• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus) Intan Rohma Nurmalasari H0708170 Pembimbing Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus) Intan Rohma Nurmalasari H0708170 Pembimbing Utama"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

SKRIPSI

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus)

Oleh :

Intan Rohma Nurmalasari H0708170

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus)

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Intan Rohma Nurmalasari H0708170

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

SKRIPSI

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus)

Intan Rohma Nurmalasari H0708170

Pembimbing Utama

Ir. Dwi Harjoko, MP. NIP 19610805 198601 1 001

Pembimbing Pendamping

Hery Widijanto, SP., MP NIP 19710117 199601 1 002

Surakarta, Juni 2012 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

SKRIPSI

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus)

yang dipersiapkan dan disusun oleh Intan Rohma Nurmalasari

H0708170

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: ………..

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Dwi Harjoko, MP NIP 19610805 198601 1 001

Anggota I

Hery Widijanto, SP., MP NIP 19710117 199601 1 002

Anggota II

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia, nikmat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Pengaruh Intensitas Naungan dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Porang (Amorphophallus oncophyllus)”. Skripsi ini

disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan

dan dukungan berbagai pihak, sehingga penulis tak lupa mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS.

2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Program Studi Agroteknologi FP UNS.

3. Ir. Dwi Harjoko, MP selaku Pembimbing Utama.

4. Hery Widijanto, SP., MP. selaku Pembimbing Pendamping.

5. Muji Rahayu, SP., MP selaku Dosen Penguji.

6. Dra. Sri Rossati, MSi selaku Pembimbing Akademik.

7. Keluarga yang saya banggakan : bapak, ibu, kakak yang selalu memberikan

dukungan baik materi, semangat, dan doa.

8. Teman-teman Agroteknologi 2008 (SOLMATED) yang luar biasa.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini, yang tidak

bisa saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan karya ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat kepada kita semua.

Surakarta, Juni 2012

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Porang ... 4

B. Naungan Pada Tanaman Porang ... 7

C. Pemupukan Pada Tanaman Porang ... 8

D. Hipotesis ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 11

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 11

C. Cara Kerja Penelitian ... 11

1 Rancangan Penelitian ... 11

2 Pelaksanaan Penelitian ... 12

3 Variabel Penelitian ... 13

(7)

commit to user

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Tinggi Tanaman ... 15

B. Jumlah Daun ... 20

C. Luas Daun ... 22

D. Analisis Kandungan Klorofil ... 26

E. Berat Umbi ... 29

F. Berat Akar ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul dalam Teks Halaman

1. Hasil analisis ragam pada berbagai variabel pengamatan ... 15

2. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata tinggi tanaman ... 16

3. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata jumlah daun...……. 20

4. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata luas daun ... 23

5. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata kandungan klorofil ... 27

6. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata berat umbi ... 30

7. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap rata-rata berat akar ... 32

8. Komposisi pupuk daun ... 43

9. Hasil analisis kimia tanah pada tanah Latosol (Desa Klangon, Nganjuk, Kabupaten Madiun) ... 43

10. Tinggi tanaman porang pada 2-16 MST (cm) ... 44

11. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap tinggi tanaman ... 44

12. Jumlah anak daun (helai) saat tanaman berumur 4 MST- 12 MST ... 45

13. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap jumlah daun (helai) ... 45

14. Luas daun (cm2) tanaman porang pada umur 12 MST ... 46

15. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap luas daun (cm2) ... 46

16. Kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST ... 47

17. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap kandungan klorofil... 47

18. Berat umbi tanaman porang ... 48

19. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap berat umbi ... 48

(9)

commit to user

ix

21. Hasil analisis ragam pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul dalam Teks Halaman

1. Pertumbuhan tinggi tanaman porang pada umur 2-16 MST ... 19

2. Kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST ... 29

3. Tanaman porang umur 2 MST di bawah intensitas naungan 75% ... 50

4. Tanaman porang umur 4 MST di bawah intensitas naungan 75% ... 50

5. Tanaman porang umur 6 MST di bawah intensitas naungan 75% ... 50

6. Tanaman porang umur 2 MST di bawah intensitas naungan 65% ... 50

7. Tanaman porang umur 4 MST di bawah intensitas naungan 65% ... 50

8. Tanaman porang umur 8 MST di bawah intensitas naungan 65% ... 50

9. Tanaman porang umur 2 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

10.Tanaman porang umur 4 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

11.Tanaman porang umur 6 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

12.Tanaman porang umur 8 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

13. Tanaman porang umur 10 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

14.Tanaman porang umur 12 MST di bawah intensitas naungan 25% ... 51

15.Tanaman porang di bawah intensitas naungan 75% ... 52

16.Tanaman porang di bawah intensitas naungan 65% ... 52

17.Tanaman porang di bawah intensitasnaungan 25% ... 52

18.Hasil umbi dan perakaran pada intensitas naungan 75% ... 52

19.Hasil umbi dan perakaran pada intensitas naungan 65% ... 52

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Denah Penelitian ... 42

2. Komposisi Pupuk Daun ... 43

3. Konsentrasi Pupuk Daun ... 43

4. Hasil analisis kimia tanah ... 43

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK

DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG

(Amorphophallus oncophyllus) Skripsi: Intan Rohma Nurmalasari (H0708170). Pembimbing: Dwi Harjoko, Hery Widijanto. Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Porang (Amorphophallus oncophyllus) sering ditemui di bawah tegakan

hutan jati. Porang mampu menghasilkan glukomanan yang cukup tinggi. Glukomanan adalah polisakarida yang tersusun atas glukosa dan manosa yang bersifat multifungsi, dapat digunakan sebagai bahan makanan pokok, berbagai macam industri, dan obat-obatan. Meskipun banyak manfaat yang dapat diambil dari tanaman porang, namun banyak orang yang belum mengenal tanaman ini, bahkan masih sedikit para peneliti yang melakukan penelitian mengenai tanaman ini. Permasalahan tersebut menyebabkan keberadaan tanaman porang sulit dikembangkan, sehingga sebagai alternatif solusi dengan melakukan penelitian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman porang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman porang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan April

2012 bertempat di screen house Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Split Plot dengan dua faktor perlakuan yaitu intensitas naungan (75%, 65%, 25%) dan konsentrasi pupuk daun lengkap (0 mS/tanaman, 1 mS/tanaman, 2,5 mS/tanaman, 3,5 mS/tanaman). Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, berat umbi, dan berat akar. Analisis data menggunakan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata akan dilanjutkan

dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

(13)

commit to user

xiii

SUMMARY

THE EFFECT OF SHADE INTENSITY AND LEAF FERTILIZER CONCENTRATION ON THE GROWTH AND YIELD OF PORANG

(Amorphophallus oncophyllus) Thesis-S1: Intan Rohma Nurmalasari (H0708170). Advisers: Dwi Harjoko, Hery Widijanto. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Porang (Amorphophallus oncophyllus) frequently found in teak forest. Porang can produce sufficiently high glucomanan. Glucomanan is polysaccharide composed of glucose and mannose with multifunctional property can be used as the staple, various industries, and medicines. Despite many benefits, many people had not been familiar with this plant, and a few researchers study about this plant. The problems make the porang plant to be difficult to cultivate and to develop; therefore as an alternative, a sustainable research was done on porang growth and yield. This research aims to find out the effect of several shade intensities and concentrate of leaf fertilizer on porang growth and yield.

This research was conducted from December 2011 to April 2012 in screen house of Agriculture Faculty, Sebelas Maret University. The research design used was Split Plot with two treatment factors: shade intensity (75%, 65%, 25%) and complete of leaf fertilizer concentration (0 mS/plant, 1 mS/plant, 2,5 mS/plant, 3,5 mS/plant). The variables included: plant height, leaf number, leaf width, chlorophyll content, tuber weight, and root weight. The data was analyzed using F test with level 5%, if was found significantly, analyze will continue with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

(14)

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG

(Amorphophallus oncophyllus)

Intan Rohma Nurmalasari,1)

Dwi HarjokoHery Widijanto 2)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman porang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan April 2012 bertempat di screen house Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot dengan dua faktor perlakuan yaitu intensitas naungan (N) dan konsentrasi pupuk daun (P). Analisis data menggunakan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata akan dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, berat umbi, dan berat akar. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan dengan intensitas 25%, 65%, 75% dan pupuk daun lengkap dengan konsentrasi 0, 1, 2,5, dan 3,5 mS/tanaman secara bersamaan belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil porang. Intensitas naungan 75% dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang. Intensitas naungan 65% meningkatkan kandungan klorofil tanaman porang, sedangkan intensitas naungan 25% mendukung peningkatan berat umbi dan berat akar. Pupuk daun dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang.

Kata kunci: porang, intensitas naungan, konsentrasi, pupuk daun

1) Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

(15)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pangan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan

produktivitas sumber daya manusia yang merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari pembangunan nasional agar seluruh penduduk Indonesia sejahtera (Sawit

2000). Merubah citra pangan secara alami inferior seperti porang, harus

dilakukan melalui tahapan pengembangan produk menjadi bentuk komoditas baru

yang lebih menarik, dan perlu diperkaya dengan nutrisi (Gunawan 1991). Tepung

tapioka dan porang yang mengandung protein rendah sekitar 2% diperkaya

dengan aneka daging dan ikan menjadi baso dan mie yang berprotein tinggi

merupakan kombinasi pangan serasi, bergizi dan diminati semua kalangan

masyarakat. Campuran tepung porang dan tepung dari ampas tahu (14-15 %

protein) yang biasa untuk pakan ternak terbukti dapat dibuat menjadi krupuk

yang renyah dan bergizi.

Salah satu tumbuhan yang dapat menjadi alternatif realisasi program

diversifikasi konsumsi pangan nonberas berbasis sumber daya lokal adalah

porang (Amorphopallus oncophyllus). Selain mudah didapatkan, porang juga

mampu menghasilkan karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan.

Budidaya umbi porang diyakini mampu meningkatkan taraf hidup warga yang

tinggal di tepi hutan yang dinilai memiliki tingkat kesejahteraan rendah.

Budidaya tanaman porang dapat dilakukan bekerjasama dengan Perum Perhutani

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan. Hal ini disebabkan umbi porang

hanya dapat tumbuh apabila berada di bawah tegakan hutan, terlebih pohon Sono

dan Jati. Hingga pertengahan tahun 2008, luas kawasan hutan yang digunakan

untuk budidaya porang telah mencapai 467 hingga 688 hektar. Produksi umbi

porang mengalami perbedaan tiap tahunnya karena menyesuaikan dengan luas

tegakan hutan yang berubah akibat penebangan berkala dan reboisasi hutan

(Mastuti et al. 2008).

Tantangan pengembangan tanaman porang saat ini adalah kurang dikenal

oleh masyarakat di luar kawasan perkebunan PERHUTANI, sedangkan pada

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan ketrampilan; (2) kurang modal; (3) kurang sarana dan prasarana untuk

pengembangan tanaman porang secara produktif dan kompetitif. Rendahnya

pengetahuan masyarakat menyebabkan kurangnya sumber daya dalam

manajemen organisasi, sehingga kepentingan individu lebih diutamakan,

ditambah dengan kurangnya promosi penggunaan porang oleh perusahaan dan

pedagang perantara menyebabkan harga porang sangat ditentukan oleh pedagang

perantara.

Dalam usaha budidaya tanaman, diperlukan penelitian mengenai faktor

tumbuh tanaman karena orientasi sasaran berupa kualitas dan produktivitas.

Selain kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada faktor lingkungan, juga

diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor pertumbuhan untuk mendapat

produktivitas tanaman yang optimum. Faktor-faktor pertumbuhan tanaman yang

perlu diperhatikan meliputi intensitas naungan dan ketepatan dosis dalam

pemupukan.

Naungan dan pemupukan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan budidaya disamping faktor-faktor pertumbuhan lainnya. Intensitas

naungan, diharapkan berpengaruh langsung terhadap hasil produksi kandungan

glukomanan dan pati yang tinggi. Untuk mengatur kebutuhan tanaman terhadap

intensitas cahaya, sangat diperlukan adanya pengaturan naungan. Naungan

berfungsi untuk mencegah sinar matahari dan air hujan yang langsung jatuh di

bedengan, dan pada tanaman muda perlu pencegahan dengan naungan. Tanaman

porang muda tidak tahan terhadap matahari yang terik karena dapat menyebabkan

pucuk tanaman kering dan tumbuh kerdil (Sumarwoto 2005).

Besarnya jumlah hara yang diserap oleh tanaman sangat bergantung pada

larutan pupuk yang diberikan, dimana hara yang diserap oleh tanaman akan

dimanfaatkan untuk proses fotosintesis yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada pertumbuhan maupun hasil yang diperoleh (Sudjito, 1996). Pemupukan

melalui daun ditentukan dua faktor yaitu media tumbuh yang digunakan dan

teknik pemeliharaan tanaman sehingga pemupukan melalui daun pada umumnya

(17)

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Penggunaan pupuk daun dengan konsentrasi yang tepat dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena unsur-unsur yang terkandung

dalam pupuk daun mempengaruhi produktivitas tanaman dan memiliki peran

besar dalam keberhasilan budidaya tanaman. Selain konsentrasi pupuk daun yang

tepat, penggunaan naungan dalam kesesuaian intensitas cahaya tanaman yang

dibutuhkan lingkungan juga menentukan keberhasilan pertumbuhan suatu

tanaman.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian

ini adalah terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara intensitas naungan

dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman porang,

terdapat pengaruh intensitas naungan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

porang, dan konsentrasi pupuk daun mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman

porang.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun

terhadap pertumbuhan dan hasil porang.

2. Mendapatkan intensitas naungan yang tepat untuk meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman porang.

3. Mendapatkan konsentrasi pupuk daun yang tepat untuk meningkatkan

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Porang

Tanaman porang memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub-kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae (suku talas-talasan)

Genus : Amorphophallus

Spesies : Amorphophallus oncophyllus

(Lingga 1992).

Porang merupakan tanaman herba, berbatang tegak, lunak, batang halus

berwarna hijau belang-belang putih. Daun soliter, dengan tangkai panjang,

berwarna hijau pucat. Helaian daun terbelah menjadi tiga, di tengah helaian daun

ada umbi cokelat tua gelap yang kasar dan berbintil-bintil bernama bulbil atau

katak (umbi gantung). Anak daun berbentuk lanset (kecil panjang) dengan banyak

lekukan pada pinggir daun. Pembungaan soliter yang tumbuh dari umbinya ketika

daun dorman, tangkai bunga silinder, permukaan licin, panjang, berwarna hijau

mengkilat dengan bintik-bintik hijau muda (Pursglove 1972, Flach dan Rumawas

1996).

Porang memiliki organ penyimpanan bawah tanah berupa umbi yang

biasanya berbentuk bulat pipih dan menjadi besar setelah mencapai tahap dewasa.

Umbi berbentuk bulat dengan garis tengah umbi dapat mencapai sekitar 30 cm

dan tebal 20 cm, beratnya dapat mencapai 20-25 kg, dan daging umbi berwarna

putih kekuningan dengan kulit umbi berwarna cokelat gelap.

(19)

commit to user

5

Perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan dengan cara

generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan porang melalui

berbagai cara, antara lain:

1. Perkembangbiakan dengan katak

Katak adalah buah yang tumbuh pada percabangan daun. Pada masa

panen, katak dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki

musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan

2. Perkembangbiakan dengan biji tanaman

Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga

yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa

menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit

porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.

3. Perkembangbiakan dengan umbi

Umbi berukuran kecil diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang

sudah terlalu rapat. Hasil pengurangan ini dimanfaatkan sebagai bibit,

selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

Penanaman porang dilakukan pada musim hujan dengan masa

pertumbuhan pada bulan basah. Tanaman pertama baru dapat dipungut hasilnya

pada umur tiga tahun, dan berikutnya tidak perlu menanam lagi karena di lokasi

tersebut akan tumbuh tanaman baru yang berasal dari biji, bulbil, atau anakan dari

umbi tetas (generatif) yang didapat pada pangkal cabang daun porang yang sudah

tua atau dari buah yang jatuh, dan anak umbi di dalam tanah, hingga pelaksanaan

pengaturan jarak tanam serta pemeliharaan.

Tanaman porang dapat tumbuh pada semua jenis tanah, namun demikian

perlu diperhatikan syarat tumbuh tanaman agar usaha budidaya tanaman produktif

dan ekonomis, terutama menyangkut iklim dan keadaan tanah. Tanaman porang

memiliki toleransi tinggi terhadap naungan atau tempat teduh. Tanaman porang

membutuhkan cahaya maksimum sampai 40%. Tanaman porang dapat tumbuh

pada ketinggian 0-900 m dpl, paling baik pada daerah yang mempunyai

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tanaman porang dapat tumbuh optimal pada tanah subur disertai drainase yang

baik (Falch dan Rumawan 1996).

Ciri porang yang telah siap panen adalah tanaman mulai layu, daun

menguning, mengering, batang tumbang dan busuk. Panen dilakukan dengan cara

digali agar umbi tidak luka, karena jika mengalami kerusakan dikhawatirkan

menjadi sarana masuknya hama dan penyakit sehingga mempengaruhi bobot umbi

yang seharusnya dapat mencapai lebih dari 3 kg. Di Cina dan Jepang, porang jenis

konjac ditanam sebagai bahan pangan dan dipanen setahun sekali apabila umbi

telah tua dan berasa manis. Untuk keperluan industri konjac dipanen setelah

berumur tiga tahun.

Porang merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan

prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Porang juga mampu menghasilkan

karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan. Glukomanan adalah

polisakarida yang tersusun atas glukosa dan manosa yang bersifat multifungsi,

dapat digunakan sebagai bahan makanan pokok, berbagai macam industri,

laboratorium kimia, dan obat-obatan. Umbi segar diperoleh 13% materi kering

yang terdiri atas 70% glukomanan dan 30% sisanya adalah pati (Keithley dan

Swanson 2005).

Sebagai sumber bahan pangan dan bahan baku industri, porang memiliki

komposisi utama yaitu karbohidrat 80%. Setiap 100 gram porang mengandung

protein 1,2 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 19,0 g, kalsium 49 mg, besi 0,6 mg, fosfor

(P) 22 mg, serat 0,8 g, dan 340 kalori (Depkes 1967, Flach dan Rumawas 1996).

Dapat kita lihat di sini bahwa budidaya tanaman porang itu sendiri

mempunyai prospek yang baik dan bernilai ekonomis tinggi bagi masyarakat,

sehingga dapat membantu masyarakat dalam membuka lapangan kerja serta usaha

(21)

commit to user

7

B. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Porang

Menurut Sitompul (2004), kenaikan intensitas cahaya matahari dari 30%

menjadi 50% dan 100% cahaya matahari penuh, memiliki akibat yang

berbeda-beda terhadap tanaman. Pada tanaman dengan kapasitas fotosintesis tinggi,

kenaikan intensitas cahaya matahari selalu menaikkan kecepatan fotosintesis

bersih, tetapi pada tanaman terjadi penurunan fotosintesis, kenaikan intensitas

cahaya matahari >30% (3000 fc) sudah tidak mampu menaikkan kecepatan

fotosintesis bersih.

Mutiarasani (2008) menyatakan bahwa tanaman porang yang

dibudidayakan di Jawa Timur, memiliki naungan yang ideal dengan kerapatan

40%, dimana semakin rapat naungan maka pertumbuhan porang semakin baik.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penggunaan paranet dipilih memiliki

intensitas naungan kurang dari 40 % yaitu 25 % dan lebih dari 40% sebesar 75%.

Tanaman yang tumbuh di bawah naungan umumnya tergolong tanaman

C3. Tanaman porang secara empiris banyak dijumpai di bawah tegakan pohon jati,

mahoni dan jenis pohon lainnya. Porang ialah tanaman berlintasan C3 yang

memiliki fotosintesis maksimal pada cahaya lebih rendah dibandingkan tanaman

dengan cahaya penuh. Tanaman berlintasan C3 dicapai pada radiasi cahaya

matahari lebih rendah daripada tanaman C2. Laju fotosintesis maksimal daun

dicapai pada kejenuhan cahaya radiasi sekitar 300 - 400 Jm2/s (Sitompul dan

Moenandi 2004).

Tanaman porang tidak tahan terhadap intensitas cahaya tinggi dan

membutuhkan naungan antara 50-60% untuk pertumbuhan yang optimal. Jenis

tanah yang baik untuk pertumbuhan porang adalah tanah liat berpasir dan liat

berlempung dengan kisaran pH antara 6-7,5 dan kandungan humus yang tinggi.

Naungan yang ideal untuk tanaman porang adalah jenis jati, mahoni, sono, dan

lain-lain. Keutamaan naungan pada porang untuk mengurangi kemungkinan

kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat

semakin baik bagi pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas tanaman

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Masing-masing jenis tanaman mempunyai respon yang berbeda. Porang

memerlukan cahaya matahari untuk aktivitas fotosintesis, dengan toleransi yang

berbeda. Berlaku hampir untuk semua tanaman, bila jumlah sinar matahari yang

diterima kurang pada tingkat tertentu, maka produktivitas dan mutunya cenderung

menurun. Naungan bagi tanaman berfungsi untuk memperkecil proses transpirasi

dan respirasi melalui pengurangan intensitas cahaya, kecepatan angin, dan

temperatur udara. Intensitas cahaya makin tinggi menyebabkan lapisan palisade

semakin panjang dan jumlah stomata semakin sedikit (Pitono et al 1996, Utami

dan Juhaeti 2004).

Pada intensitas cahaya rendah, hasil CO2 dari proses respirasi dapat

melampaui jumlah CO2 yang difiksasi melalui fotosintesis. Intensitas cahaya pada

saat laju fiksasi CO2 (fotosintesis) setara dengan laju pembebasan CO2 (respirasi)

disebut sebagai Titik Kompensasi Cahaya (Lakitan 1993).

C. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Porang

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan

kapasitas produksi tanah. Pemupukan tersebut dapat berupa pupuk organik, pupuk

anorganik, atau campuran keduanya. Menurut Sutejo (1995), penggunaan pupuk

organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah.

Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil

dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia

tanah juga akan berubah.

Pupuk daun merupakan unsur yang diberikan melalui daun dengan cara

penyemprotan atau penyiraman pada daun tanaman sehingga mencukupi

kebutuhan nutrisi tanaman yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan (Sutejo dan Kartasapoetra 2002). Ada satu hal kelebihan yang

paling mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat

dibandingkan pupuk yang diberikan akar. Akibatnya tanaman akan lebih cepat

menumbuhkan tunas dan tanah tidak mengalami kerusakan.

Keuntungan lain pupuk daun ialah didalamnya terkandung unsur hara

(23)

commit to user

9

unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk

majemuk. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau

kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam

bobot pupuk daun yang harus dilarutkan ke dalam satuan volume air, misalnya

pada kemasan pupuk daun tertera angka konsentrasi 2 gram/l, artinya pupuk

sebanyak 2 gram dilarutkan ke dalam 1 liter air. Angka konsentrasi tertentu selalu

dicantumkan pada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk daun yang digunakan

melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar (Novizan 2002).

Pupuk daun umumnya mengandung unsur hara makro dan mikro

sehingga pemakaiannya dapat lebih efektif dan efisien. Peran pupuk daun selain

sebagai penyuplai nutrisi yang juga berperan sebagai komponen bioreaktor sangat

kompleks. Fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi

melalui mekanisme eksudat. Selain itu mampu menjaga stabilitas tanah, menuju

kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap

penyakit yang menyerang tanaman.

Secara umum pupuk daun sangat baik diberikan dalam budidaya tanaman

porang, sebab untuk tumbuh dan berproduksi tinggi, dengan kualitas kandungan

glukomanan dan pati yang tinggi, porang membutuhkan tanah yang kaya akan

hara dan humus. Salah satu pendukung adalah dengan pemberian pupuk daun

sebagai sumber unsur hara juga karena kandungan tersebut mampu menekan

terjadinya kekeringan pada tanah. Untuk lahan-lahan di Indonesia, pupuk

umumnya diberikan 1 minggu sebelum tanam bersamaan waktu pengolahan tanah

sebagai pupuk dasar sebanyak 10 ton/ha dengan cara dibenamkan sedalam 10 cm

(Anonim 1990).

Dalam rangka mendapatkan hasil produksi porang yang maksimal,

dengan mempelajari karakter porang terhadap asupan nutrisi yang lebih

dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas umbi dengan kandungan porang

misalnya glukomanan, pati dan memperoleh rasa porang yang manis dan enak,

maka tanaman porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek

(tergenang air), karena kadar air yang terlalu tinggi berakibat cepat busuk akar,

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

porang. Porang membutuhkan tanah yang kaya akan hara dan humus. Salah satu

pendukung adalah dengan pemberian pupuk daun sebagai sumber unsur hara juga

karena produktivitas tanaman yang bersumber pada bagian daun.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Intensitas naungan 40% dan konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman

mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman porang

2. Intensitas naungan 40% mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman porang.

3. Konsentrasi pupuk daun sebanyak 2,5 mS/tanaman meningkatkan

(25)

commit to user

11

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan

April 2012 bertempat di Screen House, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: umbi tanaman

porang (siap tanam), media tanam, pupuk daun (nutrisi AB mix), fungisida

(Dithane), air/ aquades.

2. Alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian antara lain: alat tulis,

polybag ukuran 40 cm x 40 cm, timbangan analitik, kamera digital, pisau silet,

pinset, label, paranet 75%, 65%, 25%, EC meter (Electroconductivity),

klorofilmeter, luxmeter, mesin giling tanah, mikroskop, Lem PVC.

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) yang

disusun secara faktorial terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu :

a) Faktor pertama sebagai main plot adalah intensitas naungan (N) yang

terdiri atas 3 taraf, yaitu:

N1 : intensitas naungan 75%

N2 : intensitas naungan 65%

N3 intensitas naungan 25%

b) Faktor kedua sebagai sub plot adalah pemberian pupuk daun lengkap (P)

yang terdiri dari 4 taraf, yaitu

P0 : Tanpa pupuk daun

P1 : Pupuk daun lengkap 1 mS/tanaman

P2 : Pupuk daun lengkap 2,5 mS/tanaman

P3 : Pupuk daun lengkap 3,5 mS/tanaman

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dari kedua faktor tersebut, diperoleh 12 kombinasi perlakuan,

masing-masing diulang sebanyak 3 kali.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Bahan tanam

Bahan tanam dalam penelitian dengan menggunakan umbi. Umbi

porang diperoleh di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten

Madiun, Jawa Timur.

b. Persiapan Lahan

Penelitian dilaksanakan di dalam screen house dengan berbagai

intensitas naungan dan diberi naungan berupa paranet sesuai perlakuan.

c. Persiapan tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah

latosol. Setelah media tanam siap, maka media tanam tersebut dimasukkan

dalam polybag sebanyak 3/4 bagian dan disiram dengan air.

d. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit porang pada

polybag dengan ukuran 40 cm x 40 cm, selanjutnya disiram dengan air.

Umbi dipilih yang sehat atau bebas jamur, dengan berat umbi ±150 gram.

e. Pemeliharaan

 Pemupukan

Pemberian pupuk daun saat tanaman berumur 6 MST atau pada

saat daun tanaman porang membuka sempurna, sebagai parameter

pertumbuhan tanaman porang. Pupuk yang digunakan merupakan

pupuk daun lengkap masing-masing 1mS/tanaman, 2,5 mS/tanaman,

dan 3,5 mS/tanaman.

 Penyiraman

Penelitian dilaksanakan saat musim hujan, sehingga penyiraman

tanaman dengan memanfaatkan air hujan.

 Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika tanaman yang mati sebelum umur 2

(27)

commit to user

13

 Penyiangan

Penyiangan dilakukan jika ada tumbuhan pengganggu yang

tumbuh agar tidak mengganggu pertumbuhan porang.

 Pengendalian Hama Penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan apabila ditemukan

hama atau penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan porang.

f. Pemanenan

Tanaman porang dipanen pada saat tanaman telah berumur empat bulan.

3. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain:

a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur pada bagian batang dua minggu sekali,

dimulai satu minggu setelah tanam. Pengukuran dimulai dari permukaan

tanah hingga titik tumbuh (mata tunas), kemudian setelah muncul batang

dilanjutkan dengan pengukuran panjang batang, yang paling tinggi dengan

menggunakan satuan cm.

b. Jumlah daun

Menghitung jumlah daun tanaman pada saat daun berkembang

sempurna FEL (full expanded leaf). Pengamatan dilakukan dua minggu

sekali dengan menggunakan satuan helai.

c. Luas Daun

Pengukuran luas daun dilakukan saat muncul daun bukaan sempurna

menggunakan metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan

menggambar daun pada sebuah kertas yang menghasilkan replika daun.

Replika daun tanaman tersebut digunting dari kertasnya, berat dan luasnya

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika

daun dengan total kertas sebagai berikut:

xLk Wt Wr LD

Keterangan:

Wr = Berat kertas replika daun

Wt = Berat total kertas

Lk = Luas total kertas.

d. Analisis Kandungan klorofil

Analisis kandungan klorofil dilaksanakan saat tanaman berumur 6

MST atau pada saat daun membuka sempurna, dan pengamatan

kandungan klorofil dilakukan tiap minggu, dengan menggunakan alat

klorofilmeter.

e. Berat umbi

Berat segar umbi diukur dengan menimbang berat segar umbi di

akhir penelitian atau pada saat panen dengan menggunakan satuan gram.

f. Berat akar

Mengukur berat akar tanaman yang ditanam saat panen atau di

akhir pengamatan, dengan melakukan pembongkaran bagian akar di akhir

penelitian.

4. Analisis Data

Data dianalisis dengan uji F taraf 5% untuk mengetahui keragaman yang

ditimbulkan oleh perlakuan, dan apabila terdapat beda nyata akan dilanjutkan

dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan nilai

(29)

commit to user

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis ragam, pertumbuhan dan hasil porang yang disajikan

pada Tabel 1 menunjukkan bahwa intensitas naungan berpengaruh nyata terhadap

semua variabel pengamatan. Konsentrasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap

variabel jumlah daun, dan berat umbi. Tidak terjadi interaksi antara intensitas

naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

porang.

Tabel 1. Hasil analisis ragam pada berbagai variabel pengamatan

Variabel pengamatan Naungan Pupuk Daun Interaksi

Tinggi tanaman * ns ns

Jumlah daun * * ns

Luas daun * ns ns

Kandungan klorofil * ns ns

Berat umbi * * ns

Berat segar akar * ns ns

Keterangan ns = tidak beda nyata * = beda nyata

A. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai

indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan

atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling

mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995).

Tinggi tanaman digunakan sebagai indikator keberhasilan pertumbuhan

tanaman porang. Persentase hidup porang secara visual berkaitan dengan faktor

ekologi yaitu lingkungan yang didalamnya mencakup pengaruh suhu, kelembaban,

cahaya matahari, keadaan media serta kecukupan unsur hara dan mineral yang

dibutuhkan tanaman.

Hasil analisis ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa naungan

berpengaruh nyata, sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata,

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dan tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan dengan konsentrasi pupuk

daun terhadap tinggi tanaman porang (Lampiran 5; Tabel 11).

Tabel 2. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-rata tinggi tanaman porang pada umur 2-16 MST

Intensitas naungan

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%

(-) = Tidak terdapat interaksi

Berdasarkan hasil analisis lanjutan yang disajikan Tabel 2, intensitas naungan

memberikan hasil berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Pada konsentrasi pupuk

daun terhadap tinggi tanaman, diketahui tanpa pupuk daun 0 mS/tanaman

memberikan hasilvtidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 1

mS/tanaman, pupuk daun 2,5 mS/tanaman, maupun pupuk daun 3,5 mS/tanaman.

Konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman dan pupuk daun konsentrasi 3,5

mS/tanaman berbeda nyata dengan pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan tidak

terdapat interaksi antara intensitas naungan 75%, 65%, dan 25% dengan

konsentrasi pupuk daun, konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, konsentrasi

pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Tinggi

tanaman porang dengan intensitas naungan sebesar 75% menunjukkan hasil

rata-rata tertinggi sebesar 64,63 cm, sedangkan intensitas naungan 65% hasil rata-rata-rata-rata

sebesar 55,28 cm. Hasil terendah 41,28 cm dihasilkan pada intensitas naungan

25%.

Intensitas naungan 75% dapat menaikkan pertumbuhan dan hasil tanaman

porang. Intensitas naungan 75% menunjukkan peningkatan laju fotosintesis,

sehingga laju translokasi lebih cepat dan memacu laju fiksasi CO2. Semakin tinggi

fiksasi CO2, semakin efisien pula tanaman dalam mensintesis karbohidrat.

Perombakan protein dan asam-asam keton yang digunakan untuk memproduksi

(31)

commit to user

17

dan akan membentuk sel-sel baru dalam jaringan. Dengan kondisi intensitas

cahaya rendah cenderung tumbuh lebih tinggi, hal ini disebabkan pengaruh

peningkatan aktivitas auksin pada meristem apikal. Kecepatan pembelahan sel dan

pembentukan sel-sel baru tanaman intensitas naungan 75% menunjukkan hasil

maksimal, tetapi dari segi kualitas sel-sel baru yang terbentuk relatif rendah dan

berpengaruh pada kekuatan batang.

Pada intensitas naungan 25% dihasilkan tinggi tanaman terendah, disebabkan

tanaman berada pada kondisi cekaman. Sinar matahari maksimal pada siang hari

akan berpengaruh pada laju fotosintesis yang terlalu tinggi, sehingga menghambat

translokasi fotosintesis dalam memacu laju fiksasi CO2 dalam mensintesis

karbohidrat. Proses pembentukan dan pembesaran sel lebih lama. Aktivitas auksin

menurun, sehingga tanaman porang tumbuh lebih pendek, dan kecil. Lakitan

(1993) menyatakan, tanaman dengan laju fotosintesis yang tinggi, juga

menunjukkan laju translokasi fotosintesis yang tinggi pula. Jadi, translokasi

fotosintat yang cepat akan memacu laju fiksasi CO2.Tinggi rendahnya fiksasi CO2

mempengaruhi efisiensi tanaman dalam mensintesis karbohidrat.

Lakitan (1993) menyatakan bahwa tanaman ternaungi mencapai titik jenuh

pada intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% daripada tanaman pada intensitas

cahaya rendah pada naungan 75%. Laju fotosintesis tanaman berintensitas

naungan 75% lebih optimal dibandingkan tanaman berintensitas naungan 25%,

dan titik kompensasi cahaya tanaman berintensitas naungan 75% lebih tinggi

dibandingkan tanaman dengan intensitas naungan 25%.

Monteith (1990) berpendapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya,

kelembaban udara dan lengas tanah semakin rendah, sedangkan temperatur tanah

dan temperatur udara semakin tinggi. Peningkatan intensitas cahaya pada naungan

25% menurunkan kelembapan udara, lengas tanah, serta menaikkan temperatur

udara, temperatur tanah, dan pH tanah. Kelembapan udara, temperatur udara,

temperatur tanah, pH tanah, konsentrasi larutan, dan tingkat aktivitas metabolisme

tanaman mempengaruhi kualitas penyerapan pupuk daun. Kecepatan penyerapan

pupuk daun juga dipengaruhi oleh status hara dan umur tanaman. Bila kadar hara

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

cepat. Kecepatan penyerapan unsur hara oleh tanaman menurun seiring dengan

bertambahnya umur tanaman.

Penyerapan hara oleh daun dirangsang oleh adanya cahaya matahari.

Keberadaan intensitas cahaya berpengaruh terhadap peningkatan temperatur dan

penguapan. Intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% menyebabkan penguapan

lebih tinggi, sehingga proses pengeringan larutan pupuk daun yang disemprotkan

menjadi lebih cepat (Afandie,2002)

Konsentrasi larutan tertinggi dalam penelitian ditunjukkan pada pemberian

pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman dianggap

terlalu pekat, sehingga kurang mendukung pertumbuhan dan hasil porang.

Konsentrasi larutan yang terlalu pekat dan melampaui batas toleransi,

dikhawatirkan mengakibatkan keracunan pada tanaman.

Efisiensi konsentrasi larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan

kebutuhan hara oleh tanaman. Bila konsentrasi terlalu tinggi maka larutan nutrisi

semakin pekat, terjadi kerusakan pada organ tanaman khususnya daun seperti

nekrotis dan cokelat terbakar, menurunkan tingkat penyerapan air dan potensial

daun. Sebaliknya jika pengaturan EC terlalu rendah dan ketersediaan unsur hara

sangat sedikit juga berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman, disebabkan

defisiensi hara.

Ketersediaan dan penyerapan nutrisi pada konsentrasi pupuk daun 2,5

mS/tanaman menunjukkan kesesuaian terhadap batas toleransi tanaman porang,

hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 2 yang menunjukkan hasil tertinggi pada

konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman. Diduga bahwa pengaturan EC pada

konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman terlalu rendah bagi tanaman porang,

sehingga efisiensi penyerapan dan penyimpanan unsur hara oleh tanaman akan

menurun disebabkan terlalu rendah mengalami titik jenuh.

Tinggi tanaman porang dapat dihitung pada saat tanaman mulai berumur 2

MST, saat belum muncul batang utama, yakni pembesaran tunas petiole

meruncing. Pengukuran tinggi tanaman berumur 2 MST tersebut, diukur dari

permukaan tanah polybag sampai ujung tunas petiole, sedangkan tanaman

(33)

commit to user

19

tanaman porang mulai 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 16 MST

disajikan dalam gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman porang pada umur 2-16 MST

Pertumbuhan tanaman porang ditandai dengan tumbuhnya tunas pada umur 2

MST, kemudian muncul petiole yang dianggap batang porang pada umur 3 MST.

Pertumbuhan tanaman tercepat terjadi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-10,

yaitu rata-rata mengalami kenaikan sebesar 15-20 cm per minggu, hal ini

dikarenakan pada saat itu merupakan fase pertumbuhan awal tanaman porang

sehingga kecepatan tumbuh lebih cepat. Pada minggu ke-11 sampai minggu ke-14

masih terjadi penambahan tinggi tanaman, namun lebih lambat dibandingkan fase

sebelumnya atau pertumbuhan awal. Pertumbuhan tanaman masih berlanjut

hingga 16 MST, namun penambahan tinggi hanya 3-5 cm tiap minggunya. Pada

minggu 17 tidak terjadi peningkatan tinggi. Pada umur 17 MST dan selanjutnya,

tanaman porang dianggap memasuki fase pertumbuhan generatif, ditandai

munculnya bulbil (katak). Diduga fase vegetatif terhenti yang kemudian

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

B. Jumlah daun

Organ tanaman yang utama dalam menyerap nutrisi seimbang dan

penyerapan radiasi matahari adalah daun. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang

maksimal, tanaman harus memiliki cukup banyak daun dalam tajuk, sebagai

penyerap sebagian besar radiasi matahari yang jatuh pada tajuk tanaman

(Goldsworthy dan Fisher 1996).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa intensitas naungan 75% dan

intensitas naungan 65% tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan

naungan 25%. Konsentrasi pupuk daun pada pelakuan jumlah daun menunjukkan

kontrol atau tanpa pupuk daun, tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk

daun 1 mS/tanaman dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman, namun berbeda

nyata dengan pupuk daun 2,5 mS/tanaman. Tidak terdapat interaksi antara

intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap jumlah daun porang

(Lampiran 5; Tabel 13).

Tabel 3. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-rata jumlah daun tanaman porang pada umur 4-12 MST

Tingkat naungan (N)

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%

(-) = Tidak terdapat interaksi

Berdasarkan Tabel 3 pengaruh intensitas naungan terhadap jumlah daun

menunjukkan hasil rata-rata jumlah daun tertinggi sebesar 40,08 helai pada

intensitas naungan 75%. Untuk intensitas naungan 65% rata-rata tinggi tanaman

37,75 helai, sedangkan intensitas naungan 25% memiliki rata-rata terendah

dengan jumlah daun 28,50 helai. Hal tersebut dipengaruhi intensitas cahaya

rendah pada intensitas naungan 75% cenderung menunjukkan laju fotosintesis

(35)

commit to user

21

menyebabkan laju fiksasi CO2 semakin cepat, sementara akumulasi fotosintesis

pada daun optimal, dilanjutkan proses pembelahan, pembesaran sel, disertai

pembentukan organ daun, sehingga meningkatkan jumlah daun. Sebaliknya, hasil

terendah ditunjukkan pada intensitas naungan 25% disebabkan terlalu tingginya

intensitas cahaya, mempengaruhi laju translokasi fotosintesis, menyebabkan laju

fiksasi CO2 sangat cepat dan terjadi peningkatan fotorespirasi. Akumulasi

fotosintat berlebih, mengakibatkan penumpukan fotosintat di daun, sehingga

menghambat laju fotosintesis. Diduga hasil fotosintat berupa butiran pati yang

secara fisik menghalangi cahaya mencapai membran tilakoid, sehingga

menghambat fotosintesis. Peningkatan berlebih proses fotorespirasi, menyebabkan

pertumbuhan dan hasil tanaman porang kurang optimal. Intensitas cahaya yang

terlalu tinggi menghambat laju pembentukan daun tanaman porang.

Jumlah daun pada kontrol atau tanpa pupuk daun sebesar 33,33 helai,

sedangkan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman diperoleh rata-rata jumlah daun

terendah 32,67 helai. Rata-rata jumlah daun tertinggi sebesar 42,33 helai

ditunjukkan konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, sedangkan konsentrasi

pupuk daun 3,5 mS/tanaman memiliki rata-rata jumlah daun 33,44 helai. Pupuk

daun dengan konsentrasi tepat ditunjukkan pada pupuk daun berkonsentrasi 2,5

mS/tanaman.

Hasil tertinggi konsentrasi pupuk lengkap 2,5 mS/tanaman menunjukkan

pertumbuhan vegetatif tanaman optimum disebabkan kualitas nutrisi tercukupi.

Konsentrasi larutan garam yang tepat berpengaruh pada kemampuan

menghantarkan akumulasi ion-ion positif yang ada dalam larutan, sehingga dapat

berfungsi optimal. Proses konduktivitas listrik dalam larutan tersebut mampu

melakukan penyerapan ion oleh akar, aktivitas enzim maksimum, sehingga

pertumbuhan daun maksimal.

Jumlah daun pada kontrol (0 mS/tanaman) dan konsentrasi pupuk daun 1

mS/tanaman tidak menunjukkan jumlah daun yang berbeda sehingga

menunjukkan unsur hara dalam tanah telah mencukupi kebutuhan tanaman akan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Terlalu tinggi konsentrasi pupuk daun pada konsentrasi 3,5 mS/tanaman

kurang mendukung pertumbuhan vegetatif dan hasil tanaman porang. Diduga

konsentrasi pupuk daun yang diberikan terlalu tinggi, sehingga menyebabkan

semakin tinggi kuantitas laju penyerapan, namun kurang efektif dari segi kualitas.

Kualitas penyerapan pupuk tidak hanya dipengaruhi konsentrasi tetapi juga umur

tanaman. Bertambahnya umur tanaman menyebabkan menurunnya kecepatan

penyerapan pupuk oleh tanaman (Afandie et al.2002).

Pada pembukaan daun sempurna, saat tanaman porang berumur 4 MST,

tanaman membutuhkan asupan hara yang cukup dengan konsentrasi tepat. Lakitan

(1993) menyatakan, disamping fiksasi CO2, umur daun (stadia perkembangan

daun) mempengaruhi laju fotosintesis. Kemampuan daun untuk berfotosintesis

meningkat pada awal perkembangan daun, tetapi kemudian mulai turun, kadang

sebelum daun tersebut berkembang penuh (fully developed). Daun yang

mengalami senescence akan berwarna kuning karena kehilangan kemampuan

untuk berfotosintesis, karena perombakan klorofil dan hilangnya fungsi kloroplas.

C. Luas daun

Daun menjadi daerah pembagian asimilat, sehingga dimanfaatkan untuk

mendukung pertumbuhan, khususnya peningkatan luas daun. Pertumbuhan

tanaman berhubungan langsung dengan rerata luas daun. Peningkatan hasil

variabel luas daun akan meningkatkan pula hasil yang diperoleh (Ohno 1976).

Luas daun merupakan salah satu variabel pengamatan yang penting untuk

diketahui, karena luas daun menandakan bahwa tanaman mengalami

pertumbuhan. Selain itu, peningkatan luas daun mempermudah dalam

menganalisis pertumbuhan karena berhubungan erat dengan penentuan indeks

luas daun dan laju asimilasi bersih tanaman.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa intensitas naungan berpengaruh

nyata, sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata dan tidak

terdapat interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap

luas daun porang (Lampiran 5; Tabel 15). Hasil rata-rata luas daun akibat

(37)

commit to user

23

Tabel 4. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-rata luas daun tanaman porang pada umur 12 MST

Tingkat naungan (N)

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%

(-) = Tidak terdapat interaksi

Intensitas naungan 75%, 65%, dan 25% berbeda nyata terhadap luas daun.

Pada kontrol atau tanpa pupuk tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk

daun 1 mS/tanaman, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi

pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan

dan konsentrasi pupuk daun.

Berdasarkan Tabel 4, hasil rata-rata tertinggi luas daun ditunjukkan pada

intensitas naungan 75% sebesar 2221,4 cm2, sedangkan hasil rata-rata luas daun

intensitas naungan 65% sebesar 1760,71cm2. Rata-rata luas daun terendah

ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 962,14 cm2. Hal ini disebabkan

intensitas cahaya yang tinggi pada naungan 25% cenderung menunjukkan

peningkatan laju fotosintesis mengakibatkan cadangan makanan dihabiskan lebih

cepat daripada yang disimpan. Intensitas cahaya yang diterima mempengaruhi

proses membuka dan menutupnya stomata. Terganggunya mekanisme membuka

dan menutupnya stomata berdampak pada peningkatan laju respirasi yang

memiliki kecenderungan menurunkan kualitas hasil fotosintesis. Intensitas

naungan 75% menunjukkan hasil rata-rata tertinggi, sebab dipengaruhi jumlah

daun. Semakin banyak jumlah daun, semakin banyak hasil asimilasi yang

diproduksi, selanjutnya dibagikan pada organ-organ tanaman, seperti akar dan

daun, sehingga mendukung pertambahan luas daun porang. Produktivitas tanaman

meningkat seiring dengan meningkatnya luas daun, karena lebih banyak cahaya

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

naungan paling rendah intensitasnya, diduga semakin banyak hasil asimilasi yang

dibagikan pada akar dan daun. Daun yang menjadi daerah pembagian asimilat

dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan, sehingga luas daun tanaman

meningkat.

Chabot dan Hicks (1992) memperkuat dugaan, dengan menyatakan bahwa

pada intensitas cahaya rendah menyebabkan ukuran daun menjadi lebih kecil,

tipis, jumlah daun lebih banyak dengan stomata lebih besar, sedangkan pada

intensitas cahaya yang tinggi, jumlah daun lebih sedikit dengan stomata lebih

kecil dan tekstur daun lebih keras dan tebal.

Peningkatan luas daun, pada dasarnya suatu bentuk kemampuan adaptasi

tanaman dalam mengatasi cekaman naungan. Peningkatan luas daun merupakan

upaya tanaman porang dalam mengefisienkan penangkapan energi cahaya yang

digunakan untuk fotosintesis secara normal pada kondisi intensitas cahaya terlalu

tinggi atau rendah sekalipun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti 2004

bahwa intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% menghasilkan daun lebih tebal

dengan tekstur keras, lapisan epidermis dan ruang antar sel lebih sempit,

sebaliknya tanaman yang menerima intensitas cahaya rendah menghasilkan daun

lebih luas dan lebih kompak lapisan kutikula dengan dinding sel lebih tipis dan

tekstur daun lebih halus.

Luas daun berbanding positif dengan jumlah daun sehingga besarnya luas

daun dipengaruhi oleh jumlah daun tiap tanaman. Hasil pengamatan secara visual

di lapang, diketahui bahwa naungan 75% memiliki luas daun lebih besar

dibanding luas daun 65% dan 25%. Semakin besar persentase intensitas naungan,

semakin besar luas daun sebagai bentuk mekanisme adaptasi tanaman porang

terhadap cekaman naungan.

Tabel 4 menunjukkan luas daun tanpa pemberian pupuk daun memiliki hasil

rata-rata terendah sebesar 1372,40 cm2. Pada konsentrasi pupuk daun 1

mS/tanaman menghasilkan rata-rata luas daun sebesar 1605,70 cm2, sedangkan

hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman

sebesar 2024,75 cm2. Konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman memiliki hasil

(39)

commit to user

25

larutan dengan pengaturan EC disesuaikan kondisi lingkungan dan karakter

tanaman porang.

Konsentrasi pupuk daun yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah

menyebabkan kondisi jenuh tanaman. Pada perkembangan awal vegetatif pupuk

daun dengan konsentrasi tinggi berpengaruh terhadap pertambahan luas daun.

Golsworthy dan Fisher (1996) menambahkan bahwa tanaman yang mengalami

cekaman (jenuh) disebabkan kepekatan sedang sampai berat seringkali akan

mengurangi luas daun melalui penggulungan daun, penghilangan atau bahkan

kerusakan daun, pengurangan ukuran daun baru yang dihasilkan. Selama

mengalami kondisi jenuh, penurunan luas daun dimaksudkan untuk mengurangi

transpirasi berlebih oleh pupuk daun sehingga tidak cepat menguap, tetapi di sisi

lain merugikan karena proses fotosintesis kurang optimal.

Penurunan luas daun bersifat merugikan, karena proses penyerapan cahaya

matahari secara kualitatif kurang optimal. Konsentrasi pupuk daun 2,5

mS/tanaman menunjukkan semakin efisien konsentrasi pupuk daun, kepekatan

larutan sesuai dan berpengaruh positif terhadap pembentukan daun pada tanaman.

Hasil rata-rata terendah ditunjukkan pada tanaman tanpa pupuk daun dengan

luas daun 674,38 cm2. Hal ini disebabkan tidak adanya tambahan unsur hara yang

diterima melalui pupuk daun. Kebutuhan hara tanaman tidak terpenuhi,

menyebabkan laju pertumbuhan terhambat. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan

terjadi defisiensi hara tanaman yang berpengaruh langsung terhadap fisiologis

porang.

Dasar pertimbangan yang dipakai dalam konsentrasi pupuk daun terutama

adalah sifat unsur, apabila berada pada kondisi aerob atau oksidatif akan

teroksidasi menjadi nitrat berupa anion bermuatan negatif. Apabila bermuatan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D. Analisis Kandungan klorofil

Proses fotosintesis melibatkan metabolisme dalam tanaman untuk

membentuk karbohidrat yang menggunakan karbondioksida (CO2) dari udara dan

air dari dalam tanah dengan bantuan sinar matahari dan klorofil. Fotosintesis

berlangsung dalam kloroplas yang berisi klorofil (Schiefelbein and Benfey 1991).

Klorofil berfungsi sebagai penangkap energi matahari. Tujuan utama mengetahui

kandungan klorofil pada tanaman porang adalah memperoleh hasil reaksi sintesis

molekul klorofil maksimal pada tanaman tersebut.

Sinar matahari dan klorofil melakukan proses pengadaan energi yang

digunakan untuk sintesa makromolekuler di dalam sel, misalnya karbohidrat

dengan mereduksi karbondioksida, proses ini berlangsung di dalam sel. Hasil

reaksi samping yang terjadi berupa molekul oksigen dan merupakan sumber

oksigen di udara.

Kandungan klorofil dipengaruhi dua faktor mendasar yakni, faktor dalam

(genetik) dan faktor luar (lingkungan). Faktor luar terbagi menjadi cahaya,

temperatur, curah hujan. Faktor genetik tanaman meliputi sifat karakter spesies

tanaman mendasari kandungan klorofil masing-masing tanaman, dan semuanya

berbeda sesuai sifat tanaman. Perbedaan gen cukup mempengaruhi, misalnya

perbedaan morfologi, penyimpanan biokimia, sehingga dapat dipastikan

menyebabkan perubahan yakni tinggi atau rendahnya jumlah kandungan klorofil

dan tipe dari konstituen kimia yang dihasilkan (Jumin 1989).

Berdasarkan hasil analisis ragam, intensitas naungan berpengaruh nyata

sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata, dan tidak terdapat

interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap

kandungan klorofil (Lampiran 5, Tabel 17).

Berdasarkan hasil analisis lanjut, intensitas naungan 75%, intensitas

naungan 65%, dan intensitas naungan 25% berbeda nyata. Naungan 75% berbeda

nyata dengan naungan 65% dan 25%. Tanpa penggunaan pupuk, konsentrasi

pupuk daun lengkap 1 mS/tanaman, 2,5 mS/tanaman dan 3,5 mS/tanaman

(41)

commit to user

27

Tabel 5. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-rata kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST

Tingkat naungan (N)

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%

(-) = Tidak terdapat interaksi

Pada Tabel 5, rata-rata kandungan klorofil tertinggi dihasilkan pada

intensitas naungan 65% yaitu sebesar 48,42, sedangkan intensitas naungan 25%

memiliki rata-rata sebesar 44,21, dan intensitas naungan 75% memiliki rata-rata

terendah sebesar 34,56. Tingginya hasil rata-rata kandungan klorofil pada

intensitas naungan 65%, berkaitan dengan proses reaksi sintesis molekul klorofil

yang optimal dengan diimbangi kualitas cahaya, lama penyinaran dan fluktuasi

penutupan awan yang sesuai. Dasar tersebut berpengaruh terhadap proses

evapotranspirasi tanaman, sehingga dihasilkan fotosintesis optimal.

Intensitas cahaya tinggi pada naungan 25 % atau rendah pada naungan 75%

akan menghambat laju fotosintesis, menurunkan aliran hasil fotosintesis, sehingga

tidak sampai ke perakaran. Pada intensitas naungan 25% memiliki hasil rata-rata

terendah disebabkan terjadi proses fotooksidasi, dilanjutkan koagulasi protein

rendah sehingga keseimbangan metabolit terganggu.

Kondisi pada intensitas cahaya rendah pada naungan 75%, intensitas cahaya

terlalu rendah menghambat perkembangan klorofil, sehingga menurunkan aliran

hasil fotosintesis. Intensitas naungan 75% kurang mendukung reaksi sintesis

molekul klorofil pada tanaman porang. Kondisi cekaman naungan, terlalu tinggi

atau terlalu rendah intensitas naungan, mengakibatkan kecenderungan terjadinya

klorosis tanaman, kemudian mati jika menerima cahaya langsung serta terjadi

penghambatan fotosintesis yang diikuti penguraian pigmen kloroplas. Pada

dasarnya pigmen yang dihasilkan pada daun merupakan bentuk adaptasi daun agar

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

naungan 75%, lebih sedikit mengandung protein stroma total, termasuk rubisco,

dan mungkin lebih sedikit pula protein pengangkut elektron pada tilakoid. Secara

otomatis pigmen yang dihasilkan sedikit dan penyerapan cahaya kurang efektif.

Sinar matahari yang ditangkap klorofil meningkatkan energi

elektron-elektron yang dihasilkan dari oksidasi air dalam proses fotosintesis. Elektron yang

telah mempunyai tingkat energi tinggi yakni pada intensitas naungan 25%, setelah

kembali ke tingkat energi semula akan menghasilkan energi kembali. Energi yang

dihasilkan tersebut digunakan untuk keperluan biologis atau dapat dimanfaatkan

dalam sintesa makromolekul dalam sel.

Hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada tanaman tanpa pemberian pupuk,

hal ini berhubungan dengan status hara tanaman yang telah memiliki kecukupan

unsur hara yang diperoleh dari tanah maupun udara, sehingga pemberian pupuk

daun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan sel tanaman yang terdiri atas

dinding sel dan kloroplas. Afandie (2002) menyatakan, kecepatan penyerapan

unsur hara dipengaruhi status hara dalam tanaman. Bila kadar hara dalam tanaman

rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun lebih cepat, namun sebaliknya

jika status hara tanaman tercukupi tidak memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman.

Kandungan klorofil pada kontrol (0 mS/tanaman) dan konsentrasi pupuk

daun 1 mS/tanaman tidak menunjukkan hasil berbeda. Hal ini menunjukkan unsur

hara dalam tanah telah mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga tidak diperlukan

Gambar

Tabel                                Judul dalam Teks                                                 Halaman
Gambar                                Judul dalam Teks                                           Halaman
Tabel 1. Hasil analisis ragam pada berbagai variabel pengamatan
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman porang pada umur 2-16 MST
+6

Referensi

Dokumen terkait

tanda tangan. Digital Signature menjadi sangat penting karena menjadi poin utama dalam hal cyber notary. Digital Signature menggantikan tanda tangan konvensional pada

Kompetensi Pencapaian KOMPETENSI DASAR KELAS / SMTR MATERI POKOK INDIKATOR NOMOR SOAL KET 1 2 3 4 5 6 7 8 1  Menjelaskan hk kekekalan energi  Membedakan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, muslim di dewan direksi, wanita di dewan direksi, usia perusahaan, kepemilikan asing, efek syariah

menyusun karya tulis ilmiah dengan kaidah keilmuan yang benar, (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi karangan Ilmiah yang

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan diterima yaitu terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan

Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Perusahaan Gas

Express meaning of the text in the form of a functional short simple writing using simple past tense write accurately, fluently and thanking to interact in daily