DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG
Mini Observasional : Karakteristik Pasien Meningioma di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Periode Juni - Desember 2019
Penyaji : Siti Aisyah
Pembimbing : DR.dr. M Rinaldi Dahlan, Sp.M(K), MKes
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing
DR.dr. M Rinaldi Dahlan, Sp.M (K), MKes
Kamis, 25 Juni 2020
07.30 WIB
KARAKTERISTIK PASIEN MENINGIOMA
DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO PERIODE JUNI – DESEMBER TAHUN 2019
Siti Aisyah, M Rinaldi Dahlan Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Abstract
Introduction: Meningioma is the most common primary brain tumor which is characterized with proptosis as a major symptom, visual deterioration and diverse neurologic symptoms related to the location of the tumor. Meningioma is influenced by some risk factors and diagnosed from the history, physical examination and imaging study.
Objective: To describe the clinical characteristics of Meningioma patients in the National Eye Center Cicendo Eye Hospital.
Methods: This study is a descriptive study and the data were collected retrospectively from the medical records of 46 patients who were diagnosed as meningioma. Age, gender, hormonal factors, history of associated diseases and head traumas, visual acuity, clinical features and Computed Tomography-scan imaging were reviewed retrospectively.
Results: A total of 46 patients were diagnosed as Meningioma. Among these patients, the mean age was 44.5 years old and 90.7% of patients were female who have history of hormonal birth control injection. 47.8 % patients were total blindness. Proptosis was found in all patients, 84.8% patients were diagnosed as sphenoid wing meningioma.
Conclusion: This cross-sectional study found that most of meningioma patients in Cicendo Eye Hospital were predominantly diagnosed in female in 4
thdecades in life with history of hormonal birth control injection. Visual loss occurred in almost half of related patient’s eye. Proptosis was the most common sign, clinical examination and imaging used to establish the diagnosis of meningioma. Most of cases classified as sphenoid wing meningioma.
Keywords: Meningioma, sphenoid wing meningioma, characteristics PENDAHULUAN
Meningioma adalah salah satu jenis neoplasma jinak intrakranial tersering yang berkembang dari sel epitel araknoid dan memiliki persentase sebanyak 20% dari total jumlah seluruh tumor intrakranial.
Sandra dkk mendapatkan bahwa meningioma merupakan etiologi kedua tersering dari tumor retrobulbar intrakonal setelah limfoma dengan angka kejadian sebanyak 26 kasus di Poli Rekonstruksi, Onkologi dan Okuloplasti PMN RS Mata Cicendo periode Januari 2015 – Desember 2017. Insidensi meningioma lebih tinggi pada wanita dengan rasio 2:1 dibanding pria. Risiko meningioma semakin meningkat seiring
bertambahnya usia baik pada wanita maupun pria dan terutama terjadi pada usia pertengahan.
1-5Meningioma dapat di klasifikasikan menjadi berbagai subtipe berdasarkan lokasi dan stadium histologis berdasar pada klasifikasi World Health Organization (WHO) tentang tumor otak. Sebagian besar kasus meningioma (90%) adalah WHO stadium 1 yaitu jinak, kurang dari 10%
adalah stadium 2 atau atipikal dan
stadium 3 tumor ganas. Meningioma
orbital dapat diklasifikasikan menjadi
meningioma orbital primer yaitu
meningioma selubung nervus optikus
dan meningioma sekunder dengan
lokasi yang tersering adalah sphenoid
wing meningioma.
6-9Meningioma dapat menimbulkan manifestasi klinis yang bervariasi tergantung dari lokasi meningioma tersebut. Gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala, kejang, defisit saraf kranial (termasuk kehilangan penglihatan), kelemahan wajah, asimetri kranial (termasuk proptosis, kelainan bentuk tengkorak), defisit neurologis fokal dan perubahan kognitif atau kesadaran. Gejala neurologis yang muncul merupakan akibat dari penekanan tumor pada struktur sistem saraf setempat.
10-11Selain kondisi abnormalitas genetik bawaan seperti neurofibromatosis tipe 2, terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya meningioma yaitu riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal, riwayat trauma kepala, paparan radiasi ion dan riwayat penyakit sebelumnya seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
2,12-13Pemeriksaan untuk diagnosis meningioma ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang radiologi kepala Computed Tomography scan (CT-scan) dengan zat kontras.
2,6Karakteristik klinis dari pasien dengan meningioma diperlukan untuk membantu dalam penegakan diagnosa yang tepat, menentukan terapi selanjutnya dan menentukan prognosis pasien.
1,8-9Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik klinis dari pasien yang didiagnosis Meningioma di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) periode Juni 2019 – Desember 2019.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif dengan subjek penelitian adalah seluruh pasien meningioma yang datang ke Pusat Mata Nasional (PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo selama periode Juni 2019 – Desember 2019. Data yang diambil dari rekam medik meliputi usia, jenis kelamin, riwayat penggunaan alat kontrasepsi, riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus, riwayat trauma kepala, hasil pemeriksaan tajam penglihatan dan hasil pemeriksaan penunjang CT Scan. Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2019®.
Kriteria inklusi adalah seluruh pasien yang telah di diagnosis diagnosis meningioma berdasarkan klinis dan hasil penunjang CT-scan di unit Rekonstruksi, Okuloplastik, dan Onkologi Pusat Mata Nasional (PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo selama periode Juni 2019 – Desember 2019. Kriteria eksklusi adalah seluruh pasien meningioma dengan data rekam medik usia, jenis kelamin, riwayat penggunaan alat kontrasepsi, riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus, riwayat trauma kepala, hasil pemeriksaan tajam penglihatan dan hasil pemeriksaan penunjang CT Scan yang tidak lengkap.
Meningioma di diagnosis pada
pasien yang memiliki tanda dan
gejala berupa proptosis dengan atau
tanpa disertai nyeri kepala, diplopia,
riwayat kejang disertai salah satu
faktor risiko dari meningioma yaitu
riwayat penggunaan alat
kontrasepsi hormonal, riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus,
riwayat trauma kepala ditambah
dengan hasil pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan
penunjang radiologi kepala CT-
scan.
HASIL PENELITIAN Selama periode 1 Juni 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 terdapat 46 pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dari jumlah total 54 pasien.
Data demografis 46 pasien yang di diagnosis meningioma ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik Pasien Meningioma
pasien. Rata-rata usia pada seluruh pasien adalah 44.5 tahun. Seluruh pasien wanita memiliki riwayat kontrasepsi hormonal, 40 pasien (87%) memiliki riwayat kontrasepsi suntik saja dan 2 pasien (4.4%) memiliki riwayat kontrasepsi suntik maupun pil. Penyakit penyerta diabetes mellitus didapatkan pada 7 pasien (15.2%) sedangkan penyakit hipertensi tidak ditemukan. Pada penelitian ini didapatkan riwayat trauma kepala sebelumnya terjadi pada 4 pasien (8.7%).
Visus dasar pada mata yang terlibat ditemukan 12 mata (26%) memiliki visus lebih dari 6/18, sedangkan 11 mata (11,66%) memiliki visus kurang dari 6/18 , 6 pasien dengan visus kurang dari 6/60, 5 pasien dengan visus dasar 1/300, 2 pasien hanya bisa melihat arah cahaya, dan kebutaan total ditemukan pada 10 mata (21,7%).
Tabel 2 menunjukkan gejala yang dikeluhkan oleh pasien meningioma. Proptosis menjadi manifestasi klinis yang dikeluhkan oleh seluruh pasien (100%). Diikuti dengan nyeri kepala pada 13 pasien (28.2%), kejang pada 2 pasien (4.3%) dan diplopia hanya dikeluhkan oleh 1 orang pasien (2.1%).
Tabel 2 Gejala Pasien Meningioma
Pasien dengan jenis kelamin wanita sebanyak 42 pasien (91.3%) mendominasi bila dibandingkan pasien pria sebanyak 4 pasien (8.7%) dengan perbandingan 10.5:1
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis meningioma adalah CT- scan, pada tabel 3 menunjukkan
Karakteristik Jumlah (n=46)
Persentase Jenis
Kelamin
Wanita 42 91.3%
Pria 4 8.7%
Usia
44.5 Rata-rata
(tahun) Rentang waktu (tahun)
5-79
Riwayat Kontrasepsi
42 91.3%
Suntik 40 87%
Suntik+Pil 2 4.4%
Penyakit penyerta
7 15.2%
Diabetes Mellitus
7 15.2%
Hipertensi 0 0
Riwayat Trauma Kepala
4 8.7%
Visus Dasar
>6/18 12 26%
6/60-6/18 11 23,9%
1/60-5/60 6 13.1%
1/300 5 10.8%
LP 2 4.3%
NLP 10 21.7%
Karakteristik Jumlah (n=46)
Persentase
Proptosis 46 100%
Sakit Kepala 13 28.2%
Kejang 2 4.3%
Diplopia 1 2.1%
bahwa sphenoid wing meningioma terdapat pada 39 pasien (84.8%) dan sebanyak 7 pasien (15.2%) dengan meningioma selubung nervus optikus.
Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pembahasan
Meningioma merupakan salah tumor intrakranial yang paling sering terjadi dan berasal dari lapisan meninges yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Meningioma tumbuh dengan perlahan dari sel pada vili araknoid. Meningioma memiliki tanda maupun gejala yang bervariasi tergantung dari lokasi dimana tumor berada.
6,14Tumorigenesis
meningioma berkaitan dengan mutasi gen neurofibromatosis 2 (NF2) yang terletak pada kromosom 22, gen ini merupakan tumor suppressor gene yang diekspresikan terutama oleh sistem saraf dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel. Mutasi gen NF2 terdapat pada 60% kasus
meningioma yang
mengakibatkan reorganisasi skeletal dan memicu tumorigenesis meningioma.
Pertumbuhan meningioma juga diketahui berkaitan dengan beberapa faktor risiko lainnya seperti paparan radiasi ion, riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal pada wanita, riwayat trauma kepala, riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
2,15-18
Orbita merupakan rongga tulang yang tersusun dari bola mata, otot ekstraokular lemak, saraf dan pembuluh darah. Terdapat 7 tulang yang menyusun dinding orbita yaitu etmoid, frontal, lakrimal, maksilla, sfenoid, palatine dan zigoma, ketujuh tulang ini membentuk 4 dinding orbita.
19-20Penelitian ini mendapatkan bahwa jumlah penderita perempuan sejumlah 42 pasien (91.3%) jauh lebih banyak dibanding jumlah penderita laki-laki sebanyak 4 pasien (8.7%) dengan rata-rata usia pada dekade ke-4 kehidupan dan rentang usia mulai dari 5 tahun sampai 79 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiemels dkk bahwa penderita meningioma di dominasi oleh wanita dan banyak terjadi mulai dari dekade ke 3 sampai ke 6 kehidupan. Pertumbuhan meningioma diyakini berkaitan dengan faktor hormonal, dimana pada dekade 3 dan 4 kehidupan adalah masa reproduktif yang mengakibatkan tingginya penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
5,16Pada penelitian ini seluruh pasien wanita memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal.
Kontrasepsi jenis suntik sebanyak 40 orang (87%) dan 2 orang (4.4%) memiliki riwayat penggunaan dua
Hasil CT Scan
Jumlah Persentase Sphenoid
Wing Meningioma
39 84.8%
Meningioma Selubung Nervus Optikus
7 15.2%