• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Brand Image terhadap minat beli ulang Oriflame

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Brand Image terhadap minat beli ulang Oriflame"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Sydney Grashelita Mendrika

NIM: 132214077

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Sydney Grashelita Mendrika

NIM: 132214077

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

if you want to accomplish to goals of your life,

you have to begin with you spirit.

Oprah Winfrey

hidupmu adalah pesan yang kau

sampaikan kedunia, buatlah hidupmu

menjadi inspirasi.

L.lee

Bergembiralah karena Tuhan,

maka ia akan memberikan kepadamu

Apa yang diingankan hatimu.

Mazmur 37;4

Jadilah dirimu yang sebenarnya

Yang unik, yang jujur, yang rendah hati,

Yang bahagia.

Merry Riana

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus, penopangku.

Mamaku tercinta, wanita hebat dalam

hidupku.

(6)
(7)
(8)

vii

Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli Ulang

Oriflame, Studi Kasus: Mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma”. Penulisan skripsi ini

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program

Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan,

bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu,

dalam kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan

menasehati penulis dengan kesabaran dan kesungguhan hati dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Manajemen

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk memberikan bimbingan, perhatian,

kritik dan saran yang sangat berharga dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hati

sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen dan staf Sekretariat Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan

(9)

viii

dengan sabar mendengarkan curahan hatiku yang mendorongku untuk melangkah

maju.

6. Adikku tersayang, Maximilian Andra yang selalu memberikan kasih sayang,

dukungan, doa, dan ocehan yang mengobarkan semangatku untuk terselesainya skripsi

ini.

7. Cece yang ku cintai, Bernadetha Putri Lidia yang selalu sabar mendengarkan curahan

hatiku, terimakasih untuk wejangan-wejangannya.

8. Om dan Tanteku, Yakobus Bigin dan Liechin yang senantiasa mendukungku baik

secara materi maupun non-materi. Terimakasih aku dapat merantau sejauh ini.

9. Kakek dan nenekku yang tak pernah lelah menyebut namaku disetiap doanya.

Terimakasih untuk kasih sayang yang tiada habisnya, aku merindukan kalian.

10. Sahabatku yang baik hati, Devi Novita Sari, Aprilia, Ior wena dan Martha Vira

Sariayu meskipun jauh selalu mendukungku dan siap menjadi supirku. Terimakasih

wanita-wanitaku.

11. HMJM periode 2014-2015 dan 2015-2016, keluarga kedua di Yogyakarta. Terima

kasih untuk semua kenangan dan pengalaman yang tak terduga, luar biasa dan

berharga.

12. Para paijoku (Wanti, Mega, Michel, Ella), yang telah menemani dari awal perkuliahan

hingga detik ini selama 4 tahun dengan melewati segala suka duka yang tak terhitung,

yang telah banyak mengajarkan tentang hal-hal hidup, memberikan semangat,

(10)
(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN DAFTAR DIAGRAM ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

(12)

xi

B. Penelitian Sebelumnya ... 20

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 21

D. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 23

C. Waktu dan Lokasi Penelitian... 23

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Definisi Operasional... 26

F. Populasi dan Sampel ... 28

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 29

H. Sumber Data ... 30

I. Teknik Pengumpulan Data ... 30

J. Teknik Pengujian Kuesioner ... 31

(13)

xii

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pengujian Kuesioner ... 49

B. Analisis Data... 52

C. Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

C. Keterbatasan ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III. 1 Dimensi dan Indikator Brand Image………… ... 24

III. 2 Skala Likert ... 26

V.1 Rangkuman Tes Validitas Brand Image ... 50

V. 2 Rangkuman Tes Validitas Minat Beli Ulang ... 50

V. 3 Hasil Uji Reabilitas Brand Image ... 51

V. 4 Hasil Uji Reabilitas Minat Beli Ulang ... 52

V. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 53

V. 6 Hasil Analisis Deskriptif Brand Image ... 56

V. 7 Hasil Analisis Deskriptif Minat Beli Ulang ... 57

V. 8 Uji Normalitas ... 58

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II. 1 Tahapan Proses Pembelian ... 15

II. 2 Hubungan Variabel ... 22

IV. 1 Simbol Oriflame ………... ... 39

IV. 2 Kategori Produk Skin Care ... 44

IV. 3 Kategori Produk Bath and Body ... 45

IV. 4 Kategori Produk Hair ... 45

IV. 5 Kategori Produk Make-up ... 46

IV. 6 Kategori Produk Fragrance ... 52

(16)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Judul Halaman

V. 1 Kategori Produk ... 54

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 71

(18)

xvii

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BELI ULANG ORIFLAME

Studi Kasus: Mahasiswi Kampus 1 Universitas Sanata Dharma

Sydney Grashelita Mendrika

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah brand image berpengaruh

terhadap minat beli ulang. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2017 di kampus 1 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma yang sudah pernah membeli dan menggunakan Oriflame. Pengambilan sampel menggunakan

teknik nonprobability sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan

membagikan kuesioner kepada 100 responden. Uji Validitas menggunakan teknik

korelasi Product Moment dan Uji Reabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa brand image berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.

(19)

xviii

INFLUENCE OF BRAND IMAGE TO REPURCHASE INTEREST OF ORIFLAME

Case Study: Female Students of Campus 1 Sanata Dharma University

Sydney Grashelita Mendrika

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2017

This research is conducted in order to find out whether brand image influences repurchase interest. This research was conducted on February until March of 2017 at Campus 1 of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this research is female students of Campus 1 Sanata Dharma University who have ever bought and used Oriflame cosmetics. The sampling was used by nonprobability sampling technique. The data of this research was acquired from 100 respondents by filling in the questionnaire. The data validity was tested by Product Moment Correlation technique and the reliability was tested by Cronbach Alpha formula. This research used Descriptive Analysis as the data analysis technique. From this research, it can be concluded that brand image influences repurchase interest in positive way.

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemasaran dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan dari penjualan

produk. Kemampuan handal yang dimiliki pemasar untuk memasarkan produk

atau jasa menjadi semakin penting daripada produk itu sendiri. Ketatnya

persaingan antar perusahaan–perusahaan secara tidak langsung menuntut

perusahaan menciptakan cara baru dalam memasarkan produk atau jasa bahkan

mampu membuat pelanggan semakin loyal akan produk tersebut.

Perkembangan ilmu, teknologi dan pengetahuan yang semakin

berkembang dari tahun ke tahun membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan

bermasyarakat seperti tidak ada lagi batasan–batasan yang menghalangi antara

negara satu ke negara lainnya. Selain memberikan dampak positif hal ini juga

memberikan dampak negatif terhadap perubahan nilai–nilai masyarakat indonesia

yaitu munculnya pola hidup konsumtif. Melihat kondisi tersebut menyebabkan

banyaknya peluang bisnis kecil maupun besar yang dapat dibuka untuk

mendapatkan keuntungan dari masyarakat. Masyarakat yang dimaksud disini

berperan konsumen, konsumen dengan perilakunya (terutama perilaku beli)

adalah wujud dari kekuatan tawar yang merupakan salah satu kekuatan kompetitif

yang menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas perusahaan (Engel et al

(21)

Konsumen dengan perilakunya dalam pengambilan keputusan menjadi

salah satu kekuatan kompetitif yang menentukan keuntungan suatu lembaga

(perusahaan). Perusahaan harus mampu memenangkan persaingan dalam merebut

konsumen dan perilaku konsumen merupakan pengangan untuk memahami

keinginan konsumen, berikutnya pemahaman ini akan membangun keunggulan

bersaing bagi perusahaan bersangkutan. Salah satu aset penting dalam suatu

perusahaan adalah merek. Dewi (2009:4) menyatakan bahwa merek menjadi

sebuah kontrak kepercayaan (a contract of trust) antara perusahaan dan konsumen

karena ia menjamin adanya konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat

menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen darinya. Pemberian merek yang

unik dan kreatif sehingga membangun citra merek atau brand image yang positif

juga merupakan salah satu strategi untuk berasing. Aaker (dalam Sangadji dan

Sopiah, 2013:327) menyatakan bahwa citra merek adalah seperangkat asosiasi

unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Dewi (2009:20)

menambahkan suatu brand image dibangun dengan menciptakan image (citra)

dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan

menganggapnya berbeda karena brand ini (dipersepsikan) memancarkan asosiasi

dan citra tertentu. Sangadji dan Sopiah (2013:327) mengatakan bahwa citra merek

dapat positif maupun negatif, tergantung pada persepsi seseorang terhadap merek.

Kalangan mahasiswi, merupakan kalangan yang sangat memperhatikan

perkembangan produk yang sedang populer saat ini. Salah satu produk yang

(22)

kosmetik. Hal ini dikarenakan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang

semula cukup menggunakan bedak wajah untuk mempercantik diri beralih ke

produk pelengkap lainnya seiring dengan meningkatnya pendapatan dan

kebutuhan akan kosmetik lainnya. Pergeseran pola konsumsi tersebut berdampak

pada semakin ketatnya persaingan antar perusahaan industri perawatan pribadi

dan kosmetik. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika beredar baik

produksi dalam negeri maupun produksi luar negeri. Banyaknya produk

kosmetika dipasaran mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan

pemakaian barang. Di Indonesia sendiri perkembangan industri kosmetik

tergolong solid. Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan kosmetik pada tahun

2015 tumbuh 9% menjadi Rp 64,3 triliun dibanding tahun 2014 Rp 59,03 triliun,

menurut perhitungan data dunia Industri (sumber: www.indonesiafinancetoday.

com), Ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan jumlah konsumen yang

menggunakan kosmetik. Peningkatan jumlah tersebut dapat menjadi salah satu

peluang industri kosmetik memenangkan persaingan dan meningkatkan

pendapatan. Saat ini Indonesia dibanjiri dengan berbagai merek kosmetik salah

satunya adalah Oriflame. Oriflame adalah salah satu perusahaan kosmetik dengan

perkembangan tercepat di dunia. Oriflame memiliki kantor penjualan di 59 negara

dan merupakan pemimpin pasar di lebih dari 30 negara. Jaringan penjualan yang

terdiri dari 1.8 juta konsultan mandiri yang memasarkan rangkaian lengkap

(23)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen dan

keputusan pembelian, dengan mengambil judul penelitian sebagai berikut, yaitu

“Pengaruh Brand Image terhadap Minat Beli Ulang Oriflame”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

Apakah brand Image “Oriflame” berpengaruh terhadap minat beli ulang

konsumen?

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian Brand Image dan Minat Beli Ulang, penulis membatasi

permasalahan agar tidak menyimpang dan terlalu luas. Batasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Brand Image yang diteliti menggunakan 5 dimensi yaitu, Brand Identity

(Identitas Merek), Brand Personality (Personalitas Merek), Brand Association

(Asosiasi Merek), Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek), Brand Benefit

and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek).

2. Minat beli ulang yang akan diteliti menggunakan tiga indikator, yaitu minat

(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap minat beli ulang konsumen.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak, antara lain :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk perusahaan guna

meningkatkan penjualan dan profit perusahaan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bacaan ilmiah bagi mahasiswa

dan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa serta dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dan acuan dalam penulisan karya Ilmiah pada penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan bagi penulis yang dapat

(25)

6

American Marketing Association (dalam Tjiptono dan Chandra,

2012:3) mendefinisikan pemasaran adalah fungsi organisasi dan

serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan

menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi

pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi

dan para stakeholder-nya.

Sedangkan menurut William J. Stanton (dalam Irawan dan Swastha,

2005:5) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan–kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa

yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial. Menurut Kotler (dalam Fajar Laksana, 2008:4)

pemasaran is a social process by which individual and groups obtain what

they need and want through creating, offering, and freely exchanging

products and services of value with others atau pemasaran suatu proses

(26)

mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

b. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (dalam Irawan dan Swastha, 2005:7) manajemen

pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan program–program yang ditujukan untuk mengadakan

pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai

tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta

menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif

untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.

Menurut Fajar Laksana (2008:5) manajemen pemasaran adalah

pertukaran produk yang dilakukan melalui aktivitas dari bauran

pemasaran, yaitu produk, price, promotion and place.

2. Brand (Merek)

a. Definisi Brand

Brand dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan merek. Brand

merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki pemasar. Brand

diperlukan untuk membedakan produk yang satu dengan yang lain. Merek

atau brand dapat dikatakan sebagai identitas dan janji penjual kepada

(27)

Kaegan et al, Aaker (dalam Pujadi, 2010:3) menyatakan bahwa merek

(brand) bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau

kombinasinya. Lebih dari itu merek adalah janji perusahaan secara

konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para

pelanggan. Dan “janji” inilah yang membuat masyarakat luas mengenal

merek tersebut lebih dari yang lain. Kotler dan Armstrong (2016:275)

menambahkan bahwa brand are more than just names and symbols. They

are a key element in the company’s relationship with consumers atau

merek lebih dari sekedar nama dan simbol, merek adalah elemen kunci

dalam hubungan antara perusahaan dengan pelanggan.

Keller (dalam Tjiptono, 2011:40) mendefinisikan merek adalah produk

yang mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik

membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional

dan tangible (terkait dengan kinerja produk dari merek bersangkutan)

maupun simbolik, emosional dan intangible (berkenaan dengan

representasi merek). Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan

persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk,

nama, merek dan maknanya, dan perusahaan yang diasosiasikan dengan

merek bersangkutan.

b. Manfaat brand

(28)

Manfaat merek sebagai berikut :

1) Bagi pembeli

Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi

perhatian terhadap produk–produk baru yang mungkin bermanfaat

bagi mereka.

2) Bagi masyarakat

Merek memberikan manfaat dalam tiga hal, yaitu :

a) Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

b) Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan

informasi tentang produk dan tempat untuk membelinya.

c) Meningkatkan inovasi–inovasi baru karena produsen terdorong

untuk menciptakan keunikan–keunikan baru guna mencegah

peniruan dari pesaing.

3) Bagi penjual

Merek memberikan manfaat, yaitu:

a) Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah

– masalah yang timbul.

b) Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas

produk.

c) Memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan.

(29)

c. Komponen Brand

Brand atau Merek terdiri dari beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh

Kotler dan Keller (2009:76), yaitu:

1) Nama merek (brand image) adalah sebagian dari merek dan yang

diucapkan.

2) Tanda merek (brand image) adalah sebagian dari merek yang dapat

dikenal, tetapi tidak dapat diucapkan seperti lambang, desain, huruf

atau warna khusus.

3) Tanda merek dagang (trademark) adalah merek atau sebagian dari

merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya menghasilkan

sesuatu yang istimewa.

4) Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa yang dilindungi undang –

undang memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya

musik atau karya seni.

d. Definisi Brand Image (Citra Merek)

Brand image atau yang dikenal dengan istilah citra merek adalah

salah satu bagian dari ekuitas merek. Kotler dan Keller (2016:330)

menyatakan bahwa brand imagery: decribes the extrinsic properties of the

product/ services including the ways in which the brand attempts to meet

costumers’ psychological or social needs atau menjelaskan sifat

ekstrinstik dari produk/ jasa termasuk cara dimana merek mencoba untuk

(30)

Gronross (dalam Tjiptono, 2000:30) menjelaskan bahwa brand image

yaitu profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu merek.

Dewi (2009:53) mendefinisikan brand image adalah semua asosiasi

tentang suatu brand yang dimiliki oleh konsumen. Asosiasi ini bisa diukur

dalam tiga dimensi, yaitu kekuatan (strength), kelebihan (favorability),

dan keunikan (uniqueness) brand tersebut dibandingkan brand pesaing.

Fandy (2005:49) menambahkan brand image merupakan deskripsi tentang

asosiasi dan keyakinan konsumen tentang merek tertentu. Asosiasi

tersebut merupakan atribut yang ada didalam merek itu dan memiliki

suatu tingkat kekuatan.

1) Manfaat Brand Image

Rangkuti (2004:17) mengemukakan berbagai manfaat brand image

bagi perusahaan, yaitu:

a) Brand image dapat dibuat sebagai tujuan di dalam strategi

perusahaan.

b) Brand image dapat dipakai sebagai dasar untuk bersaing dengan

brand brand lain dari produk sejenis.

c) Brand image dapat membantu memperbaharui penjualan suatu

produk.

d) Brand image dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efek kualitas

(31)

e) Brand image dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar

usaha-usaha strategi perusaha-usahaan.

2) Komponen yang membentuk brand image

Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit Darmawan

(2004) komponen pembentuk brand image adalah:

a) Citra Korporat

Citra yang didalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai

organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain

ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan

mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut.

b) Citra Produk / Konsumen

Citra konsmen terhadap suatu produk yang dapat berdampak

positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan,

keinginan, dan harapan konsumen. Image dapat mendukung

terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.

c) Citra Pemakai

Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontrak dengan

pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen

yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa

yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau

(32)

3) Dimensi Brand Image

Menurut European Journal of Business and Management (2013:62)

dimensi brand image, yaitu:

a) Brand Identity (Identitas Merek)

Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan

merek atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali

dan membedakannya dengan merek atau produk lain, seperti logo,

warna, kemasan, identitas perusahaan, slogan dan sebagainya.

b) Brand Personality (Personalitas Merek)

Brand personalty adalah karakter khas sebuah merek yang

membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia,

sehingga khalayak konsumen dengan mudah membedakannya

dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter

tegas, kaku, kreatif, independen dan sebagainya.

c) Brand Association (Asosiasi Merek)

Brand association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu

dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik

suatu produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya

dalam hal sponsorship atau social responsibility, isu-isu yang

sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person,

(33)

suatu merek, misalnya “ ingat air mineral ingat Aqua”, “ art +

technology = Apple”, “ Nike = Tiger Woods”, dan sebagainya.

d) Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek)

Brand attitude andbehavior adalah sikap atau perilaku komunikasi

dan interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit

-benefit dan nilai yang dimilikinya. Kerap sebuah merek

menggunakan cara-cara yang tidak pantas dan melanggar etika

dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga

mempengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku

merek tersebut atau sebaliknya sikap dan perilaku simpatik, jujur,

konsisten antara janji dan realitas, pelayanan yang baik dan

kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas membentuk

persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek

tersebut. Jadi brand attitude & behavior mencakup sikap dan

perilaku komunikasi, aktivitas dan atribut yang melekat pada

merek saat berhubungan dengan khalayak konsumen, termasuk

perilaku karyawan dan pemilik merek.

e) Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek)

Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan

keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada

konsumen yang membuat konsumen dapat merasakan manfaat

(34)

oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit disini dapat

bersifat functional, emotional, symbolic, maupun social, misalnya

merek dengan produk deterjen dengan benefit membersihkan

pakaian (functional benefit/values), pemakai pakaian menjadi

percaya diri (emotional benefit/values), menjadi simbol gaya hidup

masyarakat modern yang bersih (symbolic benefit/values).

Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan

mempengaruhi brand image produk, individu atau lembaga/

perusahaan tersebut.

3. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas

merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2012).

Proses keputusan pembelian konsumen seperti, pengenalan masalah,

pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku

pasca pembelian.

Gambar II.1

Model Lima Tahap Proses Pembelian

Sumber: Kotler dan Keller (2012)

(35)

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadair suatu masalah

atas kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal.

Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang haus yang

kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong.

Rangsangan eksternal misalnya seseorang mengangumi tas baru temannya

yang memicu pemikiran kemungkinan melakukan suatu pembelian.

b. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Ada dau level rangsangan yaitu level

penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi

produk. Pada level berikutnya orang tersebut mungkin akan lebih aktif

dalam mencari informasi melalui bahan bacaan, melakukan kegiatan

online, bertanya keteman dan mengunjungi toko untuk mempelajari

produk tersebut.

c. Evaluasi Alternatif

Banyakya pilihan produk mengharuskan konsumen melakukan evaluasi

alternative untuk menentukan pilihan produk yang akan menjadi

pilihannya. Proses evaluasi dasar dapat membantu konsumen; pertama,

konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen

mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat

(36)

kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk

memuaskan kebutuhan.

d. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan

membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli

konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua

faktor yang muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk

membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain yaitu, pendapat dari

orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor

kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan

dan manfaat produk yang diharapkan.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil

tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan rasa puas atau tidak

puas. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembeli, tindakan pasca

pembeli dan penggunaan produk pasca pembeli.

1) Kepuasan Pasca Pembeli

Pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak

pada hubungan antara harapan konsumen kinerja anggapan produk.

Jika kinerja tidak memenuhi harapan konsumen, konsumen akan

kecewa jika memenuhi harapan, konsumen akan puas jika melebihi

(37)

menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan

membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

tentang produk kepada orang lain.

2) Tindakan Pasca Pembelian

Jika konsumen puas, konsumen akan membeli produk itu kembali.

pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal baik tentang

merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang kecewa

mungkin akan mengabaikan dan mengembalikan produk.

3) Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian

Kunci kesuksesan penjualan adalah tingkat konsumsi produk- semakin

cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka

kembali kepasar untuk membelinya lagi.

4. Minat Beli Ulang

a. Definisi minat beli

Kotler, 2007 (dalam Sudrajad, 2014:16) menyatakan minat beli adalah

sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan untuk

membeli atau memilih suatu produk berdasarkan pengalaman dalam

memilih, menggunakan, dan mengkonsumsi atau bahkan mengiginkan

suatu produk. Shah, et al.,2011 (dalam Purba 2015:18) minat beli

merupakan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian dimasa

mendatang. Minat beli konsumen dapat berubah sesuai dengan stimulus

(38)

eksternal. Faktor yang berhubungan dengan perasaan dan emosi yang

dimiliki konsumen merupakan faktor internal. Minat beli pembelian juga

dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pemasaran maupun lingkungan.

stimulus yang diperoleh konsumen kemudian akan diproses dan

dipertimbangkan konsumen sesuai dengan kebutuhan pribadinya.

Konsumen berkemungkinan besar akan memiliki minat membeli ketika

stimuli dari luar sesuai keinginan konsumen tersebut.

b. Definisi Minat Beli Ulang

Cronin dkk, 1992 (dalam Sudrajad, 2014:16) minat beli ulang pada

dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif

terhadap kualitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan

kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan

tersebut. Chen & Hsieh (dalam Purba, 2015:18) mendefinisikan minat beli

ulang sebagai bentuk respon positif yang ditunjukan konsumen terhadap

suatu produk setelah melakukan evaluasi keseluruhan terhadap produk

tersebut dan tujuan yang dimilikinya dimasa mendatang.

c. Indikator Minat Beli Ulang

Ferdinand, 2006 (dalam purba, 2015:19) minat beli ulang bisa

diidentifikasi oleh beberapa indikator, yaitu:

1) Minat referensial, merupakan minat seorang konsumen untuk

(39)

dimilikinya kepada konsumen lain agar konsumen tersebut ikut

membeli.

2) Minat Exploratif yaitu, minat seorang konsumen mencari segala

informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkannya.

3) Minat Preferensial yaitu, minat menggambarkan perilaku seorang

konsumen yang menjadikan produk tersebut sebagai preferensi utama

dibandingkan dengan produk - produk lain dipasaran.

B. Penelitian Sebelumnya

Gilang Sudrajad, 2014. Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga, dan

Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Ulang pada toko Buck Store yang ada di

Tembalang Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

citra merek (X1), harga (X2) dan kualitas produk terhadap minat beli ulang(Y)

pada konsumen toko Buck Store Semarang. Hipotetsis dalam penelitian ini

adalah: citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang, harga

berpengaruh positif terhadap minat beli ulang, kualitas produk berpengaruh

positif terhadap minat beli ulang. Penelitian dilakukan kepada konsumen toko

buku Buck Store Semarang dengan menggunakan kuesioner secara personal

(Personality Questitionmaires).

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis menggunakan SPSS

16.0 yang meliputi uji realibilitas, uji validitas, uji asumsi klasik, analisis regresi

(40)

determinan (R2). Dari analisis tersebut diperoleh persamaan regresi: Y = 0,246 X1

+ 0,235 X2 + 0,403 X3. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa semua

variabel independen berpengaruh terhdap minat beli ulang konsumen, hal ini

berarti apabila terjadi perubahan pada satu atau lebih variabel independenya maka

akan terjadi perubahan juga pada variabel dependenya. Selain itu, diperoleh juga

urutan dari masing-masing variabel bahwa variabel kualitas produk memiliki

pengaruh paling besar terhadap minat beli ulang dengan koefisien regresi sebesar

0,403. Lalu variabel citra merek dengan koefisien regresi sebesar 0,246, dan harga

sebagai variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap minat beli ulang

dengan koefisien regresi 0,235.

Maka berdasarkan penelitian sebelumnya, penulis memodifikasi penelitian

terdahulu dengan memfokuskan pengaruh variabel X (brand image) dan objek

yang diteliti.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang topik penelitian yang dibahas. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui brand image (variabel independen) mempengaruhi minat beli ulang

(variabel dependen) atau minat beli ulang (variabel dependen) mempengaruhi

(41)

Gambar II.2

Hubungan variabel independen - dependen

Pengaruh brand image terhadap minat beli ulang. suatu produk yang memiliki

merek atau nama yang telah dkenal luas oleh masyarakat biasanya memiliki daya

tarik khusus yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk

melakukan pembelian ulang produk. Pembelian ulang dipengaruhi oleh faktor

brand image yang positif, karena dengan brand image yang kuat dapat

menyebabkan konsumen menjadi loyal (Andreani et al, 2012).

Dengan demikian, brand image merupakan salah satu faktor seseorang untuk

melakukan pembelian ulang, karena dengan brand image yang positif tersebut

dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara berulang-ulang.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan jawaban sementara berupa alternatif-alternatif jawaban

yang di buat oleh peneliti terhadap masalah yang akan diteliti. Brand image

adalah suatu persepsi konsumen tentang suatu merek, persepsi inilah yang

nantinya akan mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian ulang suatu

merek tertentu. Bila konsumen merasa puas, maka akan ada pembelian ulang

terhadap produk tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis dapat merumuskan

sebagai berikut:

(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif. Menurut Sugiyono (2001:11), penelitian asosiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

atau lebih. Bentuk hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal,

yaitu hubungan sebab akibat.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswi kampus 1

Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang merupakan

konsumen produk Oriflame

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah brand image dan minat beli

ulang konsumen.

C. Waktu dan Lokasi

1. Waktu Penelitian

(43)

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus 1 Universitas Sanata Dharma,

Mrican, Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas (independent variable) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya (variabel terikat). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah brand image (X) Oriflame. Indikator dalam

penelitian ini diturunkan dari dimensi brand image.

Tabel III. 1

Dimensi dan Indikator Brand Image

Dimensi Indikator

1. Brand Identity Tampilan fisik merek mudah dikenali (logo dan kemasan produk)

2. Brand Personality Penggunaan produk merek oriflame membentuk citra diri tertentu (semakin percaya diri dan semakin keren)

3. Brand Association kosmetik dengan potongan harga dan penggunaan bahan alami (tumbuhan).

4. Brand Attitude Kesesuaian produk dengan penawaran dikatalog (bentuk dan warna produk, janji yang diberikan). 5. Brand Benefit and

Competence

(44)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi

variabel lainnya (variabel bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Minat Beli Ulang (Y). Indikator minat beli ulang yaitu:

a. Kecenderungan merekomendasikan orang lain untuk membeli produk

merek Oriflame.

b. Kecenderungan mengikuti informasi tentang produk merek Oriflame.

c. Kecenderungan memilih produk merek Oriflame dibandingkan

kosmetik yang lain.

3. Pengukuran Variabel

Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,

2007:132). Dalam penelitian ini peneliti telah menetapkan 2 variabel yang

akan diteliti yaitu brand image dan minat beli ulang.

Peneliti menggunakan skala pengukuran data, yaitu teknik skala Likert

yang berskala 1 sampai 5. Pernyataan kuesioner akan dibuat dalam bentuk

checklist dan masing-masing item jawaban memiliki bobot yang berbeda.

(45)

Tabel III.2 Tabel Skala Likert

Kode Keterangan Skor

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

N Netral 3

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

E. Definisi Operasional

1. Brand Image

Brand image (variabel bebas) merupakan konsep yang diciptakan oleh

konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya. Oleh karena itu

dalam konsep ini konsumen mejadi lebih penting daripada keadaan

sesungguhnya (Dobni & Zinkhan dalam Dewi, 2008:166).

2. Minat Beli Ulang

Menurut Hellier (dalam Edi dan Rahmawati, 2015) minat beli ulang

merupakan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali

suatu produk atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh dari

perusahaan yang sama, melakukan pengeluaran untuk memperoleh

(46)

3. Brand Identity (Identitas Merek)

Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek

atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali dan

membedakannya dengan merek atau produk lain.

4. Brand Personality (Personalitas Merek)

Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk

kepribadian tertentu layaknya pribadi konsumen.

5. Brand Association (Asosiasi Merek)

Brand Association adalah hal – hal spesifik yang pantas atau selalu

dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu

produk, aktivitas yang berulang dan konsisten.

6. Brand Attitude (Sikap dan Perilaku Merek)

Brand Attitude dan behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan

interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit benefit

dan nilai yang dimilikinya.

7. Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek)

Brand benefit and competence merupakan nilai – nilai dan keunggulan

khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen yang membuat

konsumen dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi

(47)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012:80), populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang sudah

pernah membeli dan menggunakan Oriflame.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi penelitian (Kuncoro, 2013 : 122). Sampel penelitian ini adalah

sebagian mahasiswi aktif 2013 – 2016 kampus 1 Universitas Sanata

Dharma yang sudah pernah membeli dan menggunakan Oriflame.

Dalam penelitian ini karena jumlah populasi tidak diketahui, maka dalam

menentukan sampel menggunakan asumsi berikut (Sugiarto, 2004 : 70).

Rumus :

(48)

Keterangan : = Sampel

e = Besarnya rentang waktu atau rentang interval (0,1)

p.q = Ukuran penyebaran populasi (0,25)

(0,05) = 1,96

Maka, minimal jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah

sebanyak 97 responden, tetapi dalam penelitian ini jumlah sampel yang

diambil adalah sebanyak 100 responden dengan pertimbangan jumlah

sampel cukup representatif untuk mewakili populasi.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Nonprobability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014:66).

Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan adalah Sampling

Insidental yaitu, teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan siapa saja

yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat dijadikan

(49)

H. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti. Sumber data ini

diperoleh langsung dilapangan oleh peneliti. Data dihasilkan dari

kuesioner yang disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan

sebelumnya, yaitu mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Data Skunder

Data yang diperoleh dari pihak lain baik berupa dokumentasi, data yang

telah diolah maupun informasi mengenai suatu hal. Data skunder dalam

penelitian ini adalah literature dan penelitian ilmiah lainnya yang relevan

dan dapat melengkapi penelitian ini.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:142). Adapun

responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif 2013 – 2016, berjenis

(50)

J. Teknik Pengujian Kuesioner

1. Uji Validitas

Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2012:121). Uji

validitas bisa menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson

(Sugiyono, 2012:183), yaitu :

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka pernyataan

tersebut dinayatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka pernyataan

tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah hasil penelitian dimana terdapat kesamaan

(51)

yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya

adalah rumus Cronbach’s Alpha. Rumus ini digunakan untuk mencari

nilai Cronbach’s Alpha yang skornya antara 1 dan 0.

{ }{ ∑ }

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ Total dari varian masing-masing pertanyaan

= Varian dari total skor

Ketentuan yang berlaku adalah nilai alpha > 0,60; data kuesioner

dapat dikatakan reliabel.

K. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskrptif

a. Analisis Deskriptif Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa kampus 1

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah pernah membeli

dan menggunakan Oriflame, kemudian yang diambil sebagai sampel

adalah sebagian mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang pernah

(52)

penelitian dari 100 responden sampel dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1) Deskriptif responden berdasarkan pernah atau tidak melakukan

pembelian dan menggunakan produk merek Oriflame.

2) Deskriptif responden berdasarkan Program Studi.

3) Deskriptif responden berdasarkan kategori produk yang

pernah/sering dibeli dan digunakan.

4) Deskriptif responden berdasarkan jenis kulit.

b. Analisis Deskriptif Variabel

Analisis variabel digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang

variabel dilihat dari rata – rata (mean) masing – masing variabel.

Dengan prosedur sebagai berikut:

1) Menghitung nilai mean untuk setiap variabel/obyek/item.

2) Membuat kategori nilai mean dengan pengkategorian skor yang

telah dibuat yaitu:

Dengan menggunakan skala likert diketahui bobot nilai tertinggi

adalah 5 dan nilai terendah adalah 1, maka jumlah interval dapat

dihitung sebagai berikut:

Interval =

Interval =

(53)

Dengan rentang skala 0,8 maka skor brand image dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Sangat buruk (SBr) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang

menunjukkan brand image sangat buruk.

2) Buruk (Br) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang

menunjukkan brand image buruk.

3) Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang

menunjukkan brand image cukup.

4) Baik (B) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang menunjukkan

brand image baik.

5) Sangat Baik (SB) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang

menujukkan brand image sangat baik.

Sementara dengan rentang skala 0,8 maka skor minat beli

ulang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Sangat Rendah (SR) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang

menunjukkan minat beli ulang sangat rendah.

2) Rendah (R) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang

menunjukkan minat beli ulang rendah.

3) Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang

menunjukkan minat beli ulang cukup.

4) Tinggi (T) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang

(54)

5) Sangat Tinggi (ST) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang

menujukkan minat beli ulang sangat tinggi.

2. Analisis Regresi

Model regresi linier disebut sebagai model yang baik jika memenuhi uji

asumsi klasik. Oleh karena itu Uji Asumsi Klasik sangat diperlukan

sebelum melakukan analisis regresi.

a. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu, Uji

Normalitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah nilai

residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki residual

yang terdistribusi secara normal. Dalam penelitian ini pengujian

normalitas menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov, dalam hal

ini untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi secara normal

adalah jika signifikan (signisficance level) lebih dari 0,05 (sign >

0,05).

b. Persamaan Regresi

1) Persamaan Regresi Linier Sederhana

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana

(55)

variabel dependen. Regresi linier merupakan sebuah prosedur

hubungan matematis untuk mengukur ada tidaknya pengaruh

dimensi – dimensi pada variabel independen terhadap variabel

dependen. Perhitungannya dapat dilakukan dengan alat bantu

software SPSS. Persamaan garis regresi linier sederhana

ditentukan sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan :

Y= Variabel Dependen (Minat Beli Ulang)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada

variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka

terjadi penurunan.

X = variabel independen (Brand Image).

Jika sudah didapatkan a dan b maka selanjutnya nilai tersebut

dimasukkan kedalam persamaan regresi sederhana untuk

mengetahui perubahan yang terjadi pada variabel Y berdasarkan

nilai variabel X yang diketahui. Regresi linier sederhana

bermanfaat untuk meramalkan rata-rata variabel Y bila X diketahui

dan meramalkan perubahan yang terjadi pada variabel Y jika

(56)

2) Pengujian Hipotesis (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara

signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Pada penelitian ini digunakan uji satu pihak kanan dengan tingkat

kepercayaan sebesar 0,05. Pengujian ini dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

a) Merumuskan Hipotesis

H0 ; β = 0, brand image tidak berpengaruh terhadap minat beli

ulang.

Ha ; β ≠ 0, brand image berpengaruh terhadap minat beli ulang.

b) Menentukan level of significance(α)

Dalam penelitian ini level of significance atau tigkat

signiifikansinya sebsar 0,05 (5%) dengan derajat bebas (df) =

n-k dan n merupakan jumlah sampel penelitian, k merupakan

jumlah variabel Independen.

c) Menentukan nilai thitung dan ttabel

Thitung diperoleh dari output SPSS dan ttabel dicari pada tabel

statistik pada signifikansi 0,05.

d) Kriteria pengujian

thitung ≤ ttabel = H0 diterima yang artinya brand image tidak

(57)

thitung ˃ ttabel = H0 ditolak yang artinya brand image berpengaruh

terhadap minat beli ulang.

e) Membuat Kesimpulan

Jika H0 ditolak dan Ha diterima berarti brand image

berpengaruh pada minat beli ulang begitu pula sebaliknya jika

H0 diterima dan Ha ditolak maka brand image tidak

(58)

39

Oriflame merupakan salah satu perusahaan kecantikan internasional

dengan sistem penjualan langsung dilebih dari 60 Negara di dunia. Oriflame

pertama kali didirikan pada tahun 1967 oleh dua bersaudara Jonas dan Robert

af Jochnick. Semua berawal dari sebuah ruang kantor sederhana dipusat kota

Stockholm. Mereka adalah dua pemuda yang mempunyai visi dan impian

yang kuat. Mereka ingin membangun perusahaan kosmetik yang menawarkan

jenis perawatan kulit yang berbeda dibanding produk lainnya yang ada pada

saat itu, yaitu terbuat dari bahan-bahan alami dan tidak diujicobakan pada

hewan serta menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan bagi

kemasan dan mendaur ulangnya. Terobosan luar biasa yang dilakukan oleh

dua bersaudara af Jochnick adalah memindahkan mata rantai bisnis Oriflame

(59)

negeri, masing-masing dan setiap satu dari mereka memiliki hati dan ambisi

menjadi seorang pengusaha.

Pada tahun 1968 Oriflame memulai pasar pertamanya diluar Swedia

yaitu di Denmark dan Norwegia, kemudian pada tahun 1986 mulai masuk ke

pasar Asia dan Negara pilihan yang menjadi pasar pertamanya di Asia adalah

Indonesia melalui PT. Orindo Alam Ayu yang berkantor pusat dijalan

bulungan No. 16, Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1989 Oriflame memilih

Negara Cili yang menjadi pasar pertamanya di Amerika Latin. Pada tahun

1990 setelah tumbuhnya tembok Berlin, Oriflame Czech Republic memulai

berekspansi ke Eropa Timur dan Eropa Tengah, diikuti dengan CIS dan

Negara- Negara Baltik. Mesir menjadi pasar pertamanya di Afrika pada tahun

1997, selanjutnya pada tahun 2000 Oriflame mendirikan Global Technical

Center di Dublin, Irlandia untuk penelitian lanjutan dan pengembangan

produk. Dublin dipilih sebagai Negara yang cocok untuk memproduksi dan

mengembangkan produk-produk Oriflame karena lingkungannya bebas dari

polusi sehingga sangat mendukung untuk pengolahan kosmetik dari bahan –

bahan tumbuhan alami. Kemudian pada tahun 2004 Oriflame sudah memiliki

1,5 juta Consultan aktif, yang hadir dilebih dari 60 pasar dunia dan menikmati

penjualan bersih lebih dari 60 juta USD. Hingga saat ini Oriflame sudah

memiliki 2,3 juta sales consultants, 6200 Karyawan, 800 produk dan 100 juta

(60)

B. Oriflame Indonesia

Oriflame mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1986 dan bekerjasama

dengan PT. Orindo Alam Ayu untuk memasarkan produknya dan telah

berjaya di Indonesia selama hampir 31 tahun. Indonesia mempunyai 14 kantor

cabang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung,

Medan, Pekan Baru, Makassar, Surabaya, Denpasar, Jogyakarta, Balikpapan,

Semarang, Palembang dan Manado. Pada tahun 2010, Oriflame mendapatkan

dua buah penghargaan yaitu, Superbrand dan Indonesia Most Favourite

Woman Brand kategori kosmetik oleh Majalah Marketing.

C. Tujuan Berdirinya Oriflame

Oriflame memiliki tujuan yaitu, menciptakan produk kecantikan yang

terinspirasi dari alam dan menggunakan ilmu pengetahuan terbaru untuk

kemudian dipasarkan ke seluruh dunia.

Dalam operasinya Oriflame memanfaatkan berbagai macam tumbuh-

tumbuhan yang memiliki manfaat untuk kesehatan kulit serta aroma khas

untuk menciptakan wewangian bagi tubuh dan memasarkan produknya

melalui katalog. Katalog adalah merupakan alat publikasi yang digunakan

perusahaan sebagai cara untuk memperkenalkan produk dan layanan

perusahaan. Terdiri dari jilid cetakan berisi setidaknya delapan halaman,

(61)

D. Visi – Misi Oriflame

Dengan keberhasilannya hingga saat ini perusahaan Oriflame memiliki visi

dan misi yang cukup sederhana tetapi memiliki arti yang sangat dalam bagi

perusahaan maupun konsumen. Visi dan misi perusahaan, yaitu:

1. Visi

“to be the natural first choice..

Menjadi pilihan alami yang pertama bagi semua orang. Oriflame manjadi

nama pertama yang muncul dalam benak setiap orang yang mencari

kosmetik berkualitas dengan bahan alami dan Oriflame sebagai

perusahaan utama yang dapat memasarkan serta mendistribusikan produk

secara langsung kepada konsumen.

2. Misi

“Opportunity for All”

Peluang untuk semua maksudnya adalah Oriflame memberikan jalan pada

semua dengan cara yang mudah dan pintar, serta kesempatan untuk

meningkatkan kehidupan melalui peluang bisnis yang dinamis.

E. Nilai – Nilai Utama Perusahaan

1. Togetherness (kebersamaan)

Kebersamaan adalah suatu nilai yang kuat dan penting bagi perusahaan

Oriflame dalam membangun hubungan kerja sama. Kebersamaan ini

(62)

dari kerjasama dua bersaudara. Hal ini terus menjadi hal penting bagi

perusahaan karena seluruh konsep dalam bisnis ini membutuhkan kerja

sama dengan orang lain.

2. Spirit (Semangat)

Semangat “saya bisa” yang merupakan karakteristik dari perusahaan

mampu menjadi sebuah kata ajaib para consultants untuk tidak menyerah

dengan suatu tantangan dan menjadikan kegagalan sebagai kesempatan

untuk mencoba lagi.

3. Passion (gairah)

Gairah, orang yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. gairah

muncul dari hal – hal disukai. Gairah dibutuhkan untuk dapat menciptakan

rangkaian produk yang sempurna, dalam merancang katalog dan

menciptakan sebuah inovasi. Dibutuhkan banyak gairah untuk dapat

mengolah lebih dari satu juta konsultan dan dibutuhkan banyak gairah

untuk memasarkan lebih dari 800 produk dalam 35 negara.

F. Sarana Pelayanan Oriflame

Oriflame sebagai pemimpin pasar dengan sistem penjualan langsung di

Indonesia terus menerus melakukan terobosan-terobosan untuk memanjakan

para consultantsnya dalam menjalankan bisnis MLM ini.

(63)

1. Layanan call center untuk melakukan order, layanan pelanggan,

pengecekan jumlah poin, pengecekan ketersediaan stok

2. Layanan Oriflame online, berupa fasilitas website untuk melakukan order,

pembayaran online, pengecekan jumlah poin, pengecekan ketersediaan

stok

3. Layanan delivery, C.O.D maupun pengiriman luar kota.

G. Kategori Produk Oriflame

Melalui katalog – katalognya yang terbit setiap satu bulan sekali Oriflame

menawarkan sekitar 800 produk setiap bulannya. Produk-produk tersebut

diproduksi melalui standar teknis yang tinggi dengan segala manfaat dari alam

menggunakan teknologi terkini dan mutakhir. Produk Oriflame yang

diproduksi oleh perusahaan yakni sebagai berikut:

1. skin care

Oriflame senantiasa menggunakan bahan-

bahan alami yang efekif untuk menjaga

keindahan dan kesehatan kulit. Produk skin

care Oriflame seperti cleanse (cleanser dan

toner), moisturizer (night cream, day cream, bb and cc cream, lip care),

treat (face treatments & serums, mask & scrubs), sun protectors. Salah

satu produk unggulan perawatan kulit dari Oriflame yaitu True Perfection

perawatan lengkap dengan cream pagi dan malam, serum serta cream

(64)

pelembab mata. Semua produk ini dibuat menggunakan ekstrak

tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk semua jenis kulit.

2. Bath and body

Dalam kategori bath and body Oriflame

memilik banyak produk seperti body care

(body moisturisers, hand care, foot care,

deodorants & anti-respirants, anti-celluite

& toning), bath and shower (body wash & Shower gel, body scrubs &

exfoliants), bath and body tools (manicure & pedicure), kids and baby

(oral care) perawatan kulit alami yang menjaga tubuh tetap indah dan

sehat. Merawat tekstur kulit yang tidak merata, kulit kering, kulit kendur

sehingga kulit tampak terawat, terlindungi, halus dan terasa kencang serta

mencerahkan kulit gelap.

3. Hair

perawatan rambut alami yang

menjaga dan menutrisi kulit kepala

hingga ujung rambut sehingga rambut

tampak bersinar, mudah diatur dan

terawat dengan keharuman menawan.

Oriflame menyediakan shampoo, conditioner, styling product, hair

treatments, hair tools and acerssories.

Gambar IV.3

(65)

4. Make Up

Oriflame memiliki banyak koleksi tata

rias yang membantu konsumen lebih

percaya diri seperti: face make-up

(foundation, powder, primer, concealer,

blush, bronzer, face make-up remover, face tools & brushes), eye make-up

(mascara, eyeliner, eye shadow, eye make-up remover, eyebrows, eye and

tools brushes), lips (lipstick, lip gloss, lip stain, lip liner, lip care, lip and

tools brushes), nails (nail polish, nail care, manicure and pedicure),

beauty tools and brushes (make-up brushes, sponges & Applicators,

manicure & pedicure, eyelash curlers).

5. Fragrance

Oriflame menciptakan wewangian yang khas,

lembut dan memberikan kesegaran aroma yang

tahan lama sepanjang hari. Selain itu oriflame juga

memberikan pesan khusus disetiap produk

wewangiannya. Salah satunya adalah Imagination

Eau de Toilette, parfum yang mengandung

Williams pear berkarakter kuat dan ceria penuh ekspresi yang

mengingatkan kepada anda bahwa hidup ini sungguh penuh warna.

Gambar IV.5

(66)

6. Wellbeing

Wellbeing merupakan produk berkualitas tinggi

yang dikembangkan oleh para ilmuwan

Swedia. Wellbeing menawarkan gaya hidup

sehat dan bahagia. Wellbeing sangat baik untuk

manajemen berat badan yang sehat berarti

dengan makan yang sehat dan seimbang dari protein, karbohidrat rendah

proses, lemak baik dan mendapatkan jumlah harian yang

direkomendasikan dari vitamin dan mineral yang berfungsi dengan baik.

Dan Oriflame menawarkan produk ini sebagai pelengkap makanan untuk

sehari-hari.

(67)

48 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan karakteristik responden, analisis data penelitian

dan pembahasan. Dalam memperoleh data, peneliti membuat kuesioner yang

dibagikan dan diisi oleh konsumen Oriflame di kampus 1 Universitas Sanata Dharma.

Kuesioner yang dibagikan kepada 100 mahasiswi kampus 1 Universitas Sanata

Dharma. Kuesioner dibagikan dan diisi dalam dua tahapan. Tahap pertama pada

bulan Februari kepada 30 responden dan tahap kedua pada bulan Maret kepada 70

responden.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada

konsumen Oriflame di kampus 1 Universitas Sanata Dharma dan disebar sebanyak

100 eksamplar. Dalam pemilihan responden untuk mengisi kuesioner, peneliti

menanyakan terlebih dahulu kepada calon responden sesuai kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya, jika calon responden memenuhi kriteria yang diajukan oleh

peneliti maka calon responden berhak mengisi kuesioner peneliti. Setelah mengisi

kuesioner, peneliti memberikan souvenir kepada konsumen yang bersedia dijadikan

responden sebagai ucapan terima kasih peneliti kepada responden.

Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberikan tanda centang ()

pada pernyataan yang telah penulis susun, masing – masing pernyataan telah

Gambar

Tabel  Judul
Gambar Judul
Gambar II.1 Model Lima Tahap Proses Pembelian
Gambar II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Pengg unaan Metode Pembelajaran Concept Sentence dengan Media Flashcard dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan di Kelas II SDN 6 Panjer Tahun

Hasil pada lima regional ini sesuai dengan analisis Joko Irianto dan Tjitra yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan tipe daerah dengan diare

Dengan kehandalan yang tinggi yang ditandai dengan ketepatan waktu perjalanan akan menyebabkan peningkatan dalam kapasitas baik dari sisi pelayanan kepada penumpang maupun

Penggunaan string matching khususnya dengan algoritma Boyer-Moore digunakan untuk mendeteksi sentimen sesuai dengan kata yang ada pada kalimat dan kamus.. Teknik ini

Penggunaan Menu Aplikasi 25 Pada halaman upload dokumen pendukung terdapat tab le yang menampilkan dokumen yang belum di upload dan sudah di upload.. Berikut tab le dari

Hasil penelitian ini disimpulkan: (1) kata serapan dan istilah asing banyak ditemukan dalam artikel opini harian Kompas edisi Mei-Juni 2012; (2) analisis

PENANG BUKIT MERTAJAM KEDAI MEMASANG CERMIN KERETA HOCK LEE HENG (Jalan Megat Harun,Bukit

$Manajer adalah seseorang yang mempunyai kemampuan teknis dan akademis untuk mengelola perusahaan atau organisasi bisnis yang dimiliki oleh orang lain dan atas jasanya ia menerima