FASE
I
LAPORAN AKHIR
Kantor ILO Jakarta
SC
RE
Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan/ Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE)
SC
RE
SUSTAINING COMPETITIVE AND RESPONSIBLE ENTERPRISES
FASE
I
LAPORAN AKHIR
Durasi Proyek : Oktober 2009 – Juni 2013
Donor : The Swiss Secretariat for Economic Affairs (SECO) dan The Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) Mitra Pelaksana : International Labour Organization
Disiapkan oleh : ILO SCORE Indonesia
Copyright © International Labour Organization 2013 Cetakan Pertama 2013
Publikasi-publikasi International Labour Office memperoleh hak cipta yang dilindung oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian, kutipan-kutipan singkat dari publikasi tersebut dapat diproduksi ulang tanpa izin, selama terdapat keterangan mengenai sumbernya. Permohonan mengenai hak reproduksi atau penerjemahan dapat diajukan ke ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, or by email: [email protected]. International Labour Office menyambut baik permohonan-permohonan seperti itu.
Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya dengan Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0)20 7631 5500; email: [email protected]], di Amerika Serikat dengan Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; email: [email protected]] arau di negara-negara lain dengan Reproduction Rights Organizations terkait, dapat membuat fotokopi sejalan dengan lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini.
ILO
Laporan Akhir Fase 1, Program SCORE/Kantor Perburuhan Internasional – Jakarta: ILO, 2013
xii, 84 p
ISBN 978-92-2-828437-9 (print) 978-92-2-828438-6 (web pdf)
Versi bahasa Inggris: Final Report; Phase 1, SCORE Programme; ISBN: 978-92-2-128437-6 (print); 978-92-2-128438-3 (web pdf); International Labour Organization; Jakarta Office. 2013
ILO Katalog dalam terbitan
Penggambaran-penggambaran yang terdapat dalam publikasi-publikasi ILO, yang sesuai dengan praktik-praktik Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan presentasi materi yang ada di dalamnya tidak mewakili pengekspresian opini apapun dari sisi International Labour Office mengenai status hukum negara, wilayah atau teritori manapun atau otoritasnya, atau mengenai batas-batas negara tersebut.
Tanggungjawab atas opini-opini yang diekspresikan dalam artikel, studi, dan kontribusi lain yang ditandatangani merupakan tanggungjawab penulis, dan publikasi tidak mengandung suatu dukungan dari International Labour Office atas opini-opini yang terdapat di dalamnya. Rujukan ke nama perusahaan dan produk komersil dan proses tidak menunjukkan dukungan dari International Labour Office, dan kegagalan untuk menyebutkan suatu perusahaan, produk komersil atau proses tertentu bukan merupakan tanda ketidaksetujuan.
Publikasi ILO dapat diperoleh melalui penjual buku besar atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau secara langsung dari ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland; atau Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia. Katalog atau daftar publikasi tersedia secara cuma-cuma dari alamat di atas, atau melalui email: pubvente@ ilo.org
Kunjungi halaman web kami: www.ilo.org/publns Dicetak di Indonesia
Kata Pengantar
Program SCORE (Sustaining Competitive and Responsible Enterprises) atau Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan adalah sebuah program Tripartit yang dikembangkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, serta International Labour Organization (ILO), sejak tahun 2009.
Sesuai dengan tujuannya yaitu, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM)/ Industri Kecil dan Menengah (IKM) sehingga pada akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja baru, program SCORE fase I (periode 2009 – 2013) telah berhasil membantu peningkatan produktivitas dan daya saing di 90 perusahaan melalui upaya penciptaan hubungan kerja yang harmonis, sehingga dapat tercipta 337 kesempatan kerja baru.
Diharapkan program SCORE fase II dapat dilanjutkan, dengan lebih mengedepankan semangat tripartisme dalam pola kerjanya dan lebih fokus pada penerapan keseluruhan modul (5 modul) untuk setiap perusahaan, termasuk perluasan area cakupannya. Dengan semakin meningkatnya kualitas pelaksanaan program SCORE fase II, serta banyaknya perusahaan kecil dan menengah yang ikut serta, maka produktivitas, daya saing dan penciptaan kesempatan kerja baru di perusahaan kecil dan menengah juga akan semakin meningkat.
Sekretaris Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Ir. Abdul Wahab Bangkona, MSc.
Kata Pengantar
Asosiasi Pengusaha Indonesia
APINDO menyambut baik program SCORE karena melalui program SCORE, Pemerintah, Serikat Pekerja dan Pengusaha, bekerja sama untuk meningkatkan daya saing UKM-IKM. Program SCORE mengajarkan kerjasama yang harmonis antara pemilik perusahaan dan karyawan sebagai landasan untuk peningkatan daya saing, disamping juga mengajarkan metodologi praktis untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kompetensi tanpa harus mengeluarkan biaya investasi yang besar.
Implementasi program SCORE sejalan dengan misi APINDO, yaitu meningkatkan hubungan industrial yang harmonis terutama di tingkat perusahan dan juga memberdayakan pelaku usaha; khususnya UKM-IKM agar dapat memenangkan persaingan yang dapat dilakukan jika terus berkesinambungan meningkatkan produktivitas dan efisiensinya.
Bekerjasama dengan seluruh DPP APINDO di seluruh propinsi Indonesia, kami akan berupaya agar program SCORE dapat disebarluaskan ke lebih banyak UKM-IKM sehingga tercipta peningkatan daya saing dan UKM-IKM kita berjaya di negeri sendiri.
Sofyan Wanandi
Kata Pengantar
Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia
Serikat Pekerja/Serikat Buruh nasional di Indonesia memberikan dukungan penuh terhadap Program SCORE dari sejak awal, karena Program ini mampu menjembatani kepentingan dari pekerja/buruh dan pemilik perusahaan sehingga tercipta hubungan kerja yang erat dan harmonis di dalam perusahaan.
SCORE juga membantu meningkatkan keterampilan pekerja/buruh, dalam hal manajemen kualitas, menerapkan konsep produksi bersih, pengaturan Sumber Daya Manusia (SDM) yang optimal hingga penciptaan lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman, sehingga tercipta peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Hal ini sangat selaras dengan misi kami dalam hal meningkatkan peran serta pekerja/buruh anggota kami di dalam peningkatan daya saing perusahaan. Kami sangat mengharapkan agar ke depannya Program SCORE dapat lebih disebarluaskan, agar hubungan kerja yang harmonis dapat tercipta di lebih banyak UKM-IKM Indonesia. Dengan demikian atas dasar terjadinya peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan, maka terciptalah peningkatan kesejahteraaan bagi Pekerja/Buruh dan penciptaan lapangan kerja yang baru.
Sukses Milik Bersama.
Yoris Raweyai
Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Rekonsiliasi
Andi Gani Nenawea
Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Kongres Jakarta
Said Iqbal
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
Mudhofir
Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
Kata Pengantar
Program SCORE mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia serta Yayasan Dharma Bhakti Astra atas dukungan dan kerja sama yang solid selama menjalankan aktivitas program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) dari Oktober 2009 – Juni 2013.
Dukungan dan kerja sama tersebut telah menjadikan program ini berjalan baik dan memperoleh dana perpanjangan program hingga tiga tahun ke depan, yang dinamakan SCORE Fase II hingga tahun 2016.
Secara resmi SCORE Indonesia diresmikan pada 6 Juli 2010 dengan penandatanganan Piagam Komitmen yang disaksikan oleh Presiden Swiss Doris Leuthard. Hadir dalam acara penandatanganan tersebut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Menteri Kesehatan (Alm) Endang Sedianingsih, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Kalibata Sjukur Sarto, Ketua KSPSI Pasar Minggu Mathias Thambing, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Alm. Thamrin Mosii, dan Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Rekson Silaban.
Semoga apa yang telah dicapai dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan agar semakin memberi manfaat bagi konstituen dan meningkatkan daya saing UKM. Dengan demikian dapat memberi kontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baru dan layak bagi masyarakat Indonesia
Peter van Rooij
Direktur ILO Jakarta
PROLOG
Memberdayakan UKM/IKM, Memperkuat Pilar Ekonomi
Usaha Kecil Menengah/Industri Kecil Menengah (UKM/IKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia karena berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Data Kementerian Koperasi dan UKM/IKM terdapat 101 juta orang yang bekerja di sektor UKM/IKM di tahun 2012. Disebutkan pula, jumlah tersebut bekerja di 55 juta unit UKM/IKM yang memiliki kontribusi sebesar 57,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Oleh karena itu peran UKM/IKM sangat besar terhadap pembangunan ekonomi. Kunci dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan penciptaan lapangan pekerjaan yang mengarah kepada pengurangan kemiskinan yang efektif terletak pada UKM/IKM yang berdaya saing dan dapat terus bertumbuh.
Namun UKM/IKM juga rentan terhadap goncangan eksternal seperti krisis keuangan global maupun kompetisi pasar yang semakin ketat. Sehingga tingkat penciptaan pekerjaan maupun kehilangan pekerjaan secara signifikan lebih tinggi pada UKM/IKM dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.
Untuk itu sebuah upaya untuk memperkuat UKM/IKM supaya tahan terhadap goncangan eksternal menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian International Labour Organization (ILO) menunjukkan, inovasi di organisasi kerja, pembelajaran di tempat kerja secara terus-menerus, hubungan pekerja-manajemen yang baik, dan penghargaan terhadap hak-hak pekerja merupakan cara-cara efektif untuk meningkatkan produktivitas dan juga mempromosikan pekerjaan yang layak di UKM/IKM.
Kata Pengantar iii Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi iii
Asosiasi Pengusaha Indonesia iv
Serikat Pekerja/Serikat Buruh v
International Labour Organization vii
Prolog viii
Daftar Isi ix
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel xii
Ringkasan Eksekutif 1
1 Apa itu SCORE? 3
Strategi Proyek SCORE 6
Tujuan SCORE Indonesia 7
Hubungan SCORE dengan Prioritas dan Hasil Program Negara Pekerjaan
Layak Indonesia (DWCP 2012 - 2015): 7
Metodologi SCORE 8
1. Target Perusahaan 8
2. Tahapan Pelatihan 8
3. Modul Pelatihan 10
4. Daftar Pemangku Kepentingan / Mitra SCORE Indonesia 13
5. SCORE National Tripartit Advisory Committee 15
6. Peluncuran resmi SCORE Indonesia 17
2 Pencapaian SCORE Fase 1 20
Adaptasi modul-modul pelatihan SCORE 20
Kerjasama aktivitas SCORE bersama Kemnakertrans 27
Aktivitas SCORE bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia 28
Aktivitas SCORE bersama Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia 29
Kerjasama aktivitas SCORE bersama Yayasan Dharma Bhakti ASTRA 30
3 Aktivitas SCORE Social Marketing 32
4 Data KPI dan Monitoring & Evaluasi (M&E) 40
Pengukuran Kualitatif 40
Pengukuran Kuantitatif 41
SCORE M&E 42
5 Sertifikasi Pelatih/Trainer SCORE 44
6 Kesinambungan SCORE 46
7 Ringkasan dampak dan perubahan terhadap UKM-IKM yang menerapkan SCORE 52
Laporan Perkembangan Project SCORE di Indonesia (Country Progress Report) 52
Laporan Total Peningkatan Perusahaan (Sum of Enterprise Improvements) 57
8. Kisah Sukses Perusahaan 62
Daftar Gambar
Gambar 1. Negara-negara SCORE dan target sektor setiap negara 4
Gambar 2. Kegiatan SCORE di Indonesia 5
Gambar 1.2 Strategi Implementasi SCORE 6
Gambar 1.3 Suasana baseline assessment di dua perusahaan SCORE 8
Gambar 1.4 Di dalam workshop SCORE, direktur, manajer dan pekerja berdiskusi bersama 9
Gambar 1.5 Kunjungan perusahaan untuk memantau perkembangan perusahaan 9
Gambar 1.6 Presentasi hasil peningkatan perusahaan di depan konstituen di Kemnakertrans di Jakarta
dan di Makassar 10
Gambar 1.7 Modul SCORE 10
Gambar 2.1 Penandatanganan piagam komitmen SCORE 17
Gambar 2.2 Adaptasi Modul 2 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21 Gambar 2.3 Adaptasi Modul 4 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21 Gambar 2.4 Adaptasi Modul 5 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21
Gambar 8.1 Tiga UKM-IKM peserta SCORE menerima penghargaan Paramakarya Award 2011 25
Gambar 8.2 Penghargaan Paramakarya Award 2013 26
Gambar 8.3 PT Mubarokfood mempresentasikan aktivitas K3 di perusahaannya pada meeting ASEM di Singapura 26
Gambar 2.7 ToT bersama BBPP Bekasi 27
Gambar 2.8 ToT bersama konstituen di Lampung 27
Gambar 2.9 Aktivitas SCORE bekerjasama dengan Kemnakertrans 27
Gambar 2.10 ToT bersama konstituen di Makassar 27
Gambar 2.14 Aktivitas ToT SCORE bersama penyedia layanan jasa konsultasi yang bernaung di bawah APINDO 28
Gambar 2.15 ToE Modul 1 bersama UKM-IKM binaan APINDO 28
Gambar 2.18 Aktivitas SCORE – Pengarusutamaan gender bekerjasama dengan Serikat Pekerja dan Buruh 29
Gambar 2.12 Aktivitas ToE M1 di YDBA 30
Gambar 2.13 Aktivitas presentasi akhir SCORE bersama YDBA 30
Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial 33
Gambar 3.2 Hasil survei untuk alat kampanye yang paling diingat responden 34
Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial 36
Gambar 2.20 Kampanye pemasaran sosial online SCORE 37
Gambar 3.3 Peluncuran aktivitas social marketing di Jakarta bersama konstituen 38
Gambar 3.5 Suasana saat social marketing di Makassar, Sulawesi Selatan 38 Gambar 4.1 Perubahan-perubahan yang terjadi di UKM-IKM setelah mengikuti aktivitas SCORE 40
Gambar 4.2 Testimoni dari PT Tjokro Bersaudara setelah mengikuti aktivitas SCORE M1 41
Gambar 4.3 Lembaran Key Perfomance Indicators (KPI) yang wajib diisi oleh UKM-IKM dan dilaporkan
secara periodik kepada instruktur untuk nantinya direkap di database M&E SCORE 41
Gambar 4.4 Sistem M&E (Monitoring dan Evaluasi) SCORE 42
Gambar 5.1 Master Trainer SCORE Mr. Jayanta De Silva sedang melakukan kunjungan perusahaan 44
Gambar 6.1. Desain kesinambungan SCORE 47
Gambar 7.1 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE 53
Gambar 7.2 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE 54
Gambar 7.3 Komposisi peserta pelatihan 56
Gambar 7.4 Grafik persentase UKM-IKM yang menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab 59
Gambar 7.5 Grafik persentase UKM yang melaporkan peningkatan setelah training SCORE 60
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Daftar keanggotaan NTAC SCORE Indonesia (per September 2012) 16
Tabel 1. Pelatihan Perusahaan 22
Tabel 2. Jumlah Peserta Pelatihan SCORE 23
Tabel 3. Peningkatan Perusahaan Sesuai dengan Modul 24
Tabel 6.1 Peringkat Kesinambungan SCORE 49
Tabel 7.1 Jumlah peserta pelatihan SCORE 52
Tabel 7.2 Pelatihan Perusahaan 54
Tabel 7.3 Pelatihan perusahaan per modul 55
Ringkasan Eksekutif
Pertama-tama, ILO Indonesia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia, semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia serta Yayasan Dharma Bhakti Astra atas dukungan dan kerjasama yang solid selama menjalankan aktivitas Program SCORE yang berawal dari Oktober 2009 hingga Juni 2013. Program SCORE adalah Program Tripartit yang awalnya dirintis oleh ILO dan didanai oleh Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) & Norwegian Agency for Development (NORAD). Program ini dikembangkan dan diimplementasikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, dan ILO.
Karena dinilai baik dan berdampak positif, proyek Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab perusahaan (SCORE) yang didanai oleh Pemerintah Swiss dan Norwegia dan diimplementasikan di 7 negara dunia (Indonesia, China, Vietnam, India, Kolombia, Afrika Selatan dan Ghana) memperoleh dana untuk perpanjang proyek 3 tahun kedepan.
Dengan dukungan penuh dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi beserta instruktur-instruktur produktivitas dan pengawas ketenagakerjaan dari provinsi terkait, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) maka, SCORE Indonesia berkembang baik dan telah memperoleh beberapa pencapaian seperti:
w Modul SCORE 1 sampai 5 telah diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi UKM-IKM Indonesia dan telah tersedia dalam bentuk softcopy dan hardcopy.
w 90 UKM-IKM yang tersebar di 6 propinsi Indonesia (DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Lampung) telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE.
w Minimal 90 tenaga instruktur baik Pemerintah maupun swasta telah mengikuti aktivitas Training of Trainer (ToT) SCORE Modul 1.
w 337 lapangan kerja baru telah tercipta di UKM-IKM yang berpartisipasi dan terlaporkan kepada ILO.
w Lima perusahaan yang dibina oleh instruktur Kemnakertrans dan mengikuti program SCORE, memperoleh Parama Karya Award 2011 dan 2013.
w Satu perusahaan SCORE bersama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mengikuti symposium ASEM (Asia-Europe Meeting) on OSH di Singapura.
w Bersama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Yayasan Dharma Bhakti ASTRA, kesinambungan SCORE metodologi sudah mulai diperkuat dengan cara mengadaptasinya kedalam program training tahunan. Sukses yang dicapai berkat kerjasama erat bersama dengan seluruh kontituen SCORE Indonesia, membuahkan perpanjangan proyek SCORE, yang dinamakan SCORE Fase II hingga tahun 2016. Semoga apa yang telah dicapai dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan, untuk semakin memberikan manfaat bagi konstituen dan daya saing Usaha Kecil Menengah Indonesia sehingga dapat secara aktif berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baru dan layak bagi masyarakat Indonesia.
Bab
1
Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan atau SCORE (Sustaining Competitive Responsible
Enterprises) adalah sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kesinambungan Usaha Kecil dan
Menegah (UKM) / Industri Kecil dan Menengah (IKM) melalui peningkatan produktivitas dan penerapan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Program SCORE pada awalnya dirintis oleh International Labour Organization (ILO) dan didanai oleh pemerintah Swiss (Swiss State Secretariat for Economic Affairs/SECO) dan Norwegia (The Norwegian Agency for Development Cooperation/NORAD). Program global ini diimplementasikan di tujuh negara (Indonesia, China, Vietnam, India, Kolombia, Afrika Selatan dan Ghana). Di Indonesia, program SCORE dikembangkan dan diimplementasikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Konfederasi Serikat Pekerja/ Serikat Buruh Indonesia, dan ILO.
Apa itu SCORE?
Gambar 1. Negara-negara SCORE dan target sektor setiap negara Colombia - Textile - Flowers Geneva - SCORE Global - Global Tripartite Advisory Committee China - Garments - Machine and Auto parts
Indonesia
- Auto parts & others
India
- Auto and machine parts
South Africa
- Ecotourism lodges
Ghana
SUMA TERA JAVA KALIMANTAN SULAWESI PAPUA Banda Aceh Medan Padang Pekan Baru Jambi Tanjung Pinang Palembang Pangkal Pinang Bengkulu Bandar Lampung Serang Jakarta Bandung Semarang Jogjakarta Surabaya Denpasar Pontianak Palangkaraya Samarinda Banjarmasin Makassar Manado Gorontalo Palu Kendari Mataram Poso Kupang Dili Ambon Ternate Manokwari Jayapura SCORE
Gambar 2. Kegiatan SCORE di Indonesia
Sumber: ILO Result 2012
SCORE
SCORE SCORE
SCORE SCORE
Program SCORE merupakan program peningkatan usaha / industri kecil dan menengah melalui pelatihan dengan metodologi SCORE yang terdiri dari pelatihan di dalam kelas dan kunjungan ke perusahaan oleh instruktur ahli tentang cara-cara meningkatkan kerjasama di tempat kerja, produktivitas, mutu produk, kondisi kerja dan efisiensi produksi. ILO menggunakan pendekatan mikro dan makro dalam program SCORE untuk mencapai tujuannya. Di tingkat mikro, program SCORE memberikan jasa pelatihan dan konseling metode peningkatan perusahaan melalui praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab kepada UKM/IKM. Di tingkat makro, program SCORE memberikan pembangunan kapasitas (capacity building) kepada mitra SCORE yang melatih UKM/IKM sehingga pendekatan di tingkat mikro dapat direplikasikan pada sektor dan lokasi lain dalam skala nasional, juga disebarluaskan melalui media massa guna mempengaruhi perilaku praktik kerja yang baik ditingkat perusahaan.
Strategi Program SCORE
Strategi ILO untuk program SCORE adalah pembangunan kapasitas instruktur dari mitra program SCORE dan diimplementasikan melalui ToT (Training of Trainers) dan ToE (Training of Enterprises) di sektor-sektor yang memiliki potensi penciptaan lapangan kerja. Contohnya di Indonesia adalah sektor auto parts, furniture, garmen dan makanan. ILO memfokuskan program SCORE pada pembangunan kapasitas mitra program SCORE di tingkat makro dan bukan subsidi langsung untuk pelatihan perusahaan.
Di Indonesia, program SCORE bekerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta lembaga-lembaga pemerintahan lain yang terkait; Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO); serta serikat pekerja/serikat buruh. Juga berupaya melibatkan lembaga-lembaga dan asosiasi sektoral nasional untuk tujuan replikasi seperti Yayasan Dharma Bhakti Astra. Di tingkat lokal, program SCORE membantu memperkuat kapasitas instruktur produktivitas dan pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi, instruktur ahli dari APINDO atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan penyedia layanan teknis guna mempromosikan dan membangun daya saing UKM/IKM.
Pada tahap awal, program SCORE Fase I memberi fokus pada sektor auto-parts di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Program tersebut dinilai berhasil sehingga kemudian diperluas ke sektor dan area lainnya. Saat ini sudah ada lima provinsi yang berpartisipasi dalam program SCORE, yaitu Jawa Tengah (Semarang), Lampung (Bandar Lampung), Sulawesi Selatan (Makassar), Kalimantan Timur (Samarinda) dan Sulawesi Tenggara (Kendari).
Gambar 1.2 Strategi Implementasi SCORE
a
b
c
d
e
Menyeleksi sub sektor/ rumpun dan perusahaan pemimpin Mengidentifi-kasi dan menopang kapasitas lembaga nasional/ lokal, tenaga ahli dan penyedia layan-an untuk memfasilitasi dan memberi-kan hasil Modul pelatihan & konseling Mengidentifikasi dan menyebar-luaskan praktik tempat kerjayang baik lewat asosiasi industri dan pengawas ketenagakerjaan menggunakan media massa Re plik asik an dan pe rlu as Fase 1 Fase 2
Tujuan SCORE Indonesia
Tujuan SCORE Indonesia adalah meningkatkan daya saing dan kesinambungan UKM/IKM Indonesia, dengan menjadikannya lebih produktif, bersih, dan kompetitif, serta mampu menerapkan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut, program ini diharapkan mencapai hasil sebagai berikut:
a) Lembaga pemerintah atau asosiasi industri dapat memasarkan dan mengoordinasikan layanan peningkatan produktivitas kepada anggotanya.
b) Penyedia jasa konsultasi dapat memberikan pelatihan dan layanan bimbingan untuk perbaikan tempat kerja secara komersial dan berkesinambungan.
c) Pengawas ketenagakerjaan bekerja sama dengan media massa dapat menyebarluaskan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab secara progresif.
Hubungan SCORE dengan Prioritas dan Hasil Program Negara
Pekerjaan Layak Indonesia (DWCP 2012-2015)
Prioritas :
Hubungan industrial yang baik dalam konteks tata kelola ketenagakerjaan yang efektif.
Hasil:
Konstituen tripartit secara efektif terlibat dalam dialog sosial untuk menerapkan peraturan ketenagakerjaan dan standar ketenagakerjaan
Metodologi SCORE
Metodologi SCORE dikembangkan atas dasar pengalaman praktis dari hasil-hasil praktik peningkatan produktivitas program Factory Improvement Programme yang berjalan di Kamboja dan China. Program yang didanai oleh SECO ini menjadi cikal bakal dari dua program ILO yang ada sekarang, yaitu Better Work dan SCORE. Better Work Programme lebih mengarah untuk perusahaan menengah dan besar sedangkan program SCORE dijuruskan untuk membantu perusahaan kecil dan menengah.
Adapun metodologi SCORE terdiri dari:
1. Target Perusahaan:
• UKM/IKM dengan jumlah pekerja 30 – 250 orang. • Bergerak di bidang manufaktur.
• Ada komitmen dari pemilik perusahaan.
• Bersedia memberikan data-data pengukuran produktivitas.
Gambar 1.3 Suasana baseline
assessment di dua perusahaan
SCORE
2. Tahapan Pelatihan
Tahap 1 - Baseline Assessment
Ini merupakan tahap untuk mengetahui keadaan perusahaan sebelum ikut aktivitas SCORE. Juga untuk mengetahui seberapa besar komitmen pemilik perusahaan pada aktivitas ini. Data Key Performance Indicator (KPI) awal akan dikumpulkan dan keadaan nyata kondisi tempat kerja di perusahaan akan difoto.
Tahap 2: Workshop selama 2 hari
Jika kondisi perusahaan sudah diketahui maka digelar workshop dua hari yang diikuti oleh 5-6 perusahan dengan peserta sejumlah empat orang dari setiap perusahaan yang terdiri dari direktur, manajer dan dua pekerja. Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah adanya action plan (rencana aksi) perubahan di masing-masing perusahaan.
Gambar 1.4 Di dalam workshop SCORE, direktur, manajer dan pekerja berdiskusi bersama.
Tahap 3: Tiga Kali Kunjungan ke Perusahaan
Usai workshop, tenaga ahli SCORE akan berkunjung ke perusahaan guna membantu rencana aksi yang telah dibuat saat workshop. Hal ini untuk memastikan rencana aksi terimplementasi dengan baik, dan bila perlu ada tambahan rencana aksi jika ada temuan baru di perusahaan. Kunjungan ke perusahaan dilakukan sebanyak tiga kali, dengan senggang waktu per kunjungan selama tiga minggu.
Gambar 1.5 Kunjungan perusahaan untuk memantau perkembangan perusahaan
Tahap 4: Presentasi Hasil oleh Perusahaan
Pada tahapan ini, perusahaan akan memberikan testimoni perihal manfaat yang telah mereka rasakan atau dapatkan dari aktivitas SCORE. Acara ini dapat sekaligus digunakan untuk menarik perusahaan-perusahaan baru untuk bergabung dalam aktivitas SCORE.
3. Modul Pelatihan
Gambar 1.7 Modul SCORE
Pengaturan Tempat Kerja (K3) Kualitas
Pengaturan Karyawan (SDM) Produktivitas dan Produksi Bersih
Kerjasama di tempat kerja
Gambar 1.6 Presentasi hasil peningkatan perusahaan di depan konstituen di Kemnakertrans di Jakarta dan di Makassar.
Modul Mandatori - Kerjasama di Tempat Kerja
Modul Kerjasama di Tempat Kerja merupakan modul inti dari SCORE karena mencakup pembahasan tentang permasalahan yang terjadi di tempat kerja, yang biasanya berasal dari masalah kurangnya komunikasi antara pekerja dan manajer, serta tempat kerja yang tidak rapi sehingga menganggu proses kerja. Penelitian Pre-Assesment SCORE yang dilakukan di 275 UKM di Jakarta dan Makassar yang melibatkan 550 responden menunjukkan, 93 persen responden setuju bahwa kerjasama di tempat kerja adalah landasan bagi terwujudnya perbaikan. Inilah mengapa modul tentang kerjasama di tempat kerja ini menjadi modul inti yang wajib diikuti.
Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk: n Menjabarkan tujuan, tema dan pendekatan SCORE.
n Menjelaskan kerjasama di tempat kerja dan mengapa hal tersebut penting untuk perbaikan perusahaan. n Melaksanakan langkah-langkah untuk meningkatkan kerjasama di tempat kerja melalui:
w Komunikasi dan rasa percaya yang lebih baik antara pekerja dan manajer. w Tim peningkatan atau perbaikan perusahaan.
w Konsultasi antara pekerja dan pihak manajemen.
w Inisiatif 5S (Sisih, Susun, Sasap, Sosoh, Suluh) untuk meningkatkan kondisi kerja. n Mengukur perbaikan dalam kerjasama di tempat kerja dan perbaikan perusahaan.
Modul Manajemen Kualitas
Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:
n Menjelaskan arti dan konsep-konsep dasar kualitas dan pentingnya daya saing dan profitabilitas (kemampuan untuk mencetak keuntungan) secara keseluruhan.
n Meningkatkan kepuasan konsumen melalui: w Penurunan kecacatan produksi.
w Meningkatkan kualitas produk dan layanan. w Pengiriman tepat waktu.
Modul Produktivitas dan Produksi yang Lebih Bersih
Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:
n Menjelaskan arti dan konsep-konsep utama produktivitas dan bagaimana hal tersebut berkontribusi terhadap daya saing dan profitabilitas.
n Mengidentifikasi bidang-bidang utama untuk peningkatan produktivitas.
n Menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat untuk meningkatkan produktivitas. n Mengukur elemen-elemen dasar dari produktivitas.
n Menjelaskan keuntungan dari produksi yang lebih bersih. n Melaksanakan penilaian produksi yang lebih bersih.
n Menerapkan opsi-opsi produksi lebih bersih yang sesuai untuk perusahaan mereka.
Modul Sumber Daya Manusia
Pada akhir dari modul ini, peserta akan mampu untuk:
n Mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan SDM pada saat ini dan di masa datang. n Menjabarkan komponen-komponen dari sistem SDM yang efektif.
n Menjelaskan hubungan antara produktivitas dan manajemen SDM yang baik.
n Menerapkan prosedur dan kebijakan terstruktur yang mendukung sistem SDM yang efektif , seperti: w Prosedur perekrutan.
w Prosedur induksi.
w Prosedur kompensasi dan promosi. w Prosedur disiplin.
w Prosedur pemberhentian. w Kebijakan non-diskriminasi.
Modul Kesehatan, Keselamatan dan Hubungan Kerja
Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:
n Mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
n Menerapkan praktik dan prosedur untuk membatasi atau mengurangi risiko kesehatan dan keselamatan kerja, melalui:
w Kebijakan kesehatan dan keselamatan. w Komite kesehatan dan keselamatan. w Standar-standar keselamatan.
n Mengelola operasi kesehatan dan tempat kerja yang aman sehari-hari.
n Mengaitkan modul ini dengan keseluruhan tujuan, tema dan pendekatan SCORE.
n Melaksanakan mekanisme-mekanisme untuk memperkuat hubungan tempat kerja, seperti: w Skema pemberian saran pekerja.
w Pertemuan manajer/pekerja secara berkala. w Prosedur pengajuan keluhan.
n Mendefinisikan hak-hak fundamental dan kebebasan pekerja.
4. Daftar Pemangku Kepentingan / Mitra SCORE Indonesia
n Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasiw Sebagai kementerian penghubung utama ILO, pemimpin Komite Nasional Pengarah Tripartit/ (National Tripartite
Advisory Committee/NTAC) SCORE Indonesia dari Direktorat Jenderal Pembinaan Produktivitas dan Pelatihan.
w Sebagai mitra pelaksana strategis (bersama dengan Balai Besar Peningkatan Produktivitas) SCORE Indonesia, mengadaptasi metode-metode pelatihan SCORE ke dalam rencana kerja aktivitas-aktivitas tahunan nasional untuk meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan terpilih, dengan bekerja sama dengan pusat pelatihan kejuruan atau penyedia layanan teknis lainnya.
w Memberikan panduan kepada tim proyek SCORE. w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.
n APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia)
w Sebagai anggota NTAC, memberikan panduan kepada tim proyek SCORE. w Memberikan panduan kepada tim proyek SCORE.
w Mendukung aktivitas pemasaran sosial SCORE. w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.
n Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Rekonsiliasi; Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(KSPSI) Kongres Jakarta; Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI)
w Sebagai anggota NTAC, memberikan panduan kepada tim proyek SCORE. w Mendukung aktivitas pemasaran sosial SCORE.
w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi. n YDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra)
w Sebagai mitra pelaksana potensial SCORE Indonesia, mengadaptasi metode-metode pelatihan SCORE ke dalam rencana kerja aktivitas tahunan nasional untuk meningkatkan perusahaan anggotanya.
w Mendukung aktivitas pemasaran sosial. w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi. n Asosiasi industri lokal
w Pemasaran sosial.
w Berpartisipasi dalam pelatihan modul SCORE. n Pakar Modul
w Memberikan pelatihan tematis dan saran ahli mengenai penetapan bidang peningkatan untuk membantu “tim peningkatan produktivitas pabrik” dalam mengembangkan rencana peningkatan pabrik (akan dipilih dan dilatih oleh tim proyek SCORE).
n Penyedia Layanan
w Memberikan pelatihan di perusahaan-perusahaan terpilih.
Proyek SCORE di Indonesia Fase I telah bekerja sama dengan mitra nasional, yaitu Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusahan Indonesia (APINDO), Serikat Pekerja dan Buruh, dan Yayasan Dana Bakti Astra dalam membangun kapasitas perusahaan (UKM-IKM) melalui program pelatihan SCORE.
5. SCORE
National Tripartit Advisory Committee
Di setiap negara yang mengimplementasikan SCORE, akan dibentuk “SCORE National Tripartit Advisory Committee” (Komite Nasional Pengarah Tripartit) yang akan bertemu secara periodikal per 6 bulanan untuk mengkaji kemajuan dan pelaksanaan SCORE. Berikut adalah peranan dari SCORE National Tripartit Advisory Committee:
a. Memberikan panduan mengenai modalitas pelaksanaan SCORE, termasuk struktur, isi dan metodologi; b. Memandu pelaksanaan SCORE dengan bekerjasama dengan ILO dan mitra-mitra pelaksana;
c. Mengkaji elemen-elemen perencanaan SCORE, terutama rencana kerja yang diberikan oleh ILO;
d. Memantau dan mengevaluasi indikator kinerja SCORE yang dibuat oleh ILO dengan berkonsultasi dengan mitra pelaksana;
e. Mengkaji dan memberikan masukan mengenai mekanisme koordinasi di antara para pemangku kepentingan utama untuk pelaksanaan program; dan
f. Memberikan panduan untuk keberlanjutan jangka panjang program SCORE di Indonesia termasuk pelembagaan dan perluasan program.
Tabel 2.1 Daftar keanggotaan NTAC SCORE Indonesia (per September 2012)
Direktur Jenderal Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ketua Dewan Pengurus Harian (APINDO)
Direktur Jenderal, Direktorate Pengawasan, Norma Keselamatan dan Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Direktur Produktivitas dan Wirausaha, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Direktur Kesehatan dan Keselamatan di Tempat Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepala Balai Besar Peningkatan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Manager, Direktorate Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kongress Malang
Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kongress Jakarta
Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kalibata
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Mr. Abdul Wahab Bangkona
Mrs. Nina Tursinah Mr. Muji Handaya Ms. Nora Ekaliana Mr. Amri, AK Mr. Salsa Mulyata Mr. Guntur Witjaksono Mr. Sanggam Purba Mr. Jack Lippo Zakarias Mr. Andi Gani Nenawea Mr. Andi Hadiar Putra Mr. Said Iqbal Mr. Eduard Marpaung
Chairperson
Deputy
6. Peluncuran resmi SCORE Indonesia
SCORE Indonesia resmi diluncurkan pada tanggal 6 Juli 2010 dan Presiden Negara Swiss, Ibu Doris Leuthard berkenan untuk menyaksikan penanda tanganan Piagam Komitmen SCORE Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, Menteri Kesehatan (Alm) Ibu Endang Sedianingsih, Ketua APINDO Sofyan Wanandi, Ketua dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Kalibata) Bpk Sjukur Sarto, Ketua dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Psr. Minggu) Mathias Tambing, Ketua dari Konfederasi Serikat pekerja Indonesia Bpk. (Alm) Thamrin Mosii, Ketua dari Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Bpk. Rekson Silaban.
Selain acara penanda tangan Piagam Komitmen, para tamu undangan juga berkunjung ke mini exhibition yang menampilkan informasi-informasi perihal konstituen ILO, mitra pelaksana SCORE Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE Modul 1.
Witnessed by H.E. Beatrice Maser Mallor Ambassador, Head of Economic Cooperation
and Development SECO, Switzerland
JOINT DECLARATION
Sustaining Competitive and Responsible Enterprises
SCORE is a programme of the International Labour Organization funded by the Swiss State Secretariat for Economic Affairs, that aims to improve productivity and quality among small and medium enterprises by building good workplace practices. SCORE operates in manufacturing and service sectors
and within industry clusters, providing assistance through regional and national training organizations. It also works closely with employer organizations and trade unions to promote better working conditions consistent with labour standards, including freedom of association and the right to collective bargaining. We, the signatories, commit to work and collaborate with the support of the ILO, to assist small and medium enterprises in Indonesia in becoming cleaner, more productive and competitive, and to provide more sustainable and decent work. In witness hereof, we, the representatives of the following organization
Witnessed by Mr. Peter van Rooij Director, a.i. of the ILO Of ce in Jakarta
Schweizerische Eidgenossenschaft Confédération suisse Confederazion Svizzera Confederaziun svizra Swiss Confederation Federal Department of Economic Affairs FDEA State Secretariat for Economic Affairs SECO
SC RE
Mr. Abdul Wahab Bangkona Acting Director General for Training and Productivity Mr. Mathias Tambing
General Chairman of KSPSI General Chairman of KSPSI Mr. Sjukur Sarto Mr. Thamrin MosiiPresident of KSPI President of KSBSIMr. Rekson Silaban General Chairman of APINDOMr. Sofjan Wanandi
Witnessed by H.E. Mr. Muhaimin Iskandar Minister of Manpower and Transmigration
Jakarta, 6 July 2010
Ministry of Manpower and Transmigration and members of the civil society, have signed this Joint Declaration:
International Labour Organization Ministry of Manpower and Transmigration Witnessed by Witnnnnneeeessedd by l l lb kk SS lSS
Mrr Tr TTThTThhhamrin Mamrin MMMosiMosiiMosiiiiiiiiii
S r Saarrttto Mr. Sjukur
Pencapaian SCORE Fase 1
SCORE Modul 1-5 dari SCORE Global telah diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia dan tersedia dalam bentuk software dan hardware. SCORE Modul 1 telah diimplementasikan di enam provinsi di Indonesia (Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, dan Lampung).
Adaptasi modul-modul pelatihan SCORE
Semua materi modul pelatihan SCORE telah diadopsi oleh tenaga ahli Indonesia beserta semua konstituen agar materi pelatihan cocok dengan kebutuhan dan kondisi dari UKM-IKM Indonesia.
Pencapaian SCORE Fase 1
Gambar 2.2 Adaptasi Modul 2 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh
Gambar 2.3 Adaptasi Modul 4 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh Gambar 2.4
Adaptasi Modul 5 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh
n Sebanyak 90 UKM yang tersebar di enam provinsi Indonesia (DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Lampung) telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE. Sebanyak 88 perusahaan telah selesai mengikuti pelatihan SCORE dengan total pekerja 13.357 orang. Dari total pekerja yang langsung mengikuti pelatihan SCORE (495 orang), 32 persen adalah pekerja perempuan dan 56 persen adalah pekerja non-manajerial. Sebanyak 75 persen perusahaan yang ikut pelatihan mengaku puas dan sangat puas.
Tabel 1. Pelatihan Perusahaan
n Mencetak 92 instruktur untuk program SCORE, baik dari pemerintah maupun swasta, melalui aktivitas Training of
Trainer (ToT) SCORE Modul 1-5. Sebanyak 34 persen peserta ToT adalah perempuan.
Pelatihan Perusahaan Jumlah Total
Jumlah Perusahaan yang dilatih (Total) 90
Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih 13357
Jumlah Perusahaan yang menyelesaikan pelatihan (Total) 88 Jumlah Perusahaan yang tidak menyelesaikan pelatihan 0 Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih di workshop 495
Persentase Staff Perempuan yang dilatih 32%
Persentase Pekerja yang dilatih 56%
Jumlah kunjungan perusahaan (Total) 359
Tingkat Kepuasan rata-rata dari Training 75%
Perusahaan yang mendaftar untuk lebih dari 1 modul 21% Pemulihan Ongkos (rata-rata untuk 4 modul terakhir) 0%
n Sebanyak 337 lapangan kerja baru telah tercipta di 90 UKM yang berpartisipasi dan terlaporkan kepada ILO. Selain itu, dari hasil monitoring dan evaluasi, perusahaan juga berhasil menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab.
Sebagai contoh setelah mengikuti pelatihan Modul Kerjsama di Tempat Kerja, terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang menerapkan hal berikut:
• Rapat harian untuk memantau perkembangan perusahaan meningkat sebanyak 59 persen (dari 29 perusahaan menjadi 47 perusahaan).
• Penerapan 5S meningkat sebanyak 84 persen (dari tiga perusahaan menjadi 66 perusahaan).
• Penerapan skema saran pekerja (Employees Suggestion Scheme – ESS) meningkat sebanyak 90 persen (dari hanya dua perusahaan berkembang menjadi 71 perusahaan).
• Terjadi penghematan biaya di 23 perusahaan (29 persen).
Dari Modul Manajemen Kualitas terlihat bahwa penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab juga terjadi, yaitu adanya peningkatan jumlah perusahaan dalam hal berikut:
• Penerapan analisis sistematis untuk kasus cacat produk naik dari empat perusahaan menjadi tujuh perusahaan. • Adanya penyebaran kebijakan ataupun informasi mengenai kualitas kepada pekerja, meningkat dari enam
perusahaan menjadi 29 perusahaan.
• Terdapat 44 perusahaan yang melaporkan terjadi penurunan produk cacat di perusahaannya. Tabel 2. Jumlah Peserta Pelatihan SCORE
Peserta yang dilatih pada workshop Jumlah Total %Perempuan
Jumlah Trainer yang dilatih 92 34%
Jumlah Trainer disertifikasi 0 0%
Trainer tidak aktif 2 0%
Jumlah Perwakilan Pemerintah yang dilatih 20 50%
Jumlah Perwakilan Asosiasi Industri yang dilatih 15 33%
Jumlah Perwakilan Serikat yang dilatih 19 11%
Penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab yang sesuai dengan Modul Produksi Bersih adalah sebagai berikut:
• Terjadinya penurunan pemakaian material di 38 perusahaan (48 persen dari total perusahaan). • Penurunan sampah sisa produksi di 35 perusahaan.
• Penurunan konsumsi energi di 31 perusahaan (39 persen dari total perusahaan).
• Penerapan sistem perawatan mesin (machine maintenance system) di perusahaan meningkat dari dua perusahaan menjadi 14 perusahaan.
Tabel 3. Peningkatan Perusahaan Sesuai dengan Modul
Progress terhadap Konten Modul Performa Agregat Sudah ada
sebelum pelatihan
Penciptaan lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 337
-Hilangnya lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 47
-Peningkatan pekerjaan kontingen 144
-Penurunan pekerjaan kontingen 15
-Module 1 -
-Adanya rapat harian-mingguan-bulanan 47 29
Adanya Skema Saran Karyawan 71 2
Penerapan 5s 66 3
Penghematan karena pelatihan SCORE 23
-Module 2 -
-Adanya kebijakan mutu 11 21
Analisa sistematis penyebab barang cacat 7 4
Penyeberan info mutu ke pekerja 29 6
Pengurangan barang cacat 44
-Module 3 -
-Pengurangan penggunaan material 38
-Pengurangan produksi limbah 35
-Adanya system perawatan mesin 14 2
-Untuk penerapan Modul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan, hasilnya adalah sebagai berikut:
• Terjadi penurunan tingkat perputaran pekerja sebanyak 3 persen. • Penurunan keluhan pekerja sebanyak 1 persen.
• Kebijakan SDM meningkat sebanyak 10 persen.
• Kebijakan tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja (K3) meningkat sebanyak 3 persen. • Deskripsi kerja meningkat sebanyak 6 persen.
n Lima perusahaan yang dibina oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan mengikuti program SCORE memperoleh Parama Karya Award 2011 dan 2013. Pada tahun 2011, ketiga perusahaan tersebut adalah PT Mubarokfood Delicia, PT Lestari Dini Tunggul, PT Baruasa Mandiri, sedangkan pada tahun 2013, adalah PT. Asindo Tech dan CV. ATS. Paramakarya Award merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diberikan kepada UKM yang dinilai berhasil menerapkan konsep produktivitas dan kualitas dengan baik.
Gambar 8.1 Tiga UKM-IKM peserta SCORE menerima penghargaan Paramakarya Award 2011
6. Satu perusahaan SCORE bersama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengikuti simposium Asia Europe Meeting (ASEM) di Singapura pada 10 September 2012. Perusahaan tersebut adalah PT Mubarokfood Delicia yang dalam simposium ASEM mempresentasikan peningkatan produktivitas dengan penerapan secara konsisten faktor keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
Gambar 8.3 PT Mubarokfood mempresentasikan aktivitas K3 di perusahaannya pada meeting ASEM di Singapura.
Gambar 8.2 Penghargaan Paramakarya Award 2013
Kerjasama aktivitas SCORE bersama Kemnakertrans
Aktivitas SCORE bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Balai Besar Peningkatan Produktivitas beserta Unit-unit Pelaksana Teknis Daerah
Gambar 2.8 ToT bersama konstituen di Lampung
Gambar 2.7 ToT bersama BBPP Bekasi Gambar 2.9 Aktivitas SCORE bekerjasama dengan Kemnakertrans
Aktivitas SCORE bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia
Bersama dengan APINDO, telah digelar ToT SCORE Modul 1 untuk 11 lembaga pelatihan yang bernaung di bawah APINDO. Pelatihan Modul SCORE 1 dilakukan oleh lembaga pelatihan PT Bina Bangkit Kreasi untuk lima perusahaan kecil binaan APINDO. Masing-masing perusahaan membayar biaya pelatihan sebesar Rp 2 juta.
Gambar 2.14 Aktivitas ToT SCORE bersama penyedia layanan jasa konsultasi yang bernaung di bawah APINDO
Gambar 2.15 ToE Modul 1 bersama UKM-IKM binaan APINDO
Aktivitas SCORE bersama Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia
Bersama dengan Konfederasi-konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, telah dilakukan sosialisasi SCORE Modul 1, SCORE Modul 5, dan pengarusutamaan gender.
Gambar 2.17
Sosialisasi SCORE Modul 1 kepada konfederasi serikat pekerja dan buruh seluruh Indonesia
Gambar 2.18 Aktivitas SCORE – Pengarusutamaan gender bekerjasama dengan Serikat Pekerja dan Buruh
Gambar 2.12 Aktivitas ToE M1 di YDBA Gambar 2.13 Aktivitas presentasi akhir SCORE bersama YDBA
Kerjasama aktivitas SCORE bersama Yayasan Dharma Bhakti ASTRA
Bersama dengan Yayasan Dharma Bhakti ASTRA (YDBA) hingga akhir dari Fase I, telah diadakan 3 kali pelatihan SCORE ke perusahaan (ToE) untuk Modul 1. Dua aktivitas terakhir telah disubsidi oleh YDBA sebanyak hampir 75% dari biaya keseluruhan aktivitas SCORE Modul 1.
Hingga saat ini aktivitas SCORE – YDBA telah membantu 15 UKM-IKM dengan menggunakan biaya sendiri (10% subsidi ILO) kepada perusahaan yang bergerak di rantai nilai industri ASTRA group yang tersebar di Jabodetabek area.
Aktivitas SCORE
Social Marketing
SCORE Indonesia melakukan Kampanye Pemasaran Sosial (social marketing campaign) mengenai “Praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab”. Adapun latar belakang dari kampanye ini adalah komitmen SCORE untuk mendorong perusahaan kecil dan menengah (UKM-IKM) agar lebih produktif, lebih bersih, berdaya saing dan memberikan pekerjaan yang layak bagi karyawan.
Proyek SCORE Global memilih untuk melakukan kampanye SCORE yang pertama kali di Indonesia dan pembelajaran yang didapat dalam kampanye ini, akan digunakan sebagai model global untuk kampanye-kampanye yang akan diselenggarakan di negara lain.
Tujuan dari kampanye ini adalah:
1. Melakukan penelitian mengenai pelaksanaan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab di UKM-IKM di Indonesia 2. Mendesain suatu Kampanye Pemasaran Sosial mengenai pelaksanaan praktik kerja yang baik dan bertanggung
jawab di UKM-IKM di Indonesia
3. Menerapkan Kampanye Pemasaran Sosial dengan tujuan mempengaruhi perilaku dan tindakan dari manajemen dan karyawan menuju praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab
Metodologi yang dilakukan dalam kampanye pemasaran social ini adalah:
1. Pre-Assessment; bertujuan meneliti kesadaran dan praktik kerja di UKM-IKM terhadap isu-isu praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Penelitian dilakukan secara kuantitatif (survei) dan kualitatif (focus group discussion). Dilakukan di dua kota, Jakarta dan Makasar.
Manfaat kerjasama di tempat kerja Evaluasi kinerja dan tindak lanjut Mekanisme umpan-balik di perusahaan Penerapan 5S (Sisih, Susuh, Sasap, Sosoh, Suluh) K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Pemerataan informasi di tempat kerja Bentuk-bentuk keikutsertaan dan kerjasama di
tempat kerja Pentingnya
Kerjasama tim dan gunanya dalam pemecahan
masalah
Peran kerjasama di tempat kerja bagi
perusahaan dan peran individu bagi
perusahaan
2. Kampanye; didesain dari hasil temuan Pre-Assesment. Kampanye bertema “Sukses Milik Bersama” dengan tujuan mengajak UKM-IKM di Jakarta dan Makasar untuk melakukan prinsip praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. 3. Post-Impact Assessment; bertujuan untuk mengevaluasi kampanye dan mengukur keefektifan alat-alat kampanye
(poster, brosur, flyer, lokakarya, radio, social media online/ facebook, twitter). Pengukuran dilakukan melalui survey kuantitatif dan focus group discussion (kualitatif).
Berdasarkan penelitian Pre-Assessment yang dilakukan di 275 UKM-IKM di Jakarta dan Makasar dengan 550 responden melalui survei, ternyata terdapat temuan berikut:
a. 93% responden setuju bahwa kerjasama di tempat kerja adalah dasar landasan bagi terwujudnya perbaikan secara terus menerus
b. Hanya 53% responden setuju bahwa perusahaannya sudah memiliki alur produksi yang rapi dan jelas c. Gap antara manajemen (M) dan karyawan (K) dalam hal berikut:
w Karyawan dianjurkan untuk memberikan saran perbaikan (M: 56%, K 36%) w Karyawan selalu menerima informasi standar kualitas perusahaan (M:84%, K:27%)
w Perusahaan selalu mencari jalan keluar untuk mengurangi tingkat cacat produksi (M: 84%, K: 64 %)
w Karyawan mengetahui kebijakan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan (M; 78%, K: 62%) w Perusahaan Anda menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan kerja Anda (M; 73%, K: 64%) Berdasarkan hasil Post Assesment ditemukan (160 responden di Jakarta dan Makassar):
w 52% responden merasa dipengaruhi oleh pesan dalam media kampanye
w Pengetahuan tentang konsep kerjasama di tempat kerja (Tahu: 69%, Tidak Tahu: 31%)
w Pengetahuan tentang konsep langkah-langkah peningkatan produktivitas (Tahu: 56%, Tidak Tahu: 44%) w Pengetahuan tentang konsep kesehatan dan keselamatan kerja (Tahu: 76%, Tidak Tahu: 24%)
w Pengetahuan tentang materi kampanye (Tahu: 89%, Tidak Tahu: 11%)
w Kampanye harus mampu diingat minimal 50% target grup, dari hasil survey ternyata poster yang paling diingat (99%).
Kesimpulan dari pelaksanaan kampanye pemasaran sosial:
w Proses kerjasama Tripartit dalam Kampanye pemasaran sosial dapat membantu membangun kemitraan dan keterlibatan, dan kerjasama ini memperkuat pesan “win-win“
w Dilihat dari keefektifannya, menempatkan poster di UKM-IKM di lokasi yang strategis merupakan cara terbaik untuk memastikan kampanye dilihat oleh sebagian besar karyawan dan manajemen
w Pendekatan ke manajemen dan karyawan dalam penelitian mampu melihat gap yang terjadi antara manajemen dan karyawan
Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial
Untuk informasi lebih lanjut:
[email protected] SCORE.Indonesia
website: www.SCOREindonesia.net youtube keyword: ILO SCORE @SCORE_Indonesia
Gambar 3.3
Peluncuran aktivitas social
marketing di Jakarta bersama konstituen. Gambar 3.4 Peluncuran social marketing di Makassar bersama konstituen. Gambar 3.5 Suasana saat social
marketing di Makassar,
Data KPI dan
Monitoring & Evaluasi (M&E)
Peningkatan produktitas di perusahan peserta SCORE harus dapat terukur untuk bisa menjustifikasi bahwa telah terjadi perubahan positif yang berdampak pada peningkatan produktivitas perusahaan.
SCORE memakai sistim pengukuran Kualitatif dan Kuantitatif.
Pengukuran Kualitatif
Pengukuran ini dapat bersifat seperti foto-foto yang menggambarkan perubahan dari keadaan sebelum dan sesudah dan juga narasi seperti terstimonial.
Data Key Performance Indicator (KPI)
dan Monitoring & Evaluasi (M&E)
Gambar 4.1 Perubahan-perubahan yang terjadi di UKM-IKM setelah mengikuti aktivitas SCORE.
Perubahan positif yang kami dapatkan:
w Operator lebih semangat dalam memberikan masukan pada meeting operator perline setiap minggunya.
w Kerjasama operator lama dengan baru lebih meningkat.
w Meeting per line (operator) menjadi tempat pembelajaran di luar training. “Dan perbaikan ini akan kami terapkan pada line-line yang lain”.
Gambar 4.2 Testimoni dari PT Tjokro Bersaudara setelah mengikuti aktivitas SCORE M1
Jumlah rapat EIT yang diadakan Jumlah proyek Peningkatan yang diselesaikan
Jumlah saran Jumlah keluhan
Jumlah produk cacat di lini awal (In-Line) (%)
Jumlah produk cacat di lini akhir (End-Line) (%)
Efisiensi (%)
Tingkat pengiriman barang secara tepat waktu (%)
Pemakaian energi per unit produksi (KwH)
Absensi (%) Perputaran pekerja (%) Kecelakaan yang dicatat (jumlah) 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10 11 12
Ref Indikator Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
2011 2012
NM – Tidak dipantau. NA – Tidak berlaku. (Dapat Anda tentukan bila perlu)
Kartu Indikator Perusahaan
ILO-SCORE
Gambar 4.3 Lembaran Key Perfomance Indicators (KPI) yang wajib diisi oleh UKM-IKM dan dilaporkan secara periodik kepada instruktur untuk nantinya direkap di database M&E SCORE
Pengukuran Kuantitatif
Merupakan pengukuran atas dasar keadaan dan hasil kerja tertentu (output). Terlampir adalah Key Performance Indicator (Indikator Kinerja Perusahaan) dari SCORE yang diberikan kepada setiap perusahaan untuk diisi dan diinformasikan kepada ILO untuk nantinya di rekap pada system M&E.
SCORE M&E
SCORE telah menciptakan sebuah sistem database on-line yang disebut SCORE M&E (Monitoring & Evaluasi) yang merangkum semua data Key Performance Indicators (KPI) yang diberikan oleh perusahaan peserta pelatihan SCORE. Data-data ini diinput oleh ILO atas dasar informasi data yang diberikan oleh perusahaan.
Semua data-data yang diperoleh dari perusahaan akan dilakukan proses rekap oleh ILO dengan tetap menjaga kerahasiaannya. Hasil dari proses rekap tersebut adalah data-data yang biasa digunakan untuk mengukur analisa dampak dari proyek SCORE.
Gambar berikut merupakan cuplikan dari SCORE M&E.
Sertifikasi Pelatih/
Trainer SCORE
Kesinambungan SCORE hanya dapat tercapai bilamana semua SCORE trainer/instruktur memiliki kemampuan teknis dan
attitude yang relatif sama terhadap metodologi SCORE dan dapat memberikan bimbingan secara terstandar.
Agar training / pelatihan SCORE dapat menjadi lebih efektif, sebuah organisasi harus menawarkan jasa/tenaga trainer yang telah biasa menggunakan metodologi SCORE dan memiliki kemampuan kompetensi dalam membina perusahaan. Suatu perusahaan hanya akan menggunakan jasa dan bersedia untuk membiayai pelatihan SCORE apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik. Diharapkan bahwa di masa depan tersebar berita bahwa SCORE adalah program pelatihan untuk perusahaan yang berkualitas tinggi.
Sertifikasi ILO SCORE untuk Trainer memperkenalkan adanya standar kualitas di dalam program ini. Hal ini untuk memastikan bahwa hanya para trainer yang berkualitaslah yang memberikan pelatihan di perusahaan-perusahaan.
Gambar 5.1
Master Trainer SCORE Mr. Jayanta De Silva sedang melakukan kunjungan perusahaan
Sertifikasi Pelatih/Trainer SCORE
Kesinambungan SCORE
Strategi Kesinambungan SCORE
Kesinambungan program SCORE dapat dipertahankan bila program ini mampu memberikan manfaat bagi kelompok sasaran untuk jangka panjang setelah bantuan keuangan, manajerial dan teknis yang utama dari donor-donor eksternal berakhir. Kesinambungan program SCORE bertumpu pada tiga pilar penopang, yakni pilar institusional atau kelembagaan, pilar teknis dan pilar finansial.
Pilar kelembagaan adalah jika program SCORE mampu masuk dalam struktur kelembagaan atau jaringan yang memiliki
legitimasi kelembagaan yang tinggi dengan kelompok kepentingan terkait, dan punya kapasitas manajerial.
Pilar teknis adalah kemampuan program SCORE meningkatkan mutu teknis dari layanan-layanan yang disediakan
sebelumnya oleh intervensi lembaga donor.
Pilar finansial adalah kemampuan program SCORE menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya, baik melalui
pendanaan internal secara berkelanjutan (dimana klien membayar iuran substansial) atau melalui pendanaan eksternal secara berkelanjutan (tergantung bantuan pemerintah, atau sumber dana luar yang lain, termasuk Public Private Partnership multi-nasional maupun kontrak kerja lain).
Di Indonesia, sejumlah catatan SCORE Fase I berdasarkan tiga pilar strategi kesinambungan SCORE adalah sebagai berikut: 1. Kesinambungan Institusional
• SCORE Indonesia Fase I telah dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, APINDO, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Diharapkan aktivitas SCORE ke depan akan berjalan lebih teratur dan terbentuk organisasi koordinator SCORE di tingkat nasional sebagai pusat SCORE Indonesia.
2. Kesinambungan Teknis
• Diharapkan kompetensi instruktur SCORE terkait penguasaan metode dan teknik peningkatan produktivitas makin menguat di masa depan, sehingga pelaporan kemajuan bimbingan konsultasi SCORE lancar dan kesinambungan metodologi SCORE tetap terjaga di UKM-IKM.
3. Kesinambungan Finansial
• Diharapkan agar di masa mendatang, pelatihan SCORE dapat dijalankan dengan pendanaan di luar ILO. • Masih belum adanya pihak sponsor yang mendanai pelatihan SCORE.
Di samping temuan-temuan tersebut, hal-hal lain yang dapat ditingkatkan adalah: • Partisipasi pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah.
• Koordinasi atau kerjasama erat dari konstituen ILO ketika implementasi SCORE di daerah. • Komunikasi di antara seluruh stakeholder SCORE.
• Publikasi SCORE di setiap provinsi yang sesuai dengan persyaratan SCORE.
Desain Kesinambungan SCORE
Komite penasehat tripartit Proyek SCORE Pelatihan & pembinaan Pakar Modul Organisasi Koordinasi SCORE (Asosiasi Industri atau sejenis) UKM-IKM dalam satu kluster atau
sektor UKM-IKM Membeli pelatihan Koordinasi Penyedia layanan (lokal) Pelatihan & Pembinaan Pelatihan untuk Pelatih
MNE
Pemasaran CSR Sponsor Pelatihan $ $ TOTDi masa mendatang, setiap negara SCORE perlu membentuk satu organisasi pusat di tingkat nasional, yang disebut National Centre of Excellence SCORE. Sentra-sentra ini akan didanai melalui iuran anggota, penjualan materi, sponsor dan iuran pelatihan /konferensi. Organisasi-organisasi ini akan bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan berikut ini:
w Memasarkan layanan pelatihan SCORE dan pelatih bersertifikasi SCORE hingga calon konsumen serta menghubungkan mereka dengan pengguna akhir (end-user) dan calon sponsor;
w Mencetak dan mendistribusikan, untuk menghasilkan pendapatan, materi-materi pelatihan SCORE di bawah lisensi ILO;
Terus memperbaharui dan menyegarkan materi-materi pelatihan SCORE, serta menawarkan pelatihan penyegaran secara berkelanjutan bagi para pelatih bersertifikasi SCORE;
w Mengoperasikan sistem kendali mutu nasional dan mendaftarkan kegiatan-kegiatan pelatihan SCORE yang dilaksanakan organisasi-organisasi anggota dan para pelatih dalam database SCOREDATA;
w Memberikan sertifikat di tingkat nasional, di bawah bimbingan ILO, kepada para pelatih SCORE sesuai standar sertifikasi pelatih di tingkat global;
w Menyampaikan kepentingan para pelatih lokal SCORE, pakar nasional dan organisasi pelatihan kepada pemerintah pusat, ILO dan calon mitra dan sponsor;
Kesinambungan proyek SCORE secara finansial tergantung pada pelaksanaan pelatihan dan pemberian layanan nasehat berbasis pasar yang efektif untuk UKM-IKM. Di setiap negara, tujuannya adalah untuk meminta klien UKM-IKM membayar minimal 50% dari biaya langsung untuk mengadakan pelatihan SCORE (termasuk lokakarya di ruang kelas dan kunjungan konseling ke pabrik). Dalam sebagian besar kasus yang ada, iuran dari klien UKM-IKM dibantu sponsor dari perusahaan-perusahaan besar yang ingin meningkatkan kondisi kerja dalam rantai suplai mereka serta lembaga-lembaga pemerintah yang ingin supaya UKM-IKM mematuhi UU tenagakerja nasional serta meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.
Tabel 6.1 Peringkat Kesinambungan SCORE Kelembaga- an/Institusi-onal • SCORE dilaksanakan oleh satu atau dua organisasi koordinasi dari waktu ke waktu. • Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke 0-5 pelatih SCORE bersertifikat (Modul 1). • 1/3pelatih disertifikasi dalam modul-modul lain. • SCORE dilaksanakan oleh 3-9 organisasi lokal, secara semi-teratur atau secara teratur, tapi tidak ada organisasi koordinasi di tingkat nasional. • Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke 6-20 pelatih bersertifikasi SCORE (Modul 1). • 1/3 pelatih disertifikasi dalam modul-modul yang lain. • SCORE dilaksanakan oleh lebih dari 10 organisasi lokal secara teratur dan “Centre for Excellence” di tingkat nasional yang berfungsi sebagai sentra SCORE di negara tersebut.
• Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke lebih dari 20 orang pelatih bersertifikasi SCORE (Modul 1). • 1/3 pelatih disertifikasi
dalam modul-modul yang lain.
• Jumlah organisasi koordinasi lokal yang melaksanakan SCORE.
• Adanya “Centre for Excellence” di tingkat nasional yang secara efektif mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan SCORE di tingkat nasional.
• Jumlah pelatihan SCORE yang dilaksanakan setiap tahun.
• Jumlah pelatih SCORE bersertifikasi untuk melaksanakan Modul 1 tentang Kerjasama di Tempat Kerja.
Rendah Sedang Tinggi Indikator
Teknis
Kerangka kerja untuk mengukur Kesinambungan program SCORE
-Kesinambungan proyek SCORE akan diukur berdasarkan 3 pilar -Kesinambungan. Untuk setiap pilar ini, tingkat pencapaiannya digolongkan secara relatif ke dalam kategori: Rendah, Sedang dan Tinggi. Masing-masing tingkat pencapaian ini ditentukan oleh beberapa indikator kuantitatif khusus yang mencerminkan hasil-hasil penting dalam kerangka logis (log-frame) Proyek SCORE. Dalam semua kasus yang ada, setiap proyek nasional SCORE akan dievaluasi Kesinambungannya berdasarkan ketiga pilar tersebut dan diberi peringkat sesuai kinerjanya berdasarkan beberapa indikator khusus.
Perubahan-perubahan positif yang terjadi di perusahaan (UKM-IKM) dapat terpantau berkat adanya sistem SCORE Monitoring dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation/ M&E) yang mengacu pada data-data KPI (Key Performance Indicator) yang diberikan oleh perusahaan. Berikut adalah laporan dari M&E SCORE 2010-2012.
• Pelatihan SCORE hanya diadakan bila ILO/ donor membayar para pelatih atau lembaga koordinasi. • Tidak ada biaya
yang dibebankan terhadap UKM-IKM peserta. • Pelatihan SCORE jarang diadakan kecuali bila ILO/ donor membayar pelatih atau lembaga koordinasi. Iuran minimal, sebesar kurang dari $ US 100 dibebankan kepada UKM-IKM peserta. • Pelatihan SCORE diadakan oleh lembaga-lembaga pelatihan secara teratur tanpa bantuan ILO/donor. • Iuran minimum sebesar
50% dari biaya langsung pelatihan dibebankan kepada UKM-IKM peserta.
• Jumlah pelatih SCORE bersertifikasi untuk melaksanakan Modul 2-5. • Prosentase total biaya
pelatihan SCORE dibayar oleh klien.
• Prosentase total biaya pelatihan SCORE dibayar oleh proyek.
• Jumlah sponsor dari luar yang mendanai pelatihan SCORE.
• Partisipasi pemerintah pusat atau daerah dalam mendanai kegiatan-kegiatan SCORE.
Rendah Sedang Tinggi Indikator
Ringkasan dampak dan
perubahan terhadap UKM-IKM
yang menerapkan SCORE
Laporan Perkembangan Project SCORE di Indonesia (Country Progress Report)
a. Tabel dibawah ini menggambarkan aktivitas pembangunan kapasitas (capacity building), dimana terlihat jumlah peserta dari berbagai institusi yang telah mengikuti pelatihan SCORE. Total peserta yang mengikuti pelatihan Training of Trainers (ToT) SCORE adalah 92 orang berasal dari konstituen ILO SCORE dan asosiasi-asosiasi Industri serta YDBA. Sebanyak 34% peserta ToT adalah perempuan. Diharapkan ke depannya makin banyak lagi peserta perempuan untuk ikut serta, sehingga makin banyak instruktur perempuan SCORE. Selain dari institusi diatas, juga terdapat peserta yang merupakan representatif dari pemerintahan (20 orang), pengusaha/ APINDO (15 orang) maupun serikat pekerja dan buruh (19 orang).
Ringkasan dampak dan perubahan
terhadap UKM-IKM yang menerapkan
SCORE
Tabel 7.1 Jumlah peserta pelatihan SCORE
Peserta yang dilatih pada workshop Jumlah Total %Perempuan
Jumlah Trainer yang dilatih 92 34%
Jumlah Trainer disertifikasi 0 0%
Trainer tidak aktif 2 0%
Jumlah Perwakilan Pemerintah yang dilatih 20 50%
Jumlah Perwakilan Asosiasi Industri yang dilatih 15 33%
Jumlah Perwakilan Serikat yang dilatih 19 11%