• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT PADATANAMAN JAMUR DENGAN MENGGUNAKAN Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada Tanaman Jamur Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT PADATANAMAN JAMUR DENGAN MENGGUNAKAN Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada Tanaman Jamur Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN JAMUR DENGAN MENGGUNAKAN

METODEBACKWARD CHAINING

Makalah

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika

Diajukan Oleh : Muhamad Sya rudin Hernawan Sulistyanto, S.T., M.T.

Hasyim Asyari, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN JAMUR DENGAN MENGGUNAKAN

METODEBACKWARD CHAINING

Muhamad Sya rudin, Hernawan Sulistyanto, Hasyim Asyari Department of Informatics,Faculty of Communications and Informatics,

Muhammadiyah university of Surakarta Email:achmad.ardin118@gmail.com

ABSTRACT

Understanding of mushroom farmers about disease of mushroom plant is categorized as low. Many mushroom cultivators rely on knowledge of an expert in order to diagnose a plant disease. The expert system can be information and guidelines to detect disease attacking mushroom plant and ways of overcome it. The method is called backward chaining, and netbeans application and MySQL database. The application is implemented in dekstop program and it is operated by people, especially mushroom farmers. The method uses a chain crossing from a hypothesis to the facts supporting the hypothesis. The expert system is an application using facts and reasoning techniques used by an expert. Use of the application system can provide information and reference from users, namely, diseases that are likely attacking mushroom plant based on symptoms entered by users. The application can provide assistance for mushroom farmers or cultivator in diagnosing disease of mushroom plant early.

(6)

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN JAMUR DENGAN MENGGUNAKAN

METODEBACKWARD CHAINING

Muhamad Sya rudin, Hernawan Sulistyanto, Hasyim Asyari Teknik Informatika,Fakultas Komunikasi dan Informatika,

Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:achmad.ardin118@gmail.com

ABSTRAKSI

Pemahaman para petani jamur akan penyakit jamur tergolong masih rendah. Banyak pembudidaya masih mengandalkan pengetahuan seorang pakar untuk dapat mendiagnosa suatu penyakit, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Sistem pakar ini dapat dijadikan informasi dan pedoman untuk mendeteksi penyakit yang muncul pada tanaman jamur serta cara menanggulanginya. Metode yang digunakan adalah backward chaining, serta aplikasi netbeans dan database MySQL, aplikasi ini diimplementasikan ke sebuah program dekstop yang dapat dioperasikan oleh masyarakat, khususnya petani jamur. Metode ini menggunakan suatu rantai yang dilintasi dari suatu hipotesa kembali ke fakta yang mendukung hipotesa. Sistem pakar ini merupakan aplikasi yang menggunakan fakta dan teknik penalaran yang digunakan oleh seorang pakar. Penggunaan sistem aplikasi ini dapat memberikan informasi dan acuan bagi pengguna berupa kemungkinan jenis penyakit yang menyerang pada tanaman jamur berdasarkan gejala yang dimasukan oleh user. Aplikasi ini dapat memberikan bantuan berupa layanan bagi para petani atau pembudidaya tanaman jamur untuk mendiagnosa penyakit jamur secara lebih dini.

(7)

A. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak yang signifikan dalam berbagai bidang. Hal ini mengakibatkan kemajuan pada perangkat lunak yang diimbangi dengan kecanggihannya. Secara langsung ataupun tidak, teknologi informasi telah menjadi bagian penting untuk masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Teknologi informasi hampir tidak dapat dilepaskan dari berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan oleh para pembudidaya jamur untuk mendapatkan informasi mengenai bisnisnya itu.

Munculnya hama dan penyakit pada jamur umumnya dipengaruhi oleh lima faktor utama, yaitu kondisi udara, air, tanah, SDM (sumber daya manusia), serta bibit jamur. Apabila kebersihan dan sanitasi dalam proses budidaya jamur kurang bagus, bisa dipastikan hama serta penyakit akan muncul dan mengganggu pertumbuhan jamur. Melalui media internet seseorang dapat mencari informasi yang dibutuhkan. Sistem

pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur dengan menggunakan metode backward chainingini dapat dijadikan informasi dan pedoman untuk mendeteksi penyakit yang muncul pada tanaman jamur serta cara menanggulanginya.

Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang mempelajari bagaimana mengadopsi cara seorang pakar berpikir dan bernalar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dan membuat suatu keputusan maupun mengambil kesimpulan dari sejumlah fakta yang ada. Pada penelitian ini akan dirancang suatu aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur dengan menggunakan metode backward chaining. Pengembangan aplikasi sistem pakar untuk diagnosa penyakit pada tanaman jamur ini merupakan salah satu pengaplikasian sistem yang terkomputerisasi dalam bidang pertanian.

(8)

backward chaining ini digambarkan dalam hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuan. Menggunakan pendekatan goal-driven dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan harapan kita. Pada metode inferensi dengan backward chaining akan mencari aturan atau rule yang memiliki konsekuen yang mengarah kepada tujuan yang telah diskenariokan atau diinginkan.

B. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam membangun aplikasi sistem pakar adalah metode waterfall (Pressman, 2005) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.

Metode pendekatan waterfall yaitu metode yang menggunakan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level mendefinisikan kebutuhan sistem sampai maintenance.

Metode waterfall memiliki beberapa tahapan yaitu :

1. Mendefinisikan kebutuhan, maksudnya adalah mengumpulkan kebutuhan dan entitas yang diperlukan untuk menyusun sejumlah kecil analisa informasi, baik strategi maupun area bisnis.

2. Menganalisis kebutuhan, berarti terjemahan dari tahap pertama, yang menguraikan definisi dari perangkat lunak diantaranya kebutuhan sistem, aplikasi yang digunakan, interface, bentuk proses pengolahan informasi, performasi yang diharapkan, pendokumentasian dan lain-lain yang terkait dengan definisi dan pemfokusan persoalan rekayasa perangkat lunak.

3. Mendesain sistem dan software, merupakan tahap penjabaran multifungsi dari analisa backward chaining ini digambarkan

dalam hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuan. Menggunakan pendekatan goal-driven dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan harapan kita. Pada metode inferensi dengan backward chaining akan mencari aturan atau rule yang memiliki konsekuen yang mengarah kepada tujuan yang telah diskenariokan atau diinginkan.

B. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam membangun aplikasi sistem pakar adalah metode waterfall (Pressman, 2005) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.

Metode pendekatan waterfall yaitu metode yang menggunakan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level mendefinisikan kebutuhan sistem sampai maintenance.

Metode waterfall memiliki beberapa tahapan yaitu :

1. Mendefinisikan kebutuhan, maksudnya adalah mengumpulkan kebutuhan dan entitas yang diperlukan untuk menyusun sejumlah kecil analisa informasi, baik strategi maupun area bisnis.

2. Menganalisis kebutuhan, berarti terjemahan dari tahap pertama, yang menguraikan definisi dari perangkat lunak diantaranya kebutuhan sistem, aplikasi yang digunakan, interface, bentuk proses pengolahan informasi, performasi yang diharapkan, pendokumentasian dan lain-lain yang terkait dengan definisi dan pemfokusan persoalan rekayasa perangkat lunak.

3. Mendesain sistem dan software, merupakan tahap penjabaran multifungsi dari analisa backward chaining ini digambarkan

dalam hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuan. Menggunakan pendekatan goal-driven dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan harapan kita. Pada metode inferensi dengan backward chaining akan mencari aturan atau rule yang memiliki konsekuen yang mengarah kepada tujuan yang telah diskenariokan atau diinginkan.

B. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam membangun aplikasi sistem pakar adalah metode waterfall (Pressman, 2005) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.

Metode pendekatan waterfall yaitu metode yang menggunakan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level mendefinisikan kebutuhan sistem sampai maintenance.

Metode waterfall memiliki beberapa tahapan yaitu :

1. Mendefinisikan kebutuhan, maksudnya adalah mengumpulkan kebutuhan dan entitas yang diperlukan untuk menyusun sejumlah kecil analisa informasi, baik strategi maupun area bisnis.

2. Menganalisis kebutuhan, berarti terjemahan dari tahap pertama, yang menguraikan definisi dari perangkat lunak diantaranya kebutuhan sistem, aplikasi yang digunakan, interface, bentuk proses pengolahan informasi, performasi yang diharapkan, pendokumentasian dan lain-lain yang terkait dengan definisi dan pemfokusan persoalan rekayasa perangkat lunak.

(9)

kebutuhan, prosesnya melalui tahapan struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, algoritma, dan lain-lain.

4. Coding, yaitu pembuatan program atau menerjemahkan hasil rancangan ke dalam bahasa pemrograman tertentu. Penulisan kode program sesuai dengan desain yang dibuat, sehingga bisa menghasilkan aplikasi yang bermanfaat bagi pengguna. 5. Pengujian sistem dan integrasi,

yaitu melakukan pengujian terhadap aplikasi yang telah dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan, sekaligus mengintegrasikan komponen dalam sistem tersebut.

6. Implementasi dan maintenance, yaitu mengaplikasikan sistem yang sudah terintegrasi dan melakukan perawatan atau perbaikan bila ada kekeliruan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Form Login

Form Login adalah form awal yang ditampilkan saat admin atau pakar akan mulai menjalankan

aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit jamur ini. form login ini terdiri dari 2 pilihan status yaitu login sebagai pasien (user), dan Admin. Aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit jamur ini dapat berjalan setelah admin mengisikan username dan password yang sesuai. Untuk (user) dapat melakukan proses diagnosis penyakit setelah user mengisikan username danpasswordyang sesuai.

Setelah memasukan username dan password, maka tombol Login digunakan untuk melakukan eksekusi, sedangkan tombol Batal untuk mengosongkan form login. Form logindapat dilihat pada Gambar 2.

(10)

b. Halaman index admin

Halaman utama admin merupakan halaman admin jika proses login berhasil. Halaman utama admin ini terdiri dari menu-menu yang dapat dimanfaatkan oleh admin. Beberapa menu yang ditampilkan dalam halaman admin ini bisa dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.Halaman index admin

c. Formdata penyakit

Form data penyakit digunakan oleh admin untuk menambah data penyakit baru yang belum masuk ke dalam sistem. Setelah mengisi form data penyakit secara lengkap maka tekan tombol Baru , sedangkan tombol Batal dgunakan admin untuk membatalkan data yang sudah diinputkan, tombol Hapus digunakan untuk menghapus data penyakit yang sudah diinputkan,

tombol Simpan menyimpan data yang sudah diinput dalam kolom form data penyakit dan untuk tombol ubah digunakan untuk menggubah data yang sudah diinputkan. Form data penyakit dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4.Formdata penyakit d. Formdata gejala

(11)

Gambar 5.Formdata gejala e. Formdata persentase

Form data persentase digunakan oleh admin untuk menambah nilai persentasi pada sebuah gejala. Tampilan form data persentase seperti gambar 6.

Gambar 6.Formdata persentase

f. Formdiagnosa 1

Pada diagnosis 1, diberikan beberapa masukan gejala yang dirasakan antara lain muncul warna hijau baglog, tudung akar berair, terdapat nematoda, panen hanya bisa 2 kali, Daun (buah) jamur mudah kering, terdapat ulat saat musim hujan, baglog menyusut, tudung tergeogoti, dan daun jamur berlendir, seperti dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagnosa penyakit 1 g. Hasil diagnosa 1

(12)

Gambar 8.Hasil diagnosa 1 h. Formdiagnosa 2

Pada diagnosis 2, diberikan beberapa masukan gejala yang dirasakan antara lain muncul warna hitam pada baglog, muncul warna coklat pada baglog, panen jamur terlambat, terdapat larva dalam serangga dalam lumbung, daun jamur berlendir, tudung tergeogoti, maksimal panen 4x, terdapat mematoda, miselium sulit tumbuh dan tamanan jamur mati, seperti dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9.Formdiagnosa 2

i. Hasil diagnosa 2

Setelah proses diagnosis tersebut berhasil dilakukan, hasil perhitungan dari sistem menampilkan kemungkinan penyakitnya Penicillium, maka ditampilkan hasil diagnosis kemungkinan penyakitnya adalah Penicillium dengan nilai kepercayaan 63 % seperti dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10.Hasil diagnosa 2

j. Form diagnosa 3

(13)

Gambar 11. Form diagnosa 3

k. Hasil diagnosa 3

Setelah proses diagnosis tersebut berhasil dilakukan, hasil perhitungan dari sistem menampilkan kemungkinan penyakitnya muncor, maka ditampilkan hasil diagnosis kemungkinan penyakitnya adalah muncor dengan nilai kepercayaan 90 % seperti dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hasil diagnosa 3

D. PENGUJIAN

Pengujian eksternal yang dilakukan pada penelitian ini meliputi praktek secara langsung dengan dipresentasikan aplikasi sistem pakar di pembudidayaan tanaman jamur desa Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, serta pengisian kuisioner mengenai program yang telah dibuat.

(14)

Gambar 13. Grafik hasil kuisioner

E. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Berdasarkan perancangan, pembuatan dan implementasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur dengan menggunakan metode backward chaining ini dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut :

1. Aplikasi sistem pakar ini telah diuji secara langsung bersama pembudidaya jamur sebanyak 10 kali percobaan, dengan hasil kebenaran 10 kali. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa tingkat akurasi persentase kebenaran program adalah 100%.

2. Hasil kuisioner terhadap responden, untuk aplikasi sistem pakar dalam mendiagnosis penyakit jamur menghasilkan diagnosis yang hampir sesuai dengan apa yang diharapkan karena untuk basis pengetahuan dapat disesuaikan dengan pengetahuan penelitian yang ada. Output yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu nilai kepercayaan untuk penyakit yang dihasilkan dari sistem ini sama dengan hasil perhitungan secara manual. 3. Aplikasi sistem pakar ini telah

memberikan kemudahan bagi pembudidaya jamur untuk mendeteksi penentuan penyakit tanaman jamur dan cara menanggulanginya.

Saran

Dari kelemahan di BAB 4, penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kendala yang terjadi pada perancangan aplikasi sistem 70%

Gambar 13. Grafik hasil kuisioner

E. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Berdasarkan perancangan, pembuatan dan implementasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur dengan menggunakan metode backward chaining ini dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut :

1. Aplikasi sistem pakar ini telah diuji secara langsung bersama pembudidaya jamur sebanyak 10 kali percobaan, dengan hasil kebenaran 10 kali. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa tingkat akurasi persentase kebenaran program adalah 100%.

2. Hasil kuisioner terhadap responden, untuk aplikasi sistem pakar dalam mendiagnosis penyakit jamur menghasilkan diagnosis yang hampir sesuai dengan apa yang diharapkan karena untuk basis pengetahuan dapat disesuaikan dengan pengetahuan penelitian yang ada. Output yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu nilai kepercayaan untuk penyakit yang dihasilkan dari sistem ini sama dengan hasil perhitungan secara manual. 3. Aplikasi sistem pakar ini telah

memberikan kemudahan bagi pembudidaya jamur untuk mendeteksi penentuan penyakit tanaman jamur dan cara menanggulanginya.

Saran

Dari kelemahan di BAB 4, penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kendala yang terjadi pada perancangan aplikasi sistem 78% 80% 84%

Gambar 13. Grafik hasil kuisioner

E. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Berdasarkan perancangan, pembuatan dan implementasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur dengan menggunakan metode backward chaining ini dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut :

1. Aplikasi sistem pakar ini telah diuji secara langsung bersama pembudidaya jamur sebanyak 10 kali percobaan, dengan hasil kebenaran 10 kali. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa tingkat akurasi persentase kebenaran program adalah 100%.

2. Hasil kuisioner terhadap responden, untuk aplikasi sistem pakar dalam mendiagnosis penyakit jamur menghasilkan diagnosis yang hampir sesuai dengan apa yang diharapkan karena untuk basis pengetahuan dapat disesuaikan dengan pengetahuan penelitian yang ada. Output yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu nilai kepercayaan untuk penyakit yang dihasilkan dari sistem ini sama dengan hasil perhitungan secara manual. 3. Aplikasi sistem pakar ini telah

memberikan kemudahan bagi pembudidaya jamur untuk mendeteksi penentuan penyakit tanaman jamur dan cara menanggulanginya.

Saran

(15)

pakar ini. Penulis menyarankan untuk pengembangan penelitian di masa yang akan datang sebagai berikut :

1. Perlunya kerjasama lebih lanjut dengan para pakar di bidang pertanian khususnya para pembudidaya jamur untuk mengembangkan aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman jamur ini agar basis pengetahuan tentang gejala dan penyakit lebih akurat dan hasilnya diagnosisnya lebih akurat lagi.

2. Pada saat tahap penentuan nilai persentase pada gejala gejala yang ada penulis mengalami kesulitan, khususnya untuk menentukan persentase gejala yang sama pada beberapa penyakit, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dipersiapkan terlebih dahulu analisis yang tepat agar dalam tahap perancangan selanjutnya berjalan dengan lancar.

3. Meningkatkan keamanan sistem agar dapat melindungi dari penyalahgunaan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2003. Pengembangan Sistem Pakar Menggunakan Visual Basic. Yogyakarta: Andi Offset.

Broto, Adhi Sadewo. (2010). Perancangan Dan Implementasi Sistem Pakar Untuk Analisa Penyakit Dalam. Skripsi. Semarang : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang.

Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.

Isnaeni Wardani, 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Andi Offset,

Muchroji Cahyana, 2008. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta: Penebar Swadaya,

Muhamat Arhami, Konsep dasar Sistem Pakar. (Edisi pertama, Yogyakarta, Andi Offset, 2005).

Nugroho, Bonafit. 2008. Membuat plikasi Sistem Pakar PHP dan Editor Dreamweaver, Yogyakarta: Gava Media

Nunung Marlina. 2001. Budi Daya Jamur Kuping. Yogyakarta. Kanisius.Media Komputindo, Jakarta.

Netbeans 5.0 IDE Field Guide, Patrick Keegan, et al., Prentice Hall, 2 edition, 2006. ISBN 0132395525

Suriawiria, U. 2002.Budi Daya Jamur Tiram.Yogyakarta: Kanisius. Pasaribu, D. R. Permana, E. R, Alda. Aneka Jamur Unggulan yang

Menembus Pasar. Jakarta:PT. Grasindo.2002

Turban, Efrain dan Aronson, Jay , 2001,Decision Suport System and Intelligent System, Prentice Hall, New Jersey.

Wahyu, Johan. 2011.Pembuatan Web Sistem Pakar Untuk Identifikasi dan Penanganan Anak Autis. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Gambar

Gambar 2. Form login
Gambar 3. Halaman index admin
Gambar 5. Form data gejala
Gambar 8. Hasil diagnosa 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

1. Mengasumsikan kerapatan bahan, jumlah jari-jari, radius-dalam hub, radius-luar hub dan radius-luar rim benda putar. Mengasumsikan radius-dalam rim. Menghitung panjang pendekatan

Berdasarkan koefisien determinasi bahwa Experiential Marketing pada promosi buy 1 get 1 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas Konsumen pengguna TIX ID dengan

Sedangkan dua masalah terakhir yang terkait dengan pengembangan modul navigasi pada robot otonom adalah masalah kognisi dan kontrol gerak, yang berkaitan dengan

 Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi perusahaan dari hari ke hari, yang kurang lebih dapat diartikan sebagai manajemen

(1994) juga menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari.

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka,

NPL memiliki pengaruh positif terhadap risiko kredit hal ini dapat terjadi apabila NPL mengalami peningkatan berarti telah terjadi peningkatan kredit bermasalah dengan

Resolusi Konflik Yaman yang kedua dikeluarkan pada tanggal 24 Februari 2016 dengan nomor S/RES/2266 (2016) berjudul The situation in the Middle East (Yemen)