• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai konsep dan teori yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan Konsep Diplomasi Kebudayaan, Konsep Soft Power dam teori Diplomasi Publik, juga disertai dengan Penelitian Terdahulu dan Kerangka Berpikir yang sudah penulis rancangkan.

2.1 Konsep

2.1.1 Konsep Diplomasi Kebudayaan

Konsep ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk usaha dari negara untuk dapat memperjuangkan kepentingan-kepentingan negaranya dalam ruang kebudayaan, pendidikan olahraga, ilmu pengatahuan, bidang mikro, dan beragam kesenian lainnya.

Diplomasi kebudayaan ini bukan hanya dilakukan oleh suatu perangkat dalam negeri atau yang disebut sebagai pemerintahnya saja, akan tetapi oleh banyak lembaga- lembaga seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yang disingkat dengan LSM.

Penerapan diplomasi kebudayaan ini dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok, individu, masyarakat yang termasuk dalam negara itu sendiri. Penerapan diplomasi kebudayaan ini juga dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu mikro dan makro.

Diplomasi kebudayaan dalam lingkup segi makro, pada umumnya merupakan hasil dari segala upaya budi daya manusia terhadap lingkungan. Jika diartikan bahwa kebudayaan itu secara keseluruhan mengandung sistem, gagasan, tindakan, dan juga hasil dari sebuah karya masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang memiliki hasil untuk dijadikan sebagai objek dalam mencapai kepentingan nasionalnya, dan dalam dimensi kebudayaan. Diplomasi budaya mikro merupakan hasil dari penerapan diplomasi kebudayaan makro, yaitu ilmu pengatahuan, pendidikan, kesenian dan olahraga. Diplomasi kebudayaan ini juga bukan hanya dapat dilakukan oleh kalangan tertentu saja, akan tetapi dapat dilakukan oleh berbagai macam kalangan, seperti masyarakat resmi maupun tidak resmi, pemerintah ataupun non-pemerintah (Vingalianti, 2019).

2.1.2 Konsep Soft Power

Konsep soft power merupakan konsep yang dikemukakan oleh seorang yang berasal dari Harvard University yaitu Joseph S. Nye Jr. Nye mengatakan bahwa soft

(2)

2

power merupakan kemampuan dari suatu negara agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Hal tersebut juga berfokus untuk menggunakan cara yang lembut atau menggunakan daya tarik yang halus dibandingkan dengan menggunakan cara kekerasan dalam bentuk paksaan atau pembayaran. Soft power ini lebih dikenal dengan kebudayaan dari suatu negara, dan soft power dianggap sebagai suatu aspek dari kemampuan suatu negara demi mencapai tujuan negara tersebut melalui cara mempengaruhi negara lain (Nye Jr, 2004). Walaupun soft power ini sering diartikan sebagai cara untuk mempengaruhi negara lain, nyatanya soft power ini tidak bisa juga untuk disamakan dengan pengaruh, karena untuk mewujudkan tujuan dari soft power harus menggunakan argument yang mengesankan sehingga dapat mempengaruhi orang lain.

Soft power menurut Nye bersumber dari tiga hal yang dimiliki negara-negara, yaitu nilai politik, kebijakan luar negeri dan kebudayaan, yang dimana ketiga hal tersebut digunakan oleh negara-negara lain untuk dapat mencapai tujuannya. Kebudayaan atau budaya merupakan dua hal yang berbeda yaitu budaya tinggi dan budaya populer.

Budaya tinggi ini dinilai sebagai bentuk karya sastra, pendidikan dan karya seni, yang dimana budaya tinggi ini sering minati oleh para kaum-kaum elit, sedangkan budaya populer ini berfokuskan pada huburan yang memiliki sifat yang dapat diakses oleh semua jenis dalam kalangan masyarakat. Sehingga, dengan timbulnya berbagai bentuk budaya populer ini menimbulkan suatu kemungkinan suatu negara dapat mencapai tujuannya dan mendapatkan akses di negara lain lebih bebas dalam mengemukankan pendapat, ekspresi dan mudah untuk terus saling menjalin hubungan baik dan selalu berdamai (Wulansuci, 2021).

2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Diplomasi Publik

Diplomasi merupakan kajian yang termasuk sebagai salah satu kajian utama didalam studi Hubungan Internasional. Diplomasi ini mencakup dalam pendekatan tradisional, dan diplomasi ini dapat didefinisikan sebagai suatu karya seni dalam bernegosiasi dengan negara yang lain. Akan tetapi terjadinya perubahan sifat pada diplomasi, yang dimana diplomasi ini mengarah kepada manajemen hubungan antar

(3)

3

negara dan juga aktor hubungan Internasional yang lainnya. Diplomasi publik pertama kali digunakan pada tahun 1871 di media The london Times, dan pada saat itu mereka menggunakan kata tersebut untuk di pakai dalam mengkritik kebijakan Presiden Franlin Pierce. Hal tersebut dilakukan agar mendorong presiden Pierce agar dapat memberikan contoh kepada masyarakat dalam suatu proses berdiplomasi. Kata lainnya yaitu diplomasi publik ini dapat didefinisikan sebagai suatu cara dalam menjelaskan kebijakan terhadap publik (Effendi, 2011).

Diplomasi publik merupakan salah satu bentuk dari soft power yang dilakukan oleh negara, dan juga dapat dengan kata lain bahwa diplomasi publik merupakan salah satu cara yang digunakan oleh negara untuk dapat mencapai tujuan atau kepentingan negaranya. Kepentingan negara juga harus melalui informasi-informasi yang ada.

Selain itu, suatu peran dari diplomasi publik ini dapat dikatakan sangat signifikan dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia. hal tersebut dikarenakan dapat membangun dari segi pola pikir positif masyarakat dunia mengenai Indonesia dan kebudayaannya (Shoelhi, 2011). Diplomasi publik juga dilakukan oleh Indonesia dalam memperoleh kepentingan nasionalnya, salah satunya yaitu seperti diplomasi indonesia di Jepang melalui Rumah Budaya Indonesia.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori diplomasi publik dan lebih memfokuskan kepada tokoh Jen Melissen yang akan berkaitan dengan upaya Indonesia dalam menjalankan diplomasi kebudayaannya di negara Jepang. Jen Melissen dalam tulisannya yang berjudul “The New Public Diplomacy: Between Theory and Practice” menyatakan bahwa, diplomasi publik ini baru saja melampaui penyebaran informasi publik asing dan menuju kepada hubungan keterlibatan dengan publik asing (Melissen, 2005).

Jen Melissen juga menyatakan bahwa diplomasi publik baru adalah salah satu bentuk interaksi yang mendalam dibandingkan dengan diplomasi publik (Putri Mentari Racharjo, 2019). Dalam membangun hubungan budaya atau berdiplomasi publik baru ini, tidak hanya sekedar menyebar informasi atau pesan, akan tetapi sama- sama membangun hubungan dengan publik. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan baik juga dengan publik asing dan diplomasi publik baru dalam hal hubungan budaya pada umumnya lebih mengarah kepada proses jangka panjang.

(4)

4

Begitu juga dalam penelitian ini penulis ingin mengaitkan penelitian ini dengan teori diplomasi publik yang lebih mengarah ke diplomasi publik baru Jen Melissen. Dalam melalukan diplomasi publik atau membangun hubungan budaya itu harus memiliki proses, terlebih proses dalam jangka panjang untuk mendapatkan hasil kerjasama yang baik dalam memenuhi kepentingan nasional.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Annisa Firdausi (2021), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membahas mengenai

“Diplomasi Budaya Indonesia di Jepang Melalui Rumah Budaya Indonesia”.

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk mengetahui kepentingan Indonesia dalam diplomasi kebudayaan di Jepang dan dapat mengamati diplomasi kebudayaan Indonesia di Jepang dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, diplomasi budaya dan diplomasi publik. Hasil dari penelitian ini yaitu peulis menyimpulkan bagaimana kerjasama Indonesia dengan Jepang melalui diplomasi kebudayaan Rumah Budaya Indonesia di Jepang, serta dapat menganalisa mengenai Indonesia melakukan kegiatan diplomasi kebudayan demi kepentingan nasional dan kepentingan lain-lainnya, sehingga Jepang mau untuk bekerjasama dengan Indonesia dan Indonesia dapat diterima baik oleh Jepang.

Peneliti kedua yaitu Asep Kamaludin (2019), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, yang membahas mengenai “Implementasi Diplomasi Kebudayaan Indonesia di Jepang Melalui Rumah Budaya Indonesia (RBI) Periode 2017-2019”. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu, untuk menganalisis tentang implementasi diplomasi kebudayaan Indonesia di Jepang melalui Rumah Budaya Indonesia (RBI) periode 2017-2019. Hasil dari penelitian yang penulis dapatkan yaitu bahwa Rumah Budaya ini berpengaruh terhadap citra positif negara Indonesia dan meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian negara melalui wisatawan.

Peneliti ketiga yaitu Augusty Viglianti (2019), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membahas mengenai “Diplomasi Indonesia Melalui Rumah Indonesia Di Singapura periode 2013-1015”. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu, menganalisa dalam suatu Implementasi diplomasi budaya melalui

(5)

5

Rumah Budaya Indonesia di Singapura dalam periode 2013-2015. Hasil dari penelitian yang penulis dapatkan yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui rumah budaya Indonesia ini adalah bentuk upaya-upaya diplomasi kebudayaan dalam rangka meningkatkan citra positif untuk membentuk opini atau pandangan publik Singapura terhadap Indonesia. Kekayaan budaya menjadi kekuatan utama bagi diplomasi kebudayaan Indonesia. Rumah Budaya Indonesia menitikberatkan pada penggunaan dan atraksi budaya sebagai soft power yang menarik perhatian dan apresiasi publik di Singapura. Kebudayaan berhasil digunakan oleh Indonesia sebagai instrumen yang berguna dalam meningkatkan eksistensi Indonesia melalui berbagai macam kegiatan promosi budaya.

Mengacu dari penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan yaitu, pada penelitian Annisa Firdausi (2021) terdapat perbedaan pada fokus pengambilan data penelitian dan dalam penelitan Annisa ini lebih mengarah kepada alasan Indonesia dalam menggunakan diplomasi budaya dengan membangun Rumah Budaya di Jepang. Sehingga terdapat perbedaan argumen. Pada penelitian Asep Kamaludin (2019), yang dimana penelitian ini memfokuskan pada implementasi diplomasi kebudayaan indonesia di jepang melalui rumah budaya indonesia dengan menggunakan fokus di tahun 2017-2019. Sehingga peenelitian ini lebih mencari data utama dari tahun 2017-2019 dan dikembangkan melalui argumen penulis. Pada penelitian Augusty Viglianti (2019), terdapat perbedaan berupa perbedaan lokasi pengambilan data dan penulis memfokuskan pada periode 2013- 2015. Penulis ini menggunakan fokus penelitian diplomasi Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Singapura, dan tentunya penulis ini menggunakan argumen berbeda.

(6)

6 2.4 Kerangka Berpikir

Diplomasi Kebudayaan

Indonesia Jepang

Rumah Budaya Indonesia

Bagaimana pengaruh dari Rumah Budaya Indonesia terhadap budaya Jepang, melalui

Diplomasi Kebudayaan?

Menggunakan teori Diplomasi publik

Diplomasi budaya yang dilakukan oleh negara Indonesia (pemerintah), melalui program Rumah Budaya Indonesia yang ada di Jepang tahun 2017-

2021.

Menggunakan konsep Diplomasi Kebudayaan dan

konsep Soft Power

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisisk dan proses berpengaruh

Kajian ini dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menjadikan teory Ministry Of Agriculture and Fishery-Japan sebagai dasar dalam

• PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), entitas anak SSIA di bidang unit jasa konstruksi, dalam 9M2015 mencatat pendapatan sebesar Rp 2.745,3 miliar (termasuk pengerjaan proyek dari

Murid melakukan kerja penyediaan batas di dalam kumpulan seperti membersih kawasan dan menggembur tanah membina batas dan pembajaan asas.. Huraian Sukatan Pelajaran Kemahiran

Bus adalah jalur-jalur fisik yang mengubungkan CPU dengan memori dan unit lain dari mikrokontroler. Jalur-jalur ini tergabung dalam satu grup, jalur inilah yang

Pada layar ini yang tampilannya dapat dilihat pada gambar 4.5, ditampilkan general life table yang memuat angka harapan hidup saat lahir hingga tua untuk laki-laki dengan

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Ada empat faktor yang mempengaruhi subsidense: vertical “shrinkage” pada lapisan atas akibat pengeringan, perpaduan (konsolidasi) pada lapisan bawah, Oksidasi