• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUMBER STRES TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk. CABANG SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH SUMBER STRES TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk. CABANG SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUMBER STRES TERHADAP KEPUASAN

KERJA KARYAWAN

PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk.

CABANG SURABAYA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN

DIAJUKAN OLEH FRANS YUANA PRASETYA

No. Pokok : 040418715

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, berkat rahmat ALLAH SWT, sehingga

penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh

Sumber Stres Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Bank Artha Graha

Internasional Tbk Cabang Surabaya” tanpa suatu halangan yang berarti.

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang

bersedia meluangkan waktu serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil,

selama penyusunan hingga selesainya penulisan ini. Untuk segala bantuan tersebut

maka penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Drs. Ec. H. Karjadi

Mintaroem, Ms., beserta staf.

2. Ketua Departemen Manajemen Dr. Djoni Budiardjo, SE., Msi yang telah

membantu kelancaran proses penulisan skripsi ini.

3. Dr. H. Warsono, SE., ME. selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu memberikan petunjuk dan arahan

serta perbaikan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

4. Kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

(4)

5. Kepada keluarga tercinta, Ayah dan Ibu, yang memberikan dukungan materiil,

moril, dan kasih sayang tak terhingga serta doa yang selalu menyertai sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah mendukung selesainya skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, dimana

tidak bisa disebutkan satu persatu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai

dengan baik.

Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap skripsi ini

dapat memberikan manfaat dan tambahan wawasan bagi pembaca.

Surabaya, Agustus 2010

(5)

Abstraksi

Semakin kompleksnya tugas adakalanya tidak diimbangi oleh kapasitas dan kemampuan otak manusia yang memadai, dan hal tersebut tentunya sedikit banyak dapat menjadi suatu tekanan yang akan menjadi pemicu munculnya stress yang dialami oleh para pegawai dalam perusahaan tersebut. Efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari stres kerja adalah turunnya kepuasan kerja Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor stres terhadap kepuasan kerja karyawan dan variabel faktor-faktor stres mana yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang menitikberatkan pada uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan teknik multiple linier regression menggunakan SPSS V 15 dimana faktor-faktor stres (X) dan kepuasan kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y). Dengan prosedur pengumpulan data menggunakan kuesioner, hasil penelitian ini sebagai berikut :

Y = 6,627 - 0,063 X1 - 0,484 X2 – 0,250 X3

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh faktor-faktor stres yang terdiri kondisi lingkungan, kondisi organisasi dan kondisi individu secara bersama – sama dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Dari hasil uji parsial diketahui setiap variabel mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dilihat dari koefisien beta, kondisi organisasi diketahui mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja karyawan.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PEGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAKSI... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Sistematika Skripsi ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 6

2.1.1. Stres kerja ... 6

(7)

2.1.1.2. Sumber-sumber Stress ... 8

2.1.1.3. Gejala-gejala Stress ... 17

2.1.1.4. Dampak yang Timbul Akibat Stress ... 19

2.1.2. Kepuasan Kerja ... 20

2.1.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21

2.1.2.2. Dimensi-Dimensi Dalam Kepuasan Kerja ... 21

2.1.3. Hubungan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja ... 25

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 25

2.3. Model Analisis dan Hipotesis ... 26

2.3.1. Model Analisis ... 26

2.3.2. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 28

3.2. Identifikasi Variabel ... 28

3.3. Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

3.5.1. Populasi ... 34

3.5.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.5.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5.4. Pengujian kuisioner ... 35

(8)

3.5.6.. Uji Reliabilitas ... 36

3.5.7. Uji Multikolinieritas ...36

3.5.8. Uji Heteroskedastisitas ... 37

3.6. Teknik Analisis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum Perusahaan ... 40

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 40

4.1.2. Visi dan Misi PT Bank Artha Graha Internasional Tbk ………… 41

4.1.3. Struktur Organisasi ……… 41

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.2.1. Karakteristik Responden ... 43

4.2.1.1. Karakteristik Responden Menurut Jenis kelamin...… 43

4.2.1.2. Karakteristik Responden Menurut Usia …...……. 43

4.2.1.3. Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja ……...….... 44

4.2.1.4. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ………..….. 45

4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden ………..……. 46

4.2.2.1. Deskripsi Variabel Kondisi Lingkungan (X1) ….………… 47

4.2.2.2. Deskripsi Variabel Kondisi Organisasi (X2) …………... 49

4.2.2.3. Deskripsi Variabel Kondisi Individu (X3) ………. 53

4.2.2.4. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja (Y) …………..……… 55

4.2.2.5. Uji Validitas dan Reliabilitas …………...…. 56

(9)

4.2.2.5.2. Uji Realibilitas Alat Ukur ……….. 58

4.2.2.5.3. Uji Multikolinearitas ………. 59

4.2.2.5.4. Uji Heteroskedastisitas ………. 59

4.3. Analisis Model dan Pembuktian Hipotesis ... 60

4.3.1. Analisis Model ... 60

4.3.2. Pembuktian Hipotesis ... 63

4.3.2.1. Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas Secara Bersama-sama Terhadap Variabel Terikat ... 63

4.3.2.2 Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas Secara Parsial Terhadap Variabel Terikat ...63

4.4. Pembahasan ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamn ………

Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia………..

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja...

Tabel 4.4 : Karakteristik responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir .

Tabel 4.5 : Peringkat Penilaian Untuk Masing-masing Variabel...

Tabel 4.6 : Penilaian Item Variabel Faktor Lingkungan (X1)………..

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 29

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Kuisioner Penelitian

LAMPIRAN II Data Hasil Penelitian

LAMPIRAN III Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

LAMPIRAN IV Hasil Uji Analisis Regresi Berganda

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kebutuhan hidup manusia selalu mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu dan dengan munculnya kebutuhan yang makin meningkat tersebut maka

muncul berbagai industri yang bertujuan untuk memenuhinya. Dengan semakin

banyak dan beragamnya indstri yang muncul maka hal tersebut juga berarti bahwa

tugas yang harus diemban oleh pegawai dalam suatu organisasi akan semakin

kompleks dan beragam. Semakin kompleksnya tugas adakalanya tidak diimbangi

oleh kapasitas dan kemampuan otak manusia yang memadai, dan hal tersebut

tentunya sedikit banyak dapat menjadi suatu tekanan yang akan menjadi pemicu

munculnya stress yang dialami oleh para pegawai dalam perusahaan tersebut.

Munculnya stres kerja tidak hanya disebabkan oleh kerumitan dan

kekompleksan tugas dalam suatu perusahaan namun juga dapat berasal dari

keadaan lingkungan sekitar tempat pegawai tersebut hidup. Kondisi lingkungan

seperti krisis global yang terjadi belakangan ini yang tentunya menyebabkan

naik-turunnya keadaan ekonomi, tentunya dapat memicu munculnya stress yang

dialami oleh pegawai dalam suatu perusahaan. Faktor yang juga berpotensi

menimbulkan stres antara lain keadaan dalam suatu perusahaan misal pemindahan

posisi dari suatu pegawai ke bagian lain yang tidak disukai, terjadinya

perampingan perusahaan yang menyebabkan pengurangan pegawai, dan juga

(14)

Robbins (2002) menyatakan bahwa stress adalah “suatu kondisi dinamik

yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan sebuah peluang,

kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan

yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting”.

Turunnya kepuasan kerja adalah efek yang paling sederhana dari terjadinya

stress dalam pekerjaan. Gavin et al. (1985) menyatakan bahwa “High job stress

has been proposed as one cause of internal auditor job dissatisfaction”. Stress

kerja yang tinggi adalah salah satu penyebab dari ketidakpuasan kerja pekerja

auditor internal.

Selain itu menurut Luthans (2001) “the most simple and obvious psychological effect of job stress is the decline of job satisfaction. Job satisfaction occurs as an effective or emotional response to many different aspects of job. The job aspects that could be appeared as job stress sources include the organizational structure dimension, job design, workgroup and individual characteristic.”

Menurutnya efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari stres kerja

adalah turunnya kepuasan kerja. Kepuasan kerja timbul sebagai respon efektif

atau emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Aspek-aspek pekerjaan yang

dapat menjadi sumber-sumber stres kerja meliputi dimensi struktur organisasi,

desain pekerjaan, kelompok kerja dan karakteristik individu.

Didalam kondisi persaingan yang ketat dan strategis didalam bidang

teknologi dan informasi dan komunikasi, salah satu perusahaan di Indonesia, PT

Bank Artha Graha Internasional Tbk. dituntut untuk melakukan efisiensi dan

efektifitas kinerja guna meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya di bidang

manajemen dan pengembangan sumberdaya manusia. PT Bank Artha Graha

(15)

dimana kantor pusatnya terletak di Jakarta. PT Bank Artha Graha Internasional

Tbk cabang Surabaya memiliki 70 orang pegawai yang menempati beberapa

bagian. Selain itu PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. termasuk dalam

kategori 15 bank nasional dengan aset besar, oleh karena itu tuntutan dari

pemegang saham dan pihak manajemen semakin menambah tekanan pada

karyawan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perlu diteliti dengan judul

”Pengaruh Sumber Stres Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT Bank Artha

Graha Internasional Tbk cabang Surabaya.”

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah sumber pada stres kerja yang terdiri dari kondisi lingkungan,

kondisi organisasi dan kondisi individu secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT Bank Artha

Graha Internasional Tbk cabang Surabaya ?

2. Diantara sumber stres tersebut diatas, manakah yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap kepuasan kerja karyawan PT Bank Artha Graha Internasional

Tbk cabang Surabaya ?

1.3. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sumber stres kerja yang terdiri dari

kondisi lingkungan, kondisi organisasi dan kondisi individu secara bersama-sama

terhadap kepuasan kerja karyawan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk

(16)

2. Untuk mengetahui diantara sumber stres kerja yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap kepuasan kerja karyawan PT Bank Artha Graha Internasional

Tbk cabang Surabaya.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perusahaan akan pentingnya memperhatikan kondisi stres pada karyawan

sehingga karyawan dapat bekerja optimal dan memberikan nilai lebih terhadap

perusahaan.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan bagi pengembangan dan penerapan ilmu

khususnya untuk mahasiswa FEB Program Studi Manajemen

1.5. Sistematika Skripsi

Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dibahas

dalam skripsi ini, maka disusunlah sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan disajikan garis besar yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan disajikan tentang landasan teori yang menjadi dasar

pembahasan serta penelitian sebelumnya, kerangka konseptual dan hipotesis yang

(17)

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan,

identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur

penentuan sampel, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang

digunakan untuk mengolah data.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum perusahaan, deskripsi hasil

penelitian serta pembahasannya, dan pembuktian hipotesis dengan

penginterpretasian hasil olahan data.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Dalam hal ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil analisis serta

beberapa saran yang merupakan sumbangan pemikiran sebagai hasil yang

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Stres Kerja

Stres dapat terjadi pada setiap orang, utamanya adalah pegawai dalam suatu

perusahaan yang mengalami banyak tekanan yang menimbulkan faktor pemicu stress.

Tekanan tersebut dapat ditimbulkan oleh semakin kompleksnya tugas yang diberikan dan

juga kondisi lingkungan tempat pegawai tersebut tinggal dan bekerja.

Nimran (1999) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa masalah stres

yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini. Di

antaranya adalah:

1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja karyawan.

2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.

3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.

4. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah.

5. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk.

Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja

di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan

(19)

pengalaman-pengalaman yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi

semakin terasa.

2.1.1.1 Pengertian Stres Kerja

Robbins (2002) menyatakan bahwa stress adalah “suatu kondisi dinamik yang

didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan sebuah peluang, kendala, atau

tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya

dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.”

Menurut Charles D, Spielberger (dalam Handoyo, 2001) menyebutkan bahwa “stres

adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek

dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga

biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan

yang berasal dari luar diri seseorang.”

Menurut Ivancevich dan Matteson (1987) stres kerja adalah “ An adaptive

response, moderated by indiidual differences, that is a consequence of any action,

situation, or event thet places special demands on person”. Stres kerja adalah dampak

dari interaksi unik antara kondisi pemicu di lingkungan dan kecenderungan individu

untuk menanggapinya.

Pengertian stres kerja menurut Mangkunegara (2001) adalah “perasaan tertekan

yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.” Sedangkan menurut Siagian

(1998) “stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi,

jalan pikiran dan emosi fisik seseorang.”

Menurut Handoko (2001) stres adalah “suatu kondisi ketegangan yang

(20)

dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.” Sebagai

hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang mengganggu

pelaksaan kerja mereka.

Baron & Greenberg (Margiati, 1999), “mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi

emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat

halangan dan tidak bisa mengatasinya.”

Aamodt (Margiati, 1999) “memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan

karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa

yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.”

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (Margiati, 1999) “memahaminya sebagai

ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan

konsekuensi penting bagi dirinya.”

Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah

bentuk interaksi yang terjadi antara individu dengan lingkungannya baik berupa peluang,

ancaman maupun tuntutan yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan baik fisik,

psikis atau perilaku.

2.1.1.2 Sumber-sumber Stres

Menurut Robbins (2005) ada tiga faktor yang menjadi sumber potensial stres yaitu:

1. Kondisi Lingkungan

Sebagaimana ketidakpastian lingkungan organisasi mempengaruhi desain dari

struktur organisasi, ketidakpastian lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres diantara

karyawan di organisasi.

(21)

Perubahan di tahap hidup organisasi menciptakan ketidakpastian ekonomi.

Ketidakpastian ekonomi dapat menimbulkan stres yang berdampak negatif

misal ketika suatu negara mengalami krisis berkepanjangan maka bisa jadi hal

tersebut dirasakan oleh pegawai dalam organisasi dimana kebutuhan hidup

mengalami peningkatan signifikan yang tidak dibarengi dengan kenaikan

pendapatan. Hal tersebut tentu saja memiliki dampak negatif pada kondisi stres

pegawai dalam perusahaan yang juga akan memberikan dampak pada kinerja

dalam perusahaan atau organisasi.

b. Ketidakpastian politik

Kondisi politik cenderung mempengaruhi karyawan dan menimbulkan stres

berbeda dari negara satu ke negara lain. Kondisi politik seperti tidak adanya

kejelasan dalam pemerintahan atau regulasi yang jelas mengenai

peraturan-peraturan tertentu tentu saja juga menimbulkan stres yang berdampak negatif

pada pegawai dalam perusahaan. Kondisi politik yang tidak jelas dapat

menimbulkan keraguan-keraguan dalam mengambil berbagai keputusan atau

bertindak dan jenis stres seperti ini jug akan berpengaruh pada pegawai dalam

sebah perusahaan.

c. Ketidakpastian teknologi

Adanya inovasi baru dapat meyebabkan keahlian dan pengalaman karyawan

menjadi usang dalam waktu singkat, komputer, robotik, otomatisasi dan bentuk

inovasi teknologi lainnya merupakan ancaman bagi banyak orang dan

menimbulkan stres bagi mereka. Stres yang menimbulkan dampak negatif akan

(22)

kurangnya kemampuan dalam mempelajari teknologi tersebut sehingga

karyawan merasa terancam posisinya oleh teknologi dan juga sumber daya

manusia baru yang lebih kompeten dalam menggunakan teknologi tersebut dan

hal tersebut menimbulkan stres yang negatif.

2. Kondisi Organisasi

Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyesuaikan tugas dalam waktu

terbatas, beban kerja, tuntutan dan ketidakpedulian dari atasan dan teman kerja yang tidak

menyenangkan adalah beberapa contohnya. Ada beberapa faktor utama, yakni:

a. Tuntutan tugas

Adalah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang meliputi desain

pekerjaan (otonomi, keanekaragaman tugas, derajat wewenang), kondisi kerja,

dan tata letak kantor atau ruang kerja. Keadaan diatas dapat menimbulkan stres

yang negatif apabila faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut

memberikan suatu keadaan yang tidak nyaman ketika pegawai tersebut bekerja

seperti terlalu banyaknya tugas yang diberikan, kondisi kerj yang tidak nyaman,

bahakan tata letak kantor atau ruang kerja yang tidak sesuai dengan harapan

atau yang diinginkan oleh pegawai.

b. Tuntutan peran

Adalah faktor yang berhubungan dengan tekanan yang dialami seseorang ketika

memegang peran tertentu di organisasi. Konflik peran menimbulkan

pengharapan yang mungkin sulit untuk dipenuhi atau memuaskan. Beban peran

(23)

ditentukan. Ambiguitas peran ditimbulkan ketika harapan akan peran tidak jelas

dan karyawan tidak yakin apa yang harus dilakukan.

c. Tuntutan teman kerja

Adalah faktor dimana tekanan yang ditimbulkan berasal dari karyawan lain. Hal

tersebut bisa terjadi misal karena adanya persaingan antar rekan kerja yang

dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan memicu munculnya stres negatif

dalam diri seorang pegawai dalam suatu organisasi atau perusahaan.

d. Struktur Organisasi

Didefinisikan sebagai level diferesiansi di organisasi, tingkat aturan dan

kebijakan dan dimana pengambilan keputusan dibuat.

e. Kepemimpinan

Ditujukan dengan gaya kepemimpinan top management di organisasi. Beberapa

top management menciptakan budaya organisasi yang tegang, takut dan cemas.

Dengan adanya budaya organisasi seperti ini maka karywan rentan mengalami

stres berdampak negatif yang diakibatkan oleh ketegangan dan ketakutan yang

dialalami pada saat karyawan tersebut harus berhadapan dengan atasan.

f. Tahap hidup organisasi

Organisasi selalu mengalami siklus. Organisasi berdiri, tumbuh, menjadi

dewasa dan menurun. Tahap pendirian dicirikan dengan kesenangan,

ketidakpastian dimana akan menimbulkan pemecatan dan berbagai

ketidakpatian akan lebih menyebabkan stres.

(24)

Faktor ini lebih mengarah pada kehidupan pribadi karyawan. Adapun menurut

Robbins (2005) faktor yang terlibat yakni:

a. Masalah keluarga

Masalah rumah tangga, hubungan yang putus dan masalah kedisiplinan dengan

anak adalah contoh masalah yang berhubungan dengan timbulnya stres bagi

karyawan yang mereka bawa ke tempat kerja. Ada kalanya pegawai tidak

mampu memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan sehingga masalah

keluarga yang mereka hadapi di rumah terbawa pada saat mereka berkerja.

b. Masalah pemenuhan kebutuhan hidup

Masalah pemenuhan kebutuhan hidup yang terjadi pada individu seperti

pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat

menimbulkan stres atau sebaliknya individu yang berpenghasilan lebih besar

namun tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik.

c. Kepribadian

Kepribadian juga mempengaruhi munculnya stres bagi individu. Kepribadian

tipe A cenderung lebih mengalami stres dibanding individu bertipe B, atau

seseorang yang memiliki negative offectivity cenderung akan merasakan stres.

Sedangkan menurut Matteson dan Ivancevich (2002) faktor-faktor sumber stress

kerja ada 3 yaitu :

1. Individual Level Stressor

a. Pemberian tugas yang berlebihan

Adanya tugas atau pekerjaan yang banyak dan tidak sebanding dengan

(25)

menjadi penyebab terjadinya stres kerja. Seringkali pekerjaan yang banyak

menyebabkan seseorang merasa tidak dapat mencapai target yang ditetapkan

perusahaan dan menjadi stres.

b. Konflik tugas

Konflik tugas muncul karena adanya ketidak konsistenan

pengharapan-pengharapan sehubungan dengan tugas tertentu. Terdapat 4 tipe konflik tugas

menurut Katz dan Kahn (1996) yaitu intraseden conflict (beban tugas yang

diberikan dengan tujuan yang bertentangan), intersender conflict (dua atau lebih

pengirim memberi petunjuk yang bertentangan) dan person role conflict (tugas

bertentangan dengan nilai dasar pribadi).

c. Ambiguitas tugas

Ambiguitas tugas terjadi karena ketidakjelasan dan kerancuan tujuan atau sasaran

pekerjaan, ruang lingkup dari tanggung jawab serta ketidakpastian (sekitar

batasan-batasan pekerjaan). Ketidakjelasan ini sering memicu stres kerja karena

karyawan merasa tidak mempunyai acuan yang tepat mengenai pekerjaan yang

harus dilakukan.

d. Tanggung jawab orang lain

Bila seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan orang lain maka hal ini

akan bisa menimbulkan tekanan kerja karena merasa bahwa tindakan orang lain

itu sudah diluar kontrolnya, terlebih apabila sebenarnya ia merasa bahwa tindakan

orang lain tersebut seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya.

2. Group Level Stressor

(26)

Perilaku-perilaku manajerial yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan

membuat para karyawan menjadi binggung dan mudah stres. Perilaku-perilaku

tersebut diantaranya adalah membuat sistem kerja kurang jelas, atau adanya

birokrasi yang menghambat kelancaran kerja.

b. Kurangnya kohesivitas kelompok

Kohesitas dipandang sebagai suatu kekuatan yang memaksa anggotanya untuk

tetap berada dalam kelompok. Sebuah kelompok kerja dimana para anggotanya

tidak merasa memiliki ikatan satu sama lain, karena adanya prasangka, persaingan

yang tidak sehat dan tidak ada rasa kebersamaan akan menyebabkan stres pra

anggotanya.

c. Konflik dengan rekan kerja atau kelompok kerja

Kelompok yang permanen mempunyai persetujuan yang jelas antara tugas yang

diharapkan dan tugas yang didapat. Keanggotaan dalam berbagai macam

kelompok maka orang melakukan bermacam-macam tugas. Dalam banyak hal

perilaku yang dibedakan oleh tugas yang bermacam-macam dapat bersifat

harmonis dan berjalan dengan baik namun ada juga yang bertentangan sehingga

menimbulkan intragroup conflict. Individu-individu yang mengalami masalah

pribadi karena konflik dengan rekan kerja maupun konflik dengan kelompok kerja

lain kemungkinan besar akan mengalami stres apabila kondisi-kondisi tersebut

berlangsung lama.

d. Ketidak cocokan dengan teman sekelompok

Dukungan dan penerimaan dari individu-individu terhadap rekan kerja merupakan

(27)

kerja. Individu yang merasa tidak cocok dengan teman sekelompok akan merasa

tidak enak dan sering menghadapi banyak masalah khususnya dalam berinteraksi

dengan rekan kerja, apabila kondisi tersebut berlangsung dari waktu ke waktu dan

individu tidak mampu menyelesaikan akibatnya stres kerjapun akan terjadi.

3. Organizational Level Stressor

a. Iklim organisasi

Iklim organisasi yang baik akan memberikan lingkungan denga tekanan rendah,

situasi persaingan yang sehat dan kesempatan mengembangkan diridan

kesempatan mengeluarkan ide bagi karyawan. Iklim organisasi yang tidak tercipta

dengan baik dapat menyebabkan stres.

b. Teknologi yang diciptakan

Perubahan teknologi yang relatif cepat seperti yang terjadi pada saat ini menuntut

organisasi maupun anggota organisasi untuk dapat menyesuaikan diri, stres kerja

kemungkinan besar akan terjadi.

c. Gaya kepemimpinan yang kurang sesuai dengan harapan karyawan

Manajemen seringkali menerapkan gaya yang dianggap sesuai untuk menjalankan

organisasinya. Seringkali gaya manajemen ini dianggap bertentangan dengan

harapan karyawan. Bila hal itu terjadi akan dapat menimbulkan stres kerja.

d. Desain dari organisasi

Deskripsi pekerjaan melengkapi instrumen-instrumen deskriptif lainnya seperti

bagan organisasi, wewenang, ketetapan-ketetapan fungsi unit kerja dengan

memberikan informasi yang lebih lengkap tentang hubungan-hubungan

(28)

menyangkut sentralisasi atau desentralisasi, perihal penyebaran produk, geografis,

fungsional perampingan atau penstrukturan ulang pekerjaan.

4. Extraorganizational

a. Keluarga

Keluarga seringkali menjadi faktor yang memicu stres kerja diaman amsalah

keluarga ini dapat berupa konflik dengan istri, suami, anak atau hubungan dengan

kerabat. Konflik-konflik tersebut membuat karyawan menjadi kurang dapat

berkonsentrasi dengan pekerjaannya, dampaknya karyawan menjadi stres.

b. Keadaan Ekonomi

Faktor ekonomi juga dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. Adanya inflasi,

devaluasi ataupun krisi moneter yang berkepanjangan akan mempengaruhi

langsung pada organisasi dan anggotanya

c. Kesempatan berpindah tempat

Lingkungan pekerjaan yang menjenuhkan dan pekerjaan yang tidak lagi

menantang membuat karyawan berharap dapat berpindah lokasi pekerjaan

ataupun suasana. Apabila kesempatan untuk berpindah temapat jarang atau

bahkan tidak pernah terjadi maka rentan menimbulkan stres.

d. Kualitas hidup seseorang

Kulaitas kesehatan fisik maupun mental dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang menghadapi tekanan. Bila kualitas fisik maupun mentalnya kurang baik

(29)

2.1.1.3 Gejala-gejala Stres

Gejala stres yang dialami oleh masing-masing individu tidaklah sama. Keragaman

tersebut disebabkan karena kondisi fisik dan mental masing-masing orang yang tidaklah

sama antara satu dengan lainnya.

Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda

berikut ini:

1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.

Goliszek (2005) membagi gejala stres menjadi 3 kategori yakni fisik, emosi dan

perilaku :

1. Gejala fisik yang dialami antara lain adalah sakit kepala, sakit leher, pusing, sulit berbicara, berbicara dengan ucapan yang kurang jelasatau terbata-bata, tangan dan atau kaki dingin, berkeringat secara berlebihan.

2. Gejala emosional yang dialami antara lain depresi, amarah, menarik diri dari orang lain, panik merasa tidak berdaya atau frustasi.

3. Gejala perilaku yang dialami antara lain dahi berkerut, merokok secara berlebihan, memakai obat-obatan secara berlebihan, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan.

Sedangkan menurut Walsh terdapat beberapa dari gejala stres (1986) yaitu:

a. Perasaan ingin marah b. Tidak dapat berkosentrasi

c. Tidak dapat mengambil keputusan d. Sakit kepala

e. Jantung berdebar-debar f. Perasaan tertekan

(30)

h. Alkoholisme (kecanduan alkohol)

Selanjutnya Anthony, Kacman dan Parrewe (2001) menyatakan bahwa terdapat

beberapa gejala stres, yaitu:

a. Gejala perilaku

Perokok berat, peningkatan penggunaan alkohol, pemakaian obat terlarang, perilaku berisiko timggi, kekerasan, hiperaktif, gangguan tidur, mimpi buruk

b. Gejala sikap

Cepat bosan, sinis, tidak percaya, putus asa, perasaaan tidak berdaya, membenarkan diri sendiri, merasa dijebak, merugikan diri sendiri

c. Gejala emosi

Kecemasan, merasa diabaikan, takut, paranoid, kurangnya kontrol, bersalah, depresi, marah, panik, tegang, tertekan.

d. Gejala sosial

Menarik diri dari teman, masalah rumah tangga, membatasi kontrak sosial, kritis terhadap diri sendiri, konflik dengan pasangan, tidak mau tergantung dengan orang lain.

e. Gejala fisik

Sakit kepala, sakit perut, ketidak sanggupan mencerna, muak, kelelahan. Demam, kehilangan atau penambahan berat badan, gangguan hati, masalah penglihatan f. Gejala mental

Sulit berkosentrasi, sulit mengambil keputusan, kurangnya minat, menyalahkan diri sendiri, sering melamun, menghindari pikiran tertentu.

Menurut Braham (Handoyo, 2001), gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut

ini:

1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.

2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.

3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

(31)

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu

kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang

dimana orang terpaksa memberikan tanggapan melcbihi kcrnampuan penyesuaian dirinya

terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri

para karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu

pelaksanaan kerja karyawan.

2.1.1.4 Dampak yang Timbul Akibat Stress

Dampak yang ditimbulkan dari stress itu sendiri bermacam-macam. Beberapa dari

dampak tersebut ada yang bersifat positif seperti menimbulkan motivasi dan pemicu

untuk memuaskan tujuan dan arah individu. Tetapi, beberapa konsekuensi dari terjadinya

stres adalah merusak, mengurangi produktifitas.

Menurut Robbins (2005) ada tiga dampak yang ditimbulkan oleh stres, yakni :

1. Fisik

Dua individu mengalami tingkat stres yang sama mungkin akan mengalami reaksi

fisik yang berbeda. Lebih lanjut, beberapa orang cenderung mengalami lebih

banyak dampak fisik daripada yang lain.

2. Psikologis

Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berhubungan dengan pekerjaan

dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan kerja, kenyataannya,

adalah dampak psikologis stres yang paling sederhana dan pasti. Bukti

menunjukkan ketika seseorang berada di pekerjaan yang penuh dengan tuntutan dan

(32)

jawab, baik stres maupun ketidakpuasan kerja akan meningkat. Seseorang akan

cenderung memiliki sikap negatif ketika mengalami stres. Karyawan dengan tingkat

stres tinggi cenderung memiliki pandangan negatif terhadap berbagai aspek

pekerjaan mereka dan organisasi dan cenderung memiliki kepuasan kerja dan

komitmen yang rendah (George dan Jones, 2005:279).

3. Perilaku

Akibat stres yang berhubungan dengan perilaku meliputi perubahan dalam

produktivitas, kehadiran dan perputaran karyawan, sebagaimana perubahan dalam

pola makanan, merokok atau konsumsi alkohol, lamban bicara, dan gangguan tidur.

Cox (Handoyo, 2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan

stres, yaitu:

1. Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.

2. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditcmpat kerja atau di jalan.

3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil kcputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.

4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

2.1.2 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah merupakan faktor yang penting bagi karyawan yang juga

berpengaruh bagi organisasi. Dengan adanya kepuasan kerja maka karyawan akan

mengerjakan tugasnya dengan baik sehingga tujuan perusahaaan dapat tercapai. Namun

kadang kepuasan kerja tidak diperhatikan karena hal tersebut berkaitan dengan sikap

(33)

2.1.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Luthans (2001) merumuskan “kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi

seseorang yang positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dan penilaian suatu

pekerjaan atau pengalaman kerja”. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang

terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan

dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Setiap karyawan memiliki

tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai yang berlaku pada dirinya.

Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan aspek-aspek

diri individu, maka ada kecenderungan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya.

Kepuasan kerja dalam buku Manajemen Usahawan Indonesia menurut George dan

Jones (2006) adalah “perasaan yang dimiliki oleh karyawan tentang kondisi tempat kerja

mereka saat ini”. Sedangkan, menurut Seniati (2006) dalam buku Manajemen Usahawan

Indonesia menyatakan “kepuasan kerja adalah perasaan karyawan terhadap pekerjaannya,

yang pada akhirnya akan mengarahkan karyawan pada tingkah laku tertentu.”

Pengertian kepuasan kerja menurut Hasibuan (1997) adalah “sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.” Sedangkan menurut As’ad (2001) bahwa

“kepuasan kerja karyawan adalah berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap

pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama pimpinan dengan sesama karyawan.”

2.1.2.2 Dimensi-dimensi Kepuasan Kerja

Luthans (2002) membagi dimensi-dimensi pekerjaan yang memiliki hubungan

dengan kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, imbalan, promosi, supervisi, kelompok

kerja dan juga kondisi kerja. Pengertian dari keenam dimensi tersebut diatas adalah

(34)

1. Pekerjaan itu sendiri

Konteks pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama kepuasan. Tingkat variasi

pekerjaan yang didapatkan dalam pekerjaannya serta tingkat dimana pekerjaan

memberikan umpan balik pelaksanaan kerja yang obyektif akan lebih memuaskan dari

pekerjaannya yang tidak memberikan kesempatan

2. Imbalan

Upah dan gaji diketahui merupakan faktor yang secara signifikan namun kompleks

dan multidimensional dalam kepuasan kerja. Menurut Robbins (2001) upah yang adil

adalah yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu maka

kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Seorang karyawan memandang gaji dan

upah sebagai timbal balik yang diberikan perusahaan atas kontribusi yang mereka berikan

kepada organisasi.

3. Promosi

Kesempatan promosi cenderung untuk memiliki berbagai dampak pada kepuasan

kerja. Hal ini karena promosi dalam berbagai bentuk dan memiliki reward yang

bermacam-macam. Menurut Nitisemito (2000) menyatakan bahwa promosi adalah

“proses pemindahan karyawan dari suatu jabatan yang lain yang lebih tinggi”. Menurut

Robbins (2001) menyatakan bahwa “promosi memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, dan status sosial yang

ditingkatkan”. Sebagai contoh seorang karyawan yang dipromosikan karena senioritas

akan mengalami kepuasan kerja tapi tidak sebesar promosi berdasar kinerja (penilaian

(35)

mempersepsikan bahwa keputusan promosi dengan cara adil kemungkinan besar akan

mencapai kepuasan.

4. Supervisi

Supervisi adalah sumber penting yang scara moderat mempengaruhi kepuasan

kerja.

5. Rekan kerja

Iklim kelompok kerja atau tim akan mempengaruhi kepuasan kerja. Bersahabat,

teman kerja atau anggota tim yang dapat bekerja sama adalah sumber kepuasan kerja

pada level individu. Kelompok kerja, terutama sbuah tim yang ketat berperan sebagai

sumber dukungan, kenyamanan dan bimbingan karyawan. Kelompok kerja yang bagus

atau tim yang efektif membuat pekerjaan menyenangkan. Bagaimanapun, faktor ini tidak

terlalu dalam kepuasan kerja. Di lain pihak, jika kondisi berlawanan terjadi, karyawan

akan sulit beradaptasi, maka faktor ini akan memberikan dampak negatif bagi karyawan.

6. Kondisi kerja

Lingkungan kerja memiliki sedikit dampak pada kepuasan kerja. Jika lingkungan

kerja baik (bersih, menarik), karyawan akan mudah untuk bekerja. Jika lingkungan kerja

buruk (panas, berisik), karyawan akan sulit untuk bekerja. Dengan kata lain, dampak

lingkungan kerja pada kepuasan kerja hampir sama dengan kelompok kerja. Jika segala

sesuatu baik, maka tidak akan menjadi masalah kepuasan, sebaliknya jika segala sesuatu

buruk, akan ada kecenderungan timbul ketidakpuasan.

Gilmer (1966) menyebutkan “faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

(36)

intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan

fasilitas.”

Sementara itu, menurut Heidjrachman dan Husnan mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni: gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat (Heidjrachman dan Husnan, 2002).

Menurut Loeke (dalam Sule, 2002), “kepuasan atau ketidakpuasan karyawan

tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Sebaliknya, apabila yang didapat

karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan tidak

puas.” Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan kerja yaitu: jenis

pekerjaan, rekan kerja, tunjangan, perlakuan yang adil, keamanan kerja, peluang

menyumbang gagasan, gaji/upah, pengakuan kinerja, dan kesempatan bertumbuh.

Sementara George dan Jones (2005) menyatakan ada empat faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan seseorang yaitu:

1. Kepribadian

Adalah penentu bagaimana orang berpikir dan merasa mengenai pekerjaan mereka atau kepuasan kerja. Kepribadian seseorang mempengaruhi tingkat perasan dan pikiran mengenai pekerjaan baik negatif maupun positif.

2. Nilai

Nilai berdampak pada tingkat kepuasan kerja karena nilai mencerminkan keyakinan karyawan mengenai hasil yang harus diharapkan dari pekerjaan dan bagaimana seseorang berperilaku dalam kerja.

3. Situasi kerja

Situasi kerja adalah faktor yang paling penting, tugas yang dikerjakan (seperti, bagaiamana menarik atau membosankan pekerjaan itu), orang-orang yang berinteraksi (konsumen, bawahan dan supervisor), lingkungan dimana bekerja (tingkat kebisingan, keramaian, dan suhu) dan bagaimana organisasi memperlakukan karyawan (seperti jaminan kerja dan keadilan dalam kompensasi dan keuntungan).

4. Pengaruh sosial

(37)

budaya yang berkembang memiliki dampak potensial terhdap tingkat kepuasan karyawan.

2.1.3 Hubungan antara Stres dan Kepuasan Kerja

Hubungan dari stres kerja dengan kepuasan kerja dapat dilihat dari model stres yang

diungkapkan oleh Gavin et al. (1985) yang menyatakan bahwa “High job stress has been

proposed as one cause of internal auditor job dissatisfaction”. Stres kerja yang tinggi

adalah salah satu penyebab dari ketidakpuasan kerja pekerja auditor internal. Turunnya

kepuasan kerja adalah efek yang paling sederhana dari terjadinya stress dalam pekerjaan.

Luthans (2001) menyatakan bahwa efek psikologis yang paling sederhana dan jelas

dari stres kerja adalah turunnya kepuasan kerja. Kepuasan kerja timbul sebagai respon

efektif atau emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Aspek aspek pekerjaan dapat

menjadi sumber-sumber stres kerja meliputi dimensi struktur organisasi, desain

pekerjaan, kelompok kerja dan karakteristik individu.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini tentang stress dan

kepuasan kerja karyawan sudah pernah dilakukan oleh Rizal Andy Nugrah (2002) dengan

judul “ Analisis Faktor Sumber Stress terhadap kepuasan kerja karyawan bagian

pemasaran di Kandatel Surabaya Barat” Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Ada

pengaruh bersama-sama variabel stress kerja karena faktor individual stressor (X1),

Group level stressor (X2), Organizational level stressor (X3) terhadap kepuasan kerja

karyawan

Yang menjadikan perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel sumber stres

(38)

sementara penelitian ini menggunakan variabel sumber stres dari Robbins. Selain itu juga

terdapat perbedaan waktu dan tempat dalam pelaksanaan penelitian.

2.3 Model Analisis dan Hipotesis 2.3.1 Model Analisis

Model analisis pada Gambar 2.1 ini menggambarkan teori dari Robbins, dimana

faktor-faktor stres kerja terhadap kepuasan kerja.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Sumber-Sumber Stres Kondisi Lingkungan

(X1)

Kondisi Individu

(X3)

Kondisi Organisasi

(X2)

Kepuasan Kerja (Y)

2.3.2 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, perumusan masalah maka hipotesis yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber stres kerja yang terdiri dari kondisi lingkungan, kondisi organisasi dan

(39)

signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Bank Artha Graha Internasional tbk

cabang Surabaya.

2. Dari faktor sumber stres kerja yang berasal dari kondisi organisasi mempunyai

pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Bank Artha Graha

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif. Pendekatan ini memiliki karakteristik antara lain data yang diperoleh

berupa bukti secara empiris atau informasi yang diperoleh dikumpulkan dengan

hati-hati berdasarkan suatu prosedur tertentu (Neuman, 1994:6). Pendekatan ini

menitik beratkan pada pengujian hipotesis, data yang digunakan harus terukur,

dan akan menghasilkan kesimpulan yang dapat digenerelasikan. Pendekatan ini

dimulai dengan hipotesa teori-teori, model analisis, mengidentifikasikan variabel,

membuat definisi operasional, mengumpulkan data (baik primer maupun

sekunder) berdasarkan populasi dan sampel serta melakukan analisis.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel diartikan sebagai simbol atau lambang yang padanya kita

lekatkan bilangan atau nilai (Kerlinger, 2004:49). Variabel-variabel dalam

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a.Variabel bebas (X)

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dipandang

sebagai sebab kemunculan variabel terikat yang diduga merupakan

akibatnya (Kerlinger, 2004:58). Variabel bebas ini nilainya dapat

(41)

independen dan variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah dimensi sumber-sumber stres yang terdiri dari kondisi lingkungan

(X1), kondisi organisasi (X2) dan kondisi individu (X3)

b.Variabel terikat (Y)

Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang diamati

variasinya sebagai hasil yang diasumsikan berasal dari variabel bebas

(Kerlinger, 2004:59). Variabel terikat yang didefinisikan sebagai variabel

perilaku ini, didesain untuk mengukur pengaruh dari variabel bebas.

Variabel ini tidak dimanipulasi, melainkan bervariasi mengikuti perubahan

atau mengikuti variasi dari variabel bebas sebagai dampak dari manipulasi

terhadap variabel tersebut (Kerlinger, 2004: 59). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kepuasan kerja.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Sumber-sumber stres (X)

Sumber-sumber stres terdiri dari :

1. Faktor Lingkungan (X1) adalah faktor stres yang terjadi pada lingkungan

dimana orang tersebut hidup.

Indikator yang digunakan adalah tingkat respon seseorang dalam menghadapi

antara lain :

a. Ketidakpastian lingkungan ekonomi

(42)

c. Ketidakpastian teknologi.

Tingkat stres yang rendah ditunjukkan pada keadaan ekonomi yang pasti

dan tidak berubah-ubah serta tidak adanya krisis ekonomi, keadaan politik

dalam negara yang stabil, dan teknologi yang dapat secara mudah

diterapkan dengan pelatihan yang memadai sehingga tidak menyebabkan

kebingungan dalam penggunaannya.

2. Faktor Organisasi (X2) adalah faktor stres yang terjadi karena kondisi yang

terdapat dalam organisasi.

Indikator yang digunakan adalah tingkat respon seseorang dalam menghadapi

antara lain

a. Tuntutan tugas

b. Tuntutan peran

c. Tuntutan teman kerja

d. Struktur organisasi

e. Kepemimpinan

Tingkat stres yang rendah pada tuntutan tugas ditunjukkan dengan

pemberian tugas yang tidak membebani pegawai. Tingkat stres yang

rendah pada tuntutan peran ditunjukkan dengan kejelasan dalam

pemberian tugas dan tanggung jawab. Tingkat stres yang rendah pada

tuntutan teman kerja ditunjukkan dengan rendahnya konflik pada rekan

kerja di dalam suatu kelompok kerja. Tingkat stres yang rendah pada struktur

(43)

yang rendah pada kepemimpinan ditunjukkan gaya kepemimpinan yang

sesuai dengan situasi harapan karyawan.

3. Faktor individu (X3) adalah faktor stres yang muncul di tingkat individual

Indikator yang digunakan adalah tingkat respon seseorang dalam menghadapi

permasalahan antara lain :

a. Masalah pemenuhan kebutuhan hidup

b. Masalah keluarga

c. Masalah kepribadian

Tingkat stres yang rendah ditunjukkan dengan tidak adanya kesulitan

pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga, kemudian rendahnya konflik

dalam rumah tangga, dan tingkat emosional yang stabil dari seseorang.

Indikator dari variabel X diukur dengan skala Likert dengan jawaban masing

masing dengan nilai :

a. Selalu bernilai 1

b. Sering bernilai 2

c. Kadang-kadang bernilai 3

d. Jarang bernilai 4

e. Tidak pernah bernilai 5

Kepuasan Kerja (Y)

Adalah penilaian dari responden mengenai apa yang mereka peroleh yang

dipandang penting bagi responden.

(44)

1.Pekerjaan itu sendiri

Pendapat responden terhadap pekerjaan atau tugas rutin yang dilaksanakan

sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang telah ada. Dapat dijelaskan dengan

kesesuaian pekerjaan dengan keahlian dan variasi pekerjaan.

2.Imbalan

Pendapat responden terhadap imbalan dalam bentuk uang yang diterima

karyawan berupa gaji. Dapat dijelaskan dengan kesesuaian antara gaji yang

diterima dengan pekerjaan yang dilakukan, dan kesesuaian antara gaji yang

diberikan dengan kebutuhan hidup.

3.Promosi

Persepsi responden terhadap kesempatan untuk mendapatkan promosi ke

jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam

struktur organisasi perusahaan. Dapat dijelaskan dengan kesempatan yang

diberikan perusahaan untuk mengembangkan diri kepada karyawan dan

obyektivitas dalam melakukan penilaian promosi karyawan.

4.Supervisi

Persepsi responden tentang kemampuan atasan langsung dalam memberikan

bimbingan dan pengarahan pelaksanaan tugas sehari-hari.Dapat dijelaskan

dengan perhatian terhadap pekerjaan bawahannya, bimbingan dan

pengarahan terhadap pekerjaan bawahannya dan kebebasan dalam

(45)

5.Rekan Kerja

Persepsi responden terhadap rekan kerja mereka. Persepsi ini sangat

menentukan bagi kenyamanan dan ketidak nyamanan karyawan dalam

bekerja. Dapat dijelaskan dengan kesediaan karyawan untuk bekerjasama

dengan rekan sekerja dalam mencapai tujuan bersama dan kesediaan

karyawan untuk saling membantu sesuai dengan tugas-tugasnya.

Indikator dari variabel X diukur dengan skala Likert dengan jawaban masing

masing dengan nilai :

a. Sangat tidak setuju bernilai 1

b. Tidak setuju bernilai 2

c. Ragu-ragu bernilai 3

d. Setuju bernilai 4

e. Sangat setuju bernilai 5

3.4 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang tergolong data ordinal.

Data ordinal merupakan data yang berbentuk peringkat atau berjenjang, oleh

karena itu jarak satu data dengan yang lain mungkin tidak sama. Namun data

ini tidak menyatakan besarnya perbedaan (Sugiyono, 1999:15). Jenis dan

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dari lokasi penelitian, yaitu dengan penyebaran kuisioner kepada

(46)

Disamping itu dapat dilakukan dengan cara wawancara maupun

observasi.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

atau data-data intern perusahaan maupun literatur yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data 3.5.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan atau aggregasi dari seluruh elemen atau

individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu penelitian

(Sumarsono,2004:53). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu

yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah karyawan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk cabang

Surabaya yang berjumlah 70 orang.

3.5.2 Teknik Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

suatu populasi (Sugiyono, 1999:56), sampel harus betul-betul representatif agar

peneliti tidak mengambil kesimpulan yang salah. Untuk menentukan besarnya

sampel yang diambil, Arikunto (1992:102) mengemukakan pendapatnya bahwa :

”...apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehingga teknik pengumpulan

sampel disebut dengan penelitian populasi

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

(47)

a.Penelitian pendahuluan

Melakukan penelitian dan pengamatan secara umum dengan

mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan atau yang mewakili

dan semua pihak yang dirasa mendukung hasil perolehan data.

b.Penelitian kepustakaan

Membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi agar dapat dipakai sebagai dasar teoritis dalam memecahkan

permasalahan.

c.Penelitian lapangan

Penelitian lapangan pada proyek yang diteliti yaitu dengan :

1. Observasi

Mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki tanpa

mengajukan pertanyaan sehingga dapat diperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai kondisi perusahaan

2. Kuisioner

Menyerahkan daftar pertanyaan yang berhubungan langsung dengan

obyek penelitian kepada responden yang dipilih untuk diisi tanpa

bantuan peneliti.

3. Interview

Mengadakan wawancara langsung dengan karyawan PT Bank Artha

Graha Internasional Tbk cabang Surabaya

(48)

Mengumpulkan data dari perusahaan yang berupa dokumen tertulis

perusahaan.

3.5.4 Uji Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang

sebenarnya diukur. Analisis validitas bertujuan untuk menguji apakah tiap butir

pertanyaan benar-benar telah sahih. Dengan kata lain suatu kuesioner dikatakan

valid atau sah jika pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. “Item atau indikator dinyatakan valid

jika r hitung atau nilai corrected item total correlation mempunyai nilai lebih

besar dari r standar yaitu 0,3” (Sugiono:2002)

3.5.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keandalan/konsistensi

instrumen (kuisioner) yang digunakan. Untuk mengetahui keandalan kuisioner

digunakan pendekatan pengukuran reliabilitas internal dengan menghitung

koefisien alpha (α). “item pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki nilai

koefisien alfa lebih besar dari 0,6” (Sugiono:1998).

3.5.6 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas artinya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel

independen. Apabila terjadi korelasi antar variabel independen akan

menyebabkan tidak diketahuinya konstribusi masing-masing variabel independen

tersebut. Cara mengetahui apakah suatu model terjadi multikorelasi atau tidak

dapat dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai koefisien

(49)

3.5.7 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas artinya tidak boleh terjadi korelasi antara variabel

pengganggu atau variabel sisa dengan masing-masing variabel independen.

Untuk menentukan apakah pada suatu model penelitian terjadi

heteroskedastisitas atau homoskedastisitas dapat dilakukan dengan Rank

Spearman Correlation. Terjadinya heteroskedastisitas dan homoskedastisitas

dapat dilihat dari tingkat signifikasi hubungan antara masing-masing variabel

independen dengan nilai residual. Jika hubugan signifikan berarti terjadi

heteroskedastisitas, sebalinya jika hubungan tidak signifikan berarti terjadi

homoskedastisitas.

3.6 Teknik Analisis

Setelah diketahui jumlah pernyataan yang dinyatakan valid dan reliable

maka data yang sudah dinyatakan valid tersebut dihitung dengan analisa regresi

berganda dengan SPSS ver. 15.0 for windows dengan menggunakan rumus :

Y = β0 + (±)β1 χ1 + (±)β2 χ2 + (±)β3 χ3 + ε

Dimana: Y = Kepuasan kerja

1

χ = kondisi lingkungan

2

χ = kondisi organisasi

3

χ = kondisi individu

0

β = Konstanta

β1 = koefisien regresi kondisi lingkungan

(50)

β3= koefisien regresi kondisi individu

ε = kesalahan pengganggu

Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel

bebas terhadap variabel tergantung secara bersama-sama, dengan

langkah-langkah berikut :

1. Menentukan rumus hipotesis

0

2.Pengambilan Keputusan :

a. Bila F mempunyai tingkat signifikansi > 0.05 (5%) maka diterima

sedangkan ditolak. Artinya faktor sumber stres secara simultan tidak

berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

hitung Η0

a

Η

b. Bila F mempunyai tingkat signifikansi < 0.05 (5%) maka ditolak

sedangkan diterima. Artinya faktor sumber stres secara simultan

berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

hitung Η0

a

Η

2.Mengambil keputusan.

Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel

(51)

mengetahui variabel bebas yang dominan pengaruhnya terhadap

variabel tergantung, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.Menentukan rumus hipotesis

Η0 : β1 = 0 berarti faktor sumber stres secara parsial tidak berpengaruh tehadap kepuasan kerja.

:

a

Η β1 ≠ 0 berarti faktor sumber stres secara parsial berpengaruh tehadap

kepuasan kerja.

2.Pengambilan keputusan :

a.Bila t mempunyai tingkat signifikansi > 0.05 (5%) maka diterima

sedangkan ditolak. Artinya faktor sumber stres secara parsial tidak

berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

hitung Η0

a

Η

b.Bila thitung mempunyai tingkat signifikansi < 0.05 (5%) maka ditolak

sedangkan diterima. Artinya faktor sumber stres secara parsial

berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

0

Η

a

Η

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Berawal dari sebuah Lembaga Keuangan Bukan Bank bernama PT

Inter-Pacific Financial Corporation, didirikan pada tanggal 7 September 1973, yang

merupakan perusahaan patungan antara : PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) –

Jakarta, INDONESIA; Continental Bank S.A./NV. Brussels – BELGIA; The Sanwa

Bank Ltd. – Osaka, JEPANG dan Credit Commercial De France S.A. – Paris,

PERANCIS, dalam perkembangannya, pada tanggal 24 Februari 1993, berubah

status dan fungsinya menjad Bank campuran yang melakukan aktivitas Bank Umum

dengan nama PT Inter-Pacific Bank. Lima tahun kemudian, pada tanggal 1 Juli 1998,

terjadi perubahan nama menjadi PT Bank Inter-Pasific Tbk.

Tanggal 23 Desember 2003, Bank Indonesia memberikan ijin untuk

mengambilalih kepemilikan saham sebesar 99,11% kepada konsorsium PT. Bank

Artha Graha dan PT. Cerana Arthaputra. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa PT. Bank Inter-Pacific Tbk., 14 April 2005, disetujui penggabungan

(53)

Pada tanggal 15 Juni 2005, Bank Indonesia memberi ijin penggabungan

usaha (merger) PT. Bank Artha Graha ke dalam PT. Bank Inter-Pasific Tbk. Tanggal

11 Juli 2005 BANK ARTHA GRAHA telah efektif bergabung dengan PT. Bank

Inter-Pasific Tbk, dan pada tanggal 14 Juli 2005 (berdasarkan surat ijin dari Menteri

Hukum dan Hak Azasi Manusia No.C-19621 HT.01.04.TH2005) berubah nama

menjadi PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk.

4.1.2. Visi dan Misi PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Visi

Layanan khas kita merupakan kunci keberhasilan dalam segmen pasar

dimana kita berkiprah. Kita terus berkembang semakin kuat.

Misi

Kita adalah tim tangguh, dengan senang hati memberikan layanan prima

kepada nasabah. Kita bertekad menjadi yang terkemuka, selalu menghasilkan yang

terbaik.

4.1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka (frame work) pembagian tanggung jawab

fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Struktur organisasi di PT. Bank Artha Graha

(54)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Bank Artha Graha Internasional tbk cabang Surabaya

(55)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden

4.2.1.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis kelamin

Tabel 4.1 memperlihatkan karakteristik responden menurut jenis kelamin

dimana responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang atau 45,7% , dan

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang atau 54,3%

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 32 45.7 45.7

perempuan 38 54.3 100.0

Total 70 100.0

Sumber : Lampiran 4

4.2.1.2 Karakteristik Responden Menurut Usia

Tabel 4.2 memperlihatkan karakteristik responden menurut tingkat usia

dimana responden dimana responden yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 6

orang atau 8,6%, responden berusia antara 26 tahun sampai dengan 35 tahun

sebanyak 22 orang atau 31,4%, responden berusia antara 36 tahun sampai dengan 45

tahun sebanyak 30 orang atau 42,9%, dan responden yang berusia diatas 45 tahun

(56)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid < 25 tahun 6 8.6 8.6

26-35 tahun 22 31.4 40.0

36-45 tahun 30 42.9 82.9

> 45 tahun 12 17.1 100.0

Total 70 100.0

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut terlihat bahwa responden berusia antara 36

tahun sampai dengan 45 tahun sebanyak 30 orang atau 42,9% merupakan responden

dengan jumlah tertinggi dan responden berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 6

orang atau 8,6% merupakan responden dengan jumlah terendah.

4.2.1.3 Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja

Tabel 4.3 memperlihatkan karakteristik responden menurut masa kerja,

dimana responden dengan masa kerja kurang dari 5 tahun berjumlah 17 orang atau

24,3%, responden dengan masa kerja 6 tahun sampai 10 tahun berjumlah 21 orang

atau 30% , responden dengan masa kerja 11 tahun sampai 15 tahun berjumlah 22

orang atau 31,4%, dan responden dengan masa kerja lebih dari 16 tahun berjumlah

(57)

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja

Frequency Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 tahun 17 24.3 24.3

6-10 tahun 21 30.0 54.3

11-15 tahun 22 31.4 85.7

> 16 tahun 10 14.3 100.0

Total 70 100.0

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa responden dengan masa kerja 11 tahun

sampai 15 tahun merupakan responden dengan jumlah tertinggi yaitu 22 orang dan

responden dengan masa kerja lebih dari 16 tahun merupakan responden terendah

dengan jumlah 10 orang responden.

4.2.1.4 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Tabel 4.4 memperlihatkan karakteristik responden menurut tingkat

pendidikan terakhir dimana responden dengan pendidikan terakhir SLTA sebanyak 3

orang atau 52,6%, responden dengan pendidikan terakhir Diploma sebanyak 13

orang atau 13,7%, responden dengan pendidikan terakhir S1 sebanyak 23 orang atau

(58)

Tabel 4.4

Karakteristik responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan

terakhir Diploma merupakan responden dengan jumlah terbanyak dan responden

dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA merupakan responden dengan jumlah

paling kecil.

4.2.2 Deskripsi Jawaban Responden

Untuk menentukan nilai kepuasan kerja (Y) dan sumber-sumber stres yang

meliputi : kondisi lingkungan (X1), kondisi organisasi (X2), dan kondisi individu

(X3), maka penilaian dilakukan dengan cara nilai rata-rata, nilai tersebut dimasukkan

ke dalam kelas-kelas dimana penentuan intervalnya memakai rumus sebagai berikut :

Interval klas = nilai tertinggi – nilai terendah jumlah kelas

= = 0,8

Berdasarkan skala diatas maka dapat disusun kategori penilaian untuk

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi ........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Era digital telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih seperti saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh

Dari kajian literatur yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya diketahui bahwa pentingnya penelitian ini adalah kita bisa melihat tingkat

Uji coba dilakukan untuk mengetahui implementasi bahan ajar modul dan keefektifan bahan ajar modul dalam penelitian. Implementasi bahan ajar modul diuji

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Patar Raja, Wijanto Heroe, Wahyu Yuyu, ”Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Rectangular Bercelah Untuk Triple Band (900.. MHz, 1800 MHz, 2400

[r]

To obtain conclusive result of some data or properties of the A2 austenite sample ′ s, several measurements were carried out such as microstructure investigation,

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan kegiatan ekspor – impor sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang menghasilkan devisa (