• Tidak ada hasil yang ditemukan

kewirausahaan smk 11 xi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kewirausahaan smk 11 xi"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

Pak Wandi

KEWIRAUSAHAAN SMK KELAS 11/XI

(2)

1

Bab 1. Sikap Pantang Menyerah dan Ulet

__________________________________________________________________________

Standar Kompetensi : 2. Menerapkan jiwa kepemimpinan

Kompetensi Dasar : 2. 1 Menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet

_________________________________________________________________________________ Teori Kecerdasan Adversity

Adversity Quetient (AQ) adalah konsep yang diajukan oleh Paul J. Stoltz di Amerika. Konsep ini didasari oleh teori lain yang berkembang di dua dasawarsa terakhir seperti Learned Helplessness dan Locus of Control.

Beliau mendefinsikan AQ adalah suatu kerangka konsep baru untuk memahami dan meningkatkan semua bagian dari kesuksesan. Dimana AQ dibangun atas dasar penelitian penting, dan menawarkan kombinasi baru yang praktis dari pengetahuan yang mendefinisikan ulang hal-hal yang dibutuhkan untuk sukses.

AQ juga bisa disebut suatu bentuk pengukuran terhadap bagaimana anda berespon pada kesulitan (adversity). Atau rangkaian alat yang memiliki dasar ilmiah, untuk meningkatkan cara anda berespon pada kesulitan.

Locus of Control (LoK)

Adalah konsep yang pertama kali dikemukakan oleh Rotter dan telah banyak mendapatkan perhatian dalam penelitian di bidang Psikologi.

Locus of Control adalah suatu konsep yang menunjukan derajat seberapa jauh seseorang mempersepsikan adanya hubungan kedekatan antara tindakan-tindakan yang dilakukannya dengan hasil yang ia terima, yaitu apakah peristiwa-peristiwa yang dialaminya merupakan akibat tindakannya sendiri ataukah lebih disebabkan oleh kekuatan-kekuatan di luar kontrol dirinya. Individu-individu yang memiliki keyakinan bahwa peristiwa-peristiwa yang mereka alami lebih ditentukan oleh faktor-faktor di luar dirinya dikatakan sebagai individu yang memiliki kecenderungan Locus of Control eksternal.

Dalam hal ini imbalan yang didapatnya dari berbagai peristiwa yang tidak menyenangkan dapat dipersepsikan sebagai akibat dari keberuntungan, kesempatan, nasib atau yang berada di bawah kontrol orang lain yang berkuasa, atau juga sebagai suatu hal yang tidak dapat diduga karena sangat kompleksnya kekuatan yang melingkupinya. Sedangkan individu yang cenderung mempersepsikan adanya huubungan antara imbalan dengan Tingkah Lakunya sendiri disebut sebagai individu yang memiliki kecenderungan Locus of Control internal. Kecenderungan kontrol yang dimiliki seseorang apakah internal atau eksternal ini dapat mempengaruhi munculnya suatu tingkah laku tertentu. Perbedaan dalam kecenderungan LoK seseorang dapat mengakibatkan perbedaan dalam bertingkah laku, berfikir, maupun merasakan sesuatu.

(3)

2 Dalam pengambilan resiko terlihat bahwa individu yang memiliki kecenderungan LoK eksternal lebih senang mengambil alternatif yang bersifat spekulatif. Sedangkan yang internal lebih menggambarkan dirinya sebagai seorang yang gemar berusaha keras untuk mengatasi kesukaran-kesukarannya, sedangkan yang eksternal menggambarkan dirinya sebagai orang yang menderita, penuh kecenderungan, dan kurang tertarik untuk dapat berprestasi dengan baik. Sebagai manusia sudah barang tentu ia akan mengalami kecemasan, tetapi pada individu LoC internal; kecemasan tersebut bersifat memudahkan. Sebaliknya pada individu dengan kecenderungan eksternal kecemasan tersebut berifat menghambat.

Locus of Control berkaitan dengan Self-efficacy, yaitu kepercayaan akan penguasaan atas hidup kita dan kemampuan untuk mengatasi tantangan yang datang. Albert Bandura, menyatakan bahwa seseorang yang memiliki Self-Efficacy, dapat bangkit dari kegagalan. Mereka mengambil pendekatan masalah dalam rangka mengatasinya bukan mengkhawatirkan apa yang salah.

Learned Helplessness (LH)

Teori ini dikemukakan oleh Martin Seligman dan dianggap sebagai “Landmark Theory of the Century” oleh American Psychological Association. Ia menyatakan, “When a person is faced with an outcome that ia independent of his responses, he learns that the outcome is independent of his resposes.”

Pernyataan tersebut mengandung implikasi yang penting. Ada tiga ciri yang harus menandakan seseorang dalam keadaan LH. Pertama, ia harus pernah mengalami situasi yang hasilnya tidak berkaitan dengan tingkah laku seseorang. Kemudian, orang tersebut membangun kepercayaan atau harapan bahwa responnya tidak memiliki dampak, atau tidak berguna dalam mempengaruhi hasil. Terakhir, berbagai variasi penurunan kognitif dan tingkah laku dihasilkan dari kepercayaan tersebut; kinerja akan memburuk dan rasa melemahkan dan kurangnya kontrol akan dialami.

Teori ini menjelaskan mengapa banyak orang yang putus asa dan berhenti jika berhadapan dengan tantangan-tantangan hidup. Biasanya ini dimiliki oleh orang yang AQ rendah dan menjadi penghalang yang pasti dari pemberdayaan dan pendakian seseorang. Keberadaannya melemahkan kinerja, produktivitas, motivasi, energi, belajar, peningkatan, pengambilan resiko, kreativitas, kesehatan, vitalitas, ketangguhan, dan ketekunan.

Teori Attributional, Gaya Penjelasan, dan Optimisme

Berkaitan dengan teori LH adalah sukses seseorang banyak ditentukan oleh cara seseorang menjelaskan, atau berespon terhadap peristiwa dalam kehidupan. Menurut Seligman dan peneliti lain, orang-orang yang berespon terhadap kemalangan sebagai sesuatu stabil, internal, dan dapat digeneralisasikan terhadap bagian lain dari kehidupan mereka, akan memiliki kecenderungan untuk menderita dalam seluruh aspek kehidupannya. Sedangkan bagi mereka yang menjelaskan kemalangan sebagai suatu yang eksternal, temporer, dari terbatas (pada kejadian, itu saja) cenderung untuk dapat menikmati keuntungan-keuntungan dari kinerja hingga kesehatan mereka.

Keteguhan dan Kemampuan Menantang Kesulitan

Suzanne Outlette meneliti sifat keteguhan (hardiness). Orang yang teguh dalam menghadapi kondisi menderita akan lebih sedikit mendapatkan pengaruh negatif dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Hardiness adalah prediktor dari kesehatan mental serta fisik dan kualitas kehidupan secara menyeluruh. Mereka cenderung menderita lebih sedikit dan lebih singkat, memiliki sistem imunitas (daya tahan) yang lebih kuat.

(4)

3 komitmen, suatu pendekatan pada kehidupan yang ditandai oleh keingintahuan dan perasaan kebermaknaan; dan (3) tantangan, suatu harapan bahwa perubahan adalah suatu yang biasa dan mendorong perkembangan.

Ketabahan

Ketabahan (resilience) memberikan kemampuan untuk menghadapi musibah dan mencapai sukses bukan keadaan yang lebih buruk. Anak-anak yang tabah, menurut peneltian Emmy Werner cenderung menjadi orang yang merencanakan, pemecah masalah dan cepat tanggap; sementara anak yang tidak tabah cenderung memiliki sifat cepat menyerah. Ketabahan merupakan suatu kemampuan yang dapat diubah.

Dari seluruh teori kognitif di atas, Stolts menyimpulkan suatu teori baru yang ia sebut dengan teori Hibrida tentang Kontrol yaitu:

1. Sukses secara signifikan dipengaruhi rasa kontrol atau penguasaan terhadap kehidupan.

2. Sukses sangat dipengaruhi dan diprediksikan dengan bagaimana seseorang berespon pada dan menjelaskan kesulitan.

3. Individual berespon pada kesulitan dalam pola tertentu.

4. Pola-pola bila tidak dikoreksi akan tetap konsisten sepanjang hidup 5. Pola ini tidak disadari sehingga beroprasi di luar kewaspadaan.

6. Bila kiita dapat mengukur dan menguatkan bagaimana berespon terlibat kesulitan, kita dapat menikmati belajar, peningkatan, motivasi dan sukses.

Logika teori AQ adalah sebuah pohon yang tinggi menghadapi angin yang lebih banyak dengan cuaca yang buruk dapat tumbuh di atas bebatuan di mana pohon lain tidak dapat tumbuh.

Daun: Kinerja

menggambarkan kinerja sebagai sesuatu hal dari diri kita yang paling mudah dilihat orang lain. Hal inilah yang paling sering dievaluasi dan dinilai dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, kinerja seseorang tidak tumbuh dari udara kosong, daun harus hidup dari dahan.

Dahan: Bakat dan Hasrat

Adalah faktor riwayat pendidikan yang menjelaskan ketrampilan, kemampuan, pengalaman, pengetahuan; semua hal yang menggambarkan apa yang seseorang ketahui dan mampu lakukan. Hasrat menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan dan ambisi. Seseorang dengan bakat sebesar apapun bila tidak memiliki hasrat akan menjadi sia-sia. Oleh karenanya keduanya dibutuhkan untuk dapat berhasil.

Batang: Inteligensi, Kesehatan dan Karakter

Howard Gardner mengemukakan tujuh bentuk inteligensi: bahasa, kinestetik, spesial, logika matematis, musik, interpersonal, intrapersonal. Tingkat inteligensi ini menentukan karir, kelas dan hobi yang dipilih seseorang. Terlepas bentuk mana yang paling lemah dan paling kuat, inteligensi akan berpengaruh terhadap kesuksesan.

Kesehatan emosi dan fisik mempengaruhi kemampuan untuk berhasil. Karakter seseorang dengan unsur seperti kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, kedermawanan, keberanian, sifat menyenangkan; adalah hal mendasar untuk kesuksesn dan keberadaan yang damai.

(5)

4 Semua faktor tersebut penting bagi kesuksesan, namun tidak ada yang dapat tumbuh tanpa faktor akar. Faktor genetis keturunan meski tidak menentukan nasib seseorang tetapi dapat dipastikan mempengaruhinya. Pengasuhan mempengaruhi inteligensi, pembentukan kebiasaan sehat, pembangunan karakter, ketrampilan yang dimiliki, hasrat dan kinerja.

M. Scott Peck dalam The Call to Comunity menganggap kepercayaan sebagai suatu hal yang vital untuk bertahan dalam masyarakat. Kepercayaan adalah suatu faktor yang pasti dan mendasar dalam harapan, tindakan, moralitas, kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan manusia lain.

Perbedaan individu dalam menghadapi perubahan

Stoltz mengatakan bahwa setiap orang dilahirkan dengan dorongan untuk mendaki, maksudnya berada dalam arti yang sangat luas yaitu menggambarkan maksud kita dalam hidup kita secara terus menerus apapun tujuan hidup kita, terlepas dari apa pun pendakian yang dijalankan. Dorongan tersebut bersifat imperatif dan sangat luas cakupannya. Orang-orang yang sukses memiliki dorongan yang sama untuk berjuang, membuat kemajuan, mencapai tujuan dan memenuhi mimpi-mimpi mereka.

Manusia memiliki respon yang berbeda-beda pada pendakian, sehingga sukses yang didapat dalam hidupnya juga bervariasi. Teori ini mengkategorikan manusia pada tiga golongan, sesuai dengan posisinya pada suatu pendakian.

1. Pecudang (Quitter)

Kategori ini memilih untuk keluar, berhenti, melarikan diri, mundur dan drop-out. Mereka tidak mempedulikan, menutup diri atau mengesampingkan dorongan dasar kemanusiaan mereka untuk mengingkat dan banyak hal yang ditawarkan kehidupan.

2. Pekemah (Cemper)

Melakukan pendakian tapi bila menemukan tempat yang nyaman mereka akan berhenti dan menetap. Mereka sudah melakuakn ‘pendakian’ tetapi saat menemukan kondisi yang menyenangkan mereka akan berhenti dan mengaggap bahwa sejauh itulah yang bisa mereka capai. Hal ini adalah konsep yang salah di antara individu yang memandang sukses sebagai suatu tujuan yang spesifik, sebagai lawan dari perjalanan.

3. Pendaki (Climber)

Adalah orang yang mendedikasikan diri untuk terus mendaki seumur hidup. Terlepas dari latar belakang keuntungan dan kerugian, keberuntungan atau ketidak beruntungan, mereka tetap mendaki. Pendaki adalah oran gyang berfikir tentang kemungkinan, tidak membiarkan usia, gender, ras, kekurangan fisik maupun mental atau halangan lain menghambat pendakinya.

Perbedaan dalam Gaya Hidup

(6)

5 Campers juga menjalani hidup penuh kompromi, perbedaannya adalah pada derajatnya. Bila merasa lelah dengan pendakian, mereka akan berkata, “Ini cukup baik”, tanpa menyadari harga yang harus dibayarnya. Mereka mengorbankan apa yang mungkin dengan dengan mempertahankan apa yang ada. Campers menjadikan kenyamanan sebagai tujuan utama mereka. Mereka bisa jadi orang-orang yang memiliki pendapatan cukup besar, namun energi kegairahan, belajar, pertumbuhan dan kreatifitas mereka telah hilang. Mereka puas dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Tipe ini memenuhi kebutuhan dasar sandang, papan, pangan dan juga rasa memiliki. Namun tidak mencapai taraf pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

Berbeda dengan Campers. Para Climber memiliki rasa mendalam akan keterarahan dan gairah akan apa yang mereka lakukan. Mereka biasanya memiliki kepercayaan yang kuat pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Mereka orang-orang yang tekun, ulet dan tabah serta tidak mengenal kata menyerah. Terkadang, sebagai manusia mereka merasa lelah dan berhenti sejenak untuk mengisi tenaga dengan bergabung bersama Campers.

Harapan Tinggi

Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki harapan tinggi mematok sasaran yang lebih tinggi bagi dirinya dan tahu cara belajar dengan benar untuk meraihnya. Bila Anda membandingkan mahasiswa-mahasiswa yang bakat intelektualnya setara dalam segi prestasi akademik, apa yang membedakan mereka adalah harapan.

Harapan, menurut penemuan peneliti-peneliti modern, lebih bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan di tengah kesengsaraan; harapan memainkan peran yang menakjubkan manfaatnya dalam kehidupan, memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang yang begitu beragam seperti prestasi belajar dan keberhasilan memikul tugas yang berat. Harapan, dalam artian teknis, adalah lebih daripada pandangan yang optimis bahwa segala sesuatunya akan menjadi beres. Snyder merumuskannya dengan lebih spesifik sebagai “yakin bahwa Anda mempunyai kemauan maupun cara untuk mencapai sasaran-sasaran Anda, apa pun sasaran Anda itu.

Orang-orang yang memiliki harapan tinggi, menurut penemuan Snyder, memiliki ciri-ciri tertentu, di antaranya adalah mampu memotivasi diri, merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan, tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatunya akan beres ketika seedang menghadapi tahap sulit, cukup luwes untuk menemukan cara alternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula musykil dijangkau, dan mempunyai keberanian untuk memecah-mecah tugas amat berat menjadi tugas kecil-kecil yang mudah ditangani.

Sungguh, orang yang punya harapan tinggi tidak mudah depresi dibandingkan orang-orang lain sewaktu mereka bergerak menempuh hidup dalam mengejar sasaran, yang pada umumnya tidak begitu cemas, dan beban stres emosionalnya rendah.

Optimisme: Motivator utama

Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai terjatuh ke dalam kemasabodohan, keputusasaan, atau depresi bila dihadang kesulitan. Dan, seperti halnya harapan, yang merupakan kerabat dekatnya, optimisme membawa keuntungan-keuntunan dalam kehidupan (tentu saja asalkan optimisme itu realistis; optimisme yang terlampau tinggi dapat mendatangkan malapetaka).

(7)

6 Apa yang perlu Anda ketahui tetang seseorang adalah apakah mereka pantang menyerah tatkala segala sesuatunya mengecewakan. Mengembangkan kecakapan apa pun akan memperkuat rasa pendayagunaan diri, membuat seseorang rela menganggung resiko dan berupaya mencari tantangan-tantangan ini akan meningkatkan rasa pendayagunaan diri itu. Sikap ini membuat orang lebih cenderung untuk berusaha sebaik-baiknya memanfaatkan ketrampilan-ketrampilan apa saja yang mereka miliki atau untuk melakukan apa saja untuk mengembangkan diri.

Keyakinan seseorang akan kemampuannya berpengaruh besar terhadap kemampuan itu. Kemampuan bukanlah sesuatu yang telah terpatok mati; ada keragaman besar pada bagaimana kinerja Anda. Orang yang memiliki kepekaan pendayagunaan diri akan bangkit kembali dari kegagalan; mereka melakukan pendekatan pada semua hal dengan kerangka pikir bagaimana menangani hal-hal tersebut, bukannya merisaukan apa yang mungkin tidak beres.

”Berani”, Modal Awal Entrepreneur

Kami yakin, kalau entrepreneur berani memiliki visi, maka akan lebih dapat menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Sehingga nantinya akan lebih mampu meningkatkan kemampuan kerja dan kualitas hidup kita. Karena ini saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan”

Presiden RI pertama, Ir. Soekamo, pernah bilang, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Visi itu memang bisa mensugesti orang. Dan, semua langkah kita akan kita arahkan kesana. Apalagi entrepreneur ini biasanya seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu akan dapat mempengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.

Anda “juru penerang”, mengusir gelapnya pikiran orang lain yang Anda pimpin. Ini prinsip kepemimpinan. Wirausahawan yang memiliki visi, adalah penerangan bagi para bawahannya, anggota “tim sukses”nya dalam bisnis. Wirausahawan dengan visi besar, merangsang terbangunnya atmosfir bisnis penuh kreativitas dan inovasi.

Bahkan orang meyakini, jiwa wirausahawan itu, dekat sekali dengan dunia pengkhayal. Apa susahnya, berkhayal? Berkhayal adalah aktivitas yang “murah”. Bagaimaan tidak, karena berkhayal tidak memerlukan fasilitas khusus, apalagi ongkos. Sekarang juga, Anda pun bisa berkhayal. Tentu saja, khayalan seorang wirausahawan, bukan sembarang berkhayal. Bahkan, di zaman susah, dengan tumpukan persoalan hidup yang harus dipikul, bisa membuat orang pun tidak berani berhkayal. Anda akan tercenung, kalau kami katakan, “Berkhayal pun, perlu keberanian!”

Mengapa? Khayalan yang memicu keberhasilan, atau minimal, keberanian berbuat dan berkreativitas, dihambat pandangan lama yang cuku berurat-akar dalam benak kita, bahwa orang sukses harus ditopang pendidikan dan gelar formal. Sebetulnya, keyakinan ini bisa dipatahkan dengan mudah. Misalnya, hadirkan saja, beberapa nama orang sukses yang lulus SMA pun, tidak. Sejumlah wirausahawan, memulai dari khayalan. Dan ia mulai kembangkan khayalannya, dari nol sampai akhirnya terwujud.

Bill Gates mengimpikan, personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk merealisasikan mimpinya, ia drop out dari studinya, memilih menekuni Microsoft-nya. Ia berhasil. Kini, ia salah satu orang terkaya dunia.

(8)

7 Contoh lainnya, Jeff Bezos. Mimpinya, menjadi pengusaha sukses di dunia e-commerce, perdagangan melalui intemet. Meski baru tahun 1995, yaitu di saat usianya 30 tahun, ia nyemplung ke dunia maya, mendirikan Amazon. com. Situs itu melejit menjadi situs paling banyak dikunjungi orang, untuk mendapatkan informasi atau membeli buku-buku bermutu dari seluruh dunia. Mimpinya terwujud. Ia pun tercatat sebagai miliarder di negeri Paman Sam itu.

Berani Mencoba

Andai kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti kegagalan tak pernah ada

Bisnis modern akan berhenti berputar kalau sikap berani mencoba itu lenyap. Memang, banyak orang yang gagal dalam usahanya, putus asa tanpa, tak berani mencoba lagi. Ini bukan bukan saja merugikan aspek materi atau finansial saja, tapi juga aspek psikologis. karena itu, sekalipun krisis, tetaplah menjadi entrepreneur dengan semangat kewirausahaan tinggi. Sesungguhnya tidak ada yang gagal dalam berbisnis, yang ada hanya karena ia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Berani mencoba, lebih tekun dan ulet, kegagalan takkan pernah ada.

Beranilah mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat menggantikan keberanian mencoba dengan bakat bisnis. Sebagus apa pun bakat seseorang, tidak akan sukses tanpa mulai mencoba. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Kejeniusan terpendam, sama saja dengan omong-kosong. Pendidikan terbaik? Juga bukan jaminan. Dunia ini sudah penuh dengan pengangguran berijazah sarjana. Dan ternyata, sekali lagi, keberanian mencoba dan mencoba itulah penentu kesuksesan bisnis kita.

Berani Merantau

Keberanian merantau, membangun percaya diri dan kemandirian

Ingat tragedi Sampit? Semua bersedih, karena sebagian pengusaha sukses etnis Madura, ikut hengkang dari Sampit, Kalimantan Tengah. Kami bukan menyoal tragedinya, tetapi dari aspek kewirausahaan. Madura dan Kalimantan, jelas bukan seperti antar rumah di sebuah kampung. Ini dua pulau yang berbeda dan berjauhan. Tapi, berapa banyak orang Madura yang masih kelahiran Madura, lalu merantau ke Sampit. Banyak, bahkan banyak sekali dan kemudian anak-turunnya lahir di Kalimantan.

Sebagian dari mereka, sukses, meskipun awalnya dari nol. Kami hanya mau mengatakan, mereka “dari bukan apa-apa”, merantau, lalu sukses. Etnis lainnya yang fenomenal, orang Jawa asal Tegal. Ibukota saja, mereka taklukkan. Kalau mau menghitung jumlah warung “beridentitas daerah” paling banyak yang mana, jawabannya: Warung Tegal. Di sektor makanan rakyat, ada penjaja bakso keliling. Banyak di antara mereka, mengusung identitas daerah. Seperti bakso Malang , bakmi Wonogori, Pecel Lamongan, atau rumah makan Padang.

(9)

8 Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan kita apa kelebihan dan kekurangan kita karena kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan baru. Merantau, membuat seseorang relatif tangguh, karena diterjunkan dalam situasi serba baru.

Perantau, umumnya segan minta tolong. Di situlah, kemauan menjadi lebih termotivasi. Perantau, rata-rata enggan berutang budi. Justru, karena ia orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa untuk banyak orang. “Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah kebaikan. Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur, menjadi pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah merantau, temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik menangkap peluang

Berani Gagal

Hanya orang yaug berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini ada benarnya. salah satu dari kami, membuktikannya. Gagal total, itu karier bisnis, Purdi E.Chandra dalam bukunya “Menjadi Entrepreneur Sukses” bertutur : “Akhir 1981, merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan saya meninggalkan kampus. Saat itu saya pikir, gagal meraih gelar sarjana, tapi bukan berarti gagal mengejar cita-citanya. Tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama. Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Pada awalnya, sepi peminat, cuma dua orang! Saat ini, wow, peminatnya membludak, sampai-sampai Primagama membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia”.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, jangan harap orang akan memuji Anda; orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal; Anda tidak disalahkan; semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda; Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain; Ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara; Apalagi ini: bank akan memberikan pinjaman selanjutnya! No way!

Mengapa gambaran seorang entrepreneur yang gagal, kami gambarkan begitu buruknya? Itulah masyarakat kita. Kita cenderung memuji yang sukses dan menang, dan mudah menghujat yang kalah dan gagal. Sebaiknya, setiap kita mulai mengubah budaya itu, beri kesempatan kedua bagi setiap orang.

(10)

9 berani ketika kita takut. ltu sebabnya, kita bisa sepakat pada pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood,”Kegagalan itu penting bagi karier siapapun.”

Mengapa? Banyak orang membuat kesalahan yang sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Sebaliknya. kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan. tapi mengapa seseorang gagal dalam bisnis. Ada beberapa sebab umum.

Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha. Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Buat kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.

Berani Sukses

Seberapa besar rezeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita berani mengambil risiko

SUKSES adalah proses. Ia dicapai dengan pengorbanan. Salah satunya, tidak cengeng dengan kegagalan. Sukses, pikirkanlah sebagai keseharian Anda. Keyakinan bisa sukses, selalu dibangun setiap saat. Karena itulah, jangan biarkan Anda kehilangan motivasi untuk sukses, dan terus membangun keyakinan itu dalam sanubari.

Buanglah semua alasan, Anda gagal karena kelemahan dari diri Anda. Kurang cerdas, kurang fit, sudah terlalu tua, dan segudang “rasa kurang”, bukanlah alasan Anda gagal. Sukses memerlukan keberanian tanpa henti, mempelajari kemunduran bisnis.

Hadapkan setiap problem dengan perjalanan sukses wirausahawan lain yang serupa usahanya dengan Anda. Bahkan, Anda simak mereka yang gagal, dan temukan jawabannya mengapa dia gagal. Kesiapan pribadi seorang wirausahawan menghadapi perubahan, juga dipermantap. Jangan mudah dikejutkan perubahan.

Pelajarilah kesuksesan orang lain, himpun semua “sebab-sebab sukses” itu, temukan kelebihan-kelebihan itu, dan mulai mencoba menyusun apa kelebihan Anda, apa kebaruan yang bisa ditelurkan dari proses membandingkan dengan usaha orang lain.

Seorang wirausahawan, adalah yang selalu “melek” dan “buka telinga” terhadap setiap peluang. Sukses wirausahawan, bukan sekadar “rezeki dari langit”, tapi juga kejelian membaca/menangkap peluang. Dan ini memerlukan stamina usaha yang tinggi. Jangan ketakutan lebih dulu, seakan-akan wirausahawan itu orang yang tidak pernah beristirahat. Tidak! Secara fisik, istirahat perlu, tapi sebagai wirausahawan, pikiran “tetap jalan” dalam arti, keseharian kita dibiasakan terus memikirkan, kebaikan-kebaikan apa yang bisa dibangun berdasarkan peluang yang kita hadapi setiap saat.

(11)

10 kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang. Namun sayangnya, diera globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan. Menurut kami, sebagai wirausahawan, jangan segan Anda nyatakan: hari ini saya sukses. Dengan begitu, rasa percaya diri itu pun terbangun. Kepercayaan diri yang besar itu, membangkitkan semangat untuk meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu, juga berarti perlu dibagi kepada sesama pebisnis. Betapapun sibuknya wirausahawan yang sukses, dalam dirinya ada jiwa sosial saat diminta membantu wirausahawan lain yang belum sesukses dirinya. Yakinlah, dalam jiwa seorang wirausahawan sukses, ada keyakinan: Allah itu kekuatanNya besar yang mendorong umatnya, termasuk para wirausahawan, untuk tidak egois. Karena pribadi yang senang melihat orang lain “gagal melulu”, sejatinya sedang menanti gelombang kegagalan menerpanya. Jadi, beranilah berpikir sukses!

Berani Berbeda

Munculkanlah keberanian berpetualang di zaman baru, kendati untuk itu kita siap membayar harga orang yang menertawakan, mengejek, dan mengkritik kita.

Mengapa orang menertawakan kita? Atau lebih enteng dari itu, mengapa orang meremehkan kita? Karena kita berbeda. Tapi, apa salahnya jika kita berbeda? Kenyataaannya, menjadi berbeda sudah terjadi sejak kita lahir. Setiap individu di dunia ini berbeda. Tak ada seorangpun yang 100 % sama dengan lainnya. Sidik jari kita cukup membuktikan fakta ini – tak ada dua sidik jari yang sama di dunia. Setiap orang dari kita berbeda – UNIK. Dan keunikan kita memisahkan kita satu dengan lainnya.

Bila kita benar-benar ingin berhasil dalam hidup ini, munculkanlah bakat ini dari dalam diri, biarkan ia bersinar begitu terang. Orisinalitas gagasan, di mana Anda menampakkan “sesuatu yang baru dan terang”, akan membuat keberbedaan itu, memberi nilai lebih bagi pribadi Anda.

Lebih baik kita berani berbeda. Dan, perbedaan kita dari yang lain, adalah wujud ketekunan kita menjadi LEBIH BAIK. Seorang diri, menjadi lebih baik, di antara banyak orang yang berpikiran nyaris sama tentang suatu hal, lalu keberbedaan Anda, diterima banyak orang dan diterima dunia. Luar biasa, bukan. Mari, gunakan energi Anda menghasilkan perbedaan yang bertenaga. Perbedaan yang bernilai.

“Pengusaha swasta memainkan peran lebih besar dalam ekonomi dunia. Pengusaha kecil telah merampas multi miliaran dolar dari bisnis besar.”

John Naisbit

Latihan

1. Watak-watak atau ciri-ciri karakteristik prestatif dari kepemimpinan adalah sebagai berikut, kecuali ...

A. inovatif, kreatif, dan fleksibel B. menanggapi kritik

C. menanggapi saran-saran

(12)

11 2. Orang yang menyukai pekerjaannya akan mendapat kepuasan tersendiri. Sebaliknya, pekerjaan yang kurang disenanginya akan mengurangi kepuasan. Pendapat ini dikemukakan oleh ...

A. Zimmerer B. F.W. Taylor C. Abraham Maslow D. Atesuma

E. Herzberg

3. Suatu tes yang tujuannya untuk mengukur kesang-gupan atau bakat dari calon tenaga kerja dinamakan ...

A. intelligence test B. personality test C. aptitude test D. achievement test E. IQ dan SQ test

4. Dalam bekerja pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga mencapai keberhasilan adalah kerja ...

a. Keras c. Mawas e. tuntas

b. Iklas d. Cerdas

B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!

Adversity Quetient (AQ) disebut juga kecerdasan ……….adalah suatu bentuk pengukuran terhadap bagaimana anda berespon pada ……….. (adversity).

Teori AQ mengkategorikan manusia pada tiga golongan:

1. ……… (Quitter). Kategori ini memilih untuk keluar, berhenti, melarikan diri, mundur dan drop-out.

2. Pekemah (……….………). Melakukan pendakian tapi bila menemukan tempat yang nyaman mereka akan berhenti dan menetap.

3. Pendaki (………). Adalah orang yang mendedikasikan diri untuk terus mendaki seumur hidup.

Modal awal entrepreneur adalah ……… Di antaranya adalah keberanian untuk:

1. Bermimpi ; Gantungkan cita-citamu setinggi ………

2. Mencoba; Bila kita berani ………., dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti kegagalan tak pernah ………

3. ………..; Keberanian merantau, membangun percaya ……….. dan kemandirian

4. ……….; Hanya orang yaug berani gagal total, akan meraih ………. total.

5. ………; Seberapa besar rezeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita berani mengambil risiko.

(13)

1

Bab 2. Manajemen Konflik dan Stres

___________________________________________________________________________

Standar Kompetensi : 1. Menerapkan jiwa kepemimpinan

Kompetensi Dasar : 1. 2. Mengelola Konflik

___________________________________________________________________________

Manajemen Konflik

Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.

Definisi Konflik

1. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.

2. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan

sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.

Pengertian Konflik

Apa yang dimaksud dengan konflik? Konflik bisa berarti macam-macam. Menurut Webster, konflik adalah fight, battle atau struggle. Konflik bisa juga berarti ketidaksepakatan. Selain itu konflik juga bermakna perbedaan kepentingan atau ketidaksesuaian antara pihak yang terlibat. Konflik terdiri dari 4 jenis, yaitu:

1. Intrapersonal conflict, yaitu konflik yang terjadi dalam diri sendiri. Konflik dapat berupa emosi maupun nilai-nilai dalam kehidupan. Misalnya ketika Anda bimbang dalam memiih antara berkata jujur atau berbohong.

(14)

2 3. Intragroup conflict, yaitu konflik yang terjadi dalam suatu kelompok. Misalnya

perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu grup /organisasi

4. Intergroup conflict, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Misalnya antara manajemen dan serikat pekerja.

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara

sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Jenis Konflik

Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.

1. Konflik Dilihat dari Fungsi

Berdasarkan fungsinya, Robbins membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok, sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi

pencapaian tujuan kelompok.

Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional.

2. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya

Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:

a. Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.

b. Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.

c. Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia bekerja.

(15)

3 e. Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi jika

tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.

f. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas

pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.

3. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi

Winardi membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.

b. Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.

c. Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.

d. Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Di samping klasifikasi tersebut di atas, ada juga klasifikasi lain, misalnya yang dikemukakan oleh Schermerhorn, et al., yang membagi konflik atas: substantive conflict, emotional conflict, constructive conflict, dan

destructive conflict.

Penyebab Konflik

Menurut Robbins , konflik muncul karena ada kondisi yang melatarbelakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.

1. Komunikasi.

Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.

2. Struktur.

Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

3. Pribadi

(16)

4 memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan

menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial.

Jika salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara, pemogokan, dan sebagainya

Aspek Positif Dalam Konflik

Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :

• Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.

• Memberikan saluran baru untuk komunikasi. • Menumbuhkan semangat baru pada staf.

• Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.

• Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.

Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.

Penyebab Konflik

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut: 1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas

2. Hambatan komunikasi 3. Tekanan waktu

4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal 5. Pertikaian antar pribadi

6. Perbedaan status

7. Harapan yang tidak terwujud

Pengelolaan Konflik

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:

1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk

memahaminya.

(17)

5 mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang

terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk

menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.

4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Teknik dan Keahlian untuk Mengelola Konflik Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :

• Konflik itu sendiri

• Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya

• Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik • Pentingnya isu yang menimbulkan konflik

• Ketersediaan waktu dan tenaga

Strategi

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan

ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk

memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”

2. Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan

menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

3. Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat

menguntungkan semua pihak.

5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

(18)

6 Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik : 1. Diawali melalui penilaian diri sendiri 2. Analisa isu-isu seputar konflik

3. Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.

4. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik 5. Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat

6. Mengembangkan dan menguraikan solusi 7. Memilih solusi dan melakukan tindakan 8. Merencanakan pelaksanaannya

Stres Kerja

Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini. Di antaranya adalah:

• Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja karyawan. Selain

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.

• Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah.

• Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di situ pihak peraiatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.

Masalah-rnasalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengerti pengertian stres secara umum.

Pengertian Stres

Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan.

Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

(19)

7 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak

berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.

3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi

meledak-ledak.

Sedangkan gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi: • Kepuasan kerja rendah

• Kinerja yang menurun

• Semangat dan energi menjadi hilang • Komunikasi tidak lancar

• Pengambilan keputusan jelek • Kreatifitas dan inovasi kurang

• Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.

2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.

3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain

menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kernampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

Pengertian Stres Kerja

Stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam

(20)

8 dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg, mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat

halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehinggamenimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.

Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja, yaitu faktor Lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat

memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan

keputusan yang menyangkut dirinya.

3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau

dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dart yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif,

(21)

9 kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindungmya.

4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain.

5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan,

membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres.

6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami sires dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko

serangan/sakit jantung .

7. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini.

Davis dan Newstrom menyatakan stres kerja dapat disebabkan:

1. Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan. 2. Supervisor yang kurang pandai. Seorang karyawan dalam menjalankan tugas

sehari-harinya biasanya di bawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar. 3. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai

(22)

10 4. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan hak dan

kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.

5. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu

mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran. 6. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada para karyawan

atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme).

7. Frustrasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi kerja adalah

terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.

8. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebul tidak umum. Situasi ini

bisatimbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun dalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada di bawah perusahaan pertama. 9. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran

intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu alternative.

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategon besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta stniktur dan iklim organisasi Hurrel:

Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya.

Peran Individu dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).

(23)

11 Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

1. Peluang untuk menggunakan ketrampilan jabatan sepenuhnya 2. Peluang mengembangkan kctrampilan yang baru

3. Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut karir.

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi.

Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya.

Struktur dan iklim Organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada support sosial.

Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.

Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.

Ciri-ciri Individu

Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mcncakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana, dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.

Dampak Stres Kerja Pada Karyawan

(24)

12 manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stress (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain: (a) bekerja melewati batas kemampuan, (b) keterlambatan masuk kerja yang sering, (c) ketidakhadiran pekerjaan, (d) kesulitan membuat kepulusan, (e) kesalahan yang sembrono, (f) kelaiaian menyelesaikan pekerjaan, (g) lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri, (h) kesulitan berhubungan dengan orang lain, (i) kerisauan tentang kesalahan yang dibuat, (j) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan.

Strategi Manajemen Stres Kerja

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat. Suprihanto dkk mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan organisasi.

Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang

karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang

dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

(25)

13 Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

A. Pengertian komunikasi, komponen dan tujuan komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi. Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi.

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.

Gangguan

Pesan Umpan balik

Sumber/

enkoder

Penerima/

dekoder

Sumber/

enkoder

Penerima/

dekoder

Umpan balik Pesan

Saluran/ media

(26)

14 2. Komponen Komunikasi

a. Lingkungan komunikasi

Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.

2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

b. Sumber-Penerima

Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

(27)

15 c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e. Pesan

Gambar

Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal
Gambar dibawah.
Gambar 4.1 Struktur onganisasi intern sesuai dengan perkembangan perusahaan.
TABEL 4.2 Proyeksi Aliran Kas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training)

Instruksi AT adalah instruksi yang dapat diberikan kepada handphone atau modem GSM untuk melaksanakan fungsi komunikasi seperti menelfon, mengirim dan menerima

 Komunikasi adalah suatu proses interpersonal, mengirim dan menerima simbol yang terdapat pesan di dalamnya..  Komunikasi yang efektif terjadi jika pesan yang dimaksudkan

• Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah/indera komunikasi yang disebut transmitter atau

Proses mengirim dan menerima data dimungkinkan untuk dimonitor dan diproses lebih lanjut dengan menggunakan algoritma untuk mengirim dan menerima pesan enkripsi/dekripsi

Radio adalah satu alat komunikasi elekro magnetic untuk mengirim dan menerima pesan suara dengan menggunakan sistem gelombang suara melalui udara. Pemancar radio

•Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, yaitu mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang bersamaan •Proses komunikasi berjalan timbal balik •Dalam praktiknya kita

09/07/2023 6 ❖Komunikasi adalah : proses timbal balik mengirim dan menerima pesan menggunakan ketrampilan komunikasi verbal dan non verbal Arnold 1995 ❖Dalam hubungan perawat-pasien,