• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administrasi SB Yudhoyono-jusuf Kalla.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Administrasi SB Yudhoyono-jusuf Kalla."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Administrasi

SB Yudhoyono-Jusuf Kalla

Oleh

H. Obsatar Sinaga Dosen FISIP Universitas Padjajaran

Abstrak

T

imbulnya ilmu administrasi sering dikenal sebagai suatu karena ia timbul pada abad modern ini. Akan tetapi, dengan timbulnya Ilmu Administrasi modern phenomenon

tidak berarti hilangnya sifat “seni”nya. Karena itu sekarang administrasi dikenal sebagai suatu artistic science karena dalam penerapannya, seninya masih tetap memegang peranan yang menentukan. Sebaliknya, seni administrasi dikenal sebagai suatu scientic art karena seni itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-prinsip yang telah teruji “kebenarannya”.

(3)

Latar Belakang

Charles A. Beard, seorang sejarawan politik Amerika yang terkenal dalam salah satu karya-nya yang dikutip oleh Albert Lepawsky dalam bukunya Administration pada tahun 1937 berkata, “Tidak ada satu hal untuk abad modern sekarang ini yang lebih penting dari Adminis-trasi. Kelangsungan hidup peme-rintahan yang beradab dan malahan kelangsungan hidup dari peradaban itu sendiri akan sangat tergantung atas kemam-puan kita untuk membina dan mengembangkan suatu lsafat administrasi yang mampu memecahkan masalah-masalah masyarakat modern”.

Sarjana Amerika yang lain, James Burnham, pernah pula mengatakan bahwa revolusi politik dan sosial akan timbul dan diselesaikan, akan tetapi akan ada revolusi pada abad modern ini yang tidak akan pernah selesai, yaitu managerial revolution yang akan menimbulkan suatu kelas

terpenting dalam suatu

masyarakat, yaitu the managerial class.

Jika pendapat kedua ahli

tersebut dianalisis lebih

mendalam, akan dapat ditarik

kesimpulan bahwa tegak

robohnya suatu negara dan

bahkan maju mundurnya

peradaban manusia, serta timbul tenggelamnya bangsa-bangsa di dunia tidak dikarenakan peperangan atau malapetaka lainnya, akan tetapi akan

tergantung pada baik buruknya administrasi yang dimiliki.

Selanjutnya jika pendapat para ahli tersebut demikian juga pendapat para ahli lainnya yang senada diterima, maka jelaslah kiranya bahwa sesuatu bangsa dan sesuatu negara yang ingin mencapai kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan peri penghidupan modern tidak mempunyai pilihan lain selain mengutamakan pembinaan serta pengembangan Administrasi dan Filsafat Administrasinya yang sesuai kepribadian dan tujuan bangsa dan negara itu serta dengan memperhitungkan faktor-faktor lingkungan yang mem-pengaruhinya.

Memang sesungguhnya abad sekarang ini adalah “Abad Administrasi”. Abad administrasi karena semua keputusan di

bidang politik, ekonomi,

kebudayaan, militer, dan lain-lain hanya akan ada artinya apabila keputusan tersebut terlaksana dengan efisien dan efektif. Pelaksanaan suatu keputusan dengan esien dan efektif itulah yang merupakan sasaran utama dari lsafat administrasi dengan menempatkan manusia sebagai fokus sentral-nya. Dan hal itu pulalah yang akan merupakan sorotan analisis dalam karya tulis ini.

Lemahnya pemerintah

(4)

administrasi dan pembangunan dalam bidang administrasi.

Konsep dan Denisi Administrasi

Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A. di dalam bukunya Filsafat Administrasi mendefinisikan administrasi sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan

sebelumnya. Ada beberapa hal yang terkandung dalam denisi tersebut:

1. administrasi sebagai seni adalah suatu proses yang

diketahui hanya

permulaannya, sedangkan akhirnya tidak diketahui.

Tegasnya, adminis-trasi

sebagai seni merupakan suatu fenomena social;

2. administrasi mempunyai

unsur-unsur tertentu yang menjadikannya ada, yaitu:

adanya dua manusia atau

lebih.

Diperlukan lebih dari satu orang karena seseorang tidak dapat bekerja sama dengan dirinya sendiri. Karena itu, harus ada orang lain yang secara sukarela atau dengan cara lain diajak turut serta dalam proses kerja sama itu.

adanya tujuan yang hendak

dicapai.

Terlalu sering orang berang-gapan bahwa tujuan proses administrasi harus selalu ditentukan oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dengan proses itu. Hal ini menurut penulis tidak benar. Tujuan yang

hendak dicapai dapat

ditentukan oleh semua orang yang langsung terlibat dalam proses administrasi itu. Tujuan dapat pula ditentukan oleh hanya sebagian dan mungkin pula malah hanya oleh seorang dari mereka yang terlibat. Akan tetapi, bukanlah suatu hal yang mustahil pula bahwa orang lainlah yang menentukan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang berbeda-beda, tingkat kebutuhan yang berlainan, kecerdasan yang beraneka ragam, kesemua-nya turut menentukan

bentuk dan sifat

administrasi yang

diperlukan.

(5)

segera terlihat bahwa kerja sama bukan merupakan unsur administrasi, melain-kan suatu kondisi ideal. Artinya, perlu ditekankan bahwa pencapaian tujuan akan lebih esien dan eko-nomis apabila semua orang yang terlibat mau bekerja sama satu sama lain. Akan tetapi tanpa kerja sama pun, misalnya dalam hal penye-lesaian tugas yang dipaksa-kan, proses administrasi terjadi.

Dengan demikian, kerja sama dalam administrasi dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu: (i) kerja sama yang ikhlas atau sukarela (voluntary coope-ration), dan (ii) kerja sama yang dipaksakan (compulsory /antagonistic cooperation).

adanya peralatan dan

per-lengkapan untuk

melaksana-kan tugas-tugas itu.

Ke dalam golongan ini termasuk pula waktu, tempat, peralatan materi

serta sarana lainnya.

Sarana dan prasarana yang diperlu-kan dalam suatu proses administrasi tergantung dari berbagai faktor seperti:

i. jumlah orang yang terlibat dalam proses itu.

Secara “aksiomatik”

dapat dikatakan bahwa semakin sedikit jumlah orang yang terlibat,

semakin sederhana

tujuan yang hendak dicapai serta semakin sederhana tugas-tugas

yang hendak

dilaksanakan, semakin sederhana pula sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

ii. sifat tujuan yang hendak dicapai.

iii.ruang lingkup serta aneka ragamnya tugas yang hendak dijalankan, dan

iv. sifat kerja sama yang dapat diciptakan dan dikembangkan.

Dapat dipastikan pula

bahwa sifat, ruang

lingkup, dan bentuk kegiatan administrasi berbeda dari satu zaman ke zaman yang lain, berbeda pula dari satu masyarakat ke masya-rakat yang lain, berbeda pula dari satu waktu dan kondisi ke lain waktu dan kondisi.

(6)

diketahui. Dengan demikian administrasi adalah suatu proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang dimulai sejak adanya dua orang yang bersepakat untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu pula. Kapan proses itu akan berakhir tidak diketahui karena bila kedua orang itu akan memutuskan untuk tidak bekerja sama lagi tidak akan ada yang menge-tahui. Malahan mereka sendiri juga mungkin tidak menge-tahuinya.

Yang jelas ialah bahwa usia administrasi sama dengan usia peradaban manusia karena apabila ada dua orang yang bekerja bersama-sama untuk menggulingkan sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya oleh seorang di antara mereka, pada saat itu, adminis-trasi telah ada. Hal inilah yang dimaksud jika dikatakan bahwa administrasi merupakan suatu fenomena sosial.

Sampai dengan tahun 1886, pada dasarnya manusia mengenal

administrasi sebagai seni.

Kemudian pada tahun 1886 itu timbullah suatu ilmu baru, yang sekarang dikenal dengan Ilmu Administrasi yang objek studinya tidak termasuk objek studi ilmu-ilmu yang lain. Ilmu administrasi telah pula memiliki metode analisisnya sendiri, sistematika-nya sendiri, prinsip-prinsip, dalil-dalil, serta rumus-rumusnya sendiri.

Timbulnya ilmu adminis-trasi sering dikenal sebagai suatu modern phenomenon karena ia timbul pada abad modern ini. Akan tetapi, dengan timbulnya Ilmu Administrasi tidak berarti hilangnya sifat “seni”nya. Karena itu sekarang administrasi dikenal sebagai suatu artistic science karena dalam penerapannya, seninya masih tetap memegang peranan yang menentukan. Sebaliknya, seni administrasi dikenal sebagai suatu scientic art karena seni itu sudah didasarkan aras sekelompok prinsip-prinsip yang telah teruji “kebenarannya”.

Ditinjau dari segi perkem-bangannya, administrasi dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu sebagai berikut: 1) Admini-strasi Negara (Public Administration), 2) Administrasi Niaga (Private Administration). Administrasi Negara secara singkat dan sederhana dapat didefinisikan sebagai kese-luruhan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu negara dalam usaha mencapai tujuan negara.

Faktor-faktor Ekologis dalam Administrasi

Administrasi tidak pernah

beroperasi dalam suasana

kekosongan. Proses administrasi dimaksudkan untuk melayani

masyarakat dalam usaha

(7)

norma-norma tertentu yang berlaku

bagi masyarakat tersebut.

Norma-norma, keadaan, dan kondisi masyarakat itulah yang

menentukan kepribadian

masyarakat tersebut. Karena itu dalam mempelajari dan menerap-kan prinsip-prinsip administrasi itu dalam kegiatan sehari-hari, faktor-faktor ekologis yang selalu harus diperhatikan ialah sebagai berikut:

1. Falsafah negara.

Falsafah negara merupakan tali pengikat bagi seluruh warga negara. Karenanya administrasi pun dalam mem-bina falsafah administrasi tidak boleh tidak, harus menye-laraskan falsafah itu dengan filsafat negara yang dianut. Artinya, lsafat administrasi harus menerapkan falsafah negara yang diterapkan dalam bidang administrasi.

2. Sistem politik yang dianut oleh negara

Karena administrasi

merupakan proses lanjutan dari politik, maka politik

administrasi harus pula

merupakan lanjutan politik negara. Bagi adminis-trasi negara, misalnya, tidak ada netralitas politik karena politiknya harus seirama

dengan politik negara.

Demikian pula halnya di bidang kenia-gaan karena kegiatan-kegiatan keniagaan hanya boleh dida-sarkan kepada politik pereko-nomian negara.

3. Tingkat pembangunan

ekonomi yang telah dicapai Tingkat taraf kehidupan rakyat akan sangat menentukan apa yang mereka dapat kerjakan, apa sifat disiplin kerja yang hendak diterapkan, sistem prioritas apa yang harus disusun, kesejahteraan sosial yang bagaimana yang harus dicapai, serta pengarahan penggunaan sumber yang

bagai-mana yang harus

disoroti.

4. Tingkat pendidikan rakyat Tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh rakyat sebagai faktor ekologis berarti bahwa dalam proses komunikasi dalam administrasi harus diperhatikan gaya bahasa yang dipergunakan, cara

menyampai-kan berita,

instruksi, perintah, informasi dan bimbingan. Kalau tidak maka besar kemungkinan proses komuni-kasi ini tidak akan berjalan dengan efektif. 5. Bahasa

Bahasa adalah alat komuni-kasi pula. Namun di samping sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai peranan penting lainnya, yaitu sebagai tali pengikat dalam usaha membinan kesatuan dan

persatuan. Secara

administratif, bahasa

merupakan alat yang amat

penting dalam usaha

(8)

bidang administrasi itu. 6. Agama

Salah satu faktor yang mem-bedakan manusia dengan makhluk lainnya ialah karena manusia itu mampu beragama. Kemampuan beragama itu

mengakibatkan manusia

mempunyai martabat yang

tinggi. Karenanya dalam

menggerakkan bawahan yang beragama itu, perlu selalu diperhatikan bahwa manusia

adalah puncak ciptaan

Tuhan.

7. Letak (geogra) negara

Cara menjalankan adminis-trasi akan berbeda pada suatu negara kepulauan, seperti Indonesia, apabila dibanding-kan dengan suatu negara daratan (misalnya India). Dua faktor penting yang mem-pengaruhi, yaitu: faktor komu-nikasi dan transportasi. Jika seseorang menghubungkan pelaksanaan sesuatu kepu-tusan dengan faktor

komu-nikasi dan transportasi,

kiranya tidak akan terlalu sukar untuk menemukan hubungan tersebut.

8. Struktur masyarakat

Suatu hipotesis yang dapat dibuat dalam hubungan struk-tur masyarakat ialah bahwa proses administrasi lebih mudah dijalankan dalam suatu masyarakat yang homo-gen dibandingkan dengan suatu masyarakat yang hetero-gen.

Jika demikian halnya maka struktur masyarakat sebagai faktor ekologis menentukan pula sifat dan ruang lingkup dari administrasi yang dapat dijalankan.

Administrasi SB Yudhoyono-Jusuf Kalla

Pada kesempatan kali ini, penulis mencoba mengambil contoh kasus dari tulisan Eko Prasojo, Dosen dan Manajer Pelaksana Selo Soemardjan Research Center FISIP UI, yang berjudul Administrasi SB Yudhoyono-Jusuf Kalla. Tulisan tersebut dimuat dalam Harian Kompas, pada tanggal 14 Oktober

2004. Berikut isi tulisan

tersebut.

SELAMAT datang presiden dan wakil presiden baru. Harus diakui keberhasilan melakukan tiga kali pemilihan umum dalam kurun waktu satu tahun adalah

prestasi demokrasi bangsa

Indonesia. Keberhasilan ini harus dipahami sebagai awal untuk menata kembali strategi pemba-ngunan bangsa. Bukan sebalik-nya, hanya diisi pembagian kekuasaan, maksimalisasi kepen-tingan elite dan kelompok, ung-kapan politis dan plastis yang hanya membingungkan masyarakat.

Salah satu penyebab tidak optimal – atau mungkin gagalnya – pembangunan bangsa adalah pengabaian peran administrasi

(9)

pemba-ngunan dalam bidang administrasi. Hal mana yang

menyebabkan tingginya

bureaupathology dalam birokrasi Indonesia yang tercermin melalui

tingginya kleptokrasi dan

rendahnya sensitivitas serta kapasitas aparatur negara dalam pembangunan dan kebutuhan pelayanan masyarakat.

KEKUATAN negara-negara demokrasi modern selalu terletak

pada sistem administrasi

negara-nya. Karena itu, kita

mengenal istilah Reagen’s

Administration atau juga Thatcher’s Administration. Hal ini sekadar menunjukkan, sistem

pemerintahan yang kuat

dicerminkan sistem administrasi negara yang juga kuat. Bahkan

kelahiran new public

administration dalam studi-studi administrative sciences amat diwarnai perkem-bangan dan dinamika reformasi administrasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan di Inggris. Konsep-konsep pemerintahan baru, seperti slimming state, reinventing government, debureauc-ratization, deregulation, dan privatization, dilahirkan oleh upaya-upaya untuk menjadikan administrasi negara kian efisien dan efektif

dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan kepada publik, pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Ketiadaan paradigma

tentang peran, kedudukan, dan fungsi administrasi negara dalam pembangunan ini juga menjadi penyebab reformasi birokrasi di

Indonesia tidak memiliki visi, kehilangan roh, dan berjalan amat sporadis. Hingga kini tidak terlihat bentuk atau grand design yang diinginkan dalam rangka reformasi birokrasi, tidak ada kemauan politik dari pemerintah. Semua bentuk reformasi yang dijalankan di negara lain diadopsi tanpa tujuan yang terkait dan terintegrasi.

Hasilnya mudah dilihat. Angka korupsi tetap tinggi. Hasil survei Transparency International (TI) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-122 dari 133 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi. Dengan Indeks Persepsi Korupsi 1,9, posisi Indonesia di bawah Malaysia (5,2), Filipina (2,5), Vietnam (2,4), dan Papua Niugini (2,1). Peringkat itu menunjukkan masih jauhnya Indonesia dari cita-cita good governance sekaligus

mengindikasikan kegagalan

reformasi nasional untuk men-ciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Kepercayaan pemerintah

terhadap peran sentral

adminis-trasi negara dalam pembangunan di negara ini dapat dikatakan masih amat rendah. Pembangunan di semua sektor, baik ekonomi, politik, sosial, hukum, maupun pertahanan dan keamanan seakan-akan terlepas dan tidak beraras dari bingkai mesinnya, yaitu birokrasi.

Mungkin ini yang membeda-kan Indonesia dengan

negara-negara demokrasi modern.

(10)

dipahami utuh baik sebagai: 1) government’s effort to carry out programs designed to meet their developmental objectives, maupun; 2) the struggle to enlarge a government’s capacity to engage in such program.

Ketidakpahaman terhadap peran dan fungsi administrasi

dalam pembangunan

menyebab-kan tidak saja gagalnya program pembangunan, tetapi juga marjina-lisasi peningkatan kapasitas administrasi negara sebagai agen pembangunan.

TIDAK ada lain yang diharap-kan rakyat Indonesia

pascapemilu adalah

pemerintahan yang kuat, yang berpihak kepada keadilan dan kesejahteraan rakyat. Inilah momentum untuk mengembali-kan kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Dan ini hanya dapat tercipta jika pemerintah yang berkuasa didukung administrasi

negara yang kuat. Kita

mendamba-kan “SBY-JK’s

Administration”, seperti rakyat AS pernah mem-berikan kepercayaan dan bangga kepada “Reagen’s Administration”, juga rakyat

Inggris kepada “Thatcher’s

Administration”.

Tidak ada lain yang dibutuh-kan kecuali komitmen dan kesungguhan para pemimpin nasional, termasuk presiden. Ada dua arah yang harus dituju oleh komitmen nasional dalam men-ciptakan pemerintahan yang kuat dan berwibawa.

Pertama, komitmen untuk

mereformasi dan mereposisi peran administrasi negara (birokrasi) dalam pembangunan. Kedua, komitmen untuk menegakkan hukum bagi tiap pelanggaran birokratis, mulai dari mala-administrasi, korupsi, kolusi dan nepotisme. Kedua komitmen ini harus diberikan tidak saja oleh pemerintah, dan terutama presiden sebagai kepala negara, tetapi juga oleh lembaga-lembaga negara lainnya, DPR, BPK, dan MA.

Untuk itu harus dilakukan sejumlah langkah strategis. Pertama harus dirumuskan arah pertumbuhan dan perkembangan (direction of growth) yang dikehen-daki terhadap reposisi peran administrasi negara dalam pem-bangunan. Ini menyangkut peru-bahan dalam cara pandang, paradigma pemerintahan. Dalam pandangan saya, administrasi negara harus berperan sebagai pusat motor pembangunan dalam semua sektor. Karena itu, strategi pembangunan nasional tidak boleh hanya berisi indikator

keberhasilan pembangunan

sektoral, tetapi tiap sektor harus memiliki indikator keberhasilan peningkatan kapasitas adminis-trasi sebagai penggerak pem-bangunan. Dengan kata lain, administrasi negara adalah cross cutting sector yang ada di semua sektor pembangunan.

Kedua, harus ada

(11)

dimaksud-kan sebagai garis potong tradisi birokrasi yang korup, tidak sensitif, dan tidak

kapabel. Ketiga, arah

pertumbuhan serta perubahan sistem itu harus merupakan proses yang direncanakan dan

dikehen-daki (planned and

intended). Reformasi birokrasi bukanlah uji coba, trial and error, tetapi sebuah hasil dan proses yang terencana.

Amat diharapkan, SBY-JK mampu menciptakan pemba-ngunan yang terarah melalui perubahan sistem yang terencana (planned directional growth with system change), bukan sebaliknya, pembangunan yang mengarah static society: no plans, no change.

Revitalisasi Administrasi Negara

Reformasi aparatur negara adalah prasyarat mutlak yang diperlukan untuk menjamin berlangsungnya pengelolaan pemerintahan yang demokratis serta system ekonomi yang dapat menciptakan keadilan sosial bagi semua.

Sayangnya model yang berhasil diterapkan suatu negara tidak dapat diterapkan begitu saja di Indonesia, karena belum tentu model yang cocok untuk suatu bangsa juga akan cocok untuk Indonesia Karena itu Indonesia harus berani mencari sistem pemerintahan dan system ekonomi yang sosio-demokratis yang dianggap paling sesuai

dengan budaya bangsanya. Menyadari akan luas dan kompleksnya arah dan wilayah reformasi administrasi Negara di Negara kita maka pelaksanaan-nya perlu memperoleh dukungan dari sektor-sektor lain seperti politik, ekonomi, hukum dan sebagainya. Kondisi politik yang stabil, perkembangan ekonomi yang tinggi dan pelaksanaan hukum yang mantap dan kon-sisten akan memberikan kontribusi yang optimal bagi

keberhasilan usaha-usaha

reformasi adminis-trasi di negara kita.

Para pendiri negara meng-anggap corak bangsa Indonesia adalah gotong royong atau kekeluargaan yang seharusnya merupakan landasan dasar dalam pemikiran tentang kedua sistem tersebut. Sayangnya, strategi dan kebijakan penataan kelembagaan yang ditempuh oleh Pemerintah selama ini, terutama selama 1 tahun Pemerintahan KIB belum menjadikanbudaya bangsa tersebut sebagai landasan dalam

reformasi kelembagaan.

Akibatnya, reformasi

kelembagaan yang telah

dilakukan bukannya mencipta-kan landasan kelembagaan yang semakin mantap dan semkian adekuat untuk melaksanakan pemerintahan buat mencapai cita-cita bangsa.

(12)

mengancam kelangsungan peme-rintahan KIB. Sebagai bagian integral dari reformasi aparatur negara, perlu dilakukan overhaul

besar-besar pada birokrasi

pemerintah, yang mencakup penerapan model manajemen baru, sistem kepegawaian baru termasuk penerapan sistem penggajian dan jaminan sosial yang lebih rasional, serta penerapan aplikasi tekonologi

informasi moderen dalam

manajemen pemerintahan. Tanpa reformasi yang komprehensif tersebut, sukar mengharapkan akan terjadi peningkatan kinerja birokrasi secara mendasar.

Reposisi dan revitalisasi peran administrasi negara harus bermula dari visi dan komitmen orang nomor satu di negeri ini. Ia harus menjadi kekuatan

gerakan nasional tentang

pentingnya melakukan reposisi dan revitalisasi administrasi negara.

Sebagai perbandingan,

misalnya, Korea Selatan telah

melakukan reposisi dan

revitalisasi peran administrasi negara sejak tahun 1980-an.

Beberapa reformasi yang

dilakukan pada saat itu adalah melalui civil servant ethics act pada tahun 1981, civil servant property registration, civil servant gifts control, civil servant consciuos-ness reform movement, dan social purication movement.

Belajar dari Korea Selatan, kunci terjadinya reposisi dan

revitalisasi administrasi adalah komitmen dan visi dari kepemim-pinan politik negara ini untuk mengagendakan hal tersebut menjadi gerakan nasional pem-baruan administrasi negara. Dan hal ini harus mendarah daging dalam setiap diri pemimpin politik dan penyelenggara negara.

Ketiadaan komitmen dan paradigma tentang peran, kedu-dukan, dan fungsi administrasi Negara dalam pembangunan negara telah menjadi penyebab reformasi birokrasi di Indonesia tidak memiliki visi, kehilangan ruh, dan berjalan sangat sporadis. Sampai sekarang tidak terlihat bentuk atau grand design yang

diinginkan dalam rangka

reformasi birokrasi, tidak adanya kemauan politik dari pemerintah. Semua bentuk reformasi yang dijalankan di negara lain diadopsi tanpa satu tujuan yang terkait dan terintegrasi. Ketidakpahaman ini telah menyebabkan tidak

saja gagalnya program

pembangunan, tetapi juga

marjinalisasi pening-katan

kapasitas administrasi negara sebagai agen pembangunan.

Kementerian Negara Pen-dayagunaan Aparatur Negara yang diharapkan sebagai motor penggerak reformasi administratif

belum optimal memainkan

peranan penting birokrasi yang

profesional, bersih, dan

(13)

negara belum mampu berbuat banyak memberikan masukan bagi perbaikan birokrasi.

Belum optimalnya peran dan fungsi Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara juga LAN disebabkan terbatasnya visi dan kewenangan yang dimiliki untuk membuat kebijakan dan melakukan penegakan hukum terhadap kebijakan tersebut.

Hal ini pula yang menyebab-kan Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sepertinya kehilangan ketajaman analisis dan kemampuan untuk mereformasi birokrasi. Pada sisi yang lain kewibawaan

Kementerian Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara

sebagai motor penggerak

reformasi birokrasi akhirnya mengalami titik pelemahan karena tidak memiliki kewenangan eksekutorial dalam penegakan pelanggaran hukum, terutama yang menyangkut peningkatan kapasitas, pengawasan, dan disiplin PNS.

Di kebanyakan negara

berkembang yang sudah menga-lami transformasi menjadi negara maju reformasi administrasi negara merupakan langkah

awal dan prioritas dalam

pembangunan. Administrasi

negara menjadi sektor

pembangunan sekaligus menjadi instrumen penting pembangunan. Reformasi adminis-trasi negara di negara-negara tersebut pada umumnya dilakukan melalui dua strategi. Pertama, merevitalisasi kedudukan, peran, dan fungsi kelembagaan yang menjadi motor penggerak reformasi administrasi. Kedua, menata kembali sistem administrasi negara, baik dalam hal struktur, proses, sumber daya manusia (PNS), maupun relasi antara negara dan masyarakat.

Strategi pertama dapat dilakukan melalui penguatan peran dan fungsi Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan LAN sebagai motor reformasi administrasi. Karena itu, kepada kedua lembaga ini harus diberikan kewenangan yang bersifat kebijakan (policy agency) dan juga kewenangan

Daftar Pustaka

Lepawsky, Albert. 1960. Administration: The Art and Science of Organization and Management. New York: Affred A. Knopf.

Siagian, Prof. Dr. Sondang P., M.P.A. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan kegiatan, ternyata 90% mitra kerja dapat membuat produk nugget dan kerupuk ikan tongkol dengan baik yaitu secara fisik dan rasa nugget dan

b. Kerja sama; adalah kegiatan administrasi hanya mungkin terjadi jika dua orang atau lebih bekerja sama. Pembagian kerja; adalah kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan

Kinerja mengajar guru yang bagaimana yang tidak dapat memberikan kepuasan terhadap siswanya disini seperti, guru tidak membuat bahan acuan belajar, disini guru

Ada juga terdapat TK Al-Fitrah TK ini juga terletak di Kecamatan Bebesen, dengan jumlah anak pada tahun 2013 sebanyak 45 anak, sebagai penelitian awal hasil wawancara dengan

Bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan selanjutnya,dianalisis dengan metode deskriptif analitis, artinya semua bahan hukum atau refrensi yuridis yang dikumpulkan kemudian

Regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel tak bebas (dependent variable) dan variabel bebas (independent

Gangguan pola tidur dapat disebabkan karena ansietas yang dialami klien, lingkungan yang kurang kondusif untuk tidur (misalnya lingkungan yang bising), ketidakmampuan

Oleh karena itu seandainya pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Pekalongan ini diselenggarakan oleh Termohon secara profesional, yaitu sesuai dengan Kode