xii
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh : ELOK RACHMANIA
0513015002 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
xiii
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh : ELOK RACHMANIA
0513015002 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
xiv
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Oleh :
ELOK RACHMANIA 0513015002 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
xvii SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
Elok Rachmania 0513015002 / FE / EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Siti Sundari, M. Si Tanggal : ...
Mengetahui, Wakil Dekan I
xviii
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :
Elok Rachmania 0513015002 / FE / EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 23 Desember 2009
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Hj. Siti Sundari, M. Si Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. Ak
Sekretaris
Dra. Ec. Hj. Siti Sundari, M. Si
Anggota
Dra. Ec. Erna Sulistyowati, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan lindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel-variabel Akuntansi Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penulisan skripsi ini telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak yang sangat besar artinya. Maka, pada kesempatan ini dengan perasaan yang bahagia penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Syaiful Anwar, Msi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, dan memberikan motivasi serta dukungan moral selama penyusunan skripsi ini.
6. Segenap staff pengajar dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua Orang tuaku dan beserta seluruh keluargaku yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat membantu menunjang perkembangan ilmu pengetahuan serta memberikan manfaat sebagai sumbangan pikiran yang berharga bagi yang berkepentingan.
Surabaya, Desember 2009
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 01
1.2. Perumusan Masalah ... 04
1.3. Tujuan Penelitian ... 05
1.4. Manfaat Penelitian ... 05
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 06
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pemakai dan kebutuhan Informasi Lap.Keuangan ... 11
2.2.2. Investasi ... 11
2.2.2.1. Pengertian Investasi ... 11
2.2.2.2. Jenis Investasi ... 12
2.2.3. Risiko ... 16
iv
2.2.3.2. Pengertian Beta Saham ... 21
2.2.3.3. Mengestimasi Beta Saham ... 22
2.2.4. Variabel Akuntansi ... 32
2.2.4.1. Dividend Payout ... 32
2.2.4.2. Pengaruh Dividen Payout terhadap Beta Saham ... 33
2.2.4.3. Asset Size ... 34
2.2.4.4. Pengaruh Asset Size terhadap Beta Saham . 34 2.2.4.5. Earnings Variability ... 35
2.2.4.6. Pengaruh Earnings Variability terhadap Beta Saham ... 36
2.2.4.7. Total Asset Turn Over ... 36
2.2.4.8. Pengaruh Total Asset Turn Over terhadap Beta Saham ... 36
2.2.4.9. Asset Growth ... 36
2.2.4.10. Pengaruh Asset Growth Terhadap beta Saham 37 2.3. Kerangka Pikir ... 37
2.4. Hipotesis ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 45
3.2.1. Obyek Penelitian ... 45
v
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 71
4.3.1. Uji Normalitas ... 71
4.3.2. Asumsi Klasik ... 72
4.3.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 75
vi
4.3.5.5. Asset Growth ... 88
4.3.7. Keterbatasan Penelitian ... 89 4.3.6. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 95 5.2. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Laporan Penelitian Terdahulu ... 09
3.1. Jumlah Perusahaan Sampel ... 46
3.2. Perusahaan – Perusahaan Sampel ... 47
3.3. Batas Uji Durbin Watson ... 50
4.1. Jenis Kelompok Perusahaan Manufaktur dalam BEI ... 58
4.2. Jenis Usaha Dalam Sampel Perusahaan Manufaktur ... 58
4.3. Total Asset ... 59
4.4. Total Liabilities ………... 61
4.5. Total Equity ………. 62
4.6. Data Beta Saham Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 64
4.7. Data Dividend Payout Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 67
4.8. Data Asset Size Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 66
4.9. Data Earnings Variability Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 68
4.10. Data Total Asset Turn Over Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 69
4.11. Data Asset Growth Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 70
4.12. Batas Uji Durbin Watson ... 73
4.13. Hasil Uji Multikolineritas ... 73
4.14. Hasil Uji Heteroskestisitas ... 74
4.15. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 76
4.16. Nilai Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 78
4.17. Hasil Uji T ... 80
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Risiko Total dan Komponennya ... 20
2.2. Garis Pasar Sekuritas ... 27
2.3. Kerangka Pikir Variabel Akuntansi terhadap Beta Saham ……… 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Harga Saham dan IHSG
Lampiran 2 : Data Return Saham dan Return Indeks Pasar Lampiran 3 : Perhitungan Dividend Payout
Lampiran 4 : Perhitungan Asset Size.
Lampiran 5 : Perhitungan Earnings Variability. Lampiran 6 : Perhitungan Total Asset Turn Over Lampiran 7 : Perhitungan Asset Growth
Lampiran 8 : Perhitungan Beta Saham.
Lampiran 9 : Data Dependent dan Data Independent Variabel. Lampiran 10 : Deskriptif Statistik.
Lampiran 11 : Uji Normalitas.
x
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh :
Elok Rachmania
ABSTRAK
Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada investor agar laporan keuangan dapat berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Keputusan investor untuk menanamkan modalnya pada satu sekuritas atau portofolio tidak dapat dipisahkan dari harapan investor untuk memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukannya. Keputusan investasi yang menyangkut masa depan bersifat tidak pasti sehingga didalamnya mengandung unsur risiko bagi investor. Risiko yang relevan dalam suatu investasi yang didiversifikasi dengan baik adalah risiko pasar atau risiko sistematis dan dinyatakan dalam bentuk beta saham. Jika informasi laporan keuangan diharapkan berguna bagi pengambilan keputusan investasi, maka informasi laporan keuangan dalam bentuk variabel-variabel akutansi dapat digunakan untuk menilai beta saham. Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan adalah dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth,dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap beta saham sebagai cerminan risiko pada perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan sampel 19 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2008 dan telah memenuhi kriteria tertentu. Analisis data dengan menggunakan model regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.046. Pengujian statistik dengan menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa keseluruhan variabel akuntansi dalam penelitian ini secara simultan memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan beta saham. Sedangkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t, menunjukkan bahwa hanya variabel asset growth yang mempunyai hubungan signifikan dengan beta saham pada taraf 10% sedangkan variabel lainnya seperti dividend payout, asset size, earnings variablity dan total asset turn over tidak signifikan menjelaskan hubungannya dengan beta saham.
Hasil penelitian ini membawa implikasi bahwa laporan keuangan belum bisa digunakan sepenuhnya sebagai sumber informasi yang reliable bagi investor. Adanya kecenderungan investor menggunakan analisis teknikal atau analisis fundamental makro ekonomi sebagai acuan dalam menilai beta saham sebagai cerminan dari risiko investasi.
xi
INFLUENCEANALISYS OF ACCOUNTING VARIABLE TO SHARE OF BETA IN THE MANUFACTURES COMPANY
THAT BE LIST IN THE BURSA EFEK INDONESIA By :
Elok Rachmania
ABSTRAC
One of the direction from financial reports is for give an information to the investor to take a decision in the investment. Investor decision is for capital investment to the one of share is can not to be separated from investor with hope for get an opportunity from investment that they do it. Investor decision is connection with the futures is not certainly, so there is a risk to investor. The relevant risk in the investment that diversification with very well is a market risk or systematic risk that called with beta. The financial reports information is hope can be use for decision in the investment, so the information of financial reports in the shape of accounting variable can be use to value the share of beta. There is an accounting variabel that can be use are dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, and asset growth, with direction for test the influence of accounting variable that dish in the financial repots to the share of beta as a risk mirror to the manufactures company that in the Indonesia.
This accurationis use 19 example of manufatures company that be list in the Bursa Efek Indonesia at years 2004-2008 and be to fill of certainly criteria. Date analisys with use a model of regresi linear berganda is show the value of determination coefisient (R2) is 0.046. Statistic test is use F test on the level at 5% showing that all of the accounting variable in this accuration have not signivicant relation with share of beta. And statistic test with t-test, show that just asset growth variable that have a signivicant relation with share of beta saham at 10% and the others like dividend payout, asset size, earnings variablity and total asset turn over are not signivicant for explain the relation with the share of beta.
This accuration result that financial reports is can not be usefully as a well information that reliable to the investor. There is an investor inclined to use tehnical analisys or fundamental makro economic analisys as to threaten in the value of share beta as a miror from the investment risk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan bantuan kepada investor,
kreditor dan investor potensial untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
yang ada di laporan keuangan diharapkan dapat berguna untuk investor dalam
mempertimbangkan suatu keputusan apakah harus membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut. Keputusan investasi yang menyangkut masa depan
bersifat tidak pasti, sehingga didalamnya mengandung unsur risiko bagi
investor. Agar investasi memberikan hasil yang efektif maka investor dan calon
investor harus mampu menilai pendapatan dan risiko yang terkandung dalam
alternatif investasi yang direncanakan. Umumnya risiko ada pada setiap
alternatif investasi sedangkan besar kecilnya risiko tergantung pada jenis
investasinya.
Risiko dalam suatu investasi sering dihubungkan dengan penyimpangan
atau deviasi dari pendapatan yang diharapkan. Risiko bisa dikurangi atau
dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi investasi, antara lain dengan
cara menambah jenis saham dan portofolio. Risiko demikian disebut dengan
risiko tidak sistematis (unsystematic risk) atau diversifiable risk. Akan tetapi
ada juga risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi investasi yang
risiko pasar. Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan
perusahaan, seperti inflasi, resesi, kebijaksanaan pajak, dan sebagainya. Tingkat
risiko sistematis dinyatakan dalam parameter beta yang merupakan koefisien
regresi antara return suatu sekuritas dengan return pasar.
Jika informasi laporan keuangan diharapkan berguna bagi pengambilan
keputusan investasi, maka informasi laporan keuangan juga diharapkan berguna
untuk menilai risiko sistematis dalam investasi. Dengan kata lain informasi
laporan keungan dalam bentuk variabel-variabel akuntansi (variabel
fundamental) dapat digunakan untuk menilai beta saham. Dengan
menggabungkan antara beta yang diukur berdasarkan data return pasar dengan
data karakteristik perusahaan berupa variabel-variabel akuntansi diharapkan
daya prediksinya untuk menghitung beta di masa mendatang lebih akurat.
Usaha untuk menguji hubungan variabel-variabel akuntansi dengan beta
saham telah dilakukan oleh Beaver et. al (1970). Mereka menguji pengaruh
antara beta dengan 7 macam variabel-variabel akuntansi yang dianggap
berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko, yaitu
dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earnings
variability dan accounting beta (Jogiyanto, 2000:255-256). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Dividend payout, leverage, earnings variability dan
accounting beta berpengaruh signifikan 1% terhadap beta, sedangkan liquidity,
asset size, asset growth tidak signifikan. Elly dan Nur Indriantoro (1999)
beta saham. Sampel penelitian adalah 37 perusahaan manufaktur yang telah
terdaftar di BEJ dari tahun 1991 sampai 1996. Variabel-variabel yang
digunakan sama dengan Beaver et. al (1970). Hasilnya menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing maupun secara
keseluruhan dari dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size,
earning variability dan accounting beta terhadap beta saham. Suherman (2003)
menguji pengaruh variabel-variabel keuangan terhadap risiko sistematis di
Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel tersebut antara lain dividend payout,
financial leverage, liquidity, accounting beta, asset size, asset growth, dan
earning variability. Pengujian dilakukan berdasarkan data historis tahun 1996
sampai 2000 terhadap 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
asset growth, TATO dan ROI periode sebelum krisis moneter, sedangkan
likuiditas, leverage tidak serta terdapat pengaruh yang signifikan dari leverage
periode selama krisis moneter, sedangkan asset growth, likuiditas, TATO dan
ROI tidak. Kemudian Doddy Setiawan (2004) melakukan penelitian yang
menguji pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham pada periode
sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode selama krisis moneter
(1998-2001). Variabel yang digunakan adalah asset growth, leverage, likuiditas, total
asset turn over dan return on investment. Hasilnya menunjukkan bahwa
Variabel-variabel yang diuji tidak berpengaruh signifikan terhadap beta. Secara
beta. Penelitian dengan menggunakan berbagai variabel akuntansi lainnya untuk
meneliti beta fundamental ini juga dilakukan oleh Bildersee (1975), Rosenberg
dan Marathe (1975), Eskew (1979), Bren dan Lerner (1973), Gonedes (1979),
Melicher (1974), Thomson (1978 ) (Jogiyanto, 2000:260).
Dari penelitian-penelitian tersebut di atas, penulis ingin meneliti apakah
ada pengaruh dari variabel-variabel akuntansi yang disajikan dalam laporan
keuangan terhadap beta saham dalam kasus perusahaan manufaktur di Indonesia.
Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan peneliti meliputi : dividend
payout, asset size, earnings variability,total asset turn over, dan asset growth.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel – Variabel
Akuntansi Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
Apakah terdapat Pengaruh yang signifikan dividend payout, asset size,
earnings variability, total asset turn over, dan asset growth terhadap beta
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menguji secara empirik
adanya pengaruh antara variabel-variabel akuntansi yang terdiri atas dividend
payout, asset size, earnings variability, dan asset growth disajikan dalam
laporan keuangan terhadap risiko saham (beta) pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan melatih penulis dalam menganalisa serta
mengoptimalkan teori yang diperoleh penulis selama menempuh
perkuliahan di Perguruan Tinggi
b. Bagi Akademis.
Diharapkan agar penyusunan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan di masa yang akan datang.
c. Bagi Praktisi.
Memberikan informasi kepada pihak investor mengenai variabel-variabel
akuntansi yang dapat mempengaruhi beta (risiko sistematis), sehingga dapat
memberi masukan kepada investor dalam menentukan keputusan investasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
a. Beaver, Kettler dan Scholes (1970)
Meneliti tentang : Pengaruh beta saham terhadap 7 macam variabel akuntansi
yang dianggap berhubungan dengan risiko.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh antara beta saham terhadap 7 macam
variavel akuntansi yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity,
asset size, earnings variability dan accounting beta.
Hipotesis : Diduga ada pengaruh antara beta saham terhadap 7 macam
variabel akuntansi yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity,
asset size, earnings variability dan accounting beta.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend payout,
leverage, earnings variability dan accounting beta berpengaruh signifikan
1% terhadap beta, sedangkan liquidity, asset size, asset growth tidak
berpengaruh secara signifikan.
b. Elly dan Indriantoro (1999)
Meneliti tentang : Pengaruh antara variabel-variabel akuntansi terhadap beta
Rumusan masalah: Apakah variabel-varaibel akuntansi berpengaruh secara
signifikan pada beta saham.
Hipotesis : Variabel – variabel akuntansi diduga mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap beta saham.
Kesimpulan : Hasil dari penelitian terhadap 37 perusahaan manufaktur
tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari
masing-masing maupun secara keseluruhan dari variabel-variabel akuntansi
tersebut terhadap beta saham.
c. Suherman (2003).
Meneliti tentang : Pengaruh variabel keuangan terhadap risiko sistematis di
Bursa Efek Jakarta.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap resiko
sistematis di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis : Ada pengaruh yang signifikan dari variabel keuangan
terhadap resiko sistematis di Bursa Efek Jakarta.
Kesimpulan : Pengujian statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan
bahwa hanya satu variabel independen yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap risiko sistematis yaitu variabel earning variability
sedangkan keenam variabel independen lainnya tidak berpengaruh secara
bahwa keseluruhan variabel keuangan dalam penelitian ini secara simultan
tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap beta saham.
d. Setiawan (2004).
Meneliti tentang : Pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham pada
periode sebelum krisis moneter tahun 1992 – 1996 dan periode selama
krisis moneter tahun 1998 – 2001 pada perusahaan manufaktur.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh dari variabel fundamental terhadap
beta saham pada periode sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode
selama krisis moneter (1998-2001).
Hipotesis : Diduga ada pengaruh antara variabel fundamental terhadap
beta saham pada periode sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode
selama krisis moneter (1998-2001).
Kesimpulan : Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari asset growth, TATO dan ROI (Return On Investment) pada
periode sebelum krisis moneter. Sedangkan pada periode selama krisis
moneter menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, pemakai laporan keuangan
meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta
lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan
keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang
saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2.2.2. Investasi
2.2.2.1. Pengertian Investasi
Dalam dunia usaha, ada beberapa pengertian mengenai investasi
yang pada intinya adalah sama. Menurut Awat (1999:29), investasi
merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan
untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang yang jumlahnya lebih
besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial
Menurut Halim (2003:2) menyebutkan investasi pada hakikatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Sedangkan investasi menurut Tandelilin (2001:3) adalah komitmen
atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan,
tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko. Return yang
diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko
penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perbedaan antara
return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (return
aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
investasi. Risiko dan return mempunyai hubungan yang searah dan linier.
Artinya semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat
return yang diharapkan dari aset tersebut, demikian sebaliknya.
2.2.2.2. Jenis Investasi
Pada dasarnya kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
investasi riil (real assets) dan investasi finansial (financial assets).
Dimana dalam dua jenis investasi tersebut investor selalu dihadapkan pada
risiko (risk) yang mungkin dihadapi. Berkembangnya perekonomian
cenderung menggeser obyek investasi dari real assets (seperti tanah) ke
arah financial assets, baik di pasar uang maupun di pasar modal.
Menurut Awat (1999:29) membagi investasi sebagai berikut :
a. Ditinjau dari segi ruang lingkup usaha :
1) Investasi pada aktiva nyata (real asset / real investment)
Misalnya : Pendirian pabrik-pabrik, perkebunan, pendirian
hotel/restoran, dan lain-lain.
2) Investasi pada aktiva keuangan (financial asset / financial investment)
Misalnya : Pembelian surat berharga baik berupa saham maupun
obligasi.
b. Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Investasi bebas resiko (free risk investment) adalah investasi yang
memperoleh keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi
(investment in bond), karena obligasi akan memberikan jasa bunga yang
pasti kepada pemiliknya tanpa memperhatikan apakah perusahaan yang
mengeluarkan obligasi itu mampu memperoleh keuntungan atau tidak.
2) Investasi yang beresiko (risk investment) adalah investasi yang ditujukan
bagi pembelian saham biasa (investment in stock) dan investasi dibidang
nyata (investment in real assets). Kedua investasi ini dikatakan beresiko
menikmati hasilnya. Namun jika perusahaan mengalami kerugian
akibatnya investor akan memikul kerugian tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003:7-11), jenis-jenis investasi ke dalam aktiva
keuangan dapat berupa :
A. Investasi Langsung
Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan
dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain.
Hal ini dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga
dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjual-belikan, yang biasanya diperoleh melalui bank komersial.
Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut :
1). Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan :
a). Tabungan
b). Deposito
2). Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
a). Investasi langsung di pasar uang (money market)
Yaitu berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh
temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh :
Merupakan aktiva yang banyak digunakan dalam penelitian
keuangan sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of
return).
Deposito yang dapat dinegosiasikan.
b). Investasi langsung di pasar modal.
Merupakan investasi yang bersifat jangka panjang. Yang
diperjualbelikan dalam pasar modal antara lain :
Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities),
berupa Treasury-Bond (T-Bond), federal agency securities
(surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah federal
Amerika Serikat dengan tujuan membantu sektor-sektor ekonomi
tertentu), municipal bond (surat berharga yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota, airport), Corporate bond (dikeluarkan oleh
perusahaan-perusahaan), Convertible bond (bond yang dapat
dikonversikan ke saham).
Saham-saham (equity securities). Yang diperjualbelikan adalah
saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common
c). Investasi langsung di pasar turunan
Yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga turunan
(derivative) karena nilainya merupakan jabaran dari surat berharga
lain yang terkait, diantaranya adalah :
Opsi (option). Contoh dari opsi antara lain waran (warrant), opsi
put (put option) dan opsi call (call option).
Futures contract. Aktiva yang diperdagangkan dalam futures
contract umumnya komoditi hasil bumi.
B. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan
dari perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit
investment trust, closed-end investment companies dan open-end
investment companies.
2.2.3. Risiko
2.2.3.1. Pengertian Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang
harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus
ditanggung dari investasi tersebut. Sebenarnya hampir semua investasi
mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan
pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya.
Menurut Horne and Wachowicz, JR. (2005:145) mendefinisikan
risiko sebagai perbedaan antara pengembalian aktual dengan
pengembalian yang diharapkan. Contohnya seperti US Treasury note
(T-note) merupakan sekuritas yang bebas risiko, sedangkan saham biasa
merupakan sekuritas yang berisiko.
Menurut Tandelilin (2001:48) menyebutkan risiko merupakan
kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return
yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti
semakin besar risiko investasi tersebut.
Menurut Husnan (2001:47) risiko dapat diartikan sebagai
kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Risiko Total
Menurut Jones (2000) (Akuntansi dan Teknologi Informasi Vol. 4
No. 2, November 2005;127-128), beberapa sumber yang bisa
1. Interest Rate Risk (risiko suku bunga), merupakan variabilitas pada tingkat
hasil sekuritas yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga yang
berlaku.
2. Market Risk (risiko pasar), merupakan variabilitas pada tingkat hasil
sekuritas yang disebabkan oleh fluktuasi pada pasar secara keseluruhan.
Misalnya : keadaan resesi, perang, perubahan struktur ekonomi, dan
perubahan referensi konsumen.
3. Inflation Risk (risiko inflasi), merupakan risiko yang terjadi sebagai akibat
dari perubahan daya beli masyarakat yang menurun karena harga barang
yang semakin naik. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan tingkat suku
bunga naik sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham juga
akan semakin tinggi.
4. Business Risk (risiko bisnis), merupakan risiko yang timbul akibat
melakukan bisnis pada suatu industri tertentu.
5. Financial Risk (risiko financial), merupakan risiko yang timbul karena
perusahaan mengambil kebijakan pembiayaan dengan menggunakan
hutang. Semakin besar proposal aktiva yang dibiayai dengan hutang maka
semakin besar pula variabilitas tingkat hasil pada perusahaan tersebut.
6. Liquidity Risk (risiko likuiditas) merupakan risiko yang terkait dengan
pasar sekunder dimana sekuritas tersebut diperdagangkan, yaitu berkaitan
7. Exchange Rate Risk / Currency Risk (nilai tukar mata uang), merupakan
variabilitas tingkat hasil sekuritas yang terjadi karena adanya fluktuasi
nilai tukar mata uang suatu Negara.
8. Country Risk (risiko negara), merupakan risiko yang berhubungan dengan
keadaan politik suatu Negara. Misalnya : stabilitas ekonomi dan
kelangsungan hidup suatu Negara.
Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen
investasi modern juga dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam
dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Jogiyanto (2000:160-161) mendefinisikan risiko total (total risk)
sebagai penjumlahan dari diversifiable dan nondiversifiable risk. Bagian
dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio
yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasi
(diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk) atau risiko
spesifik (specific risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko yang tidak
sistematik (unsystematic risk). Karena risiko ini unik untuk suatu
perusahaan, yaitu hal yang buruk terjadi di suatu perusahaan dapat
diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini
dapat didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh dari diversifiable risk
adalah pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak lain, penelitian yang tidak
didiversifikasikan oleh portofolio disebut dengan nondiversifiable risk
atau risiko pasar (market risk) atau risiko umum (general risk) atau risiko
sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di
luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya antara sumber-sumber risiko dan jenis risiko,
kita dapat melihat bahwa business risk, financial risk, dan liquidity risk
merupakan unsystematic risk karena hanya terjadi pada satu badan usaha
dan bisa dihilangkan melalui diversifikasi. Sedangkan interest rate risk,
market risk, inflation risk, exchange rate risk dan country risk merupakan
systematic risk karena merupakan risiko pasar yang mempengaruhi semua
badan usaha dan tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi.
Gambar 2.1.
Risiko Total dan Komponennya
---Jumlah saham Risiko dapat di-diversifikasi atau
risiko perusahaan atau risiko spesifik atau risiko unik atau risiko tidak sistematik
Risiko tidak dapat di-diversifikasi atau risiko pasar atau risiko umum atau risiko sistematik Risiko
total
Risiko portofolio
Dari gambar 2.1. menunjukkan ada sebagian risiko yang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi. Investor yang rasional tentunya tidak
akan menyukai risiko atau yang disebut risk averse, maka mereka akan
memilih untuk melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko tersebut.
Sehingga akibatnya semua pemodal akan melakukan hal yang sama,
dengan demikian risiko yang hilang karena diversifikasi tersebut menjadi
tidak relevan dalam perhitungan risiko. Dengan kata lain hanya risiko
pasar yang relevan dalam perhitungan risiko.
2.2.3.2. Pengertian Beta.
Kalau kita ingin mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko
suatu portofolio yang didiversifikasi secara baik, maka harus tidak melihat
seberapa risiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi kita
harus mengukur risiko pasarnya. Hal ini membawa kita untuk mengukur
kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar.
Menurut Husnan (2001:166), Beta merupakan ukuran risiko yang
berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan
pasar.
Dalam buku Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Jogiyanto,
2000:237), beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return
Suatu sekuritas yang mempunyai beta lebih kecil dari 1 dikatakan
berisiko lebih kecil dari risiko portofolio pasar. Sebaliknya, suatu
sekuritas yang mempunyai nilai beta lebih besar dari 1 dikatakan
mempunyai risiko sistematik yang lebih besar dari risiko pasar. Jika suatu
sekuritas mempunyai beta sama dengan beta portofolio pasar atau sama
dengan 1, maka diharapkan sekuritas ini mempunyai return ekspektasi
yang sama dengan return ekspektasi portofolio pasar atau E(RM)
(Jogiyanto, 2000:322-323) .
Saham dengan beta yang lebih besar dari satu merupakan saham
yang relatif lebih peka terhadap perubahan keuntungan pasar disebut
saham agresif. Sedangakan jika beta sahamnya lebih kecil dari satu maka
perubahan keuntungan saham tersebut kurang peka terhadap perubahan
keuntungan pasar disebut saham defensif (defensive stock) (Elly dan
Indriantoro, 199:2).
2.2.3.3. Mengestimasi Beta
Suatu cara yang nyata untuk menghitung beta dari suatu saham
adalah dengan melihat bagaimana reaksi dari harga saham itu terhadap
pergerakan pasar. Jika anda telah menggunakan beta dari masa lampau
dari salah satu saham untuk meramalkan beta pada masa depan, anda tidak
akan (pada umumnya) menyimpang terlalu jauh (Brealey and Myers,
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang
menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang.
Dalam penelitian Elton dan Gruber (1994) menunjukkan bahwa beta
historis mampu menyediakaan informasi tentang beta masa depan
(Jogiyanto, 2000:239).
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis
berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi
(laba-laba perusahaan dan (laba-laba indeks pasar) atau data fundamental
(menggunakan variabel-variabel fundamental). Beta yang dihitung dengan
data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung dengan data
akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan
data fundamental disebut dengan beta fundamental.
BETA PASAR
Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai
historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu,
misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return
harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan
return-return pasar adalah linier, maka beta dapat diestimasi secara manual
dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat
didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar atau dengan
menggunakan model CAPM.
A. Model Indeks Tunggal
Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada
saat “pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia)
harga saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada
saat pasar memburuk maka harga saham akan turun harganya. Hal ini
menyarankan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena
adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan
nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari
indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan : (Jogiyanto,
2000:203-2004)
Notasi :
Ri = return sekuritas ke-i
ai = suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return
sekuritas ke-i yang independen terhadap kinerja pasar,
i = beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat dari perubahan RM,
RM = tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel
acak.
Variabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari
return pasar. Variabel ai dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi
(expected value) i dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai
berikut : ai = i + ei
Jika kita masukkan persamaan ini ke dalam rumus di atas, maka
akan didapatkan persamaan model indeks tunggal sebagai berikut :
Notasi :
i = nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap
return pasar,
ei = kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai
ekpektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0.
Persamaan terakhir inilah yang digunakan untuk menghitung beta.
B. Model Pasar
Model pasar (market model) merupakan bentuk dari model indeks
tunggal dengan batasan yang lebih sedikit. Model pasar bentuknya sama
dengan model indeks tunggal. Perbedaannya terletak diasumsinya bahwa
kesalahan residu masing-masing sekuritas berkorelasi (Jogiyanto,
2000:224).
Bentuk model pasar mempunyai bentuk yang sama dengan model
indeks tunggal yang mempunyai return dan return ekspektasi sbb :
Ri = i + i . RM + ei dan E (Ri)=I + I . RM
C. Model CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Dalam mengidentifikasi portofolio yang optimal, investor perlu
mengestimasi return yang diharapkan dan varian semua sekuritas yang
dipertimbangkan. Selain itu semua kovarian antar sekuritas tersebut perlu
diestimasi dan perlu ditentukan dengan tingkat keuntungan bebas risiko.
Model Penentuan Harga Aset-Kapital (Capital Asset Pricing
Model-CAPM) memberikan implikasi utama bahwa return yang diharapkan atas
aset berhubungan dengan ukuran risiko aset yang disebut beta (Sharpe et
al, 1997:265).
Menurut Horne and Wachowicz, JR. (2005:156), model ini
mendeskripsikan hubungan antara risiko dan pengembalian yang
diharapkan (diminta). Dalam model ini, pengembalian yang diharapkan
(diminta) dari suatu sekuritas adalah tingkat bebas risiko ditambah premi
berdasarkan risiko sistematis dari sekuritas tersebut. Hubungan antara
pengembalian yang diharapkan dengan risiko sistematis dan penilaian
sekuritas adalah inti dari Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Garis yang menunjukkan tradeoff antara risiko dan return ekpektasi
security market line (SML). Garis pasar sekuritas merupakan
penggambaran secara grafis dari model CAPM (Jogiyanto, 2003:350).
Gambar 2.2
Garis Pasar Sekuritas
Gambar 2.2 menunjukkan portofolio pasar (M) dengan beta senilai 1
dan return ekspektasi sebesar E(RM). Untuk beta bernilai 0 atau untuk
aktiva yang tidak mempunyai risiko sistematik, yaitu beta untuk aktiva
bebas risiko, aktiva ini mempunyai return ekspektasi sebesar RBR yang
merupakan intercept dari GPS. Dengan mengasumsikan GPS adalah garis
linier, maka persamaan dari garis linier ini dapat dibentuk dengan
intercept sebesar RBR dan slope sebesar [E(RM)-RBR ]/M . Karena M
adalah bernilai 1, maka slope dari GPS adalah sebesar [E(RM)-RBR].
Selanjutnya persamaan GPS untuk sekuritas ke-i dapat dituliskan sebagai
berikut : (Jogiyanto, 2000:324)
Beta M
1,0
Garis pasar sekuritas (GPS)
0 E(RM)
RBR
Sumber : Jogiyanto (2000:323)
Persamaan yang sederhana ini disebut dengan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Karena persamaan ini merupakan model untuk return
ekpektasi yang merupakan nilai yang belum terjadi dan belum dapat diuji,
sehingga model ini tidak dapat diuji. Oleh karena itu, supaya model
CAPM ini dapat diuji, maka harus diubah menjadi model ex post sebagai
berikut : (Jogiyanto, 2000:330-331)
Dimana :
Ri.t = return sekuritas ke-i periode ke-t,
RBR.t = return bebas risiko periode ke-t ,
i = beta sekuritas ke-i yang dapat diartikan sebagai kovarian return
sekuritas ke-i dengan return portofolio pasar dibagi dengan
varian return portofolio pasar,
Rm.t = return portofolio pasar periode ke-t,
e i.t = nilai kesalahan untuk tiap-tiap nilai realisasi yang diobservasi.
Untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi,
persamaan diubah sebagai berikut :
sehingga dependen variabel persamaan regresi adalah sebesar (Ri.t
-RBR.t) dengan independen variabelnya adalah (Rm.t-RBR.t) (Jogiyanto,
2000:331).
E(Ri) = RBR+ i. [E(RM ) - RBR]
Ri.t = RBR.t + i . [Rm.t - RBR.t ] + ei.t
BETA FUNDAMENTAL
Beta yang dihitung dengan data fundamental (variabel-variabel
fundamental) disebut dengan beta fundamental (Jogiyanto, 2000:239).
Menurut Husnan (2001:112-113), beta yang merupakan ukuran
risiko berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor
karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang
diidentifikasi mempengaruhi nilai beta adalah :
a) Ciclycality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan
dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka
terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang
mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya.
b) Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini
semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai
operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang
tinggi, dan sebaliknya.
c) Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah
perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi
hutang yang dipergunakan, semakin besar financial leveragenya. Kalau
kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta equity. Semakin besar
sendiri akan menanggung risiko yang makin besar. Karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta equity.
Beta return pasar dan beta fundamental masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya (Jogiyanto, 2000:260).
Beta return pasar :
Kelebihan : Mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap
pergerakan pasar.
Kelemahan : Tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik
perusahaan karena beta return pasar dihitung berdasarkan
hubungan data pasar (return perusahaan yang merupakan
perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan tidak
dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental)
perusahaan, seperti misalnya data fundamental pembayaran
dividen.
Beta fundamental :
Kelebihan : Secara langsung berhubungan dengan perubahan
karakteristik perusahaan, karena beta ini dihitung
menggunakan data karakteristik tersebut.
Kelemahan : Variabel-variabel karakteristik perusahaan mempunyai efek
terhadap beta fundamental yang sama untuk semua
Rosenberg dan Maranthe (1975) (Jogiyanto, 2000:261) kemudian
menggabungkan data return pasar dan data karakteristik perusahaan untuk
menghitung beta. Dengan penggabungan ini diharapkan kelemahan
masing-masing perhitungan beta tertutup dan semua kebaikannya
tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya untuk menghitung beta
di masa mendatang lebih akurat.
Penelitian Beaver, Kettler dan scholes (1970) menyajikan
perhitungan beta menggunakan 7 variabel fundamental yang dianggap
berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko.
Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan
kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental.
Sebagian besar dari variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel
akuntansi. Diantaranya adalah dividend payout, asset growth, leverage,
liquidity, asset size, earning variability dan accounting beta (Jogiyanto,
2000:251-252).
Penelitian dengan menggunakan berbagai variabel akuntansi lainnya
untuk meneliti beta fundamental ini juga dilakukan oleh Bildersee (1975),
Rosenberg dan Marathe (1975), Eskew (1979), Bren dan Lerner (1973),
Gonedes (1979), Melicher (1974), Thomson (1978 ) (Jogiyanto,
2000:260).
Dari penelitian tersebut di atas, penulis ingin meneliti beberapa
sistematis). Variabel-variabel tersebut antara lain dividend payout, asset
size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth.
2.2.4. Variabel Akuntansi.
Variabel-variabel akuntansi yang akan diteliti peneliti karena dapat
mempengaruhi beta saham (risiko sistematis) yang diteliti peneliti, yaitu :
a) Dividend Payout.
b) Assets Size
c) Earnings Variability.
d) Total Assets Turn Over (TATO)
e) Assets Growth.
2.2.4.1. Dividend Payout
Investor yang menanamkan modal dalam bentuk saham berharap
umtuk memperoleh dividen dan capital gain. Dividen adalah proporsi laba
atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam jumlah
yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Dividen
sebagai nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba
ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen dibagikan kepada
pemegang saham sebagai keuntungan dari perusahaan. Sedangkan capital
gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli saham bila investor
dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu
menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya
tetap, maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen yang semakin
besar karena hal ini berarti bahwa perusahaan akan membagikan modal
sendiri.
Dividend payout sendiri merupakan bagian laba setelah pajak yang
dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin tinggi dividend payout akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan
memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan, dan
sebaliknya.
Variabel dividend payout dapat diukur sebagai dividen yang
dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham
umum (Jogiyanto, 2000:252). Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi
cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak
memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang
berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah
tinggi (Jogiyanto, 2000:252).
2.2.4.2. Pengaruh Dividend Payout Terhadap Beta Saham
Menurut Elly dan Indriantoro (1999) dividend payout memiliki
1. Pembayaran dividen yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan
investor terhadap manajemen akan tingkat pendapatan di masa yang
akan datang, dan
2. Pembayaran dividen lebih tidak berisiko dibanding pembayaran
capital gain.
Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk
membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong
dividen jika laba yang diperoleh turun. (Jogiyanto, 2000:252). Dengan
alasan ini maka dapat dikatakan bahwa dividend payout mempunyai
hubungan negatif dengan beta saham, karena semakin tinggi dividend
payout risiko cenderung bergerak turun..
2.2.4.3. Asset Size
Variabel asset size merupakan nilai kekayaan total dari suatu
perusahaan. Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma
dari total aktiva. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy)
besarnya perusahaan.
2.2.4.4 Pengaruh Asset Size terhadap Beta Saham.
Menurut Elton dan Gruber (Jogiyanto, 2000:254), perusahaan yang
besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap
mempunyai beta yang lebih kecil. Selain itu, frekuensi perdagangan saham
perusahaan kecil tidak semudah dan secepat perusahaan besar (Elly dan
Indriantoro, 1999:6). Jadi Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan
yang negatif dengan beta, karena Perusahaan yang besar dianggap
mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil.
2.2.4.5 Earnings Variability
Variabilitas keuntungan yaitu deviasi standar dari earning price
ratio (Husnan, 2001:113). Menurut Ang (1997:24), EPR merupakan
perbandingan antara harga pasar atau saham dengan earning per share
dari saham yang bersangkutan. EPR menunjukkan rasio dari harga saham
terhadap tingkat earnings. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor
menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Jadi semakin
tinggi EPR suatu perusahaan, bila harga sahamnya tetap, berarti
keuntungan per lembar sahamnya semakin tinggi, demikian juga
sebaliknya. Ini berarti semakin tinggi tingkat variabilitas keuntungan,
2.2.4.6. Pengaruh Earnings Variability terhadap Beta Saham
Variabel earnings variability atau variabilitas dari laba dianggap
sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan
Beta adalah positif (Jogiyanto 2000:255), yang berarti bahwa setiap terjadi
fluktuasi pendapatan secara relatif dapat memberikan pengaruh searah
terhadap beta saham.
2.2.4.7. Total Asset Turn Over (TATO)
Total asset turn over (TATO) menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan
penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001:120).
2.2.4.8. Pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Beta Saham
Total asset turn over (TATO) diprediksi berpengaruh positif terhadap
beta. Semakin tinggi total asset turn over, maka semakin tinggi nilai beta.
2.2.4.9 Asset Growth
Variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat
2.2.4.10. Pengaruh Asset Growth terhadap Beta Saham
Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang positif dengan beta
saham. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi (Sartono, 2001:248).
Kegagalan ekspansi akan meningkatkan beban perusahaan, karena harus
menutup pengembalian biaya ekspansi. Makin besar risiko kegagalan
perusahaan, makin kurang prospektif perusahaan yang bersangkutan.
Prospek perusahaan ini nantinya akan mempengaruhi harapan atau minat
investor. Investor akan cenderung menjual sahamnya. Semakin banyak
saham yang dijual maka harganya akan cenderung melemah. Perubahan
harga saham berarti perubahan keuntungan saham. Makin besar perubahan
keuntungan saham, maka makin besar beta saham perusahaan yang
bersangkutan (Suherman, 2003).
2.3. Kerangka Pikir
Premis yang terkait antara variabel akuntansi dengan beta saham, adalah
sebagai berikut :
Premis 1 : Tandelilin (2001:3)
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
Premis 2 : Tandelilin (2001:48)
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual
yang diterima dengan return yang diharapkan, semakin besar
kemungkinan perbedaanya, berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
Premis 3 : Husnan (2001:166)
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara
tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar.
Premis 4 : Jogiyanto (2000:255-256).
Dalam Penelitian Beaver, Kettler dan scholes (1970) menyajikan
perhitungan beta menggunakan 7 variabel fundamental yang
dianggap berhubungan dengan risiko,yaitu dividend payout,
asset growth, leverage, liquidity, asset size, earning variability
dan accounting beta
Dari premis yang telah diuraikan diatas, maka kerangka pikir dapat
Gambar 2.3
Kerangka Pikir Variabel Akuntansi terhadap Beta Saham
Uji Regresi Linier Berganda
Dalam gambar kerangka pikir tersebut diatas ditunjukkan bahwa Beta
sahama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dipengaruhi oleh variabel akuntansi yang terdiri dari Dividend Payout (X1),
Variabel Akuntansi :
1. Dividend Payout (X1)
2. Asset Size (X2)
3. Earnings Variability (X3).
4. Total Asset Turn Over (X4)
5. Asset Growth (X5)
Beta Saham pada
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI
Tahun 2004 -2008
Diduga terdapat pengaruh antara variabel akuntansi yang terdiri dari
Dividend Payout (X1), Asset Size (X2), Earnings Variability (X3), Total
Asset Turn Over (X4) dan Asset Growth (X5) terhadap Beta saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Asset Size (X2), Earnings Variability (X3), Total Asset Turn Over (X4) dan
Asset Growth (X5)
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.
Berdasarkan rumusan permasalahan, hipotesis yang diajukan adalah :
Bahwa terdapat Pengaruh yang signifikan dari dividend payout, asset
size, earnings variability, total asset turn over dan asset growth terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah beta
Saham (Y) dan dividend payout, asset size, earnings variability, total asset
turn over dan asset growth (X). Variabel yang dimaksud adalah :
1 Beta Saham (Y)
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas
atau return portofolio terhadap return pasar. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio. Beta dapat
dihitung dengan teknik regresi berdasarkan model indeks tunggal (Single
Index Model), dimana rumusnya sebagai berikut :
Dimana :
Rit : Return saham perusahaan ke-i pada bulan ke-t
: Intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i
i : Beta saham untuk masing-masing perusahaan ke-i
RMt : Return indeks pasar pada bulan ke-t
ei : Kesalahan residu persamaan regresi untuk tiap-tiap perusahaan ke-i
Tingkat keuntungan saham individual (Rit) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
Rt : return saham pada bulan ke-t
Pt : harga saham pada bulan ke-t
Pt-1 : harga saham pada bulan ke-t-1
Sedangkan tingkat keuntungan pasar (RMt) dapat dirumuskan sebagai berikut:
RMt : return indeks pasar pada bulan ke-t
IHSGt : indeks harga saham gabungan bulan ke-t
IHSG t-1 : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1
2. a. Dividend Payout (X1)
Variabel dividend payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi
dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto,
2000:252). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persentase dengan menggunakan skala Ratio Bentuk matematisnya adalah
Ln (total aktivai,t) Asset size i,t =
E / P = a T b. Asset Size (X2)
Merupakan nilai kekayaan total dari suatu perusahaan. Variabel ukuran
aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Ukuran
aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan
menggunakan skala Ratio Perhitungannya sebagai berikut :
c. Earnings Variability (X3).
Variabilitas keuntungan yaitu deviasi standar dari earning price ratio
(Husnan, 2001:113). Earnings price ratio yaitu pembagian antara
pendapatan per lembar saham (EPS) dengan harga saham per lembarnya
(Elly dan Indriantoro, 1999:98). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio
Di mana :
1/2
Earnings variabilityi=
Di mana :
Et / P t-1 : EPR periode ke-t,
Et : EPS periode ke-t,
P t-1 : harga saham per lembar periode ke t-1,
T : jumlah periode,
E / P : rata-rata EPR selama T periode.
d. Total Asset Turn Over (X4)
Total asset turn over (TATO) menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan
penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001:120). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan
skala Ratio Perhitungannya sebagai berikut : (Setiawan, 2004:105)
e. Asset Growth (X5)
Variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat
pertumbuhan) tahunan dari aktiva total (Jogiyanto, 2003:281). Asset
growth diukur sebagai berikut :
Penjualan i,t
Total aktiva i,t
TATOi,t =
Total asseti, t - Total asseti, t-1
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia
3.2.2. Populasi.
Popluasi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
tergolong dalam jenis manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
pada kurun waktu tahun 2004–2008 karena peneliti ingin menggunakan data
yang lebih akurat dan terbaru yang berjumlah 139 perusahaan.
3.2.3. Sampel
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel
berdasarkan kriteria tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.
Adapun kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam pemilihan sampel penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar dan terus listing di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008.
2. Perusahaan melakukan pembagian dividen setiap tahun selama periode
3. Perusahaan tidak melakukan stock split (pemecahan saham) selama
periode pengamatan.
Tabel 3.1.
Jumlah Perusahaan Sampel
Keterangan Tahun
2004-2008
Total Perusahaan manufaktur 139
Perusahaan tidak melakukan pembagian dividen
setiap tahun selama periode pengamatan ( 107 )
Perusahaan melakukan stock split (pemecahan
saham) selama periode pengamatan ( 13 )
Jumlah sampel yang digunakan 19
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2004 dan 2008
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti menggunakan 19 perusahaan
manufaktur yang diambil dan telah memenuhi kriteria-kriteria yang
dibutuhkan dalam pemilihan sampel penelitian ini. Adapun
Tabel 3.2.
Perusahaan - Perusahaan Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
9. PT. Intanwijaya Internasional Tbk. INCI
10. PT. Kageo Igar Jaya Tbk. IGAR
19. PT. Tirta Mahakam Plywood Industry Tbk. TIRT
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2004 dan 2008
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Data Sekunder yang merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan
sebagainya. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data
asset size, earnings variability, total assets turn over dan asset growth. Data
yang diambil dalam penyusunan adalah data Perusahaan manufaktur yang
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 - 2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data merupakan asal mula pengambilan data. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Neraca, Laporan Laba
Rugi, Indonesian Capital Market Directory, dan JSX Statistic yang di dapat
dari Perpustakaan UPN Veteran Jatim Fakultas Ekonomi.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data, antara
lain:
a. Dokumentasi
Adalah mengumpulkan data-data berupa dokumen yang diperlukan.
b. Library Research.
Proses pengumpulan data yang dilakukan dengan studi literature/studi
keperpustakaan dengan cara membaca dan mempelajari beberapa buku,
jurnal dan literatur karya ilmiah yang berhubungan dengan teori-teori