• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran budaya pertanian masyarakat Kecamatan Panggang sebagai latar penyusunan materi matematika dalam pembelajaran kontekstual di SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran budaya pertanian masyarakat Kecamatan Panggang sebagai latar penyusunan materi matematika dalam pembelajaran kontekstual di SMP."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Titik Purwaningsih (121414074). PERAN BUDAYA PERTANIAN

MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR

PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP. Skripsi Program Studi Pendiidkan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juli 2016.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui materi matematika SMP apa saja yang terdapat pada kegiatan pertanian di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang; 2) mengetahui kegiatan pertanian apa yang termuat pada materi-materi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatan kegiatan pertanian. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya pertanian berlangsung di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang sebagai pekerjaan pokok. Masing-masing kegiatan pertanian dalam satu siklus digali satu per satu untuk mengetahui materi-materi matematika secara umum yang terlibat di dalamnya. Materi-materi matematika tersebut diantaranya teori probabilitas, geometri, pengukuran, perbandingan, bilangan, himpunan, barisan dan deret, serta aritmetika sosial. Pemetaan tersebut secara rinci dan spesifik direalisasikan pada pembelajaran matematika SMP. Materi matematika SMP yang dapat dirancang pembelajarannya dengan melibatkan budaya pertanian diantaranya bilangan bulat dan bilangan pecahan, perbandingan dan aritmetika sosial, himpunan, segiempat dan segitiga, relasi dan fungsi, sistem persamaan linear dua variabel, lingkaran, tabung, kerucut, dan bola, statistika, peluang, serta barisna dan deret. Materi-materi tersebut dirancang dalam pembelajran dengan pendekatan kontekstual.

(2)

ABSTRACT

Titik Purwaningsih (121414074). The Role of Agricultural Society in the District of Panggang as a Background for the Compilation of Mathematical Learning Materials for Contextual teaching and Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis Study Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta, July 2016.

The purposes of this research are to: 1) understanding the mathematic material at Junior High School that contained in the agricultural society in the District of Panggang; 2) understanding the agricultural society that contained in each mathematic material; 3) understanding the example of planning lesson that involved the agricultural society in the District of Panggang. The research is qualitative research using data collection methods, observation, interviews, and documentation.

The results showed that the culture of agriculture society in District of Panggang as main job. The mathematical materials in general that involved the agricultural society are probability, geometry, measurement, comparison, numbers, set, sequence and series, social arithmetic. The mapping of the matrials are realized spesificly on mathematics materials in Junior High School. Mathematical learning materials in Junior High School that can be designed by involving the agricultural society are integers and fractions, ratios, and arithmetic social, set, rectangles and triangles, relations and functions, system of linear equations in two variables, circles, tubes, cones and balls, statistics, probability and also and series. These materials are designed in lessons with contextual approach.

(3)

PERAN BUDAYA PERTANIAN MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR PENYUSUNAN MATERI

MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Titik Purwaningsih (121414074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk yang tercinta:

1. Tuhan yang telah memberi kekuatan untuk menyelesaikan segala sesuatu.

2. Bapak dan Mamak yang senantiasa mendoakanku dan menyayangiku

serta memberi dukungan kepadaku.

3. Kristian Dedi Purnama

4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberi semangat

5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono sebagai dosen pembimbing

6. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah membiarkan aku bernaung di dalamnya.

(7)
(8)
(9)

MOTTO

Jika tidak ingin dipaksa untuk menyamakan perbedaan,

maka jangan memaksa untuk membedakaan persamaan

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Budaya Pertanian Masyarakat Kecamatan Panggang sebagai Latar Penyusunan Materi Matematika Dalam Pembelajaran Kontekstual di SMP”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat nasehat, dukungan, bimbingan, dan motivasi yang penulis dapatkan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua, Kristian Dedi Purnama yang terkasih atas doa, dukungan, dan cinta kasih, serta semua hal yang selalu diberikan.

2. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Hongki Julie S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dengan sabar dan memberikan nasehat serta saran yang berguna dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

6. Irwan Triwibowo, A.Mg., S.Sos. selaku staf Tata Pemerintahan yang telah memberikan informasi sebagai data penelitian.

7. Para petani di Kecamatan Panggang yang telah berkenan menjadi responden wawancara dalam penelitian.

8. Teman-teman kos dan Pendidikan Matematika angakatan 2012, yang telah memberi semangat kepada penulis.

(11)

Penulis menyadari masih ada kekurangan pada penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ASBTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Pembatasan Masalah ... 4

E. Penjelasan Istilah ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Budaya... 7

B. Matematika sebagai Produk Budaya ... 9

C. Nilai Matematika bagi Masyarakat ... 9

D. Pembelajaran Kontekstual ... 13

E. Deskripsi Budaya Pertanian di Kalangan Masyarakat Panggang ... 17

F. Siklus Musim Tanam dan Musim Panen dalam Satu Tahun di Kecamatan Panggang ... 18

(13)

I. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Objek Penelitian ... 37

D. Bentuk Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 38

G. Keabsahan Data ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 42

I. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 43

J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 45

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan ... 46

C. Deskripsi Data Penelitian ... 48

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 51

E. Pembahasan Data Hasil Analisis Penelitian ... 75

F. Pengembangan lebih lanjut tentang topik-topik matematika dari budaya pertanian di Kecamatan Panggang... 80

G. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Siklus Kegiatan Pertanian Masyarakat Panggang ... 19 Tabel 2.2 Ilustrasi Penanaman Padi pada Musim Tanam Pertama ... 22 Tabel 2.3 Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada

Musim Tanam Kedua ... 22 Tabel 2.4 Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada

Musim Tanam Kedua ... 22 Tabel 2.5 Daftar Perbandingan Harga Benih Tanaman, Hasil,

dan Harga Panen ... 31 Tabel 2.6 Daftar Harga Pupuk Kimia yang Digunakan

Masyarakat Panggang ... 32 Tabel 3.1 Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Desa di

Kecamatan Panggang ... 36 Tabel 3.2 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 43 Tabel 4.1 Pemetaan Aspek-aspek Matematika Secara Umum yang

Terlibat dalam Budaya Pertanian di Kecamatan Panggang... 54 Tabel 4.2 Realisasi Keterlibatan Budaya Pertanian Masyarakat

Kecamatan Panggang dalam Pembelajaran Matematika SMP

Dilihat dari Segi Kegiatan Pertanian ... 57 Tabel 4.3 Realisasi Keterlibatan Budaya Pertanian Masyarakat

Kecamatan Panggang dalam Pembelajaran Matematika SMP

Dilihat dari Segi Materi Matematika SMP ... 76 Tabel 4.4 Rincian Rencana Kegiatan Pembelajaran ... 84 Tabel 4.5 Lembar Validasi Kesesuaian Soal Pada Lembar Kerja Siswa

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Transkrip Wawancara dengan Petani ... 102

Lampiran 2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Sampel Petani Kecamatan Panggang ... 109

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 124

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ... 127

(17)

ABSTRAK

Titik Purwaningsih (121414074). PERAN BUDAYA PERTANIAN

MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR

PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP. Skripsi Program Studi Pendiidkan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juli 2016.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui materi matematika SMP apa saja yang terdapat pada kegiatan pertanian di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang; 2) mengetahui kegiatan pertanian apa yang termuat pada materi-materi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatan kegiatan pertanian. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya pertanian berlangsung di kalangan masyarakat Kecamatan Panggang sebagai pekerjaan pokok. Masing-masing kegiatan pertanian dalam satu siklus digali satu per satu untuk mengetahui materi-materi matematika secara umum yang terlibat di dalamnya. Materi-materi matematika tersebut diantaranya teori probabilitas, geometri, pengukuran, perbandingan, bilangan, himpunan, barisan dan deret, serta aritmetika sosial. Pemetaan tersebut secara rinci dan spesifik direalisasikan pada pembelajaran matematika SMP. Materi matematika SMP yang dapat dirancang pembelajarannya dengan melibatkan budaya pertanian diantaranya bilangan bulat dan bilangan pecahan, perbandingan dan aritmetika sosial, himpunan, segiempat dan segitiga, relasi dan fungsi, sistem persamaan linear dua variabel, lingkaran, tabung, kerucut, dan bola, statistika, peluang, serta barisna dan deret. Materi-materi tersebut dirancang dalam pembelajran dengan pendekatan kontekstual.

(18)

ABSTRACT

Titik Purwaningsih (121414074). The Role of Agricultural Society in the District of Panggang as a Background for the Compilation of Mathematical Learning Materials for Contextual teaching and Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis Study Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, the Faculty of Teachers Training and Education, University of Sanata Dharma Yogyakarta, July 2016.

The purposes of this research are to: 1) understanding the mathematic material at Junior High School that contained in the agricultural society in the District of Panggang; 2) understanding the agricultural society that contained in each mathematic material; 3) understanding the example of planning lesson that involved the agricultural society in the District of Panggang. The research is qualitative research using data collection methods, observation, interviews, and documentation.

The results showed that the culture of agriculture society in District of Panggang as main job. The mathematical materials in general that involved the agricultural society are probability, geometry, measurement, comparison, numbers, set, sequence and series, social arithmetic. The mapping of the matrials are realized spesificly on mathematics materials in Junior High School. Mathematical learning materials in Junior High School that can be designed by involving the agricultural society are integers and fractions, ratios, and arithmetic social, set, rectangles and triangles, relations and functions, system of linear equations in two variables, circles, tubes, cones and balls, statistics, probability and also and series. These materials are designed in lessons with contextual approach.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Belajar merupakan suatu proses perubahan seseorang dari tidak tahu

menjadi tahu. Proses tersebut akan berjalan terus menerus selama seseorang masih

hidup. Proses belajar merupakan proses dalam pendidikan, dengan objek

pendidikan siswa dan subjek pendidikan guru. Belajar tidak hanya berlangsung

pada sekolah yang formal, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan siswa tersebut

di luar sekolah. Pembelajaran yang akan diteliti adalah pembelajaran matematika

SMP. Hingga saat ini matematika masih menduduki posisi atas dalam urutan mata

pelajaran yang sulit. Sebenarnya, matematika sangat banyak ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari. Telah diketahui bahwa matematika merupakan ratu

sekaligus pelayan bagi ilmu lain. Semua aspek kehidupan ini melibatkan

matematika, dan matematika selalu terlibat di dalamnya.

Pembelajaran matematika saat ini berlangsung dengan berbagai model dan

berkembang dengan dipengaruhi oleh berbagai hal yang ada di sekitar. Keberadaan

sekolah tidak bisa lepas dari lingkungan sekitar yang selalu mendukung proses yang

berlangsung di dalam sekolah tersebut. Lingkungan sekitar memberi dampak yang

tidak sedikit pada pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor dari lingkungan yang

berpengaruh pada pembelajaran adalah budaya. Budaya tidak hanya berkaitan

dengan seni atau kesenian, tetapi budaya mencakup segala aspek kebiasaan yang

(20)

budaya yang diangkat dalam penelitian ini adalah budaya pertanian. Hal ini dilatar

belakangi oleh kehidupan pribadi penulis yang dekat dengan pertanian.

Pengalaman belajar pada sekolah yang telah diperoleh selama ini

menunjukkan kurang terlihatnya peran matematika dalam kehidupan. Pembelajaran

yang dialami masih memberi kesan sulit dari matematika. Dengan demikian

matematika dirasa tidak ada efek, dampak, serta manfaatnya dalam kehidupan.

Banyak diantara masyarakat Kecamatan Panggang tempat dilaksanakannya

penelitian, merasa sudah kesulitan dalam memikirkan pelajaran yang ada di sekolah

di mana setiap jenjang pendidikan pasti terdapat ilmu matematika. Orang memilih

untuk tidak melanjutkan sekolah dikarenakan tidak mau menjumpai lagi yang

namanya matematika, yaitu pelajaran yang sulit. Sebagian besar masyarakat

Panggang mengenyam pendidikan hanya sampai pada jenjang menengah (SMP).

Mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan memilih untuk bekerja

sebagai petani, seperti yang dilakukan orang tua mereka dan sudah menjadi

pekerjaan masyoritas masyarakat Panggang. Tanpa disadari, bekerja sebagai petani

pun juga melibatkan matematika. Cara berpikir petani yang matematis dapat

dijadikan contoh dalam mempelajari matematika. Cara berpikir tersebut misalnya

dalam hal memperkirakan hasil panen yang bisa diperoleh secara maksimal dengan

memperhatikan pengalaman-pengalaman panen sebelumnya. Selain itu dalam hal

menalar. Semua kegiatan pertanian pasti membutuhkan penalaran secara logis

untuk dapat melaksanakan pertanian yang berhasil. Dari pengalaman tersebut,

didapat suatu hubungan bahwa matematika terlibat dalam pertanian, dan di dalam

(21)

belajar matematika. Budaya pertanian menjadi latar belakang penelitian dengan

tujuan agar pembelajaran matematika dapat dipahami dengan mudah oleh siswa

karena dikaitkan dengan konteks nyata kehidupan siswa sehari-hari. Penelitian ini

akan mengetahui peran budaya pertanian sebagai latar penyusunan materi pelajaran

matematika. Sebagai tujuan dalam jangka panjang, siswa sebagai anggota

masyarakat dapat meningkatkan kehidupan masyarakat khususnya kehidupan

petani yang menjadi pekerjaan mayoritas masyarakat Panggang.

B. Rumusan Masalah

1. Materi matematika SMP apa saja yang terpadat pada kegiatan

pertanian masyarakat Kecamatan Panggang?

2. Kegiatan pertanian apa saja yang termuat pada materi-materi di atas?

3. Bagaimana contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan melibatkan

kegiatan pertanian?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui materi-materi matematika SMP yang terdapat pada

kegiatan pertanian masyarakat Kecamatan Panggang.

2. Mengetahui kegiatan-kegiatan pertanian yang termuat pada

materi-materi tersebut.

3. Mengetahui contoh RPP dan soal yang dapat dibuat dengan

(22)

D. Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah mengetahi peran

budaya pertanian sebagai latar penyusunan materi pelajaran matematika SMP

dalam upaya untuk meningkatkan kontekstualisasi pemahaman siswa dalam

matematika. Penelitian ini tidak melibatkan faktor lain dari lingkungan sekitar

selain pertanian seperti keluarga dan lainnya sebagai latar belakang peningkatan

kualitas pembelajaran matematika. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian

adalah 18 petani di Kecamatan Panggang yang diambil tiga petani pada

masing-masing desa.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran di kalangan pembaca

terhadap istilah-istilah dalam judul : “PERAN BUDAYA PERTANIAN

MASYARAKAT KECAMATAN PANGGANG SEBAGAI LATAR

PENYUSUNAN MATERI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL DI SMP” dengan yang penulis gunakan, penulis perlu

memberikan penegasan arti dan batasan tentang arti dari beberapa istilah yang

digunakan dalam judul skripsi ini:

1. Budaya

Budaya merupakan pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari

sekelompok oran tertentu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Produk ini

hasil interaksi antara kelompok orang dan lingkungan mereka selama

(23)

2. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk mengembangkan

karakter dengan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan matematika.

Matematika merupakan ilmu yang menjadi ratu sekaligus pelayan bagi ilmu lain.

3. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara

materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan

untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

F. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang

diharapkan adalah:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga

ntuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal

pengembangan karakter dalam pendidikan matematika. Karakter yang

dimaksud adalah karkater dalam hal mencintai pertanian sebagai budaya

lokal yang patut untuk dilestarikan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau instansi terkait, hasil penelitian

(24)

kebijakan yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya dalam hal pembelajaran kontekstual.

b. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan masukan

bagi para guru di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan panggang

dan guru-guru lain sebagai bahan menentukan kebijakan dalam

program pembelajaran kontektual.

c. Bagi para guru, manfaat penelitian ini dapat membantu merancang

pembelajaran yang lebih kontekstual dan memberikan konsep bagi

siswa mengenai matematika dalam konteks nyata.

d. Bagi para siswa, manfaat penelitian ini dapat memberikan dorongan

dan motivasi bahwa matematika sudah mereka dapat dan alami

dalam kehidupan, sehingga mempermudah kemampuan bernalar

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Budaya

Budaya menurut E.B. Tylor didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas

manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat,

dan kebiasaan-kebiasaan lain. Sedangkan menurut ilmu antropologi, budaya

merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

(Koentjaraningrat, 1985). Hal tersebut mengartikan bahwa hampir seluruh aktivitas

manusia merupakan budaya atau kebudayaan karena hanya sedikit sekali tindakan

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak memerlukan belajar dalam

membiasakannya. Sedangkan ahli sejarah budaya mengartikan budaya sebagai

warisan atau tradisi suatu masyarakat.

Untuk memudahkan pembahasan, kebudayaan dibagi menjadi tujuh unsur

yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia,meliputi:

1. Bahasa, dengan wujud ilmu komunikasi dan kesusteraan mencakup

bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel, dan lain sebagainya.

2. Sistem pengetahuan, meliputi science (ilmu-ilmu eksak) dan

humanities (sastra, filsafat, sejarah, dan sebagainya).

3. Organisasi sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan,

kematian).

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, meliputi pakaian, makanan,

(26)

5. Sistem mata pencaharian hidup.

6. Sistem religi, baik sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan,

dewa-dewa, roh, neraka, surga, maupun berupa upacara adat maupun

benda-bnda suci dan benda-benda religius (candi dan patung nenek

moyang) dan lainnya.

7. Kesenian, dapat berupa seni rupa (lukisan), seni pertunjukan (tari,

musik), seni teater (wayang), seni arsitektur (rumah, bangunan,

perahu, cndi dsb), berupa benda-benda indah, atau kerajinan. (Inda,

2010)

Jenis budaya yang dijadikan fokus pada penelitian ini adalah budaya tentang

sistem mata pencaharian hidup, yaitu pertanian.

B. Matematika sebagai Produk Budaya

Matematika tumbuh dan berkembang di berbagai belahan bumi ini, tidak

hanya di satu lokasi atau wilayah saja. Ada yang tumbuh dan berkembang di

wilayah India, Amerika Arab, Cina, Eropa, bahkan Indonesia dan juga daerah yang

lain. pertumbuhan dan perkembangan matematika terjadi karena adanya tantangan

hidup yang dihadapi manusia di berbagai wilayah dengan berbagai latar belakang

budaya yang berbeda. Setiap budaya dan subbudaya mengembangkan matematika

dengan cara mereka sendiri. Sehingga matematika dipandang sebagai hasil akal

budi (pikiran) manusia dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini

menyimpulkan bahwa matematika merupakan produk budaya yang merupakan

(27)

diungkapkan oleh Sembiring dalam Prabowo (2010) bahwa matematika adalah

konstruksi budaya manusia.

C. Nilai Matematika bagi Masyarakat

Selama ini pemahaman tentang nilai-nilai dalam pembelajaran matematika

yang disampaikan para guru belum menyentuh ke seluruh aspek yang mungkin.

Matematika dipandang sebagai alat untuk memecahkan masalah-masalah praktis

dalam dunia sains saja, sehingga mengabaikan pandangan matematika sebagai

kegiatan manusia (Soedjadi, 2007). Kedua pandangan itu sama sekali tidaklah

salah, keduanya benar dan sesuai dengan pertumbuhan matematika itu sendiri.

Namun akibat atau dampak dari rutinitas pengajaran matematika selama ini, maka

pandangan yang menyatakan matematika semata-mata sebagai alat menjadi tidak

tepat dalam proses pendidikan anak bangsa. Banyak terjadi guru lebih menekankan

mengajar alat, guru memberi tahu atau menunjukkan alat itu, bagaimana alat itu

dipakai, bagaimana anak belajar menggunakannya, tanpa tahu bagaimana alat itu

dipakai. Bahkan, tidak sedikit guru yang terpancing untuk memenuhi target nilai

ujian yang tinggi sehingga banyak nilai-nilai lain yang jauh lebih penting bagi siswa

terlupakan. Proses pendidikan matematika seperti itu sangat memungkinkan anak

hanya menghafal tanpa mengerti, padahal semestinya boleh menghafal hanya

setelah mengerti.

Sebenarnya ada tujuh nilai yang dapat secara bertahap kita sampaikan

kepada siswa atau mereka yang sedang belajar matematika, diantaranya:

(28)

Nilai praktis meliputi kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari

dan kegunaan matematika untuk mempelajari cabang ilmu yang lain. Sedangkan

untuk nilai guna, seseorang yang menganggap matematika berguna baginya akan

berusaha mempelajari dan melaksakannya walaupun ia tidak tertarik. Dalam

kondisi ini tampak bahwa motivasi yang terjadi merupakan motivasi ekstrinsik,

namun pada akhirnya pemahaman yang terbentuk dari pembelajaran matematika

yang tidak diminati tersebut akan membawa seseorang cenderung mengembangkan

ilmu matematika dan penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Nilai Kedisiplinan

Nilai disiplin matematika tumbuh akibat penerapan aturan berupa aksioma,

rumus, atau dalil secara ketat dalam belajar matematika, sehingga membentuk pola

pikir yang disiplin, sistematis, dan teratur. Kebiasaan siswa menganalisis dengan

teliti suatu situasi sebelum pegambilan keputusan sangat membantu dalam situasi

hidup yang kompleks, di mana pengambilan keputusan menjadi makin sulit.

3. Nilai Budaya

Nilai budaya matematika terpancar dari peran matematika dalam dunia seni,

serta penampakan matematika dalam menunjukkan tingkat peradaban manusia.

Mode hidup anggota masyarakat yang sangat besar ditentukan oleh kemajuan

teknologi dan sains, yang pada gilirannya tergantung pada kemajuan dan

perkembangan matematika. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan begitu pula

budaya secara kontinyu terpengerahui oleh kemajuan matematika. Selain itu,

(29)

4. Nilai Sosial

Matematika membantu menyesuaikan organisasi dan memelihara suatu

struktur sosial yang berhasil. Matematika berperan penting dalam menyusun

institusi sosial seperti bank, koperasi, rel kereta, kantor pos, perusahaan asuransi,

industri, pengangkutan, navigasi dan lain sebagainya. Transaksi bisnis yang efektif

ekspor dan impor, perdagangan dan komunikasi kini tak dapat berlangsung tanpa

matematika. Kesuksesan seseorang dalam sebuah masyarakat tergantung sebaik apa

dia dapat menjadi bagian masyarakat, kontribusi apa yang dapat dia berikan bagi

kemajuan masyarakat, dan sebagus apa dia dapat diuntungkan oleh masyarakat.

5. Nilai Moral

Studi matematika menolong siswa dalam pembentukan karakternya lewat

berbagai cara. Matematika membentuknya ke sikap yang sesuai, seperti tidak ada

ruang untuk perasaan yang merugikan, pandangan yang menyimpang, diskriminasi,

dan berpikir tak masuk akal. Matematika membantunya dalam analisis objektif,

memberikan alasan yang benar, kesimpulan yang valid (sah) dan pertimbangan

yang tak berat sebelah. Nilai-nilai moral ini tertanam dalam pikiran karena

perulangan dan membantunya menjadi anggota masyarakat yang berhasil.

6. Nilai estetika (Seni/Keindahan)

Matematika makin kaya dengan daya tarik keindahannya. Kerapian dan

kecantikan hubungan matematis menyentuh emosi kita, lebih seperti musik dan seni

yang dapat menapai kedalaman jiwa dan membuat kita merasa benar-benar hidup.

(30)

kecantikannya. Musik atau seni adalah keluaran sederhana dari kecantikan abadi

ini.

7. Nilai rekeasi (Hiburan)

Matematika memberikan suatu ragam peluang hiburan untuk

mendewasakan orang sebagaimana anak-anak. Matematka menghibur orang lewat

aneka puzzle, permainan, teka-teki, dan lain-lain. permainan video komputer

modern juga dibangun melalui penggunaan matematika yang semestinya. Arti

penting dari jenis rekreasi matematis adalah ia memampukan seseorang

membangun imajinasinya, menajamkan intelektualitasnya dan mengukir rasa puas

pada pikirannya untuk beberapa praktisi matematik, kesenangan harian

menguraikan hubungan matematis yang aneh selalu menjadi hal yang menghibur.

Dalam dunia yang sudah melek teknologi ini, kita tidak dapat memikirkan

suatu masyarakat yang bebas matematika. Masyarakat harus membuka mata dan

mengakui kebaikan dan manfaat matematika. Harus ada pergeseran dari

matematika yang hanya digeluti guru dan akademisi menuju ke matematika yang

memasyarakat, yaitu matematika yang tidak hanya diajarkan tetapi juga

dibelajarkan, khususnya dalam hal nilai sosial-budayanya. (Inda, 2010)

D. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

(31)

applications to their lives as family members, citixens, and workers and engage in the hard work that learning requires.

Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan

mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Sementara itu Hull’s dan Sounders (1996:3) menjelaskan:

In a Contextual Teaching and Learning (CTL), student discover meaningful relationship between absract ideas and practical applications in a real world context. Students internalize concepts through discovery, reinforcement, and interrelationship. CTL creates a team, whether in the classroom, lab, worksite, or the banks of a river. CTL encourages educators to design learning environmens that incorporate many forms of experience to achieve the desired outcomes.

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran kontekstual, siswa

menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak denga penerapan praktis

di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan,

penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja

dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat bekerja maupun bank.

Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang

merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang

(32)

Selanjutnya, Johnson (2002:24) mendefinisikan: “Contextual teaching and

learning enables students to connect the content of academic subjects with the

imediate context of their daily lives to discover meaning”. Hal ini berarti

pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan

konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran

yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa

sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga

negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi

kehidupannya.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut

(Komalasari (2008)):

a. Keterkaitan (relating)

Pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan adalah proses

pembelajaran yang memiliki keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang

telah ada pada diri siswa dan dengan konteks pengalaman dalam

kehidupan dunia nyata siswa.

b. Pengalaman langsung (experiencing)

Pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung

(33)

untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan

mengalami sendiri secara langsung.

c. Aplikasi (applying)

Pembelajaran yang menerapkan konsep aplikasi adalah proses

pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip,

dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda

sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa.

d. Kerja sama (cooperating)

Pembelajaran yang menerapkan konsep kerja sama adalah

pembelajaran yang mendorong kerja sama di antara siswa, antara siswa

dengan guru dan sumber belajar.

e. Pengaturan diri (self-regulating)

Pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri adalah

pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan

pembelajarannya secara mandiri.

f. Asesmen autentik (authentic assesment)

Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah

pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil

belajar ( yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor),

baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran

maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan

(34)

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Bern dan Erickson (2001:5-11) mengemukakan lima strategi dalam

mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan

yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan

berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini

meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan

penemuan.

b. Cooperative learning (pembeljaran kooperatif), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di

mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan

yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa

dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa

untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan

karya nyata.

d. Pembelajaran pelayaan (service learning), pendekatan yang

menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan

keterampilann baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

e. Pembelajaran berbasis kerja (workk-based learning), pendekatan di

mana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di

(35)

E. Deskripsi Budaya Pertanian di Kalangan Masyarakat Panggang.

Panggang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Panggang

merupakan daerah pedesaan yang dihuni oleh puluhan ribu orang dengan berbagai

kebiasaan dan budaya. Masyarakat Panggang hidup bersama dan berdampingan

dengan latar belakang dan kepribadian yang majemuk. Akan tetapi kehidupan

mereka terjalin dengan penuh kerukunan dan kedamaian. Komposisi masyarakat

Panggang terdiri dari bermacam-macam, baik dari segi agama, pekerjaan,dan

sebagaianya. Dari segi agama, masyarakat Panggang terdiri dari 28.966 jiwa

beragama Islam, 418 Kristen, 211 Katolik, dan 370 beragama Budha. Sedangkan

dari segi pekerjaan sebagian besar masyarakat Panggang bekerja sebagai petani dan

buruh tani, baik yang mengerjakan lahan mereka sendiri, maupun yang

mengerjakan lahan milik orang lain. Terdapat 14.231 jiwa bekerja sebagai petani,

190 buruh tani, 1.065 buruh harian, 2.663 wiraswasta, 967 karyawan swasta, 274

Pegawai Negeri Sipil (PNS), 152 pensiunan, 108 pedagang, dan 4.744 belum

bekerja. (Triwibowo, 2015). Dari data tersebut, masyarakat yang bekerja sebagai

petani menduduki posisi teratas dari sekian pekerjaan yang ada di Kecamatan

Panggang. Masing-masing warga memiliki lahan paling sedikit dua lokasi dengan

luas setiap lokasinya setidaknya seperempat hektar atau sekitar 2.500 m2. Meskipun

demikian, ada beberapa warga yang bekerja sebagai petani namun mengerjakan

lahan milik orang lain dengan sistem sewa. Selain itu ada juga warga yang menjadi

perangkat dan pamong desa tetapi juga mengerjakan lahan pertanian. Pamong dan

(36)

dari pemerintah desa. Tanah tersebut merupakan tanah yang menjadi kas desa, dan

jika pamong atau perangkat desa tersebut sudah berhenti masa jabatannya, maka

kepemilikan tanah tersebut juga berhenti dan dikembalikan ke pemerintah desa.

F. Siklus Musim Tanam dan Musim Panen dalam Satu Tahun di Kecamatan Panggang

Budaya pertanian yang berkembang di Kecamatan Panggang merupakan

pertanian ladang. Pertanian ladang merupakan pertanian yang memanfaatkan tanah

tegalan yang letaknya di daerah pegunungan yang berbukit-bukit. Berbeda dengan

pertanian sawah yang selalu diairi dengan irigasi, pertanian ladang mengandalkan

turunnya hujan dalam melakukan penanaman. Pertanian yang paling besar

dikembangkan di Kecamatan Panggang merupakan pertanian jenis tanaman

palawija. Hal ini disebabkan tanah di Kecamatan Panggang cocok untuk ditanami

palawija. Selain itu, palawija menjadi alat pemenuhan kebutuhan pokok bagi

masyarakat Panggang. Berikut adalah rincian siklus kegiatan pertanian masyarakat

Kecamatan Panggang dalam kurun waktu satu tahun menurut informasi yang

diberikan penyuluh pertanian Bapak Jazim S.Tp.

Tabel 2.1

Siklus Kegiatan Pertanian Masyarakat Panggang

BULAN KEGIATAN

Oktober Persiapan lahan, pemeliharaan lahan, penaburan benih padi.

November Penanaman jagung, ketela, kacang tanah, dan kedelai. (MUSIM TANAM PERTAMA)

Desember Pemeliharaan tanaman dan lahan.

Januari Pemeliharaan lahan , panen jagung

Februari Panen padi, kacang tanah, dan kedelai (MUSIM PANEN PERTAMA).

Tradisi lebar panen

Maret Persiapan dan pemeliharaan lahan dilanjutkan penanaman kacanag tanah dan kedelai (MUSIM TANAM KEDUA)

(37)

Mei Panen kacang tanah dan kedelai (MUSIM PANEN KEDUA)

Juni Pembuatan pupuk kompos, pemeliharaan lahan.

Juli Pemeliharaan lahan dan menunggu panen ketela. Waktu santai petani.

Agustus Panen ketela.

September Panen ketela, dilanjutkan persiapan musim tanam pertama di bulan Oktober. Tradisi lebar nonjo

Berikut adalah penejelasan masing-masing siklus pada setiap bulannya.

1. Oktober

Kegiatan penanaman yang dilakukan di Kecamatan Panggang berawal pada

bulan Oktober. Masyarakat Panggang menggunakan perhitungan Pranata Mongso

untuk melakukan kegiatan pertanian. Bulan Oktober diperkirakan mulainya musim

hujan tiba. Oleh karena itu, masyarakat mulai melakukan persiapan lahan pertanian

untuk dilakukannya penanaman. Persiapan lahan dilakukan dengan berbagai

kegiatan seperti membersihkan lahan dari kotoran yang menganggu kesuburan

tanah, mencangkul, dan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang dan SP36.

Setelah lahan siap ditanami, sekitar tanggal 20 Oktober petani melakukan

penaburan benih padi sebelum hujan urun. Kegiatan ini disebut sawur tinggal.

Sawur artinya menabur, dan tingal artinya benih yang ditabur ditinggal untuk

menunggu hujan. Meskipun belum turun hujan, petani tetap dalam keyakinannya

akan turunnya hujan dan benih yang mereka tabur akan segera tumbuh. Selama

menunggu turunnya hujan, petani melakukan persiapan lahan untuk tanaman yang

lain seperti palawija, holtikulturan, dal lain sebagainya. Hal inilah yang

membedakan sistem tanam pada pertanian sawah dan ladang. Jika pada pertanian

sawah, petani harus menyiapkan bibit padi terlebih dahulu dalam satu lahan khusus,

kemudian saat penanaman padi yang ditanam berupa bibit (sudah berdaun, bukan

(38)

padi, karena selain menghemat waktu, pertanian ladang hanya mengandalkan

turunnya hujan. Sistem tanam di Kecamatan Panggang adalah tumpangsari, yaitu

penanaman lebih dari satu tanaman dalam satu waktu dan satu lahan. Penanaman

padi yang dilakukan petani di Kecamatan Panggang terdapat dua cara. Cara

pertama, padi ditabur secara acak dan menyeluruh ke semua lahan yang sudah

disiapkan. Cara kedua, padi ditabur secara teratur pada lubang dan diberi sedikit

tanah untuk menutupi padi yang ditabur. Pada cara tanam padi dengan menabur,

petani cukup menyebar biji padi secara merata ke seluruh lahan. Cara tersebut tidak

memakan waktu lama, tetapi cara menyebar ini dapat mengakibatkan padi tumbuh

secara tidak merata. Bisa terjadi padi yang tumbuh mengelompok pada satu bagian

lahan. Sedangkan untuk cara tanam padi yang kedua, petani sudah menyiapkan

lahan yang akan ditanami padi dengan ditugar atau memberi lubang-lubang. Hasil

tanaman padi terlihat lebih rapi dan teratur. Selain itu, pemeliharannya mudah dan

setelah panen, lahan lebih mudah ketika akan ditanami palawija. Biasanya padi

yang ditanam pada setiap lubang sebanyak 3 sampai 4 biji dengan jarak setiap

lubang 20 cm ke kanan dan ke kiri. Jenis padi yang ditanam oleh masyarakat

Kecamatan Panggang diantaranya IR 64, Ciherang, dan Segreng. Jenis yang

mayoritas ditanam adalah jenis padi Segreng. Masyarakat Kecamatan Panggang

lebih memilih Segreng karena tidak memerlukan banyak pupuk, cukup sekali

pemupukan. Selain itu, hasil padi Segreng dalam 1 hektar dapat menghasilkan padi

sekitar 14.500 kg dengan harga jual 5.000 per kilo. Sedangkan jenis padi IR 64 dan

Ciherang memerlukan pemupukan sampai tiga kali, dan dalam 1 hektar

(39)

nasi dari jenis padi Ciherang dan IR64 lebih enak karena teksturnya lebih lembut

jika dibandingkan dengan nasi dari jenis padi Segreng. Nasi jenis padi Segreng

lebih kasar, tetapi mengandung lebih banyak serat. Ketiga jenis padi tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2. November

Perkiraan hujan turun di awal bulan November. Padi yang sudah ditabur

pada bulan Oktober diperkirakan tumbuh di awal November yaitu pada saat hujan

mulai turun. Setelah padi tumbuh dalam usia 1 minggu, kemudian dilakukan

pemupukan pertama yaitu dengan pupuk Urea. Setelah padi berusia 21 hari atau

tiga minggu dari pertama tumbuh, dilanjutkan pemupukan yang kedua yaitu dengan

Urea dan Ponska. Pemupukan yang terakhir dilakukan setelah padi berusia 37 hari

yaitu dengan Ponska. Proses pemupukan tersebut dilakukan pada jenis padi IR 64

dan Ciherang. Sedangkan jenis padi Segreng hanya memerlukan pemupukan sekali

yaitu pada usia padi 1 minggu. Perbandingan pupuk yang digunakan adalah 1 hektar

membutuhkan 50kg SP36, 100kg Urea, dan 75kg Ponska. Harga pupuk SP36

kisaran Rp 110.000,00 50 kw, urea: 95 50 kw, dan ponska Rp 120.000,00 50 kw.

Pada bulan November petani mulai menanam jagung, kacang tanah, kedelai, dan

ketela pohon dalam satu lahan. Bulan November disebut musim tanam pertama oleh

para petani di Panggang. Biasanya, petani membagi lahan yang ditanami padi dalam

beberapa bagian. Lebar lahan yang ditanami diberi jarak 4m. Setiap 4m diberi

pembatas yang berupa tanaman jagung dan ketela pohon dalam satu baris.

Sedangkan antar ketela diberi jarak 90cm. Setiap dua ketela diberi dua jagung.

(40)

diurutkan dengan menggunakan tali sehingga tanaman bisa tumbuh dengan rapi.

Berikut adalah ilustrasinya.

Tabel 2.2

Ilustrasi Penanaman Padi pada Musim Tanam Pertama Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst Ketela Padi Ketela Padi Ketela Padi Ketela dst Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung dst

dst dst dst dst dst dst dst dst

Tanaman lain yang ditanam bersamaan dengan jagung, ketela, dan padi

adalah kacang tanah dan kedelai. Akan tetapi penanaman kacang tanah dan kedelai

ditempatkan pada tempat yang berlainan, tidak pada satu lahan dengan padi.

Penanaman kacang tanah dan kedelai dilakukan tumpangsari dengan jagung, tetapi

dipisahkan antara kacang tanah dan kedelai. Ilustrasinya adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3

Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada Musim Tanam Kedua Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela Kacang Ketela dst

dst dst dst dst dst dst dst dst

Tabel 2.4

(41)

Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung dst

dst dst dst dst dst dst dst dst

Penanaman jagung, kacang tanah, dan kedelai dilakukan dengan membuat

lubang terlebih dahulu. Jagung ditanam satu biji pada setiap lubang dengan jarak

30cm. Kacang tanah ditanam satu biji pada setiap lubang dengan jarak 25cm ke

kanan dan ke kiri. Kedelai ditanam dua biji pada setiap lubang dengan jarak 30cm

ke kanan dan ke kiri. Jenis jagung, kacang tanah, dan kedelai yang ditanam terdiri

dari bermacam-macam.

3. Desember

Kegiatan pada bulan Desember adalah pemeliharaan tanaman.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pembersihan tanaman dari gulma atau

tanaman pengganggu. Tujuannya adalah tanaman pokok tidak berkurang nutrisinya

karena diserap oleh tanaman penganggu. Sistem pertanian tumpangsari melibatkan

beberapa tanaman dalam satu lahan. Tanaman-tanaman tersebut tumbuh tanpa

saling merugikan satu sama lain. Akan tetapi, pada lahan yang ditanami padi

dengan pembatas berupa barisan jagung dan ketela pohon ada bagian tertentu yang

kurang baik hasilnya. Sepanjang 50cm ke kanan dan ke kiri dari ketela pohon, padi

yang dihasilkan kurang baik. Hal ini disebabkan akar ketela pohon dapat menyerap

nutrisi pada padi, sehingga padi tumbuh kurang maksimal. Oleh karena itu, luas

area padi yang efektif dan optimal hanya selebar 3m, karena sudah dikurangi 50cm

ke kanan dan kiri dari pembatas ketela pohon. Selain pembersihan tanaman dari

tanaman penganggu, pemeliharaan juga dilakukan dengan pengamatan tanaman

dari ancaman hama hewan. Hama hewan yang biasanya menyerang tanaman di

(42)

tikus belum mendapatkan cara yang tepat dan optimal. Para petani hanya

menyerahkan semua resiko termasuk adanya hama tikus sepenuhnya kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa. Sedangkan pemberantasan hama kera ekor pajang, petani

berupaya membuat jaring dari tali yang dirakit agar kera tidak masuk ke area

pertanian. Akan tetapi upaya tersebut belum berhasil. Usaha petani juga dilakukan

dengan menjaga ladang di malam hari.

4. Januari

Pemeliharaan tanaman berlangsung sampai dengan bulan Januari. Selain

melakukan pemeliharaan, petani juga menunggu padi utuk siap dipanen. Sembari

menunggu padi, petani sudah mulai memanen jagung ketika jagung berusia sekitar

72 hari atau sekitar pertengahan Januari. Jagung dipanen dengan cara memangkas

pohonnya sampai menyisakan sekitar 20cm dari permukaan tanah atau hanya

mengambil langsung tongkol jagungnya. Pohon jagung tersebut disisakan dengan

tujuan agar sisa dari pohon tersebut dapat menjadi pupuk alami bagi tanah. Sisa

pohon jagung tersebut lama kelamaan akan lapuk dan busuk dengan sendirinya

yang dapat dijadikan pupuk bagi tanah di bawahnya. Kemudian, jagung yang yang

menempel pada pohon diambil satu per satu sampai habis dengan keadaan jagung

masih tertutup kulitnya. Kulit dikupas dan diambil biji-biji jagungnya ketika sudah

sampai di rumah petani. Kulit jagung serta bagian tempat jagung menempel

digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.bagi petani yang memiliki ternak

sapi, kulit jagung biasanya bisa untuk memberi makan sapi. Biji jagung dikeringkan

dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung. Ketika sudah kering, biji

(43)

sebagian disimpan sebagai persediaan, dan ada juga yang ditumbuk dan dikonsumsi

sebagai nasi jagung. Nasi jagung tidak kalah dengan nasi dari beras yang

sama-sama memberi porsi karbohidrat cukup yang dibutuhkan tubuh manusia. Nasi

jagung mengandung lebih rendah glukosa jika dibandingkan dengan beras. Para

penderita diabetes banyak yang dainjurkan mengalihkan konsumsi beras ke nasi

jagung sebagai pengganti karena rendah gula.

5. Februari

Bulan Februari petani sudah mulai memasuki panen yang pertama. Panen

padi dilaksanakan sekitar tanggal 5 Februari yaitu ketika padi berusia kira-kira 105

hari. Padi dipanen dengan cara dipangkas atau dibabat menggunakan sabit. Pohon

padi tidak seluruhnya dipangkas, dengan tujuan agar sisa dari pohon padi tersebut

dapat menjadi pupuk bagi tanah di bawahnya ketika sudah busuk dengan

sendirinya. Sama halnya dengan jagung dan padi, kedelai dipanen dengan

memangkas batangnya tidak sampai habis di akar. Biji-biji kedelai yang masih di

dalam kulit diambil dan dikeringkan. Ketika sudah kering, biji kedelai dapat

dikupas dari kulitnya. Kedelai dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tempe,

tahu, dan tauge. Pengolahan kedelai yang banyak dilakukan masyarakat Kecamatan

Panggang adalah tempe. Banyak produksi rumah tangga bergerak di Kecamatan

Panggang yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan pembuatan tempe. Kemudian

kacang tanah dipanen dengan cara mencabut batang kacang tanah sampai ke akar karena berdasarkan namanya “kacang tanah” biji kacang yang akan diambil berada

di dalam tanah. Berakhirnya musim panen menandakan akan segera dilaksanakan

(44)

pada akhir Februari atau di awal Maret. Lebar panen berasal dari kata lebar yang berarti “setelah atau sesudah”. Sehingga tradisi ini dilaksanakan setelah panen

selesai. Tradisi ini dilaksanakan sebagai sarana masyarakat Kecamatan Panggang

untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang telah diberikan. Hari

pelaksanaan dilaksanakan dengan menyesuaikan hari jadi Desa yang bersangkutan.

Kesepakatan hari biasanya sesuai dengan kesepakatan para tokoh masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat masakan secara bersama-sama

pada masing-masing lingkungan RT. Makanan tersebut terdiri dari nasi putih,

gudeg, oseng-oseng, dan kerupuk. Setiap kepala keluarga berkumpul ke rumah

ketua RT untuk mengikuti kenduri (doa bersama). Kenduri dipimpin oleh salah satu

tokoh masyarakat yang dipercaya bisa menuntun masyarakat di dalam doa. Setelah

selesai melaksanakan kenduri, makanan yang sudah disiapkan kemudian dibagikan

sama rata kepada semua kepala keluarga dalam kelompok RT tersebut.

6. Maret

Setelah berakhir masa panen di bulan Februari akhir, pertanian dilanjutkan

dengan penanaman palawija di musim tanam kedua. Akhir bulan Februari sampai

bulan Maret dilakukan persiapan lahan untuk musim tanam kedua dan dilanjutkan

penanaman kacang tanah dan kedelai. Ketela tidak lagi ditanam pada musim tanam

kedua. Ketela hanya ditanam sekali selama satu tahun, karena usia ketela untuk siap

dipanen memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 8 bulan. Begitu pula dengan

jagung. Jagung tidak ditanam pada musim tanam kedua ini. Hal ini disebabkan

jagung memerlukan air yang cukup banyak. Sedangkan Kecamatan Panggang tidak

(45)

hujan. Musim tanam kedua ini hujan sudah tidak banyak lagi. Selain kacang tanah

dan kedelai, kacang hijau dan kacang merah juga biasa ditanam bersama pada bulan

ini. Bulan ini disebut para petani sebagai Mareng ditandai dengan banyaknya

hewan bernama gareng. Karena bulan Maret banyak gareng maka musim tanam

kedua ini disebut Mareng. Pada saat tanaman berusia sekiatr 10 hari, kemudian

dilanjutkan pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah SP36, dengan perbandingan

1 hektar membutuhkan SP36 kurang dari 1 kuintal. Setelah selesai pemupukan,

petani mulai menyiangi tanaman dari gulma atau tanaman pengganggu sampai pada

bulan April.

7. April

Bulan April dilakukan pemeliharaan tanaman musim tanam kedua. Hama

selalu datang dan mengganggu tanaman para petani. Masalah hama inilah yang

sampai sekarang belum teratasi dengan baik. Banyak petani yang mengeluh adanya

hama tanaman. Aka tetapi, kembali seperti penjelasan di awal, masyarakat

Kecamatan Panggang penuh dengan keyakinannya dan menyerahkan semuanya

kepada Kuasa Tuhan.

8. Mei

Bulan Mei merupakan musim panen kedua. Kacang tanah dapat dipanen

pada usia sekitar 90 hari. Sedangkan kedelai dapat dipanen 10 hari lebih awal atau

berusia sekitar 80 hari. Setelah selesai memanen, kegiatan dilanjutkan dengan

penyempurnaan pupuk kompos atau pupuk kandang. Petani membuat pupuk

kompos dari pupuk kandang dan sampah-sampah organik yang dibuat di sekitar

(46)

dibuat di rumah. Tingkat keamanan yang ada di Kecamatan Panggang masih

tergolong bagus dan aman. Jarang terjadi pencurian hewan ternak yang ditempatkan

di ladang. Akan tetapi bahaya lain adalah anjing liar yang dapat memakan

hewan-hewan ternak di ladang. Pertanian sudah selalu berpasangan dengan peternakan.

Hal ini disebabkan keduanya saling membutuhkan. Pertanian membutuhkan pupuk

dari hewan, dan hewan membutuhkan makanan dari pertaian. Sehingga kedua

kegiatan ini tidak bida dipisahkan.

9. Juni

Pupuk yang sudah disiapkan pada bulan Mei, kemudian mulai dibongkar

pada bulan Juni. Pupuk tersebut diolah terus menerus dengan cara mencampur

pupuk kandang dengan sampah organik. Pencampuran pupuk tersebut disiapkan

untuk pemupukan di bulan Oktober pada musim tanam mendatang. Pada bulan ini

juga ada kemungkinan masih dilakukannya musim panen kedua, jika ada petani

yang mundur dalam melakukan penanaman.

10. Juli

Bulan Juli merupakan bulan paling santai bagi para petani. Hal ini

disebabkan pada bulan ini petani hanya menunggu ketela untuk siap dipanen. Oleh

karena itu, kegiatan kemasyarakatan biasanya dilaksanakan pada bulan ini.

Misalnya pembangunan infrastruktur yang ada di wilayah Kecamatan Panggang

yang melibatkan semua kalangan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan,

(47)

11. Agustus

Ketela pohon merupakan tanaman yang paling akhir masa panennya.

Karena ketela pohon memerlukan waktu 8 bulan untuk dapat dipanen. Pada bulan

Agustus ketela sudah siap untuk dipanen. Panen ketela bisa dilaksanakan smapai

pada awal September. Ketela dipanen dengan cara dicabut pohonnya dari akar,

sampai semuanya keluar. Kemudian ketela yang berkembang dari akar tersebut

dipangkas satu per satu. Ketela tersebut kemudian dikupas tipis-tipis sampai terlihat

putih. Setelah semuanya dikupas, ketela kemudian dikeringkan dengan cara dijemur

di bawah sinar matahari langsung. Ketela yang sudah kering lalu dikelola oleh para

petani. Sebagian ketela dijual ke tengkulak, sebagian disimpan untuk persediaan,

dan sebagian dikonsumsi. Setiap pohon ketela dapat menghasilkan sekitar 3 sampai

6 kilogram ketela. Cara mengkonsumsi ketela adalah dengan menumbuk halus

ketela yang sudah kering, dan dicampur dengan sedikit air, kemudian dikukus.

Makanan seperti itulah yang disebut thiwul. Thiwul merupakan makanan khas

Gunungkidul yang sudah mendunia namanya. Tidak sedikit orang yang telah

mengetahui bahkan merasakan enaknya thiul. Thiwul dapat digunakan sebagai

penggani nasi, karena sama-sama mengandung karbohidrat seperti nasi.

12. September

Setelah panen ketela berakhir di awal bulan September, kegiatan dilanjutkan

dengan persiapan lahan untuk musim tanam pertama pada tahun berikutnya. Pada

bulan September inilah masyarakat Kecamatan Panggang melaksanakan tradisi

Labuhan. Labuhan berasal dari kata labuh yang artinya membuang. Masyarakat

(48)

permohonan kepada Tuhan atas tanaman yang akan ditanam di bulan Oktober atau

musim tanam pertama. Sehingga tradisi labuhan dilaksanakan menjelang musim

tanam pertama. Dengan harapan segala tanaman yang ditanam atau dilabuh di

dalam tanah akan tumbuh dengan baik berkat Kuasa dari Tuhan. Tradisi labuhan

dilaksanakan di masing-masing RT. Waktu pelaksanaan biasanya menyesuaikan

hari jadi desa yang bersangkutan. Kecamatan Pangang terdiri dari 6 desa, sehingga

ada 6 kemungkinan pelaksanaan labuhan yang berbeda. Hari jadi tersebut misalnya

Jemuwah Pahing, Sabtu Legi, dan sebagainya. Hari tersebut merupakan nama hari

menurut orang Jawa. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membuat masakan

secara bersama-sama pada masing-masing lingkungan RT. Makanan tersebut

terdiri dari nasi putih, gudeg, oseng-oseng, dan kerupuk. Setiap kepala keluarga

berkumpul ke rumah ketua RT untuk mengikuti kenduri (doa bersama). Kenduri

dipimpin oleh salah satu tkoh masyarakat yang dipercaya bisa menuntun

masyarakat di dalam doa. Setelah selesai melaksanakan kenduri, makanan yang

sudah disiapkan kemudian dibagikan sama rata kepada semua kepala keluarga

dalam kelompok RT tersebut. Demikian selanjutnya sikus pertanian akan kembali

ke awal.

G. Kehidupan Sehari-hari Para Petani di Kecamatan Panggang

Masyarakat Panggang terdiri dari masyarakat yang majemuk, baik dari segi

kepribadian, agama, maupun pekerjaan. Telah dijelaskan di awal bahwa masyarakat

Panggang mayoritas bekerja sebagai petani. Pertanian di Kecamatan Panggang

menjadi sumber pemenuhan kebutuhan yang pokok bagi sebagian masyarakatnya.

(49)

Itupun musim panen palawija. Sedangkan kebutuhan pokok masyarakat Panggang

adalah padi. Akan tetapi panen padi hanya dapat berlangsung sekali dalam setahun.

Hal ini disebabkan pertanian di Kecamatan Panggang hanya mengandalkan

turunnya hujan, tanpa adanya pengairan lahan.

Meskipun pertanian menjadi pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan yang

pokok, namun masyarakat Panggang juga mempunyai pekerjaan sampingan selain

tani. Misalnya, menjadi pekerja buruh bangunan harian, dan bahkan pamong atau

perangkat desa dijadikan pekerjaan sampingan selain tani. Pamong atau perangkat

desa dijadikan pekerjaan sampingan karena hasil yang didapatkan belum bisa

mencukupi kebutuhan. Hasil dari bekerja di pemerintahan desa Kecamatan

Panggang adalah tanah sebagai bengkok yang merupakan tanah milik kas desa. Hal

ini seperti yang diungkapkan salah satu perangkat Desa di Kecamatan Panggang.

Sehingga sama saja harus mengerjakan tanah tersebut dengan sistem pertanian. Gaji

yang berupa uang dari pemerintah desa dirasa tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan.

Pertanian yang dilakukan masyarakat Panggang tidak selalu sukses dalam

panen. Kerugian panen juga tak jarang dialami oleh masyarakat Panggang.

Meskipun demikian, masyarakat tetap melakukan pertanian tersebut. Standar

perolehan hasil panen padi, jagung, kacang tanah, dan kedelai adalah sebagai

berikut.

Tabel 2.5

Daftar Perbandingan Harga Benih Tanaman, Hasil, dan Harga Panen

Benih Tanaman Modal Hasil Harga Benih

(@ 1 kg ; Rp)

Harga Hasil Panen (@ 1 kg ; Rp)

Padi 1 kg 175 kg 5.500 4.500

(50)

Kacang tanah 1 kg 75 kg 15.000 13.000

Kedelai 1 kg 50 kg 12.000 8.000

Tabel 2.6

Daftar Harga Pupuk Kimia yang Digunakan Masyarakat Panggang

Pupuk Harga (Rp) Banyaknya

Urea 95.000 50 kg

SP36 110.000 50 kg

Ponska 120.000 50 kg

H. Materi matematika SMP

Pemetaan aspek matematika dari budaya pertanian yang sudah digali

kemudian akan dilibatkan dalam materi-materi matematika SMP. Berdasarkan

Silabus Matematika SMP, berikut ini adalah mater-materi pokok matematika SMP

dari kelas 7 sampai kelas 9 baik semester 1 maupun 2.

1. Kelas 7 Semester 1

a. Bilangan Bulat dan Bilangan Pecahan

b. Bentuk Aljabar

c. Persamaan Linear Dua Variabel

d. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

e. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

f. Perbandingan dan Aritmetika Sosial

2. Kelas 7 Semester 2 a. Himpunan

b. Garis dan Sudut

c. Segiempat dan Segitiga

(51)

b. Relasi dan Fungsi

c. Garis Lurus

d. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

e. Teorema Pythagoras

4. Kelas 8 Semester 2 a. Lingkaran

b. Kubus, Balok, Prisma Tegak, dan Limas

5. Kelas 9 Semester 1 a. Kesebangunan

b. Tabung, Kerucut, dan Bola

c. Statistika

d. Peluang

6. Kelas 9 Semester 2

a. Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

b. Barisan dan Deret Aritmetika

c. Barisan dan Deret Geometri

I. Kerangka Berpikir

Kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan berbagai metode, seperti

ceramah, diskusi, berkelompok, dan pembelajaran kontekstual. Dalam

pembelajaran matematika, semua metode tersebut sangat perlu untuk diterapkan

agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dari guru ke siswa.

(52)

Penelitian ini akan mengangkat pembelajaran kontekstual sebagai fokus

utama dalam pembahasan. Konteks yang akan diambil adalah mengenai budaya

pertanian. Hal ini disebabkan matematika merupakan mata pelajaran yang abtsrak,

tidak sedikit siswa yang mengeluh dalam memahami matematika. Budaya pertanian

menjadi konteks pembicaraan penelitian ini karena dipengaruhi oleh pekerjaan

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneletian terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian kualitataif dan

kuantitatif. Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif. Dari

suku katanya saja dapat ditafsirkan bahwa kualitatif berarti kualitas atau mutu.

Menurut Prof.Dr.S.Nasution, MA. dalam bukunya yang berjudul Metode

Penelitian Naturalistik-Kualitatif halaman 5 disebutkan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunkan

anlisis. Jenis penelitian kualitatif ini memiliki ciri-ciri:

1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting” 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian

3. Sangat deskriptif

4. Mementingkan proses maupun produk

5. Mencari makna

6. Mengutamakan data langsung

7. Triangulasi

8. Menonjolkan rincian kontekstual

9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti

10. Mengutamakan perspektif emic yang artinya adalah mementingkan

(54)

11. Verifikasi

12. Sampling yang purposif (sampelnya sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian)

13. Menggunakan “ audit trail” (untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan)

14. Partisipasi tanpa mengganggu

15. Mengadakan analisis sejak awal

16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang di dalamnya terdapat etnografi. Penelitian ini ditalarbelakangi oleh

etnomatematika. Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan etnografi

untuk melihat etnomatematika yang terkandung, kemudian hasil yang didapat

diimplementasikan ke dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika

yang disarankan merupakan pembelajaran matematika dengan pendekatan

kontekstual.

B. Subjek Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dengan melibatkan beberapa petani di

Kecamatan Panggang.

Tabel 3.1

Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Desa di Kecamatan Panggang

NO DESA RESPONDEN

1 Girikarto Sutarsono

Pargiyo Harno Utomo

2 Girimulyo Ngajiman

Gambar

Gambar 3.1.   Triangulasi Data ..................................................................
Tabel 2.1 Siklus Kegiatan Pertanian Masyarakat Panggang
Tabel 2.3 Ilustrasi Penanaman Kacang Tanah pada Musim Tanam Kedua
Tabel 2.5 Daftar Perbandingan Harga Benih Tanaman, Hasil, dan Harga Panen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ilmiah dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: (1) melakukan observasi lapangan yaitu pengamatan langsung tentang dinamika hubungan antaretnis Bugi Kaili

Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Suporter Usia Dewasa Klub Sepak Bola Liga Eropa Di Kota Bandung.. Skripsi Jurusan Psikologi FIP

Dari prediksi perubahan garis pantai 10 tahun kemudian sebelum adanya bangunan pantai yang dilakukan dengan Program GENESIS, diperoleh hasil bahwa pada grid 5 – 18, 34 - 46 dan 64

Implementasi Augmented Reality dengan Memanfaatkan GPS Based Tracking pada Pembangunan Aplikasi Bandung Tour Guide Berbasis Platform Android.. Universitas

Kompensasi, dan Motivasi terhadap kinerja pada Karyawan Wanita Hotel Niagara Parapat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

Kami dapat membuat pola-pola yang lebih berguna dengan kelas karakter. Suatu kelas karakter adalah suatu item di dalam suatu pola yang dapat mencocokan karakter manapun di

Role Playing (Demonstrasi dan Eksperimen) pada Siswa Kelas XII SMKN 4 Banjarmasin”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Bagaimana aktivitas

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kejenuhan kerja ( burnout ) pada perawat, yaitu seperti konsep diri, motivasi kerja, tuntutan tugas,