SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Sydney Grashelita Mendrika
NIM: 132214077
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Sydney Grashelita Mendrika
NIM: 132214077
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
if you want to accomplish to goals of your life,
you have to begin with you spirit.
–
Oprah Winfrey
hidupmu adalah pesan yang kau
sampaikan kedunia, buatlah hidupmu
menjadi inspirasi.
–
L.lee
Bergembiralah karena Tuhan,
maka ia akan memberikan kepadamu
Apa yang diingankan hatimu.
–
Mazmur 37;4
Jadilah dirimu yang sebenarnya
Yang unik, yang jujur, yang rendah hati,
Yang bahagia.
–
Merry Riana
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus, penopangku.
Mamaku tercinta, wanita hebat dalam
hidupku.
vii
Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli Ulang
Oriflame, Studi Kasus: Mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma”. Penulisan skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program
Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan,
bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan
menasehati penulis dengan kesabaran dan kesungguhan hati dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk memberikan bimbingan, perhatian,
kritik dan saran yang sangat berharga dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hati
sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen dan staf Sekretariat Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
viii
dengan sabar mendengarkan curahan hatiku yang mendorongku untuk melangkah
maju.
6. Adikku tersayang, Maximilian Andra yang selalu memberikan kasih sayang,
dukungan, doa, dan ocehan yang mengobarkan semangatku untuk terselesainya skripsi
ini.
7. Cece yang ku cintai, Bernadetha Putri Lidia yang selalu sabar mendengarkan curahan
hatiku, terimakasih untuk wejangan-wejangannya.
8. Om dan Tanteku, Yakobus Bigin dan Liechin yang senantiasa mendukungku baik
secara materi maupun non-materi. Terimakasih aku dapat merantau sejauh ini.
9. Kakek dan nenekku yang tak pernah lelah menyebut namaku disetiap doanya.
Terimakasih untuk kasih sayang yang tiada habisnya, aku merindukan kalian.
10. Sahabatku yang baik hati, Devi Novita Sari, Aprilia, Ior wena dan Martha Vira
Sariayu meskipun jauh selalu mendukungku dan siap menjadi supirku. Terimakasih
wanita-wanitaku.
11. HMJM periode 2014-2015 dan 2015-2016, keluarga kedua di Yogyakarta. Terima
kasih untuk semua kenangan dan pengalaman yang tak terduga, luar biasa dan
berharga.
12. Para paijoku (Wanti, Mega, Michel, Ella), yang telah menemani dari awal perkuliahan
hingga detik ini selama 4 tahun dengan melewati segala suka duka yang tak terhitung,
yang telah banyak mengajarkan tentang hal-hal hidup, memberikan semangat,
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv
HALAMAN DAFTAR DIAGRAM ... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
xi
B. Penelitian Sebelumnya ... 20
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 21
D. Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 23
C. Waktu dan Lokasi Penelitian... 23
D. Variabel Penelitian ... 24
E. Definisi Operasional... 26
F. Populasi dan Sampel ... 28
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 29
H. Sumber Data ... 30
I. Teknik Pengumpulan Data ... 30
J. Teknik Pengujian Kuesioner ... 31
xii
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Pengujian Kuesioner ... 49
B. Analisis Data... 52
C. Pembahasan ... 61
BAB V PENUTUP ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
C. Keterbatasan ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III. 1 Dimensi dan Indikator Brand Image………… ... 24
III. 2 Skala Likert ... 26
V.1 Rangkuman Tes Validitas Brand Image ... 50
V. 2 Rangkuman Tes Validitas Minat Beli Ulang ... 50
V. 3 Hasil Uji Reabilitas Brand Image ... 51
V. 4 Hasil Uji Reabilitas Minat Beli Ulang ... 52
V. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 53
V. 6 Hasil Analisis Deskriptif Brand Image ... 56
V. 7 Hasil Analisis Deskriptif Minat Beli Ulang ... 57
V. 8 Uji Normalitas ... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
II. 1 Tahapan Proses Pembelian ... 15
II. 2 Hubungan Variabel ... 22
IV. 1 Simbol Oriflame ………... ... 39
IV. 2 Kategori Produk Skin Care ... 44
IV. 3 Kategori Produk Bath and Body ... 45
IV. 4 Kategori Produk Hair ... 45
IV. 5 Kategori Produk Make-up ... 46
IV. 6 Kategori Produk Fragrance ... 52
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Judul Halaman
V. 1 Kategori Produk ... 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 71
xvii
PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BELI ULANG ORIFLAME
Studi Kasus: Mahasiswi Kampus 1 Universitas Sanata Dharma
Sydney Grashelita Mendrika
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah brand image berpengaruh
terhadap minat beli ulang. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2017 di kampus 1 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma yang sudah pernah membeli dan menggunakan Oriflame. Pengambilan sampel menggunakan
teknik nonprobability sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan
membagikan kuesioner kepada 100 responden. Uji Validitas menggunakan teknik
korelasi Product Moment dan Uji Reabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa brand image berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.
xviii
INFLUENCE OF BRAND IMAGE TO REPURCHASE INTEREST OF ORIFLAME
Case Study: Female Students of Campus 1 Sanata Dharma University
Sydney Grashelita Mendrika
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2017
This research is conducted in order to find out whether brand image influences repurchase interest. This research was conducted on February until March of 2017 at Campus 1 of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this research is female students of Campus 1 Sanata Dharma University who have ever bought and used Oriflame cosmetics. The sampling was used by nonprobability sampling technique. The data of this research was acquired from 100 respondents by filling in the questionnaire. The data validity was tested by Product Moment Correlation technique and the reliability was tested by Cronbach Alpha formula. This research used Descriptive Analysis as the data analysis technique. From this research, it can be concluded that brand image influences repurchase interest in positive way.
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pemasaran dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan dari penjualan
produk. Kemampuan handal yang dimiliki pemasar untuk memasarkan produk
atau jasa menjadi semakin penting daripada produk itu sendiri. Ketatnya
persaingan antar perusahaan–perusahaan secara tidak langsung menuntut
perusahaan menciptakan cara baru dalam memasarkan produk atau jasa bahkan
mampu membuat pelanggan semakin loyal akan produk tersebut.
Perkembangan ilmu, teknologi dan pengetahuan yang semakin
berkembang dari tahun ke tahun membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan
bermasyarakat seperti tidak ada lagi batasan–batasan yang menghalangi antara
negara satu ke negara lainnya. Selain memberikan dampak positif hal ini juga
memberikan dampak negatif terhadap perubahan nilai–nilai masyarakat indonesia
yaitu munculnya pola hidup konsumtif. Melihat kondisi tersebut menyebabkan
banyaknya peluang bisnis kecil maupun besar yang dapat dibuka untuk
mendapatkan keuntungan dari masyarakat. Masyarakat yang dimaksud disini
berperan konsumen, konsumen dengan perilakunya (terutama perilaku beli)
adalah wujud dari kekuatan tawar yang merupakan salah satu kekuatan kompetitif
yang menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas perusahaan (Engel et al
Konsumen dengan perilakunya dalam pengambilan keputusan menjadi
salah satu kekuatan kompetitif yang menentukan keuntungan suatu lembaga
(perusahaan). Perusahaan harus mampu memenangkan persaingan dalam merebut
konsumen dan perilaku konsumen merupakan pengangan untuk memahami
keinginan konsumen, berikutnya pemahaman ini akan membangun keunggulan
bersaing bagi perusahaan bersangkutan. Salah satu aset penting dalam suatu
perusahaan adalah merek. Dewi (2009:4) menyatakan bahwa merek menjadi
sebuah kontrak kepercayaan (a contract of trust) antara perusahaan dan konsumen
karena ia menjamin adanya konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat
menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen darinya. Pemberian merek yang
unik dan kreatif sehingga membangun citra merek atau brand image yang positif
juga merupakan salah satu strategi untuk berasing. Aaker (dalam Sangadji dan
Sopiah, 2013:327) menyatakan bahwa citra merek adalah seperangkat asosiasi
unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Dewi (2009:20)
menambahkan suatu brand image dibangun dengan menciptakan image (citra)
dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan
menganggapnya berbeda karena brand ini (dipersepsikan) memancarkan asosiasi
dan citra tertentu. Sangadji dan Sopiah (2013:327) mengatakan bahwa citra merek
dapat positif maupun negatif, tergantung pada persepsi seseorang terhadap merek.
Kalangan mahasiswi, merupakan kalangan yang sangat memperhatikan
perkembangan produk yang sedang populer saat ini. Salah satu produk yang
kosmetik. Hal ini dikarenakan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang
semula cukup menggunakan bedak wajah untuk mempercantik diri beralih ke
produk pelengkap lainnya seiring dengan meningkatnya pendapatan dan
kebutuhan akan kosmetik lainnya. Pergeseran pola konsumsi tersebut berdampak
pada semakin ketatnya persaingan antar perusahaan industri perawatan pribadi
dan kosmetik. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika beredar baik
produksi dalam negeri maupun produksi luar negeri. Banyaknya produk
kosmetika dipasaran mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan
pemakaian barang. Di Indonesia sendiri perkembangan industri kosmetik
tergolong solid. Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan kosmetik pada tahun
2015 tumbuh 9% menjadi Rp 64,3 triliun dibanding tahun 2014 Rp 59,03 triliun,
menurut perhitungan data dunia Industri (sumber: www.indonesiafinancetoday.
com), Ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan jumlah konsumen yang
menggunakan kosmetik. Peningkatan jumlah tersebut dapat menjadi salah satu
peluang industri kosmetik memenangkan persaingan dan meningkatkan
pendapatan. Saat ini Indonesia dibanjiri dengan berbagai merek kosmetik salah
satunya adalah Oriflame. Oriflame adalah salah satu perusahaan kosmetik dengan
perkembangan tercepat di dunia. Oriflame memiliki kantor penjualan di 59 negara
dan merupakan pemimpin pasar di lebih dari 30 negara. Jaringan penjualan yang
terdiri dari 1.8 juta konsultan mandiri yang memasarkan rangkaian lengkap
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen dan
keputusan pembelian, dengan mengambil judul penelitian sebagai berikut, yaitu
“Pengaruh Brand Image terhadap Minat Beli Ulang Oriflame”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Apakah brand Image “Oriflame” berpengaruh terhadap minat beli ulang
konsumen?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian Brand Image dan Minat Beli Ulang, penulis membatasi
permasalahan agar tidak menyimpang dan terlalu luas. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Brand Image yang diteliti menggunakan 5 dimensi yaitu, Brand Identity
(Identitas Merek), Brand Personality (Personalitas Merek), Brand Association
(Asosiasi Merek), Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek), Brand Benefit
and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek).
2. Minat beli ulang yang akan diteliti menggunakan tiga indikator, yaitu minat
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap minat beli ulang konsumen.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk perusahaan guna
meningkatkan penjualan dan profit perusahaan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bacaan ilmiah bagi mahasiswa
dan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa serta dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan acuan dalam penulisan karya Ilmiah pada penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan bagi penulis yang dapat
6
American Marketing Association (dalam Tjiptono dan Chandra,
2012:3) mendefinisikan pemasaran adalah fungsi organisasi dan
serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi
pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi
dan para stakeholder-nya.
Sedangkan menurut William J. Stanton (dalam Irawan dan Swastha,
2005:5) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan–kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial. Menurut Kotler (dalam Fajar Laksana, 2008:4)
pemasaran is a social process by which individual and groups obtain what
they need and want through creating, offering, and freely exchanging
products and services of value with others atau pemasaran suatu proses
mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
b. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (dalam Irawan dan Swastha, 2005:7) manajemen
pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan program–program yang ditujukan untuk mengadakan
pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta
menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif
untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.
Menurut Fajar Laksana (2008:5) manajemen pemasaran adalah
pertukaran produk yang dilakukan melalui aktivitas dari bauran
pemasaran, yaitu produk, price, promotion and place.
2. Brand (Merek)
a. Definisi Brand
Brand dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan merek. Brand
merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki pemasar. Brand
diperlukan untuk membedakan produk yang satu dengan yang lain. Merek
atau brand dapat dikatakan sebagai identitas dan janji penjual kepada
Kaegan et al, Aaker (dalam Pujadi, 2010:3) menyatakan bahwa merek
(brand) bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau
kombinasinya. Lebih dari itu merek adalah janji perusahaan secara
konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para
pelanggan. Dan “janji” inilah yang membuat masyarakat luas mengenal
merek tersebut lebih dari yang lain. Kotler dan Armstrong (2016:275)
menambahkan bahwa brand are more than just names and symbols. They
are a key element in the company’s relationship with consumers atau
merek lebih dari sekedar nama dan simbol, merek adalah elemen kunci
dalam hubungan antara perusahaan dengan pelanggan.
Keller (dalam Tjiptono, 2011:40) mendefinisikan merek adalah produk
yang mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik
membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional
dan tangible (terkait dengan kinerja produk dari merek bersangkutan)
maupun simbolik, emosional dan intangible (berkenaan dengan
representasi merek). Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan
persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk,
nama, merek dan maknanya, dan perusahaan yang diasosiasikan dengan
merek bersangkutan.
b. Manfaat brand
Manfaat merek sebagai berikut :
1) Bagi pembeli
Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi
perhatian terhadap produk–produk baru yang mungkin bermanfaat
bagi mereka.
2) Bagi masyarakat
Merek memberikan manfaat dalam tiga hal, yaitu :
a) Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.
b) Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan
informasi tentang produk dan tempat untuk membelinya.
c) Meningkatkan inovasi–inovasi baru karena produsen terdorong
untuk menciptakan keunikan–keunikan baru guna mencegah
peniruan dari pesaing.
3) Bagi penjual
Merek memberikan manfaat, yaitu:
a) Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah
– masalah yang timbul.
b) Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas
produk.
c) Memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan
menguntungkan.
c. Komponen Brand
Brand atau Merek terdiri dari beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh
Kotler dan Keller (2009:76), yaitu:
1) Nama merek (brand image) adalah sebagian dari merek dan yang
diucapkan.
2) Tanda merek (brand image) adalah sebagian dari merek yang dapat
dikenal, tetapi tidak dapat diucapkan seperti lambang, desain, huruf
atau warna khusus.
3) Tanda merek dagang (trademark) adalah merek atau sebagian dari
merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya menghasilkan
sesuatu yang istimewa.
4) Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa yang dilindungi undang –
undang memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya
musik atau karya seni.
d. Definisi Brand Image (Citra Merek)
Brand image atau yang dikenal dengan istilah citra merek adalah
salah satu bagian dari ekuitas merek. Kotler dan Keller (2016:330)
menyatakan bahwa brand imagery: decribes the extrinsic properties of the
product/ services including the ways in which the brand attempts to meet
costumers’ psychological or social needs atau menjelaskan sifat
ekstrinstik dari produk/ jasa termasuk cara dimana merek mencoba untuk
Gronross (dalam Tjiptono, 2000:30) menjelaskan bahwa brand image
yaitu profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu merek.
Dewi (2009:53) mendefinisikan brand image adalah semua asosiasi
tentang suatu brand yang dimiliki oleh konsumen. Asosiasi ini bisa diukur
dalam tiga dimensi, yaitu kekuatan (strength), kelebihan (favorability),
dan keunikan (uniqueness) brand tersebut dibandingkan brand pesaing.
Fandy (2005:49) menambahkan brand image merupakan deskripsi tentang
asosiasi dan keyakinan konsumen tentang merek tertentu. Asosiasi
tersebut merupakan atribut yang ada didalam merek itu dan memiliki
suatu tingkat kekuatan.
1) Manfaat Brand Image
Rangkuti (2004:17) mengemukakan berbagai manfaat brand image
bagi perusahaan, yaitu:
a) Brand image dapat dibuat sebagai tujuan di dalam strategi
perusahaan.
b) Brand image dapat dipakai sebagai dasar untuk bersaing dengan
brand – brand lain dari produk sejenis.
c) Brand image dapat membantu memperbaharui penjualan suatu
produk.
d) Brand image dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efek kualitas
e) Brand image dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar
usaha-usaha strategi perusaha-usahaan.
2) Komponen yang membentuk brand image
Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit Darmawan
(2004) komponen pembentuk brand image adalah:
a) Citra Korporat
Citra yang didalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai
organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain
ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan
mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut.
b) Citra Produk / Konsumen
Citra konsmen terhadap suatu produk yang dapat berdampak
positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Image dapat mendukung
terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.
c) Citra Pemakai
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontrak dengan
pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen
yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa
yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau
3) Dimensi Brand Image
Menurut European Journal of Business and Management (2013:62)
dimensi brand image, yaitu:
a) Brand Identity (Identitas Merek)
Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan
merek atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali
dan membedakannya dengan merek atau produk lain, seperti logo,
warna, kemasan, identitas perusahaan, slogan dan sebagainya.
b) Brand Personality (Personalitas Merek)
Brand personalty adalah karakter khas sebuah merek yang
membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia,
sehingga khalayak konsumen dengan mudah membedakannya
dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter
tegas, kaku, kreatif, independen dan sebagainya.
c) Brand Association (Asosiasi Merek)
Brand association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu
dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik
suatu produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya
dalam hal sponsorship atau social responsibility, isu-isu yang
sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person,
suatu merek, misalnya “ ingat air mineral ingat Aqua”, “ art +
technology = Apple”, “ Nike = Tiger Woods”, dan sebagainya.
d) Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek)
Brand attitude andbehavior adalah sikap atau perilaku komunikasi
dan interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit
-benefit dan nilai yang dimilikinya. Kerap sebuah merek
menggunakan cara-cara yang tidak pantas dan melanggar etika
dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga
mempengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku
merek tersebut atau sebaliknya sikap dan perilaku simpatik, jujur,
konsisten antara janji dan realitas, pelayanan yang baik dan
kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas membentuk
persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek
tersebut. Jadi brand attitude & behavior mencakup sikap dan
perilaku komunikasi, aktivitas dan atribut yang melekat pada
merek saat berhubungan dengan khalayak konsumen, termasuk
perilaku karyawan dan pemilik merek.
e) Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek)
Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan
keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada
konsumen yang membuat konsumen dapat merasakan manfaat
oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit disini dapat
bersifat functional, emotional, symbolic, maupun social, misalnya
merek dengan produk deterjen dengan benefit membersihkan
pakaian (functional benefit/values), pemakai pakaian menjadi
percaya diri (emotional benefit/values), menjadi simbol gaya hidup
masyarakat modern yang bersih (symbolic benefit/values).
Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan
mempengaruhi brand image produk, individu atau lembaga/
perusahaan tersebut.
3. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2012).
Proses keputusan pembelian konsumen seperti, pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku
pasca pembelian.
Gambar II.1
Model Lima Tahap Proses Pembelian
Sumber: Kotler dan Keller (2012)
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadair suatu masalah
atas kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal.
Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang haus yang
kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong.
Rangsangan eksternal misalnya seseorang mengangumi tas baru temannya
yang memicu pemikiran kemungkinan melakukan suatu pembelian.
b. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Ada dau level rangsangan yaitu level
penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi
produk. Pada level berikutnya orang tersebut mungkin akan lebih aktif
dalam mencari informasi melalui bahan bacaan, melakukan kegiatan
online, bertanya keteman dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tersebut.
c. Evaluasi Alternatif
Banyakya pilihan produk mengharuskan konsumen melakukan evaluasi
alternative untuk menentukan pilihan produk yang akan menjadi
pilihannya. Proses evaluasi dasar dapat membantu konsumen; pertama,
konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat
kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan.
d. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan
membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua
faktor yang muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk
membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain yaitu, pendapat dari
orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor
kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan
dan manfaat produk yang diharapkan.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil
tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan rasa puas atau tidak
puas. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembeli, tindakan pasca
pembeli dan penggunaan produk pasca pembeli.
1) Kepuasan Pasca Pembeli
Pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak
pada hubungan antara harapan konsumen kinerja anggapan produk.
Jika kinerja tidak memenuhi harapan konsumen, konsumen akan
kecewa jika memenuhi harapan, konsumen akan puas jika melebihi
menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan
membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
tentang produk kepada orang lain.
2) Tindakan Pasca Pembelian
Jika konsumen puas, konsumen akan membeli produk itu kembali.
pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal baik tentang
merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang kecewa
mungkin akan mengabaikan dan mengembalikan produk.
3) Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian
Kunci kesuksesan penjualan adalah tingkat konsumsi produk- semakin
cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka
kembali kepasar untuk membelinya lagi.
4. Minat Beli Ulang
a. Definisi minat beli
Kotler, 2007 (dalam Sudrajad, 2014:16) menyatakan minat beli adalah
sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan untuk
membeli atau memilih suatu produk berdasarkan pengalaman dalam
memilih, menggunakan, dan mengkonsumsi atau bahkan mengiginkan
suatu produk. Shah, et al.,2011 (dalam Purba 2015:18) minat beli
merupakan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian dimasa
mendatang. Minat beli konsumen dapat berubah sesuai dengan stimulus
eksternal. Faktor yang berhubungan dengan perasaan dan emosi yang
dimiliki konsumen merupakan faktor internal. Minat beli pembelian juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pemasaran maupun lingkungan.
stimulus yang diperoleh konsumen kemudian akan diproses dan
dipertimbangkan konsumen sesuai dengan kebutuhan pribadinya.
Konsumen berkemungkinan besar akan memiliki minat membeli ketika
stimuli dari luar sesuai keinginan konsumen tersebut.
b. Definisi Minat Beli Ulang
Cronin dkk, 1992 (dalam Sudrajad, 2014:16) minat beli ulang pada
dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif
terhadap kualitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan
kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan
tersebut. Chen & Hsieh (dalam Purba, 2015:18) mendefinisikan minat beli
ulang sebagai bentuk respon positif yang ditunjukan konsumen terhadap
suatu produk setelah melakukan evaluasi keseluruhan terhadap produk
tersebut dan tujuan yang dimilikinya dimasa mendatang.
c. Indikator Minat Beli Ulang
Ferdinand, 2006 (dalam purba, 2015:19) minat beli ulang bisa
diidentifikasi oleh beberapa indikator, yaitu:
1) Minat referensial, merupakan minat seorang konsumen untuk
dimilikinya kepada konsumen lain agar konsumen tersebut ikut
membeli.
2) Minat Exploratif yaitu, minat seorang konsumen mencari segala
informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkannya.
3) Minat Preferensial yaitu, minat menggambarkan perilaku seorang
konsumen yang menjadikan produk tersebut sebagai preferensi utama
dibandingkan dengan produk - produk lain dipasaran.
B. Penelitian Sebelumnya
Gilang Sudrajad, 2014. Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga, dan
Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Ulang pada toko Buck Store yang ada di
Tembalang Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
citra merek (X1), harga (X2) dan kualitas produk terhadap minat beli ulang(Y)
pada konsumen toko Buck Store Semarang. Hipotetsis dalam penelitian ini
adalah: citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang, harga
berpengaruh positif terhadap minat beli ulang, kualitas produk berpengaruh
positif terhadap minat beli ulang. Penelitian dilakukan kepada konsumen toko
buku Buck Store Semarang dengan menggunakan kuesioner secara personal
(Personality Questitionmaires).
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis menggunakan SPSS
16.0 yang meliputi uji realibilitas, uji validitas, uji asumsi klasik, analisis regresi
determinan (R2). Dari analisis tersebut diperoleh persamaan regresi: Y = 0,246 X1
+ 0,235 X2 + 0,403 X3. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa semua
variabel independen berpengaruh terhdap minat beli ulang konsumen, hal ini
berarti apabila terjadi perubahan pada satu atau lebih variabel independenya maka
akan terjadi perubahan juga pada variabel dependenya. Selain itu, diperoleh juga
urutan dari masing-masing variabel bahwa variabel kualitas produk memiliki
pengaruh paling besar terhadap minat beli ulang dengan koefisien regresi sebesar
0,403. Lalu variabel citra merek dengan koefisien regresi sebesar 0,246, dan harga
sebagai variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap minat beli ulang
dengan koefisien regresi 0,235.
Maka berdasarkan penelitian sebelumnya, penulis memodifikasi penelitian
terdahulu dengan memfokuskan pengaruh variabel X (brand image) dan objek
yang diteliti.
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang topik penelitian yang dibahas. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui brand image (variabel independen) mempengaruhi minat beli ulang
(variabel dependen) atau minat beli ulang (variabel dependen) mempengaruhi
Gambar II.2
Hubungan variabel independen - dependen
Pengaruh brand image terhadap minat beli ulang. suatu produk yang memiliki
merek atau nama yang telah dkenal luas oleh masyarakat biasanya memiliki daya
tarik khusus yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk
melakukan pembelian ulang produk. Pembelian ulang dipengaruhi oleh faktor
brand image yang positif, karena dengan brand image yang kuat dapat
menyebabkan konsumen menjadi loyal (Andreani et al, 2012).
Dengan demikian, brand image merupakan salah satu faktor seseorang untuk
melakukan pembelian ulang, karena dengan brand image yang positif tersebut
dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara berulang-ulang.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan jawaban sementara berupa alternatif-alternatif jawaban
yang di buat oleh peneliti terhadap masalah yang akan diteliti. Brand image
adalah suatu persepsi konsumen tentang suatu merek, persepsi inilah yang
nantinya akan mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian ulang suatu
merek tertentu. Bila konsumen merasa puas, maka akan ada pembelian ulang
terhadap produk tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis dapat merumuskan
sebagai berikut:
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Menurut Sugiyono (2001:11), penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih. Bentuk hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal,
yaitu hubungan sebab akibat.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswi kampus 1
Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang merupakan
konsumen produk Oriflame
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah brand image dan minat beli
ulang konsumen.
C. Waktu dan Lokasi
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus 1 Universitas Sanata Dharma,
Mrican, Yogyakarta.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya (variabel terikat). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah brand image (X) Oriflame. Indikator dalam
penelitian ini diturunkan dari dimensi brand image.
Tabel III. 1
Dimensi dan Indikator Brand Image
Dimensi Indikator
1. Brand Identity Tampilan fisik merek mudah dikenali (logo dan kemasan produk)
2. Brand Personality Penggunaan produk merek oriflame membentuk citra diri tertentu (semakin percaya diri dan semakin keren)
3. Brand Association kosmetik dengan potongan harga dan penggunaan bahan alami (tumbuhan).
4. Brand Attitude Kesesuaian produk dengan penawaran dikatalog (bentuk dan warna produk, janji yang diberikan). 5. Brand Benefit and
Competence
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
variabel lainnya (variabel bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Minat Beli Ulang (Y). Indikator minat beli ulang yaitu:
a. Kecenderungan merekomendasikan orang lain untuk membeli produk
merek Oriflame.
b. Kecenderungan mengikuti informasi tentang produk merek Oriflame.
c. Kecenderungan memilih produk merek Oriflame dibandingkan
kosmetik yang lain.
3. Pengukuran Variabel
Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2007:132). Dalam penelitian ini peneliti telah menetapkan 2 variabel yang
akan diteliti yaitu brand image dan minat beli ulang.
Peneliti menggunakan skala pengukuran data, yaitu teknik skala Likert
yang berskala 1 sampai 5. Pernyataan kuesioner akan dibuat dalam bentuk
checklist dan masing-masing item jawaban memiliki bobot yang berbeda.
Tabel III.2 Tabel Skala Likert
Kode Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Netral 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
E. Definisi Operasional
1. Brand Image
Brand image (variabel bebas) merupakan konsep yang diciptakan oleh
konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya. Oleh karena itu
dalam konsep ini konsumen mejadi lebih penting daripada keadaan
sesungguhnya (Dobni & Zinkhan dalam Dewi, 2008:166).
2. Minat Beli Ulang
Menurut Hellier (dalam Edi dan Rahmawati, 2015) minat beli ulang
merupakan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali
suatu produk atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh dari
perusahaan yang sama, melakukan pengeluaran untuk memperoleh
3. Brand Identity (Identitas Merek)
Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek
atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali dan
membedakannya dengan merek atau produk lain.
4. Brand Personality (Personalitas Merek)
Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk
kepribadian tertentu layaknya pribadi konsumen.
5. Brand Association (Asosiasi Merek)
Brand Association adalah hal – hal spesifik yang pantas atau selalu
dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu
produk, aktivitas yang berulang dan konsisten.
6. Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek)
Brand Attitude dan behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan
interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit – benefit
dan nilai yang dimilikinya.
7. Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek)
Brand benefit and competence merupakan nilai – nilai dan keunggulan
khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen yang membuat
konsumen dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2012:80), populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang sudah
pernah membeli dan menggunakan Oriflame.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi penelitian (Kuncoro, 2013 : 122). Sampel penelitian ini adalah
sebagian mahasiswi aktif 2013 – 2016 kampus 1 Universitas Sanata
Dharma yang sudah pernah membeli dan menggunakan Oriflame.
Dalam penelitian ini karena jumlah populasi tidak diketahui, maka dalam
menentukan sampel menggunakan asumsi berikut (Sugiarto, 2004 : 70).
Rumus :
Keterangan : = Sampel
e = Besarnya rentang waktu atau rentang interval (0,1)
p.q = Ukuran penyebaran populasi (0,25)
(0,05) = 1,96
Maka, minimal jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah
sebanyak 97 responden, tetapi dalam penelitian ini jumlah sampel yang
diambil adalah sebanyak 100 responden dengan pertimbangan jumlah
sampel cukup representatif untuk mewakili populasi.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
Nonprobability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014:66).
Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan adalah Sampling
Insidental yaitu, teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan siapa saja
yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat dijadikan
H. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti. Sumber data ini
diperoleh langsung dilapangan oleh peneliti. Data dihasilkan dari
kuesioner yang disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Data Skunder
Data yang diperoleh dari pihak lain baik berupa dokumentasi, data yang
telah diolah maupun informasi mengenai suatu hal. Data skunder dalam
penelitian ini adalah literature dan penelitian ilmiah lainnya yang relevan
dan dapat melengkapi penelitian ini.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:142). Adapun
responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif 2013 – 2016, berjenis
J. Teknik Pengujian Kuesioner
1. Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang
dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2012:121). Uji
validitas bisa menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson
(Sugiyono, 2012:183), yaitu :
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka pernyataan
tersebut dinayatakan valid.
b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka pernyataan
tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah hasil penelitian dimana terdapat kesamaan
yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya
adalah rumus Cronbach’s Alpha. Rumus ini digunakan untuk mencari
nilai Cronbach’s Alpha yang skornya antara 1 dan 0.
{ }{ ∑ }
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ Total dari varian masing-masing pertanyaan
= Varian dari total skor
Ketentuan yang berlaku adalah nilai alpha > 0,60; data kuesioner
dapat dikatakan reliabel.
K. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskrptif
a. Analisis Deskriptif Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa kampus 1
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah pernah membeli
dan menggunakan Oriflame, kemudian yang diambil sebagai sampel
adalah sebagian mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang pernah
penelitian dari 100 responden sampel dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1) Deskriptif responden berdasarkan pernah atau tidak melakukan
pembelian dan menggunakan produk merek Oriflame.
2) Deskriptif responden berdasarkan Program Studi.
3) Deskriptif responden berdasarkan kategori produk yang
pernah/sering dibeli dan digunakan.
4) Deskriptif responden berdasarkan jenis kulit.
b. Analisis Deskriptif Variabel
Analisis variabel digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
variabel dilihat dari rata – rata (mean) masing – masing variabel.
Dengan prosedur sebagai berikut:
1) Menghitung nilai mean untuk setiap variabel/obyek/item.
2) Membuat kategori nilai mean dengan pengkategorian skor yang
telah dibuat yaitu:
Dengan menggunakan skala likert diketahui bobot nilai tertinggi
adalah 5 dan nilai terendah adalah 1, maka jumlah interval dapat
dihitung sebagai berikut:
Interval =
Interval =
Dengan rentang skala 0,8 maka skor brand image dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Sangat buruk (SBr) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang
menunjukkan brand image sangat buruk.
2) Buruk (Br) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang
menunjukkan brand image buruk.
3) Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang
menunjukkan brand image cukup.
4) Baik (B) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang menunjukkan
brand image baik.
5) Sangat Baik (SB) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang
menujukkan brand image sangat baik.
Sementara dengan rentang skala 0,8 maka skor minat beli
ulang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Sangat Rendah (SR) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang
menunjukkan minat beli ulang sangat rendah.
2) Rendah (R) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang
menunjukkan minat beli ulang rendah.
3) Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang
menunjukkan minat beli ulang cukup.
4) Tinggi (T) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang
5) Sangat Tinggi (ST) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang
menujukkan minat beli ulang sangat tinggi.
2. Analisis Regresi
Model regresi linier disebut sebagai model yang baik jika memenuhi uji
asumsi klasik. Oleh karena itu Uji Asumsi Klasik sangat diperlukan
sebelum melakukan analisis regresi.
a. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu, Uji
Normalitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki residual
yang terdistribusi secara normal. Dalam penelitian ini pengujian
normalitas menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov, dalam hal
ini untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi secara normal
adalah jika signifikan (signisficance level) lebih dari 0,05 (sign >
0,05).
b. Persamaan Regresi
1) Persamaan Regresi Linier Sederhana
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana
variabel dependen. Regresi linier merupakan sebuah prosedur
hubungan matematis untuk mengukur ada tidaknya pengaruh
dimensi – dimensi pada variabel independen terhadap variabel
dependen. Perhitungannya dapat dilakukan dengan alat bantu
software SPSS. Persamaan garis regresi linier sederhana
ditentukan sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan :
Y= Variabel Dependen (Minat Beli Ulang)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka
terjadi penurunan.
X = variabel independen (Brand Image).
Jika sudah didapatkan a dan b maka selanjutnya nilai tersebut
dimasukkan kedalam persamaan regresi sederhana untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada variabel Y berdasarkan
nilai variabel X yang diketahui. Regresi linier sederhana
bermanfaat untuk meramalkan rata-rata variabel Y bila X diketahui
dan meramalkan perubahan yang terjadi pada variabel Y jika
2) Pengujian Hipotesis (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara
signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Pada penelitian ini digunakan uji satu pihak kanan dengan tingkat
kepercayaan sebesar 0,05. Pengujian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
H0 ; β = 0, brand image tidak berpengaruh terhadap minat beli
ulang.
Ha ; β ≠ 0, brand image berpengaruh terhadap minat beli ulang.
b) Menentukan level of significance(α)
Dalam penelitian ini level of significance atau tigkat
signiifikansinya sebsar 0,05 (5%) dengan derajat bebas (df) =
n-k dan n merupakan jumlah sampel penelitian, k merupakan
jumlah variabel Independen.
c) Menentukan nilai thitung dan ttabel
Thitung diperoleh dari output SPSS dan ttabel dicari pada tabel
statistik pada signifikansi 0,05.
d) Kriteria pengujian
thitung ≤ ttabel = H0 diterima yang artinya brand image tidak
thitung ˃ ttabel = H0 ditolak yang artinya brand image berpengaruh
terhadap minat beli ulang.
e) Membuat Kesimpulan
Jika H0 ditolak dan Ha diterima berarti brand image
berpengaruh pada minat beli ulang begitu pula sebaliknya jika
H0 diterima dan Ha ditolak maka brand image tidak
39
Oriflame merupakan salah satu perusahaan kecantikan internasional
dengan sistem penjualan langsung dilebih dari 60 Negara di dunia. Oriflame
pertama kali didirikan pada tahun 1967 oleh dua bersaudara Jonas dan Robert
af Jochnick. Semua berawal dari sebuah ruang kantor sederhana dipusat kota
Stockholm. Mereka adalah dua pemuda yang mempunyai visi dan impian
yang kuat. Mereka ingin membangun perusahaan kosmetik yang menawarkan
jenis perawatan kulit yang berbeda dibanding produk lainnya yang ada pada
saat itu, yaitu terbuat dari bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada
hewan serta menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan bagi
kemasan dan mendaur ulangnya. Terobosan luar biasa yang dilakukan oleh
dua bersaudara af Jochnick adalah memindahkan mata rantai bisnis Oriflame
negeri, masing-masing dan setiap satu dari mereka memiliki hati dan ambisi
menjadi seorang pengusaha.
Pada tahun 1968 Oriflame memulai pasar pertamanya diluar Swedia
yaitu di Denmark dan Norwegia, kemudian pada tahun 1986 mulai masuk ke
pasar Asia dan Negara pilihan yang menjadi pasar pertamanya di Asia adalah
Indonesia melalui PT. Orindo Alam Ayu yang berkantor pusat dijalan
bulungan No. 16, Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1989 Oriflame memilih
Negara Cili yang menjadi pasar pertamanya di Amerika Latin. Pada tahun
1990 setelah tumbuhnya tembok Berlin, Oriflame Czech Republic memulai
berekspansi ke Eropa Timur dan Eropa Tengah, diikuti dengan CIS dan
Negara- Negara Baltik. Mesir menjadi pasar pertamanya di Afrika pada tahun
1997, selanjutnya pada tahun 2000 Oriflame mendirikan Global Technical
Center di Dublin, Irlandia untuk penelitian lanjutan dan pengembangan
produk. Dublin dipilih sebagai Negara yang cocok untuk memproduksi dan
mengembangkan produk-produk Oriflame karena lingkungannya bebas dari
polusi sehingga sangat mendukung untuk pengolahan kosmetik dari bahan –
bahan tumbuhan alami. Kemudian pada tahun 2004 Oriflame sudah memiliki
1,5 juta Consultan aktif, yang hadir dilebih dari 60 pasar dunia dan menikmati
penjualan bersih lebih dari 60 juta USD. Hingga saat ini Oriflame sudah
memiliki 2,3 juta sales consultants, 6200 Karyawan, 800 produk dan 100 juta
B. Oriflame Indonesia
Oriflame mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1986 dan bekerjasama
dengan PT. Orindo Alam Ayu untuk memasarkan produknya dan telah
berjaya di Indonesia selama hampir 31 tahun. Indonesia mempunyai 14 kantor
cabang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung,
Medan, Pekan Baru, Makassar, Surabaya, Denpasar, Jogyakarta, Balikpapan,
Semarang, Palembang dan Manado. Pada tahun 2010, Oriflame mendapatkan
dua buah penghargaan yaitu, Superbrand dan Indonesia Most Favourite
Woman Brand kategori kosmetik oleh Majalah Marketing.
C. Tujuan Berdirinya Oriflame
Oriflame memiliki tujuan yaitu, menciptakan produk kecantikan yang
terinspirasi dari alam dan menggunakan ilmu pengetahuan terbaru untuk
kemudian dipasarkan ke seluruh dunia.
Dalam operasinya Oriflame memanfaatkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang memiliki manfaat untuk kesehatan kulit serta aroma khas
untuk menciptakan wewangian bagi tubuh dan memasarkan produknya
melalui katalog. Katalog adalah merupakan alat publikasi yang digunakan
perusahaan sebagai cara untuk memperkenalkan produk dan layanan
perusahaan. Terdiri dari jilid cetakan berisi setidaknya delapan halaman,
D. Visi – Misi Oriflame
Dengan keberhasilannya hingga saat ini perusahaan Oriflame memiliki visi
dan misi yang cukup sederhana tetapi memiliki arti yang sangat dalam bagi
perusahaan maupun konsumen. Visi dan misi perusahaan, yaitu:
1. Visi
“to be the natural first choice..”
Menjadi pilihan alami yang pertama bagi semua orang. Oriflame manjadi
nama pertama yang muncul dalam benak setiap orang yang mencari
kosmetik berkualitas dengan bahan alami dan Oriflame sebagai
perusahaan utama yang dapat memasarkan serta mendistribusikan produk
secara langsung kepada konsumen.
2. Misi
“Opportunity for All”
Peluang untuk semua maksudnya adalah Oriflame memberikan jalan pada
semua dengan cara yang mudah dan pintar, serta kesempatan untuk
meningkatkan kehidupan melalui peluang bisnis yang dinamis.
E. Nilai – Nilai Utama Perusahaan
1. Togetherness (kebersamaan)
Kebersamaan adalah suatu nilai yang kuat dan penting bagi perusahaan
Oriflame dalam membangun hubungan kerja sama. Kebersamaan ini
dari kerjasama dua bersaudara. Hal ini terus menjadi hal penting bagi
perusahaan karena seluruh konsep dalam bisnis ini membutuhkan kerja
sama dengan orang lain.
2. Spirit (Semangat)
Semangat “saya bisa” yang merupakan karakteristik dari perusahaan
mampu menjadi sebuah kata ajaib para consultants untuk tidak menyerah
dengan suatu tantangan dan menjadikan kegagalan sebagai kesempatan
untuk mencoba lagi.
3. Passion (gairah)
Gairah, orang yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. gairah
muncul dari hal – hal disukai. Gairah dibutuhkan untuk dapat menciptakan
rangkaian produk yang sempurna, dalam merancang katalog dan
menciptakan sebuah inovasi. Dibutuhkan banyak gairah untuk dapat
mengolah lebih dari satu juta konsultan dan dibutuhkan banyak gairah
untuk memasarkan lebih dari 800 produk dalam 35 negara.
F. Sarana Pelayanan Oriflame
Oriflame sebagai pemimpin pasar dengan sistem penjualan langsung di
Indonesia terus menerus melakukan terobosan-terobosan untuk memanjakan
para consultantsnya dalam menjalankan bisnis MLM ini.
1. Layanan call center untuk melakukan order, layanan pelanggan,
pengecekan jumlah poin, pengecekan ketersediaan stok
2. Layanan Oriflame online, berupa fasilitas website untuk melakukan order,
pembayaran online, pengecekan jumlah poin, pengecekan ketersediaan
stok
3. Layanan delivery, C.O.D maupun pengiriman luar kota.
G. Kategori Produk Oriflame
Melalui katalog – katalognya yang terbit setiap satu bulan sekali Oriflame
menawarkan sekitar 800 produk setiap bulannya. Produk-produk tersebut
diproduksi melalui standar teknis yang tinggi dengan segala manfaat dari alam
menggunakan teknologi terkini dan mutakhir. Produk Oriflame yang
diproduksi oleh perusahaan yakni sebagai berikut:
1. skin care
Oriflame senantiasa menggunakan bahan-
bahan alami yang efekif untuk menjaga
keindahan dan kesehatan kulit. Produk skin
care Oriflame seperti cleanse (cleanser dan
toner), moisturizer (night cream, day cream, bb and cc cream, lip care),
treat (face treatments & serums, mask & scrubs), sun protectors. Salah
satu produk unggulan perawatan kulit dari Oriflame yaitu True Perfection
perawatan lengkap dengan cream pagi dan malam, serum serta cream
pelembab mata. Semua produk ini dibuat menggunakan ekstrak
tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk semua jenis kulit.
2. Bath and body
Dalam kategori bath and body Oriflame
memilik banyak produk seperti body care
(body moisturisers, hand care, foot care,
deodorants & anti-respirants, anti-celluite
& toning), bath and shower (body wash & Shower gel, body scrubs &
exfoliants), bath and body tools (manicure & pedicure), kids and baby
(oral care) perawatan kulit alami yang menjaga tubuh tetap indah dan
sehat. Merawat tekstur kulit yang tidak merata, kulit kering, kulit kendur
sehingga kulit tampak terawat, terlindungi, halus dan terasa kencang serta
mencerahkan kulit gelap.
3. Hair
perawatan rambut alami yang
menjaga dan menutrisi kulit kepala
hingga ujung rambut sehingga rambut
tampak bersinar, mudah diatur dan
terawat dengan keharuman menawan.
Oriflame menyediakan shampoo, conditioner, styling product, hair
treatments, hair tools and acerssories.
Gambar IV.3
4. Make – Up
Oriflame memiliki banyak koleksi tata
rias yang membantu konsumen lebih
percaya diri seperti: face make-up
(foundation, powder, primer, concealer,
blush, bronzer, face make-up remover, face tools & brushes), eye make-up
(mascara, eyeliner, eye shadow, eye make-up remover, eyebrows, eye and
tools brushes), lips (lipstick, lip gloss, lip stain, lip liner, lip care, lip and
tools brushes), nails (nail polish, nail care, manicure and pedicure),
beauty tools and brushes (make-up brushes, sponges & Applicators,
manicure & pedicure, eyelash curlers).
5. Fragrance
Oriflame menciptakan wewangian yang khas,
lembut dan memberikan kesegaran aroma yang
tahan lama sepanjang hari. Selain itu oriflame juga
memberikan pesan khusus disetiap produk
wewangiannya. Salah satunya adalah Imagination
Eau de Toilette, parfum yang mengandung
Williams pear berkarakter kuat dan ceria penuh ekspresi yang
mengingatkan kepada anda bahwa hidup ini sungguh penuh warna.
Gambar IV.5
6. Wellbeing
Wellbeing merupakan produk berkualitas tinggi
yang dikembangkan oleh para ilmuwan
Swedia. Wellbeing menawarkan gaya hidup
sehat dan bahagia. Wellbeing sangat baik untuk
manajemen berat badan yang sehat berarti
dengan makan yang sehat dan seimbang dari protein, karbohidrat rendah
proses, lemak baik dan mendapatkan jumlah harian yang
direkomendasikan dari vitamin dan mineral yang berfungsi dengan baik.
Dan Oriflame menawarkan produk ini sebagai pelengkap makanan untuk
sehari-hari.
48 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan karakteristik responden, analisis data penelitian
dan pembahasan. Dalam memperoleh data, peneliti membuat kuesioner yang
dibagikan dan diisi oleh konsumen Oriflame di kampus 1 Universitas Sanata Dharma.
Kuesioner yang dibagikan kepada 100 mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata
Dharma. Kuesioner dibagikan dan diisi dalam dua tahapan. Tahap pertama pada
bulan Februari kepada 30 responden dan tahap kedua pada bulan Maret kepada 70
responden.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada
konsumen Oriflame di kampus 1 Universitas Sanata Dharma dan disebar sebanyak
100 eksamplar. Dalam pemilihan responden untuk mengisi kuesioner, peneliti
menanyakan terlebih dahulu kepada calon responden sesuai kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya, jika calon responden memenuhi kriteria yang diajukan oleh
peneliti maka calon responden berhak mengisi kuesioner peneliti. Setelah mengisi
kuesioner, peneliti memberikan souvenir kepada konsumen yang bersedia dijadikan
responden sebagai ucapan terima kasih peneliti kepada responden.
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberikan tanda centang (√)
pada pernyataan yang telah penulis susun, masing – masing pernyataan telah