ABSTRAK
Titik Purwaningsih (121414074). PERAN BUDAYA PERTANIAN
MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR
PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP. Skripsi Program Studi Pendiidkan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juli 2016.
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui materi matematika SMP apa saja yang terdapat pada kegiatan pertanian di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang; 2) mengetahui kegiatan pertanian apa yang termuat pada materi-materi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatan kegiatan pertanian. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya pertanian berlangsung di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang sebagai pekerjaan pokok. Masing-masing kegiatan pertanian dalam satu siklus digali satu per satu untuk mengetahui materi-materi matematika secara umum yang terlibat di dalamnya. Materi-materi matematika tersebut diantaranya teori probabilitas, geometri, pengukuran, perbandingan, bilangan, himpunan, barisan dan deret, serta aritmetika sosial. Pemetaan tersebut secara rinci dan spesifik direalisasikan pada pembelajaran matematika SMP. Materi matematika SMP yang dapat dirancang pembelajarannya dengan melibatkan budaya pertanian diantaranya bilangan bulat dan bilangan pecahan, perbandingan dan aritmetika sosial, himpunan, segiempat dan segitiga, relasi dan fungsi, sistem persamaan linear dua variabel, lingkaran, tabung, kerucut, dan bola, statistika, peluang, serta barisna dan deret. Materi-materi tersebut dirancang dalam pembelajran dengan pendekatan kontekstual.
ABSTRACT
Titik Purwaningsih (121414074). The Role of Agricultural Society in the District of Panggang as a Background for the Compilation of Mathematical Learning Materials for Contextual teaching and Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis Study Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta, July 2016.
The purposes of this research are to: 1) understanding the mathematic material at Junior High School that contained in the agricultural society in the District of Panggang; 2) understanding the agricultural society that contained in each mathematic material; 3) understanding the example of planning lesson that involved the agricultural society in the District of Panggang. The research is qualitative research using data collection methods, observation, interviews, and documentation.
The results showed that the culture of agriculture society in District of Panggang as main job. The mathematical materials in general that involved the agricultural society are probability, geometry, measurement, comparison, numbers, set, sequence and series, social arithmetic. The mapping of the matrials are realized spesificly on mathematics materials in Junior High School. Mathematical learning materials in Junior High School that can be designed by involving the agricultural society are integers and fractions, ratios, and arithmetic social, set, rectangles and triangles, relations and functions, system of linear equations in two variables, circles, tubes, cones and balls, statistics, probability and also and series. These materials are designed in lessons with contextual approach.
PERAN BUDAYA PERTANIAN MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR PENYUSUNAN MATERI
MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Titik Purwaningsih (121414074)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk yang tercinta:
1. Tuhan yang telah memberi kekuatan untuk menyelesaikan segala sesuatu.
2. Bapak dan Mamak yang senantiasa mendoakanku dan menyayangiku
serta memberi dukungan kepadaku.
3. Kristian Dedi Purnama
4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberi semangat
5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono sebagai dosen pembimbing
6. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah membiarkan aku bernaung di dalamnya.
MOTTO
“
Jika tidak ingin dipaksa untuk menyamakan perbedaan,
maka jangan memaksa untuk membedakaan persamaan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Budaya Pertanian Masyarakat Kecamatan Panggang sebagai Latar Penyusunan Materi Matematika Dalam Pembelajaran Kontekstual di SMP”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat nasehat, dukungan, bimbingan, dan motivasi yang penulis dapatkan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua, Kristian Dedi Purnama yang terkasih atas doa, dukungan, dan cinta kasih, serta semua hal yang selalu diberikan.
2. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Hongki Julie S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dengan sabar dan memberikan nasehat serta saran yang berguna dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
5. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
6. Irwan Triwibowo, A.Mg., S.Sos. selaku staf Tata Pemerintahan yang telah memberikan informasi sebagai data penelitian.
7. Para petani di Kecamatan Panggang yang telah berkenan menjadi responden wawancara dalam penelitian.
8. Teman-teman kos dan Pendidikan Matematika angakatan 2012, yang telah memberi semangat kepada penulis.
Penulis menyadari masih ada kekurangan pada penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi
MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ASBTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Pembatasan Masalah ... 4
E. Penjelasan Istilah ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Budaya... 7
B. Matematika sebagai Produk Budaya ... 9
C. Nilai Matematika bagi Masyarakat ... 9
D. Pembelajaran Kontekstual ... 13
E. Deskripsi Budaya Pertanian di Kalangan Masyarakat Panggang ... 17
F. Siklus Musim Tanam dan Musim Panen dalam Satu Tahun di Kecamatan Panggang ... 18
I. Kerangka Berpikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Subjek Penelitian ... 36
C. Objek Penelitian ... 37
D. Bentuk Data ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 37
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
G. Keabsahan Data ... 40
H. Teknik Analisis Data ... 42
I. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 43
J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 45
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan ... 46
C. Deskripsi Data Penelitian ... 48
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 51
E. Pembahasan Data Hasil Analisis Penelitian ... 75
F. Pengembangan lebih lanjut tentang topik-topik matematika dari budaya pertanian di Kecamatan Panggang... 80
G. Keterbatasan Penelitian ... 82
BAB V PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Siklus Kegiatan Pertanian Masyarakat Panggang ... 19 Tabel 2.2 Ilustrasi Penanaman Padi pada Musim Tanam Pertama ... 22 Tabel 2.3 Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada
Musim Tanam Kedua ... 22 Tabel 2.4 Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada
Musim Tanam Kedua ... 22 Tabel 2.5 Daftar Perbandingan Harga Benih Tanaman, Hasil,
dan Harga Panen ... 31 Tabel 2.6 Daftar Harga Pupuk Kimia yang Digunakan
Masyarakat Panggang ... 32 Tabel 3.1 Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Desa di
Kecamatan Panggang ... 36 Tabel 3.2 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 43 Tabel 4.1 Pemetaan Aspek-aspek Matematika Secara Umum yang
Terlibat dalam Budaya Pertanian di Kecamatan Panggang... 54 Tabel 4.2 Realisasi Keterlibatan Budaya Pertanian Masyarakat
Kecamatan Panggang dalam Pembelajaran Matematika SMP
Dilihat dari Segi Kegiatan Pertanian ... 57 Tabel 4.3 Realisasi Keterlibatan Budaya Pertanian Masyarakat
Kecamatan Panggang dalam Pembelajaran Matematika SMP
Dilihat dari Segi Materi Matematika SMP ... 76 Tabel 4.4 Rincian Rencana Kegiatan Pembelajaran ... 84 Tabel 4.5 Lembar Validasi Kesesuaian Soal Pada Lembar Kerja Siswa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Transkrip Wawancara dengan Petani ... 102
Lampiran 2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Sampel Petani Kecamatan Panggang ... 109
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 124
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ... 127
ABSTRAK
Titik Purwaningsih (121414074). PERAN BUDAYA PERTANIAN
MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR
PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP. Skripsi Program Studi Pendiidkan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juli 2016.
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui materi matematika SMP apa saja yang terdapat pada kegiatan pertanian di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang; 2) mengetahui kegiatan pertanian apa yang termuat pada materi-materi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatan kegiatan pertanian. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya pertanian berlangsung di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang sebagai pekerjaan pokok. Masing-masing kegiatan pertanian dalam satu siklus digali satu per satu untuk mengetahui materi-materi matematika secara umum yang terlibat di dalamnya. Materi-materi matematika tersebut diantaranya teori probabilitas, geometri, pengukuran, perbandingan, bilangan, himpunan, barisan dan deret, serta aritmetika sosial. Pemetaan tersebut secara rinci dan spesifik direalisasikan pada pembelajaran matematika SMP. Materi matematika SMP yang dapat dirancang pembelajarannya dengan melibatkan budaya pertanian diantaranya bilangan bulat dan bilangan pecahan, perbandingan dan aritmetika sosial, himpunan, segiempat dan segitiga, relasi dan fungsi, sistem persamaan linear dua variabel, lingkaran, tabung, kerucut, dan bola, statistika, peluang, serta barisna dan deret. Materi-materi tersebut dirancang dalam pembelajran dengan pendekatan kontekstual.
ABSTRACT
Titik Purwaningsih (121414074). The Role of Agricultural Society in the District of Panggang as a Background for the Compilation of Mathematical Learning Materials for Contextual teaching and Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis Study Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta, July 2016.
The purposes of this research are to: 1) understanding the mathematic material at Junior High School that contained in the agricultural society in the District of Panggang; 2) understanding the agricultural society that contained in each mathematic material; 3) understanding the example of planning lesson that involved the agricultural society in the District of Panggang. The research is qualitative research using data collection methods, observation, interviews, and documentation.
The results showed that the culture of agriculture society in District of Panggang as main job. The mathematical materials in general that involved the agricultural society are probability, geometry, measurement, comparison, numbers, set, sequence and series, social arithmetic. The mapping of the matrials are realized spesificly on mathematics materials in Junior High School. Mathematical learning materials in Junior High School that can be designed by involving the agricultural society are integers and fractions, ratios, and arithmetic social, set, rectangles and triangles, relations and functions, system of linear equations in two variables, circles, tubes, cones and balls, statistics, probability and also and series. These materials are designed in lessons with contextual approach.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Belajar merupakan suatu proses perubahan seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu. Proses tersebut akan berjalan terus menerus selama seseorang masih
hidup. Proses belajar merupakan proses dalam pendidikan, dengan objek
pendidikan siswa dan subjek pendidikan guru. Belajar tidak hanya berlangsung
pada sekolah yang formal, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan siswa tersebut
di luar sekolah. Pembelajaran yang akan diteliti adalah pembelajaran matematika
SMP. Hingga saat ini matematika masih menduduki posisi atas dalam urutan mata
pelajaran yang sulit. Sebenarnya, matematika sangat banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Telah diketahui bahwa matematika merupakan ratu
sekaligus pelayan bagi ilmu lain. Semua aspek kehidupan ini melibatkan
matematika, dan matematika selalu terlibat di dalamnya.
Pembelajaran matematika saat ini berlangsung dengan berbagai model dan
berkembang dengan dipengaruhi oleh berbagai hal yang ada di sekitar. Keberadaan
sekolah tidak bisa lepas dari lingkungan sekitar yang selalu mendukung proses yang
berlangsung di dalam sekolah tersebut. Lingkungan sekitar memberi dampak yang
tidak sedikit pada pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor dari lingkungan yang
berpengaruh pada pembelajaran adalah budaya. Budaya tidak hanya berkaitan
dengan seni atau kesenian, tetapi budaya mencakup segala aspek kebiasaan yang
budaya yang diangkat dalam penelitian ini adalah budaya pertanian. Hal ini dilatar
belakangi oleh kehidupan pribadi penulis yang dekat dengan pertanian.
Pengalaman belajar pada sekolah yang telah diperoleh selama ini
menunjukkan kurang terlihatnya peran matematika dalam kehidupan. Pembelajaran
yang dialami masih memberi kesan sulit dari matematika. Dengan demikian
matematika dirasa tidak ada efek, dampak, serta manfaatnya dalam kehidupan.
Banyak diantara masyarakat Kecamatan Panggang tempat dilaksanakannya
penelitian, merasa sudah kesulitan dalam memikirkan pelajaran yang ada di sekolah
di mana setiap jenjang pendidikan pasti terdapat ilmu matematika. Orang memilih
untuk tidak melanjutkan sekolah dikarenakan tidak mau menjumpai lagi yang
namanya matematika, yaitu pelajaran yang sulit. Sebagian besar masyarakat
Panggang mengenyam pendidikan hanya sampai pada jenjang menengah (SMP).
Mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan memilih untuk bekerja
sebagai petani, seperti yang dilakukan orang tua mereka dan sudah menjadi
pekerjaan masyoritas masyarakat Panggang. Tanpa disadari, bekerja sebagai petani
pun juga melibatkan matematika. Cara berpikir petani yang matematis dapat
dijadikan contoh dalam mempelajari matematika. Cara berpikir tersebut misalnya
dalam hal memperkirakan hasil panen yang bisa diperoleh secara maksimal dengan
memperhatikan pengalaman-pengalaman panen sebelumnya. Selain itu dalam hal
menalar. Semua kegiatan pertanian pasti membutuhkan penalaran secara logis
untuk dapat melaksanakan pertanian yang berhasil. Dari pengalaman tersebut,
didapat suatu hubungan bahwa matematika terlibat dalam pertanian, dan di dalam
belajar matematika. Budaya pertanian menjadi latar belakang penelitian dengan
tujuan agar pembelajaran matematika dapat dipahami dengan mudah oleh siswa
karena dikaitkan dengan konteks nyata kehidupan siswa sehari-hari. Penelitian ini
akan mengetahui peran budaya pertanian sebagai latar penyusunan materi pelajaran
matematika. Sebagai tujuan dalam jangka panjang, siswa sebagai anggota
masyarakat dapat meningkatkan kehidupan masyarakat khususnya kehidupan
petani yang menjadi pekerjaan mayoritas masyarakat Panggang.
B. Rumusan Masalah
1. Materi matematika SMP apa saja yang terpadat pada kegiatan
pertanian masyarakat Kecamatan Panggang?
2. Kegiatan pertanian apa saja yang termuat pada materi-materi di atas?
3. Bagaimana contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatkan
kegiatan pertanian?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui materi-materi matematika SMP yang terdapat pada
kegiatan pertanian masyarakat Kecamatan Panggang.
2. Mengetahui kegiatan-kegiatan pertanian yang termuat pada
materi-materi tersebut.
3. Mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan
D. Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah mengetahi peran
budaya pertanian sebagai latar penyusunan materi pelajaran matematika SMP
dalam upaya untuk meningkatkan kontekstualisasi pemahaman siswa dalam
matematika. Penelitian ini tidak melibatkan faktor lain dari lingkungan sekitar
selain pertanian seperti keluarga dan lainnya sebagai latar belakang peningkatan
kualitas pembelajaran matematika. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian
adalah 18 petani di Kecamatan Panggang yang diambil tiga petani pada
masing-masing desa.
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran di kalangan pembaca
terhadap istilah-istilah dalam judul : “PERAN BUDAYA PERTANIAN
MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR
PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DI SMP” dengan yang penulis gunakan, penulis perlu
memberikan penegasan arti dan batasan tentang arti dari beberapa istilah yang
digunakan dalam judul skripsi ini:
1. Budaya
Budaya merupakan pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari
sekelompok oran tertentu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Produk ini
hasil interaksi antara kelompok orang dan lingkungan mereka selama
2. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk mengembangkan
karakter dengan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan matematika.
Matematika merupakan ilmu yang menjadi ratu sekaligus pelayan bagi ilmu lain.
3. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara
materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan
untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
F. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang
diharapkan adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga
ntuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal
pengembangan karakter dalam pendidikan matematika. Karakter yang
dimaksud adalah karkater dalam hal mencintai pertanian sebagai budaya
lokal yang patut untuk dilestarikan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau instansi terkait, hasil penelitian
kebijakan yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya dalam hal pembelajaran kontekstual.
b. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan masukan
bagi para guru di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan panggang
dan guru-guru lain sebagai bahan menentukan kebijakan dalam
program pembelajaran kontektual.
c. Bagi para guru, manfaat penelitian ini dapat membantu merancang
pembelajaran yang lebih kontekstual dan memberikan konsep bagi
siswa mengenai matematika dalam konteks nyata.
d. Bagi para siswa, manfaat penelitian ini dapat memberikan dorongan
dan motivasi bahwa matematika sudah mereka dapat dan alami
dalam kehidupan, sehingga mempermudah kemampuan bernalar
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Budaya
Budaya menurut E.B. Tylor didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas
manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat,
dan kebiasaan-kebiasaan lain. Sedangkan menurut ilmu antropologi, budaya
merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1985). Hal tersebut mengartikan bahwa hampir seluruh aktivitas
manusia merupakan budaya atau kebudayaan karena hanya sedikit sekali tindakan
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak memerlukan belajar dalam
membiasakannya. Sedangkan ahli sejarah budaya mengartikan budaya sebagai
warisan atau tradisi suatu masyarakat.
Untuk memudahkan pembahasan, kebudayaan dibagi menjadi tujuh unsur
yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia,meliputi:
1. Bahasa, dengan wujud ilmu komunikasi dan kesusteraan mencakup
bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel, dan lain sebagainya.
2. Sistem pengetahuan, meliputi science (ilmu-ilmu eksak) dan
humanities (sastra, filsafat, sejarah, dan sebagainya).
3. Organisasi sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan,
kematian).
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, meliputi pakaian, makanan,
5. Sistem mata pencaharian hidup.
6. Sistem religi, baik sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan,
dewa-dewa, roh, neraka, surga, maupun berupa upacara adat maupun
benda-bnda suci dan benda-benda religius (candi dan patung nenek
moyang) dan lainnya.
7. Kesenian, dapat berupa seni rupa (lukisan), seni pertunjukan (tari,
musik), seni teater (wayang), seni arsitektur (rumah, bangunan,
perahu, cndi dsb), berupa benda-benda indah, atau kerajinan. (Inda,
2010)
Jenis budaya yang dijadikan fokus pada penelitian ini adalah budaya tentang
sistem mata pencaharian hidup, yaitu pertanian.
B. Matematika sebagai Produk Budaya
Matematika tumbuh dan berkembang di berbagai belahan bumi ini, tidak
hanya di satu lokasi atau wilayah saja. Ada yang tumbuh dan berkembang di
wilayah India, Amerika Arab, Cina, Eropa, bahkan Indonesia dan juga daerah yang
lain. pertumbuhan dan perkembangan matematika terjadi karena adanya tantangan
hidup yang dihadapi manusia di berbagai wilayah dengan berbagai latar belakang
budaya yang berbeda. Setiap budaya dan subbudaya mengembangkan matematika
dengan cara mereka sendiri. Sehingga matematika dipandang sebagai hasil akal
budi (pikiran) manusia dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini
menyimpulkan bahwa matematika merupakan produk budaya yang merupakan
diungkapkan oleh Sembiring dalam Prabowo (2010) bahwa matematika adalah
konstruksi budaya manusia.
C. Nilai Matematika bagi Masyarakat
Selama ini pemahaman tentang nilai-nilai dalam pembelajaran matematika
yang disampaikan para guru belum menyentuh ke seluruh aspek yang mungkin.
Matematika dipandang sebagai alat untuk memecahkan masalah-masalah praktis
dalam dunia sains saja, sehingga mengabaikan pandangan matematika sebagai
kegiatan manusia (Soedjadi, 2007). Kedua pandangan itu sama sekali tidaklah
salah, keduanya benar dan sesuai dengan pertumbuhan matematika itu sendiri.
Namun akibat atau dampak dari rutinitas pengajaran matematika selama ini, maka
pandangan yang menyatakan matematika semata-mata sebagai alat menjadi tidak
tepat dalam proses pendidikan anak bangsa. Banyak terjadi guru lebih menekankan
mengajar alat, guru memberi tahu atau menunjukkan alat itu, bagaimana alat itu
dipakai, bagaimana anak belajar menggunakannya, tanpa tahu bagaimana alat itu
dipakai. Bahkan, tidak sedikit guru yang terpancing untuk memenuhi target nilai
ujian yang tinggi sehingga banyak nilai-nilai lain yang jauh lebih penting bagi siswa
terlupakan. Proses pendidikan matematika seperti itu sangat memungkinkan anak
hanya menghafal tanpa mengerti, padahal semestinya boleh menghafal hanya
setelah mengerti.
Sebenarnya ada tujuh nilai yang dapat secara bertahap kita sampaikan
kepada siswa atau mereka yang sedang belajar matematika, diantaranya:
Nilai praktis meliputi kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan kegunaan matematika untuk mempelajari cabang ilmu yang lain. Sedangkan
untuk nilai guna, seseorang yang menganggap matematika berguna baginya akan
berusaha mempelajari dan melaksakannya walaupun ia tidak tertarik. Dalam
kondisi ini tampak bahwa motivasi yang terjadi merupakan motivasi ekstrinsik,
namun pada akhirnya pemahaman yang terbentuk dari pembelajaran matematika
yang tidak diminati tersebut akan membawa seseorang cenderung mengembangkan
ilmu matematika dan penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Nilai Kedisiplinan
Nilai disiplin matematika tumbuh akibat penerapan aturan berupa aksioma,
rumus, atau dalil secara ketat dalam belajar matematika, sehingga membentuk pola
pikir yang disiplin, sistematis, dan teratur. Kebiasaan siswa menganalisis dengan
teliti suatu situasi sebelum pegambilan keputusan sangat membantu dalam situasi
hidup yang kompleks, di mana pengambilan keputusan menjadi makin sulit.
3. Nilai Budaya
Nilai budaya matematika terpancar dari peran matematika dalam dunia seni,
serta penampakan matematika dalam menunjukkan tingkat peradaban manusia.
Mode hidup anggota masyarakat yang sangat besar ditentukan oleh kemajuan
teknologi dan sains, yang pada gilirannya tergantung pada kemajuan dan
perkembangan matematika. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan begitu pula
budaya secara kontinyu terpengerahui oleh kemajuan matematika. Selain itu,
4. Nilai Sosial
Matematika membantu menyesuaikan organisasi dan memelihara suatu
struktur sosial yang berhasil. Matematika berperan penting dalam menyusun
institusi sosial seperti bank, koperasi, rel kereta, kantor pos, perusahaan asuransi,
industri, pengangkutan, navigasi dan lain sebagainya. Transaksi bisnis yang efektif
ekspor dan impor, perdagangan dan komunikasi kini tak dapat berlangsung tanpa
matematika. Kesuksesan seseorang dalam sebuah masyarakat tergantung sebaik apa
dia dapat menjadi bagian masyarakat, kontribusi apa yang dapat dia berikan bagi
kemajuan masyarakat, dan sebagus apa dia dapat diuntungkan oleh masyarakat.
5. Nilai Moral
Studi matematika menolong siswa dalam pembentukan karakternya lewat
berbagai cara. Matematika membentuknya ke sikap yang sesuai, seperti tidak ada
ruang untuk perasaan yang merugikan, pandangan yang menyimpang, diskriminasi,
dan berpikir tak masuk akal. Matematika membantunya dalam analisis objektif,
memberikan alasan yang benar, kesimpulan yang valid (sah) dan pertimbangan
yang tak berat sebelah. Nilai-nilai moral ini tertanam dalam pikiran karena
perulangan dan membantunya menjadi anggota masyarakat yang berhasil.
6. Nilai estetika (Seni/Keindahan)
Matematika makin kaya dengan daya tarik keindahannya. Kerapian dan
kecantikan hubungan matematis menyentuh emosi kita, lebih seperti musik dan seni
yang dapat menapai kedalaman jiwa dan membuat kita merasa benar-benar hidup.
kecantikannya. Musik atau seni adalah keluaran sederhana dari kecantikan abadi
ini.
7. Nilai rekeasi (Hiburan)
Matematika memberikan suatu ragam peluang hiburan untuk
mendewasakan orang sebagaimana anak-anak. Matematka menghibur orang lewat
aneka puzzle, permainan, teka-teki, dan lain-lain. permainan video komputer
modern juga dibangun melalui penggunaan matematika yang semestinya. Arti
penting dari jenis rekreasi matematis adalah ia memampukan seseorang
membangun imajinasinya, menajamkan intelektualitasnya dan mengukir rasa puas
pada pikirannya untuk beberapa praktisi matematik, kesenangan harian
menguraikan hubungan matematis yang aneh selalu menjadi hal yang menghibur.
Dalam dunia yang sudah melek teknologi ini, kita tidak dapat memikirkan
suatu masyarakat yang bebas matematika. Masyarakat harus membuka mata dan
mengakui kebaikan dan manfaat matematika. Harus ada pergeseran dari
matematika yang hanya digeluti guru dan akademisi menuju ke matematika yang
memasyarakat, yaitu matematika yang tidak hanya diajarkan tetapi juga
dibelajarkan, khususnya dalam hal nilai sosial-budayanya. (Inda, 2010)
D. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
applications to their lives as family members, citixens, and workers and engage in the hard work that learning requires.
Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
Sementara itu Hull’s dan Sounders (1996:3) menjelaskan:
In a Contextual Teaching and Learning (CTL), student discover meaningful relationship between absract ideas and practical applications in a real world context. Students internalize concepts through discovery, reinforcement, and interrelationship. CTL creates a team, whether in the classroom, lab, worksite, or the banks of a river. CTL encourages educators to design learning environmens that incorporate many forms of experience to achieve the desired outcomes.
Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran kontekstual, siswa
menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak denga penerapan praktis
di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan,
penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja
dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat bekerja maupun bank.
Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang
merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang
Selanjutnya, Johnson (2002:24) mendefinisikan: “Contextual teaching and
learning enables students to connect the content of academic subjects with the
imediate context of their daily lives to discover meaning”. Hal ini berarti
pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan
konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran
yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga
negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut
(Komalasari (2008)):
a. Keterkaitan (relating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan adalah proses
pembelajaran yang memiliki keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang
telah ada pada diri siswa dan dengan konteks pengalaman dalam
kehidupan dunia nyata siswa.
b. Pengalaman langsung (experiencing)
Pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung
untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan
mengalami sendiri secara langsung.
c. Aplikasi (applying)
Pembelajaran yang menerapkan konsep aplikasi adalah proses
pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda
sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa.
d. Kerja sama (cooperating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep kerja sama adalah
pembelajaran yang mendorong kerja sama di antara siswa, antara siswa
dengan guru dan sumber belajar.
e. Pengaturan diri (self-regulating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri adalah
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan
pembelajarannya secara mandiri.
f. Asesmen autentik (authentic assesment)
Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah
pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil
belajar ( yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor),
baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran
maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan
3. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Bern dan Erickson (2001:5-11) mengemukakan lima strategi dalam
mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan
yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan
berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini
meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan
penemuan.
b. Cooperative learning (pembeljaran kooperatif), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di
mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan
yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa
dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa
untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan
karya nyata.
d. Pembelajaran pelayaan (service learning), pendekatan yang
menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan
keterampilann baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.
e. Pembelajaran berbasis kerja (workk-based learning), pendekatan di
mana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di
E. Deskripsi Budaya Pertanian di Kalangan Masyarakat Panggang.
Panggang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Panggang
merupakan daerah pedesaan yang dihuni oleh puluhan ribu orang dengan berbagai
kebiasaan dan budaya. Masyarakat Panggang hidup bersama dan berdampingan
dengan latar belakang dan kepribadian yang majemuk. Akan tetapi kehidupan
mereka terjalin dengan penuh kerukunan dan kedamaian. Komposisi masyarakat
Panggang terdiri dari bermacam-macam, baik dari segi agama, pekerjaan,dan
sebagaianya. Dari segi agama, masyarakat Panggang terdiri dari 28.966 jiwa
beragama Islam, 418 Kristen, 211 Katolik, dan 370 beragama Budha. Sedangkan
dari segi pekerjaan sebagian besar masyarakat Panggang bekerja sebagai petani dan
buruh tani, baik yang mengerjakan lahan mereka sendiri, maupun yang
mengerjakan lahan milik orang lain. Terdapat 14.231 jiwa bekerja sebagai petani,
190 buruh tani, 1.065 buruh harian, 2.663 wiraswasta, 967 karyawan swasta, 274
Pegawai Negeri Sipil (PNS), 152 pensiunan, 108 pedagang, dan 4.744 belum
bekerja. (Triwibowo, 2015). Dari data tersebut, masyarakat yang bekerja sebagai
petani menduduki posisi teratas dari sekian pekerjaan yang ada di Kecamatan
Panggang. Masing-masing warga memiliki lahan paling sedikit dua lokasi dengan
luas setiap lokasinya setidaknya seperempat hektar atau sekitar 2.500 m2. Meskipun
demikian, ada beberapa warga yang bekerja sebagai petani namun mengerjakan
lahan milik orang lain dengan sistem sewa. Selain itu ada juga warga yang menjadi
perangkat dan pamong desa tetapi juga mengerjakan lahan pertanian. Pamong dan
dari pemerintah desa. Tanah tersebut merupakan tanah yang menjadi kas desa, dan
jika pamong atau perangkat desa tersebut sudah berhenti masa jabatannya, maka
kepemilikan tanah tersebut juga berhenti dan dikembalikan ke pemerintah desa.
F. Siklus Musim Tanam dan Musim Panen dalam Satu Tahun di Kecamatan Panggang
Budaya pertanian yang berkembang di Kecamatan Panggang merupakan
pertanian ladang. Pertanian ladang merupakan pertanian yang memanfaatkan tanah
tegalan yang letaknya di daerah pegunungan yang berbukit-bukit. Berbeda dengan
pertanian sawah yang selalu diairi dengan irigasi, pertanian ladang mengandalkan
turunnya hujan dalam melakukan penanaman. Pertanian yang paling besar
dikembangkan di Kecamatan Panggang merupakan pertanian jenis tanaman
palawija. Hal ini disebabkan tanah di Kecamatan Panggang cocok untuk ditanami
palawija. Selain itu, palawija menjadi alat pemenuhan kebutuhan pokok bagi
masyarakat Panggang. Berikut adalah rincian siklus kegiatan pertanian masyarakat
Kecamatan Panggang dalam kurun waktu satu tahun menurut informasi yang
diberikan penyuluh pertanian Bapak Jazim S.Tp.
Tabel 2.1
Siklus Kegiatan Pertanian Masyarakat Panggang
BULAN KEGIATAN
Oktober Persiapan lahan, pemeliharaan lahan, penaburan benih padi.
November Penanaman jagung, ketela, kacang tanah, dan kedelai. (MUSIM TANAM PERTAMA)
Desember Pemeliharaan tanaman dan lahan.
Januari Pemeliharaan lahan , panen jagung
Februari Panen padi, kacang tanah, dan kedelai (MUSIM PANEN PERTAMA).
Tradisi lebar panen
Maret Persiapan dan pemeliharaan lahan dilanjutkan penanaman kacanag tanah dan kedelai (MUSIM TANAM KEDUA)
Mei Panen kacang tanah dan kedelai (MUSIM PANEN KEDUA)
Juni Pembuatan pupuk kompos, pemeliharaan lahan.
Juli Pemeliharaan lahan dan menunggu panen ketela. Waktu santai petani.
Agustus Panen ketela.
September Panen ketela, dilanjutkan persiapan musim tanam pertama di bulan Oktober. Tradisi lebar nonjo
Berikut adalah penejelasan masing-masing siklus pada setiap bulannya.
1. Oktober
Kegiatan penanaman yang dilakukan di Kecamatan Panggang berawal pada
bulan Oktober. Masyarakat Panggang menggunakan perhitungan Pranata Mongso
untuk melakukan kegiatan pertanian. Bulan Oktober diperkirakan mulainya musim
hujan tiba. Oleh karena itu, masyarakat mulai melakukan persiapan lahan pertanian
untuk dilakukannya penanaman. Persiapan lahan dilakukan dengan berbagai
kegiatan seperti membersihkan lahan dari kotoran yang menganggu kesuburan
tanah, mencangkul, dan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang dan SP36.
Setelah lahan siap ditanami, sekitar tanggal 20 Oktober petani melakukan
penaburan benih padi sebelum hujan urun. Kegiatan ini disebut sawur tinggal.
Sawur artinya menabur, dan tingal artinya benih yang ditabur ditinggal untuk
menunggu hujan. Meskipun belum turun hujan, petani tetap dalam keyakinannya
akan turunnya hujan dan benih yang mereka tabur akan segera tumbuh. Selama
menunggu turunnya hujan, petani melakukan persiapan lahan untuk tanaman yang
lain seperti palawija, holtikulturan, dal lain sebagainya. Hal inilah yang
membedakan sistem tanam pada pertanian sawah dan ladang. Jika pada pertanian
sawah, petani harus menyiapkan bibit padi terlebih dahulu dalam satu lahan khusus,
kemudian saat penanaman padi yang ditanam berupa bibit (sudah berdaun, bukan
padi, karena selain menghemat waktu, pertanian ladang hanya mengandalkan
turunnya hujan. Sistem tanam di Kecamatan Panggang adalah tumpangsari, yaitu
penanaman lebih dari satu tanaman dalam satu waktu dan satu lahan. Penanaman
padi yang dilakukan petani di Kecamatan Panggang terdapat dua cara. Cara
pertama, padi ditabur secara acak dan menyeluruh ke semua lahan yang sudah
disiapkan. Cara kedua, padi ditabur secara teratur pada lubang dan diberi sedikit
tanah untuk menutupi padi yang ditabur. Pada cara tanam padi dengan menabur,
petani cukup menyebar biji padi secara merata ke seluruh lahan. Cara tersebut tidak
memakan waktu lama, tetapi cara menyebar ini dapat mengakibatkan padi tumbuh
secara tidak merata. Bisa terjadi padi yang tumbuh mengelompok pada satu bagian
lahan. Sedangkan untuk cara tanam padi yang kedua, petani sudah menyiapkan
lahan yang akan ditanami padi dengan ditugar atau memberi lubang-lubang. Hasil
tanaman padi terlihat lebih rapi dan teratur. Selain itu, pemeliharannya mudah dan
setelah panen, lahan lebih mudah ketika akan ditanami palawija. Biasanya padi
yang ditanam pada setiap lubang sebanyak 3 sampai 4 biji dengan jarak setiap
lubang 20 cm ke kanan dan ke kiri. Jenis padi yang ditanam oleh masyarakat
Kecamatan Panggang diantaranya IR 64, Ciherang, dan Segreng. Jenis yang
mayoritas ditanam adalah jenis padi Segreng. Masyarakat Kecamatan Panggang
lebih memilih Segreng karena tidak memerlukan banyak pupuk, cukup sekali
pemupukan. Selain itu, hasil padi Segreng dalam 1 hektar dapat menghasilkan padi
sekitar 14.500 kg dengan harga jual 5.000 per kilo. Sedangkan jenis padi IR 64 dan
Ciherang memerlukan pemupukan sampai tiga kali, dan dalam 1 hektar
nasi dari jenis padi Ciherang dan IR64 lebih enak karena teksturnya lebih lembut
jika dibandingkan dengan nasi dari jenis padi Segreng. Nasi jenis padi Segreng
lebih kasar, tetapi mengandung lebih banyak serat. Ketiga jenis padi tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2. November
Perkiraan hujan turun di awal bulan November. Padi yang sudah ditabur
pada bulan Oktober diperkirakan tumbuh di awal November yaitu pada saat hujan
mulai turun. Setelah padi tumbuh dalam usia 1 minggu, kemudian dilakukan
pemupukan pertama yaitu dengan pupuk Urea. Setelah padi berusia 21 hari atau
tiga minggu dari pertama tumbuh, dilanjutkan pemupukan yang kedua yaitu dengan
Urea dan Ponska. Pemupukan yang terakhir dilakukan setelah padi berusia 37 hari
yaitu dengan Ponska. Proses pemupukan tersebut dilakukan pada jenis padi IR 64
dan Ciherang. Sedangkan jenis padi Segreng hanya memerlukan pemupukan sekali
yaitu pada usia padi 1 minggu. Perbandingan pupuk yang digunakan adalah 1 hektar
membutuhkan 50kg SP36, 100kg Urea, dan 75kg Ponska. Harga pupuk SP36
kisaran Rp 110.000,00 50 kw, urea: 95 50 kw, dan ponska Rp 120.000,00 50 kw.
Pada bulan November petani mulai menanam jagung, kacang tanah, kedelai, dan
ketela pohon dalam satu lahan. Bulan November disebut musim tanam pertama oleh
para petani di Panggang. Biasanya, petani membagi lahan yang ditanami padi dalam
beberapa bagian. Lebar lahan yang ditanami diberi jarak 4m. Setiap 4m diberi
pembatas yang berupa tanaman jagung dan ketela pohon dalam satu baris.
Sedangkan antar ketela diberi jarak 90cm. Setiap dua ketela diberi dua jagung.
diurutkan dengan menggunakan tali sehingga tanaman bisa tumbuh dengan rapi.
Berikut adalah ilustrasinya.
Tabel 2.2
Ilustrasi Penanaman Padi pada Musim Tanam Pertama Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst
dst dst dst dst dst dst dst dst
Tanaman lain yang ditanam bersamaan dengan jagung, ketela, dan padi
adalah kacang tanah dan kedelai. Akan tetapi penanaman kacang tanah dan kedelai
ditempatkan pada tempat yang berlainan, tidak pada satu lahan dengan padi.
Penanaman kacang tanah dan kedelai dilakukan tumpangsari dengan jagung, tetapi
dipisahkan antara kacang tanah dan kedelai. Ilustrasinya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3
Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada Musim Tanam Kedua Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst
dst dst dst dst dst dst dst dst
Tabel 2.4
Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung dst
dst dst dst dst dst dst dst dst
Penanaman jagung, kacang tanah, dan kedelai dilakukan dengan membuat
lubang terlebih dahulu. Jagung ditanam satu biji pada setiap lubang dengan jarak
30cm. Kacang tanah ditanam satu biji pada setiap lubang dengan jarak 25cm ke
kanan dan ke kiri. Kedelai ditanam dua biji pada setiap lubang dengan jarak 30cm
ke kanan dan ke kiri. Jenis jagung, kacang tanah, dan kedelai yang ditanam terdiri
dari bermacam-macam.
3. Desember
Kegiatan pada bulan Desember adalah pemeliharaan tanaman.
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pembersihan tanaman dari gulma atau
tanaman pengganggu. Tujuannya adalah tanaman pokok tidak berkurang nutrisinya
karena diserap oleh tanaman penganggu. Sistem pertanian tumpangsari melibatkan
beberapa tanaman dalam satu lahan. Tanaman-tanaman tersebut tumbuh tanpa
saling merugikan satu sama lain. Akan tetapi, pada lahan yang ditanami padi
dengan pembatas berupa barisan jagung dan ketela pohon ada bagian tertentu yang
kurang baik hasilnya. Sepanjang 50cm ke kanan dan ke kiri dari ketela pohon, padi
yang dihasilkan kurang baik. Hal ini disebabkan akar ketela pohon dapat menyerap
nutrisi pada padi, sehingga padi tumbuh kurang maksimal. Oleh karena itu, luas
area padi yang efektif dan optimal hanya selebar 3m, karena sudah dikurangi 50cm
ke kanan dan kiri dari pembatas ketela pohon. Selain pembersihan tanaman dari
tanaman penganggu, pemeliharaan juga dilakukan dengan pengamatan tanaman
dari ancaman hama hewan. Hama hewan yang biasanya menyerang tanaman di
tikus belum mendapatkan cara yang tepat dan optimal. Para petani hanya
menyerahkan semua resiko termasuk adanya hama tikus sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Sedangkan pemberantasan hama kera ekor pajang, petani
berupaya membuat jaring dari tali yang dirakit agar kera tidak masuk ke area
pertanian. Akan tetapi upaya tersebut belum berhasil. Usaha petani juga dilakukan
dengan menjaga ladang di malam hari.
4. Januari
Pemeliharaan tanaman berlangsung sampai dengan bulan Januari. Selain
melakukan pemeliharaan, petani juga menunggu padi utuk siap dipanen. Sembari
menunggu padi, petani sudah mulai memanen jagung ketika jagung berusia sekitar
72 hari atau sekitar pertengahan Januari. Jagung dipanen dengan cara memangkas
pohonnya sampai menyisakan sekitar 20cm dari permukaan tanah atau hanya
mengambil langsung tongkol jagungnya. Pohon jagung tersebut disisakan dengan
tujuan agar sisa dari pohon tersebut dapat menjadi pupuk alami bagi tanah. Sisa
pohon jagung tersebut lama kelamaan akan lapuk dan busuk dengan sendirinya
yang dapat dijadikan pupuk bagi tanah di bawahnya. Kemudian, jagung yang yang
menempel pada pohon diambil satu per satu sampai habis dengan keadaan jagung
masih tertutup kulitnya. Kulit dikupas dan diambil biji-biji jagungnya ketika sudah
sampai di rumah petani. Kulit jagung serta bagian tempat jagung menempel
digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.bagi petani yang memiliki ternak
sapi, kulit jagung biasanya bisa untuk memberi makan sapi. Biji jagung dikeringkan
dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung. Ketika sudah kering, biji
sebagian disimpan sebagai persediaan, dan ada juga yang ditumbuk dan dikonsumsi
sebagai nasi jagung. Nasi jagung tidak kalah dengan nasi dari beras yang
sama-sama memberi porsi karbohidrat cukup yang dibutuhkan tubuh manusia. Nasi
jagung mengandung lebih rendah glukosa jika dibandingkan dengan beras. Para
penderita diabetes banyak yang dainjurkan mengalihkan konsumsi beras ke nasi
jagung sebagai pengganti karena rendah gula.
5. Februari
Bulan Februari petani sudah mulai memasuki panen yang pertama. Panen
padi dilaksanakan sekitar tanggal 5 Februari yaitu ketika padi berusia kira-kira 105
hari. Padi dipanen dengan cara dipangkas atau dibabat menggunakan sabit. Pohon
padi tidak seluruhnya dipangkas, dengan tujuan agar sisa dari pohon padi tersebut
dapat menjadi pupuk bagi tanah di bawahnya ketika sudah busuk dengan
sendirinya. Sama halnya dengan jagung dan padi, kedelai dipanen dengan
memangkas batangnya tidak sampai habis di akar. Biji-biji kedelai yang masih di
dalam kulit diambil dan dikeringkan. Ketika sudah kering, biji kedelai dapat
dikupas dari kulitnya. Kedelai dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tempe,
tahu, dan tauge. Pengolahan kedelai yang banyak dilakukan masyarakat Kecamatan
Panggang adalah tempe. Banyak produksi rumah tangga bergerak di Kecamatan
Panggang yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan pembuatan tempe. Kemudian
kacang tanah dipanen dengan cara mencabut batang kacang tanah sampai ke akar karena berdasarkan namanya “kacang tanah” biji kacang yang akan diambil berada
di dalam tanah. Berakhirnya musim panen menandakan akan segera dilaksanakan
pada akhir Februari atau di awal Maret. Lebar panen berasal dari kata lebar yang berarti “setelah atau sesudah”. Sehingga tradisi ini dilaksanakan setelah panen
selesai. Tradisi ini dilaksanakan sebagai sarana masyarakat Kecamatan Panggang
untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang telah diberikan. Hari
pelaksanaan dilaksanakan dengan menyesuaikan hari jadi Desa yang bersangkutan.
Kesepakatan hari biasanya sesuai dengan kesepakatan para tokoh masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat masakan secara bersama-sama
pada masing-masing lingkungan RT. Makanan tersebut terdiri dari nasi putih,
gudeg, oseng-oseng, dan kerupuk. Setiap kepala keluarga berkumpul ke rumah
ketua RT untuk mengikuti kenduri (doa bersama). Kenduri dipimpin oleh salah satu
tokoh masyarakat yang dipercaya bisa menuntun masyarakat di dalam doa. Setelah
selesai melaksanakan kenduri, makanan yang sudah disiapkan kemudian dibagikan
sama rata kepada semua kepala keluarga dalam kelompok RT tersebut.
6. Maret
Setelah berakhir masa panen di bulan Februari akhir, pertanian dilanjutkan
dengan penanaman palawija di musim tanam kedua. Akhir bulan Februari sampai
bulan Maret dilakukan persiapan lahan untuk musim tanam kedua dan dilanjutkan
penanaman kacang tanah dan kedelai. Ketela tidak lagi ditanam pada musim tanam
kedua. Ketela hanya ditanam sekali selama satu tahun, karena usia ketela untuk siap
dipanen memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 8 bulan. Begitu pula dengan
jagung. Jagung tidak ditanam pada musim tanam kedua ini. Hal ini disebabkan
jagung memerlukan air yang cukup banyak. Sedangkan Kecamatan Panggang tidak
hujan. Musim tanam kedua ini hujan sudah tidak banyak lagi. Selain kacang tanah
dan kedelai, kacang hijau dan kacang merah juga biasa ditanam bersama pada bulan
ini. Bulan ini disebut para petani sebagai Mareng ditandai dengan banyaknya
hewan bernama gareng. Karena bulan Maret banyak gareng maka musim tanam
kedua ini disebut Mareng. Pada saat tanaman berusia sekiatr 10 hari, kemudian
dilanjutkan pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah SP36, dengan perbandingan
1 hektar membutuhkan SP36 kurang dari 1 kuintal. Setelah selesai pemupukan,
petani mulai menyiangi tanaman dari gulma atau tanaman pengganggu sampai pada
bulan April.
7. April
Bulan April dilakukan pemeliharaan tanaman musim tanam kedua. Hama
selalu datang dan mengganggu tanaman para petani. Masalah hama inilah yang
sampai sekarang belum teratasi dengan baik. Banyak petani yang mengeluh adanya
hama tanaman. Aka tetapi, kembali seperti penjelasan di awal, masyarakat
Kecamatan Panggang penuh dengan keyakinannya dan menyerahkan semuanya
kepada Kuasa Tuhan.
8. Mei
Bulan Mei merupakan musim panen kedua. Kacang tanah dapat dipanen
pada usia sekitar 90 hari. Sedangkan kedelai dapat dipanen 10 hari lebih awal atau
berusia sekitar 80 hari. Setelah selesai memanen, kegiatan dilanjutkan dengan
penyempurnaan pupuk kompos atau pupuk kandang. Petani membuat pupuk
kompos dari pupuk kandang dan sampah-sampah organik yang dibuat di sekitar
dibuat di rumah. Tingkat keamanan yang ada di Kecamatan Panggang masih
tergolong bagus dan aman. Jarang terjadi pencurian hewan ternak yang ditempatkan
di ladang. Akan tetapi bahaya lain adalah anjing liar yang dapat memakan
hewan-hewan ternak di ladang. Pertanian sudah selalu berpasangan dengan peternakan.
Hal ini disebabkan keduanya saling membutuhkan. Pertanian membutuhkan pupuk
dari hewan, dan hewan membutuhkan makanan dari pertaian. Sehingga kedua
kegiatan ini tidak bida dipisahkan.
9. Juni
Pupuk yang sudah disiapkan pada bulan Mei, kemudian mulai dibongkar
pada bulan Juni. Pupuk tersebut diolah terus menerus dengan cara mencampur
pupuk kandang dengan sampah organik. Pencampuran pupuk tersebut disiapkan
untuk pemupukan di bulan Oktober pada musim tanam mendatang. Pada bulan ini
juga ada kemungkinan masih dilakukannya musim panen kedua, jika ada petani
yang mundur dalam melakukan penanaman.
10. Juli
Bulan Juli merupakan bulan paling santai bagi para petani. Hal ini
disebabkan pada bulan ini petani hanya menunggu ketela untuk siap dipanen. Oleh
karena itu, kegiatan kemasyarakatan biasanya dilaksanakan pada bulan ini.
Misalnya pembangunan infrastruktur yang ada di wilayah Kecamatan Panggang
yang melibatkan semua kalangan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan,
11. Agustus
Ketela pohon merupakan tanaman yang paling akhir masa panennya.
Karena ketela pohon memerlukan waktu 8 bulan untuk dapat dipanen. Pada bulan
Agustus ketela sudah siap untuk dipanen. Panen ketela bisa dilaksanakan smapai
pada awal September. Ketela dipanen dengan cara dicabut pohonnya dari akar,
sampai semuanya keluar. Kemudian ketela yang berkembang dari akar tersebut
dipangkas satu per satu. Ketela tersebut kemudian dikupas tipis-tipis sampai terlihat
putih. Setelah semuanya dikupas, ketela kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
di bawah sinar matahari langsung. Ketela yang sudah kering lalu dikelola oleh para
petani. Sebagian ketela dijual ke tengkulak, sebagian disimpan untuk persediaan,
dan sebagian dikonsumsi. Setiap pohon ketela dapat menghasilkan sekitar 3 sampai
6 kilogram ketela. Cara mengkonsumsi ketela adalah dengan menumbuk halus
ketela yang sudah kering, dan dicampur dengan sedikit air, kemudian dikukus.
Makanan seperti itulah yang disebut thiwul. Thiwul merupakan makanan khas
Gunungkidul yang sudah mendunia namanya. Tidak sedikit orang yang telah
mengetahui bahkan merasakan enaknya thiul. Thiwul dapat digunakan sebagai
penggani nasi, karena sama-sama mengandung karbohidrat seperti nasi.
12. September
Setelah panen ketela berakhir di awal bulan September, kegiatan dilanjutkan
dengan persiapan lahan untuk musim tanam pertama pada tahun berikutnya. Pada
bulan September inilah masyarakat Kecamatan Panggang melaksanakan tradisi
Labuhan. Labuhan berasal dari kata labuh yang artinya membuang. Masyarakat
permohonan kepada Tuhan atas tanaman yang akan ditanam di bulan Oktober atau
musim tanam pertama. Sehingga tradisi labuhan dilaksanakan menjelang musim
tanam pertama. Dengan harapan segala tanaman yang ditanam atau dilabuh di
dalam tanah akan tumbuh dengan baik berkat Kuasa dari Tuhan. Tradisi labuhan
dilaksanakan di masing-masing RT. Waktu pelaksanaan biasanya menyesuaikan
hari jadi desa yang bersangkutan. Kecamatan Pangang terdiri dari 6 desa, sehingga
ada 6 kemungkinan pelaksanaan labuhan yang berbeda. Hari jadi tersebut misalnya
Jemuwah Pahing, Sabtu Legi, dan sebagainya. Hari tersebut merupakan nama hari
menurut orang Jawa. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat masakan
secara bersama-sama pada masing-masing lingkungan RT. Makanan tersebut
terdiri dari nasi putih, gudeg, oseng-oseng, dan kerupuk. Setiap kepala keluarga
berkumpul ke rumah ketua RT untuk mengikuti kenduri (doa bersama). Kenduri
dipimpin oleh salah satu tkoh masyarakat yang dipercaya bisa menuntun
masyarakat di dalam doa. Setelah selesai melaksanakan kenduri, makanan yang
sudah disiapkan kemudian dibagikan sama rata kepada semua kepala keluarga
dalam kelompok RT tersebut. Demikian selanjutnya sikus pertanian akan kembali
ke awal.
G. Kehidupan Sehari-hari Para Petani di Kecamatan Panggang
Masyarakat Panggang terdiri dari masyarakat yang majemuk, baik dari segi
kepribadian, agama, maupun pekerjaan. Telah dijelaskan di awal bahwa masyarakat
Panggang mayoritas bekerja sebagai petani. Pertanian di Kecamatan Panggang
menjadi sumber pemenuhan kebutuhan yang pokok bagi sebagian masyarakatnya.
Itupun musim panen palawija. Sedangkan kebutuhan pokok masyarakat Panggang
adalah padi. Akan tetapi panen padi hanya dapat berlangsung sekali dalam setahun.
Hal ini disebabkan pertanian di Kecamatan Panggang hanya mengandalkan
turunnya hujan, tanpa adanya pengairan lahan.
Meskipun pertanian menjadi pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan yang
pokok, namun masyarakat Panggang juga mempunyai pekerjaan sampingan selain
tani. Misalnya, menjadi pekerja buruh bangunan harian, dan bahkan pamong atau
perangkat desa dijadikan pekerjaan sampingan selain tani. Pamong atau perangkat
desa dijadikan pekerjaan sampingan karena hasil yang didapatkan belum bisa
mencukupi kebutuhan. Hasil dari bekerja di pemerintahan desa Kecamatan
Panggang adalah tanah sebagai bengkok yang merupakan tanah milik kas desa. Hal
ini seperti yang diungkapkan salah satu perangkat Desa di Kecamatan Panggang.
Sehingga sama saja harus mengerjakan tanah tersebut dengan sistem pertanian. Gaji
yang berupa uang dari pemerintah desa dirasa tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan.
Pertanian yang dilakukan masyarakat Panggang tidak selalu sukses dalam
panen. Kerugian panen juga tak jarang dialami oleh masyarakat Panggang.
Meskipun demikian, masyarakat tetap melakukan pertanian tersebut. Standar
perolehan hasil panen padi, jagung, kacang tanah, dan kedelai adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.5
Daftar Perbandingan Harga Benih Tanaman, Hasil, dan Harga Panen
Benih Tanaman Modal Hasil Harga Benih
(@ 1 kg ; Rp)
Harga Hasil Panen (@ 1 kg ; Rp)
Padi 1 kg 175 kg 5.500 4.500
Kacang tanah 1 kg 75 kg 15.000 13.000
Kedelai 1 kg 50 kg 12.000 8.000
Tabel 2.6
Daftar Harga Pupuk Kimia yang Digunakan Masyarakat Panggang
Pupuk Harga (Rp) Banyaknya
Urea 95.000 50 kg
SP36 110.000 50 kg
Ponska 120.000 50 kg
H. Materi matematika SMP
Pemetaan aspek matematika dari budaya pertanian yang sudah digali
kemudian akan dilibatkan dalam materi-materi matematika SMP. Berdasarkan
Silabus Matematika SMP, berikut ini adalah mater-materi pokok matematika SMP
dari kelas 7 sampai kelas 9 baik semester 1 maupun 2.
1. Kelas 7 Semester 1
a. Bilangan Bulat dan Bilangan Pecahan
b. Bentuk Aljabar
c. Persamaan Linear Dua Variabel
d. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
e. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
f. Perbandingan dan Aritmetika Sosial
2. Kelas 7 Semester 2 a. Himpunan
b. Garis dan Sudut
c. Segiempat dan Segitiga
b. Relasi dan Fungsi
c. Garis Lurus
d. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
e. Teorema Pythagoras
4. Kelas 8 Semester 2 a. Lingkaran
b. Kubus, Balok, Prisma Tegak, dan Limas
5. Kelas 9 Semester 1 a. Kesebangunan
b. Tabung, Kerucut, dan Bola
c. Statistika
d. Peluang
6. Kelas 9 Semester 2
a. Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
b. Barisan dan Deret Aritmetika
c. Barisan dan Deret Geometri
I. Kerangka Berpikir
Kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan berbagai metode, seperti
ceramah, diskusi, berkelompok, dan pembelajaran kontekstual. Dalam
pembelajaran matematika, semua metode tersebut sangat perlu untuk diterapkan
agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dari guru ke siswa.
Penelitian ini akan mengangkat pembelajaran kontekstual sebagai fokus
utama dalam pembahasan. Konteks yang akan diambil adalah mengenai budaya
pertanian. Hal ini disebabkan matematika merupakan mata pelajaran yang abtsrak,
tidak sedikit siswa yang mengeluh dalam memahami matematika. Budaya pertanian
menjadi konteks pembicaraan penelitian ini karena dipengaruhi oleh pekerjaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneletian terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian kualitataif dan
kuantitatif. Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif. Dari
suku katanya saja dapat ditafsirkan bahwa kualitatif berarti kualitas atau mutu.
Menurut Prof.Dr.S.Nasution, MA. dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Naturalistik-Kualitatif halaman 5 disebutkan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunkan
anlisis. Jenis penelitian kualitatif ini memiliki ciri-ciri:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting” 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian
3. Sangat deskriptif
4. Mementingkan proses maupun produk
5. Mencari makna
6. Mengutamakan data langsung
7. Triangulasi
8. Menonjolkan rincian kontekstual
9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
10. Mengutamakan perspektif emic yang artinya adalah mementingkan
11. Verifikasi
12. Sampling yang purposif (sampelnya sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian)
13. Menggunakan “ audit trail” (untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan)
14. Partisipasi tanpa mengganggu
15. Mengadakan analisis sejak awal
16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang di dalamnya terdapat etnografi. Penelitian ini ditalarbelakangi oleh
etnomatematika. Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan etnografi
untuk melihat etnomatematika yang terkandung, kemudian hasil yang didapat
diimplementasikan ke dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika
yang disarankan merupakan pembelajaran matematika dengan pendekatan
kontekstual.
B. Subjek Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan melibatkan beberapa petani di
Kecamatan Panggang.
Tabel 3.1
Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Desa di Kecamatan Panggang
NO DESA RESPONDEN
1 Girikarto Sutarsono
Pargiyo Harno Utomo
2 Girimulyo Ngajiman