• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs MUHAMMADIYAH 04 PURBALINGGA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs MUHAMMADIYAH 04 PURBALINGGA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTs MUHAMMADIYAH 04 PURBALINGGA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

SOSIAL

UDANG LUTHFULLAH MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : udangluthfullah42@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di kelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga. Hal ini berdasarkan pada minat belajar siswa yang kurang respon dengan pembelajaran menggunakan media cetak dan sejenisnya. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar yang kurang memiliki semangat dalam pembelajaran.

Penelitian ini dirancang melalui dua siklus dengan masing-masing siklus mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan. Penelitian menggunakan metode observasi, untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar pada siswa dilakukan perbandingan antar siklus dan dengan patokan penilaian yaitu tingkat motivasi yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran.

Simpulan penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga mengalami peningkatan setelah menggunakan media pembelajaran audio visual. Pada pra tindakan dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaranmotivasi belajarnya hanya mencapai 20 anak yang aktif. Sedangkan setelah diadakan tindakan hasilnya meningkat secara maksimal yaitu hampir seluruhnya merasa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kata Kunci : Media Sosial Sebagia Motivasi Belajar Siswa

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan derajat hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

(2)

terbentuknya kepribadian yang utama (Tafsir, 1991: 12). Pendidikan diartikan pula sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pemerintah RI, 2003: 5).

Sementara itu, pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pemerintah RI, 2003: 9).

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut adalah melalui proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang bahkan dalam syariatnya, seorang muslim diwajibkan untuk terus menuntut ilmu sepanjang hayatnya.

Kajian agama Islam dalam lembaga pendidikan formal dibagi menjadi beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah fikih. Pembelajaran fikih merupakan suatu program pendidikan yang ada pada sekolah atau madrasah, yang wajib disosialisasikan, diaktualisasikan dengan memakai sistem pembelajaran baik teori maupun praktek yang menyangkut ibadah dan muammalah melalui bimbingan, agar peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional dan kreatif. Hal ini dikarenakan mata pelajaran fikih sangat memfokuskan pada karakter (pembentukan) seorang muslim yang mampu memahami dan melaksanakan syariat Islam, sehingga menjadi muslim yang cerdas, terampil, berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Al- Qur’an dan Hadits.

Kemudian berkenaan dengan strategi pendidikan, penguasaan terhadap metode pembelajaran (dalam hal ini mata pelajaran fikih) merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisen. Guru harus memahami kedudukan penting metode dalam pembelajaran dan mempraktekkannya

(3)

dengan benar. Metode dalam proses pembelajaran memiliki kedudukan sebagai motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan (Sanjaya, 2005: 13).

Metode adalah salah satu kunci kepahaman yang sangat berpengaruh terhadap para peserta didik. Penerapan metode yang tepat akan memudahkan mereka memahami materi serta mudah dalam mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari, artinya bahwa pemilihan metode yang baik akan sangat berdampak terhadap hasil sebuah pembelajaran. Dengan kata lain, ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar, yang pada gilirannya berakibat pada terbuangnya waktu dan tenaga secara percuma.

Penggunaan metode pembelajaran pada pelajaran fikih di tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) misalnya, harus disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang diajarkan. Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran fikih di MTs yang berfungsi yakni mengarahkan dan mengantarkan peserta didik agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi muslim yang senantiasa taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian ini Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara profesional (Muslich, 2009: 9). Tahap-tahap praktis pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dijabarkan secara jelas dan mudah dipahami.

Menurut Kemis dan Taggart salah satu karakteristik model PTK semacam ini adalah mencakup empat langkah, yaitu: 1) merumuskan masalah dan merencanakan tindakan, 2) melaksanakan tindakan dan pengamatan atau monitoring, 3) refleksi hasil pengamatan, dan 4) perubahan atau revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Keempat komponen penelitian tindakan tersebut dilaksanakan dalam suatu spiral yang saling terkait (Ghoni, 2008: 15). Keempatnya merupakan satu siklus (Taniredja, dkk, 2011: 24) dengan digambarkan sebagai berikut:

(4)

dst… Revised Plan Plan

Reflect Act & Observe Reflect Act & Observe

Bagan 3.1:

Alur Penelitian Tindakan Kelas B. Setting Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan bertempat di MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga yang terdiri dari 2 siklus. Deskripsi awal peneliti lakukan pada hari Kamis tanggal 21 November 2022 pada pukul 09.55 – 11.15 WIB pada saat pembelajaran mata pelajaran Fiqih di kelas VIII

C. Subjek, Objek dan Kolaborator Penelitian

Subjek penelitian yaitu benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2002: 16). Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru fikih dan siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purballingga.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah metode observasi, Tanya jawab, dokumentasi,.

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian (Hadi, 2005: 129). Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan optimalisasi media pembelajaran yang digunakan pada kelas VIII semester I melalui RPP yang telah dipersiapkan, respon siswa, suasana atau kondisi kelas secara keseluruhan.

Hasil observasi yang didapatkan berkaitan dengan respon siswa dan kondisi kelas ketika pembelajaran dilaksanakan dan peneliti tuangkan pada lampiran lembar observasi sebagai alat pengumpul data.

(5)

2. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawan adalah guru memberikan perihal pertanyaan yang berkaitan dengan minat belajar siswa dengan menggunakan media social sebagai media pembelajaran.

Metode ini digunakan dalam rangka mencari data tentang motifasi belajar siswa dengan menggunakan media social

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data tentang hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 202). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data yang bersifat dokumentatif, yang meliputi dokumen-dokumen berupa silabus, buku mata pelajaran fikih, daftar KKM, daftar nilai, dan lain sebagainya.

4. Tes

Tes adalah sehimpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan- pertanyaan yang harus dipilih, ditanggapi atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau atribut dari orang yang dites tersebut (Surapranata, 2004:

19). Tes disini berupa pertanyaan yang berkenaan dengan pengunaan media pembelajaran sekaligus sebagai materi selama proses pembelajaran berlangsung untuk kemudian diperoleh data yang akan dikaji sebagai alat pengumpul hasil.

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Awal

Sebagaimana yang peneliti sampaikan pada latar belakang masalah sebelumnya bahwa hasil pembelajaran fikih di kelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga berupa penggunaaan media sosial sebagai sumber pembelajaran. Dari jumlah keseluruhan 36 orang, siswa yang mengikuti pembelajaran baru sebanyak 12 siswa (34%) yang memiliki motifasi dalam belajar, sedangkan siswa yang belum termotifasi dalam belajar masih tersisa 24 siswa (66%).

Dari hasil observasi tersebut, terlihat bahwa masih banyak siswa yang masih kurang memiliki motivasi dalam belajar dengan menggunakan media selain media sosial. Meskipun proses pembelajaran tetap berjalan akan tetapi kurang maksimal siswa dalam mengikuti proses tersebut.

(6)

Meskipun banyak sekali faktor yang bisa jadi mempengaruhi minat belajar siswa, peneliti bersama-sama dengan teman sejawat dalam hal ini guru pelajaran fikih kelas VIII ikut berupaya untuk bisa memperbaiki kualitas pembelajaran melalui semacam tindakan khusus/treatment tertentu yakni pilihan yang ada adalah dengan upaya optimalisasi atau perbaikan penggunaan metode dan model pembelajaran dengan berbagai ragam variasinya.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

Tindakan yang peneliti lakukan bekerjasama dengan kolaborator disiklus I ini terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 21 November 2022 dan pertemuan kedua juga pada hari yang sama berikutnya yakni tanggal 28 November 2022. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 40 menit dan antara pertemuan pertama dengan kedua adalah menyatu, artinya pertemuan kedua merupakan kelanjutan dari kegiatan pada pertemuan pertama. Dalam siklus I ini, peneliti melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hal-hal yang peneliti lakukan bersama kolaborator adalah meliputi membuat RPP, menyiapkan metode pembelajar berbasis penggunaan media social yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan, membuat alat pengumpul data observasi berupa pedoman dan hasil observasi serta lembar penilaian.

2. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan Awal

Setelah bel pergantian jam pelajaran berbunyi, guru masuk ke dalam ruang kelas VIII. Sesudah mengucapkan salam dan do’a yang dipimpin oleh ketua kelas, guru kemudian memanggil satu persatu siswa untuk cek presensi/ kehadiran.

Guru menyebutkan materi yang akan dipelajari pada hari tersebut dan menyampaikan tujuan pembelajarannya. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dan materi sebelumnya dalam hal ini tentang bagaimana tata cara dan ketetnuan pelaksanaan ibadah puasa bagi seorang muslim.

Guru menarik perhatian siswa dengan menunjukkan media pembelajaran yang akan digunakan yakni menampilkan materi pembelajaran dengan menggunakan media social ( youtube ).

(7)

Untuk itu, perlu dilakukan tindakan penguatan atau pendalaman penggunaan media social sebagai media pembelajaran dalam rangka memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Guru tak lupa senantiasa memberikan motivasi kepada para siswa untuk makin rajin dalam belajar dan juga beribadah serta selalu menjaga kondisi kesehatan.

2) Kegiatan Inti

Siswa menerima kembali penjelasan materi tentang ketentuan pelaksanaan ibadah puasa yang nantinya harus dipresentasikan didepan kelas secara individu dan juga berkelompok sesuai dengan yang Ibu guru akan tentukan. Dalam penyampaian materi tersebut, guru memperkuat penggunaan media social serta memperagakan atau memberikan contoh bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah puasa yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan syara.

Sesudah Bapak guru mengulangi penjelasan sembari mendeskripsikan tentang puasa sehingga setiap siswa dianggap telah cukup paham, ia langsung mengambil daftar kehadiran dan memanggil satu per satu nama siswa secara acak untuk mulai menjelaskan ketentuan ibadah puasa didepan kelas. Dalam pelaksanaan presentasi tersebut, sesekali ada siswa yang keliru atau lupa karena konsetrai siswa dalam pemelajaran , guru segera berupaya membenahi dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengulang satu kali.

Walaupun memiliki hasil nilai yang lebih baik dari sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran inti pada pertemuan kesatu dan kedua pada siklus I ini relatif dominan sama. Respon siswa dan kondisi kelas secara keseluruhan peneliti tuangkan dalam lembar hasil observasi.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir hanya meliputi kesimpulan secara ringkas materi pembelajaran beserta evaluasi nilainya. Setelah itu guru memberikan PR kepada para siswa untuk terus menjaga membiasakan melaksanakan ibadah puasa baik yang wajib atau yang sunnah baru kemudian menutup pertemuan.

Pada pertemuan II semua siswa telah selesai melaksanakan pembelajaran. Kemudian guru megamati proses pembelajaran terutama berkaitan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Setelah guru menyimpulkan seluruh materi/ kegiatan pembelajaran dengan beberapa pesan atau nasehat kepada para siswa, ia kemudian menutup kegiatan pembelajaran dengan do’a dan salam.

(8)

C. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah dibuat peneliti sesuai dengan RPP yang dibuat dalam perencanaan. Dari hasil observasi tersebut guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Peneliti juga melakukan observasi terhadap respon siswa, dan kondisi kelas secara keseluruhan. Hasil yang berkaitan dengan respon siswa dan kondisi kelas secara keseluruhan peneliti ceritakan pada lembar hasil observasi.

a.Refleksi

Setelah melakukan tindakan pada siklus I dan hasil evaluasi/ nilai test tertulis juga sudah dikoreksi, peneliti bersama dengan kolaborator mengadakan refleksi terhadap tindakan tersebut.

Peneliti kemudian melakukan analisis terhadap hasil pengamatan dari motifasi siswa dalam mengikuti pembelajaran .

1)Selisih hasil awal dan akhir

Selisih ini diperoleh dari penggunaan media social sebagai media pembelajaran menunjukkan kenaikan dalam hal motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. pada mata pelajaran fikih pokok bahasan ketentuan ibadah puasa di kelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga.

Peneliti bersama guru kolaborator melakukan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil refleksi tersebut antara lain:

1)Berkaitan dengan hasil belajar (evaluasi/ tes)

Dari hasil tes yang diperoleh terlihat bahwa ada 32 siswa yang motivasi belajarnya mengalami peningkatan dan 3 orang siswa mengalami kesamaan nilai serta 1 orang mengalami penurunan nilai dibandingkan dengan pra tindakan.

Dengan tindakan menggunakan model pembelajaran menggunakan media social ini, kebanyakan siswa bisa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran tetang ketenuan ibadah puasa individu maupun berjama’ah.

Secara umum, prosentase kenaikan motivasi belajar siswa yaitu 80,5 % sudah sesuai indikator keberhasilan. Namun demikian, beberapa siswa yang belum termotivasi tersebut perlu kembali diperbaiki mengingat materi ini adalah materi yang penting untuk dikuasai dalam kehidupan beragama sehari-hari.

2)Berkaitan dengan proses pembelajaran

(9)

a)Berkaitan dengan siswa

Dalam pelaksanaan siklus I ini, siswa sudah lebih aktif dan antusias Jumlah keseluruhan siswa adalah 36 orang yang terdiri dari laki-laki 18 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 18 orang siswi. Memang ada beberapa orang siswa yang pada awalnya tidak ada semangat dalam mengikuti pembelajarn. Akan tetapi kendala tersebut akhirnya dapat tertangani dengan baik.

b)Berkaitan dengan guru

Dalam pelaksanaan tindakan, guru sudah cukup mampu mengondisikan kelas meskipun masih ada satu dua siswa yang masih menunjukan kurang semangat dalam pembelajaran.

Dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I ini, peneliti bersama kolaborator akan melakukan upaya perbaikan pada siklus II melalui strategi optimalisasi penggunaan media social sebagai media pembelajaran yang lebih inovatif dengan harapan semua siswa dapat lebih antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran denga materi ketentuan ibadah puasa.

Dan akhir darinya adalah seluruh siswa nantinya dapat memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran.

D. Deskripsi Hasil Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini juga terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua yakni pada tanggal 1 dan 8 Desember 2022. Pada siklus II ini materi yang diajarkan hal-hal yang membatalkan ibadah puasa. Guru mempersilakan siswa untuk menyebutkan hal-hal yang membatalkan ibadah puasa sesuai dengan yang pernah dilakukan dalam kehidupan ssehari-hari.

Pada siklus II ini fokus peneliti berusaha memperbaiki pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus sebelumnya yakni mengantarkan siswa untuk lebih termotifasi dalam pemelajaran. Adapun langkah-langkah tindakan yang peneliti lakukan pada siklus II antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam perencanaan pada siklus II ini peneliti bersama kolaborator membuat RPP perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, menyiapkan aplikasi di media social untuk dijadikan media dalam pembelajaran yang nantinya diterapkan dalam pelaksanaan tindakan, membuat alat pengumpulan data observasi berupa pedoman observasi, lembar hasil observasi, dan lembar penilaian serta menentukan teknis penugasan, kuis/tes , tugas kelompok materi macam-macam puasa ditinjau dari hukumnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

(10)

Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir.

Tindakan pada siklus II meliputi 2x pertemuan sebagaimana pada siklus sebelumnya. Pada pertemuan pertama laporan pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Setelah bel pergantian jam berbunyi, siswa beristirahat sejenak dan guru masuk ke ruang kelas. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!”, siswapun menjawab

“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh!”. Setelah do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas, guru kemudian mencoba menanyakan kabar seputar kesehatan kepada para siswa disamping juga PR penjagaan pengertian puasa dan rukun –rukun ibadah puasa yang ditugaskan pada minggu sebelumnya. Sebagian siswa menjawab “saya sudah memahami tentang rukun ibadah puasa tapi kadang-kadang masih sedikit lupa!”, sebagian lagi mengatakan sudah memahami.

Sebelum memulai materi pembelajaran, sejenak guru memotivasi siswa untuk semakin rajin dalam belajar dan juga beribadah karena pahala dari ibadah yang kita lakukan kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt termasuk ibadah puasa yang kita lakukan. Salah satu juga berkaitan dengan ibadah yang lain yaitu puasa.

2) Kegiatan Inti

Sesudah seluruh siswa memasuki ruang kelas , mereka kemudian mendengarkan penjelasan singkat dari Bapak/Ibu guru tentang materi hal-hal yang membatalkan ibadah puasa , tidak hanya kewajiban bagi muslim yang masih hidup, tetapi juga kebutuhan hidup dan sebagai penanaman nilai-nilai disiplin, tanggung jawab.

Untuk itulah siawa bergabung dalam kelompok yangt terdidri dari 4-5 orang, sebaiknya kelompik dibagi secara heterogen yang terdidri atas siswa yang beragam latar belakng misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku dll.

Sesaat kemudian guru menyampaikan bahwa pembelajaran pada kali ini adalah siswa melakukan analisa berkaitan dengan hal-hal yang dapat membatalkan ibadah puasa.

Sesudah guru menjelaskan , siswa mengamati tayangan power point yang guru tampilkan berkaitan dengan materi pembelajaran serta memberikan kesemmpatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaaan berkaitan materi yang belum dipahami

3) Kegiatan Akhir

(11)

Setelah semuanya selesai pada pertemuan pembelajaran, guru kembali mengingatkan arti pentingnya beribadah khususnya dalam hal ibadah puasa mumpung masih diberi kemampuan untuk bisa menjalankan ibadah puasa, kemudian guru beserta siswa menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang selanutnya menutup pembelajaran dengan do’a bersamadipimpin oleh ketua kelas.

Adapun laporan pelaksanaan pada pertemuan kedua di siklus II ini yaitu antara lain:

1) Kegiatan Awal

Siswa disuruh untuk mengamati dari penayangan power point dan penjelasan guru tetang hal-hal yang dapat membatalkan ibadah puasa. Untuk mengondisikan seluruh siswa, guru melakukan cek kehadiran sebelum pembelajaran dimulai.

Setelah dianggap cukup, baru kemudian Ibu guru mengucapkan salam;

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!”. Siswa menjawab secara bersama; “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh!”.

“Sekarang mari kita berdo’a terlebih dulu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran tentang hal – hal yang dapat membatalkan ibadah puasa ini dimulai

“Bismillaahirrohmaanirrohiim””, guru membimbing para siswa untuk melakukan do’a.

2) Kegiatan Inti

Siswa mendapat penjelasan ulang mengenai pengertian puasa dan rukun- rukun ibadah puasa. Pada pertemuan ini, hanya ada beberapa siswa yang belum memahami tetang rukun puasa dan pengertian puasa berdasar pengertian syara.

Akhirnya dalam jangka waktu dua pertemuan, seluruh siswa telah memahami ketentuan pelaksanaan ibadah puasa.

3) Kegiatan Akhir

Sebagaimana siklus sebelumnya kegiatan akhir yang diselenggarakan dalam pembelajaran meliputi kesimpulan mengenai materi ketentuan dalam pelaksanaan ibadah puasa sekaligus evaluasi hasil pembelajarannya berupa tes secara Tanya jawan, baru kemudian guru menutup pertemuan dengan memberi nasehat, do’a dan salam.

E. Observasi

Secara umum, berdasarkan pengamatan peneliti dan juga dari hasil evaluasi pembelajaran, dalam pertemuan di siklus II ini siswa lebih aktif, suasana juga lebih mudah untuk dikendalikan meskipun ada beberapa siswa

(12)

yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran khususnya pada pertemuan kedua. Kendati demikian masih saja ada siswa yang sesekali berbicara atau bercanda, meski hanya sebentar dan tidak terlalu mengganggu proses pembelajaran.

Respon siswa terhadap optimalisasi penggunaan media social ini juga cukup tinggi terlihat dari antusiasme dan keaktifan mereka dalam mengikuti proses pembelajaran.

F. Refleksi

Setelah tindakan pada siklus II selesai dilakukan, peneliti bersama dengan kolaborator mengadakan refleksi seperti siklus I.

Dari evaluasi pada siklus II, diperoleh hasil yang peneliti simpulkan bahwa penggunaan media social ( you tube, dan yang lainnya ) sangat bermanfaat dalam memotifasi siswa dalam mengikuti pembelajaran , siswa lebih termotifasi dan tertarik dengan penggunaan media social sehingga proses pembelajaran menjadi lebih mengena dan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaiakan .

Dari hasil pengamatan dan pantauan pada siklus II ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengalami peningkatan respon yang baik dalam mengikuti pembelajaran yakni sebanyak 34 orang, meskipun tersisa 2 orang yang masih terlihat kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran yang disebabkan factor lain .

Jadi, prosentase keberhasilan siswa sebesar 97 % dalam mengikuti pembelajaran.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan tindakan yang meliputi dua siklus, peneliti mendapatkan data hasil PTK. Data tersebut peneliti analisis menggunakan metode observasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika pembelajaran fikih dikelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga dibelajarkan dengan menggunakan media social sebagai media pembelajaran akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi tentang ibadah puasa dan ketentuannya.

Hal ini sesuai dengan indikator keberhasilan yang peneliti targetkan.

Minat belajar siswa setelah dilakukan tindakan menggunakan media social sebagai media pembelajaran lebih memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, Fakta ini terlihat dari pemgamatan yang peneliti lakukan bersama dengan guru mata pelajaran fikih.

(13)

Hasil pengamatan yang dilakukan sebelum peneliti melakukan tindakan menunjukkan bahwa minat belajar siswa hanya mencapai 86 %. Hasil siklus I menunjukkan bahwa peningkatan minat belajar siswa dari hasil siklus II meningkat lagi menjadi 97 %. Sesudah dilakukan tindakan menggunakan media social sebagai sumber pembelajaran, prosentase hasil belajar pelajaran fikih siswa yang mengalami kenaikan pada siklus I sebesar 86 % dan pada siklus II naik maksimal 97 %. Dengan demikian, prosentase hasil belajar siswa telah mengalami kenaikan yang ditetapkan yakni > 70%.

Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan, maka dapat membuktikan bahwa hasil observasi serta hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih di MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga kelas VIII dengan menggunakan media social” dapat berjalan secara lancar dan maksimal, juga menyenangkan serta menarik perhatian siswa” dan “aplikasi media social dalam pembelajaran fikih ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga tahun pelajaran 2022/2023 Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga” dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, J. A. N., & Khan, N. A. (2020). Exploring the role of social media in collaborative learning the new domain of learning. Smart Learning Environments, 7(6), 1–9. https://doi.org/10.1186/s40561-020-00118-7

Arsyad, A. (2006). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ayun, P. Q. (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. Channel, 3(2), 1–16.

Azzarkasyi, M., Rizal, S., & Kasmawati, K. (2019). The Identification of Student Misconceptions on the Concept of Electricity Using the CRI Decision Matrix Three Level Test. Asian Journal of Science Education, 1(1), 10–15.

https://doi.org/10.24815/ajse.v1i1.14614

Beemt, A. Van Den, Thurlings, M., & Willems, M. (2020). Towards an understanding of social media use in the classroom : a literature review.

Technology, Pedagogy and Education, 29(1),

Budiati, I. (2018). Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia (A.

P.

R. Ali Said, Indah Budiati, Tria Rosalina Budi Rahayu, ed.). Jakarta:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa).

(14)

Carr, C. T., & Hayes, R. A. (2015). Social Media: Defining, Developing, and Divining. Atlantic Journal of Communication, 23(1), 46–65.

https://doi.org/10.1080/15456870.2015.972282

Abdul Karim Amrullah. 1984. Pengantar Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Panjimas.

Abdul Wahab Khallaf. 2002. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Apilkasi PAIKEM, cet. ke- 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amirul Hadi dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:

Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan... perangkat lunak untuk

Dari data tersebut dapat di lihat bahwa pada siklus II pertemuan kesatu menuju ke pertemuan kedua memperoleh kenaikan 45% keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dengan

Hal ini menimbulkan tidak adanya prinsip itikad baik pelaku usaha dalam perjanjian kartel di mana menjalankan kegiatannya dengan mengatur produksi dan mempengaruhi

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Karena dari rating tersebut akan menentukan banyak sedikitnya iklan dalam sebuah program acara yang menjadi sumber pemasukan utama stasiun televisi.. Hal ini diamini

( Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah,- Dengan Hasil Evaluasi Penawaran Sebagai Berikut :. Administrasi : Memenuhi

diartikan, jika Empowerment meningkat dalam arti bahwa, jika perusahaan telah meningkatkan keterampilan sumber daya karyawan dengan cara perusahaan telah memberikan

Menurut Depkes RI (2001), penularan penyakit oleh lalat terjadi secara mekanis, dimana bulu-bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan