• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL USAHA FRANCHISE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL USAHA FRANCHISE"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Disisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk menyediakan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 106 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 26 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari Perbankan, lembaga/instansi terkait lainnya, Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

(5)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

ii

Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi :

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan BPR dan UMKM

Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Pusat

Telp. (021) 381 8922 atau 381.7794 Fax (021) 351 8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.

(6)

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1 Jenis Usaha Waralaba Makanan

2 Dana yang diperlukan - Investasi Rp. 110.500.000 - Modal Kerja Rp. 28.948.375 - Total Rp. 139.448.375

3 Sumber Dana 60 % Modal merupakan modal sendiri dan 40 % persen kredit dari bank

4 Plafon Kredit Dana dari bank Rp. 44.200.000,- merupakan kredit investasi. Plafon yang dikeluarkan bank antara 0 s.d. 5 Milyar

5 Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit adalah 3 tahun, tanpa tenggang waktu

6 Suku bunga 16 % pertahun

7 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan per bulan flat

8 Kelayakan Usaha - Periode Proyek

- Produk dan Kapasitas Produksi/ hari

- Harga

3 tahun

130 porsi (satu paket makanan dan minuman) Rp 12.500/porsi

BEP

- Nilai Penjualan rata-rata per tahun - Produksi rata-rata per tahun - BEP Rp rata-rata per porsi

Rp. 133,120,223,-390,733 porsi 10,649,67

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN

(7)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

iv

9 Kriteria kelayakan usaha - Net B/C Ratio DF16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 2.63 Rp. 228,920,384,-103%

0,9 tahun atau 11,8 bulan Layak

10

Analisis Sensitivitas (1). Dari sisi penerimaan (a) Turun 17 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.04 Rp. 5,566,669,-18% 2,8 tahun Layak (b) Turun 18 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.95 Rp. (7,571,784),-12,7 % 4,2 tahun Tidak layak (2) Dari sisi biaya operasional

(a) Naik 28 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.02 Rp. 3,502,517,-18 % 2,9 tahun Layak

(8)

Dari sisi biaya operasional (b) Naik 29% - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.97 Rp. (4,548,121),-14,1% 4,1 tahun Tidak layak (3) Dari sisi pendapatan dan biaya operasional (a) Sebesar 10% - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.12 Rp. 17,029,465,-23% 2,6 tahun Layak Dari sisi pendapatan dan biaya operasional (b) Sebesar 11 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.97 Rp. (4,159,627),-14,8% 4,1 tahun Tidak layak

(9)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

vi

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1 Jenis Usaha Waralaba Makanan

2 Dana yang diperlukan - Investasi Rp. 50.490.000,-- Modal Kerja Rp. 804.856.000,50.490.000,-- 804.856.000,-- Total Rp. 855.346.000,804.856.000,--

855.346.000,-3 Sumber Dana 60 % Modal merupakan modal sendiri dan 40 % persen kredit dari bank

4 Plafon Kredit Dana dari bank Rp. 321.942.500,- merupakan kredit modal kerja. Plafon yang dikeluarkan bank antara 0 s.d. 5 Milyar

5 Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit adalah 3 tahun , tanpa tenggang waktu

6 Suku bunga 16 % pertahun

7 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan per bulan flat 8 Kelayakan Usaha

- Periode Proyek

- Produk dan Kapasitas Produksi/ hari

- Harga - BEP

Nilai Penjualan rata-rata per tahun

Produksi rata-rata per bungkus BEP Rp rata-rata per bungkus

3 tahun 120 bungkus Rp. 47.500,-Rp 951.444.460,33 728.746,67 bungkus Rp 20.030,33

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN

FRANCHISE (Franchisor)

(10)

9 Kriteria kelayakan usaha - Net B/C Ratio DF 16% - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 2,79 Rp 1,529,810,675,- 112 % 10,9 bulan Layak 10 Analisis Sensitivitas

(1). Dari sisi penerimaan (a) Turun 26 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.05 Rp 41,358,515,-19% 2,8 tahun Layak (b) Turun 27 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.98 Rp (15,889,645),-15 % 4,8 tahun Tidak layak (2) Dari sisi biaya operasional

(a) Naik 65 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.004 Rp. 3,119,064,-16,18% 2,9 tahun Layak

(11)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

viii

Dari sisi biaya operasional (b) Naik 66 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.98 Rp. (20,368,499),-15 % 4,05 tahun Tidak layak (3) Dari sisi pendapatan dan biaya operasional (a) Sebesar 18 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 1.09 Rp. 76,567,657,-21% 2,7 tahun Layak Dari sisi pendapatan dan biaya operasional (b) Sebesar 19 % - Net B/C Ratio DF 16 % - NPV DF 16 % - IRR - PBP - Penilaian 0.99 Rp. (4,168,066),-15,7 % 4,01 tahun Tidak layak

(12)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha ... 5

2.2. Pola Pembiayaan ... 12

BAB III ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI 3.1. Lokasi ... 15

3.2. Fasilitas dan Peralatan ... 16

3.3. Bahan Baku ... 19

3.4. Tenaga Kerja ... 22

3.5. Teknologi ... 22

3.6. Proses Operasi ... 23

3.7. Jenis, Jumlah dan Kualitas ... 24

3.8. Produksi Optimal ... 25

(13)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

x

BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

4.1. Pasar ... 27 4.1.1. Permintaan ... 27 4.1.2. Penawaran ... 28 4.2. Pemasaran ... 30 4.2.1. Harga ... 30 4.2.2. Analisis Persaingan ... 32 4.2.3. Jalur Pemasaran ... 33 4.2.4. Kendala Pemasaran ... 35

BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Pemilihan Usaha ... 37

5.2. Asumsi ... 38

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 40

5.3.1. Biaya Investasi ... 40

5.3.2. Biaya Operasional ... 42

5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ... 43

5.5. Produksi dan Pendapatan ... 45

5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ... 46

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha ... 49

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ... 49

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial ... 55

6.2. Dampak Lingkungan ... 55

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 57

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 61

DAFTAR WEBSITE ... 61

LAMPIRAN (FRANCHISOR) ... 63

(15)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Pola Hubungan Franchise ... 6

2.2 Pertumbuhan Waralaba di Indonesia ... 10

2.3 Profil Waralaba Indonesia 2008 ... 11

3.1 Mesin Pembuat Bakso ... 16

3.2 Blender ... ... .... 17

3.3 Fasilitas dan Peralatan Franchisee ... 19

3.4 Hasil Olahan Franchisor yang Menjadi Bahan Baku Franchisee .. ... 21

3.5 Proses Pembuatan Bakso ... 23

3.6 Proses Layanan Ditingkat Franchisee ... 24

4.1 Tahap Perjanjian Franchise ... ... 34

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Perbedaan Waralaba dan Bussines Opportunity ... 9

3.1 Peralatan dan Fasilitas Franchisor ... 16

3.2 Peralatan dan Fasilitas Franchisee Bakso ... 17

3.3 Bahan Baku Bakso ... 19

3.4 Hasil Olahan ... 20

3.5 Komposisi Produk Franchisee Per Porsi ... 21

4.1 Perkembangan Waralaba di Indonesia ... 27

4.2 Harga Paket Waralaba Bakso ... 31

5.1 Asumsi Perhitungan Franchisor ... 38

5.2 Asumsi Perhitungan Franchisee ... 39

5.3 Komponen Biaya Investasi Franchisor ... 41

5.4 Komponen Biaya Investasi Franchisee ... 41

5.5 Biaya Operasional Franchisor ... 42

5.6 Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Franchisor ... 43

5.7 Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Franchisee ... 44

5.8 Jadwal Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga Franchisor ... 44

5.9 Jadwal Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga Franchisee ... 45

5.10 Pendapatan Tahun-1 Franchisor ... 45

5.11 Pendapatan Tahun-1 Franchisee ... 46

5.12 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point per Tahun Franchisor ... 47

5.13 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point per Tahun Franchisee ... 48

5.14 Kelayakan Usaha Franchisor ... 49

5.15 Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario I Franchisor ... 50

5.16 Hasil analisis sensitivitas Proyek Skenario II Franchisor ... 51

(17)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

xiv

5.18 Kelayakan Usaha Franchise ... 52

5.19 Analisis Sensitifitas Skenario I Franchisee ... 53

5.20 Analisis Sensitifitas Skenario II Franchisee ... 53

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

Secara harfiah, franchise (waralaba) berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebebasan untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba didefinisikan sebagai “suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”. PP No.16/1997 mendefinisikan waralaba sebagai “perikatan dalam rangka penyediaan dan/atau penjualan barang dan atau jasa, dimana salah satu pihak (penerima waralaba) diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain (pemberi waralaba) dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain (pemberi waralaba)1”.

Definisi sebagaimana PP No. 16 Tahun 1997 tersebut disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2007 yang mendefinisikan waralaba sebagai “hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.

Suatu sistem bisnis waralaba melibatkan dua pihak yaitu franchisor dan Franchisee. Franchisor adalah “wirausaha sukses pemilik produk, jasa atau sistem operasi yang khas dengan merek tertentu, yang biasanya telah dipatenkan”. Sementara Franchisee adalah “perorangan dan atau pengusaha lain yang dipilih oleh franchisor atau yang disetujui permohonannya untuk menjadi Franchisee oleh pihak franchisor untuk menjalankan usaha dengan menggunakan nama dagang,

(19)

PENDAHULUAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

2

merek atau sistem usaha miliknya, dengan syarat imbalan kepada franchisor berupa uang dalam jumlah tertentu pada awal kerjasama dijalankan dan atau pada jangka waktu tertentu selama jangka waktu kerjasama”.

Waralaba merupakan konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise (waralaba) dianggap memiliki beberapa kelebihan terutama menyangkut pendanaan, sumber daya manusia dan manajemen. Dengan demikian pewaralabaan dapat dianggap sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan Franchisee (terwaralaba)2.

Sebagai konsep usaha, waralaba memiliki kelemahan dan keuntungan Pola usaha waralaba memberikan kemudahan dalam mengembangkan usaha. Franchisor dapat mempercepat pertumbuhan outletnya dengan tidak perlu menunggu terkumpulnya modal karena Franchisee (pembeli hak franchise)/ investor yang akan memberikan modal. Dengan pola tersebut maka jaringan dapat dengan cepat meluas. Selain itu usaha waralaba memiliki ketahanan yang baik dalam menghadapi berbagai risiko usaha. Sementara bagi Franchisee, tidak perlu pengalaman bisnis yang memadahi dan akan memperoleh bantuan teknis terkait pelaksanaan usahanya.

Kelemahan dari sistem waralaba antara lain adalah adanya kontrol yang ketat dari franchisor. Selain itu, kontrak waralaba biasanya memberikan batasan-batasan bagi Franchisee dalam mengembangkan usahanya.

Konsep waralaba pertama kali diterapkan oleh Singer Sewing Machine Company dengan memberikan hak pada distributornya untuk menjual produk-produk mesin jahit. Konsep waralaba ini kini telah diterapkan pada sejumlah produk. Setiap produk barang atau jasa pada prinsipnya dapat diwaralabakan. Sejumlah persyaratan produk atau jasa untuk dapat diwaralabakan antara lain: pertama; Produk barang dan jasa memiliki pasar yang jelas dan brand yang baik. Kedua; Memiliki formula dan desain yang dipatenkan. Ketiga; memiliki merek dagang. Keempat; Memiliki sistem manajemen keuangan untuk mengendalikan arus kas, Kelima; Memberikan konsultasi manajerial. Keenam; Adanya paket

(20)

Usaha Franchise

periklanan yang memenuhi skala ekonomi, Ketujuh; Adanya layanan yang baik dari kantor pusat. Kedelapan memiliki konsep bisnis yang teruji3.

Masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King pada akhir 1970-an merupakan awal pengenalan franchise di Indonesia. Akan tetapi, perkembangan waralaba di Indonesia mulai terlihat pada tahun 1990-an dan mengalami perkembangan pesat dalam 5 tahun terakhir. Pada awal tahun 1990-an, waralaba di Indonesia berjumlah 35 buah, dimana waralaba asing sebanyak 29 dan waralaba lokal berjumlah 6 buah. Pada tahun 2006 usaha yang menjalankan waralaba berjumlah 450 buah, dimana 220 asing dan 230 waralaba lokal. Dalam kurun 2006-2008 perkembangan franchise bak jamur dimusim hujan. Tercatat pertumbuhan waralaba pada tahun 2008 mencapai 57,6% yang meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 35,4%. Perkembangan waralaba pada tahun 2008 tercatat sebanyak 250 waralaba asing dan 450 waralaba lokal yang tersebar di 31.827 gerai dan memiliki nilai omset penjualan sebesar Rp81,03 triliun. Dari seluruh waralaba yang ada di Indonesia, jenis usaha yang paling banyak adalah usaha makanan dan minuman dengan persentase sebesar 42,9% dan jasa pendidikan sebesar 17,8%4.

Pada prinsipnya waralaba mirip dengan lisensi. Tetapi waralaba memiliki sejumlah ciri khas yang merupakan kriteria yang harus dipenuhi sebagai waralaba yaitu memiliki ciri khas usaha, terbukti sudah memberikan keuntungan, memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis, mudah diajarkan dan diaplikasikan, adanya dukungan yang berkesinambungan dan adanya hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar.

Pesatnya usaha waralaba telah memunculkan varian baru yang sering disebut dengan peluang bisnis atau bussines opportunity atau BO. Perbedaanya adalah BO tidak seketat waralaba. Kecenderungan pada BO adalah investasi yang lebih kecil dari waralaba, tidak adanya pelatihan awal dan standar atau sistem yang harus dijalankan, minimnya dukungan dan monitoring dari pemilik baik dari segi operasional maupun marketing serta kontrak yang relatif terbuka.

3 Ibid 2

(21)

PENDAHULUAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

4

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, waralaba sebagai sebuah konsep bisnis telah berkembang sebagai suatu industri yang cukup memiliki masa depan. Angka statistik perkembangan waralaba yang menakjubkan memberikan gambaran betapa waralaba merupakan suatu konsep usaha yang layak untuk dipertimbangkan. Sistem waralaba yang dianggap membangkitkan semangat wirausaha mendapatkan sambutan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari semangat yang muncul dari Peraturan Pemerintah No. 42/2007 tentang waralaba yang menganggap waralaba sebagai salah satu pengembangan UMKM.

Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kemudahan persyaratan dan bimbingan teknis usaha yang diberikan dalam bentuk pelatihan, penelitian dan pengembangan. Selain itu, berdirinya Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) sebagai wadah yang menaungi franchise dan franchisor diharapkan dapat menciptakan industri waralaba yang kuat dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berbasis usaha kecil dan menengah.

Dalam rangka mendorong tumbuhnya usaha kecil dengan konsep waralaba, Bank Indonesia berkepentingan untuk menyediakan lending model/pola pembiayaan yang diharapkan memberikan gambaran utuh tentang usaha yang ingin dijalankan dengan konsep waralaba sehingga dapat dijadikan acuan baik bagi pewaralaba, terwaralaba maupun perbankan sehingga usaha waralaba dapat mendorong tumbuhnya usaha kecil yang sekaligus mendukung pembangunan ekonomi nasional baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

(22)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa waralaba merupakan suatu sistem pemasaran barang, dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus-menerus antara pihak-pihak independen yaitu franchisor dan franchisee yang terpisah baik secara legal maupun keuangan. Franchisor memberikan hak kepada franchisee dengan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor.

Waralaba merupakan konsep usaha yang dibangun atas sejumlah kesepakatan sebagai sebuah kemitraan bisnis. Sejumlah komponen pokok yang harus ada dalam waralaba antara lain:

1. Franchisor yaitu pihak pemilik/produsen dari barang atau jasa yang telah memiliki merek tertentu serta memberikan hak ekslusif tertentu untuk pemasaran barang dan jasa.

2. Franchisee yaitu pihak yang menerima hak ekslusif dari franchisor 3. Adanya penyerahan hak-hak ekslusif dari franchisor kepada franchisee

4. Adanya penetapan wilayah tertentu sebagai franchise area dimana franchisee diberikan hak untuk beroperasi diwilayah tertentu.

5. Adanya imbal prestasi dari franchisee kepada franchisor yang berupa franchise fee dan royalty fee serta biaya lainnya yang disepakati kedua belah pihak. 6. Adanya standar mutu yang ditetapkan franchisor kepada franchisee serta

supervisi berkala dalam rangka mempertahankan mutu.

7. Adanya pelatihan awal yaitu pelatihan yang berkisanambungan yang diselenggarakan oleh franchisor untuk meningkatkan ketrampilan dan kapasitas franchisee.

(23)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

6

Gambar 2.1. Pola Hubungan Franchise

Pola hubungan antara franchisee dan franchisor dapat lihat pada Gambar 2.1 berikut ini :

Dalam praktik bisnis dengan konsep waralaba, dikenal beberapa tipe yaitu1:

a. Product and Trademark Franchising (Waralaba Produk dan Merek Dagang) Dalam tipe ini, franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk menjual secara luas suatu produk atau brand tertentu. Dalam Product and Trademark Franchising atau sering disebut Produk Franchising, pewaralaba menghasilkan produk dan penerima waralaba menyediakan outlet untuk produk yang dihasilkan pewaralaba.

b. Bussines Format Franchising (waralaba format bisnis)

Dalam format ini, franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk memasarkan suatu produk atau merek dagang tertentu dengan menggunakan sistem operasi lengkap dari franchisor. Dalam Bussines Format Franchising atau sering disebut Operating System Franchises, penerima waralaba diberikan lisensi untuk melakukan usaha dengan paket bisnis dan merek dagang yang dikembangkan oleh pemberi waralaba.

Waralaba produk dan merek dagang merupakan bentuk waralaba yang paling sederhana, dimana pemberi waralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba

1 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba, (Jakarta: Medpress, 2008)

FRANCHISOR KONTRAK /

(24)

Usaha Franchise

yang disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan produk yang diwaralabakan. Atas pemberian waralaba izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka, dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan atau disebut royalti berjalan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.

Dalam bentuknya yang sangat sederhana ini, waralaba produk dan merek dagang seringkali mengambil bentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan. Waralaba format bisnis adalah pemberian sebuah lisensi oleh seseorang (pemberi waralaba) kepada pihak lain (penerima waralaba), lisensi tersebut memberi hak kepada penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang/ nama dagang pemberi waralaba, dan untuk menggunakan keseluruhan paket yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan yang terus menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan2.

Pada praktiknya kedua tipe franchise ini memang serupa, tapi tak sama. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa dalam waralaba format bisnis, franchisee di berikan hak penuh untuk menggunakan paket bisnis untuk mengembangkan usaha sesuai dengan kaidah dan aturan yang telah dibuat oleh franchisor. Franchise tipe ini memiliki keunggulan karena mampu memproduksi sendiri produk, jasa atau teknologi yang telah disetujui oleh franchisor. Dalam hal ini, keuntungan yang didapatkan tentu saja lebih besar, karena franchisee lebih dapat memperhitungkan arus kasnya. Keunggulan lain dari metode paket bisnis ini adalah, memiliki perkembangan usaha yang lebih cepat, dengan catatan bahwa franchisee memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan diri berdasarkan supervisi dari franchisor.

Kelemahannya adalah kebalikan dari keunggulan yang diberikan. Jika calon franchisee tidak memiliki komitmen untuk berkembang bersama, dan tidak memiliki hasrat untuk mengembangkan kemajuan usaha yang tinggi, maka disarankan

(25)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

8

tidak menggunakan tipe format bisnis. Dengan kata lain, tipe merek dan produk memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan franchise format bisnis.

Sebagai produk usaha, waralaba memiliki beberapa elemen pokok terkait dengan usaha yang akan dijalankan. Untuk itu, usaha waralaba yang dijalankan harus memiliki sejumlah hal yang antara lain:

1. Produk franchise mencakup unsur-unsur berikut ini a. Unik

b. Berkualitas c. Marketable

2. Adanya Standard of Procedure (SOP) yang dibakukan

3. Manajemen keuangan dan akuntansi yang baik. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan antara lain:

a. Budgeting atau penganggaran

b. Kalkulasi keuangan seperti Break Even Point/BEP (titik impas) tingkat hasil, pengembalian modal

c. Sistem akuntansi yang rapi sehingga memudahkan pengawasan dan audit untuk pengambilan keputusan

d. Perpajakan

4. Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dengan melalui: a. Sistem perekrutan SDM

b. Sistem pelatihan SDM

c. Sistem kompensasi bagi SDM

d. Penciptaan suasana kerja yang kondusif 5. Strategi pemasaran yang jitu

6. Perlindungan hukum yang memadai, hal ini erat kaitannya dengan: a. Badan hukum usaha

b. Perizinan usaha

c. Hak merek dan hak paten d. Perpajakan

(26)

Usaha Franchise

Pada prinsipnya waralaba merupakan lisensi. Perbedaannya waralaba memiliki sejumlah ciri khas waralaba yang tidak terdapat pada konsep bisnis lainnya. Keempat faktor tersebut antara lain:

a. Keberadaan pemberi waralaba dan penerima dalam suatu hubungan yang terus menerus.

b. Kewajiban untuk menggunakan nama dan sistem pemberi waralaba, dan patuh pada pengendaliannya

c. Resiko terhadap kejadian yang dapat merusak bisnis waralaba yang berada di luar kemampuan dan kesiapan penerima waralaba untuk menghadapinya (misalnya kegagalan bisnis pemberi waralaba, atau tindakan penerima waralaba lain yang membuat reputasi waralaba tersebut menjadi buruk). d. Kemampuan pemberi waralaba untuk tetap memberikan jasa sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan, yang dianggap bernilai dan wajar yang bisa membuat bisnis waralaba tersebut berhasil.

Sebagaimana diketahui bahwa maraknya usaha waralaba diiringi munculnya bussines opportunity (BO) atau peluang bisnis yang seolah-olah mirip dengan waralaba. Perbedaan antara waralaba dan bussines opportunity dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Perbedaan Waralaba dan Bussines Opportunity

No Kriteria Waralaba Bussiness Opportunity

1 Investasi Franchise Fee atau investasi awal

lebih tinggi Investasi lebih rendah 2 Pemilihan Lokasi Lokasi menjadi faktor penting

bagi pewaralaba Hanya dilakukan survei, tetapi tidak selalu. 3 Bantuan Pra

operasi Adanya konsultasi pembangunan, pembelian dan rekrutmen

Dilakukan tapi sangat minim

4 Pelatihan Adanya pelatihan dan manual

serta praktik lapangan Tidak ada pelatihan 5 Bantuan Teknis

(27)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

10

6 Produk dan Jasa Produk dan layanan sudah

ditentukan oleh franchisor Mitra memiliki kebebasan mengembangkan produk dan jasa 7 Sistem Operasi

dan Layanan

Baku dan memiliki manual Tidak ada. Disesuaikan dengan karakter mitra

8 Legal dan

Perpajakan Detail tercantum dalam kontrak Legal dilakukan dalam kontrak, tetapi mengenai perpajakan tidak jelas

9 Pemasaran dan

Promosi Adanya support dari franchisor Dilakukan minimal. Sebagian besar hanya untuk pengembangan outlet 10 Fleksibilitas Minim dan harus persetujuan

franchisor Bebas dan Terbuka tanpa harus ada persetujuan

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa, pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia kebanyakan bermunculan antara tahun 2006 hingga 2008. Pada dua tahun terakhir ini bisnis yang diwaralabakan mencapai 56,7%. Sedangkan antara 2000-2005, bisnis yang diwaralabakan hanya 35,4%. Pertumbuhan waralaba di Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar ini menunjukkan bahwa mulai tumbuhnya bisnis waralaba secara masif pada periode antara 2006-2008. Sehingga diperkirakan pertumbuhan jenis usaha yang mewaralabakan usahanya akan terus melaju pada tahun 2008, tahun di mana franchise menjadi sebuah trend bisnis yang akan terus berkembang.

Gambar 2.2. Pertumbuhan Waralaba di Indonesia

(28)

Usaha Franchise

Karakteristik waralaba di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.3. Dari total seluruh waralaba yang ada di Indonesia, jenis usaha yang paling banyak adalah berupa usaha makanan dan minuman dengan persentase sebesar 42,9% dan jasa pendidikan sebesar 17,8%. Konsep usaha franchise ternyata lebih dominan daripada konsep business opportunity dengan persentase 58,8% berbanding 30,5%. Sebanyak 64, 3% waralaba di Indonesia masih dikuasai oleh pengusaha lokal, sedang pengusaha asing masih berada di 35,7 %.

Untuk saat ini, waralaba yang menjadi primadona adalah bisnis restoran dan pendidikan. Hal tersebut dapat dipahami mengingat makanan dan pendidikan telah menjadi kebutuhan maupun gaya hidup masyarakat Indonesia. Makanan sebagai primadona dalam waralaba bukanlah hal yang baru. Kecenderungan dominasi waralaba rumah makan siap saji telah dimulai sejak tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague telah memonopoli usaha untuk restauran modern.

Waralaba makanan biasanya menggunakan tipe waralaba format bisnis. Hal ini terkait dengan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dalam rangka menjaga kualitas dan pelayanan, seluruh bahan baku disuplai oleh pihak

Gambar 2.3. Profil Waralaba Indonesia 2008

(29)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

12

franchisor. Selain itu juga dilakukan pengawasan berkala dalam rangka melakukan evaluasi dan kontrol terhadap pelayanan dan kualitas rasa.

Pengembangan waralaba makanan umumnya didukung oleh master franchise yang berfungsi sebagai distributor maupun sebagai manajer area bagi gerai-gerai yang ada di wilayahnya. Persyaratan sebagai master franchise antara lain bersedia bekerjasama dengan Franchisor dan berbagai persyaratan yang telah ditentukan.

2.2. Pola Pembiayaan

Untuk melakukan usaha waralaba dapat dilakukan dengan cara menggunakan modal sendiri maupun kredit. Perkembangan usaha dengan konsep waralaba yang begitu pesat telah membuat sejumlah bank maupun lembaga pembiayaan non bank menawarkan skim kredit waralaba. Skim kredit yang ditawarkan tersebut terdiri atas kredit investasi dan kredit modal kerja.

Secara umum kredit waralaba sama dengan kredit usaha pada umumnya. Perbedaan dengan kredit usaha pada umumnya antara lain adalah jangka waktu kredit mengikuti jangka waktu perjanjian waralaba (bisa mencapai 5 tahun), tidak mengharuskan adanya jaminan berupa tambahan aktiva yang melebihi nilai kredit, tidak mengharuskan franchisee sebagai debitur memiliki pengalaman usaha yang menguntungkan.

Saat ini terdapat 2 bank yang secara khusus memiliki skim pembiayaan waralaba yaitu PT. BRI (Persero) dan PT. Bank Saudara. Realisasi kredit waralaba oleh PT. BRI (Persero) pada tahun 2007 mencapai Rp8,6 trilyun dari Rp10 trilyun yang ditargetkan dengan 10.000 lebih pewaralaba dan terwaralaba yang dibiayai.

Perbankan memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan persyaratan kredit waralaba. Secara umum syarat-syarat tersebut adalah:

1. Profil usaha 2. Laporan keuangan

(30)

Usaha Franchise

4. Rencana usaha

5. Dokumen legalitas usaha 6. Standard Operational Procedure 7. Memenuhi persyaratan kredit bank

Bagi franchisee, perbankan biasanya memberikan persyaratan adanya rekomendasi dari pewaralaba, dokumen legalitas usaha, perjanjian kerjasama waralaba. Beberapa persyaratan kredit waralaba yang di berlakukan antara lain: 1. Usaha yang dikelola franchisor telah berjalan selama 3 tahun dan franchisor

tidak perlu menyerahkan laporan keuangan.

2. Bagi calon debitur (franchisee) yang telah mempunyai usaha, wajib menyerahkan laporan keuangan selama 2 tahun terakhir.

3. Bagi calon debitur (franchisee) yang baru memulai usaha waralaba tidak perlu menyerahkan laporan keuangan.

4. Debitur telah mempunyai kontrak kerjasama dengan franchisor. 5. Debitur menyerahkan salinan dokumen legalitas usaha

a. Akte pendirian perusahaan dan perubahan terakhir b. Identitas pemilik dan pengurus

c. Surat Keterangan Domisili d. Tanda Daftar Perusahaan e. Nomor Pokok Wajib Pajak f. Surat Ijin Usaha Perdagangan g. Surat Ijin Tempat Usaha h. Surat Ijin Gangguan

i. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak j. Kontrak kerjasama waralaba

Selain itu, syarat-syarat lainnya untuk pemberian kredit waralaba antara lain: 1. Franchisee yang franchisornya telah bekerja sama dengan bank.

(31)

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

14

3. Pewaralaba memiliki ketentuan buy back guarantee. Hal ini menjadi penting, karena bukan hanya pertumbuhan gerai yang diandalkan melainkan juga kesinambungan usaha terwaralaba

Selain PT. BRI (Persero) dan Bank Saudara, sejumlah bank lain mencoba masuk dalam ceruk pasar ini. Bank Mandiri umpamanya, sejak bulan maret 2008 mengucurkan kredit pembiayaan waralaba dengan segmen ritel yang punya nama. Selain itu, BNI akan mengucurkan kredit waralaba dengan persyaratan yang mudah dan cepat dengan menunjukkan surat ijin usaha dan surat perjanjian waralaba.

(32)

BAB III

ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI

3.1. Lokasi

Pemilihan lokasi usaha merupakan hal yang sangat penting bagi usaha waralaba karena akan menentukan tingkat kunjungan pelanggan. Untuk menentukan lokasi, biasanya franchisor akan melakukan survei dan riset pasar. Beberapa tipe tempat yang biasanya direkomendasikan yaitu tempat perbelanjaan, perumahan, pinggir jalan atau menempati bangunan tersendiri. Penentuan lokasi tersebut terkait dengan aksesibilitas konsumen atau pelanggan. Sejumlah informasi penting yang diperlukan dalam rangka menentukan lokasi antara lain karakteristik penduduk terkait dengan tingkat pendapatan dan daya beli, tingkat pendidikan, pekerjaan dan profesi. Selain itu, kenyamanan lokasi dan kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung aksesibilitas pelanggan ke lokasi outlet atau gerai menjadi sesuatu yang penting. Selain hal-hal yang berkaitan dengan potensi pasar tersebut, peraturan daerah perlu diperhatikan terutama terkait perizinan usaha dan rencana tata ruang dan tata wilayah.

Ketidaktepatan dalam pemilihan lokasi merupakan faktor yang cukup fatal. Pasalnya, hidup matinya suatu outlet atau gerai sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan lokasi. Setelah dilakukan pemilihan lokasi, dilakukan penataan ruang dan dekorasi gerai. Hal ini biasanya telah distandarkan oleh franchisor. Penataan ini selain menjadi ciri khas dari masing-masing franchise, juga mencerminkan aktifitas yang ada. Dalam konteks waralaba makanan pelayanan dimulai dari penyambutan pelanggan hingga transaksi berakhir. Selain itu, pembagian ruang-ruang juga dilakukan yang meliputi tempat memasak, kasir, tempat makan, parkir, tempat mencuci peralatan yang kotor.

(33)

ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

16

3.2. Fasilitas dan Peralatan

Usaha waralaba merupakan suatu sistem bisnis yang menjual produk atau jasa. Dalam menjalankan usaha ini melibatkan franchisor yang memberikan lisensi kepada franchisee, untuk membuka usaha bisnis dengan menggunakan nama dagang pihak pemilik waralaba dan berbagai fasilitas yang telah disepakati.

Fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha waralaba berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Bagi franchisee, biasanya fasilitas dan peralatan usaha diberikan oleh franchisor yang merupakan paket waralaba. Untuk franchisor, fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan selain merek dagang adalah peralatan produksi. Dalam kajian ini dicontohkan waralaba makanan bakso, fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

No Nama Peralatan Jumlah

1 Mesin Pembuat Bakso 1

2 Kompor 2

3 Freezer 3

4 Blender 2

5 Dandang 3

6 Peralatan memasak 1

Tabel 3.1 Peralatan dan Fasilitas Franchisor

Sumber: data primer, diolah

Gambar 3.1.

(34)

Usaha Franchise

Fasilitas dan peralatan yang disediakan oleh franchisor meliputi fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan usaha bakso. Fasilitas yang diberikan waralaba Berdasarkan paket waralaba yang ditawarkan, fasilitas dan peralatan yang diberikan kepada franchisee dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 3.2 berikut ini

Paket Foodcourt Paket Miniresto Paket Resto • Etalase beserta atribut promosinya • Kompor double 1 buah • Tabung gas dan perlengkapannya 1 buah • Panci rebus mie ayam • Saringan mie ayam 1 buah • Wajan penggorengan nasi

goreng, Mie goreng, & Mie godok 1 buah

• Meja Outlet/etalase besar beserta atribut promosinya • Kompor double 1 buah • Tabung gas dan perlengkapannya 1 buah • Panci rebus mie ayam • Saringan mie ayam 1 buah • Wajan penggorengan nasi

goreng, Mie goreng, & Mie godok 1 buah

• Meja Outlet/etalase besar beserta atribut promosinya • Kompor double 2 buah • Tabung gas dan perlengkapannya 2 buah • Panci rebus mie ayam • Saringan mie ayam 1 buah • Wajan penggorengan nasi

goreng, Mie goreng, & Mie godok 1 buah

Tabel 3.2 Fasilitas dan Peralatan Franchisee Bakso

(35)

ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

18

• Wajan penggorengan batagor 1 buah • Tempat kuah / dandang bakso 1 buah • Dandang kecil untuk siomay 1 buah • Irus kuah bakso 1 buah

dan Sutil 1 buah • Panci kecil untuk bumbu

siomay & batagor 1 buah • Penjepit 1 buah • 1 buah blender • 1 buah kulkas • 1 buah magic jar • 1 buah gelas ukur • Termos Es 1 buah • Banner ukuran 60 x 160 cm • Seragam kerja untuk 3 orang 2 set • 3 lusin mangkok bakso/ cwie mie/mie ayam bakso • 3 lusin tempat sambal • 1 set tempat saos sambal, kecap. • 3 lusin sendok garpu • 2 lusin piring nasi goreng/ siomay • 2 lusin gelas juice • 2 lusin gelas es campur/ sekoteng/dawet • Promotion Kit • Neon Box

• Cash register Casio • 10 buah Nota/bon • Wajan penggorengan batagor 1 buah • Dandang kecil untuk siomay 1 buah • Irus kuah bakso 1 buah , Sutil 1 buah • Panci kecil untuk bumbu siomay & batagor 1 buah • Tempat kuah / dandang bakso 1 buah • Penjepit 1 buah • Termos Es 1 buah • Banner ukuran 60 x 160 cm 1 buah • Seragam kerja untuk 4 orang 2 set • 3 lusin mangkok bakso/ cwie mie/mie ayam bakso • 3 lusin mangkok bakso/

cwie mie/mie ayam bakso • 3 lusin tempat sambal • 1 set tempat saos sambal, kecap. • 3 lusin sendok garpu • 2 lusin piring • 2 lusin gelas juice • 2 lusin gelas es campur/ sekoteng

• Cash resgister Casio • 1 buah blender • 1 buah kulkas • 1 buah magic jar • 1 buah frezer 150 ltr • 10 set meja kursi standar/ biasa • 10 buah Nota/bon • Wajan penggorengan batagor 1 buah • Dandang kecil untuk siomay 1 buah • Irus kuah bakso 1 buah, Sutil 2 buah • Panci kecil untuk bumbu siomay & batagor 1 buah • Tempat kuah / dandang bakso 1 buah • Penjepit 1 buah • Termos Es 1 buah • Banner ukuran 60 x 160 cm 2 buah • Seragam kerja untuk 6 orang 2 set • 4 lusin mangkok bakso/ cwie mie/mie ayam bakso • 4 lusin mangkok bakso/

cwie mie/mie ayam bakso • 4 lusin tempat sambal • 2 set tempat saos sambal, kecap. • 4 lusin sendok garpu • 3 lusin piring • 3 lusin gelas juice • 3 lusin gelas es campur/ sekoteng

• Cash resgister Casio • 2 buah blender • 1 buah kulkas • 1 buah magic jar • 1 buah gelas ukur • 1 buah frezer 200 ltr • 10 set meja kursi • 10 buah Nota/bon Sumber: data primer, diolah

(36)

Usaha Franchise

Bagi franchisor, untuk menyediakan fasilitas dan peralatan gerai diperoleh melalui pemesanan kepada produsen peralatan atau toko dan produksi sendiri seperti etalase/outlet.

3.3. Bahan baku

Produk atau jasa yang dihasilkan oleh usaha waralaba berbeda-beda, oleh karena itu bahan bakunya juga berbeda-beda. Selain itu, tidak semua waralaba mengharuskan bahan baku berasal dari franchisor. Dalam menjaga kualitas rasa, waralaba mewajibkan franchisee memperoleh bahan baku dari franchisor. Sebagai franchisor, bahan baku yang dibutuhkan tiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Gambar 3.3. Fasilitas dan Peralatan Franchise

No Bahan baku Nilai (Kg)

I Bahan Baku

1 Tepung sagu 150 kg/bulan

2 Daging Sapi 90 kg/bulan

3 Daging Ayam 45 kg/bln

(37)

ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

20

4 Bumbu-Bumbu Rempah 45 kg/bulan

5 Kacang tanah 50 kg/bulan

II Bahan Pembantu

1 Garam 50 kg/bln

2 Gula 50 kg/bln

3 Penyedap rasa 2 dus besar / bulan Sumber: data primer, diolah

Sumber: data, diolah

Nama Produk Jumlah Produksi Per Bulan

Bakso 900 Bungkus

Tahu bakso 900 Bungkus

Pangsit Goreng 900 Bungkus

Pangsit Rebus 900 Bungkus

Bumbu Nasi Goreng 900 Bungkus Bumbu Mie Godhog 900 Bungkus Bumbu Mie Goreng 900 Bungkus

Bumbu Siomai 900 Bungkus

Tabel 3.4 Hasil Olahan

Hasil dari pengolahan bahan baku tersebut menjadi sejumlah barang jadi yang akan digunakan oleh franchisee sebagai bahan baku. Hasil pengolahan bahan baku tersebut adalah sebagai berikut:

(38)

No Nama Produk Komposisi

1 Bakso Terdiri atas bakso 2 bakso kasar, 2 bakso halus, 1 tahu bakso, 1 pangsit goreng, 1 gorengan kembang dan 1 tahu bakso, kuah, bawang goreng, sambal, kecap dan saus 2 Mie Ayam Terdiri atas mie, adonan ayam, kuah, sambal,kecap,saus

3 Cwie Mie Terdiri atas

4 Siomay Terdiri atas bumbu siomai, 1 telor, 1 tahu siomai, 2 siomai, 1 kentang, dan 1 kol 5 Mie Ayam Bakso Terdiri atas mie, adonan ayam, bakso halus 3 butir, kuah, sambal,kecap,saus 6 Nasi Goreng Jawa Terdiri atas nasi, bumbu nasi goreng, telor

7 Mie Goreng Jawa Terdiri atas mie, bumbu mie goreng, telur 8 Mie Godok Terdiri atas mie, bumbu mie godhog, telur

(39)
(40)

Usaha Franchise 3.6. Proses Operasi

Proses produksi barang dan jasa usaha waralaba biasanya sudah ditentukan oleh franchisor. Pada dasarnya proses tersebut merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengolah satuan bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian aktifitas yang dilakukan secara bertahap. Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proyek pembuatan produk. Kualitas produk selain ditentukan oleh proses produksi juga dibutuhkan peralatan yang handal dan sumber daya manusia yang memadahi.

Proses produksi terdiri dari beberapa tahapan sebelum produk tersebut didistribusikan kepada franchisee. Dalam kajian ini, dicontohkan tahapan pembuatan bakso yang meliputi penyiapan bahan baku, pemotongon daging, penggilingan dan pembuatan bola bakso, pengepakan dan pengiriman. Sementara untuk pembuatan bumbu adalah adalah penyiapan bahan, penakaran, penumbukan dan pengepakan serta pengiriman. Secara grafis, proses produksi bakso dapat dilihat dengan jelas pada gambar berikut ini:

Gambar 3.5. Proses Pembuatan Bakso

Pemotongan Daging Penggilingan Daging Peghalusan daging giling Pencampuran Daging dan Bumbu Pencampuran Dengan Tapioka Pembentukan Bola Perebusan Penirisan Pengepakan Penyimpanan Pengiriman

(41)

ASPEK OPERASI DAN PRODUKSI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

24

Bagi franchisee, standar pelayanan merupakan paket dari franchisor. Secara umum, operasi ditingkat franchisee terdiri atas penyambutan pelanggan, pemesanan produk oleh pelanggan, pelayanan pelanggan, pembayaran, dan purna layanan seperti permohonan kritik dan saran, kuesioner atau ucapan terima kasih. Secara grafis dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini

Gambar 3.6. Proses Layanan di Tingkat Franchisee

Penyambutan Pelanggan Pemesanan Pelayanan Pembayaran Purna Layanan

3.7. Jenis, Jumlah dan Kualitas

Jenis produk atau jasa usaha waralaba merupakan produk yang sudah distandarkan baik jenisnya maupun kualitasnya. Untuk jumlah produk menyesuaikan dengan permintaan pasar atau masing-masing gerai. Produk yang dihasilkan yaitu berupa bakso dan bumbu-bumbu, didistribusikan kepada franchisee dengan jumlah tertentu yang diminta oleh franchisee dan kualitas yang telah distandarkan oleh franchisor.

Kualitas rasa merupakan brand yang senantiasa dijaga. Untuk menjaga kualitas tersebut sejumlah sertifikasi produkpun dilakukan, diantaranya adalah sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia, sertifikasi Departemen Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai produk yang tidak berbahaya,

(42)

Usaha Franchise

serta sertifikasi dari Komite Akreditasi Nasional sebagai produk yang layak untuk dikonsumsi dan digunakan di Indonesia.

3.8. Produksi Optimal

Sebagai sebuah konsep pemasaran produk, kapasitas produksi sangat ditentukan oleh permintaan pasar. Waralaba merupakan kemitraan bisnis dalam rangka menumbuhkembangkan bisnis secara cepat. Bagi franchisor, sistem waralaba memungkinkan kegiatan usaha dapat mengembangkan jaringan bisnis baik dalam skala nasional maupun global. Sebaliknya bagi franchisee, dengan membeli hak waralaba dapat memiliki bisnis yang sudah mapan dengan segmen pasar yang sudah jelas dan manajemen yang sudah baik.

Dengan demikian, jumlah produk akan disesuaikan dengan jumlah permintaan. Penambahan kapasitas produksi akan terus dilakukan seiring berkembangnya pasar. Berdasarkan pada kapasitas terpasang, saat ini produk yang dihasilkan merupakan produk optimal sesuai dengan jumlah dan kapasitas produksi peralatan yang ada.

3.9. Kendala Produksi

Usaha dengan konsep waralaba format bisnis, kendala yang dihadapi biasanya terkait pasokan kepada franchisee dan menjaga kualitas produk. Akan tetapi, waralaba makanan seperti bakso tampaknya tidak memiliki hambatan yang berarti. Selain bahan baku mudah diperoleh, produk yang dihasilkan merupakan produk yang bisa diawetkan dengan cara dibekukan. Dengan adanya sentuhan teknologi, produk yang peka terhadap perubahan cuaca dapat ditanggulangi.

(43)
(44)

BAB IV

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

4.1. Pasar

4.1.1. Permintaan

Dalam kurun sepuluh terakhir ini, usaha dengan pola waralaba berkembang cukup pesat. Pasalnya, waralaba telah memberikan berbagai kemudahan baik bagi franchisor maupun franchisee. Bagi franchisor, usaha dengan konsep waralaba dapat berkembang dengan cepat. Sementara bagi franchisee tidak membutuhkan pengalaman bisnis dan memiliki risiko gagal yang minimal serta terhindar dari sindroma ‘apa yang harus dilakukan?’.

Banyaknya barang dan jasa yang bisa diwaralabakan dan kemudahan dalam menjalankan usaha menjadikan permintaan usaha waralaba meningkat. Perkembangan usaha waralaba di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup fantastis dalam 5 tahun terakhir. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tahun Asing Lokal Total

1992 29 6 35 1995 117 15 132 1996 210 20 230 1997 (Jul) 235 30 265 2000 (Jul) 222 39 261 2001 (Jul) 230 42 272 2002 212 47 259

(45)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

28

2003 190 49 239 2004 200 85 285 2005 237 129 366 2006 220 230 450 2007 250 450 700 2008 260 690 950 Sumber: Kadin, 2008

Melihat perkembangan tersebut, tampaknya permintaan akan usaha waralaba akan terus bertambah. Berbagai produk dan jasa berusaha menggunakan waralaba dalam mengembangkan jaringan distribusi dan pemasarannya.

Seperti telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa waralaba makanan merupakan waralaba yang cukup mendominasi sejak 1919. Tumbuhnya waralaba lokal yang bergerak dibidang makanan mencapai 42,5% merupakan angka yang fantastis. Tampaknya kekayaan budaya dan kuliner bangsa ini turut serta mendorong inovasi dan kreatifitas para wirausaha. Selain itu, dengan semakin matangnya konsep bisnis waralaba dan tumbuhnya jiwa kewirausahaan ditengah kesempatan yang semakin terbatas, semakin menempatkan waralaba sebagai bisnis yang menguntungkan. Sebagai contoh adalah bakso. Makanan yang tidak mengenal usia ini memiliki peminat yang tidak sedikit jumlahnya. Maka tidak mengherankan bila waralaba bakso dapat berkembang dengan cepat seperti yang dialami oleh Bakso Cak Man, Bakso A Fung dan Bakso Cak Eko yang dalam 2 tahun pertumbuhan outletnya mencapai 103 buah.

4.1.2. Penawaran

Franchise menawarkan kepada franchisor sebuah metode yang relatif cepat untuk memperluas jaringan distribusi barang dan jasa dengan

(46)

Usaha Franchise

menggunakan modal yang minimal. Bagi franchisee, waralaba dapat dimaknai sebagai suatu metode untuk menggunakan modal dan pengembangan karyawan. Dalam pandangan franchisor, modal dan motivasi berusaha franchisee menjadi hal yang penting. Franchisee berlaku sebagai pemilik usaha dapat mengembangkan usaha dengan nama dan citra franchisor. Dengan merek dan citra franchisor yang baik maka pasar dapat dengan cepat meluas melalui unit-unit usaha waralaba.

Sejumlah manfaat waralaba baik dari segi franchisor maupun para franchisee adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan usaha dengan biaya yang relatif murah 2. Potensi passive income yang besar

3. Efek Bola Salju dalam hal brand awareness dan brand equity usaha. 4. Terhindar dari Undang-undang Antimonopoli

Sementara bagi franchisee, sejumlah manfaat yang dirasakan adalah 1. Memperkecil risiko kegagalan usaha;

2. Menghemat waktu, tenaga, dan dana untuk proses trial & error 3. Memberi kemudahan dalam operasional usaha

4. Penggunaan nama merek yang sudah lebih dikenal masyarakat.

Terdapat sejumlah hal penting yang perlu diperhatikan dalam memulai usaha franchise baik bagi franchisor maupun franchisee. Bagi franchisor yang perlu diperhatikan antara lain kewirausahaan, brand atau merek, sistem yang mapan, kemampuan sumber daya manusia. Sejumlah informasi yang harus disampaikan kepada calon penerima waralaba yaitu:

1. Posisi usaha dan keuangan waralaba 2. Manajemen franchisor

3. Penawaran waralaba 4. Anggota waralaba 5. Proyeksi keuangan 6. Kontrak kerjasama

(47)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

30

Bagi calon franchisee, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain potensi pasar produk atau jasa yang tawarkan, format kerjasama, sistem yang mapan dan teruji keberhasilannya, lokasi usaha, kualitas sumber daya manusia, bantuan teknis yang diberikan, royalty fee dan franchise fee serta legalitas franchisor dan lamanya kontrak kerjasama.

Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dalam melakukan usaha waralaba, maka hal-hal tersebut di atas harus dituangkan dalam suatu kontrak perjanjian. Sebagai sebuah konsep, tawaran waralaba merupakan sesuatu hal yang cukup menarik mengingat sejumlah manfaat yang akan diperoleh sebagaimana disebutkan diatas. Berbagai produk dan jasa telah membuktikan keampuhan waralaba, termasuk waralaba makanan bakso yang menawarkan paket waralaba, seperti paket foodcourt, paket miniresto dan paket resto. Yang membedakan paket-paket tersebut, selain harga juga fasilitas dan peralatan serta menu makanana yang diberikan oleh franchisor. Selain itu, franchisor dapat pula menawarkan master franchise yang berfungsi sebagai manajer area dan agen atau distributor. Master franchise ini dapat diperoleh dengan cara membeli paket master franchise atau mendirikan 3 (tiga) paket resto sekaligus. Waktu yang ditawarkan dalam kontrak kerjasama adalah biasanya antara 1 sampai 10 tahun.

4.2. Pemasaran 4.2.1. Harga

Usaha waralaba pada dasarnya merupakan konsep pemasaran untuk menjual produk atau jasa dengan menggunakan merek atau nama dagang atau simbol komersial yang dimiliki oleh franchisor. Untuk menggunakan nama dagang beserta fasilitasnya, franchisee membayar franchise fee kepada franchisor. Harga franchise fee tersebut berhubungan dengan nilai nama dagang, barang-barang atau pelayanan, pelatihan dan royalti. Royalti

(48)

Usaha Franchise

fee berkisar antara 2%-15% dari total omset. Alokasi royalty fee biasanya digunakan oleh franchisor untuk promosi dan pemasaran.

Franchise fee dan Royalti fee menjadi pertimbangan penting bagi usaha waralaba. Penentuan franchise fee biasanya dikaitkan dengan fasilitas dan pelayanan awal yang diberikan. Sementara royalty fee biasanya berkisar antara 3-5% dari total omset per tahun. Selain itu, hal yang juga diperhatikan adalah harga produk atau jasa yang ditawarkan.

Secara umum harga yang dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor meliputi franchise fee dan royalty fee. Selain itu, biasanya yang dibebankan kepada franchisee selain franchise fee meliputi tanah dan bangunan, perizinan, survei awal. Sementara, yang diberikan franchisor meliputi seluruh fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan usaha.

Tabel di bawah ini merupakan contoh harga untuk paket waralaba yang terdiri atas paket foodcourt, paket miniresto dan paket resto yang ditawarkan oleh franchisor bakso:

Bagi franchisee dalam menjual produknya diberikan kebebasan dalam menentukan harga. Hal tersebut dalam rangka menyesuaikan daya beli masyarakat sekitar gerai. Harga rata-rata produk ini berkisar antara Rp8.000,- hingga Rp10.000,- per porsi.

Keterangan Tipe Foodcourt Tipe Miniresto Tipe Resto

Franchise Fee Rp 50 Juta Rp 80 Juta Rp 100 Juta

Royalti Fee 3,5 % dari omset 3,5 % dari omset 3,5 % dari omset

Masa Kontrak 5 tahun 5 tahun 5 tahun

(49)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

32

4.2.2. Analisa Persaingan

Perkembangan waralaba pada akhir-akhir ini begitu pesat. Artinya usaha waralaba semakin kompetitif terutama produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam hal ini, persaingan akan terjadi pada tingkat gerai atau outlet yang menjadi garda terdepan. Kualitas produk atau jasa tidaklah cukup. Inovasi dan kreatifitas serta promosi sangat penting dalam rangka memenangkan persaingan.

Waralaba makanan biasanya menggunakan sistem format bisnis. Artinya seluruh model pelayanan maupun bahan baku diperoleh dari franchisor. Hal ini merupakan standar dari bisnis waralaba. Namun yang menjadikan suatu produk dari konsep waralaba memiliki pangsa pasar adalah dengan adanya inovasi dan kreatifitas, selain kekhasan rasa dan pelayanan. Dalam konteks ini, waralaba makanan merupakan usaha yang sangat peka terhadap isu-isu halal dan higienis. Hal ini tentu sudah menjadi perhatian bagi waralaba makanan termasuk bakso.

Selain inovasi dalam produk dan layanan, inovasi paket waralaba pun terus diciptakan. Seperti contoh waralaba yang dikembangkan oleh sebuah franchisor bakso selain menyusun menu-menu khas juga inovasi paket layanan waralaba, dalam menanggapi isu halal, penggunaan formalin, keberadaan sertifikat halal dan pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan menjadi penting. Lebih-lebih produk tersebut didaftar pada Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang artinya produk tersebut layak konsumsi untuk Indonesia dan juga menjadi hak intelektual. Akibatnya, pasar dapat berkembang dengan pesat.

Selain itu, promosi dalam waralaba merupakan yang terpenting nomor 2 setelah penentuan lokasi. Seluruh media cetak maupun elektronikpun digunakan sebagai ajang promosi. Gethok tular (pemasaran dari mulut ke mulut) sebagai pemasaran memiliki efek yang jitu dalam meningkatkan penjualan. Dalam hubungannnya dengan franchisee, franchisor harus tegas.

(50)

Usaha Franchise

Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan usaha dan terjadinya konflik.

Tampaknya ceruk pasar waralaba masih terbuka lebar. Bukan hanya untuk produk makanan, melainkan untuk semua produk yang memiliki nama baik dan memiliki keunikan yang tidak bisa dipalsukan.

4.2.3. Jalur Pemasaran

Franchisor akan melakukan program pemasaran baik dengan cara melakukan branding dan promosi melalui media cetak, elektronika maupun internet. Selain itu, juga aktif mengikuti pameran dan presentasi. Dalam melakukan pemilihan terhadap franchisee, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Karakter pribadi calon franchisee 2. Visi dan misi usaha calon franchisee 3. Track record usaha calon franchisee

4. Komitmen franchisee dalam mengelola usaha waralabanya 5. Rencana bisnis calon franchisee yang mencakup antara lain: a. Kemampuan financial calon franchisee

b. Lokasi yang ditawarkan oleh calon franchisee

Tahap-tahap umum yang biasanya dilakukan oleh para franchisor dalam menyeleksi para calon franchisee adalah:

1. Pengajuan permohonan untuk menjadi franchisee 2. Pemenuhan syarat-syarat yang diajukan oleh franchisor 3. Seleksi persyaratan awal

4. Interview/tatap muka dengan franchisor 5. Penandatanganan perjanjian waralaba 6. Orientasi dan Pelatihan

(51)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

34

Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, Terdapat 3 (tiga) tahapan yang dilalui dalam pemilihan waralaba antara lain:

1. Tahap I

a. Informasi awal

b. Pencarian dan pemilihan alternatif tempat c. Penetapan tempat dan realisasi

2. Tahap II

a. Pembayaran down payment (DP) yang telah disepakati dan ditetapkan b. Penyiapan peralatan oleh franchisor

c. Renovasi dan make up gerai dengan warna dan tata letak standar. d. Rekruitmen karyawan

e. Training karyawan

f. Serah terima dan pelunasan franchise fee.

3. Tahap III

a. Doa bersama b. Grand opening

Tahap-tahap tersebut secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Tahap Perjanjian Franchise

Survei Lokasi Informasional

21-30 Hari

Kontrak Waralaba

Pelatihan Karyawan Pembayaran franchise fee Tahap I 75%

Serah terima barang Pembayaran franchise fee Tahap II 25%

(52)

Usaha Franchise

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar, lokasi produksi dapat berada di beberapa daerah. Model transportasi yang digunakan dalam pengiriman barang meliputi pesawat, kapal laut maupun dengan bus. Di bawah ini terdapat contoh pola pengiriman barang dari suatu franchisor kepada franchisee sebagai berikut:

4.2.4. Kendala Pemasaran

Persoalan usaha waralaba tidak hanya pada kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, melainkan bagaimana sebuah waralaba dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar, informasi mengenai karakteristik masyarakat, daya beli dan tingkat

Gambar 4.2. Jalur Pemasaran/Pengiriman Produk

Bekasi

Sumatera Kalimantan Barat

Banten & Jabar Jabodetabek

Sidoarjo

Surabaya, Gresik, Ponorogo Jawa Tengah Surabaya

Kalteng & Kaltim Bali, NTT, NTB Sulawesi, Maluku, Papua

(53)

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

36

persaingan biasanya sudah dipelajari sebelumnya sehingga diperoleh langkah dan metode yang tepat dalam melakukan promosi di lokasi atau wilayah bersangkutan.

Meskipun begitu sejumlah kendala yang akan dihadapi usaha waralaba biasanya terkait dengan ketaatan franchisee dalam melakukan promosi yang ditetapkan franchisor. Selain itu juga, jiwa kewirausahaan franchisee. Hal ini terkait anggapan ketika sudah menjadi franchisee segala sesuatu telah dilakukan oleh franchisor.

(54)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Usaha

Usaha waralaba dalam jangka waktu lima tahun mengalami perkembangan yang pesat. Faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha waralaba adalah kemudahan dalam melakukan usaha. Pemilik usaha atau franchisor dapat mempercepat pertumbuhan outletnya dengan tidak perlu menunggu terkumpulnya modal karena franchisee (pembeli hak franchise)/investor yang akan memberikan modal. Dengan pola tersebut maka jaringan dapat dengan cepat meluas. Sementara bagi franchisee tidak memerlukan pengalaman usaha dan ketrampilan khusus karena sebagian permasalahan usaha diselesaikan oleh franchisor.

Usaha waralaba dapat diterapkan pada sejumlah produk dan jasa. Usaha waralaba yang dipilih pada penelitian ini adalah usaha waralaba makanan karena usaha waralaba makanan menguasai 62% usaha waralaba di Indonesia. Selain itu, biasanya waralaba ini menggunakan format bisnis dimana franchisor memberikan sistem operasi perusahaan dan mewajibkan franchise mengambil bahan baku dari franchisor. Hal tersebut selain untuk menjaga kualitas rasa, juga untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku. Usaha waralaba dalam kajian ini yang dipilih adalah waralaba makanan, adapun waralaba yang dijadikan contoh adalah waralaba bakso.

Pembiayaan usaha waralaba ini bersumber dari modal sendiri, perbankan, kemitraan dan lembaga keuangan non bank. Sejumlah perbankan telah mengeluarkan skema kredit usaha waralaba. Untuk memberikan gambaran aspek keuangan usaha waralaba, analisa keuangan ini dapat dijadikan benchmark terhadap usaha waralaba lainnya. Skema yang digunakan dalam analisis ini adalah

(55)

ASPEK KEUANGAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

38

skema kredit waralaba dengan tingkat bunga 16%, jangka waktu 3 tahun. Analisis dilakukan pada franchisor maupun franchisee.

Analisis yang dihasilkan meliputi analisa kelayakan usaha dan sensitivitas usaha baik sensitifitas biaya maupun sensitifitas pendapatan. Sejumlah asumsi dan parameter teknis usaha waralaba makanan dirancang untuk memperoleh gambaran usaha waralaba yang komprehensif dan mewakili usaha waralaba pada umumnya. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai franchisor terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan analisis terhadap franchisee.

5.2 Asumsi

Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi penerimaan dan pengeluaran selama periode proyek untuk mengetahui gambaran finansial mengenai pendapatan dan biaya, kemampuan keuangan untuk melunasi kredit dan kelayakan proyek. Dalam aspek keuangan ini digunakan beberapa asumsi dan parameter yang didasarkan pada pengamatan dan penelitian di lapangan serta masukan-masukan dari instansi terkait, serta referensi yang mendukung untuk menentukan besarnya parameter yang akan digunakan. Tabel 5.1 dibawah ini menyajikan asumsi dan parameter yang digunakan oleh franchisor untuk melakukan analisis keuangan usaha waralaba.

Tabel 5.1 Asumsi Perhitungan Franchisor

No Asumsi dan Parameter Satuan Nilai Keterangan

1 Periode Proyek Tahun 3

2 Tanah dan Bangunan Rupiah 30.000.000 Sewa per tahun 3 Hari Produksi Per Bulan Hari 30

4 Royalty Fee Persen 3,5 Dihitung dari total omset

(56)

Usaha Franchise

Tabel 5.1 Asumsi Perhitungan Franchisee

No Asumsi Satuan Nilai Keterangan

I Asumsi Keuangan

1 Periode Proyek Tahun 3

2 Sewa Tempat Usaha Rupiah 30.000.000 Sewa tempat per tahun

3 Franchise Fee Rupiah 80.000.000 Hanya satu kali

4 Royalti Fee Persen 3,5 dibayarkan per tahun

5 Peralatan Rupiah 80.000.000 Peralatan diperoleh dari franchisor yang merupakan paket dari franchisee fee

6 Tenaga Kerja Orang 3

5 Franchise Fee Rupiah 80.000.000 Dibayarkan sekali selama

kontrak

6 Jumlah Gerai buah 10

7 Omset per gerai Rupiah 542.700.000

8 Tenaga Kerja Orang 9

9 Kebutuhan Bahan Baku Per hari

Jenis 5 Terdiri atas 5 tepung sagu, 3 kg daging sapi, 1,5 kg daging ayam, 1,5 kg bumbu rempah, 1,6 kg kacang tanah

10 Bahan Pembantu Per hari Jenis 3 Terdiri atas 1,6 kg garam, 1,6 kg gula dan 6 bungkus penyedap rasa

11 Kapasitas Produksi Per

Hari bungkus 120 Untuk kebutuhan 10 gerai

12 Harga Per Bungkus Rupiah 47.500

Sementara, sejumlah asumsi dan parameter yang digunakan franchisee untuk melakukan analisa keuangan dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 5.2

(57)

ASPEK KEUANGAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

40

7 Suku Bunga Persen 16%

8 Komposisi Permodalan Persen 40:60 Modal investasi dengan komposisi 60% modal sendiri dan 40% dari bank II Asumsi Produksi

1 Bahan Baku Paket 2 Untuk 130 porsi perhari.

Terdiri atas bahan baku makanan dan bahan baku minuman

2 Produk Porsi 130 Untuk 130 porsi perhari.

Terdiri atas makanan dan minuman

3 Kapasitas

Produksi/Pen-jualan Per hari Porsi 130

4 Harga Jual Produk Rupiah/

porsi 12.500

5.3 Komponen dan Strukur Biaya Investasi dan Biaya Operasional 5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) untuk melakukan usaha waralaba. Biaya investasi franchisor meliputi perizinan, sewa tanah dan bangunan, survei, mesin, franchise fee dan peralatan.

Jumlah investasi yang dibutuhkan pada tahun 0 usaha ini sejumlah Rp50.490.000,-. Selama periode proyek komponen biaya yang membutuhkan biaya reinvestasi adalah sewa tanah dan bangunan serta peralatan lain seperti blender, peralatan masak. Tabel dibawah ini merupakan komponen biaya investasi

Gambar

Tabel 2.1  Perbedaan Waralaba dan Bussines Opportunity
Gambar 2.2. Pertumbuhan Waralaba di Indonesia
Gambar 2.3. Profil Waralaba Indonesia 2008
Tabel 3.1  Peralatan dan Fasilitas Franchisor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari deskripsi hasil penelitian yang dilakukan tentang profil kondisi fisik Atlet Dayung Puslatda Jatim diperoleh hasil bahwa profil kondisi fisik Atlet Dayung

Ketika datang untuk memilih strategi resiko untuk menghindari komunikasi terhadap strategi pengambilan resiko, ini dapat ditentukan oleh sifat interaksi pembicara

Dari kriteria tersebut diatas, perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian formula biofertilizer pada umumnya menunjukkan jumlah anakan produktif tergolong sedang, hanya

Penyakit yang menyertai pada kejang demam yaitu tonsilo faringitis akut, diare tanpa tanda dehidrasi, ISPA, infeksi saluran kemih, demam dengue.. Penyakit tonsilo

Seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya bahwa, pemenuhan sarana prasarana pendidikan di sekolah SMA negeri Kabupaten Purworejo dilaksanakan dengan model

Untuk menginput pembayaran SPP cukup memilih kelas lalu klik Button Cari untuk memilih NIS Dan Nama Siswa maka otomatis akan muncul form untuk memilih data

2) Koefisien regresi X1 ( customer relationship marketing ) sebesar 0,308 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 pada variabel customer relationship marketing akan

Wajib retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran