• Tidak ada hasil yang ditemukan

258564920 Buku Zonasi TN Karimunjawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "258564920 Buku Zonasi TN Karimunjawa"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Jl. Menteri Supeno 1 No. 2 Semarang - 50241 Telp/Fax. (024) 8319709 Email : btnkj@dephut.cbn.net.id

www.tn-karimunjawa.com

PENATAAN ZONASI

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KABUPATEN JEPARA

PROVINSI JAWA TENGAH

Kerjasama antara:

(2)
(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya Penyusunan Buku Penataan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa dapat diselesaikan.

Penataan zonasi merupakan hasil revisi zonasi yang telah ditetapkan pada tahun 1990, bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dalam pemanfaatan sumberdaya alam, mengatasi konflik pemanfaatan kawasan, memberikan pertimbangan atau masukan dalam menetapkan kebijakan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa.

Saat ini Balai Taman Nasional Karimunjawa dihadapkan pada berbagai tantangan yang menyangkut lingkungan, kelembagaan dan masyarakat. Sebagai pengelola kawasan yang bertanggungjawab, Balai Taman Nasional harus tanggap terhadap perubahan yang terjadi seperti degradasi lingkungan, hasil tangkapan nelayan yang menurun dari tahun ke tahun baik jumlah maupun ukurannya serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian sumber daya alam.

Perubahan dinamika masyarakat dan kondisi sumberdaya alam saat ini telah mengakibatkan zonasi yang ada di Taman Nasional Karimunjawa menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses penataan zonasi secara partisipatif dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tahun 2004 telah dilakukan penataan ulang zonasi Taman Nasional Karimunjawa melalui proses konsultasi publik dalam rangka penyamaan presepsi berbagai pihak.

Dengan selesainya penataan zonasi Taman Nasional Karimunjawa perkenankan kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Bupati Jepara, selaku Kepala Pemerintahan Daerah Kabupaten Jepara 2. Para Kepala Instansi terkait baik tingkat Provinsi Jawa Tengah dan

Kabupatan Jepara

3. LSM Wildlife Conservation Society (WCS) dan Yayasan Taka 4. Para akademisi dan pelaku usaha di Karimunjawa

5. Camat Karimunjawa beserta jajaran Muspika Karimunjawa 6. Para Kepala Seksi Lingkup Balai Taman Nasional Karimunjawa 7. Masyarakat Karimunjawa

8. Semua pihak yang telah membantu proses penyempurnaan zonasi di Taman Nasional Karimunjawa

Dengan telah selesainya penataan zonasi Taman Nasional Karimunjawa, maka dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Nasional untuk jangka zaktu 25 tahun. Besar harapan kami agar dokumen zonasi ini dapat dijadikan acuan bersama dalam penetapan kebijakan pembangunan di wilayah Karimunjawa. Kritik dan saran atas buku penataan zonasi ini sangat kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan dating

Semarang, Desember 2004

Kepala Balai

Ir. Harianto, MSc

(4)

iii

SUSUNAN TIM PENYUSUN

PENATAAN ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

1. Ketua : Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa 2. Anggota : 1. Wildlife Conservation Society

2. Yayasan TAKA

(5)

iv

DAFTAR ISI

PETA SITUASI i

KATA PENGANTAR ii

SUSUNAN TIM PELAKSANA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 LATANG BELAKANG 1

I.2 TUJUAN DAN MANFAAT 2

I.3 DASAR HUKUM 2

BAB II KEADAAN UMUM KAWASAN 5

II.1 LETAK DAN LUAS KAWASAN 5

II.2 AKSESIBILITAS 5

II.3 IKLIM 5

II.4 OSEANOGRAFI 5

II.5 TOPOGRAFI 6

II.6 HIDROLOGI 6

II.7 TIPE DASAR PERAIRAN 6

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA KAWASAN 7

III.1 DEMOGRAFI,PENDIDIKAN DAN AGAMA 7

III.2 MATA PENCAHARIAN 7

III.3 FASILITAS UMUM 7

III.4 ADAT ISTIADAT 8

III.5 KESEHATAN 9

III.6 PEMANFAATAN LAHAN 9

III.7 RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH 9 III.7.1 Pengembangan Karimunjawa secara Terpadu Berbasis

Masyarakat 9

III.7.1.1 Visi 9

III.7.1.2 Tujuan Pembangunan Kepulauan Karimunjawa 9

III.7.1.3 Basis Orientasi Pembangunan 9

III.7.1.4 Pengelolaan Wilayah Karimunjawa secara Terpadu 10

III.7.1.5 Lima Arahan Kebijakan 10

III.7.1.6 Pengelolaan Kawasan Kep. Karimunjawa secara Terpadu 11

(6)

v

BAB IV POTENSI SUMBERDAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA 15

IV.1 KEANEKARAGAMAN SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEMNYA 15

IV.1.1 Ekosistem Terumbu Karang 15

IV.1.1.1 Terumbu Karang 15

IV.1.1.2 Invertebrata 16

IV.1.1.3 Ikan Karang 16

IV.1.2 Ekosistem Mangrove 17

IV.1.3 Ekosistem Padang Lamun 17

IV.1.4 Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah 17

IV.1.5 Ekosistem Hutan Pantai 18

IV.1.6 Perikanan Pelagis 18

IV.2 LOKASI-LOKASI PENTING 18

IV.3 POTENSI PARIWISATA BAHARI 18

IV.3.1 Atraksi Alam di Darat 20

IV.3.2 Kegiatan alam di Perairan 20

IV.3.3 Kegiatan Budaya 20

BAB V PERMASALAHAN 22

V.1 DEGRADASI SUMBERDAYA ALAM 22

V.2 KELEMBAGAAN 23

V.3 MASYARAKAT 24

V.4 POLA PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM LAUT 25

V.4.1 Pemanfaatan Perikanan 25

V.4.2 Pemanfaatan Pariwisata 25

BAB VI PEMBAHASAN 27

VI.1 MEMBANGUN FORUM STAKEHOLDERSKARIMUNJAWA 27 VI.2 MENGEMBANGKAN MEKANISME KONSULTASI PUBLIK 28 VI.3 PENGATURAN ULANG PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN 30

VI.4 PENEGAKAN HUKUM 30

VI.5 PROGRAM MONITORING KONDISI EKOSISTEM DAN SUMBERDAYA ALAM 30 BAB VII PROSES PENATAAN ZONASI 32

VII.1 IDENTIFIKASI ISU 32

VII.2 PENGUMPULAN DATA 32

VII.3 PROSES PENYUSUNAN ZONASI 33 BAB VIII ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA 36

VIII.1 KAWASAN KONSERVASI 36

VIII.2 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI KAWASAN KONSEVASI 37

VIII.2.1Kriteria ekologi 37

VIII.2.2Kriteria sosial 38

VIII.2.3Kriteria ekonomi 39

(7)

vi

VIII.4 PENENTUAN VARIABEL-VARIABEL YANG MENJADI DASAR

PENENTUAN LOKASI 39

VIII.4.1Faktor sosial ekonomi: 40

VIII.4.2Faktor ekologi 40

VIII.4.2.1 Terumbu Karang 40

VIII.4.2.2 Invertebrata 41

VIII.4.2.3 Ikan Karang 41

VIII.4.2.4 Penyu 42

VIII.4.2.5 Padang Lamun 42

VIII.4.2.6 Mangrove 42

VIII.4.2.7 Daerah pemijahan kerapu 43

VIII.5 PENENTUAN NILAI PENTING ATAU BOBOT DARI SETIAP VARIABEL 43 VIII.6 PENGELOMPOKKAN LOKASI DAERAH PERLINDUNGAN 43 VIII.7 PENGURUTAN PERINGKAT KELOMPOK LOKASI 46

VIII.7.1Usulan lokasi zona inti 46

VIII.7.2UsulanLokasi Alternatif zona inti 46

VIII.7.3UsulanLokasi pengaturan alat tangkap 46 VIII.8 ZONA-ZONA YANG MELIPUTI KAWASAN LAUT 50

VIII.8.1Zona inti (Core zone) 50

VIII.8.2Zona Rimba / Perlindungan 51

VIII.8.3Zona pemanfaatan 52

VIII.8.3.1 Zona pemanfaatan perikanan 52

VIII.8.3.2 Zona pemanfaatan pariwisata 52

VIII.8.3.3 Zona pemanfaatan budidaya 53

VIII.8.4Zona Rehabilitasi 53

VIII.8.5 Zona penyangga 53

VIII.9 BATAS DAN ZONASI LOKASI 53 VIII.10 LOKASI DAN ALASAN TIAP ZONA 54

BAB IX PENUTUP 62

(8)

vii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 DATA KEPENDUDUKAN KARIMUNJAWA 7

TABEL 2 DATA MATA PENCAHARIAN PENDUDUK KARIMUNJAWA 8

TABEL 3 FASILITAS UMUM YANG TERSEDIA DI KARIMUNJAWA 8

TABEL 4 NILAI PENTING DARI SETIAP VARIABEL 45

TABEL 5 USULAN LOKASI ZONA INTI 47

TABEL 6 USULAN LOKASI ALTERNATIF ZONA INTI 48

TABEL 7 USULAN LOKASI PENGATURAN ALAT TANGKAP 49

TABEL 8 ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (1988) 55

TABEL 9 USULAN LOKASI ZONASI;LOKAKARYA DI TINGKAT DESA 56

TABEL 10 USULAN LOKASI ZONASI;LOKAKARYA DI TINGKAT KAB.JEPARA 57 TABEL 11 ZONASI HASIL PROSES KOMPROMI/KONSULTASI PUBLIK TK.DESA 58 TABEL 12 POSISI GEOGRAFIS LOKASI ZONA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA 61

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG 23

GAMBAR 2 SALAH SATU BENTUK PENGGUNAAN ALAT TANGKAP YANG MERUSAK

EKOSISTEM TERUMBU KARANG 26

GAMBAR 3 LOKASI ZONA INTI YANG DIUSULKAN OLEH MASYARAKAT 29

GAMBAR 4 LOKAKARYA TINGKAT DESA DI BALAI DESA KARIMUNJAWA 34

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 SURAT PERNYATAAN PETINGGI DESA KEMUJAN 63

2 SURAT PERNYATAAN PETINGGI DESA KARIMUNJAWA 64

3 SURAT PERNYATAAN PETINGGI DESA PARANG 65

4 RINGKASAN EKSEKUTIF LOKAKARYA DESA 66

5 RINGKASAN EKSEKUTIF LOKAKARYA KAJIAN ZONASI

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA 68

6 RINGKASAN EKSEKUTIF PEMBAHASAN PUBLIK 72

7 RINGKASAN EKSEKUTIF PEMBAHASAN PUBLIK II 73

8 RINGKASAN EKSEKUTIF PEMBAHASAN TIM TEKNIS ZONASI 76

9 RINGKASAN EKSEKUTIF EKSPOSE KAJIAN ZONASI

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA 78

10 RINGKASAN HASIL LOKAKARYA DESA,KABUPATEN DAN

KONSULTASI PUBLIK 79

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Taman Nasional Karimunjawa adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah yang memiliki ekosistem asli. Taman nasional ini dikelola dengan sistem zonasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Lingkungan di Karimunjawa terbagi atas lima tipe ekosistem yaitu hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Dengan segala potensi yang ada di dalamnya, wilayah tersebut telah dijadikan penyangga kehidupan bagi 8.842 penduduk yang selama ini berinteraksi dengan ekosistem di sekelilingnya. Interaksi penduduk dengan ekosistem ini dinamis, namun juga memiliki nilai kerawanan. Dinamis karena wilayah ini merupakan pertemuan antara ekosistem daratan dan lautan sehingga membentuk hubungan yang sangat kompleks. Rawan karena aktivitas manusia membutuhkan ruang dan sumber daya yang mempengaruhi kualitas lingkungan di sekelilingnya.

Pemanfaatan kawasan perairan cenderung mengikuti azas akses terbuka dimana semua orang berhak memanfaatkan sumberdaya dimanapun dan kapanpun secara maksimal. Kondisi ini akan diperburuk lagi dengan pertambahan jumlah penduduk, tuntutan kualitas kehidupan masyarakat, tujuan komersial, teknologi pemanfaatan sumber daya yang semakin canggih. Pola pemanfaatan ini akan membawa dampak kerusakan sumberdaya alam.

Untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan perlu dilakukan penataan kawasan sesuai dengan kondisi sumberdaya alam, pola pemanfaatan dan sesuai dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Upaya penataan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan tata ruang untuk keseluruhan wilayah. Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil harus dirancang secara rasional dan bertanggungjawab sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan kawasan pesisir bagi pembangunan yang berkelanjutan.

(12)

2 diperlukan keterpaduan lintas sektor, kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka faktor keutuhan peran sumberdaya dalam tatanan lingkungan menjadi penting untuk dilestarikan. Kesamaan arah pandangan pembangunan ini memungkinkan tercapainya keserasian dalam lingkup pekerjaan masing-masing sektor dan antar sektor terkait.

Perencanaan penataan zonasi Taman Nasional Karimunjawa diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dan pihak-pihak lain dalam pembangunan konservasi. Penataan zonasi mencakup penetapan kawasan yang terbagi dalam zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan dan zona lainnya sesuai dengan PP No.68 tahun 1998 tentang pembagian zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Penetapan zona lainnya disesuaikan dengan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan kriteria yang ada.

Secara prinsip kriteria yang harus disepakati dalam pembagian zonasi adalah batasan tanggung jawab masing-masing sektor guna menghindari terjadinya tumpang tindih kepentingan tugas dan wewenang dengan memperhatikan daya dukung sumber daya alam yang ada.

I.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penataan zonasi Taman Nasional Karimunjawa yaitu :

1. Mengevaluasi kesesuaian lahan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.

2. Mengatasi konflik pemanfaatan kawasan sehingga potensi sumberdaya alam dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijakan pengelolaan taman nasional. 3. Memberikan pertimbangan atau masukan dalam pengambilan keputusan sebagai

dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan.

Diharapkan dengan penataan zonasi akan bermanfaat bagi pembangunan konservasi sumberdaya alam serta sebagai acuan teknis dalam pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa.

I.3 Dasar Hukum

Landasan hukum yang mendasari penyusunan zonasi Taman Nasional Karimunjawa adalah :

1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

(13)

3 4. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan.

5. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997, tentang Lingkungan Hidup. 6. Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1985, tentang Perikanan.

7. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan

8. Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1994, tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. 9. Peraturan Pemerintah RI No. 62 Tahun 1998, tentang Penyerahan Sebagian Urusan

Pemerintahan Sektor Kehutanan kepada Daerah.

10. Peraturan Pemerintah Ri No. 68 Tahun 1998, tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawsan Pelestarian Alam.

11. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

12. Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 1999, tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

13. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

14. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

15. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2001, tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002. 16. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2001, tentang Program

Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 – 2005.

17. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 21 Tahun 2003, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah.

18. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 22 Tahun 2003, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Propinsi Jawa Tengah.

19. Keputusan Menteri Kehutanan No. 123/kpts-II/1986 tentang Penetapan Kepulauan Karimunjawa sebagai Cagar Alam Laut.

20. Keputusan Menteri Kehutanan No. 161/Menhut/II/1988 tentang Penetapan Kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut yang mencakup daratan dan lautan seluas 111.625 ha dengan 22 pulau didalamnya.

(14)

4 puluh lima hektar), menjadi Taman Nasional Karimunjawa dengan nama Taman Nasional karimunjawa.

22. Keputusan Menteri Kehutanan No. 74/kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Pelestarian Alam Perairan.

23. Keputusan Menteri Kehutanan No. 6136/kpts-II/2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional karimunjawa.

(15)

BAB II

KEADAAN UMUM KAWASAN

Dalam rangka penyusunan zonasi Taman Nasional Karimunjawa perlu diidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan sehingga diperoleh gambaran kondisi terakhir Taman Nasional Karimunjawa. Gambaran ini diharapkan dapat memberikan dasar bagi penetapan tujuan, sasaran, program kegiatan, sehingga rencana pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang tersusun lebih komprehensif dan realistis.

II.1 Letak dan Luas Kawasan

Kepulauan Karimunjawa terletak di sebelah Timur Laut kota Semarang tepatnya pada posisi 50 40’ - 50 57’ LS dan 1100 4’ – 1100 40’ BT. Kep. Karimunjawa termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, terdiri dari tiga Desa yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan dan Parang.

Luas wilayah daratan dan perairan Taman Nasional Karimunjawa adalah 111.625 hektar, berupa gugusan pulau sebanyak 22 buah. Dari 22 pulau tersebut terdapat empat pulau berpenghuni yaitu P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Nyamuk.

II.2 Aksesibilitas

Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau dengan sarana transportasi udara dan laut. Transportasi udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan, saat ini penerbangan hanya dilakukan oleh PT. Wisata Laut Nusa Permai (Kura-kura resort) untuk melayani wisatawan sesuai dengan paket wisata yang dijual.

Transportasi laut dapat menggunakan kapal yaitu KM.Muria dan KM. Kartini I. KM. Muria berlayar dua kali seminggu dari Pelabuhan Kartini di Jepara dengan waktu tempuh selama enam jam, sedangkan KM. Kartini I berlayar empat kali seminggu dari Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang dan Pelabuhan Kartini di Jepara dengan rata-rata waktu tempuh selama tiga jam.

II.3 Iklim

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Karimunjawa termasuk tipe C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm/tahun. Temperatur udara berkisar antara 30o-31oC.

II.4 Oseanografi

(16)

6 timur yaitu Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafura dan sebaliknya pada musim tenggara. Kecepatan arus permukaan rata-rata berkisar antara 8-25 cm/detik. Kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan perairan, terutama ekosistem terumbu karang (Supriharyono, 2003)

II.5 Topografi

Topografi kawasan Taman Nasional Karimunjawa berupa dataran rendah yang bergelombang, dengan ketinggian antara 0 – 506 m dari permukaan laut (dpl). Terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Gajah dan Bukit Bendera yang merupakan puncak tertinggi dengan ketingian + 506 m dpl.

II.6 Hidrologi

Di kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai besar, namun terdapat lima mata air besar, yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan, yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar.

II.7 Tipe Dasar Perairan

(17)

BAB III

KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA KAWASAN

III.1 Demografi, Pendidikan dan Agama

Berdasarkan Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2002, kawasan Taman Nasional Karimunjawa dihuni penduduk sebanyak 8.842 jiwa. Tingkat pendidikan di Kepulauan Karimunjawa lebih banyak tamat, tidak tamat dan belum sekolah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan karena penduduk usia sekolah banyak bekerja membantu orang tua, rendahnya kesadaran dan keterbatasan biaya. Mayoritas penduduk Karimunjawa beragama Islam, tetapi ada juga yang memeluk agama Kristen dan Katholik. Data kependudukan selengkapnya beserta tingkat pendidikan dan agama tersaji dalam tabel 1.

Table 1. Data kependudukan selengkapnya beserta tingkat pendidikan dan agama

Pendidikan Agama No. Desa/Pulau

Luas Daratan (Ha)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

per-Ha SD*) SLTP SLTA PT Islam Kristen 1 Karimunjawa 443,750 4.137 0.01 3865 156 92 24 4107 30 2 Kemujan 150,150 2.698 0.02 2128 115 57 11 2687 11 3 Parang 690,000 2.007 2.91 1974 25 7 1 2007 0

Jumlah 594,590 8.842 - 7,967 296 156 36 8,801 41 *) Sudah tamat, tidak tamat, dan belum sekolah

Sumber Data : Monografi Desa Kecamatan Karimunjawa, 2002 III.2 Mata Pencaharian

Presentase mata pencaharian masyarakat karimunjawa didominasi oleh buruh tani/nelayan yaitu sebesar 61%. Hal ini mengindikasikan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan. Profesi sebagai petani menempati urutan kedua yakni sebesar 19%, profesi buruh industri, PNS dan ABRI sebesar 5%, profesi pedagang dan konstruksi sebesar 3%, dan sisanya menggeluti profesi dibidang angkutan, jasa, penggalian dan pensiunan. Data mata pencaharian penduduk berdasarkan Monografi Kecamatan Karimunjawa tahun 2002 tersaji dalam tabel 2.

III.3 Fasilitas Umum

(18)

8 Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Karimunjawa

Jumlah Penduduk (Jiwa) No. Mata Pencaharian

Karimunjawa Kemujan Parang Total

1.

Sumber Data : Monografi Desa Kecamatan Karimunjawa, 2002.

Tabel 3. Fasilitas umum yang tersedia di Kecamatan Karimunjawa No. Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan 1.

Swasta & Dinas Pariwisata Milik Masyarakat

TELKOM

PDAM Swakarsa

PLTD Kalisda dan Telkom KMP. Muria dan KMP Kartini I Mobil dan Motor

Kura-kura resort Pemerintah, Swasta Pemerintah

Puskesmas

Koramil, Polsek, Pol Air, TN. Karimunjawa dan AL. Mesjid, mushola dan gereja SD, SLTP, SMU, SMK Di desa Karimunjawa

Lapangan sepak bola dan bola voli

III.4 Adat Istiadat

Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton dan Mandar. Mayoritas penduduk Karimunjawa berasal dari Jawa, namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain.

(19)

9 III.5 Kesehatan

Di kepualuan Karimunjawa terdapat lima pulau berpenghuni yang terpisah oleh lautan dan sulitnya transportasi menyebabkan pelayanan kesehatan sulit untuk dijangkau. Rendahnya kesadaran masyarakat juga mendorong rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas keliling dan bidan terdapat dimasing-masing desa.

III.6 Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan di Taman Nasional Karimunjawa sangat beragam tergantung pada karakteristik lahan. Karakteristik pemanfaatan lahan darat berupa hutan rakyat, kebun, sawah, tambak dan pemukiman. Pemanfaatan laut berupa kegiatan perikanan dan pariwisata. Jenis pemanfaatan ini telah berlansung sejak lama, sehingga membentuk pola-pola pemanfaatan yang khas dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Permasalahan pemanfaatan laut lebih kompleks dibandingkan wilayah daratan dimana konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan, lebih sering terjadi.

III.7 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Daerah

III.7.1 Pengembangan Karimunjawa secara Terpadu Berbasis Masyarakat

III.7.1.1 Visi

Memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dengan melestarikan fungsi ekosistem menuju terwujudnya hubungan yang seimbang, seriasi, selaras antara manusia dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah kepulauan karimunjawa.

III.7.1.2 Tujuan Pembangunan Kepulauan Karimunjawa

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha.

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan. 3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian

lingkungan.

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan.

III.7.1.3 Basis Orientasi Pembangunan

(20)

10 2. Pembangunan pariwisata berkelanjutan.

3. Pembangunan konservasi ekologis bertujuan untuk melindungi dan memperbaiki ekosistem wilayah Kep. Karimunjawa.

4. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengembangkan sistem pemanfaatan sumber daya Kep. Karimunjawa secara optimal, efisien dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5. Pembenahan administrasi kelembagaan bertujuan untuk meminimalisasi adanya konflik pemanfaatan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya wilayah Kep. Karimunjawa, sehingga dapat dicapai suatu keterpaduan dan keberlanjutan program. III.7.1.4 Pengelolaan Wilayah Karimunjawa secara Terpadu

1. Terpadu, karena:

a. Keberadaan sumber daya pesisir dan lautan yang besar dan beragam b. Peningkatan pembangunan dan jumlah penduduk

c. Tuntutan keseimbangan kepentingan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan.

2. Pertimbangan aspek sosial, ekonomi dan budaya

Dilakukan secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.

3. Keterpaduan, mencakup: a. Keterpaduan ekologis b. Keterpaduan sektor c. Keterpaduan disiplin ilmu d. Keterpaduan stakeholder

4. Pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan kep. Karimunjawa menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud satu rencana dan satu pengelolaan serta tercapainya pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

III.7.1.5 Lima Arahan Kebijakan

1. Kebijakan pemberdayaan masyarakat (memperkuat peran penduduk asli, dan pembangunan ekonomi masyarakat)

2. Kebijakan konservasi lingkungan biofisik 3. Kebijakan sistem pemanfaatan zona

(21)

11 5. Kebijakan pengembangan kelembagaan dan pembiayaan

III.7.1.6 Pengelolaan Kawasan Kep. Karimunjawa secara Terpadu

Pengelolaan kawasan Kep. Karimunjawa secara terpadu merupakan pengelolaan Karimunjawa yang efektif dan efisien.

1. PWPT Karimunjawa merupakan suatu proses yang berkesinambungan, alternatif, adaptif, partisipatif dan merupakan suatu mekanisme pembangunan konsensus. 2. PWPT diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang berkaitan

dnegan pengelolaan sumber daya pesisir, seperti:

a. Apakah pemanfaatan sumber daya pesisir saat ini dapat dipertahankan tanpa mengurangi kemampuan sumber daya tersebut untuk memulihkan diri

b. Bagaimana kebutuhan dasar tetap terpenuhi c. Nilai-nilai apa yang akan diambil

d. Bagaimana alokasi sumber daya dan ruang pesisir

e. Bagaimana dengan konflik-konflik yang ada dan akan terjadi

3. Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumber daya wilayah pesisir secara terpadu dan bekelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (rencana strategis), mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proposionalitas) antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektor, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan (stakeholder).

4. Dalam rangka menciptakan pengelolaan wilayah Kep. Karimunjawa yang berkelanjutan, terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan, yaitu: a. Inventarisasi dan sistem informasi sumber daya alam Kep. Karimunjawa b. Penyusunan profil sumber daya Kep. Karimunjawa (ATLAS)

c. Penyusunan rencana strategis pengelolaan sumber daya Kep. Karimunjawa d. Penyusunan zonasi dan tata ruang Kep. Karimunjawa

e. Penyusunan rencana pengelolaan spesifik kegiatan atau kawasan

f. Rencana kegiatan (master plan dan action plan) sebagai penjabaran dari rencana strategis yang sudah ada.

5. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat pengulangan, sehingga diharapkan dapat terwujud satu rencana dan satu pengelolaan serta tercapainya pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

6. Kelembagaan pengelolaan kawasan Kep. Karimunjawa terpadu (PKKKT), dalam pelaksanaan dan kapasitas kelembagaan harus dikuatkan, yang mencakup:

(22)

12 b. Kapasitas pendanaan

c. Kapasitas teknis

d. Kapasitas sumber daya manusia

e. Sehingga pelaksanaan, pemantauan PKKKT, resolusi konflik serta penataan hokum dapat berjalan.

7. langkah operasional penataan PWPT

a. Menetapkan dan mendefinisikan fungsi, kewenangan dari berbagai instansi terkait secara proporsional

b. Memadukan fungsi dan kewenangan dari berbagai instansi secara proporsional dalam sebuah model kelembagaan yang terpadu

c. Menyusun fungsi dan kewenangan model kelembagaan yang terpadu

d. Mendesain Kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah model kelembagaan yang terpadu yang representatif bagi instansi terkait

e. Menyusun rangkaian program dan kegiatan secara komprehensif

f. Memadukan kapasitas pendanaan untuk mengelola kawasan kep. Karmunjawa III.7.2 Pengembangan Pariwisata

Pembangunan Kep. Karimunjawa harus mampu mengakomodir dua hal penting, yaitu kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Oleh karenanya pembangunan Karimunjawa harus memiliki manfaat terbesar untuk masyarakat. Orientasi pengembangan harus memiliki keseimbangan kepentingan antara ekonomi dan konservasi dan seluruh rangkaian proses dari pengembangan sampai dengan pembangunan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait.

Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2003 tentang Rencana Strategis Jawa Tengah 2003-2008 yang dijadikan acuan untuk kebijakan strategis dalam pengembangan Karimunjawa adalah kebijakan pengembangan di sekitar pariwisata diarahkan dengan pendekatan kawasan melalui keterpaduan antar wilayah dan sektor yang berdaya saing. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dalam struktur ekonomi regional dengan titik berat pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Pariwisata dikembangkan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

1. Pariwisata sebagai industri, dengan memberlakukan seluruh kegiatan pariwisata sebagai sutu proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan pengembangan berkelanjutan.

(23)

13 sebesar-besarnya memberikan manfaat pada dunia usaha pariwisata, masyarakat dan lingkungan hidup.

3. Pariwisata sebagai pengembangan wilayah, dengan melihat pariwisata sebagai sebuah komoditas yang mampu difungsikan sebagai penggerak utama kegiatan perekonomian wilayah dalam arti luas.

4. Keterpaduan sistem permintaan dan penawaran, dengan pendekatan pada aspek titik temu antara permintaan dan penawaran.

5. pemberdayaan masyarakat lokal, pendekatan pengembangan berdasarkan pada kesesuaian aspirasi, komitmen masyarakat setempat untuk mencapai keberlanjutan pembangunan pariwisata.

6. Pariwisata tanpa batas, hal mendasar dari pendekatan ini adalah karakteristik pariwisata tidak mengenal batas ruang dan waktu.

7. Sinergis dan komplementasi, hal mendasar dari pendekatan ini bahwa kelemahan yang masih seringkali dijumpai dalam pengembangan pariwisata adalah pengembangan secara parsial dan belum ada keterpaduan konsep pengembangan antar daerah dan sektor.

Dalam konteks ini Kep. Karimunjawa sebagai kawasan wisata, orientasi pengembangannya harus memiliki program kegiatan dengan muatan yang seimbang antara kepentingan pariwisata dan konservasi untuk kesejahteraan masyarakat sebagai kawasan pariwisata. Karimunjawa haruslah dapat dikembangkan menjadi salah satu wilayah pertumbuhan dan menjadi produk kolektif regional, sehingga kawasan dapat dikembangkan menjadi:

1. Wilayah sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan potensi yang dimiliki

2. Secara sengaja menciptakan integrasi fungsional berbagai pusat pertumbuhan dengan pertimbangan adanya fungsi-fungsi yang komplementer

3. Pendekatan desentralisasi dengan mengembangkan prinsip pengelolaan wilayah Dalam aspek konservasi ada tiga kebijakan yang terkait dengan pengembangan yaitu:

1. Pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya 2. Mewujudkan pengelolaan taman nasional yang relevan dengan aspek ekologis,

ekonomi dan sosial masyarakat

3. Meningkatkan kerjasama pendidikan konservasi lingkungan melalui pariwisata alam Dari segi program strategis, terdapat lima program berkaitan dengan pembangunan, yaitu:

(24)

14 fungsi kawasan

2. Pengaturan terpadu pemanfaatan sumber daya kawasan 3. Pengembangan pendidikan dan wisata alam

4. Penyebaran informasi dan promosi upaya konservasi 5. Peningkatan kerjasama dan alternatif usaha ekonomi

6. Peningkatan sumber daya dan pembangunan sarana prasarana Kemudian dari segi pengelolaan terpadu:

1. Penyusunan rencana pengembangan terpadu (pariwisata, perikanan dan kelautan, pertanian, zonasi, pemberdayaan masyarakat/pengembangan usaha ekonomi, rehabilitasi ekosistem, pengelolaan jenis, pelestarian jenis, pendidikan, penyuluhan dan lainnya)

2. Penetapan pengaturan pemanfaatan sumber daya alam kawasan.

Dari segi kebijakan pengembangan, dalam kawasan Karimunjawa tercipta keselarasan antara kepentingan ekonomi dengan konservasi untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hal penting dalam pengembangan Karimunjawa sebagai kawasan wisata berbasis konservasi dan masyarakat, adalah pengaturan zonasi/tata ruang kawasan dan penetapan jenis-jenis kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap konservasi dan masyarakat.

Terdapat tiga permasalahan utama dalam mengupayakan konservasi dalam bentuk taman laut (salah satu bentuk atraksi wisata) yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yaitu aspek manusia, aspek lingkungan dan usaha yang harus dikelola. Ketiga aspek tersebut harus secara tepadu dikembangkan dalam satu wilayah pertumbuhan dengan pendekatan pengembangan kawasan.

Tiga program pariwisata adalah:

1. Bina manusia, yang dapat mendorong kesadaran terhadap pengembangan pariwisata melalui pemahaman sadar wisata, sehingga memperbesar peluang untuk meraih manfaat dari kehadiran pariwisata. Hal ini dicapai melalui peningkatan sumber daya manusia serta pengembangan potensi berbasis masyarakat dan lingkungan hidup. 2. Bina lingkungan untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan guna mendukung

peningkatan kualitas hidup dan mendorong pelestarian lingkungan

(25)

BAB IV

POTENSI SUMBERDAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

IV.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya

IV.1.1 Ekosistem Terumbu Karang

IV.1.1.1 Terumbu Karang

Gugusan terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan terumbu karang tepi. Hasil survei yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) sepanjang tahun 2003 dan 2004 menemukan 63 genera dari 15 famili karang keras berkapur (scleractinian) dan tiga genera non-scleractinian yaitu Millepora dari kelas Hydrozoa, Heliopora dan Tubipora dari kelas Anthozoa.

Penutupan karang keras berkisar antara 6,7% hingga 68,9% dan indeks keragaman berkisar antara 0,43 hingga 0,91. Kondisi terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa secara umum mempunyai rata-rata penutupan sekitar 40%. Faktor utama rendahnya persen penutupan karang adalah bencana alam. Hal ini dapat dilihat dari gundukan pecahan karang mati yang cukup luas (coral rubble) di beberapa lokasi seperti di P. Burung, P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil, Karang Kapal, P. Bengkoang dan P. Menyawakan. Selain karang keras, di sebagian besar lokasi juga didominasi oleh berbagai jenis alga. Jenis alga dikelompokkan dalam empat kategori yaitu fleshy algae (seperti Caulerpa, Dictyota, Padina Sargassum, Turbinaria, Ulva, dan sebagainya), encrusting red (alga merah yang mengerak pada substrat), coralline algae (misalnya Jania dan Amphiroa) dan calcareous algae (alga berkapur Halimeda spp.). Penutupan seluruh alga pada rataan terumbu berkisar antara 26,8% di Gosong Tengah hingga 86,2% di P. Seruni dan pada lereng terumbu 24,4% P. Kecil hingga 92,9% di bagian barat P. Menyawakan.

(26)

16 0,667 dan keragaman tertinggi sebesar 0,927 di bagian barat Gosong Selikur. Perbedaan keragaman antar wilayah desa juga tidak terlalu menunjukan perbedaan yang signifikan.

Dari perbedaan keragaman dapat diambil kesimpulan sementara bahwa pada rataan terumbu di beberapa lokasi pengamatan (P. Cendikian, P. Genting, Gosong Tengah, P. Kecil, P. Merican, Gosong Selikur dan P. Parang) memiliki keragaman yang rendah. Hal ini menunjukkan adanya dominansi pada genera karang tertentu, sehingga cenderung seragam, walaupun persentase penutupan karangnya memiliki nilai tinggi. Selain itu, pada umumnya rataan karang di bagian barat cenderung tinggi tingkat kerusakannya akibat gelombang musim barat yang keras dan ekploitasi yang tinggi oleh masyarakat, sehingga hanya jenis karang tertentu saja yang dapat bertahan (misalnya jenis Porites yang masif).

IV.1.1.2 Invertebrata

Invertebrata merupakan kelompok organisme yang berasosiasi dengan terumbu karang dimana keberadaan serta fungsi ekologisnya memiliki peran yang sangat penting. Invertebrata yang mempunyai nilai kepadatan cukup tinggi di Karimunjawa adalah kima dan bulu babi, masing-masing dengan rata-rata kelimpahan 23 dan 66 ind/100m2.

Daerah dengan kepadatan kima tertinggi adalah P. Seruni sebesar 248 ind/100m2. Empat jenis kima ditemukan selama survei yaitu Kima Pasir (Hippopus hippopus), Kima Lubang (Tridacna crocea), Kima Besar (Tridacna maxima) dan Kima Sisik (Tridacna squamosa).

Kepadatan teripang di Kepulauan Karimunjawa sangat rendah dengan rata-rata hanya 0,1 ind/100m2 atau 10 ind/Ha. Kondisi ini diduga akibat tingginya aktifitas

pengambilan teripang. Berdasarkan informasi dari aspek sosial-ekonomi masyarakat, pengambilan teripang tidak hanya dilakukan di perairan dangkal (gleaning) tetapi juga di perairan dalam dengan menggunakan alat bantu kompresor.

IV.1.1.3 Ikan Karang

Ikan karang yang ditemui di perairan Karimunjawa merupakan jenis-jenis yang biasa hidup pada perairan yang cenderung tenang, dengan arus yang tidak terlalu kencang. Kondisi terumbu karang yang memiliki rataan yang luas dengan dasar perairan yang landai namun dangkal juga menyebabkan jenis-jenis ikan yang ditemui di Karimunjawa cenderung seragam.

Pada perairan dangkal Karimunjawa ditemukan 43 famili ikan karang, terutama ikan-ikan yang berasosiasi erat dengan terumbu karang. Dalam satu kali penyelaman selama 60 menit, dapat ditemukan 69 sampai 141 spesies ikan karang.

(27)

17 komponen ikan karang terbesar lainya adalah Labridae 52 spesies, Chaetodontidae 25 spesies, Scaridae 27 spesies, Serranidae 24 spesies. Secara total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan selama survei di seluruh perairan Karimunjawa adalah 353 species, yaitu di sebelah timur P. Sintok.

Total kehadiran spesies ikan pada suatu daerah tertentu sangat tergantung pada ketersediaan makanan, perlindungan dan keragaman substrat (Hopley and Suharsono, 2000). Perairan yang berdekatan dengan pemukiman memiliki total kehadiran spesies ikan karang yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang jauh dari pemukiman.

Biomassa ikan karang terbesar di Karimunjawa berasal dari Famili Scaridae dan Pomacentridae. schooling ikan Scaridae dalam jumlah besar sering sekali dijumpai di rataan karang dengan rata-rata biomassa ikan di setiap lokasi berkisar antara 143,21 kg/ha dan 1040,71 kg/ha.

IV.1.2 Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove di Karimunjawa menyebar di seluruh kepulauan dengan luasan yang berbeda-beda. Pulau-pulau yang memiliki ekosistem mangrove adalah P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Cemara Kecil, P. Cemara Besar, P. Krakal kecil, P. Krakal Besar, P. Merican, P. Menyawakan dan P. Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di P. Kemujan dan P. Karimunjawa seluas 396,90 Ha (BTNKJ, 2002).

Jenis mangrove yang ditemukan sebanyak 25 spesies dari 13 famili mangrove sejati, dan sembilan spesies dari tujuh famili mangrove ikutan di dalam kawasan, serta lima spesies dari lima famili mangrove ikutan di luar kawasan (BTNKJ, 2002).

IV.1.3 Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem padang lamun di Karimunjawa memiliki pola penyebaran yang mengelompok berdasarkan kesamaan jenis atau spesies. Sugiarianto (2000) menemukan delapan spesies lamun di tiga lokasi yaitu: Pancuran, Legon Lele dan Ujung Gelam. Hasil studi awal WCS pada tahun 2003 di empat lokasi (Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Alang-alang dan Legon Nipah) ditemukan enam spesies dari empat famili.

IV.1.4 Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah

(28)

18 (Gomphia serrata), Gondorio (Bouea macrophylla). Termasuk di dalamnya keberadaan flora khas Karimunjawa yaitu Dewadaru (Fragrarea eleptica), Sawo Kecik (Manilkaya kauki) dan Kalimosodo (Cordia subcordata) yang populasinya mulai menurun karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat. Dewadaru tidak ditemukan dalam kawasan konservasi kecuali tunggaknya, umumnya tumbuh di luar kawasan yaitu di daerah Alang-Alang, Ujung Gelam, Nyamplungan, dan Legon Nipah (Farid et al., 2002).

IV.1.5 Ekosistem Hutan Pantai

Vegetasi hutan pantai dicirikan oleh adanya Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Kelapa (Cocos nucifera), Jati Pasir (Scaerota frustescens), Setigi (Pemphis acidula) dan Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).

IV.1.6 Perikanan Pelagis

Ikan-ikan pelagis penting di Karimunjawa adalah ikan Tongkol, Tenggiri dan Teri. Penangkapan ikan-ikan pelagis ini umumnya terjadi di musim timur untuk jenis ikan Teri dan di musim barat untuk kelompok ikan Tongkol dan Tenggiri.

IV.2 Lokasi-lokasi Penting

Yayasan Taka pada tahun 2004 telah melakukan kajian dan penelitian yang dilakukan di lima lokasi pemantauan di Taman Nasional Karimunjawa. Dari lima lokasi pengamatan, tiga lokasi diindikasikan sebagai lokasi pemijahan ikan. Lokasi-lokasi tersebut adalah Taka Menyawakan, P. Kumbang dan Karang Tengah. Jenis ikan kerapu yang memijah di lokasi tersebut adalah Plectropomus leopardus, Plectropomus

oligacanthus dan Plectropomus areolatus. Sedangkan musim pemijahannya diduga

terjadi antara bulan Oktober hingga bulan Februari (Sudarsono dan Saryadi, 2004). Berdasarkan hasil interview dengan nelayan setempat, lokasi pemijahan di TN Karimunjawa merupakan daerah target penangkapan bagi nelayan. Aktifitas ini masih berlangsung hingga saat ini terutama di P. Burung, Taka Menyawakan, P. Kumbang dan Gosong Karang Tengah.

Pengaturan pemanfaatan daerah pemijahan ditujukan untuk menjamin siklus reproduksi ikan. Idealnya daerah pemijahan ikan yang berfungsi sebagai sumber stok ikan seharusnya ditutup untuk semua kegiatan perikanan. Untuk menghindari konflik, perlu diterapkan suatu sistem pengaturan waktu tangkap melalui sistem buka-tutup (open close area). Sistem buka-tutup merupakan suatu bentuk pengaturan yang tepat untuk pengelolaan lokasi pemijahan dengan catatan adanya pengawasan yang ketat dan penegakan hukum.

(29)

19 pesisir yang berperan penting dalam daur hidup dan rantai makanan bagi biota-biota laut yang hidup di ekosistem terumbu karang. Ketiga ekosistem ini saling mendukung untuk menjaga keseimbangan alam, shingga kerusakan salah satu ekosistem akan berakibat pada ekosistem lainnya. Beberapa jenis ikan karang yang tumbuh di daerah padang lamun mencari makan di daerah perairan dekat kawasan mangrove,begitupun sebaliknya.

Peran ekologis ekosistem mangrove dalam suatu kawasan pesisir adalah sebagai lokasi nurseryground dan spawningground bagi ikan; habitat hidup bagi kepiting, udang, beberapa jenis reptil dan mamalia rawa; serta tempat persinggahan dan mencari makan bagi burung-burung migrasi. Ekosistem ini juga berperan sebagai penghasil detritus dan plankton bagi perairan di sekitarnya, sehingga meningkatkan kesuburan perairan. Fungsi ekologis lainnya adalah menjaga ekosistem terumbu karang dari masukan air limbah secara langsung dari daratan dan dengan kemampuannya memerangkap sedimen mangrove juga mampu menjaga pantai dari abrasi, selain itu kawasan ini juga penyedia bahan kayu arang (Bengen, 2001).

Peran ekologis padang lamun dalam suatu kawasan konservasi alam antara lain sebagai lokasi nursery ground, feeding ground dan spawning ground bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata laut. Padang lamun juga merupakan lokasi mencari makan bagi penyu dan burung laut. Fungsi ekologis lainnya adalah sebagai pengikat sedimen, dimana padang lamun berperan penting dalam stabilisasi struktur pantai, sehingga dapat menjaga pantai dari abrasi. Padang lamun juga dapat meningkatkan kandungan oksigen dan biota aerob dalam sedimen, menyuburkan perairan dan melindungi biota laut bentik dari kekeringan pada saat pasang surut (Nybakken dalam Bengen, 2001).

IV.3 Potensi Pariwisata Bahari

Kepulauan Karimunjawa sangat potensial sebagai tujuan wisata karena merupakan daerah kepulauan dengan topografi yang menyajikan keindahan alam asli, selain itu juga mempunyai keanekaragaman hayati seperti terumbu karang, lamun dan mangrove. Rencana pengembangan pariwisata alam laut memiliki tujuan, antara lain (1) Menentukan kegiatan-kegiatan wisata alam laut yang berwawasan lingkungan, (2) Memberikan alternatif lokasi pembangunan sarana penunjang kegiatan wisata alam laut, (3) Memberdayakan ekonomi penduduk setempat sebagai unsur utama kegiatan wisata alam laut, (4) Menambah pengetahuan bagi wisatawan dan penduduk setempat.

(30)

20 Pengembangan pariwisata di Karimunjawa, secara langsung ataupun tidak langsung akan memberikan dampak terhadap lingkungan, sosial ekonomi dan budaya. Dampak terhadap lingkungan antara lain konversi lahan, peningkatan limbah, penurunan kualitas perairan. Dampak terhadap sosekbud adalah peningkatan aktivitas ekonomi dan pendapatan, serta masuknya budaya luar yang tidak sejalan dengan budaya setempat.

Dari hasil identifikasi obyek wisata di Karimunjawa terdapat beberapa kegiatan wisata meliputi :

IV.3.1 Atraksi Alam di Darat

1. Hiking/Tacking dan Camping, aktivitas ini dapat dilakukan di beberapa pulau di Taman Nasional Karimunjawa antara lain di P. Karimunjawa Camping Ground Legon Lele dengan melewati jalur sepanjang 2,5 km. Hiking dapat dilakukan pada jalur Bukit Bendera, Bukit Tengkorak, Bukit Maming dan jalur darat mangrove di Terusan. Jalur Bukit Bendera dan Bukit Maming dilengkapi dengan pedoman pengenalan jalur. Camping ground telah dibuat di Legon Lele dan pembuatan jalan menuju lokasi dan arboretum seluas 1 hektar.

2. kegiatan penelusuran hutan mangrove dapat dilakukan di Kemujan dengan menggunakan kano. Kegiatan ini akan dilengkapi juga dengan kegiatan interpretasi pada tahun 2004, dan pembuatan plot permanen dengan pelabelan pohon. Sementara jalur mangrove masih dalam tahap rencana untuk lima tahun kedepan. 3. Berjemur, aktivitas ini dapat dilakukan di sebelah barat P. Menjangan besar dan kecil. 4. Wisata penelusuran goa dapat dilakukan di goa Sarang di P. Parang.

5. Atraksi penyu bertelur di pulau Sintok pada musim bertelur.

6. Pemantauan burung, dapat dilakukan di zona perlindungan wilayah daratan. IV.3.2 Kegiatan Alam di Perairan

(31)

21 IV.3.3 Kegiatan Budaya

Atraksi budaya di Kepulauan Karimunjawa terbagi kedalam 3 jenis, yaitu : 1. Kesenian rakyat, seperti Reog Barongan dan Pencak silat.

2. Acara tradisional, meliputi :

a. Perkawinan Suku Bugis, yang dimulai dengan acara Mapuce-puce, Masuro, Madupa, Mappaenre belanja dan pesta Anggaukeng.

b. Upacara peluncuran perahu, yaitu acara syukuran telah selesainya pembuatan perahu hari dengan cara mendorong perahu kepinggir pantai kemudian dilepas sampai perahu berhenti dengan sendirinya.

c. Makam Sunan Nyamplungan yang merupakan objek wisata religi yang ada di P.Karimunjawa tepatnya di Dukuh Nyamplungan. Sunan Nyamplungan dipercaya sebagai orang pertama yang mendiami kepulauan Karimunjawa dan juga murid Sunan Kudus.

d. Sumur Wali di P. Parang merupakan sumur yang disucikan. Apabila mendapati air dalam sumur tersebut dan bisa mengambilnya, dipercaya akan membawa keberuntungan bagi yang mengambilnya.

3. Rumah Adat

(32)

BAB V

PERMASALAHAN

Taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan pelestarian alam yang mempunyai ciri khas tertentu, baik di daratan maupun perairan. Taman nasional memiliki fungsi perlindungan, sistem penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Sebagai kawasan perlindungan alam, taman nasional memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi serta mempunyai fungsi sebagai tempat penelitian, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Selain itu taman nasional juga mempunyai tujuan untuk menjaga keanekaragaman sumberdaya alam hayati maupun keberadaan sumberdaya non-hayati dan menunjang peningkatan kesejahteraan rakyat. Tujuan lainnya adalah sebagai sarana pelestarian lingkungan hidup untuk saat ini dan masa mendatang.

Definisi-definisi tersebut diatas merupakan konsep ideal dari sebuah kawasan perlindungan alam atau taman nasional yang menggambarkan sebuah keseimbangan antara kelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan komitmen semua pihak untuk menanggulangi permasalah-permasalahan mendasar yang bersifat umum maupun spesifik.

Secara umum, permasalahan mendasar yang dihadapi Taman Nasional Karimunjawa adalah degradasi sumberdaya alam, kelembagaan, masyarakat dan pola pemanfaatan sumberdaya alam.

V.1 Degradasi Sumberdaya Alam

Fungsi utama kawasan taman nasional adalah sebagai daerah perlindungan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Permasalahan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam di Taman Nasional Karimunjawa adalah kerusakan lingkungan (Gambar 1) yang diakibatkan oleh eksploitasi yang tak terkendali serta adanya pencemaran dari darat. (Pemkab Jepara, 2001).

(33)

23

© WCS - 2003

tangkap yang memiliki efektifitas daya tangkap yang tinggi dengan selektifitas yang rendah seperti penggunaan jaring muroami dan sianida.

Gambar 1. Keruskan ekosistem terumbu karang berupa tumpukan patahan karang di Kep. Karimunjawa

Hasil survei sumberdaya perikanan karang yang telah dilakukan menunjukan sebaran biomassa ikan karang yang cenderung seragam. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di seluruh Kep. Karimunjawa mendapatkan tekanan yang sama oleh aktifitas perikanan. Tekanan yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama terhadap sumberdaya perikanan akan mengakibatkan penurunan hasil tangkapan dan ukuran ikan.

Tidak adanya lokasi yang tertutup dari aktifitas penangkapan dan berfungsi sebagai lokasi pemulihan, mengakibatkan sulitnya pemulihan stok ikan. Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk membangun regulasi perikanan yang memungkinkan adanya pemulihan kondisi sumberdaya perikanan di Kep. Karimunjawa. Hal lain yang menyulitkan dalam penentuan kebijakan pengelolaan sumberdaya adalah kurangnya data-data yang akurat mengenai potensi dan pemanfaatan sumberdaya kelautan di Kep. Karimunjawa (Pemkab Jepara, 2001).

V.2 Kelembagaan

(34)

24 Balai Taman Nasional merupakan otoritas manajemen yang mengelola fungsi taman nasional sebagai kawasan perlindungan alam. Adanya kondisi tersebut diatas menuntut sebuah pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak untuk dapat saling mempengaruhi secara positif. Permasalahan yang dirasakan dalam pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa selama ini adalah terbatasnya koordinasi dan kerjasama antar pihak dalam hal pengelolaan. Hal lain adalah tidak adanya kesamaan visi, misi dan program-program yang terpadu diantara pihak-pihak terkait seperti Balai Taman Nasional, Badan Perencanaan Daerah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak-pihak lainnya dalam pengelolaan wilayah Kep. Karimunjawa.

Sistem pengawasan kawasan juga merupakan faktor penting dalam menjamin efektifitas pengelolaan kawasan perlindungan alam. Kurangnya apresiasi dan keikutsertaan masyarakat juga menyebabkan semakin sulitnya proses-proses pengawasan dilakukan. Beberapa permasalahan dalam hal pengamanan kawasan di Taman Nasional Karimunjawa adalah sistem pengamanan yang belum strategis dan partisipatif, kurangnya sumberdaya dan sarana, sulitnya birokrasi yang menghambat proses penyelesaian kasus pelanggaran serta tidak adanya kesamaan pemahaman antara balai dan masyarakat.

Kurangnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan baik di tingkat pengambil kebijakan maupun di tingkat masyarakat mengenai zonasi yang akan diterapkan berimplikasi terhadap ketidakpatuhan masyarakat terhadap kebijakan tersebut. Untuk itu sosialisasi secara terus menerus harus dilakukan bukan hanya untuk sosialisasi zonasi, tetapi untuk semua kegiatan yang akan dilaksanakan agar semua pihak mampunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan informasi. Proses ini diharapkan mengurangi dan mengeliminasi tumpang tindih kegiatan serta tujuan dan sasaran kegiatan dapat dicapai dengan optimal.

Kegiatan penelitian yang selama ini dilakukan di Karimunjawa bukan tidak bermanfaat namun hasil penelitian yang dilakukan minimal memberikan rekomendasi terhadap proses pengelolaan selanjutnya. Penelitian yang akan dilakukan di Karimunjawa diprioritaskan pada penelitian yang dibutuhkan dan dikoordinasikan dengan Balai Taman Nasional. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan keterpaduan penelitian antar pihak sehingga kebutuhan data dan informasi yang faktual dapat terpenuhi.

V.3 Masyarakat

(35)

25 Penyebab kurangnya peran aktif masyarakat adalah (1) Kurangnya sosialisasi program-program pengelolaan di Taman Nasional Karimunjawa kepada masyarakat, (2) kurangnya upaya membangun kepedulian masyarakat dalam hal perlindungan kelestarian alam, (3) tidak terbangunnya komunikasi dua arah antara balai taman nasional dengan masyarakat sehingga terbentuk pola pikir “konservasi berarti pelarangan”.

Salah satu bentuk implementasi sistem pengelolaan taman nasional adalah pembentukan zonasi. Penerapan sistem zonasi tersebut akan memberikan konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung yang pasti dirasakan masyarakat adalah adanya perubahan pola pemanfaatan yang biasa mereka lakukan. Penerapan zona inti di suatu lokasi akan mengalihkan sebagian nelayan untuk melakukan aktifitas penangkapan di lokasi lain. Secara ekonomi, hal tersebut akan memberikan dampak pada pendapatan nelayan.

Salah satu cara menyikapi keadaan tersebut adalah adanya pengembangan alternatif usaha ekonomi yang berkelanjutan sebagai mata pencaharian subtitusi. Kendala yang dirasakan dalam mengembangkan alternatif usaha tersebut adalah : (1) terbatasnya akses terhadap modal usaha dan jenis usaha, (2) keterampilan dalam memanfaatkan sumberdaya lain yang tersedia, (3) motivasi dalam mencari usaha alternatif, (4) kurangnya pendampingan teknis berupa pelatihan-pelatihan, (5) pengolahan pasca usaha, (5) pemasaran hasil usaha. Masalah tersebut tidak hanya merupakan tanggung jawab Balai Taman Nasional sebagai pengelola kawasan lindung, tetapi juga merupakan tanggung jawab instansi-instansi terkait, akademisi dan lembaga-lembaga lain.

V.4 Pola Pemanfaatan Sumberdaya Alam Laut

V.4.1 Pemanfaatan Perikanan

Keberadaan sumberdaya perikanan tidak terlepas dari terjaganya kondisi ekosistem laut dan pola pemanfaatan perikanan. Usaha pemulihan sumberdaya perikanan di Kep. Karimunjawa akan sulit dilakukan jika proses-proses pengrusakan ekosistem laut dan penggunaan alat tangkap yang merusak tidak dapat dicegah (Gambar 2). Selain itu pola pemanfaatan lahan di daratan akan berpengaruh terhadap ekosistem di laut seperti ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Pola pemanfaatan ekosistem perlu pengawasan dan pengaturan ulang sehingga eksistensi taman nasional sebagai pelindung kelestarian sumberdaya yang berkelanjutan tetap terjaga.

V.4.2 Pemanfaatan Pariwisata

(36)

26

© WCS - 2003

masyarakat, ekonomi dan rekreasi. Secara langsung ataupun tidak langsung kegiatan pariwisata akan berdampak terhadap kondisi lingkungan dan sosial ekonomi dan budaya.

Gambar 2. Salah satu bentuk penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem terumbu karang di Kep. Karimunjawa.

(37)

BAB VI

PEMBAHASAN

Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) merupakan penanggungjawab pengelolaan ekosistem kawasan Taman Nasional Karimunjawa dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tanggung jawab ini, BTNKJ menyadari pentingnya partisipasi dan keterlibatan dari semua pihak yang memiliki kepentingan di Karimunjawa. Permasalahan yang terjadi di Karimunjawa sudah sangat kompleks dan merupakan hasil rangkaian proses yang telah berlangsung lama. Dibutuhkan suatu paradigma baru untuk melakukan perubahan dalam sistem pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa. Paradigma ini harus mencakup aspek sosial ekonomi, ekologi, dan kebijakan.

Sistem pengelolaan yang telah berlangsung sampai saat ini memiliki kelemahan dan kekurangan. Penegakan peraturan dan kebijakan yang berlaku dianggap hanya merupakan tanggung jawab pihak Balai Taman Nasional. Hal ini dapat diidentifikasi dari rendahnya tingkat partisipasi dan penerimaan masyarakat serta pihak-pihak lain dalam melaksanakan aturan dan kebijakan yang telah ditentukan.

Diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah mendorong Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk merancang suatu sistem pengelolaan bersama (CollaborativeManagement). Pada pasal 10 disebutkan mengenai kewajiban daerah untuk mengelola dan melestarikan sumberdaya nasional yang ada di wilayahnya. Usaha pengelolaan dan pelestarian ini harus melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan di Karimunjawa, seperti Pemerintah Daerah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, masyarakat, sektor swasta dan pihak-pihak lain.

Melihat kompleksitas permasalahan di Karimunjawa, diperlukan suatu pendekatan yang menyeluruh dengan visi bersama dan satu proses koordinasi yang terencana, agar mekanisme kerjasama dapat berjalan sebagaimana mestinya. Diperlukan komitmen kelembagaan yang kuat dalam melakukan pengelolaan Karimunjawa. Alternatif solusi dibawah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi pengelolaan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di Karimunjawa.

VI.1 Membangun Forum Stakeholders Karimunjawa

(38)

28 pengguna sumberdaya alam dan MUSPIKA berperan sebagai rekanan BTN dalam melaksanakan penegakan hukum di Karimunjawa. Forum ini berfungsi mencari solusi bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam di Karimunjawa, termasuk mencari alternative livelihood bagi masyarakat Karimunjawa, apabila sistem pengelolaan yang baru diimplementasikan. Forum yang beranggotakan semua pemangku kepentingan di Karimunjawa bertugas mengidentifikasi peran-peran spesifik dari masing-masing pihak, membangun kesepakatan bersama dan koordinasi. Keberadaan forum ini diharapkan mampu mengakomodasi seluruh kepentingan untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan program kerja.

Peran spesifik melibatkan kerjasama antara pemerintah daerah, Balai Taman Nasional, perguruan tinggi, lembaga penelitian, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat. Melalui peran spesifik ini, masing-masing pemangku kepentingan diharapkan dapat saling mengisi sehingga pola pengelolaan yang akan diterapkan dapat dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Salah satu keuntungan dari mekanisme ini adalah adanya penanganan yang efektif dan efisien dari masing-masing pihak yang menguasai bidangnya sehingga tiap permasalahan dapat diselesaikan dengan baik.

Salah satu wujud kerjasama telah dilakukan melalui proses zonasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, taman nasional, perguruan tinggi, sektor swasta dan pihak independen. Wujud kerjasama ini diharapkan bisa ditindaklanjuti ketahap implementasi zonasi. Efektivitas dari zonasi yang baru tergantung pada dukungan, keterlibatan dan kepatuhan dari semua pihak untuk menjalankan kebijakan yang telah disepakati.

Balai Taman Nasional sebagai badan pengelola memiliki peran untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang akan dilakukan di area konservasi. Kejelasan program dari setiap pihak diharapkan mampu menghasilkan rencana strategis untuk pengelolaan bersama taman nasional. Implementasi setiap kegiatan yang akan dilakukan tetap mengacu pada rencana strategis. Pada tahap selanjutnya semua pihak bisa secara bersama-sama melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan sehingga diperoleh sebuah pembelajaran yang baik dan dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan selanjutnya.

VI.2 Mengembangkan Mekanisme Konsultasi Publik

(39)

29 untuk ikut berpartisipasi. Komunikasi yang satu arah dari pihak BTNKJ ke masyarakat telah mengarahkan pemikiran bahwa konservasi identik dengan larangan.

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan TNKJ adalah tanggung jawab untuk mengelola HPWP (Hak Pengelolaan Wilayah Perikanan), yaitu hak untuk menghalangi orang lain untuk ikut serta dalam wilayah tertentu yang telah dijadikan obyek hak, hak untuk menetapkan jenis dan jumlah penggunaan sumberdaya alam dalam wilayah tersebut, hak untuk mengambil derma (pungutan) dari pemakai sumberdaya alam, pajak atau sewa dari penjualan hak-hak tersebut (Nikijuluw, 2002).

Studi sosial dapat juga dipakai sebagai salah satu bentuk partisipasi publik, karena masyarakat secara langsung diminta pendapat mengenai zonasi. WCS pada tahun 2003 telah melakukan survei sosial ekonomi tentang zonasi di Kep. Karimunjawa. Hasil dari survey tersebut menunjukan bahwa masyarakat mempunyai usulan lokasi-lokasi yang dapat dijadikan zona inti (Gambar 3). Walau tidak seluruh usulan terakomodasi, hasil survey tersebut menjadi acuan bagi Balai Taman Nasional dalam penetapan zona yang dapat diterima masyarakat.

2

Gambar 3. Lokasi zona inti yang di usulkan oleh masyarakat

Selain partisipasi aktif masyarakat, dibutuhkan juga partisipasi semua pihak yang berkepentingan untuk membuat sistem pengelolaan yang akan diterapkan di Taman Nasional Karimunjawa. Partisipasi ini dilakukan melalui mekanisme konsultasi publik sehingga semua pihak dapat memahami dan menjalankan pengelolaan Karimunjawa secara efektif dan efisien.

(40)

30 masyarakat akan sepakat mendukung keberadaan zona inti selama penegakan hukum dilakukan dengan benar dan adanya pelarangan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti Muroami, Jaring Ambai, Jaring Pocong, Jaring Kursin, Potas dan alat bantu Kompressor.

VI.3 Pengaturan Ulang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Kunci keberhasilan penerapan manajemen dalam rangka pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkesinambungan terletak pada dukungan dari masyarakat sebagai pelaku utama. Tanpa dukungan dari masyarakat, proses-proses pengelolaan sumberdaya perikanan di Karimunjawa tidak akan memberikan perubahan yang berarti. Kegagalan pengelolaan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat nelayan. Kerugian terbesar bagi masyarakat adalah berkurangnya stok ikan yg mengarah kepada hilangannya rantai ekonomi sumberdaya perikanan yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian utama (Marnane et al., 2004).

Penurunan stok ikan di Karimunjawa diindikasikan oleh penurunan hasil tangkap, dilihat dari kuantitas maupun kualitas ikan yang tertangkap. Hal ini disebabkan oleh rusaknya ekosistem terumbu karang, penangkapan berlebih dan penggunaan alat tangkap yang merusak. Untuk itu wilayah yang mengalami tekanan pemanfaatan perikanan yang relatif tinggi membutuhkan waktu untuk pulih secara alami.

Untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dibutuhkan keseriusan dan konsistensi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam penerapan kebijakan. Keseriusan dan konsistensi pemerintah ini diwujudkan dengan regulasi bidang perikanan yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya perikanan dan kebutuhan masyarakat setempat. Namun pada kenyataannya regulasi bidang perikanan yang diterbitkan dan menjadi acuan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan di Karimunjawa selama ini kurang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya ikan yang ada dan juga tidak sesuai dengan tipologi perairan kepulauan Karimunjawa.

VI.4 Penegakan Hukum

Tidak efektifnya pelaksanaan pengamanan kawasan sangat tergantung kepada keseriusan pihak berwajib dalam menegakkan hukum sesuai aturan yang berlaku. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya kejelasan mekanisme dan prosedur hukum yang bisa menjadi pedoman pihak yang berwajib dalam menindak setiap pelanggaran yang terjadi.

(41)

31 berupa kelompok yang diprakarsai oleh BTN dan beberapa wakil masyarakat Karimunjawa dengan nama Pamswakarsa, yang dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap kemungkinan adanya kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Inisiatif bersama ini merupakan suatu tindakan positif yang dapat memecahkan masalah penegakan hukum dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kegiatan seperti ini perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi di masa yang akan datang, dengan harapan partisipasi masyarakat didasarkan pada kesadaran dan tanggungjawab bersama untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam Karimunjawa.

Kendala yang timbul dalam pelaksanaan patroli rutin adalah kurangnya dukungan finansial untuk membiaya operasional patroli. Oleh karena itu, partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan, antara lain dengan cara ikut serta mengawasi dan menindak setiap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

VI.5 Program Monitoring Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya Alam

Kondisi ekosistem dan sumberdaya alam suatu daerah selalu mengalami perubahan, baik secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Karimunjawa yang terletak pada daerah khatulistiwa cenderung tidak mengalami perubahan yang drastis secara alami. Perubahan akibat pengaruh manusia merupakan ancaman terbesar karena seringkali melampaui daya dukung alami ekosistem tersebut.

Dalam suatu sistem pengelolaan, badan pelaksana perlu mengetahui perubahan kondisi potensi sumberdaya dan seberapa besar potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan semua pihak dan tetap berada dalam batas-batas pemanfaatan yang sustainable. Kurangnya data yang akurat mengenai kondisi ekosistem dan sumberdaya alam Karimunjawa dapat ditanggulangi dengan program monitoring yang terpadu dan berkesinambungan.

(42)

BAB VII

PROSES PENATAAN ZONASI

Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pelestarian alam memiliki fungsi yang kompleks yaitu sebagai daerah perlindungan bagi sistem penyangga kehidupan masyarakat karimunjawa, pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan yang adil dan berkelanjutan. Pengelolaan kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi sesuai dengan PP No.68 tahun 1998.

Penataan zonasi merupakan kondisi awal yang harus dipenuhi sebelum meningkat kepada proses pengembangan kawasan, pemanfaatan dan sistem pengelolaan yang efektif. Salah satu kebutuhan taman nasional yang cukup mendasar adalah penataan zonasi dengan mempertimbangkan ekosistem dan masyarakat secara menyeluruh, sehingga dalam pelaksanaannya mampu menjalankan fungsi kawasan pelestarian alam dan didukung secara penuh oleh semua pihak termasuk masyarakat Karimunjawa.

Dalam rangka mewujudkan keinginan ini, taman nasional perlu didukung oleh semua pihak terkait. Proses menuju pengelolaan yang efektif dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak terkait, mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi yang tidak bisa dipisahkan. Langkah-langkah koordinasi lintas sektor dan kordinasi teknis perlu secara rinci diidentifikasi dan dijalankan sehingga tidak melahirkan konflik kepentingan antar sektor. Harapan kedepan adalah partisipasi aktif dari seluruh pihak untuk mendukung manajemen taman nasional sehingga taman nasional dapat mengemban fungsinya dengan baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan Karimunjawa.

Keterpaduan langkah dari seluruh pihak terkait diharapkan mampu mempertajam aspek-aspek penataan zonasi (biofisik, sosial ekonomi masyarakat, kelembagaan, rencana pembangunan daerah).

VII.1 Identifikasi Isu

Proses ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi yang ada dan mungkin timbul di Karimunjawa yang berkaitan dengan sumberdaya alam, kelembagaan, masyarakat dan pola pemanfaatan perikanan.

VII.2 Pengumpulan Data

(43)

33 1. Survei ekologi

Survey ekologi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: (1) Terumbu karang, (2) invertebrata, dan (3) Ikan karang. Survei ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang. Hasil survei digunakan sebagai input data dan informasi dalam penataan zonasi di kawasan taman nasional.

2. Sosial ekonomi

Survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat tentang zonasi yang ada. Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode quisioner dan wawancara langsung terhadap responden yang dipilih secara acak.

3. Studi alat tangkap muroami

Penelitian mengenai alat tangkap muroami dilakukan untuk mengetahui dampak aktifitas ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan ekologis

VII.3 Proses Penyusunan Zonasi

Proses ini dilaksanakan dengan mengumpulkan informasi serta mencari masukan dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Wujud nyata dari proses ini adalah:

1. Lokakarya Kabupaten Jepara I

Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2004. Lokakarya ini menghasilkan 2 rekomendsi yang berkaitan dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) yaitu:

a. BTNKJ segera menyelesaikan penyusunan rencana pengelolaan TN Karimunjawa serta rencana teknis terkait (antara lain rencana pengembangan zonasi dan pariwisata alam laut) secara terpadu melalui forum koordinasi yang efektif dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

b. Khusus untuk penyusunan rencana pengembangan zonasi yang merupakan inti dari pengelolaan taman nasional, data dan informasi yang berkaitan dengan kondisi potensi dan sosek perlu di cermati dengan menganalisa data tersebut. Data dan informasi tersebut bersumber dari pihak-pihak yang telah melakukan penelitian di Karimunjawa. Pembahasan dilakukan secara bertahap (lokal, kabupaten, propinsi) dan konsisten dengan partisipasi pihak-pihak terkait.

2. Lokakarya Desa

(44)

34

© WCS - 2004 © WCS - 2004

Gambar 4. Lokakarya tingkat desa yang diikuti oleh perwakilan masyarakat Karimunjawa di balai desa Karimunjawa.

3. Lokakarya Kabupaten Jepara II

Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 20 - 21 Januari 2004 untuk menindaklanjuti hasil dari lokakarya Jepara I dan Lokakarya desa. Kegiatan ini bertujuan untuk menampung aspirasi semua pihak yang terkait dalam rangka penyusunan naskah zonasi. Hasil dari lokakarya ini adalah (1) Rumusan rancangan naskah zonasi, (2) Membentuk tim teknis yang bertugas menyusun naskah zonasi Taman Nasional Karimunjawa dan melakukan konsultasi public (Gambar 5).

Gambar 5. Lokakarya Jepara II yang diikuti oleh Pemda, instansi terkait, perguruan tinggi, swasta, LSM dan masyarakat di Ruang I Setda Kabupaten Jepara.

4. Kelompok Kerja Kajian zonasi

(45)

35 5. Lokakarya Kabupaten Jepara III

Gambar

Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Karimunjawa
Gambar 1. Keruskan ekosistem terumbu karang berupa tumpukan patahan karang di Kep. Karimunjawa
Gambar 2. Salah satu bentuk penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem terumbu karang di Kep
Gambar 3. Lokasi zona inti yang di usulkan oleh masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Analisis Potensi Wilayah Untuk Pengembangan Ekowisata Di Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara.. Tanggal : No

Penataan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.. Semarang: Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Penataan ruang Kawasan Taman Nasional Lorentz bertujuan untuk mewujudkan pelestarian kawasan taman nasional lorentz sebagai salah satu pusat konservasi keanekaragaman hayati dan

30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (RPZ KKP). RPZ KKP merupakan salah satu instrumen pengelolaan dalam mendukung kawasan laut dan

Sasaran yang ingin dicapai adalah terbentuknya zonasi dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang dapat menjadi salah satu pedoman pengelolaan dan

Penulis tertarik untuk mempelajari kegiatan konservasi ekosistem terumbu karang secara langsung di lapangan yaitu di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu Taman Nasional yang memiliki potensi pengembangan untuk konservasi, pemanfaatan, dan pariwisata yang potensial..

Nilai oksigen terlarut yang terukur di perairan kawasan Taman Nasional Karimunjawa berkisar antara 7 – 11 mg/l.Nilai ini termasuk tinggi karena berada > 5,0 mg/l yang