ABSTRAK
Daerah di Indonesia saat ini memiliki prevalensi antara sedang sampai tinggi untuk hepatitis virus B dengan jumlah penduduk yang terkena adalah sekitar 10 - 15 juta dari total 2 milyar penduduk dunia yang pemah terinfeksi dan 350 juta yang telah
berkembang menjadi kronis. Hal terse but menjadikan hepatitis virus B patut diwaspadai agar prevalensi yang ada tidak semakin tinggi dan penurunannya pantas diupayakan.
Penulisan ini ditujukan untuk mahasiswa (kedokteran) serta pekerja kesehatan khususnya dan masyarakat luas pada umumnya agar mereka mengetahui apa hepatitis virus B, bagaimana gejala, manifestasi klinik, dan apa yang harus dilakukan serta bagaimana mencegahnya.
Umiunnya penderita hepatitis virus B memiliki prognosis baik, tapi kalau penyakit ini menjadi kronis maka prognosis akan membumk dan ini terjadi pada 3 % dari jwnlah penderita. Kecenderungan untuk menjadi kronis antara lain tergantung pada umur.
Upaya pencegahan dengan vaksinasi dapat dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menurunkan prevalensi hepatitis virus B dapat diberikan pada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi terkena hepatitis virus B. Dan petunjuk pada mereka yang menderita tentang bagaimana mereka dapat menularkan penyakit ini. PerIl! penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana menghindari penyakit ini.
IV-ABSTRACT
Prevalence of viral hepatitis B in Indonesia's areas today ranges from moderate to high where the amount of sufferers are around 10 -15 million of the total 2billion of those who had been infected and of 350 million of chronic sufferers in the world. It make viral hepatitis B deserves careful consideration in order that the prevailing prevalance does not increase, instead its decrease should be striven.
This writing was directed to (medical) students and health workers in particular and public in general in order to make them recognize what viral hepatitis B is, what is its clinical sign, its clinical manifestation, and what to do and how to prevent it.
Generally, viral hepatitis B sufferers have a good prognosis, but in case this disease get chronic the prognosis would worsen and it occurs in 3 % of the total sufferers. The tend to be chronic it such as depends on age of the sufferers.
Preventive attempt by vaccination can be conducted as. one of the ways to decrease prevalence of viral hepatitis B which is suitable for those groups who face high risk to be attacked by viral hepatitis B. It also important to give directions to the sufferers on the way they may spread the diseases. In addition, it is required extent ion to the population on how to avoid it.
-DAFT AR ISI
Ha1alnan ]udu1
...i
Lembar Persetujuan
...ii
Surat Penyataan
.iii
Abstrak iv
Abstract v
Prakata vi
Bab 1. Pendahu1uan ... 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. 1dentifikasi Masa1ah ... 2
1.3. Maksud dan Tujuan 2
IA. Kegunaan Penulisan . ... 3
1.5. Kerangka Pemikiran 3
1.6. Metodologi 3
I.7. Lokasi dan Waktu ... 3
Bab II. Tinjauan Pustaka 4
11.1. Definisi ... ... 4
11.2. Etio1ogi 4
11.3. Cara Penularan dan Epidemiologi 5
11.4. Pathogenesis Hepatitis Virus B 11
II.5. Perjalanan Penyakit 12
11.6. Diagnosis .. '" ... ... 15
II. 7. Diagnosis Banding. 19
II.8. Penatalaksanaan 20
II. 9. Prognosis . '" ... ... 22
11.10. Pencegahan 22
Bab III. Kesimpulan dan Saran 27
1I1.1. Kesimpu1an .. 27
111.2.Saran ... 28
Daftar Pustaka ... 31
BABI
PENDAHULUAN
L 1. Latar Belakang
Hepatitis virus B merupakan penyakit pada hati dan disebabkan oleh virus DNA. Hepatitis virus B lebih sering dijumpai dan lebih menular dibanding AIDS. Menurut WHO (1990) 2 rnilyar penduduk dunia pemah terinfeksi hepatitis virus B dan 350 juta diantaranya telah berkembang menjadi kronis. Dari jumlah tersebut sekitar 70 % penderita berada di kawasan Asia terutama Asia Timur dan Tenggara. Di Indonesia sendiri menurut hasil penelitian jumlahnya diperkirakan mencapai 10 - 15 juta penduduk. Kira-kira 5 - 10 % kasus infeksi hepatitis B berlangsung terus menjadi kronis bila tidak diobati, risiko terjadinya sirosis hati dan karsinoma hati akan meningkat. (Ali, 1995; Sulaiman, 1997; Sherlock, 1995)
Hepatitis virus B menyerang berbagai kelompok muur melalui cara penularan yang beragam, antara lain : secara horizontal melalui kulit atau selaput lendir dan secara vertikal melalui perinatal. (Ali, 1995; Friedman, 1996)
Kebanyakan penderita hepatitis virus B tidak menyadari bahwa dia menderita penyakit sehingga banyak yang terdeteksi pada saat sudah memasuki stadium lanjut. Selain itu ada juga pengidap (tanpa gejala) yang tidak menyadari bahwa dia mengidap karena tidak merasakan gejala atau mengalami apapun tapi pengidap (tanpa gejala) ini dapat menularkan hepatitis virus B tanpa dia menyadari kemampuan penularannya.
Perlu diusahakan agar penularan hepatitis VIruS B dapat dikurangi dengan melil1at kelompok muur mana yang merupakan kelompok muur terbanyak yang menderita hepatitis virus B dan juga cara penularan mana yang paling sering, dengan begitu kita dapat mencoba mengurangi angka kejadian dengan lebih
1
~--_.---
2
-memperhatikan usaha pencegahan pada kelompok-kelompok yang mempunyai
risiko tinggi menderita hepatitis virus B.
Selain itu juga untuk menjadikan
masyarakat lebih peduli akan bahaya hepatitis virus B sehingga mereka mau
melakukan upaya pencegahan dini daripada mengambil risiko terkena hepatitis
virus B.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Kelompok mana yang mempunyai risiko tinggi menderita hepatitis virus B? 2. Bagaimana cara memutuskan rantai penularan hepatitis virus B?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk pencegahan agar tingginya prevalensi dapat diturunkan?
4. Mengapa pengobatan pada penderita hepatitis virus B mengalami kegagalan?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud
dari penulisan
ini adalah
mengetahui
kelompok
mana yang
merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita hepatitis virus B dan
mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian
hepatitis virus B sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dini
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui kelompok mana yang berisiko tinggi menderita hepatitis virus B 2. Mengetahui cara untuk memutuskan rantai penularan hepatitis virus B 3. Mengetahui upaya pencegahan apa yang dapat dilakukan agar prevalensi
hepatitis virus B dapat diturunkan.
4. Mengetahui alasan yang menyebabkan kegagalan pengobatan hepatitis virus B.
~~ 3 ~~
-1.4. Kegunaan Penulisan
Kegunaan penulisan ini adalah agar masyarakat lebih waspada dan
sadar
untuk memeriksakan diri kalau mengalami gejala-gejala awal sehingga lebih
cepat mendapat pengobatan sehingga akibat yang lebih berat akan dapat dihindari
dan juga agar kelompok yang berisiko tinggi mau melakukan upaya pencegahan
dini karena menyadari akibat-akibat yang akan timbul
1.5. Kerangka Pemikiran
Hepatitis virus B merupakan penyakit yang berbahaya, tidak saja karena cara
penularan yang luas dan kadang-kadang tidak disadari risiko kalau terkena. Cara
penularan dapat secara vertikal maupun horizontal. Risiko untuk menjadi parah
tergantung umur seseorang terkena, makin muda saat ia terkena maka makin
besar kemungkinan menjadi parahnya. Sebenarnya ada cara yang efektif agar kita
tidak terkena hepatitis virus B yaitu dengan cara vaksinasi dan vaksinansi yang
ada cukup memadai untuk pencegahan terhadap penyakit itu.
Jadi yang
diperlukan adalah kesadaran akan bahayanya hepatitis virus B dan mengetahui
upaya apa yang harus dilakukan agar kita tidak terkena penyakit itu. (Ali, 1995;
Friedman, 1996; Suwigno dan Nurul, 1994)
1.6. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan cara studi kepustakaan
1.7. Lokasi dan Waktu
Lokasi penulisan karya tulis ilmiah ini bertempat di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dengan waktu penulisan adalah selama semester
genap tahun ajaran 2000/2001.
---._----BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
IV .1. Kesimpulan
Hepatitis virus B merupakan penyakit yang menyerang hati. Penyakit ini dapat menular secara horizontal maupun vertikal. Prevalensi hepatitis virus B me liputi 2 milyar penduduk dunia dan 70 % di antaranya berada di Asia. Di
Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 10
-15 juta penduduk terkena hepatitis
virus B. (AntJac, 2000)
Kelompok yang berisiko tinggi menderita hepatitis virus B adalah: (Widjaja, 1999; Zuckerman, 1995)
.
Kelompok umur 0- 18 tahun.
Kelompok umur 20- 29 tahun·
Individu yang memerlukan transfusi darah atau produk darah berulang·
lndividll yang bekerja di institusi untuk gangguan mental·
lndividu yang kecanduan atau pengguna NAPZA secara intravenalsuntikan·
Homoseksuallheteroseksual yang sering berganti pasangan dan prostitusi·
Individu yang bekerja di daerah yang memiliki prevalensi tinggi hepatitis virus B·
Pasien yang menderita defisiensi imun baik kongenital maupun didapat·
Bayi, anak atau orang yang sosioekonominya rendall dan prevalensi hepatitis virus B di daerahnya tinggiFaktor-faktor yang menjadi alasan mengapa suatll pengobatan gagal antara lain:
·
Dosis yang tidak cukup·
Terlambatnya suatu diagnosis ditegakkan-
---- ---
28-.
Ketidakpatuhan pasien dalam skema terapi yang direncanakan
.
Faktor sosioekonomi rendah yang menyebabkan
pasien tidak mampu
membeli obat yang diresepkan
Cara untuk memutuskan rantai penularan hepatitis virus B adalah dengan
cara pencegahan baik dengan vaksinasi ataupun dengan perbaikan higiene
lingkungan.
Pencegahan terutama dilakukan untuk kelompok-kelompok yang
memiliki risiko tinggi menderita hepatitis virus B. Perlunya pencegahan selain
untuk menurunkan prevalensi juga karena hepatitis virus B dapat ditularkan
taripa disadari misalnya oleh pengidap sehat juga karena dapat berkembang
menjadi sirosis hati dan karsinoma hati.
Jadi upaya pencegahan sebaiknya
dilakukan daripada kita mengambil risiko terkena hepatitis virus B (Widjaja,
1999)
IV. 2. Saran
Mengingat tingginya prevalensi hepatitis VIruS B serta besamya angka morbiditas atau mortalitas, terlebih lagi yang terkena adalah individu-individu yang masih produktif maka upaya-upaya untuk menurunkan prevalensi merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.
Program imunisasi nasional pada bayi adalah langkah yang tepat, tetapi
mengingat transmisi utama terjadi secara horizontal maka untuk mencapai
cakupan yang lebih luas,lebih efisien dan ekonomis maka imunisasi hepatitis
virus B dapat digabung dengan vaksinasi umum yang biasanya diberikan pada
bayi. Sedangkan pada etnik tertentu yang memiliki faktor risiko pengidap yang
diduga akibat transmisi vertikal maka imunisasi segera setelah persalinan sangat
dianj urkan.
--- --
29-Perlu diperhatikan bahwa lonjakan prevalensi teIjadi pada individu berusia
15
-20 tahun walaupun kelompok umur yang paling banyak adalah antara 20
-29 tahun. Hal ini diduga akibat mulainya aktivitas hubungan seksual. Karena
itu imunisasi sebelum masuk sekolah menengah juga dianjurkan.
Pemakaian
alat pribadi bersama juga tidak diperkenankan karena dapat tertular kalau ada
anggota keluarga yang terkena hepatitis virus B.
Untuk menghemat biaya program imunisasi nasional maka dapat dipakai
vaksin buatan dalam negeri yang menunjukkan hasil yang baik yang setara
dengan vaksin buatan luar negeri sangat dianjurkan.
Untuk masyarakat umum, kebersihan dan higiene pribadi perlu ditingkatkan,
pemakaian alat pribadi seperti : sikat gigi, alat makan, gunting kuku, sisir, alat
cukur, sebaiknya tidak dipakai bersama.
Untuk para pelajar perlu diberikan
pelajaran
sekolah mengenai
ilmu kesehatan, juga dibahas berbagai cara
penularan penyakit menular secara umum dan hepatitis secara khusus.
Sedang
untuk pengidap hepatitis virus B diingatkan dan diajarkan secara gamblang dan
kalau
perlu
diberi
buku
panduan
mengenai
bagaimana
mereka
dapat
menularkan penyakit tersebut ke keluarganya atau orang lain.
Juga perlu penyuluhan kepada para dokter, perawat, pekeIja di laboratorium
mengenai pentingnya mematuhi prosedur standar operasi untuk perawatan
medis terutama yang bersifat invasif.
Karena hepatitis virus B merupakan blood borne viruses maka penapisan terhadap para donor darah atau produk darah serta donor organ merupakan hal yang penting untuk mencegah penularan. Identifikasi individu yang menderita hepatitis virus B juga penting, terutama pada individu-individu yang mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi seperti : penderita talasemia, hemofilia, dan hemodialisis. Hal ini dilakukan agar dapat mencegah penularannya kepada orang disekitamya.
---.--- --.---
30-Dan yang tidak kalah penting adalah perbaikan keadaan sosioekonomi
masyarakat sebab berbagai penyakit menular termasuk hepatitis virus B dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, S.A., 1997, Hepatitis Virus Kronik; Ilmu Penyakit Hati, Pankreas, Kandung Empedu dan Peritonium; Buku Ajar (eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, , halaman : 265.
Ali, S., 1995, Virus Hepatitis A Sampai E di Indonesia, Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, cetakan pertama, halaman: 18- 19,40 - 42,
45 - 46.
Ant/ac (inisial), 2000, Alternatif baru Pengobatan Hepatitis B Kronis, Jakarta Kompas Cyber Media,
Center for Diseases Control and Prevention, 1996, Hepatitis Surveillance, Report Number 56, United States, halaman : 5- 6, 8.
Friedman, LS., 1996, Liver, Biliary Tract, and Pancreas, Current Medical Diagnosis
& Treatment (a LangeMedical Book),
New Jersey: Prentice
-Hall International
Inc., edisi 36, halaman : 610
~ 611.Hendrarahardja, 1997, Hepatitis B, Gastroenterologi Hepatologi, Jakarta: C.V. Sagung Seto, cetakan 2, halaman : 253 ~ 273.
Rahardja, H., 1997, Hepatitis Viral Akut; Ilmu Penyakit Hati, Pankreas, Kandung Empedu dan Peritonium; Buku Ajar (eds.), Ilmu Penyakit Dalamjilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, halaman : 251.
Sherlock, S., 1995, Hepatitis Virus; Penyakit Hati dan Sistem Saluran Empedu Jakarta, Widya Medika, cetakan II, halaman : 321 - 322, 328.
Sulaiman, A., 1997, Hepatitis Kronik; Gastroenterologi Hepatologi, Jakarta: C.V. Sagung Seto, cetakan 2, halaman : 304 - 305
Suwigno dan Nurul, A., 1994, Hepatitis Virus B, Ilmu Penyakit Dalam Soeparman Jilid I, Jakarta: Penerbit FKUI, edisi 2, halaman : 593 - 594.
Widjaja, S., 1999, Virus Hepatitis B, C, dan G, Jakarta: PT. Grasindo, halaman :1 -2, 157,182 - 184.
Worman, H.J., 1995, Hepatitis B; Diseases of the Liver, Columbia, halaman 1-5 Zuckerman, AJ., Harrison, T.l, and Zuckerman, IN., 1995, Viral Hepatitis Manson's
Tropikal Diseases, Philadelphia: Saunders, edisi 23, halaman : 672 - 676