MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK USIA
4-5 TAHUN MELALUI METODE KARYAWISATA
DI TK AN-NISA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH:
CUT FENNY LUCIANA 1103313003
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
Cut Fenny Luciana, NIM 1103313003, Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Metode Karyawisata Di TK AN-NISA Medan T.A 2012/2013
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui
penerapan metode karyawisata dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak usia
4-5 tahun di TK AN NISA.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dimana guru
sebagai peneliti berkolaborasi dengan guru pendamping sebagai observer dan sebaliknya.
Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas adalah anak didik di kelompok A TK
AN NISA yang terdiri dari 10 anak dengan 7 laki-laki dan 3 perempuan. Objek penelitia
adalah meningkatkan kecerdasan naturalis anak usia 4-5 tahun di TK AN NISA medan
T.A 2012/2013. Kecerdasan naturalis adalah keahlian mengenali dan mengategorikan
spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan naturalis yang akan
ditingkatkan pada penelitian ini berkaitan dengan aspek tanaman yang meliputi
indikator sebagai berikut : (1) mengasihi tanaman sebagai ciptaan Tuhan, (2)
memelihara lingkungan di sekitar , (3) rasa ingin tahu terhadap tanaman , (4)
senang berada di luar ruangan.
Metode karyawisata adalah suatu metode mengajar yang melakukan kunjungan
ke luar kelas dalam rangka pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik dibawah
bimbingan guru untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian
integral dari kurikulum sekolah. Untuk itu peneliti akan melaksanakan karyawisata
jalan-jalan di lingkungan sekitar sekolah dan taman bunga. Kegiatan yang dilakukan (1)
mencari bunga yang berwarna merah, putih, merah muda dan kuning, (2) mengamati
tanaman bunga dengan kaca pembesar, (3) menyebut persamaan dan perbedaan dua jenis
tanaman bunga. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi tentang dimensi kecerdasan naturalis selama berlangsungnya
kegiatan. Lembar observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
ii
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK AN-NISA Jl. Jangka No.
18 Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari persiapan,
pelaksanaan tindakan dan penulisan laporan.
Dengan menerapkan metode karyawisata dapat meningkatkan kecerdasan
naturalis anak usia 4-5 tahun di TK AN-NISA Medan pada sub tema tanaman. Sebelum
dilakukan tindakan kecerdasan naturalis anak masih rendah, setelah dilakukan tindakan
pada siklus I diperoleh data semua anak sudah cukup baik namun nilai yang diperoleh
anak masih belum mencapai hasil yang maksimal yaitu rata-rata nilai persentase
peningkatan 44,2%. Untuk mencapai tingkat keberhasilan, maka dilakukan
perbaikan-perbaikan pengajaran pada siklus II yang pada akhirnya menghasilkan nilai rata-rata
sebesar 80,3%.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah……….. 7
1.3. Batasan Masalah……… 7
1.4. Perumusan Masalah……….. 7
1.5. Tujuan Penelitian……….. 8
1.6. Manfaat Penelitian……… 8
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis……….. 9
2.1.1.Kecerdasan Naturalis……… 9
A. Hakekat Kecerdasan Naturalis……….. 9
B. Karakteristik Kecerdasan Naturalis………... 14
C. Strategi Pengajaran Untuk Kecerdasan Naturalis……… 20
2.1.2.Hakekat Metode Karyawisata………. 21
A. Pengertian Metode Karyawisata………. 21
B. Tujuan dan Manfaat Karyawisata Untuk Anak TK……….... 26
vii
D. Keunggulan dan Kelemahan Metode Karyawisata………... 28
E. Langkah – langkah Penggunaan Metode Karyawisata……… 30
2.2. Kerangka Konseptual………. 34
2.3. Hipotesis ……….. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 36
3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian……… 36
3.2.1 Subjek Penelitian………. 36
3.2.2 Objek Penelitian……… 36
3.3 Operasional Variabel Penelitian……… 37
3.3.1 Definisi Operasional………. 37
3.4. Desain Penelitian……… 37
3.5.Prosedur Penelitian……… 38
3.6.Teknik Pengumpulan Data... 42
3.7.Teknik Analisa Data……….. 45
3.8.Lokasi dan Waktu Penelitian... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……….. 47
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I……… 47
1.Perencanaan Siklus I……….. 47
2.Pelaksanaaan Tindakan Siklus I………... 48
3.Hasil Observasi Siklus I……….. 49
4.Refleksi Siklus I………... 52
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II……… 52
1.Perencanaan Siklus II………. 52
2.Pelaksanaan Tindakan Siklus II……… 53
viii
4.Refleksi Siklus II ………. 56
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……… 62
5.2 Saran ……… 63
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 38
4.1 Grafik Peningkatan Kecerdasan Naturalis Anak pada Siklus I ... 52
4.2 Grafik Jumlah Anak yang Mengalami Peningkatan Kecerdasan Naturalis
pada Siklus I dan Siklus II ... 60
4.3 Grafik Persentase Peningkatan Kecerdasan Naturalis Anak pada Siklus I dan
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi indikator kecerdasan naturalais Anak
Lampiran 2 Lembar Observasi mengajar guru (siklus I dan siklus II)
Lampiran 3 Rancangan Kegiatan Harian (RKH)
Lampiran 4 Tabel Hasil Observasi Anak Pada Siklus I dan siklus II
Lampiran 5 Daftar Nama Anak Kelompok A
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
- Surat Izin Penelitian FIP-UNIMED
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.Kerangka Teoritis
2.1.1.Kecerdasan Naturalis
A. Hakekat Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang
mencakup kemampuan untuk memahami hal-hal yang kompleks dan saling
berhubungan. Semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak, kemampuan
menemukan, penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk
memperoleh kemampuan yang baru termasuk dalam kecerdasan (Semiawan,
1992: 11).
Selanjutnya menurut Sternberg dalam (Semiawan,1992 :13) mengemukakan
bahwa inteligensi/ kecerdasan ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru
dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Lebih lanjut Sternberg
menyatakan bahwa inteligensi mencakup kemampuan manusia akan tiga
komponen, yaitu: (1) Inteligensi komponensial, yaitu kemampuan untuk berpikir,
merencanakan dan memonitor proses kognitif, (2) Inteligensi eksperensial, yaitu
kemampuan untuk memformulasikan ide-ide baru dalam memecahkan masalah,
dan (3) Inteligensi kontekstual, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dalam
menanggapi suatu peluang atau kesempatan secara optimis.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau
10
dalam berpikir, merencanakan, memformulasi ide-ide baru dalam memecahkan
masalah serta kemampuan dalam beradaptasi menghadapi peluang yang ada.
Dalam perkembangan konsep inteligensi terjadi perubahan dari konsep
tunggal sampai dengan inteligensi majemuk. Kecerdasan/ inteligensi majemuk
(multiple intelligences) dikembangkan oleh Gardner yang pada awalnya
menyatakan bahwa inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semi
otonom, yaitu: (1) linguistik, (2) musik, (3) matematik logis, (4) visual spasial, (5)
kinestetik fisik, (6) sosial interpersonal dan (7) intrapersonal. Pada perkembangan
selanjutnya teori multiple intelligence Gardner mengalami penambahan dua
kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual.
Gardner, (Yus, 2011: 10) mengemukakan kecerdasan dalam beberapa dimensi yaitu:
a. Kecerdasan bahasa (linguistik) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi mengelola kata dan bahasa.
b. Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang angka (numerik) dan alasan logis.
c. Kecerdasan musik berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang musik dan suara.
d. Keterampilan gerak tubuh (kinestetik) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang mengolah dan mengendalikan gerak anggota tubuh.
e. Kecerdasan gambar dan ruang (visual-spasial) berkaitan dengan keterampilandan persepsi dalam bidang permainan garis, warna, bentuk, ruang.
f. Kecerdasan diri (intrapersonal) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang kesadaran dan pengenalan terhadap diri sendiri. g. Kecerdasan bergaul (interpersonal) berkaitan dengan keterampilan dan
persepsi dalam bidang membina hubungan dengan orang lain.
h. Kecerdasan alami (naturalis) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang yang berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitar.
i. Kecerdasan rohani (spiritual) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang mengolah rohani.
Kecerdasan naturalis sebenarnya dimiliki setiap manusia dalam taraf yang
11
dinamis dan tiada habisnya bagi anak, sebab mereka mendapat gambaran alam
berdasarkan pandangan sederhana dan melalui pengalaman langsung melalui
panca indranya. Lebih menarik lagi, pandangan sederhana mereka juga
menciptakan rasa keterikatan terhadap dunia dan persepsi ini membantu
perkembangan otak dan inteligensi mereka.
Kecerdasan naturalis merupakan bagian dari kecerdasan jamak yang
berkaitan dengan kepekaan dalam mengapresiasi alam dan lingkungan sekitarnya.
Kemunculan dalam kecerdasan ini dapat dilihat dari kecintaan terhadap alam dan
lingkungan sekitar melalui berbagai kegiatan seperti kepedulian terhadap
lingkungan dan komponen-komponen yang ada di dalamnya yaitu tumbuhan,
hewan, cuaca, dll. Untuk memahami kecerdasan naturalis dengan lebih jelas
berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian kecerdasan naturalis menurut
pendapat beberapa ahli.
Kecerdasan majemuk menurut Gardner,( http://www.psychologymania.com/ 2011/07/jenis-jenis-intelegensi-menurut-howard.html) lebih bersifat manusiawi dan lebih dapat dipercaya karena teori ini lebih mencerminkan secara memadai tingkah laku kecerdasan manusia. Menurut Gardner seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi adalah seseorang yang menunjukkan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasi banyak spesies flora dan fauna dalam lingkungannya. Di dalam dunia nyata, seorang naturalis memiliki kemahiran dalam berkebun, menggarap taman yang indah, memelihara binatang serta memiliki perhatian yang lebih dalam penyelamatan lingkungan. Seorang naturalis biasanya telah memperlihatkan bakatnya sejak kecil/ masa kanak-kanak.
Menurut uno dan kuadrat (2006:14), kecerdasan naturalis ialah kemampuan
seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, rasa ingin tahu yang besar pada
objek tertentu, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka, seperti
12
kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti
aneka jenis tanaman, jenis binatang, aneka macam bebatuan, dan sebagainya.
Amstrong, (2003:26) yang menyatakan bahwa anak-anak yang kompeten
dalam kecerdasan naturalis merupakan pencinta alam. Anak-anak ini lebih suka
mengumpulkan bebatuan atau bagian tanaman daripada terkurung di sekolah atau
rumah mengerjakan tugas menulisnya. Jika diberi tugas sekolah yang melibatkan
tanaman juga hewan, anak-anak ini akan termotivasi dengan lebih baik.
Selanjtnya Menurut Rose, dalam (http://uripsantoso.wordpress.com/ 2012/07/31/ kecerdasan-naturalis/) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi adalah seorang dengan rasa ingin tahu tinggi, senang merawat tanaman, senang memelihara binatang, dapat mengenali dan menamai banyak jenis tanaman, mempunyai minat dan pengetahuan yang baik tentang bagaimana tubuh bekerja, dapat membaca tanda-tanda cuaca, mempunyai minat pada isu-isu lingkungan global, dan berpandangan bahwa pelestarian sumber daya alam dan pertumbuhan yang berkelanjutan merupakan keharusan.
Demikian juga menurut Saifullah, (2004:96) seseorang yang memiliki
kecerdasan naturalis tinggi selalu berpikir dalam acuan alam. Hal ini dapat dilihat
dari kemampuannya melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah,
mengidentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam.
Dari uraian di atas, maka secara garis besar dapat disimpulkan kecerdasan
naturalis ialah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kecakapan dalam
mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam lainnya serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan dan bahwa seseorang yang
memiliki kecerdasan naturalis dapat memunculkan perilaku seperti: mencintai
lingkungan, mengetahui bagian-bagian tanaman mulai dari bunga, berbuah, daun,
batang, akar, senang dan mampu merawat tumbuhan, serta senang kegiatan di
13
Kecerdasan naturalis perlu diajarkan dan ditanamkan sejak anak usia dini,
yaitu antara 0-6 tahun. Pada saat ini efektifitasnya sangat tinggi, artinya pada saat
usia ini internalisasi nilai-nilai naturalis akan sangat efektif diserap dan diterapkan
oleh anak-anak. Diatas usia ini efektifitasnya diprediksi berkurang dan semakin
kurang efektif sejalan dengan bertambahnya usia anak tersebut. Jika melihat usia
0-6 tahun, maka yang banyak berperan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis
adalah kedua orangtua atau keluarga. Jika pada usia ini mereka juga telah
dimasukkan ke PAUD, maka keluarga dan pendidikan PAUD yang mempunyai
peranan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis pada anak.
Untuk itu, setiap orang tua dan guru PAUD harus mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang nilai-nilai naturalis agar mereka dapat memberi pengetahuan
teori dan contoh nyata kepada anak-anak tersebut. Amat penting artinya untuk
memasukkan ke dalam kurikulum PAUD nilai-nilai naturalis, sehingga sejak dini
anak-anak sudah mendapat pengetahuan tentang lingkungan dan bagaimana
melestarikan lingkungan.
Praktek dan contoh nyata amat penting bagi anak-anak usia dini ini. Mereka
akan dapat diberi kegiatan ekperimen memelihara tanaman (menanam, menyiram,
menyiangi, memupuk dll.), membersihkan lingkungan sekitar, membuang sampah
pada tempatnya, membiasakan mereka untuk tidak mencabut tumbuhan secara
serampangan dll.
Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak dini ini akan berurat akar,
sehingga mereka akan secara konsisten mempraktekkan nilai-nilai naturalis dari
PAUD hingga perguruan tinggi. Dengan cara ini, diharapkan mereka mempunyai
14
B. Karakteristik Kecerdasan Naturalis
Anak-anak yang sangat kompeten dalam kecerdasan naturalis merupakan
pecinta alam. Mereka lebih senang atau menikmati keindahan ke taman, kebun
bunga, senang memelihara tanaman, mempunyai ingatan yang kuat tentang
tempat-tempat yang pernah dia kunjungi serta nama-nama tumbuhan, dan peduli
terhadap lingkungan.
Hal tersebut diatas dipertegas oleh beberapa pendapat ahli tentang
karakteristik kecerdasan naturalis, antara lain:
Menyadur pendapat Amstrong (2003:36) memaparkan bahwa kecerdasan
naturalis tampak pada sikap-sikap melalui :
a. Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka atau taman bunga,
maksudnya anak senang ketika berada di luar ruangan;
b. Menunjukkan kepekaan terhadap bentuk-bentuk tanaman (misalnya
daun, bunga, buah, dll) maksudnya anak dapat mengenal bentuk daun
itu ada yang bulat, keriting, bunga itu berwarna-warni dan sebagainya;
c. Suka berkebun atau berada di dekat kebun;
d. Menikmati aquarium, herbarium, tetarium, atau sistem kehidupan
lainya, maksudnya anak suka ketika melihat aquarium, tertarik untuk
membersihkan aquarium dan mau memberi makan ikan yang ada di
aquarium;
e. Menunjukkan kesadaran ekologi yang tinggi, maksudnya anak bisa
menjaga lingkungan, misal: membuang sampah pada tempatnya,
15
f. Menyakini tanaman memiliki haknya sendiri, maksudnya anak tahu
cara memperlakukan tanaman, misal tidak memetik sembarangan daun
dan bunganya dan merawatnya dengan baik;
g. Memcatat fenomena alam, hewan, tumbuhan, dan hal-hal sejenis,
maksudnya anak mengetahui bahwa tanaman akan mati jika tidak
disiram, mengenal cara berkembak biak binatang secara sederhana,
misal: dari telur menjadi ayam, mengetahui cara proses kecambah;
h. Mengenali serangga, daun-daunan, dan benda-benda alam lainnya;
i. Memahami topik-topik tentang sistem kehidupan. Maksudnya anak
mengenal konsep perubahan siang dan malam (mengetahui malam itu
gelap, siang itu terang) mengenal konsep panas dan dingin, mendung
dan hujan;
j. Terlibat dalam hobi dan proyek yang dikerjakan sendiri. Misal: anak
senang bermain tanah, pasir, dan senang berkebun.
Gardner dalam (http://infokuh.blogspot.com/2012/07/
macam-macam-kecerdasan-menurut-howard.html) memaparkan ciri dari kecerdasan lingkungan,
yaitu bila anak terlihat lebih tertarik pada kegiatan yang berada di luar rumah,
merasa nyaman bila tengah bermain di lingkungan bebas, dekat dan sayang
dengan berbagai tanaman dan binatang yang ia temui di sekitar rumah, terus
bertanya dengan kritis mengenai berbagai jenis alam lingkungan sekitar, keadaan
cuaca, ruang angkasa, dan kekuatan alam lainnya.
Menurut Akbar dalam
(http://ekohs.wordpress.com/2012/09/01/ciri-kecerdasan-naturalis-pada-anak/html.) Ciri-cirinya kecerdasan naturalis : sangat
16
dengan berbagai binatang peliharaan, menyukai aktivitas berkemah, memancing
dan kegiatan rekreasi lainnya, senang mengkoleksi berbagai benda dari alam,
misalnya kerang-kerangan, batu-batuan, mencatat fenomena alam, seperti punya
foto, buku harian, gambar koleksi tentang alam.
Wilson dalam (http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/31/anak-hebat./) menjelaskan kecerdasan naturalis memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
1. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
2. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia. 3. Mampu mengenali pola di antara spesies.
4. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani. 5. Senang memelihara tanaman, hewan.
6. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
7. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
8. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak memperoleh
kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kecerdasan naturalis mereka
saat melakukan aktivitas di luar ruangan.
Tingkat pencapaian setiap aspek perkembangan pada anak usia dini
memiliki tingkat pencapaian yang berbeda-beda untuk tiap jenjang usia.
Gardner dalam (http://infokuh.blogspot.com/2012/07/
macam-macam-kecerdasan-menurut-howard.html) melihat bahwa kecerdasan naturalis ini
merupakan kecerdasan yang memang telah dimiliki setiap orang sejak lahir.
Biasanya anak balita lebih memiliki ketertarikan terhadap kecerdasan ini
dibandingkan dengan orang dewasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, ia
menemukan bahwa anak-anak lebih peka dalam mengenali lingkungan dan bukan
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dengan menerapkan metode karyawisata dapat meningkatkan kecerdasan
naturalis anak usia 4-5 tahun di TK AN-NISA Medan pada sub tema
tanaman. Sebelum dilakukan tindakan kecerdasan naturalis anak masih
rendah, setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh data semua
anak sudah cukup baik namun nilai yang diperoleh anak masih belum
mencapai hasil yang maksimal yaitu rata-rata nilai persentase
peningkatan 44,2%. Untuk mencapai tingkat keberhasilan, maka
dilakukan perbaikan-perbaikan pengajaran pada siklus II yang pada
akhirnya menghasilkan nilai rata-rata sebesar 80,3%.
2. Terdapat pengaruh metode karyawisata yang cukup kuat terhadap
kecerdasan naturalis anak usia 4-5 tahun khususnya pada pembelajaran
tanaman.
3. Penggunaan metode karyawisata juga dapat meningkatkan motivasi
63
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas yang telah terbukti bahwa kombinasi antara
metode karyawisata dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak, maka peneliti
sarankan bagi guru, sebaiknya menggunakan metode karyawisata dalam
pembelajaran tema tertentu, khususnya untuk meningkatkan kecerdasan naturalis
anak. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
sekolah agar metode karyawisata ini tidak hanya digunakan sekali dalam setahun,
namun agar lebih baik metode karyawisata ini di lakukan pada semua tema
pembelajaran yang ada di kurikulum PAUD. Bagi peneliti, memberi pengalaman
dan mengetahui bahwa metode karyawisata yang di kenal harus banyak biaya,
ternyata bisa juga di gunakan tempat lingkungan sekitar sekolah saja. Bagi
peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian yang diperluas,
64
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. 1994. Multiple Intelligences in the Cassroom. Alexandria, Virginia: ASCD
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Irama Widya
Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ayuningsih, D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati
Djajadisastra, Jusuf. 1981. Metode-Metode Mengajar. Bandung: Angkasa
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
N. K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
R., Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Saifullah. 2004. Mencerdaskan Anak. Jombang: Lintas Media
Semiawan, Conny, R. 1992. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: Grasindo
Surakhmad, Winarno. 1987. Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemenars
Uno, Hamzah dan Kuadrat, Masri. 2010. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Yamin, Martinis. 2010. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
65
. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
(http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID yang diakses tanggal 20 Desember 2012)
(http://www.psychologymania.com/ 2011/07/jenis-jenis-intelegensi-menurut-howard.html, diakses juli 2011)
(http://infokuh.blogspot.com/2012/07/ macam-macam-kecerdasan-menurut-howard.html yang diakses juli 2012)
(http://uripsantoso.wordpress.com/ 2012/07/31/ kecerdasan-naturalis/, yang diakses 31 juli 2012)
(http://ian43.wordpress.com/ 2013/01/22/ modelpengajaran yang diakses 22 januari 2013)
(http://www.scribd.com/doc/50174045/22/K-Metode-Karyawisata-field-trip).