perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN :
DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan
Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
S
SKRIPS
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DHINA ARFIANA DEWI NIM F0306027
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN : DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi F0306027
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29 perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan laba.
Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS No. 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA)
(Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset –Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange
in the year of 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi F0306027
ABSTRACT
The purpose of this research is to detect earnings management activities via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 non-manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The sampling process was done purposive sampling method. This research use secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange. Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test, and coefficient determination test.The result of simultaneous test show that deferred tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to reported increasing earnings.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
commit to user
vi MOTTO
“Man Jadda, Wajada”
(No Name)
“I believe in luck. I believe the harder I work, the luckier I get.”
(Raditya Dika)
“Kecemasan takkan pernah merenggut kesulitan hari esok, ia hanya akan
melemahkan hari ini dengan kekuatannya.”
(AJ. Cronin)
“Mengharap dunia memperlakukanmu baik karena kamu orang baik, itu sama
konyolnya dengan mengharap banteng tidak menandukmu karena kamu seorang
vegetarian.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Bapak, Ibu, dan Kakakku yang selalu mendoakan, memberi
dukungan dan semangat di setiap langkahku
Adhi Manyu yang selalu memberikan motivasi
Almamaterku
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Praktek Manajemen Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi
dengan Menggunakan Valuation Allowance Account(VAA)”.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan, semangat, serta pemikiran baik secara langsung maupun tidak langsung
yang berupa saran, kritik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri H. M.Si. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak., BKP., selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan sehingga
skripsi ini dapat disusun dengan baik dan lancar.
4. Dra. Falikhatun, Msi., Ak., selaku pembimbing akademik yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Semua dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah banyak memberikan andil selama penulis menimba
ilmu hingga akhirnya tertuang dalam penulisan skripsi ini.
6. Orangtuaku tercinta, yang selalu melimpahiku dengan kasih sayang,
perhatian, selalu mendoakanku, memberikan dukungan serta bimbingan
dalam setiap langkahku. Terima kasih atas segalanya, aku bangga
memiliki orangtua seperti kalian.
7. Kakakku Dhika Arif Hanantyo, yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan (baik riil maupun materiil, hehe) sampai studiku selesai. Terima
kasih ya..
8. Adhi Manyu Sakti Prabowo yang selalu menemaniku dalam suka dan
duka, dan bersedia untuk direpotkan setiap saat, terima kasih atas doa,
dukungan, dan perhatiannya. Pake toga bareng yuuuuk..
9. Kawan-kawanku yang secara tidak langsung sangat membantuku meraih
gelar sarjana ini. Tita, Mera, Hanung, dan Denny terima kasih atas bantuan
dan kerjasamanya selama masa perkuliahan yang mengesankan ini. Ika
dan Ratri, terima kasih supportnya waktu kompre, bantuan dan
saran-sarannya, kalian kok baik banget sih. Partnerku Ririn, terima kasih buat
judulnya yang menurutku unpredictable banget hehe, makasih bantuan dan
tumpangannya ya.
10.Teman-teman FKIP Seni Rupa, terima kasih telah mewarnai masa
kuliahku dengan pengetahuan dan pengalaman baru.
commit to user
x
12.Serta semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran sangat diharapkan.
Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak di kemudian hari.
Surakarta, Oktober 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ... ii
ABSTRACT ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A... Latar Belakang ... 1
B. ... Peru musan Masalah ... 7
commit to user
xii
D... Manf
aat Penelitian ... 7
E. ... Siste matika Penulisan ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.... Land asan Teori ... 10
1. ... Teori Akuntansi Positif ... 10
2. ... Teori Agensi ... 12
3. ... Mana jemen Laba ... 15
4. ... PSA K No. 46 ... 20
5. ... Aktiv a Pajak Tangguhan ... 22
a. Pengertian ... 22
b. Pengakuan ... 23
c. Penilaian Kembali... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. ... Penel
itian Terdahulu... 27
C. ... Kera
ngka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis... 31
1. Kerangka Pemikiran ... 31
2. Pengembangan Hipotesis ... 33
BAB III. METODE PENELITIAN
A... Ruan
g Lingkup Penelitian... 37
B. ... Popul
asi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37
C. ... Sumb
er Data ... 38
D.... Defin
isi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
1. ... Perub
ahan Diskresioner VAA ... 39
2. ... Targe
t Laba ... 42
E. ... Meto
de Analisis Data ... 44
commit to user
xiv
A... Hasil
Pengumpulan Data... 49
B. ... Regr
esi Pertama... 50
C. ... Regr
esi Kedua ... 52
1. ... Desk
ripsi Data ... 52
2. ... Peng
ujian Hipotesis ... 53
a. ... Uji
Normalitas ... 53
b. Uji Asumsi Klasik ... 53
1) ... Uji
Multikolinieritas ... 53
2) ... Uji
Autokorelasi... 54
3) ... Uji
Heterokedastisitas ... 55
c. Uji Hipotesis ... 56
1) ... Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2) ... Uji
Ketepatan Perkiraan ... 57
3) ... Uji
Statistik t ... 58
D... Pemb
ahasan ... 58
BAB V. PENUTUP
A... Kesi
mpulan ... 61
B. ... Keter
batasan ... 62
C. ... Saran 63
D... Impli
kasi ... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
commit to user
xvi
2.1 Penelitian Terdahulu ... 27
4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 49
4.2 Statistik Deskriptif Data Regresi Pertama ... 50
4.3 Hasil Regresi Pertama ... 51
4.4 Statistik Deskriptif Data ... 52
4.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 53
4.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 54
4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 55
4.8 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 56
4.9 Hasil Pengujian Hipotesis ... 57
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
2.1 Kerangka Pemikiran ... 32
2.2 Skema Target Laba dan Manajemen Laba ... 32
3.1 Premanaged Earnings pada Dua Target Laba ... 43
commit to user
xviii 1 Nama dan Kode Perusahaan Sampel
2 Regresi Pertama
a. Keseluruhan Data Diskala dengan Saham yang Beredar
b. Statistik Deskriptif
c. Uji Normalitas
d. Uji Multikolonieritas
e. Uji Heteroskedastisitas
f. Uji Autokorelasi
g. Regresi Berganda
3 Regresi Kedua
a. Variabel Dependen dan Independen
b. Variabel Dummy
c. Statistik Deskriptif
d. Uji Normalitas
e. Uji Multikolonieritas
f. Uji Heteroskedastisitas
g. Uji Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN : DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi F0306027
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29 perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan laba.
Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS No. 109
commit to user
PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA)
(Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset –Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange
in the year of 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi F0306027
ABSTRACT
The purpose of this research is to detect earnings management activities via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 non-manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The sampling process was done purposive sampling method. This research use secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange. Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test, and coefficient determination test.The result of simultaneous test show that deferred tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to reported increasing earnings.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat dua versi laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
dalam setiap periodenya, yaitu laporan keuangan komersial yang dihitung
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum dan laporan keuangan fiskal
yang dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbedaan
ketentuan dalam perhitungan laporan tersebut menghasilkan dua laba yang
berbeda, laba sebelum pajak (menurut perhitungan laporan keuangan
komersial) dan penghasilan kena pajak (menurut perhitungan laporan
keuangan fiskal).
Penghasilan kena pajak, yang menjadi dasar perhitungan pajak
penghasilan (PPh), merupakan output dari rekonsiliasi antara laporan
keuangan komersial dengan ketentuan pembukuan pajak menurut
undang-undang perpajakan. Hal ini berarti bahwa dalam laporan keuangan komersial
terkandung perhitungan PPh berdasarkan penghasilan kena pajak menurut
ketentuan perpajakan (Kiswara, 2009). Penyajian perhitungan PPh tersebut
pada laporan keuangan perusahaan diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 yang mengadopsi standar di Amerika,
yaitu Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 109,
commit to user
Sejak diterbitkannya SFAS No. 109 pada tahun 1992 dan diadopsi di
Indonesia pada tahun 1997 dalam PSAK No. 46, standar akuntansi ini menjadi
kontroversial (Burgstahler et al, 2002). Standar tersebut mengharuskan
manajer untuk menilai dan mencatat aktiva pajak tangguhan pada tingkat
dimana aktiva pajak tangguhan tersebut memungkinkan (more likely than not)
untuk direalisasi (PSAK No. 46 paragraf 24). Dan apabila aktiva pajak
tangguhan dinilai tidak mungkin untuk direalisasi, maka manajer harus
menurunkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan (PSAK No. 46 paragraf 35)
dengan membentuk akun cadangan penilaian (Valuation Allowance
Account/VAA) pajak tangguhan (SFAS No. 109 paragraph 17e).
Petree et al dalam Burgstahler et al (2002) menyatakan bahwa
pengakuan aktiva pajak tangguhan ini sangat kompleks dan subjektif.
Penilaian dan perkiraan manajemen menjadi peran utama dalam pembentukan
VAA untuk menyesuaikan aktiva pajak tangguhan yang diakui. Pasalnya,
realisasi aktiva pajak tangguhan bergantung pada kemampuan penghasilan
kena pajak masa depan menyediakan pembalikan untuk perbedaan temporer
yang dapat dikurangkan (Kumar dan Visvanathan, 2001). Hal ini berarti
bahwa penyesuaian aktiva pajak tangguhan dan pembentukan penyisihannya
didasarkan pada ekspektasi manajemen tentang penghasilan kena pajak masa
depan.
Keleluasaan pembentukan VAA meningkatkan kemampuan
manajemen untuk mengatur laba, manajemen memanfaatkan kebijakannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Numberg, 1993; dan Petree et al, 1995 dalam Miller dan Skinner, 1998).
Biasanya pengaplikasian kebijakan pada laporan keuangan menghilangkan
diskresi manajer dan membatasi tindakan manajemen laba, tapi SFAS No. 109
masih mengijinkan diskresi manajer (Frank dan Rego, 2006). VAA dipilih
sebagai alat untuk melakukan manajemen laba karena tidak ada rumus yang
tetap atau aturan yang jelas untuk menentukan tingkat VAA dan tingkat VAA
tergantung pada ekspektasi manajemen tentang laba masa depan, sehingga
pada beberapa perusahaan kebijakan dalam standar akuntansi ini cukup
leluasa bagi manajemen untuk membuat adjustment yang material pada laba
akuntansi, karena perubahan pada VAA berdampak langsung pada laba bersih
perusahaan (Miller dan Skinner, 1998).
Dengan memanfaatkan celah pada kebijakan baik di PSAK No. 46
maupun SFAS No. 109, perusahaan secara oportunistik mengelola labanya
dengan menaikkan atau menurunkan akun cadangan penilaian aktiva pajak
tangguhan (Mulford dan Comiskey 1996, Hirst dan Sevcik 1996, Ciesielski
1998; dalam Bauman et al 2000). Hal ini dikarenakan perubahan besarnya
VAA pajak tangguhan secara langsung dapat berpengaruh pada laba operasi
berjalan (current operating income), dan dalam SFAS No. 109 dijelaskan
mengenai sumber penghasilan kena pajak untuk realisasi aktiva pajak
tangguhan, yang mana di dalamnya terkandung sejumlah subyektivitas
sebagai pertimbangan. Serta adanya hubungan keagenan yang mendorong
manajemen melakukan manajemen laba dengan memanfaatkan VAA pajak
commit to user
Studi empiris tentang manajemen laba melalui VAA telah banyak
dilakukan (Burgstahler et al, 2002; Phillips et al, 2003; Frank dan Rego, 2006;
Christensen et al, 2008) dengan berbagai model atau rumus. Salah satunya,
rumus yang digunakan oleh Frank dan Rego (2006) yang mengembangkan
model akrual, dimana model ini mengklasifikasikan total akrual kedalam
bentuk discretionary accrual dan non-discretionary accrual dengan dua
tahapan regresi. Rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006) ini
merupakan model yang paling sesuai untuk meneliti manajemen laba melalui
VAA karena dalam pengklasifikasian akrualnya rumus ini mencakup semua
ketentuan yang tercantum di SFAS No. 109. Empat sumber penghasilan kena
pajak yang diberikan SFAS No. 109 sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan tingkat VAA, dijadikan model perhitungan non-diskresioner
VAA oleh Frank dan Rego (2006).
Tanusdjaja (2006) mengemukakan bahwa sebagian besar penelitian
manajemen laba berusaha menemukan bukti bahwa laba diatur untuk
memenuhi batas pelaporan laba (earnings thresholds). Burgstahler et al
(2002), melakukan penelitian di sekitar earnings thresholds untuk
mengidentifikasi aktivitas manajemen laba dalam menghindari penurunan laba
dan pelaporan kerugian. Schrand dan Wong (2003) juga melakukan hal yang
sama dalam penelitiannya, mereka meneliti tindakan manajemen laba dalam
mencapai ramalan laba analis dan melaporkan peningkatan laba. Termasuk
penelitian Frank dan Rego (2006), mereka meneliti aktivitas manajemen laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam penelitiannya sebagai earnings targets, yaitu: melaporkan laba positif,
melaporkan peningkatan laba, dan mencapai ramalan laba analis.
Pasar memberikan penilaian positif pada perusahaan yang memenuhi
earnings thresholds (Tanusdjaja, 2006), hal ini menjadi motivasi manajemen
untuk mengelola labanya, selain adanya bonus scheme motivations. Frank dan
Rego (2006) menemukan bukti empiris adanya income smoothing pada
perusahaan yang dilakukan dengan memanfaatkan VAA untuk mencapai
ramalan laba para analis. Temuan ini didukung oleh penelitian Schrand dan
Wong (2003) yang menunjukkan tindakan income smoothing pada kedua
target laba, yaitu melaporkan peningkatan laba dan mencapai ramalan laba
para analis.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Frank dan Rego
(2006) yang meneliti aktivitas manajemen laba dengan detektor perubahan
diskresioner VAA yang dipengaruhi oleh target laba (earnings targets) dengan
proksi premanaged earnings pada 194 perusahaan publik di Amerika Serikat.
Adanya perbedaan dalam penerapan aturan perpajakan dan aturan pasar modal
di setiap negara membuat penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu untuk
mengetahui apakah konsep yang sama dapat diaplikasikan di Indonesia.
Dengan demikian penelitian ini menguji kemampuan VAA untuk mendeteksi
manajemen laba dalam mencapai earnings targets pada perusahaan
non-manufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang akan diuji adalah dua target laba
perusahaan, yaitu target untuk melaporkan laba positif dan target untuk
commit to user
sampel dalam penelitian ini karena beberapa penelitian sebelumnya tentang
manajemen laba melalui VAA (Tanusdjaja, 2006; Djamaluddin, 2007) telah
meneliti perusahaan manufaktur di Indonesia, sedangkan semua perusahaan
mempunyai VAA sehingga berpeluang melakukan manajemen laba dengan
VAA tersebut.
Berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu tentang manajemen laba
melalui VAA di Indonesia (Djamaluddin, 2007; Rakhmawati dan Zulaikha,
2011) yang menggunakan book-tax difference dan rasio perubahan VAA,
dalam memproksikan tindakan diskresioner manajemen penelitian ini
menggunakan metode yang sama dengan Tanusdjaja (2006), yaitu dengan
menggunakan metode akrual. Tetapi dalam menganalisinya, penelitian ini
melalui dua tahap regresi. Regresi pertama dimaksudkan untuk memisahkan
akrual diskresioner dan akrual non-diskresioner dengan rumus yang
dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006), sedangkan regresi kedua menguji
pengaruh antara akrual diskresioner tersebut dengan dua target laba untuk
mengetahui pola manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka judul untuk penelitian ini adalah “Praktek Manajemen Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi dengan Menggunakan
Valuation Allowance Account (VAA), (Studi Empiris pada Perusahaan
non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian di atas dan beberapa hasil
penelitian sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian
ini adalah “Apakah perubahan diskresioner VAA dapat digunakan untuk
mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan dalam mencapai target
laba?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti
empiris mengenai manajemen laba dengan menggunakan Valuation
Allowance Account (VAA) dan hubungannya dengan earnings targets
perusahaan (target untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan
laba) pada perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan aktiva
pajak tangguhan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang tepat mengenai investasinya dengan
menggunakan informasi pada laporan keuangan khususnya informasi
commit to user 2. Bagi Penyusun Standar Akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari
kebijakan yang telah dikeluarkan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
kebijakan yang akan dikeluarkan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajamen
perusahaan mengenai penerapan kebijakan dan aturan dalam pembuatan
laporan keuangan agar informatif dan tidak menyesatkan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan literature untuk
meningkatkan minat dan perkembangan ilmu akuntansi di masa
mendatang khususnya mengenai fenomena manajemen laba di Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab yang
diuraikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari
penelitian ini, kerangka pemikiran dan pengembangan
hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini membahas proses pemilihan sampel, pencarian data
dan metodologi yang digunakan.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai pengolahan data, hasil dari
analisis data serta pembahasannya.
BAB V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis
data, keterbatasan, implikasi dan saran bagi penelitian
selanjutnya.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) teori
akuntansi normatif, mencakup penjelasan atau penalaran untuk
menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi yang paling sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan b) teori akuntansi positif,
mencakup penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah
kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai
fakta.
Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam Januarti (2004)
terdapat tiga kelemahan pendekatan normatif yang mendasari terjadinya
pergeseran pendekatan dari normatif ke positif, yaitu:
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah
sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran
investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat
pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya
ekonomi secara efisien.
Teori akuntansi positif dikembangkan oleh Watt dan Zimmerman
(1986) karena ketidakpuasan terhadap teori akuntansi normatif, yang mana
teori akuntansi normatif hanya menunjukkan cara terbaik untuk melakukan
sesuatu berdasarkan premis, norma atau standar, sedangkan teori akuntansi
positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan
mengujinya secara empiris (Godfrey et al, 1997 dalam Januarti, 2004).
Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau
menghipotesiskan teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata.
Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiris terhadap
asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif.
Teori akuntansi positif berusaha menjawab pertanyaan dari sudut
pandang ekonomi (Godfrey et al, 1997 dalam Rakhmawati dan Zulaikha,
2011), sebagai berikut:
1. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif?
2. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi?
3. Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga
commit to user
Untuk menjawab pertanyaan di atas, teori akuntansi positif
menggunakan asumsi sebagai berikut: a) manajer, investor, kreditor, dan
individu lain bersikap rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasaan
mereka atau b) manajer memiliki kepuasan untuk memilih metode
akuntansi yang memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah
kebijakan produksi, investasi dan pendanaan perusahaan untuk
memaksimumkan kepuasaan mereka, dan c) manajer mengambil tindakan
yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena
akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan-alasan yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, teori akuntansi
positif dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi
yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan
prediksi dalam teori akuntansi positif didasarkan pada proses kontrak
(contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship)
antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, pihak
pengelola pasar modal, dan istitusi pemerintah (Watts dan Zimmerman,
1986).
2. Teori Agensi
Teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan
kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
agen (manajemen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang
meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal
mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen,
hal ini dapat pula dikatakan bahwa prinsipal memberikan suatu amanah
kepada agen untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agen maupun
prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Kontrak kerja yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua
faktor (Indriana, 2009), yaitu :
1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil
yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai
imbalan yang diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi,
karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai
banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang
atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang
diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah
terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh
commit to user
informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan
prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka
tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka
peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan
melakukan tindakan yang tidak semestinya, dimana tindakan ini dapat
merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu mekanisme pengawasan untuk
meminimumkan konflik kepentingan antara agen dan prinsipal.
Mekanisme pengawasan ini akan menimbulkan suatu biaya yang disebut
dengan agency cost. Biaya keagenan (agency cost) adalah biaya yang
dikeluarkan pemilik untuk mengatur dan mengawasi kerja para manajer
sehingga mereka berkerja untuk kepentingan perusahaan, Terdapat tiga
jenis biaya keagenan (Jansen dan Meckling, 1976), yaitu:
1. Monitoring Cost
Biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor
perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol
perilaku agen. Contohnya, biaya audit dan biaya untuk menetapkan
rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan
operasi.
2. Bonding Cost
Biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kepentingan prinsipal. Contohnya, biaya yang dikeluarkan oleh
manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang
saham.
3. Residual Loss
Timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadangkala berbeda dari
tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal.
Teori keagenan (agency theory) ditekankan untuk mengatasi dua
permasalahan yang terjadi dalam hubungan keagenan. (1) Masalah
keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan
prinsipal dan agen saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi
prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu
yang tepat. (2) Masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul
dimana prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.
3. Manajemen Laba (Earning Management)
Terdapat beberapa definisi manajemen laba, misalnya Fischer dan
Rozenzweigg (1995) yang mendefinisikan manajemen laba sebagai,
“ …actions of a manager which serve to increase (decrease)
current reported earnings of the unit which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in the long term economics profitability of the unit.”
Healy et al (1999) menyatakan bahwa,
“earnings management occurs when managers use judgment in
financial reporting and in structuring transaction to alter financial reports to either mis lead some stakeholders about the underlying economic performance of the company, or to influence contractual
commit to user
Pengertian tersebut mempunyai dua aspek, (1) Ada banyak cara dimana
manajemen dapat melakukan judgment untuk mempengaruhi laporan
keuangan mereka. Sebagai contoh, judgment dibutuhkan untuk
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa mendatang yang
tercermin dalam laporan keuangan, seperti usia manfaat dan nilai sisa
aktiva, kewajiban dana pensiun, pajak tangguhan, dan kerugian dari bad
debts dan asset impairements. Manajemen juga harus memilih diantara
metode akuntansi yang diperbolehkan, seperti metode penyusutan dan
metode pencatatan persediaan. (2) Tujuan dari earnings management
adalah untuk menyesatkan penilaian semua atau sebagian stakeholders
mengenai kinerja keuangan perusahaan. Ini muncul bila manajemen yakin
bahwa stakeholders tidak akan mengetahuinya, atau tidak tersedia
informasi untuk outside stakeholders.
Menurut Saputro dan Setiawati (2004), manajemen laba adalah
campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk
menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Sedangkan
Kusumawati (2009) mendefinisikan earnings management sebagai proses
dengan sengaja (dalam batasan Generally Accepted Accounting
Principles) untuk melaporkan tingkat laba periodik (earnings) sesuai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Manajemen laba timbul karena didorong oleh beberapa faktor,
Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi atau insentif manajemen
laba tersebut, antara lain:
a. Bonus Scheme Motivations
Bonus yang hanya didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan
memotivasi manajemen untuk secara opportunistic mengelola laba
tersebut demi memaksimalkan bonus yang mereka dapatkan.
b. Initial Public Offering (IPO)
Informasi keuangan yang disajikan dalam prospektus penawaaran
umum perdana menjadi sumber informasi bagi investor, dan hal ini
menimbulkan kemungkinan manajemen untuk mengatur laba dengan
harapan mendapatkan harga saham yang cukup tinggi.
c. Changes of Chief Executive Officer
CEO yang akan pensiun atau yang akan diganti memiliki motivasi
meningkatkan laba untuk memaksimalkan bonus terakhirnya. Begitu
juga dengan CEO yang kinerjanya buruk, mereka meningkatkan laba
untuk mencegah atau menunda kemungkinan pemecatan.
d. Political Motivations
Perusahaan besar yang aktivitasnya bersinggungan dengan rakyat
banyak, serta perusahaan dalam industri strategis, seperti minyak dan
gas, yang berkaitan dengan isu monopoli cenderung menggunakan
commit to user
dilaporkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibility mereka atau
dengan kata lain agar perusahaan tidak terlalu disorot publik.
e. Taxation Motivations
Manajemen berusaha mengelola labanya untuk memperoleh tax
saving. Karena semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan
semakin besar pula pajak yang ditanggung perusahaan tersebut.
f. Other Contractual Motivations
Ada sejumlah kontrak yang memotivasi manajemen untuk melakukan
manajemen laba tetapi yang paling menonjol adalah kontrak pinjaman
jangka panjang. Kontrak pinjaman jangka panjang memiliki perjanjian
(covenants) untuk melindungi para pemberi pinjaman dari tindakan
manajemen yang dapat merugikan mereka, seperti pembagian dividen
yang berlebihan, pinjaman tambahan, dan tindakan lainnya yang
membahayakan kepentingan pemberi pinjaman.
Sedangkan Healy et al (1999) mengklasifikasikannya menjadi tiga
motivasi manajemen laba, yaitu sebagai berikut:
a. Capital Market Motivations
Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analisis
keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif
bagi manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Contracting Motivations
Motivasi ini dibagi menjadi dua, yaitu lending contracts motivations
(sama dengan other contractual motivations) dan management
compensation contracts motivations (sama dengan bonus scheme
motivations).
c. Regulatory Motivations
Motivasi ini terdiri dari: industry regulation motivations, anti-trust dan
other regulations, serta tax planning purposes.
Selanjutnya, dalam melakukan manajemen laba ada berbagai cara,
adapun pola manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Taking a Bath
Manajemen melaporkan kerugian dalam jumlah besar dengan tujuan
melaporkan laba besar di masa yang akan datang, sehingga memeroleh
bonus yang lebih besar (Scott, 2000).
b. Income Minimization
Pola ini hampir sama dengan taking a bath tetapi tidak ekstrim dan
dilakukan dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang mengurangi
laba (Scott, 2000).
c. Income Maximization
Pola ini sering dilakukan untuk memaksimalkan laba perusahaan
commit to user d. Income Smoothing
Pola meratakan laba dalam rentang bogey (nilai laba minimal tertentu)
dan cap (nilai laba maksimal tertentu) ini bertujuan agar bonus yang
diterima konstan, selain itu investor lebih mnyukai laba yang relatif
stabil (Scott, 2000).
e. Cookie Jar Reverse
Manajemen secara bebas membentuk cadangan di masa booming yang
kemudian digunakan untuk meratakan laba di masa sulit. Di masa
booming tersebut cadangan cenderung diperbesar sehingga dapat
digunakan pada saat perusahaan mengalami kerugian ataupun
penurunan laba agar perusahaan tidak terlihat jelek (C. Mulford dan E.
Commiskey 2002 dalam Yuliana 2007).
f. Revenue Recognition
Penjualan di masa depan diakui sebagai penjualan pada periode
berjalan dan atau menggeser biaya penjualan periode berjalan ke
periode akan datang untuk menghasilkan laba pada tahun berjalan
lebih tinggi atau sebaliknya (C. Mulford dan E. Commiskey 2002
dalam Yuliana 2007).
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46
Pada tahun 1997 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 46 yang mengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik, dan
mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya.
PSAK no. 46 diterbitkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan pajak penghasilan. Alokasi pajak antar
periode berdasarkan pada PSAK no. 46 diharapkan dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih berkualitas dibanding pada peraturan
sebelumnya, yaitu PSAK no. 16 paragraf 77;
“Apabila perusahaan memilih untuk menghitung pajak
penghasilan menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan "perbedaan waktu" pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam akun "pajak penghasilan yang ditangguhkan", dikelompokkan sebagai bagian dari aktiva lain-lain dan dialokasikan pada beban kena pajak penghasilan tahun-tahun mendatang.”
Perbedaan pokok antara PSAK no. 46 dengan PSAK no. 16
paragraf 77 adalah bahwa PSAK no. 46 mengatur akuntansi pajak
penghasilan menggunakan dasar akrual, yang secara komprehensif
menerapkan pendekatan aktiva-kewajiban (asset-liability approach),
sedangkan alokasi pajak antar periode berdasarkan PSAK no. 16 paragraf
77 dilakukan dengan pendekatan laba-rugi (income-statement approach).
Peraturan pada PSAK no. 46 secara prinsip tidak berbeda dengan
standar yang berlaku di Amerika Serikat, Statements of Financial
Accounting Standard (SFAS) no. 109 (1992) dan di Eropa, International
commit to user
ini membawa perubahan fundamental yang cukup signifikan (Tanusdjaja,
2006), yaitu:
a. Perusahaan harus mengakui aktiva (kewajiban) pajak tangguhan
apabila memenuhi kriteria tertentu sebagaimana diatur oleh standar.
b. Perusahaan harus mengungkapkan perbedaan temporer akuntansi dan
fiskal, yang terdiri dari berbagai komponen utama informasi pajak
tangguhan sebagai unsur pembentuk aktiva (kewajiban) pajak
tangguhan.
c. Perusahaan diperbolehkan membentuk akun penyisihan penilaian
(valuation allowance account) aktiva pajak tangguhan apabila besar
kemungkinan aktiva pajak tangguhan tidak dapat direalisasi (more
likely than not).
5. Aktiva Pajak Tangguhan
a. Pengertian
Menurut PSAK no. 46, pajak tangguhan dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities), merupakan
jumlah penghasilan pajak terutang (payable) untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
2) Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset), merupakan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian.
Perbedaan temporer timbul karena adanya perbedaan peraturan
dalam perhitungan laba komersial/akuntansi dengan laba fiskal.
Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan antara
jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPP-nya (Dasar
Pengenaan Pajak). Perbedaan temporer dapat berupa:
1) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences)
Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan laba fiskal
periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan
(recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled).
2) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible
temporary differences)
Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
yang boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan
laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva
dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut
dilunasi (settled).
b. Pengakuan
Berdasarkan PSAK No. 46 paragraf 21, aktiva pajak tangguhan
commit to user
boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aktiva
pajak tangguhan yang timbul dari :
1) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai
dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau
2) pengakuan awal aktiva atau kewajiban pada suatu transaksi yang :
a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
b) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
c. Penilaian Kembali
Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva
pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak
tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan
bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang akan tersedia untuk
pemulihannya. Sebagai contoh, perbaikan dalam kondisi
perekonomian meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode
mendatang aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui
menjadi memenuhi kriteria pengakuan (PSAK No. 46 paragraf 28).
Apabila dalam menilai kembali terdapat bukti bahwa laba
fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
nilai tercatat aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus
disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai
(PSAK No. 46 paragraf 35).
6. Valuation Allowance Account (VAA) Pajak Tangguhan
Realisasi aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) akan terjadi di
masa depan. Apabila berdasarkan bukti yang ada, aktiva pajak tangguhan
besar kemungkinannya (lebih dari 50%) tidak dapat direalisasi, maka
harus diturunkan nilainya dengan membentuk penyisihan (allowance)
yang dibebankan pada periode berjalan (SFAS No. 109). Valuation
Allowance Account merupakan akun penyisihan nilai sebagai contra
account aktiva pajak tangguhan, dan digunakan untuk menyesuaikan nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan, sesuai dengan besar kemungkinan (more
likely than not) realisasinya (Tanusdjaja, 2006).
Penerapan kriteria “more likely than not” dapat menimbulkan
diskresi manajer, karena standar akuntansi tidak menetapkan secara baku
bagaimana menghitung VAA pajak tangguhan (Frank dan Rego, 2006).
SFAS 109 hanya memberikan pedoman dalam menentukan VAA dengan
mengidentifikasi empat sumber penghasilan kena pajak yang dapat
digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, diantaranya:
1. Pembalikan kemudian terhadap pos-pos perbedaan temporer yang ada
commit to user
Sumber ini sangat tergantung pada laba masa depan, tetapi masih
dianggap cukup obyektif karena berbasis perbedaan temporer yang
telah ada pada masa sebelumnya.
2. Potensi penghasilan kena pajak masa depan (future taxable income)
Sumber ini dianggap sangat subyektif karena berdasarkan
justifikasi manajemen terhadap berbagai asumsi seperti, kondisi
ekonomi dan persaingan dalam menyusun proyeksi kinerja laba masa
depan.
3. Penghasilan kena pajak pada tahun sebelumnya (taxable income in
prior carryback years if carryback is permitted)
Sumber ini dapat dinilai obyektif, karena tidak menggunakan
asumsi laba masa depan, tapi menggunakan transaksi masa lalu yang
terjadi.
4. Strategi perencanaan pajak perusahaan (tax planning strategies)
Sumber ini juga memerlukan banyak pertimbangan subyektif
manajemen dalam strukturisasi transaksi yang dapat menimbulkan
efisiensi perpajakan, sehingga dapat menciptakan laba kena pajak
masa depan untuk merealisasikan aktiva pajak tangguhan tersebut.
Standar akuntansi tersebut juga memberikan contoh bukti positif
dan negatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam memperkirakan laba
masa depan (Jung dan Pulliam, 2006). Bukti positif, yang mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
masih ada, laba historis yang kuat, dan aset dengan nilai pasar lebih dari
nilai buku. Sedangkan bukti negatif, yang mendorong dibentuknya atau
ditingkatkannya VAA, terdiri dari, kerugian tahun berjalan yang
dipindahkan, sejarah kerugian atau kadaluwarsa rugi fiskal yang masih
berlaku, dan peramalan kerugian terhadap periode-periode mendatang.
Standar akuntansi menyikapi ketentuan yang tidak baku tentang
realisasi aktiva pajak tangguhan dengan mengandalkan pertimbangan
manajer, yang memberikan batasan perkiraan kemampuan laba masa
depan dalam merealisasi aktiva pajak tangguhan. Manajer akan
menggunakan informasinya, di bawah ketentuan standar akuntansi, untuk
membuat pernyataan kemungkinan realisasi aktiva pajak tangguhan dan
untuk menetapkan VAA (Kumar dan Visvanathan, 2001).
2. Penelitian Terdahulu
Secara ringkas, penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai
manajemen laba melalui VAA disajikan pada tabel di bawah ini:
commit to user penghasilan pajak kena
pajak, tingkat hutang, dan
perubahan laba.
atau kriteria yang tercantum dalam
SFAS No. 109 mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat VAA perusahaan.
Terdapat bukti yang lemah VAA
digunakan untuk manajemen laba,
ditunjukkan dengan tingkat hutang
dan proksi income smoothing tidak berpengaruh pada penilaian VAA.
laba oleh analis (analyst forecast), dan untuk tujuan taking a bath. Tidak semua perubahan VAA
berpengaruh pada penghasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id asset, dan rasio market-to-book)
Motivasi:
VAA dapat meningkatkan laba
yang dilaporkan, oleh karena itu
terdorong untuk melakukan
penelitian tindakan manajemen
laba dengan menggolongkan
perusahaan menjadi small scaled profits dan small scaled losses.
Hasil:
Manajer memanipulasi aktiva
pajak tangguhan untuk menaikkan
laba dan menghindari kerugian.
Perusahaan berlaba kecil (small scaled profit) menurunkan VAA pada jumlah yang besar untuk
meningkatkan laba. Sedangkan
perusahaan rugi kecil (small scalled loss) memanipulasi VAA untuk menghindari kerugian.
commit to user
laba historis, menunjukkan adanya
tindakan perataan laba oleh
perusahaan perbankan yang
dilakukan karena insentif dari
ramalan laba oleh para analis
(analyst forecast).
saham, arus kas dan laba
masa depan, dan
hubungan dengan laba operasi dan
arus kas masa depan.
saat ini, dan ramalan laba.
Motivasi:
manajemen laba di sekitar tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
smoothing hanya dilakukan karena insentif dari analyst forecast, tetapi tidak ada bukti bahwa VAA
digunakan untuk perataan laba
pada laba positif dan laba historis.
Theodore E.
VAA untuk melakukan big bath
menjadi lebih besar.
Hasil:
VAA tidak digunakan untuk
melakukan big bath. Ditunjukkan bahwa mayoritas perusahaan
menetapkan VAA lebih tinggi dari
yang diperkirakan karena
mempunyai informasi bahwa
kinerja perusahaan pada periode
berikutnya lebih rendah.
3. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas, dapat
commit to user
hipotesis, kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk diagram skematik
sebagai berikut:
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa variabel independen berupa dua target
laba mempengaruhi perubahan diskresioner VAA sebagai variabel
dependennya. Penjelasan lebih lanjut tentang hubungan variabel
independen dan dependen dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema Target Laba dan Manajemen Laba
Jauh di bawah Target Laba (Earnings Targets)
Tindakan Manajemen Laba (Earnings Management
Behavior)
Sumber: Penelitian Frank dan Rego (2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.2 menjelaskan tentang dua target laba perusahaan, beserta
pengklasifikasian perusahaan berdasarkan posisi premanaged earnings,
dan tindakan manajemen laba yang diambil perusahaan untuk mencapai
earnings targets tersebut.
2. Pengembangan Hipotesis
Manajemen laba timbul karena adanya informasi asimetri antara
prinsipal dan agen, yang diantara keduanya memiliki kepentingan yang
berbeda. Manajemen (agen) memiliki informasi lebih banyak tentang
perusahaan karena agen yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk secara
langsung mengelola perusahaannya. Manajemen dapat dengan mudah
mengelola laba yang disajikan pada laporan keuangannya untuk
menampilkan kinerja yang baik pada prinsipal, sehingga manajemen
mendapat bonus yang maksimal (Indriana, 2009).
Manajemen laba dicapai melalui kebebasan manajer terhadap
pilihan pengukuran dan pengakuan laba akuntansi dan aliran kas operasi
yang didasarkan pada PABU (Djamaluddin dkk, 2007). SFAS No. 109
menyediakan kebebasan itu pada pembentukan VAA pajak tangguhan.
Pembentukan VAA dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan yang dinilai manajemen tidak dapat
direalisasi pada periode mendatang. Penilaian dan perkiraan manajemen
tentang realisasi aktiva pajak tangguhan dalam pembentukan VAA harus
commit to user
digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, serta bukti positif
dan bukti negatif yang dapat dipertimbangkan dalam memperkirakan laba
masa depan, seperti yang tercantum dalam SFAS No. 109. Namun
ketentuan tersebut mengandung subjektivitas karena tidak ada ukuran yang
pasti dalam menentukan besarnya VAA, standar akuntansi hanya
mengandalkan informasi pribadi manajemen (Kumar dan Visvanathan,
2001). Sesuai dengan asumsi dalam teori akuntansi positif yang
berpendapat bahwa manajemen akan lebih mementingkan untuk
memenuhi kepuasan pribadi daripada orang lain atau perusahaan (Januarti,
2004), maka VAA aktiva pajak tangguhan tersebut dimanfaatkan oleh
manajemen untuk melakukan manajemen laba (Burgstahler et al, 2002;
Schrand dan Wong, 2003; Phillips et al, 2004; Frank dan Rego, 2006).
VAA pajak tangguhan dipandang sebagai peluang terakhir yang
mungkin digunakan manajer untuk aktivitas manajemen laba (Dhaliwal et
al, 2004), karena perubahan VAA berdampak langsung pada laba bersih
(bottom-line earnings) (Miller dan Skinner, 1998). Naiknya VAA berarti
menaikkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi keuntungan pajak
sehingga laba menurun, sedangkan penurunan dalam VAA juga
menurunkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi biaya pajak, dan
kemudian dapat menaikkan laba akuntansi (Djamaluddin dkk, 2007).
Para peneliti sebelumnya menganggap posisi laba perusahaan di
sekitar batas pelaporan laba (earnings threshold) menjadi insentif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
laba pada dua earnings threshold/earnings targets, yaitu melaporkan laba
positif dan peningkatan laba, yang diukur dengan laba sebelum adanya
manajemen (premanaged earnings). Sesuai dengan penelitian sebelumnya
(Frank dan Rego, 2006) perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga
golongan berdasarkan posisi premanaged earnings dalam mencapai
earnings targets, yaitu premanaged earnings jauh di bawah target,
premanaged earnings di bawah targets, dan premanaged earnings di atas
target.
Perusahaan dengan premanaged earnings jauh di bawah target laba
akan meningkatkan VAA untuk melakukan earnings bath atau
menurunkan VAA untuk meratakan laba (Frank dan Rego, 2006). Menurut
Healy (1985) ketika target laba tidak bisa dicapai dengan meningkatkan
akrual maka akrual diturunkan untuk membentuk earnings bath. Hal itu
didukung oleh pendapat Christensen et al (2008) bahwa perusahaan yang
meningkatkan VAA dengan nominal yang lebih besar dari yang
diperlukan diduga perubahan VAA tersebut digunakan untuk membentuk
big bath. Pola manajemen laba semacam ini biasanya terjadi selama
periode pada saat terjadinya reorganisasi seperti adanya pergantian CEO
baru (Scott, 2000). Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian maka
ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini,
manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan
kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer
commit to user
Perusahaan yang mempunyai premanaged earnings di bawah target
laba akan menurunkan VAA untuk meningkatkan pelaporan laba guna
mencapai target laba (Frank dan Rego, 2006). Perusahaan akan
meningkatkan akrualnya (income-increasing accruals) ketika target laba
dapat dicapai dengan akrual tersebut (Healy, 1985). Pada penelitian
Burgstahler et al (2002) menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai
laba kecil (small scaled profit) dan rugi kecil (small scaled loss) akan
menurunkan VAA untuk meningkatkan laba dan menghindari kerugian.
Sedangkan perusahaan dengan premanaged earnings di atas target
laba akan meningkatkan VAA untuk meratakan laba (income smoothing)
dan membentuk cookie jar (Frank dan Rego, 2006). Temuan ini didukung
oleh Schrand dan Wong (2003) dalam penelitiannya yang membuktikan
adanya income smoothing dengan menggunakan VAA untuk mencapai
dua target laba, yaitu peningkatan laba dan mencapai ramalan laba analis.
Berdasarkan uraian dan literatur di atas, penelitian yang berfokus
pada tiga tindakan manajemen laba (mencapai target laba, perataan laba,
dan earnings bath) dalam mencapai dua target laba (melaporkan laba
positif dan peningkatan laba), penelitian ini mengembangkan hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Perubahan diskresioner VAA bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk melaporkan laba positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang earnings management via VAA ini termasuk jenis
penelitian explanatory dengan pendekatan kuantitatif karena berusaha
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis,
sedangkan data yang digunakan secara umum berupa angka-angka yang
dihitung melalui statistik.
Penelitian explanatory menjelaskan hubungan antar variabel dan
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu,
jangkauan penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang penggunaan
VAA untuk melakukan manajemen laba dan motivasi tindakan manajemen
laba yang berasal dari target laba perusahaan, yaitu melaporkan laba positif
dan peningkatan laba.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa atau sesuatu
yang ingin diselidiki oleh peneliti (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian
aktiva pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
commit to user
Sampel merupakan beberapa anggota atau suatu bagian (subset) dari
populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Sehingga sebagaian elemen dari populasi merupakan sampel. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan metode
purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva
pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2007-2009
2. Perusahaan menerapkan periode pelaporan akuntansi 01 Januari - 31
Desember
3. Perusahaan memiliki pengungkapan rinci pajak tangguhan dan
komponennya pada laporan keuangan auditan.
4. Perusahaan memiliki akun cadangan penilaian pajak tangguhan dengan
selisih antara periode berjalan dengan periode sebelumnya tidak sama
dengan nol (∆VAA≠0).
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Sumber data dari