• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi dengan menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab kepada keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami ganguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dismenore (Sembiring, 2011). Kesehatan reproduksi sendiri adalah suatu keadaan fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Ningsih, 2011).

Menstruasi merupakan siklus reproduksi pada wanita. Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan menstruasi dapat mengakibatkan Gangguan-gangguan dalam proses reproduksinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi dapat memberi pengaruh pada wanita dalam proses reproduksinya sehingga penting bagi wanita untuk memahami proses menstruasi agar dapat menjalankan fungsi reproduksi secara optimal (Kusmiran, 2011).

(2)

kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara fisik/biologis, salah satunya adalah remaja mulai mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seseorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh, menstruasi berlangsung sampai mencapai usia 45 tahun (Progestian,2010).

Beberapa perempuan mengalami sakit dan kram saat haid berlangsung. Rasa sakit biasanya terjadi di bagian perut bawah. Ada dua jenis dismenorea. Bila rasa sakit tidak disertai adanya riwayat infeksi pada panggul atau keadaan panggul normal, dinamakan dismenorea primer. Gejalanya ditandai dengan ingin muntah, mual, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing (Eva Ellya, dkk, 2010).

Menurut Latthe yang dikutip (Alfrianne,2008) dari data WHO rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8-81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di negara Finlandia.

(3)

mengalami dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan diperkirakan perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorea. Di indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder.

Menurut Paramita, 2010 wanita di Indonesia yang mengalami dismenorea lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar dipasaran, Sebagaimana masyarakat juga beranggapan bahwa nyeri ini akan hilang setelah wanita menikah, sehingga mereka membiarkan gangguan tersebut.

Nyeri haid/dismenore adalah keluhan ginekologi akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita. Wanita yang mengalami dismenore memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenorea. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar. Penyebab lain dismenore dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya endometriosis, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Ernawati,2010).

(4)

reproduksinya. Sebagai wanita pada saat menstruasi mengalami nyeri menstruasi atau dismenorea. Nyeri ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya faktor fisik dan psikologi. Dari fisik yang lemah, kurang gerak dan stres. Karena nyeri menstruasi ini banyak wanita-wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan. Nyeri ini dirasakan sebelum dan selama menstruasi sering kali muncul mual, pusing dan lemas. Nyeri ini sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat sering kali wanita meninggalkan pekerjaannya dan cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Wiknjosastro, 2007)

Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenorea sekitar 60%, swedia 72% dan di indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenorea dialami 30-50% wanita usia reproduktif dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar disekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula angka kejadian dismenorea di indonesia cukup tinggi, namun yang berobat kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1%-2% (Paramitha, 2010).

(5)

berat, 37% sedang,dan 49% ringan. Studi ini juga melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prevalensi yang signifikan di antara populasi yang berbeda, puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja di awal usia 20-an, insiden dismenore pada remaja dilaporkan sekitar 92%. Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya kelahiran. Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Di Surabaya didapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Ernawati,2010).

Dalam jangka pendek nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang disekolah atau ditempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas. Empat puluh hingga tujuh puluh persen wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10 persen mengalaminya hingga menganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 70-90 persen kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja yang mengalami nyeri haid akan terpengaruh aktivitas akademis, sosial dan olahraganya (Puji, 2010).

(6)

sedang dan sisanya mengalami dismenorea ringan dengan gejala nyeri ringan di punggung bawah. Diantara remaja yang mengalami dismenorea berat mengatakan mengalami kesulitan untuk berkonteraksi saat belajar serta merasa lelah dan malas sepanjang hari.

Menurut hasil penelitian Paramita, 2010 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang dismenorea pada siswi sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 50 orang dengan perilaku penanganan dismenorea sebagian besar berada pada kategiri baik sebanyak 40 orang. Sehingga menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik perilakunya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Releghea (2012), yang menunjukan bahwa dari 133 responden didapatkan data sebanyak 44% memiliki pengetahuan cukup tentang dismenorea dan sebanyak 45,1% memiliki perilaku tidak baik dalam mengatasi dismenorea. Sedangkan penelitian yang dilakukan Purwani, Herniyatun, dkk, (2010) bahwa remaja putri terbanyak mengeluh tentang dismenore pada umur 15 tahun.

Hasil penelitian Ningsih, dkk (2014) hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenorea di SMA Negeri 7 Manado terbanyak memiliki pengetahuan kurang sebanyak 54,5% dan memiliki perilaku penanganan dismenore kurang sebanyak 50,0%. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat dan pendidikan tentang dismenorea di sekolah.

(7)

Peristiwa itu begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri haid. Nyeri haid adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir – puntir) di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.

Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Bahkan orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Tetapi sekarang dokter mengetahui bahwa dismenorhea merupakan kondisi medis yang nyata. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan mengatasi nyeri haid. (Syamsul, A, 2005).

Dari hasil penelitian diatas, secara teoritis memiliki hubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajian sama-sama ingin mengetahui tentang tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dismenorea dan tindakan dalam penangannya.

(8)

meminta ijin untuk pulang kerumah pada saat jam pelajaran dan tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP tersebut jumlah semua siswa kelas I, II dan III adalah 105 orang dengan rincian kelas I berjumlah 33 orang ( 18 laki-laki, dan 15 perempuan), kelas II berjumlah 37 orang ( 14 laki-laki, dan 23 perempuan), dan kelas III berjumlah 35 orang ( 13 laki-laki, dan 22 perempuan), jumlah keseluruhan remaja putri sebanyak 60 orang dan yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang. Dari survei awal penelitian melalui wawancara yang dilakukan pada Januari 2015 di SMP Swasta Kualuh kepada 15 orang siswi remaja putri menunjukkan bahwa 4 orang siswi yang mengerti tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismerorea dan 11 orang siswi remaja putri belum mengetahui tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismenorea.

(9)

Dari data yang didapat di Indonesia tentang angka kejadian dismenorea dan faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, serta fakta dismenorea yang dialami oleh remaja putri di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara, sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri dan tindakan dalam penanganannya di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah masih banyaknya remaja putri yang mengalami dismenore dan tidak mengetahui tindakan dalam penanganan dismenorea sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan konsenterasi belajar dan menyebabkan remaja putri tidak masuk sekolah.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dalam tindakan penanganan dismenorea berdasarkan pengetahuan, sikap pada remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan variabel tingkat pengetahuan remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea

(10)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2005), dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap tindakan dalam penanganan dismenorea

2. Adanya hubungan sikap remaja putri terhadap tindakan dalam penanganan dismenorea

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Remaja Putri SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Sebagai bahan informasi dan wawasan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah dalam memberikan informasi tentang tindakan dalam penanganan dismenorea terkait dengan kesehatan reproduksi remaja putri.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Perlunya peningkatan penyuluhan maupun peningkatan informasi tentang dismenorea.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf d dan Pasal 10 huruf b

On the organic farm at Oberwil, in a more diver- sified landscape, the following habitats were exam- ined (Table 1): a winter wheat, an arable meadow, a ploughed wildflower strip

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Pendataan ini juga dimaksudkan untuk mempersempit ruang gerak Peredaran Narkotika serta Obat daftar G yang saat ini marak di pergunakan para Remaja pecandu obat-obatan

Untuk menguji pengaruh Kredibilitas Merek, Kualitas yang Dirasa dan Penggunaan Selebriti dalam Iklan Shampo Pantene di Surabaya secara simultan berpengaruh

Persamaan dan perbedaan tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut, persamaan dalam penelitian ini meliputi variabel yang digunakan sama yaitu Kredibilitas merek,

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gadai (rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat materi milik peminjam (rahin) sebagai jaminan atau

Alasan pemilihan slogan tersebut adalah dengan menggunakan pesan yang singkat kita mengajak target audiens untuk merasa ikut memiliki bus kota dan dengan