuk meningkatkan laba masa depan atau jangka panjang. Keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang sangat penting. Teori perusahaan (theory of the firm) sekarang mempostulatkan bahwa maksud atau tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Hal ini dicerminkan dari nilai sekarang atas semua keuntungan perusahaan yang diharapkan di masa depan.

Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain:

(31)

a. nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif,

b. nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Nilai pasar ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi,

c. nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari,

d. nilai buku adalah nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained earning),

e. nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para

(32)

pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Menurut Husnan (2002) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2005) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Ada tiga alasan mengapa nilai dari setiap bisnis akan dimaksimalkan jika bisnis diorganisasikan sebagai suatu perseroan terbatas, yaitu antara lain (Brigham dan Houston, 2006):

1. kewajiban terbatas mengurangi risiko yang ditanggung oleh para investor, dan, jika semua hal yang lainnya konstan, semakin rendah risiko perusahaan, maka semakin tinggi nilainya,

(33)

2. nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari peluang-peluang pertumbuhan,

3. nilai dari suatu aset juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu “nilai pasar yang wajar”. Karena investasi pada saham dari perseroan terbatas adalah jauh lebih likuid daripada investasi yang serupa di suatu kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka hal ini juga meningkatkan nilai dari suatu perseroan terbatas.

Menurut Brigham & Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan nilai Tobins’Q.

Perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemegang saham jika harga saham semakin tinggi. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2001).

(34)

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar (Rahayu, 2010).

2.1.2 Good Corporate Governance

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance

GCG dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang (IICG, 2010).

Agoes dan Ardana (2009) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya.

Organization for Economic Cooperation and Development - OECD (dalam Agoes dan Ardana, 2009) mendefinisikan GCG sebagai: ”The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board objectives of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance.”

Jika ditelaah secara teoritis terdapat dua penyebab yang mendorong munculnya isu tentang GCG (IICG, 2010), yaitu:

1. terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat yang berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global. Bahkan dalam perjalanannya,

(35)

kompetisi pasar global terus meningkat karena dipacu oleh kecanggihan teknologi dan deregulasi ekonomi. Akibatnya, fenomena ini berimplikasi terhadap eksistensi perusahaan melalui privatisasi dan restrukturisasi. Selain itu kompetisi pasar ini juga menyebabkan terjadinya turbulensi, stress, resiko tinggi dan ketidakpastian bagi perusahaan. Dalam kondisi seperti ini perusahaan kemudian dituntut untuk cepat tanggap dalam merespon ancaman dan peluang yang muncul serta harus tepat dalam merancang dan menggunakan strategi dan system pengendalian yang prima untuk mempertahankan kesinambungannya,

2. semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, termasuk rumitnya pola ownership structures, sehingga berimplikasi terhadap manajemen stakeholders.

2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG memiliki 5 (lima) prinsip yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan keadilan (fairness) (Solihin, 2009).

1. Transparansi (transparency)

Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil

(36)

inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.

Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang saham (stakeholders).

2. Akuntabilitas (accountability)

Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Akuntabilitas (Accountability) dimaksudkan sebagai prinsip yang mengatur peran dan tanggungjawab jawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Dewan Komisaris dalam hal ini memberikan pengawasan terhadap manajemen mengenai kinerja dan pencapaian target return bagi pemegang saham. Inti dari akuntabilitas adalah kejelasan fungsi,

(37)

pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai GCG, termasuk di dalamnya pemeliharaan lingkungan hidup, hak-hak konsumen, ketenagakerjaan dan sebagainya. Perusahaan merupakan bagian dari sebuah budaya sosial dan masyarakat sehingga sebuah perusahaan tidak tegak secara terisolasi dari berbagai kepentingan sosial-budaya dan politik kelompok - kelompok lain (stakeholder). Sebuah perusahaan tidak hanya harus bertanggung jawab terhadap mereka yang berhubungan langsung dengan perusahan, tetapi mereka juga tidak berhubugan secara langsung dengannya.

4. Independensi (independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Menurut Iman dan Amin (2002:8), kemandirian adalah sebagai keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh ataupun tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi.

Prinsip ini mengharuskan perusahaan menggunakan tenaga ahli dalam setiap divisi atau bagian dalam perusahaannya sehingga pengelolaan perusahaan dapat dipercaya. Prinsip ini juga mengharuskan perusahaan memiliki kebijakan intern dalam perusahaan yang sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Prinsip

(38)

kemandirian harus dilaksanakan dengan baik agar perusahaan tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak dari dalam ataupun dari luar perusahaan tidak sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku dalam mekanisme korporasi.

5. Keadilan (fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memerhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Keadilan (fairness) dimaksudkan untuk menjamin hak - hak pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Hak - hak pemegang saham yang harus dilindungi menurut prinsip GCG menurut OECD yang terdiri dari hak - hak dasar pemegang saham dan hak untuk berpartisipasi.

Dari prinsip - prinsip GCG di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan GCG di dalam pengelolaannya akan selalu mengutamakan kepentingan pemegang saham, memberikan informasi yang terbuka kepada semua pihak baik internal maupun eksternal seta mematuhi hukum-hukum yang berlaku di negara tersebut. Prinsip - prinsip GCG ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham - saham yang berada dalam satu tingkatan, melarang prakrik – praktik insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi - transaksi yang yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).

(39)

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) ini perlu dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Perusahaan harus membangun sistem dan pedoman tata kelola perusahaan yang akan dikembangkannya. Demikian juga dengan para karyawan, mereka perlu memahami dan diberikan bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang akan dijalankan perusahaan (IICG, 2010).

Penelitian ini menilai GCG melalui kelima prinsip diatas, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan di majalah SWA.

Penilaian ini dilakukan melalui riset IICG dengan cara survei dan responden dari survei ini adalah investor, analis keuangan, dan manajer investasi perusahaan.

Penilaian CGPI meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan. Nilai CPGI dihitung dengan menjumlahkan nilai akhir dari setiap tahapan. Rating level CPGI terdiri dari (Retno dan Denies, 2012):

1. Sangat terpercaya (85.00%-100%) 2. Terpercaya (70.00-84.99%)

3. Cukup Terpercaya (55.00-69.99%)

2.1.2.3 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme

(40)

corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi (Arifin, 2005).

Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok. Pertama berupa internal mechanisms (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Kedua, external mechanisms (mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Barnhart & Rosenstein, 1998).

Secara umum, ada dua struktur kepengurusan perusahaan, yaitu one-tier- system (unitary board system) dan two-tier-system. Pada one-tier-system, para pimpinan dan direksi perusahaan bertemu hanya dalam satu dewan. Sedangkan pada two-tier-system, yang terdiri dari dewan pengawas perusahaan (di Indonesia dikenal sebagai dewan komisaris) serta direksi yang mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang pengelolaan perusahaan terpisah dari dewan pengawas perusahaan.

Perbedaan kedua sistem tersebut mempengaruhi cara kerja direksi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Struktur kepengurusan perusahaan di Indonesia menganut two-tier-system (Apriyanti dan Juliarto, 2006). Menurut Surya dan Yustiavananda (2006), adanya organ-organ perusahaan (dewan komisaris dan direksi) merupakan bukti pengaplikasian prinsip good corporate governance dalam tataran yang minimal.

Menurut Iskander & Chamlou (2000), mekanisme pengawasan dalam corporate governance juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti Rapat

(41)

Umum Pemegang Saham (RUPS), komposisi dewan komisaris, komposisi dewan direksi dan pertemuan dengan board of directors sedangkan external mechanism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal perusahaan seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian oleh pasar.

Mekanisme corporate governance yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan dewan direksi. Kepemilikan manajerial digunakan dikarenakan banyak penelitian terdahulu yang menggunakan kepemilikan manjaerial sebagai mekanisme corporate governance, diantaranya penelitian Herawaty (2008), Darwis (2009), dan Kawatu (2009). Beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (Jensen & Meckling, 1976).

Kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Dalam suatu perusahaan, dewan memegang peranan yang signifikan dalam penentuan strategi perusahaan.

Kekuasaan tertinggi dalam hal operasional di perusahaan terletak pada dewan direksi.

(42)

Dewan komisaris dan dewan direksi memiliki kekuasaan dan kekuatan tertinggi di dalam semua aspek organisasi, bisnis, dan sumber daya perusahaan (Djajendra, 2010). Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan sebagai salah satu elemen corporate governance yang membantu meningkatkan akuntabilitas dewan komisaris.

Komisaris independen membantu merencanakan strategi jangka panjang dan secara berkala melakukan review atas implementasi strategi tersebut. Sehingga diharapkan dapat memberikan benefit yang tinggi bagi perusahaan (Apriyanti dan Juliarto, 2006).

1. Kepemilikan Manajerial

Teori Keagenan (agency theory) memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan para manajer.

Konflik tersebut muncul sebagai akibat perbedaan kepentingan di antara kedua belah pihak. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik manajer akan meningkat.

Pengertian kepemilikan manajerial menurut Wahidahwati (2002) merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah prosentase saham yang dimiliki manajemen.”

Menurut Siallagan dan Mas’ud (2006), kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan

(43)

antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

2. Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5

% ) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Proporsi kepemilikan institisional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Fauzi, 2004). Kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada manajemen, sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Penelitian Smith (1996) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Cruthley yang menemukan

(44)

bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat.

3. Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris (Regar, 2000). Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan mendelegasikan kewenangannya pada komite yang bertanggung jawab pada dewan komisaris. Dewan komisaris harus memantau efektifitas praktek pengelolaan korporasi yang baik (good corporate governance) yang diterapkan perseroan bilamana perlu melakukan penyesuaian (Antonia, 2008).

Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Wardhani, 2006).

4. Komisaris Independen

Daniri (2005) mengatakan bahwa komposisi komisaris dalam sistem two- tier board, dianjurkan agar didominasi para komisaris independen, sehingga dapat lebih efektif dalam menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Struktur kepemimpinan dewan yang independen pada sistem two-tier board sangat efektif untuk mengurangi agency problem karena adanya

(45)

pemisahan dalam hal kebijakan bidang manajemen dengan kebijakan bidang pengawasan.

Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris tersebut. Dengan adanya komisaris independen, diharapkan para eksekutif akan bertindak untuk kepentingan pemilik (Boediono, 2005). Komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan diharapkan akan direaksi positif oleh pasar (investor), karena kepentingan investor akan lebih dilindungi (Darwis, 2009).

5. Dewan Direksi

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006, direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama, yaitu sebagai berikut (Solihin, 2009):

a. kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan; serta penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang,

b. manajemen risiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan,

c. pengendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan system pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan keinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan,

(46)

d. komunikasi, mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan,

e. tanggung jawab sosial, mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan, anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan atas perbandingan jumlah suara para pemegang saham. Hak suara dalam RUPS tidak didasarkan atas satu orang satu suara, tetapi didasarkan atas risalah saham yang dimilikinya (Agoes dan Ardana, 2009).

2.1.2.4 Manfaat Good Corporate Governance

Surya dan Yustiavandana (2007) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat dari penerapan GCG adalah:

1. memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing, 2. mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah,

3. memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan,

4. meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan,

5. melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dinyatakan bahwa good corporate governance (GCG) diperlukan untuk mendorong

(47)

terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan (Solihin, 2009).

2.1.3 Struktur Modal

Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller beranggapan bahwa nilai perusahaan adalah independen dan tidak terpengaruh oleh struktur modal, dengan asumsi pasar modal adalah sempurna dalam arti bebas, kompetitif dan efisien, tidak ada pengaruh pajak dan pengaruh kebangkrutan. Pada tahun 1963 setelah pajak menjadi pertimbangan dalam model mereka, maka pengaruh pajak dan kebangkrutan menambah komplikasi dalam memutuskan bentuk struktur modal yang optimal.

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, apabila keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Jika perusahaan mengganti sebagai modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan - keputusan keuangan lainnya. Jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi jika dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 1994).

Menurut Riyanto (2013) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan atau perbandingan antara utang jangka

(48)

panjang dengan modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih memiliki kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari utang (debt financing).

Menurut Fahmi (2012) struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long term liabilities) dan modal sendiri (shareholders equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh Jones bahwa struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long term debt dan shareholders equity, dimana stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert, 1997):

DER = ………..(2.1)

(49)

2.1.4 Profitabilitas

Persaingan bisnis di Indonesia sekarang telah kompetitif dan ketat. Hal ini mendorong para pimpinan perusahaan mendasarkan kinerja perusahaan yang dipimpin pada financial performance. Financial performance yang baik menunjukkan kinerja perusahaan yang sehat. Paradigma yang dianut oleh banyak perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat meperoleh laba yang besar dapat dikatakan berhasil, atau memiliki kinerja finansial yang bagus.

Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil dapat dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerjanya kurang baik.

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian invetasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat dibagi atas enam jenis yaitu gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan earning power.

1. Gross Profit Margin (GPM)

GPM berfungsi mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.

GPM

=

...(2.2) Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan, sedangkan net sales adalah total penjulan bersih selama satu tahun.

Gambar

Gambar kerangka konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar  4.1  Diagram  Jalur  Mengenai  Pengaruh  GCG  dan  Struktur  Modal  Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Tabel 5.1  Statistik Deskriptif
Tabel  5.4  memperlihatkan  nilai  statistik  D-W  sebesar  1.026  Angka  ini  terletak  diantara  -2  dan  +2,  dari  pengamatan  ini  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam penelitian ini
+4

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena segaga limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga peniliti dapat menyelesaikan penelitian yang

Puji syukur saya panjatkan dan haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kasih, karunia, dan kehendak-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi yang berjudul

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan segala Karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi