• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL KRIYA TOPENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL KRIYA TOPENG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

URNA, Jurnal Seni Rupa merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Pen-didikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya. URNA berisikan artikel konsep-tual, resume penelitian, dan tinjauan buku. Bertujuan untuk mengembangkan dan mengomunikasikan secara luas perkembangan seni rupa dan pendidikan seni rupa baik yang sifatnya teoretis maupun pragmatis. Terbit dua kali setahun, tiap bulan Juni dan Desember.

Penanggung Jawab : Eko A.B. Oemar

Ketua Penyunting : I Nyoman Lodra

Wakil Ketua Penyunting : Asy Syams Elya Ahmad

Penyunting Ahli : Djuli Djatiprambudi (Universitas Negeri Surabaya) Martadi (Universitas Negeri Surabaya)

Sofyan Salam (Universitas Negeri Makassar)

Tjetjep Rohendi Rohidi (Universitas Negeri Semarang)

Penyunting Pelaksana : Salamun Kaulam

Asidigisianti Surya Patria Muhajir Nadhiputro Marsudi

Sekretaris : Nova Kristiana

Administrasi : Fera Ratyaningrum

Alamat Redaksi:

Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya Gedung T3 Lt. 2, Kampus Lidah Wetan Surabaya 64732

Telp/Fax. 031-7530865 | E-mail: urna.jurnalsenirupa@yahoo.co.id

urna.jurnalsenirupa@gmail.com | Website: htp://www.urna-jurnalsenirupa.org

ISSN 2301–8135

© 2012 Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya

(3)

ISSN 2301–8135

Vol. 1, No. 1 (Juni 2012): 1–105

d a f t a r i s i

Artikel:

PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA Martadi (Universitas Negeri Surabaya)

PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN PRAKTIK HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL I Nyoman Lodra (Universitas Negeri Surabaya)

NILAI ESTETIKA DALAM KOMODIFIKASI WADAH

DI MASYARAKAT HINDU BALI I Ketut Side Arsa (Institut Seni Indonesia Denpasar)

PROSES APRESIASI DAN KREASI DALAM TRITUNGGAL SENI M. Sattar (Universitas Negeri Surabaya)

PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR BUDAYA BALI

DALAM BOG-BOG BALI CARTOON MAGAZINE

I Wayan Swandi (Institut Seni Indonesia Denpasar)

CITRA WANITA DALAM KARYA SENI RUPA Muhajir Nadhiputro (Universitas Negeri Surabaya)

MAKNA SIMBOLIS RAGAM HIAS PENDAPA TERAS CANDI PANATARAN Rustarmadi (Universitas Negeri Surabaya)

1

11

21

30

42

50

(4)

ISSN 2301–8135

Vol. 1, No. 1 (Juni 2012): 1–105

Resume Penelitian:

PERSEPSI GENDER GAMBAR ILUSTRASI DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH DASAR KELAS I – III Asidigisianti Surya Patria (Universitas Negeri Surabaya)

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL KRIYA TOPENG MALANG UNTUK PEMBELAJARAN

SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Marsudi (Universitas Negeri Surabaya)

Tinjauan Buku:

BUKU PENTING DI TENGAH DUNIA SENI RUPA YANG GENTING Djuli Djatiprambudi (Universitas Negeri Surabaya)

76

89

(5)

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL

KRIYA TOPENG MALANG UNTUK PEMBELAJARAN

SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Marsudi

Abstrak: Pergeseran budaya tradisi ke budaya digital, berdampak ditinggal-kannya seni dan budaya tradisi oleh siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan sikap apresiatif siswa terhadap karya seni daerah setempat dengan pengemba-ngan media pembelajaran. Salah satunya pembuatan media pembelajaran digi-tal melalui pemanfaatan kriya topeng Malang untuk pembelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan metode kualitatif deskriptif, yaitu memberikan gamba-ran mengenai media pembelajagamba-ran yang dikembangkan melalui pemanfaatan tradisi kriya topeng Malang.

Abstract: The Cultural shift (from traditional to digital) has an impact on how tradi-tional arts and cultures are left behind by students. To enhance students appreciative atitude towards local artworks, an innovation is needed through the development of instructional media. This study would describe the creation of digital learning media through the utilization of Malang mask craft for the cultural arts education in secon-dary school of class VII. This study uses a qualitative descriptive method, that gives an overview of instructional media developed through the utilization of Malang mask craft tradition.

Kata kunci: media digital, media pembelajaran, topeng malang, seni budaya

Penyerapan nilai-nilai budaya dalam pembentukan sikap sangat penting untuk diimplementasikan dalam setiap pendidikan dan pembelajaran di semua jenjang pendidikan. Melalui proses pendidikan, setiap individu dalam masyarakat akan mengenal, menyerap, mewarisi, dan memasukkan unsur-unsur kebudayaan ke dalam dirinya untuk menghadapi lingkungan. Seperti halnya pendidikan seni budaya, diberikan dalam rangka pembentukan sikap apresiatif dan kreatif bagi peserta didik yang dilandasi nilai-nilai seni dan budaya.

Pergeseran budaya tradisi ke budaya modern yang ditandai oleh

ketergantu-Marsudi adalah Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. e-mail: maseidus@yahoo.com

(6)

ngan masyarakat terhadap teknologi, menyebabkan masyarakat mudah menerima begitu saja semua hal yang menjadi ikon kemajuan kebudayaan barat. Hal yang perlu diwaspadai adalah adanya proses mengadopsi dan menyerap nilai-nilai Ba-rat dalam proses sintesis budaya yang tidak sempurna kerap memicu terjadinya dominasi oleh kebudayaan asing sehingga secara bertahap nilai-nilai budaya tra-disi yang telah menjadi kekayaan bangsa Indonesia selama berabad-abad dapat tergeser. Perubahan secara bertahap dan berlapis membentuk karakter dan men-talitas baru yang tidak sejalan dengan norma-norma yang telah mapan (Sachari, 2002: 7)

Dalam konteks pembelajaran seni budaya, juga berimplikasi pada sulitnya mengajarkan apresiasi hasil karya seni budaya bangsa sendiri sendiri. Hal ini ter-lihat dari siswa yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menggunakan mobile phone dan menonton televisi, sedangkan di luar kegiatan belajar mereka sangat senang bermain game. Kondisi inilah yang menyebabkan siswa mulai me-ninggalkan seni tradisional dan cenderung beralih ke dunia yang serba digital. Ke-biasaan siswa tersebut berdampak pada pembelajaran. Dengan mengemas artifak kebudayaan tradisional melalui media pembelajaran yang menarik sehingga dapat membangun kesadaran berpikir siswa dalam apresiasi seni rupa tradisi di daerah tempat mereka tinggal.

Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang memanfaatkan seni dan budaya tradisi dalam pembelajaran nilai-nilai budaya, khususnya apresiasi terhadap karya seni rupa tradisional. Salah satu peninggalan budaya yang masih ada dan terus berkembang secara dinamis hingga saat ini adalah kriya topeng. Topeng merupakan suatu bentuk seni khas Indonesia yang ditemukan hampir di setiap suku di Indonesia dan dunia. Topeng mengandung nilai falsafah tentang manusia dan perilakunya mengenai kebaikan dan keburukan, serta toleransi be-ragama. Kriya topeng tidak dapat diartikan sebagai bentuk pernyataan seni yang statis dan konvensional yang tertutup terhadap perubahan/perkembangan namun harus disadari bahwa topeng merupakan langkah awal dari perkembangan seni budaya masa kini dan yang akan datang.

Dalam usaha mendorong, menumbuhkembangkan, dan membentuk sikap apresiatif siswa dalam pembelajaran seni budaya maka penelitian ini akan men-deskripsikan pembuatan media digital dengan memanfaatkan kriya topeng Malang untuk pembelajaran seni budaya terutama pada standar kompetensi apresiasi seni rupa di Sekolah Menengah Pertama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi rumusan materi dari unsur-unsur kriya topeng Malang, proses pengembangan media pembelajaran, dan respon siswa ter-hadap media yang telah dikembangkan. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembuatan media pembelajaran digital melalui pemanfaatan kriya topeng Malang, dan untuk mendeskripsikan efektivitas

(7)

MARSUDI, Pengembangan Media Digital… • 91 media berdasarkan respon siswa setelah mereka menggunakan media yang dikem-bangkan.

Sejak tahun 1980-an, muncul pandangan baru tentang belajar yakni teori konstruktivisme. Dalam pandangan teori konstruktivisme, proses belajar adalah merupakan aktivitas internal siswa dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuan. Menurut Heinich, dkk dalam Daryanto (2010: 2-3) berdasarkan pa-ham kontruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Berdasarkan paham tersebut, maka prinsip media mediated instruction menempati posisi yang sangat strategis. Kegia-tan belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sum-ber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumsum-ber pesan, saluran/media, dan penerima pesan adalah merupakan komponen-komponen proses komunikasi.

Jika suatu pembelajaran dimaknai sebagai suatu proses, maka pembelajaran adalah komunikasi karena dalam proses pembelajaran terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (message). Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication berasal dari kata latin communicatio, yang berarti pem-beritahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, sehingga pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (ikut mengambil bagian) kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata kerjanya communicare, artinya berdialog berunding, atau bermusyawarah (Efendy,

1994: 9, Ariin, 1992: 19–20).

Media dalam proses komunikasi adalah sebagai penyalur pesan agar simbol-simbol pesan dapat dimaknai sama oleh penerima pesan. Media yang tepat adalah media yang secara efektif dapat menyalurkan pesan secara tepat, dan pesan dapat diterima sesuai sumber pesannya. Kaitannya media dan komunikasi, Sadiman, dkk

(2010: 12–14) menjelaskan mengenai beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan

dan keberhasilan proses komunikasi. Perbedaan adat istiadat, norma sosial, dan kepercayaan terkadang mengakibatkan kesalahpahaman, dan proses komunikasi tidak efektif. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera,

cacat tubuh atau hambatan geograis, jarak waktu, dapat dibantu diatasi dengan

memanfaatkan media pendidikan.

Beberapa pakar menjelaskan pengertian media, media pembelajaran, dan proses komunikasi. Menurut Arsyad (2005: 3), kata media berasal dari bahasa Lat-in medius yang secara hariah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar

me-ngajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grais, fotograi, atau elektronis untuk

(8)

Seperti dijelaskan sebelumnya, media memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses komunikasi. Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi, sehingga dalam proses tersebut memerlukan media yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran,

Munadi (2010: 36–48), menguraikan fungsi media pembelajaran yang difokuskan pada analisis fungsi dan didasarkan pada penggunanya. Berdasarkan analisis fungsi yang didasarkan pada media, media pembelajaran memiliki fungsi.

Pertama, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Secara teknis media pembelajaran fungsi utamanya sebagai sumber belajar. Yang dimaksud sumber belajar adalah mengandung makna keaktifan, yakni sebagai penyalur,

pe-nyampai, penghubung, dan lain-lain. Menurut Mudhoir (1992: 1-2) bahwa sumber

belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi ha-sil belajar siswa. Sejalan dengan itu, Edgar Dale dalam Rohani (1997: 102) bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yaitu seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna.

Kedua, fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah per-bendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipa-hami oleh anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi

(content), yakni pikiran atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan

(message), yang tidak dapat dipisahkan.

Ketiga, fungsi manipulatif. Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya sebagaimana disebut di atas. Berdasarkan karakteristik umum ini media memiliki dua kemampuan; pertama kemampuan media dalam mengatasi ruang dan waktu, yaitu: (1) mampu menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, (2) mampu menjadikan objek atau peristiwa yang waktunya panjang menjadi singkat, (3) Kemampuan menghadirkan objek yang telah terjadi pada masa lampau dan berlangsung telah lama, misalnya peristiwa sejarah. Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi, yaitu (1) membantu siswa memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, (2) memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, (3) membantu dalam memahami objek yang membutuhkan ke-jelasan suara, (4) membantu siswa dalam memahami objek yang terlau kompleks.

Sedangkan berdasarkan analisis fungsi yang didasarkan pada penggunanya (anak didik), media pembelajaran memiliki fungsi; Pertama, fungsi psikologis yang dibagi menjadi 5, yakni (1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3) fungsi kognitif, (4) fungsi imajinatif, (5) fungsi motivasi. Kedua, fungsi sosio kultural yakni bahwa me-dia pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran

(9)

MARSUDI, Pengembangan Media Digital… • 93 karena media pembelajaran mampu memberikan rangsangan yang sama, dan menimbulkan persepsi yang sama walaupun pada media tertentu dapat ditafsir-kan berbeda antar individu.

Tiga kelebihan kemampuan media menurut Gerlach dan Ely dalam Daryanto

(2010: 9) adalah; Pertama, kemampuan iksatif, artinya dapat menangkap, meny -impan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan

ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, diilmkan, kemudian

dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat me-nampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (ma-nipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Berdasarkan kutipan dari Kemp dan Dayton dalam Daryanto (2010: 6), me-dia pembelajaran memiliki kontribusi proses belajar antara lain: (1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar, (2) pembelajaran dapat lebih menarik, (3) pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, (4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, (6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, (7) sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan, (8) peran guru mengalami perubahan ke arah positif.

Dalam memilih media juga harus didasarkan pada tujuan, ketepatan, serta kemudahan dalam menggunakannya. Beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain: 1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai., 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) Guru terampil menggunakannya., 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis (Arsyad, 2005: 75-76).

Diciptakannya teknologi komputer, memungkinkan seseorang dapat men-golah dan menampilkan media benda asli kedalam program komputer sehingga struktur dan sifatnya dapat diubah sesuai keinginan. Menurut Munadi, (2010:108) pada kenyataannya benda asli tidak selalu dapat dihadirkan dimana saja dan ka-pan saja dibutuhkan. Walaupun media berupa benda asli tersebut ada, akan tetapi mungkin terlalu besar, kompleks, berat, mahal, atau terlalu bahaya untuk diguna-kan. Dalam kaitannya apresiasi karya seni, media pembelajaran yang berupa benda asli/media analog cenderung memiliki struktur/sifat yang sulit untuk diubah dan terkadang karena sifatnya tersebut menjadi kurang efektif. Oleh karenanya, media berupa benda asli tersebut dapat diatasi dengan mengubah sifat/strukturnya ke dalam bentuk digital berbentuk multimedia interaktif.

(10)

pembelaja-ran memungkinkan media dapat disajikan secara interaktif. Multimedia interaktif merupakan kombinasi berbagai media dari komputer, video, audio, gambar dan

teks. Berdasarkan deinisi Hofsteter (2001:2), multimedia interaktif adalah pe-manfaatan komputer untuk menggabungkan teks, graik, audio, gambar bergerak (video dan animasi ) menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat sehing-ga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navisehing-gasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.

Pendapat serupa mengenai multimedia interaktif juga diungkapkan oleh Ste-ven Hackbarth (1996: 229) yaitu:

Multimedia is suggested as meaning the use of multiple media formats for the

presentation of information, including texts, still or animated graphics, movie segments, video, and audio information. Computer-based interactive

multime-dia includes hypermemultime-dia and hypertext. Hypermemultime-dia is a computer-based system that allows interactive linking of multimedia format information including text, still or animated graphic, movie segments, video, and audio. Hypertext is a non-linier organized and accessed screens of text and static diagrams, pictures, and

tables.

Berkembangnya teknologi digital yang ditandai munculnya komputer de-ngan berbagai aplikasi programnya, memungkinkan kita untuk menciptakan media pembelajaran lebih menarik dan lebih mudah. Menurut Munadi (2010: 48), multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indra dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Sejalan dengan penda-pat tersebut dapenda-pat disimpulkan bahwa, komputer adalah alat elektronik yang ter-masuk pada kategori multimedia karena komputer mampu melibatkan berbagai indra dan organ tubuh, seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik), sehingga dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti.

Melalui teknologi komputer dapat diciptakan media yang dapat melibatkan berbagai macam organ tubuh seseorang ketika menggunakannya. Saat ini orang semakin tergantung terhadap teknologi untuk membantu aktivitasnya. Begitu juga dalam dunia pendidikan. Kemajauan pesat teknologi informasi dan komputer

grais telah meningkatkan daya tarik informasi pada multimedia secara fantastis. Revolusi di bidang ini telah menyediakan berbagai kemungkinan untuk meng-hadirkan image-image luar biasa. Teknologi telah memudahkan banyak kalangan untuk mampu memproduksi multimedia pembelajaran secara sangat menarik dan atraktif. Pranata (2010: 2-3) mengungkapkan bahwa perancangan multimedia pembelajaran yang berbasiskan pada desain pesan yang estetik seduktif memang berpotensi untuk meningkatkan daya tarik pesan, namun belum terbukti secara

signiikan dapat meningkatkan hasil belajar.

(11)

MARSUDI, Pengembangan Media Digital… • 95 METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang menghasilkan produk media pembelajaran apresiasi karya seni rupa terapan Nusantara berbentuk multimedia interaktif. Dipilihnya metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) karena penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah media digital melalui berbentuk multimedia interaktif de-ngan pemanfaatan kriya topeng Malang. Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena penelitian ini mendeskripsikan proses pengembangan produk.

Model pengembangan pada penelitian ini adalah mengacu pada Four-D Model yang disarankan oleh Thiagarajan (1974). Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu Deine, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan

menjadi model 4-D. Kemudian model tersebut dimodiikasi menjadi 5-D (Pranata,

2012) meliputi Deine, Data, Design, Develop, dan Disseminate (pendeinisian, pen -dataan, perancangan, pengembangan, dan penyebaran). Akan tetapi, penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan. Modiikasi dari model ini dimaksudkan agar model tersebut dapat diimplementasikan dalam penelitian, sesuai karakteris-tik penelitian dengan mempertimbangkan tujuan penelitian, karakteriskarakteris-tik produk, serta terbatasnya waktu penelitian.

Pertama tahap pendeinisian (deine), merupakan tahapan awal untuk memu-lai penelitian pengembangan dengan melakukan analisis sebagai berikut:

Analisis awal untuk memberikan konsep terhadap tujuan akhir

• penelitian

(front-end analysis), merupakan langkah identiikasi munculnya permasalahan

mendasar yang berkaitan dengan pentingnya media pembelajaran ini dikem-bangkan. Berdasarkan standar dasar dan standar kompetensi pada KTSP Pendidikan Seni Budaya tingkat Sekolah Menengah Pertama, telah dirumus-kan pentingnya kompetensi apresiasi karya seni rupa terapan Nusantara. Kesulitan siswa dalam memahami materi apresiasi karya seni rupa terapan Nusantara merupakan masalah dasar perlunya melakukan pengembangan media pembelajaran.

Analisis

• siswa (learner analysis), merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan media pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkem-bangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih, termasuk di dalamnya kemampuan siswa menggunakan komputer.

Analisis tugas

(12)

suatu objek apresiasi. Analisis konsep

(concept analysis), dalam konteks penelitian ini analisis konsep materi media pembelajaran didasarkan atas standar kompetensi dan kom-petensi dasar yang terkait dengan apresiasi dan kreasi kriya nusantara, da-lam hal ini kriya topeng Malang dimaknai sebagai salah satu karya seni rupa terapan nusantara. Standar kompetensi ini selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa, indikator, materi serta tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa berdasarkan media pembelajaran yang dikembangkan.

Perumusan tujuan

• pembelajaran (specifying instructional objectives), tujuan dari media pembelajaran ini adalah untuk apresiasi karya seni rupa terapan Nu-santara dengan memanfaatkan kriya topeng Malang sebagai objek apresiasi. Karena media ini digunakan untuk membantu siswa mengapresiasi hasil karya seni, maka ukuran ketuntasan bukan merupakan tujuan utama. Melalui media pembelajaran yang dikembangkan, siswa diharapkan dapat belajar ka-pan saja dan di mana saja. Akan tetapi evaluasi terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung oleh guru.

Kedua, tahap pendataan (data), merupakan proses penggalaian dan penyajian data yang diperoleh melalui sumber informasi berupa: (1) data lapangan, merupa-kan data yang diperoleh dari gambaran pelaksanaan pembelajaran yang relevan dengan topik penelitian. Data ini diperoleh melalui observasi langsung ke sekolah, maupun informasi dari guru maupun pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran di sekolah; (2) Data yang diperoleh dari referensi seperti literatur dan hasil-hasil penelitian yang dapat menunjang pengembangan media pembelajaran yang dilakukan. Data tersebut dapat berupa informasi yang terkait konsep-konsep pengembangan serta dokumentasi-dokumentasi lain yang dapat menunjang pene-litian.

Ketiga, tahap perancangan (design), merupakan tahap awal untuk menentukan konsep desain media pembelajaran yang akan dikembangkan, meliputi; (1) memilih dan merumuskan materi (content), yang akan disajikan sesuai indikator dan tujuan pembelajaran pada media pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya materi tersebut disusun dalam peta materi; (2) pemilihan media (media selection), adalah proses menentuakan media yang sesaui dengan konsep teori dalam penelitian serta kebutuhan dan tujuan pengembangan; (3) pemilihan format (format selection) adalah membuat diagram alir program media pembelajaran yang dikembangkan sesaui menu program yang dirancang, (4) merancang format naskah (script); merancang tampilan media pembelajaran dan layout dari menu yang disajikan, (5) membuat prototipe, yakni membuat contoh awal/potongan dari pembuatan program media pembelajaran dalam bentuk kecil. Melalui pembuatan prototipe ini diharapkan program secara nyata dapat dibuat dengan maksimal.

Keempat tahap pengembangan (develop), tahap pengembangan adalah tahap

(13)

MARSUDI, Pengembangan Media Digital… • 97 untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal), yakni ahli materi yang memvalidasi ma-teri yang disajikan dalam media pembelajaran, dan ahli media yang memvalidasi tampilan dan kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya hasil validasi tersebut, dijadikan bahan revisi media pembelajaran yang dikembangkan, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).

Kelima tahap penyebaran (disseminate), tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik indi-vidu, maupun kelompok. Dalam penelitian ini tahap disseminate (penyebaran) tidak dimasukkan dalam tahapan penelitian media pembelajaran yang direncanakan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan biaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masukan tertulis dari ahli materi terhadap materi yang disampaikan mela-lui media pembelajaran secara umum dari sisi materi media pembelajaran yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan. Namun demikian ada beberapa masukan terkait materi kriya topeng Malang yang disajikan dalam media pembe-lajaran digital. Masukan tersebut adalah untuk menyederhanakan muatan materi, mengingat permasalahan seni tradisi yang terkait dengan budaya pada masyarakat tertentu cakupannya terlalu luas.

Menu pada setiap materi harus disajikan secara urut, sehingga memungkin-kan siswa untuk menggunamemungkin-kan media secara runtut sesuai materi yang disajimemungkin-kan. Setiap menu materi harus dapat dijalankan untuk kembali ke materi yang belum dipahami, maupun melanjutkan ke materi berikutnya. Untuk mempermudah uru-tan materi, peneliti harus melengkapi dengan buku petunjuk penggunaan media.

(14)

Gambar 2. Tampilan judul, menu, info, dan petunjuk media

Dari sisi tipograi, pemilihan huruf harus dilakukan secermat mungkin

de-ngan mengutamakan tingkat keterbacaan (readability) maupun kejelasan (reability). Dengan pemilihan huruf yang tepat, maka informasi yang disampaikan akan menjadi lebih jelas. Huruf yang dipilih selain mengutamakan aspek komunikatif juga memperhatikan tampilan yang estetis, dan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Uji coba dilakukan terhadap 15 orang siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Surabaya. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil se-bagai berikut:

Tabel 1. Persentase Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran

No. Kriteria Sangat

Setuju Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

1. Media pembelajaran ini membantu siswa

belajar apresiasi terhadap Kriya Topeng Malang 53,3% 33,3% 6,7% 6,7%

2. Media pembelajaran bersifat interaktif, siswa

dapat menjalankan sendiri 66,7% 26,7% 6,7% 0%

3. Siswa tidak merasa kesulitan menggunakan

media pembelajaran ini 60% 40% 0% 0%

4. Media pembelajaran memiliki materi yang

lengkap mengenai Kriya Topeng Malang 53,3% 40% 6,7% 0%

5. Materi disajikan dengan jelas dan mudah diikuti 60% 26,7% 6,7% 6,7%

6. Setiap materi diakhiri test 26,7% 53,3% 6,7% 13,3%

7. Media pembelajaran mempunyai menu yang

mudah digunakan dan diingat 53,3% 40% 0% 6,7%

8. Terdapat gambar animasi yang membantu

untuk mengingat informasi yang dipelajari 46,7% 46,7% 0% 6,7%

9. Gambar terlihat jelas dan mudah dipahami 33,3% 53,3% 6,7% 6,7%

(15)

MARSUDI, Pengembangan Media Digital… • 99

10. Pemakaian warna sudah tepat 40% 60% 0% 0%

11. Penggunaan huruf atau karakter sudah sesuai 66,7% 26,7% 0% 6,7%

12. Tampilan media interaktif dan menarik 73,3% 26,7% 0% 0%

13.

Setelah menggunakan media pembelajaran ini siswa menjadi lebih tahu mengenai Kriya Topeng Malang

100% 0% 0% 0%

14. Dengan media pembelajaran ini siswa lebih

mudah belajar mengenai Kriya Topeng Malang 60% 33,3% 6,7% 0%

Berdasarkan ujicoba media yang dilakukan terhadap 15 siswa Sekolah Me-nengah Pertama, maka dapat disimpulkan sebagai berikut dari sisi fungsi atau kegunaan media pembelajaran, sebanyak 8 (53,3%) siswa yang melakukan ujicoba menyatakan sangat setuju bahwa media pembelajaran ini membantu mereka dalam memahami apresiasi kriya daerah setempat. Siswa merasa senang dengan media pembelajaran kriya topeng, karena bersifat interaktif dan siswa dapat menjalankan sendiri dengan mudah. 10 (66,7%) siswa menyatakan sangat setuju bahwa media ini bersifat interaktif, karena media ini dapat mereka jalankan sendiri.

Semua siswa (100%) siswa menyatakan sangat setuju media pembelajaran ini dapat meningkatkan pengetahuan mereka terhadap karya kriya daerah setempat. Setelah melakukan ujicoba media mereka menjadi lebih tahu tentang topeng Ma-lang. Sebanyak 9 (60%) siswa beranggapan media ini sangat mempermudah mereka dalam mempelajari apresiasi terhadap kriya.

Dari segi materi yang disajikan, sebanyak 8 (53,3%) siswa menyatakan sangat setuju bahwa media yang disajikan berisi materi yang lengkap mengenai kriya topeng Malang. Dari segi tampilan media, 8 (53%) siswa menyatakan sangat setuju media yang disajikan memiliki tampilan menu yang mudah dijalankan dan mudah diingat. Media juga disajikan dengan animasi yang menarik dan mudah untuk mengingat materi yang disajikan. Tampilan gambar yang disajikan dalam media pembelajaran juga terlihat jelas dan menarik. Sebanyak 5 (33,3%) siswa menyata-kan sangat setuju gambar yang disajimenyata-kan jelas dan menarik. Sedangmenyata-kan tampilan warna dinilai sudah sangat tepat. Ini terbukti ada 6 (40%) siswa menyatakan sangat

setuju warna yang ditampilkan sesuai. Sedangkan tipograi atau tampilan huruf

menurut siswa sudah sangat jelas dan menarik dan mudah dibaca. Sebanyak 10 (66,7%) siswa menyatakan sangat setuju.

KESIMPULAN

(16)

dalam media pembelajaran sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemam-puan mereka dalam memahami apresiasi seni kriya, khususnya kriya topeng Ma-lang. Tampilan media dapat disimpulkan sangat menarik sehingga dengan adanya media ini siswa merasa terbantu dan bersemangat untuk mempelajari kriya topeng sebagai warisan seni kriya tradisional yang terdapat di wilayah kabupaten Ma-lang.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi keterbatasan guru da-lam mengajar materi pembelajaran apresiasi terhadap hasil karya seni khususnya kriya daerah setempat. Mengingat seni tradisi seperti halnya kriya topeng Malang sudah mulai ditinggalkan dan tidak begitu dikenal oleh siswa. Melalui media pem-belajaran ini, diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami dan selanjutnya mengimplementasikan dalam sikap siswa untuk mengapresiasi dan menghargai kriya di daerah setempat.

Diharapkan, guru dapat lebih inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, termasuk menyiapkan media yang menarik dan disenangi siswa. Mengingat untuk mengenalkan budaya dan seni tradisi kepada siswa dibutuhkan strategi dan kreativitas guru dalam meman-faatkan dan mengeksplorasi karya seni tradisi ke dalam media pembelajaran yang lebih menarik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Se-lanjutnya guru diharapkan dapat membuat media pembelajaran sejenis, dengan memanfaatkan berbagai macam potensi yang ada di sekitarnya termasuk potensi yang berupa artifak seni tradisi yang mulai dilupakan oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ariin, A. 1994. Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas. Amrico: Bandung. Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Graindo Persada.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembe-lajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Efendy, O. 1994. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hackbarth, Steven. 2006. The Educational Technology Handbook. New Jersy: Educational Tech-nology Publishing.

Hofsteter, Fred T. 2001. Multimedia Literacy. Edisi ketiga. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Mudhoir. 1992. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Badung: Remaja Rosda-karya.

Munadi, Y. 2010. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Pranata, M. 2010. Teori Multimedia Instruksional. Malang: Universitas Negeri Malang dan Bayu Media Publishing.

Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sachari, Agus. 2002. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sadiman, Arif, dkk. 2007. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.

Jakarta: PT Raja Graindo Persada.

Gambar

Gambar 1. Tampilan intro ke 1, 2, 3, dan 4
Gambar terlihat jelas dan mudah dipahami

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Gangguan (usaha Peternakan ayam dan babi) belum terlaksana dengan optimal karena

Lembar Observasi Kemampuan Anak dalam Menghapal Terjemah Surat-surat Pendek Menggunakan Metode Bernyanyi pada siklus I

[r]

We therefore defined Group 2 as having a lesion in the anterior lobe (lobules I–V) plus lobule VI; and Group 3 with lesion involving the remainder of the posterior lobe (lobules VII

Disini terjadi proses reduksi noise sinyal suara, dimana inti proses reduksi noise tersebut adalah treshold yang artinya melewatkan koefisien tersebut ke suatu

Pada sistem pengenalan pengucap, programa dinamis digunakan untuk mendapatkan jalur kecocokan antar dua template sinyal masukan yang telah dipetakan dan

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Unit Kegiatan Mahasiswa berperan konkrit dalam pembangunan hukum nasional, karena UKM Melakukan pendidikan

Dari penelitian ini alopesia areata (56,8%) merupakan kelainan yang paling banyak ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan adalah efluvium telogen (50%).. Beberapa